This zone is only YunJae Fanfictions and this is our world

Sabtu, 20 Juli 2013

FF/YAOI/YUNJAE/CHAPTER/GOD, WE ARE DIFFERENT/PART 1



Tittle: GOD, WE ARE DIFFERENT

Genre: YAOI

Author: Shella Rizal a.k.a Park Sooji

Cast: Yunjae and other

Length: CHAPTER

Rating: family-romance-hurt-mpreg-sweet-religy-friendship

WARNING: BOY x BOY! Yg ga suka YAOI mending cabut aja dari sini, cos author Cinta damai~
*kibar2 kutang Jae umma*


-------


PART 1.

  Bapa yang baik, terima kasih atas makanan yang telah Engkau sediakan ini, berkatilah makanan ini supaya menjadi sumber kekuatan bagi tubuh kami dan berkatilah orang-orang yang belum dapat menikmati makanan seperti ini. Terima kasih, Bapa. Amin

Suara denting garpu terdengar beradu, mengisi keheningan ruang makan keluarga Kim setelah sang kepala keluarga memimpin doa untuk mereka.
Kibum tersenyum kepada suaminya, ia membantu lelaki bertubuh tinggi itu menaruh berbagai macam lauk pauk pada piring nasinya.
Sementara si bungsu Kim Junsu tampak khidmat menikmati makan malam yang kali ini dapat dikatakan berlebihan.

Well, mereka sedang merayakan kembalinya si sulung Jaejoong dari rumah sakit.

Namja cantik itu masih terlihat pucat, namun ia memasang senyum manis setiap kali Umma atau Appanya menatap khawatir kepadanya.

  “Gwenchana Appa, aku sehat” Ujar Jaejoong pelan.


Siwon menghembuskan nafas panjang.
Mata sipitnya mengerjap pelan sebelum ia melahap makan malamnya.
Benaknya berkecamuk.
Bohong kalau ia mengatakan ia hanya sedikit khawatir pada putra sulungnya yang satu itu.

Namja bertubuh tinggi itu terdiam beberapa saat seraya mengunyah makanannya.
Memikirkan mengapa kondisi tubuh Jaejoong tidak memperlihatkan kemajuan dalam waktu yang pesat.

Ah, Kim Jaejoong.
Namja cantik itu memiliki kelainan jantung sejak ia lahir.
Tubuhnya lemah, wajahnya sering tampak pucat.
Bahkan ia mengambil program Home Schooling sejak kecil dikarenakan tubuhnya tidak bisa menerima aktifitas berat.

Jaejoong memang bukan putra kandung Kim Kibum.
Ia adalah putra kandung dari Siwon, Ummanya bernama Kim Heechul.
Siwon mengatakan kalau Heechul meninggal setelah melahirkan Jaejoong.
Kemudian ia menikahi Kibum yang memang sahabat dekatnya saat itu.
Dan mereka memiliki Junsu setelah dua tahun menikah.

Junsu sendiri adalah anak lelaki yang ceria, polos, dan sehat di saat yang bersamaan.
Senyum manisnya selalu memancarkan semangat kepada semua orang.
Usianya berbeda tiga tahun dari Jaejoong.
Ia masih duduk di bangku sekolah menengah atas saat ini.

Walaupun Jaejoong bukanlah kakak seibunya, Junsu menyayangi Jaejoong lebih dari apa pun di dunia ini.
Mereka berdua kompak, dan sangat dekat satu sama lain.
Dan Kibum sendiri tidak mempermasalahkan mengenai status namja cantik itu.
Ia juga sahabat dari Heechul, dan ia menyayangi Jaejoong seperti putra kandungnya sendiri.

  “Hyung! Hari ini aku pulang bersama Yoochun Sunbae~ Kkk~” Ujar Junsu terkikik.

Ish.
Jaejoong mempoutkan bibir cherry-nya.
Ia menjitak kepala adik imutnya yang satu itu.

  “Centil!” Gerutu Jaejoong menjulurkan lidahnya.

Junsu tidak peduli.
Ia semakin terkikik.

  “Aigoo, anak Umma sudah besar ternyata hmm? Junsuie, kenapa kau tidak mengundang Yoochun Sunbaemu makan malam bersama kita? Umma ingin mengenalnya” Ujar Kibum lembut.

