PART 3.
Siwon mengerutkan dahinya.
Menatap Jaejoong yang terlihat murung hari ini.
Namja cantik itu bahkan tidak berselera untuk
berceloteh.
Ia hanya diam sejak kemarin malam.
“Joongie
sayang? Kau baik-baik saja? Apa dadamu sakit?” Tanya Siwon khawatir.
Jaejoong menggeleng.
Ia bangun dari sofa dan berjalan memasuki kamar Junsu.
Meninggalkan Siwon yang menghela nafas bingung.
“Ne Chunnie,
hihihi~ Arraseo~ Aku akan berkunjung dan membawa pohon Natal mungil untukmu,
jja, anyeong~”
KLIK.
Junsu tersenyum-senyum manis seraya mengutak-atik
ponselnya.
Mengacuhkan Jaejoong yang sedang berguling tidak jelas
di atas ranjangnya.
“Sebentar lagi
Natal ya?” Gumam Jaejoong lirih.
Junsu menoleh.
Ia ikut berbaring di samping Jaejoong.
“Hum, aku jadi
ingin bermain Secret Santa” Kekeh
Junsu pelan.
“Aku juga, aku
bosan bermain itu bersama Umma dan Appa” Sahut Jaejoong jujur.
“Bagaimana
kalau tahun ini kita ajak Chunnnie?”
“Aku baru saja
berpikir bagaimana kalau Changmin dan Yunnie juga ikut”
“Hah?
Changmin?”
“Um, kemarin
aku mampir ke apertemen Yunnie, Changmin adalah sahabatnya, dia orang yang
menarik”
“Arraseo, tapi
Yunho Hyung otte? Bukankah ia---”
“Suie”
“Hmm?”
“Atheis bukan berarti ia tidak bisa ikut
bermain Secret Santa ani?”
Junsu mengerutkan dahinya.
“Kurasa ia
bahkan tidak mengerti apa arti Natal”
Jish.
Jaejoong bertelungkup.
Memukul kepala Junsu pelan.
“Kau
menyebalkan”
Junsu menjulurkan lidahnya tidak peduli.
Namja imut itu kembali mengusap layar ponselnya,
mengacuhkan Jaejoong yang kini terdiam seraya menatapi langit-langit kamar
adiknya.
Ia masih kesal dengan kejadian kemarin malam.
Tapi ia juga merasa bersalah.
Ia baru ingat kalau kausnya masih bersama Yunho, dan
kaus namja tampan itu ada padanya.
Ck.
Sekarang bagaimana caranya ia mengembalikan baju itu?
Ia tidak tahu harus berkata apa kalau bertemu Yunho.
“Hyung, aku
mau keluar, kau ikut?”
“Eodisseo?”
“Mencari pohon
Natal mini untuk Chunnie, ia selalu menginginkan benda itu”
“Hmm, aku
berhenti di taman Namsan saja”
Junsu mengerucutkan bibirnya.
Ia mengangguk pasrah dan segera bangkit mengganti
pakaiannya.
Disusul Jaejoong yang sudah beranjak meninggalkan
kamarnya.
-------
Jaejoong duduk diam di dekat pohon.
Jemarinya memutar-mutar gelas cokelat hangatnya.
Sesekali ia menghembuskan nafasnya.
Memperhatikan gumpalan asap yang keluar dari mulutnya.
SSRAK.
Jaejoong menoleh ketika seseorang duduk di sampingnya.
Ia menatap tidak percaya Yunho yang menyerahkan sebuah
bungkusan kepadanya.
“Kausmu”
Ah.
Jaejoong mengangguk.
Ia segera mengambil bungkusan itu.
“Soal
kemarin..Aku minta maaf”
“Tidak apa,
aku juga sudah lupa”
Hm.
Yunho menatap lurus ke depan.
Ia menggosokkan kedua telapak jemarinya.
“Yunnie”
“Hm”
“Apa Changmin
juga merayakan Natal?”
Yunho menaikkan alisnya.
Tersenyum kecil menanggapi pertanyaan Jaejoong.
“Aku dan Junsu
ingin bermain Secret Santa, tapi
tidak cukup orang, kau dan Changmin mau ikut?”
Jaejoong berharap banyak dalam hatinya.
Semoga saja Yunho berkata iya.
“Well, aku akan membicarakan hal ini
dengan Changmin”
“Jeongmall?
Kau tidak keberatan?”
