Tittle: GOD, WE ARE DIFFERENT
Genre:
YAOI
Author:
Shella Rizal a.k.a Park Sooji
Cast:
Yunjae and other
Length:
CHAPTER
Rating:
family-romance-hurt-mpreg-sweet-religy-friendship
WARNING:
BOY x BOY! Yg ga suka YAOI mending cabut aja dari sini, cos author Cinta damai~
*kibar2
kutang Jae umma*
-------
PART 1.
“Bapa yang baik, terima kasih atas makanan
yang telah Engkau sediakan ini, berkatilah makanan ini supaya menjadi sumber
kekuatan bagi tubuh kami dan berkatilah orang-orang yang belum dapat menikmati
makanan seperti ini. Terima kasih, Bapa. Amin”
Suara denting garpu terdengar beradu, mengisi
keheningan ruang makan keluarga Kim setelah sang kepala keluarga memimpin doa
untuk mereka.
Kibum tersenyum kepada suaminya, ia membantu lelaki
bertubuh tinggi itu menaruh berbagai macam lauk pauk pada piring nasinya.
Sementara si bungsu Kim Junsu tampak khidmat menikmati
makan malam yang kali ini dapat dikatakan berlebihan.
Well, mereka sedang merayakan kembalinya si sulung
Jaejoong dari rumah sakit.
Namja cantik itu masih terlihat pucat, namun ia
memasang senyum manis setiap kali Umma atau Appanya menatap khawatir kepadanya.
“Gwenchana
Appa, aku sehat” Ujar Jaejoong pelan.
Siwon menghembuskan nafas panjang.
Mata sipitnya mengerjap pelan sebelum ia melahap makan
malamnya.
Benaknya berkecamuk.
Bohong kalau ia mengatakan ia hanya sedikit khawatir
pada putra sulungnya yang satu itu.
Namja bertubuh tinggi itu terdiam beberapa saat seraya
mengunyah makanannya.
Memikirkan mengapa kondisi tubuh Jaejoong tidak
memperlihatkan kemajuan dalam waktu yang pesat.
Ah, Kim Jaejoong.
Namja cantik itu memiliki kelainan jantung sejak ia
lahir.
Tubuhnya lemah, wajahnya sering tampak pucat.
Bahkan ia mengambil program Home Schooling sejak kecil dikarenakan tubuhnya tidak bisa menerima
aktifitas berat.
Jaejoong memang bukan putra kandung Kim Kibum.
Ia adalah putra kandung dari Siwon, Ummanya bernama
Kim Heechul.
Siwon mengatakan kalau Heechul meninggal setelah
melahirkan Jaejoong.
Kemudian ia menikahi Kibum yang memang sahabat
dekatnya saat itu.
Dan mereka memiliki Junsu setelah dua tahun menikah.
Junsu sendiri adalah anak lelaki yang ceria, polos,
dan sehat di saat yang bersamaan.
Senyum manisnya selalu memancarkan semangat kepada
semua orang.
Usianya berbeda tiga tahun dari Jaejoong.
Ia masih duduk di bangku sekolah menengah atas saat
ini.
Walaupun Jaejoong bukanlah kakak seibunya, Junsu
menyayangi Jaejoong lebih dari apa pun di dunia ini.
Mereka berdua kompak, dan sangat dekat satu sama lain.
Dan Kibum sendiri tidak mempermasalahkan mengenai
status namja cantik itu.
Ia juga sahabat dari Heechul, dan ia menyayangi
Jaejoong seperti putra kandungnya sendiri.
“Hyung! Hari
ini aku pulang bersama Yoochun Sunbae~ Kkk~” Ujar Junsu terkikik.
Ish.
Jaejoong mempoutkan bibir cherry-nya.
Ia menjitak kepala adik imutnya yang satu itu.
“Centil!”
Gerutu Jaejoong menjulurkan lidahnya.
Junsu tidak peduli.
Ia semakin terkikik.
“Aigoo, anak
Umma sudah besar ternyata hmm? Junsuie, kenapa kau tidak mengundang Yoochun
Sunbaemu makan malam bersama kita? Umma ingin mengenalnya” Ujar Kibum lembut.