  “Aku juga ingin mengenalkannya kepada Umma dan Appa, tapi aku sudah berjanji pada diriku sendiri, kalau aku tidak akan mengenalkan siapa pun yang sedang dekat denganku sebelum Joongie Hyung melakukannya terlebih dahulu” Sahut Junsu tersenyum manis.

Jaejoong mendelikkan mata bulatnya kesal.

  “YAA! Kau mengejekku eoh?!” Jerit namja cantik itu lantang.

Junsu tertawa geli sekarang.

  “Kenapa kau tidak membawa Hyunjoong saja?” Ujar Siwon menyesap minumnya.

  “Appaa~! Aku dan Hyunjoong Hyung dekat karena dia Dokterku dan aku pasiennya! Aishhh” Gerutu Jaejoong mengerutkan dahinya.

Siwon dan Kibum tertawa geli.

  “Ia cukup taat beribadah, Appa suka itu” Ungkap Siwon terang-terangan.

Jaejoong dan Junsu memutar bola mata mereka.

  “Yeah, tentu saja, Appa akan menerima siapa pun yang juga taat beribadah, Junsu ah, Yoochun Sunbaemu itu bukan pendeta kan?” Ujar Jaejoong melirik adiknya.

  “Tentu saja bukan! Memangnya kenapa kalau ia pendeta?” Balas Junsu kaget.

  “Kalau begitu kau beruntung! Aku hanya takut kalau nantinya malah Appa yang jatuh cinta pada Yoochun! Hahahahaha” Tawa Jaejoong lantang.

Siwon tersedak.
Ia mendelik menatap ketiga anggota keluarganya yang sedang tertawa lantang sekarang.

Aish.

Lagi-lagi mereka mengoloknya -_-


-------


CKLIK!

CKLIK!

Mata musang yang terpejam sebelah itu mulai terbuka perlahan.
Ia menatap lensa kameranya sejenak sebelum kembali memotret.
Namja tampan itu menghembuskan nafas pelan dan mematikan kameranya.

Ia menoleh, menatap Shim Changmin, sahabatnya sejak ia duduk di bangku sekolah dasar.

  “Minnie ah, kapan kau selesai makan?” Tanya Yunho jengah.

Namja berwajah kekanakan itu mengerutkan dahinya tidak senang.
Ia menepuk pipinya yang menggembung karena kebanyakan makanan.
Kemudian ia meneguk sebotol air mineral dan mendelik menatap Yunho.

  “Kurasa hanya kau satu-satunya manusia yang merasa sengsara melihatku makan! Aku sedang mengisi tenaga, Yunho ah! Kau tahu, berjalan kaki dari rumah sampai ke hutan ini membuatku lelah?” Omel Changmin tanpa henti.

Yunho memutar bola matanya.
Namja tampan itu mendudukkan dirinya di atas bebatuan pinggir sungai seraya memeriksa hasil jepretannya sejak mereka tiba di hutan ini.

  Buddha, terima kasih untuk makanan yang telah Engkau berikan siang ini. Berkatilah setiap sari-sari makanan yang masuk ke dalam tubuhku, semoga malam ini aku bisa makan Pizza Sayur. Amin

Namja berwajah kekanakan itu mengangkat wajahnya setelah ia selesai berdoa.
Mata sipitnya menatap Yunho yang balas memandangnya jengah.

  “Apa?” Tantang Changmin mendelik.

Yunho menggeleng pelan.
Ia mengindikkan bahunya seraya tersenyum kecil.

  “Aku hanya merasa sedikit geli dengan doamu yang terdengar aneh, kurasa Buddha atau Tuhan pun menertawakanmu, Changmin ah. Apa kau tidak pernah berdoa sesuai ketentuan agama?” Ujar Yunho sarkastik.

Nafas Changmin memburu.
Dahinya merengut tanda tidak senang.

  “Tahu apa kau tentang Tuhan huh?” Balas Changmin tajam.

Skakmat.
Yunho terdiam.
Menatap lama mata sipit Changmin yang menyiratkan amarah.

Namja tampan itu menghela nafasnya pelan.
Kemudian ia kembali menatap kameranya.

  “Kau tahu? Tanpa berdoa pun kau akan tetap bisa makan. Uangmu banyak, kau kaya, kau bisa membeli ratusan Pizza Sayur sesukamu” Komentar Yunho kemudian.

Changmin menghembuskan nafas panjang.
Ia menutup botol minumnya dan memasukkan bungkus makanannya dengan kasar ke dalam plastik.
Emosinya mendadak keluar.

  “Yunho ah, kau sahabatku satu-satunya, aku tidak ingin ribut denganmu setiap kali kita membahas hal ini. Kau boleh mengatakan apa saja tentangku, tapi jangan bawa-bawa Buddha-ku, arra?”

  “Arraseo”

  “Haaahh, kau benar-benar menyebalkan Yunho ah!”

Hmp.

Namja tampan itu hanya tersenyum kecil mendengarnya.
Well, mungkin kali ini memang salahnya.
Atau setiap kali adalah salahnya?
Changmin memang sedikit sensitif mengenai hal agamanya.
Karena ia seorang Buddhist, ia sering dicemooh dan diledek oleh teman-teman sekolahnya.
Ia sendiri tidak mengerti kenapa.

Hanya Yunho yang menerima dirinya apa adanya saat itu.
Menciptakan tali persahabatan yang sangat erat walaupun mereka berbeda pendapat.

  “Kau tidak merasa menyesal, monster food? Peraturan melarangmu memakan ini dan itu, lihat aku, aku bebas memakan apa pun yang kusuka” Ujar Yunho lagi.

Jish.
Changmin mulai merasa jengah sekarang.

  Fucking Jung Yunho, can you just stop it?

Yunho terbahak.


-------


  “Hyung, Umma, Appa, aku pergi dulu!”

Siwon melepas kacamata bacanya.
Ia meletakkan koran itu di atas meja.

  “Ia bahkan memanggil Jaejoong dan kau terlebih dahulu, apa anak itu tidak sayang padaku?”

Jaejoong dan Ibunya tertawa geli.
Namja cantik itu beranjak dari duduknya dan beralih ke belakang Siwon.
Memeluk erat bahu Appanya.

  “Kami semua menyayangimu Appa, Junsu memang sembarangan” Ujarnya.

Hmp.

Siwon tersenyum kecil.
Ia mendongakkan wajahnya dan menunjuk pipi kanannya.
Membuat Jaejoong tertawa dan segera mengecup bagian itu.

  “Jja, Umma, Appa, aku juga pergi sekarang!” Ucap Jaejoong seraya beranjak keluar rumah.

Siwon mengerutkan dahinya.
Ia kembali menatap istrinya.

  “Kau lihat? Jaejoong juga sama sembarangan seperti adiknya” Gerutu namja tinggi itu kesal.

Namja cantik itu mengencangkan syalnya dan menggosok kedua tangannnya yang berbalut sarung tangan.
Ia terus melangkah menuju gereja yang terletak dua blok dari rumahnya.
Mata bulatnya sesekali melirik anak-anak kecil yang berlarian di taman kota.
Ah, beruntung sekali mereka, bisa menikmati masa kecil yang indah.
Jauh berbeda dengan dirinya yang dikurung di dalam kamar dengan berbagai jenis suntikan.

BRUKK!

Segalanya terjadi dalam sekejap mata.
Jaejoong bahkan tidak sadar selama beberapa detik.
Yang ia tahu ia kini terduduk di trotoar.
Mengeluh sakit pada pantatnya.

  “Kau baik-baik saja?”

Jaejoong tertegun.
Suara bass itu menggelitik telinganya.
Namja cantik itu mendongak.
Membiarkan kedua matanya berbinar-binar memandangi sosok tampan yang berdiri di hadapannya saat ini.

  “N-ne, gwenchana” Ujar Jaejoong pelan.

Namja tampan itu membantu Jaejoong berdiri.
Mata musangnya memeriksa apakah ada luka pada namja cantik itu.

  “Lain kali kalau jalan lihat-lihat, kau bisa mendapat kecelakaan yang lebih parah dari ini kau tahu itu huh?”

Jaejoong mengerjap-kerjapkan matanya.
Raut wajahnya memperlihatkan kalau ia sama sekali tidak merespon nasehat namja tampan itu.