“Aku juga
ingin mengenalkannya kepada Umma dan Appa, tapi aku sudah berjanji pada diriku
sendiri, kalau aku tidak akan mengenalkan siapa pun yang sedang dekat denganku
sebelum Joongie Hyung melakukannya terlebih dahulu” Sahut Junsu tersenyum
manis.
Jaejoong mendelikkan mata bulatnya kesal.
“YAA! Kau
mengejekku eoh?!” Jerit namja cantik itu lantang.
Junsu tertawa geli sekarang.
“Kenapa kau
tidak membawa Hyunjoong saja?” Ujar Siwon menyesap minumnya.
“Appaa~! Aku
dan Hyunjoong Hyung dekat karena dia Dokterku dan aku pasiennya! Aishhh” Gerutu
Jaejoong mengerutkan dahinya.
Siwon dan Kibum tertawa geli.
“Ia cukup taat
beribadah, Appa suka itu” Ungkap Siwon terang-terangan.
Jaejoong dan Junsu memutar bola mata mereka.
“Yeah, tentu
saja, Appa akan menerima siapa pun yang juga taat beribadah, Junsu ah, Yoochun
Sunbaemu itu bukan pendeta kan?” Ujar Jaejoong melirik adiknya.
“Tentu saja
bukan! Memangnya kenapa kalau ia pendeta?” Balas Junsu kaget.
“Kalau begitu
kau beruntung! Aku hanya takut kalau nantinya malah Appa yang jatuh cinta pada
Yoochun! Hahahahaha” Tawa Jaejoong lantang.
Siwon tersedak.
Ia mendelik menatap ketiga anggota keluarganya yang
sedang tertawa lantang sekarang.
Aish.
Lagi-lagi mereka mengoloknya -_-
-------
CKLIK!
CKLIK!
Mata musang yang terpejam sebelah itu mulai terbuka
perlahan.
Ia menatap lensa kameranya sejenak sebelum kembali
memotret.
Namja tampan itu menghembuskan nafas pelan dan
mematikan kameranya.
Ia menoleh, menatap Shim Changmin, sahabatnya sejak ia
duduk di bangku sekolah dasar.
“Minnie ah,
kapan kau selesai makan?” Tanya Yunho jengah.
Namja berwajah kekanakan itu mengerutkan dahinya tidak
senang.
Ia menepuk pipinya yang menggembung karena kebanyakan
makanan.
Kemudian ia meneguk sebotol air mineral dan mendelik
menatap Yunho.
“Kurasa hanya
kau satu-satunya manusia yang merasa sengsara melihatku makan! Aku sedang
mengisi tenaga, Yunho ah! Kau tahu, berjalan kaki dari rumah sampai ke hutan
ini membuatku lelah?” Omel Changmin tanpa henti.
Yunho memutar bola matanya.
Namja tampan itu mendudukkan dirinya di atas bebatuan
pinggir sungai seraya memeriksa hasil jepretannya sejak mereka tiba di hutan
ini.
“Buddha, terima kasih untuk makanan yang
telah Engkau berikan siang ini. Berkatilah setiap sari-sari makanan yang masuk
ke dalam tubuhku, semoga malam ini aku bisa makan Pizza Sayur. Amin”
Namja berwajah kekanakan itu mengangkat wajahnya
setelah ia selesai berdoa.
Mata sipitnya menatap Yunho yang balas memandangnya
jengah.
“Apa?” Tantang
Changmin mendelik.
Yunho menggeleng pelan.
Ia mengindikkan bahunya seraya tersenyum kecil.
“Aku hanya
merasa sedikit geli dengan doamu yang terdengar aneh, kurasa Buddha atau Tuhan pun menertawakanmu,
Changmin ah. Apa kau tidak pernah berdoa sesuai ketentuan agama?” Ujar Yunho
sarkastik.
Nafas Changmin memburu.
Dahinya merengut tanda tidak senang.
“Tahu apa kau
tentang Tuhan huh?” Balas Changmin tajam.
Skakmat.
Yunho terdiam.
Menatap lama mata sipit Changmin yang menyiratkan
amarah.
Namja tampan itu menghela nafasnya pelan.
Kemudian ia kembali menatap kameranya.
“Kau tahu?
Tanpa berdoa pun kau akan tetap bisa makan. Uangmu banyak, kau kaya, kau bisa
membeli ratusan Pizza Sayur sesukamu” Komentar Yunho kemudian.
Changmin menghembuskan nafas panjang.
Ia menutup botol minumnya dan memasukkan bungkus
makanannya dengan kasar ke dalam plastik.
Emosinya mendadak keluar.
“Yunho ah, kau
sahabatku satu-satunya, aku tidak ingin ribut denganmu setiap kali kita
membahas hal ini. Kau boleh mengatakan apa saja tentangku, tapi jangan
bawa-bawa Buddha-ku, arra?”
“Arraseo”
“Haaahh, kau
benar-benar menyebalkan Yunho ah!”
Hmp.
Namja tampan itu hanya tersenyum kecil mendengarnya.
Well, mungkin kali ini memang salahnya.
Atau setiap kali adalah salahnya?
Changmin memang sedikit sensitif mengenai hal agamanya.
Karena ia seorang Buddhist,
ia sering dicemooh dan diledek oleh teman-teman sekolahnya.
Ia sendiri tidak mengerti kenapa.
Hanya Yunho yang menerima dirinya apa adanya saat itu.
Menciptakan tali persahabatan yang sangat erat
walaupun mereka berbeda pendapat.
“Kau tidak
merasa menyesal, monster food?
Peraturan melarangmu memakan ini dan itu, lihat aku, aku bebas memakan apa pun
yang kusuka” Ujar Yunho lagi.
Jish.
Changmin mulai merasa jengah sekarang.
“Fucking Jung Yunho, can you just stop it?”
Yunho terbahak.
-------
“Hyung, Umma,
Appa, aku pergi dulu!”
Siwon melepas kacamata bacanya.
Ia meletakkan koran itu di atas meja.
“Ia bahkan
memanggil Jaejoong dan kau terlebih dahulu, apa anak itu tidak sayang padaku?”
Jaejoong dan Ibunya tertawa geli.
Namja cantik itu beranjak dari duduknya dan beralih ke
belakang Siwon.
Memeluk erat bahu Appanya.
“Kami semua
menyayangimu Appa, Junsu memang sembarangan” Ujarnya.
Hmp.
Siwon tersenyum kecil.
Ia mendongakkan wajahnya dan menunjuk pipi kanannya.
Membuat Jaejoong tertawa dan segera mengecup bagian
itu.
“Jja, Umma,
Appa, aku juga pergi sekarang!” Ucap Jaejoong seraya beranjak keluar rumah.
Siwon mengerutkan dahinya.
Ia kembali menatap istrinya.
“Kau lihat?
Jaejoong juga sama sembarangan seperti adiknya” Gerutu namja tinggi itu kesal.
Namja cantik itu mengencangkan syalnya dan menggosok
kedua tangannnya yang berbalut sarung tangan.
Ia terus melangkah menuju gereja yang terletak dua
blok dari rumahnya.
Mata bulatnya sesekali melirik anak-anak kecil yang
berlarian di taman kota.
Ah, beruntung sekali mereka, bisa menikmati masa kecil
yang indah.
Jauh berbeda dengan dirinya yang dikurung di dalam
kamar dengan berbagai jenis suntikan.
BRUKK!
Segalanya terjadi dalam sekejap mata.
Jaejoong bahkan tidak sadar selama beberapa detik.
Yang ia tahu ia kini terduduk di trotoar.
Mengeluh sakit pada pantatnya.
“Kau baik-baik
saja?”
Jaejoong tertegun.
Suara bass itu menggelitik telinganya.
Namja cantik itu mendongak.
Membiarkan kedua matanya berbinar-binar memandangi
sosok tampan yang berdiri di hadapannya saat ini.
“N-ne,
gwenchana” Ujar Jaejoong pelan.
Namja tampan itu membantu Jaejoong berdiri.
Mata musangnya memeriksa apakah ada luka pada namja
cantik itu.
“Lain kali
kalau jalan lihat-lihat, kau bisa mendapat kecelakaan yang lebih parah dari ini
kau tahu itu huh?”
Jaejoong mengerjap-kerjapkan matanya.
Raut wajahnya memperlihatkan kalau ia sama sekali
tidak merespon nasehat namja tampan itu.