  “Kau mendengarku?” Ujar namja tampan itu kesal.

DEG.

Jaejoong tertegun.
Matanya mengerjap refleks.

  “Mi-Mianhae, kau begitu tampan” Ujar Jaejoong begitu saja.

Eoh?

Namja tampan itu menaikkan alisnya.
Tersenyum kecil mendengar pengakuan jujur namja cantik itu.
 
  “Lain kali hati-hati” Gumamnya pelan.

  “E-eh?” Kaget Jaejoong melihat namja tampan itu melanjutkan langkahnya.

GREPP!

  “Chakkaman!” Jerit Jaejoong sedikit keras.

Membuat namja tampan itu berbalik dan menatap Jaejoong dengan tatapan datarnya.
Uh.
Namja cantik itu merasakan pipinya menghangat.
Ia mendongak dan berbisik lirih.

  “Boleh aku tahu siapa namamu? Namaku Kim Jaejoong”

Mwo?
Yunho menaikkan alisnya.
Kemudian ia menyunggingkan senyum kecil.

  “Jung Yunho” Balasnya.

  “Kau---Fotografer?” Tanya Jaejoong lagi. Mata bulatnya terus menatap kamera yang bergantung di leher Yunho.

  “Ne”

  “Apakah kau sudah memiliki kekasih?”

  “Belum”

  “Ah! Ka-Kau tinggal dimana?”

Gaaah.
Yunho memutar bola matanya.
Ia mengerutkan dahinya iritasi menatap namja cantik itu.

  “Kau sedang menanyaiku atau menginterogasiku eoh?” Balas Yunho ketus.

  “Ma-Maaf” Gumam Jaejoong lirih.

Namja tampan itu merasa geli sekarang.
Ia tidak pernah bertemu dengan namja sepolos Jaejoong.
Bertanya macam-macam padahal mereka baru saja bertemu.
Aigoo.

  “Dengar, Kim Jaejoong, kalau kau begitu penasaran tentangku, kau bisa menemuiku di taman Namsan besok sore, arra?”

Jaejoong tertegun.
Terdiam merasakan jantungnya yang berdebar-debar.

  “Apa sekarang aku sudah boleh pergi?” Tanya Yunho tegas.

  “Ne, gomawo” Balas Jaejoong pelan.

Namja tampan itu berdecak sebelum membalikkan tubuhnya.
Ia melanjutkan langkahnya dengan senyum menggelikan di bibir tebalnya.
Ah, sudah lama ia tidak tersenyum seperti ini.

Sementara itu, Jaejoong masih berdiri diam di tempatnya.
Memandangi punggung Yunho sampai namja itu hilang di belokan blok.

  “Haaahhhhh~”

Jaejoong menghembuskan nafas gugup.
Ia menutup mulutnya dengan kedua telapak tangan.
Meringis geli merasakan bulu-bulu lembut sarung tangannya menggelitik kulitnya.
Namja cantik itu tersenyum lebar.

Sampai ia terkikik sendiri tanpa sadar.

  Tuhan, iakah? Iakah malaikat yang kupinta darimu setiap malam?” Bisik Jaejoong pada dirinya sendiri.

Namja cantik itu membalikkan tubuhnya, kemudian ia melanjutkan gerak kedua kaki jenjangnya.
Dengan senyum yang tidak pernah lepas dari wajah cantiknya.

  “Kkk~ Benar-benar tampan” Gumam Jaejoong pelan.


-------


Kim Kibum mengulas senyum manisnya hari ini.
Mata sipitnya tidak berhenti memandangi Jaejoong yang sedang bersenandung pelan seraya memakai topi rajutnya yang berwarna biru.

  “Yeobo, sepertinya terjadi sesuatu yang menyenangkan terhadap uri Joongie”

Eoh?

Siwon mengerutkan dahinya.
Ia mengikuti arah pandang kekasihnya dan ikut tersenyum ketika Jaejoong duduk di depannya.

  “Kau terlihat cerah hari ini, Joongie” Ujar Siwon geli.

Jaejoong mendengus.
Ia mempoutkan bibir ranumnya.

  “Joongie Hyung sedang jatuh cinta, Appa” Celetuk  Junsu yang baru saja menuruni tangga.