“Kau mendengarku?”
Ujar namja tampan itu kesal.
DEG.
Jaejoong tertegun.
Matanya mengerjap refleks.
“Mi-Mianhae,
kau begitu tampan” Ujar Jaejoong begitu saja.
Eoh?
Namja tampan itu menaikkan alisnya.
Tersenyum kecil mendengar pengakuan jujur namja cantik
itu.
“Lain kali
hati-hati” Gumamnya pelan.
“E-eh?” Kaget
Jaejoong melihat namja tampan itu melanjutkan langkahnya.
GREPP!
“Chakkaman!”
Jerit Jaejoong sedikit keras.
Membuat namja tampan itu berbalik dan menatap Jaejoong
dengan tatapan datarnya.
Uh.
Namja cantik itu merasakan pipinya menghangat.
Ia mendongak dan berbisik lirih.
“Boleh aku
tahu siapa namamu? Namaku Kim Jaejoong”
Mwo?
Yunho menaikkan alisnya.
Kemudian ia menyunggingkan senyum kecil.
“Jung Yunho”
Balasnya.
“Kau---Fotografer?”
Tanya Jaejoong lagi. Mata bulatnya terus menatap kamera yang bergantung di
leher Yunho.
“Ne”
“Apakah kau
sudah memiliki kekasih?”
“Belum”
“Ah! Ka-Kau
tinggal dimana?”
Gaaah.
Yunho memutar bola matanya.
Ia mengerutkan dahinya iritasi menatap namja cantik
itu.
“Kau sedang
menanyaiku atau menginterogasiku eoh?” Balas Yunho ketus.
“Ma-Maaf”
Gumam Jaejoong lirih.
Namja tampan itu merasa geli sekarang.
Ia tidak pernah bertemu dengan namja sepolos Jaejoong.
Bertanya macam-macam padahal mereka baru saja bertemu.
Aigoo.
“Dengar, Kim
Jaejoong, kalau kau begitu penasaran tentangku, kau bisa menemuiku di taman
Namsan besok sore, arra?”
Jaejoong tertegun.
Terdiam merasakan jantungnya yang berdebar-debar.
“Apa sekarang
aku sudah boleh pergi?” Tanya Yunho tegas.
“Ne, gomawo”
Balas Jaejoong pelan.
Namja tampan itu berdecak sebelum membalikkan
tubuhnya.
Ia melanjutkan langkahnya dengan senyum menggelikan di
bibir tebalnya.
Ah, sudah lama ia tidak tersenyum seperti ini.
Sementara itu, Jaejoong masih berdiri diam di
tempatnya.
Memandangi punggung Yunho sampai namja itu hilang di
belokan blok.
“Haaahhhhh~”
Jaejoong menghembuskan nafas gugup.
Ia menutup mulutnya dengan kedua telapak tangan.
Meringis geli merasakan bulu-bulu lembut sarung
tangannya menggelitik kulitnya.
Namja cantik itu tersenyum lebar.
Sampai ia terkikik sendiri tanpa sadar.
“Tuhan, iakah? Iakah malaikat yang kupinta
darimu setiap malam?” Bisik Jaejoong pada dirinya sendiri.
Namja cantik itu membalikkan tubuhnya, kemudian ia
melanjutkan gerak kedua kaki jenjangnya.
Dengan senyum yang tidak pernah lepas dari wajah
cantiknya.
“Kkk~
Benar-benar tampan” Gumam Jaejoong pelan.
-------
Kim Kibum mengulas senyum manisnya hari ini.
Mata sipitnya tidak berhenti memandangi Jaejoong yang
sedang bersenandung pelan seraya memakai topi rajutnya yang berwarna biru.
“Yeobo,
sepertinya terjadi sesuatu yang menyenangkan terhadap uri Joongie”
Eoh?
Siwon mengerutkan dahinya.
Ia mengikuti arah pandang kekasihnya dan ikut
tersenyum ketika Jaejoong duduk di depannya.
“Kau terlihat
cerah hari ini, Joongie” Ujar Siwon geli.
Jaejoong mendengus.
Ia mempoutkan bibir ranumnya.
“Joongie Hyung
sedang jatuh cinta, Appa” Celetuk Junsu
yang baru saja menuruni tangga.