Namja imut itu sedang memakai sarung tangannya.

  “Jeongmall?” Ujar Kibum kaget.

Jaejoong merasakan wajahnya menghangat.
Ia menatap tajam adiknya yang ember itu.
Aish!

  “Hahaha, kenapa kau tidak membawanya ke rumah, sayang?” Tawa Siwon lembut.

  “Joongie Hyung baru mengetahui namanya Appa, ia tidak kenal siapa orang itu” Sahut Junsu lagi.

  “KIM JUNSU!!” Teriak Jaejoong kesal.

Kibum yang mendengar itu segera mendekati putra sulungnya.
Ia menatap ragu namja cantik itu.

  “Kau bahkan belum mengenalnya, sayang? Bagaimana bisa kau menyukainya?”

  “Umma tidak perlu khawatir, aku tahu mana yang baik untukku dan mana yang tidak, lagi pula Tuhan selalu menyertaiku Umma”

  “Yah, tapi tetap saja---”

  “Umma, aku akan mengajaknya berkenalan dan membawanya ke rumah kalau kami sudah dekat, arra?”

Kibum menghela nafas.
Ia mengangguk pelan dan mengusap lembut pipi Jaejoong.

  “Kau sudah minum obatmu?”

  “Sudah Umma”

  “Baiklah, kau boleh pergi sekarang, Junsu, jaga kakakmu arra?”

Namja imut itu mengangguk, ia tersenyum manis dan segera meraih jemari Jaejoong.
Membawanya keluar rumah.

  “Kau menyebalkan Junsu ah” Gerutu Jaejoong manja.

Junsu terkikik.

  “Aku hanya tidak ingin Umma dan Appa khawatir padamu Hyung” Sahutnya.

Uh uh.
Jaejoong menghentakkan kakinya sekarang.

Kedua Kim bersaudara itu berjalan santai menuju taman Namsan.
Sebuah taman mini tempat anak-anak bermain, orang tua beristirahat, pasangan yang berkencan, dan masih banyak lagi.
Jaejoong melepaskan genggaman tangan adiknya ketika mata bulatnya menangkap sosok Yunho yang sedang memotret di pusat taman.

  “Jja, kau bisa pergi menemui Yoochun Sunbaemu sekarang” Ujar Jaejoong melambaikan tangannya.

Junsu mengangguk.
Kemudian ia berjalan menjauhi kakaknya.

TAP TAP TAP.

Jaejoong berdiri di samping Yunho.
Tersenyum manis memandangi namja tampan itu.

  “Kupikir kau tidak akan datang” Ucap Yunho pelan.

Hmp.
Jaejoong masih tersenyum.
Yunho memeriksa hasil potretnya dan duduk di kursi taman.

  “Boleh aku melihat kameramu?” Tanya Jaejoong penasaran.

  “Tidak” Balas Yunho ketus.

  “Waeyo?”
 
  “Hanya orang tertentu yang boleh menyentuhnya”

  “Pelit”

Namja cantik itu menggembungkan pipinya kesal.
Yunho yang melihat itu segera memotret wajah aneh Jaejoong.
Membuat namja cantik itu memekik kaget dan memukuli bahu Yunho.

  “Hapus! Hapus hapus!” Jerit Jaejoong tidak suka.

Yunho tidak menggubris namja cantik itu.
Ia beranjak bangun dan berkeliling mencari objek yang bagus.
Mengacuhkan Jaejoong yang ikut berdiri mengejarnya.

  “Apa kau fotografer legal?”
  
  “Tentu saja”

  “Oh ne? Label apa yang menaungimu?”

  “Majalah C-JES, mereka mengontrakku seumur hidup”

  “Mwo? Majalah mahal itu? Perusahaan terkenal itu? Kau bercanda??”

  “Menurutmu?”

Jaejoong berdecak kagum.
Ia tidak menyangka kalau namja tampan ini benar-benar hebat.

  “Yunnie yah, traktir aku es krim”

  “Mwo? Siapa yang kau panggil Yunnie huh? Apa kepalamu terbentur?”

  “Aku memanggilmu! Nama itu bagus untukmu! Dan aku ingin es krim!”

Yunho mengerutkan dahinya memandangi Jaejoong.
Namja tampan itu bingung mengapa ia hanya diam saat Jaejoong menarik tangannya menuju kedai es krim yang ada di seberang jalan.
Bahkan ia rela mengeluarkan seribu won untuk es krim tingkat tiga namja cantik itu.

  “Aish, setelah es krim itu habis kau harus segera pulang, bocah” Ujar Yunho kesal.

  “Aku tidak mau, kau harus menemaniku ke tempat yang aku inginkan!” Balas Jaejoong terkikik.

Yunho kembali mendengus.
Ingin rasanya ia membenturkan kepalanya di dinding.
Gosh!
Bagaimana bisa ia tidak bisa menolak?
Bukankah selama ini tidak ada yang pernah bisa mengaturnya huh?
Lalu kenapa otaknya memerintahkannya untuk menurut pada namja asing yang tidak dikenalnya ini?

  “Yunnie yah, apa kau anak tunggal? Atau kau memiliki adik?” Tanya Jaejoong menjilat es krimnya.

DEG.

Mata musang Yunho menggelap.
Rahangnya mengeras.
Ia menoleh dan menatap dingin namja cantik itu.

  “Dengar, Kim Jaejoong, kau boleh berceloteh sesuka hatimu, tapi jangan pernah menyinggung masalah keluargaku, arra?”

  “Waeyo? Aku tidak mau! Aku akan terus bertanya sampai kau menjawab----”

  “MEMANGNYA KAU SIAPA HUH?!”

DEG.

Jaejoong terkejut.
Mata bulatnya membesar kaget.
Menatap Yunho yang menghembuskan nafas berat.
Mata musangnya menatap nyalak namja cantik itu.

Jaejoong bungkam seketika.
Dadanya berdebar-debar kencang.
Demi Tuhan, ia tidak pernah dibentak sekeras itu oleh siapa pun!

  “Ma-maafkan aku..” Lirih Jaejoong bergetar.

Yunho memalingkan wajahnya.
Ia mulai melangkahkan kakinya hendak meninggalkan namja cantik itu.

  “Yu-Yunnie ah, eodisseo?” Tanya Jaejoong pelan.

  “Pulang” Sahut Yunho datar.

  “Kau tidak jadi menemaniku?”

Haahh.
Namja tampan itu berbalik menatap Jaejoong.
Sementara namja cantik itu balas menatap Yunho dengan kedua mata bulatnya yang berkaca-kaca.


-------


Yunho merasakan tubuhnya menegang.
Ketika langkah kaki mereka berhenti di depan bangunan megah itu.
Mata musangnya menajam.
Nafasnya menderu berat.

Seakan menyimpan ribuan dendam di dalam sana.

  “Kau mau ikut aku?” Tawar Jaejoong berbisik.

Yunho menggeleng.
Ia tersenyum kecut menatap Jaejoong.

  “Kau yakin? Tempat ini bisa membuatmu merasa tenang, Yunnie yah” Bujuk namja cantik itu lagi.

Yunho mendudukkan dirinya di kursi halaman bangunan itu.
Mengacuhkan Jaejoong yang kini duduk di sampingnya.

  “Kenapa?”

Namja tampan itu menghela nafas pelan sebelum menoleh dan memandang lekat wajah cantik itu.
Ah, namja cantik ini senang sekali bertanya hum?

  “Aku membenci tempat seperti ini” Ujar Yunho tajam.

Jaejoong melebarkan kedua mata bulatnya kaget.

  “Kau Atheis?”

Huh.
Yunho balas menyahut.

  Atheis dan tidak percaya Tuhan, kedengarannya tidak berbeda, bukan?”

TBC :D

2 komentar:

  1. Keluarga jaejoong taat agama tapi yunho atheis ? Konfliknya tentang agama ?
    Waaaah ini seru eonni. Baru nemu ff yg kya gini :)
    Mian ve ga bisa koment di fb , jd di sini aja :D

    BalasHapus
  2. Keluarga jaejoong taat agama tapi yunho atheis ? Konfliknya tentang agama ?
    Waaaah ini seru eonni. Baru nemu ff yg kya gini :)
    Mian ve ga bisa koment di fb , jd di sini aja :D

    BalasHapus