Namja imut itu sedang memakai sarung tangannya.
“Jeongmall?”
Ujar Kibum kaget.
Jaejoong merasakan wajahnya menghangat.
Ia menatap tajam adiknya yang ember itu.
Aish!
“Hahaha,
kenapa kau tidak membawanya ke rumah, sayang?” Tawa Siwon lembut.
“Joongie Hyung
baru mengetahui namanya Appa, ia tidak kenal siapa orang itu” Sahut Junsu lagi.
“KIM JUNSU!!”
Teriak Jaejoong kesal.
Kibum yang mendengar itu segera mendekati putra
sulungnya.
Ia menatap ragu namja cantik itu.
“Kau bahkan
belum mengenalnya, sayang? Bagaimana bisa kau menyukainya?”
“Umma tidak
perlu khawatir, aku tahu mana yang baik untukku dan mana yang tidak, lagi pula
Tuhan selalu menyertaiku Umma”
“Yah, tapi
tetap saja---”
“Umma, aku
akan mengajaknya berkenalan dan membawanya ke rumah kalau kami sudah dekat,
arra?”
Kibum menghela nafas.
Ia mengangguk pelan dan mengusap lembut pipi Jaejoong.
“Kau sudah
minum obatmu?”
“Sudah Umma”
“Baiklah, kau
boleh pergi sekarang, Junsu, jaga kakakmu arra?”
Namja imut itu mengangguk, ia tersenyum manis dan
segera meraih jemari Jaejoong.
Membawanya keluar rumah.
“Kau
menyebalkan Junsu ah” Gerutu Jaejoong manja.
Junsu terkikik.
“Aku hanya
tidak ingin Umma dan Appa khawatir padamu Hyung” Sahutnya.
Uh uh.
Jaejoong menghentakkan kakinya sekarang.
Kedua Kim bersaudara itu berjalan santai menuju taman
Namsan.
Sebuah taman mini tempat anak-anak bermain, orang tua
beristirahat, pasangan yang berkencan, dan masih banyak lagi.
Jaejoong melepaskan genggaman tangan adiknya ketika
mata bulatnya menangkap sosok Yunho yang sedang memotret di pusat taman.
“Jja, kau bisa
pergi menemui Yoochun Sunbaemu sekarang” Ujar Jaejoong melambaikan tangannya.
Junsu mengangguk.
Kemudian ia berjalan menjauhi kakaknya.
TAP TAP TAP.
Jaejoong berdiri di samping Yunho.
Tersenyum manis memandangi namja tampan itu.
“Kupikir kau
tidak akan datang” Ucap Yunho pelan.
Hmp.
Jaejoong masih tersenyum.
Yunho memeriksa hasil potretnya dan duduk di kursi
taman.
“Boleh aku
melihat kameramu?” Tanya Jaejoong penasaran.
“Tidak” Balas
Yunho ketus.
“Waeyo?”
“Hanya orang
tertentu yang boleh menyentuhnya”
“Pelit”
Namja cantik itu menggembungkan pipinya kesal.
Yunho yang melihat itu segera memotret wajah aneh
Jaejoong.
Membuat namja cantik itu memekik kaget dan memukuli
bahu Yunho.
“Hapus! Hapus
hapus!” Jerit Jaejoong tidak suka.
Yunho tidak menggubris namja cantik itu.
Ia beranjak bangun dan berkeliling mencari objek yang
bagus.
Mengacuhkan Jaejoong yang ikut berdiri mengejarnya.
“Apa kau
fotografer legal?”
“Tentu saja”
“Oh ne? Label
apa yang menaungimu?”
“Majalah
C-JES, mereka mengontrakku seumur hidup”
“Mwo? Majalah
mahal itu? Perusahaan terkenal itu? Kau bercanda??”
“Menurutmu?”
Jaejoong berdecak kagum.
Ia tidak menyangka kalau namja tampan ini benar-benar
hebat.
“Yunnie yah,
traktir aku es krim”
“Mwo? Siapa
yang kau panggil Yunnie huh? Apa kepalamu terbentur?”
“Aku
memanggilmu! Nama itu bagus untukmu! Dan aku ingin es krim!”
Yunho mengerutkan dahinya memandangi Jaejoong.
Namja tampan itu bingung mengapa ia hanya diam saat
Jaejoong menarik tangannya menuju kedai es krim yang ada di seberang jalan.
Bahkan ia rela mengeluarkan seribu won untuk es krim
tingkat tiga namja cantik itu.
“Aish, setelah
es krim itu habis kau harus segera pulang, bocah” Ujar Yunho kesal.
“Aku tidak
mau, kau harus menemaniku ke tempat yang aku inginkan!” Balas Jaejoong
terkikik.
Yunho kembali mendengus.
Ingin rasanya ia membenturkan kepalanya di dinding.
Gosh!
Bagaimana bisa ia tidak bisa menolak?
Bukankah selama ini tidak ada yang pernah bisa
mengaturnya huh?
Lalu kenapa otaknya memerintahkannya untuk menurut pada
namja asing yang tidak dikenalnya ini?
“Yunnie yah,
apa kau anak tunggal? Atau kau memiliki adik?” Tanya Jaejoong menjilat es
krimnya.
DEG.
Mata musang Yunho menggelap.
Rahangnya mengeras.
Ia menoleh dan menatap dingin namja cantik itu.
“Dengar, Kim
Jaejoong, kau boleh berceloteh sesuka hatimu, tapi jangan pernah menyinggung
masalah keluargaku, arra?”
“Waeyo? Aku
tidak mau! Aku akan terus bertanya sampai kau menjawab----”
“MEMANGNYA KAU
SIAPA HUH?!”
DEG.
Jaejoong terkejut.
Mata bulatnya membesar kaget.
Menatap Yunho yang menghembuskan nafas berat.
Mata musangnya menatap nyalak namja cantik itu.
Jaejoong bungkam seketika.
Dadanya berdebar-debar kencang.
Demi Tuhan, ia tidak pernah dibentak sekeras itu oleh
siapa pun!
“Ma-maafkan
aku..” Lirih Jaejoong bergetar.
Yunho memalingkan wajahnya.
Ia mulai melangkahkan kakinya hendak meninggalkan
namja cantik itu.
“Yu-Yunnie ah,
eodisseo?” Tanya Jaejoong pelan.
“Pulang” Sahut
Yunho datar.
“Kau tidak
jadi menemaniku?”
Haahh.
Namja tampan itu berbalik menatap Jaejoong.
Sementara namja cantik itu balas menatap Yunho dengan
kedua mata bulatnya yang berkaca-kaca.
-------
Yunho merasakan tubuhnya menegang.
Ketika langkah kaki mereka berhenti di depan bangunan
megah itu.
Mata musangnya menajam.
Nafasnya menderu berat.
Seakan menyimpan ribuan dendam di dalam sana.
“Kau mau ikut
aku?” Tawar Jaejoong berbisik.
Yunho menggeleng.
Ia tersenyum kecut menatap Jaejoong.
“Kau yakin?
Tempat ini bisa membuatmu merasa tenang, Yunnie yah” Bujuk namja cantik itu
lagi.
Yunho mendudukkan dirinya di kursi halaman bangunan
itu.
Mengacuhkan Jaejoong yang kini duduk di sampingnya.
“Kenapa?”
Namja tampan itu menghela nafas pelan sebelum menoleh
dan memandang lekat wajah cantik itu.
Ah, namja cantik ini senang sekali bertanya hum?
“Aku membenci
tempat seperti ini” Ujar Yunho tajam.
Jaejoong melebarkan kedua mata bulatnya kaget.
“Kau Atheis?”
Huh.
Yunho balas menyahut.
“Atheis dan tidak percaya Tuhan,
kedengarannya tidak berbeda, bukan?”
TBC :D
Keluarga jaejoong taat agama tapi yunho atheis ? Konfliknya tentang agama ?
BalasHapusWaaaah ini seru eonni. Baru nemu ff yg kya gini :)
Mian ve ga bisa koment di fb , jd di sini aja :D
Keluarga jaejoong taat agama tapi yunho atheis ? Konfliknya tentang agama ?
BalasHapusWaaaah ini seru eonni. Baru nemu ff yg kya gini :)
Mian ve ga bisa koment di fb , jd di sini aja :D