“Hmm, aku juga
terkadang merindukan permainan itu”
DEG.
Jaejoong terkejut.
Bukankah itu artinya, dulu Yunho pernah bermain Secret Santa?
Merayakan Natal?
Namja cantik itu merasakan bibirnya gatal.
Ia ingin sekali bertanya kepada Yunho.
Tapi ia tidak ingin namja tampan itu tersulut emosi
dan mereka kembali merasakan suasana buruk seperti kemarin.
“Yunnie”
“Ne?”
“Kau mau
memberikan aku hadiah 12 hari Natal?”
Yunho terlihat kaget.
Namun ia segera menyembunyikan hal itu.
“Kurasa Secret Santa sudah cukup merepotkan
untukku” Ujar Yunho pelan.
“…”
“Apa kau tahu
hadiah 12 hari Natal hanya diberikan kepada orang yang kita cintai?”
“Ne”
“Berarti kau
juga mengerti kalau aku tidak bisa melakukan itu untukmu”
“Aku tidak
pernah menerima hadiah 12 hari Natal seumur hidupku, aku hanya ingin tahu bagaimana
rasanya”
DEG.
Yunho tertegun.
Ia memandangi Jaejoong yang tersenyum sendu.
Namja tampan itu menahan nafasnya.
Mendadak ia merasa sesak.
Ekspresi itu..Penuh kesakitan.
“Kau bisa
menerimanya suatu saat nanti, mungkin tahun depan akan ada orang yang
mencintaimu dengan tulus” Sahut Yunho datar.
“Yeah, kalau
saja aku masih bisa melihat salju tahun depan” Kekeh Jaejoong lirih.
Mwo?
Yunho refleks menoleh.
Namun Jaejoong sudah lebih dulu berdiri dan melebarkan
senyum manisnya.
“Jja! Traktir
aku gulali!” Ujarnya semangat.
Yunho tidak menggerutu atau apa pun itu.
Ia hanya diam menuruti Jaejoong yang mendadak ceria.
Namja tampan itu merasakan benaknya berkecamuk.
Kalimat Jaejoong barusan..Apa maksudnya?
-------
“Kau yakin
Hyung?”
“Tentu saja!”
Junsu menatap Yoochun.
Kemudian ia menoleh menatap Hyungnya yang terlihat
sangat bersemangat.
Namja cantik itu menekan bel pintu apertemen Yunho dan
Changmin berkali-kali.
Hingga kemudian pintu itu terbuka dan memperlihatkan
sosok Changmin yang masih memakai piyama.
“OMO! Kau
membawa pasukan, Jaejoongie!” Jerit Changmin kaget.
Jaejoong, Junsu dan Yoochun tertawa geli mendengar
ucapan namja itu.
“Aku ingin kau
dan Yunnie mengenal adikku dan kekasihnya, hehehe, aku sangat senang mendengar
kau ikut bermain Secret Santa” Ucap
Jaejoong tersenyum lebar.
“Well, kurasa Buddha tidak akan marah, hahaha, jja, masuklah” Balas Changmin
tertawa.
Ketiga namja itu melepaskan sepatu mereka dan memasuki
apertemen mewah tersebut.
“Yunnie
eodisseo?” Tanya Jaejoong seraya berjalan menuju dapur, menyiapkan minuman
hangat untuk mereka berempat.
“Memotret,
temanya kali ini adalah kebebasan, cukup sulit” Ujar Changmin santai.
Eoh?
Jaejoong berdehem pelan.
Ia tidak tahu kalau pekerjaan Yunho membutuhkan
hal-hal seperti itu.
Ia pikir Yunho hanya memotret apa yang ia sukai dan
memberikannya kepada majalah.
“Hahahaha!”
Jaejoong terkejut ketika ia sadar dari lamunannya.
Namja cantik itu menoleh ke belakang.
Mengerutkan dahi melihat Junsu, Yoochun dan Changmin
yang sudah sangat akrab disana.
Cepat sekali hm?
“Suie, Chun
ah, bisa kalian menolongku mengisi kue kering ke dalam toples dan membawanya
kesini? Juga dengan minuman hangatnya” Ujar Jaejoong pelan.
Ah.
Junsu dan Yoochun mengangguk senang.
Mereka segera bangun dan berjalan menuju dapur.
Huh.
Changmin menyunggingkan senyumnya.
“Apa yang
ingin kau bicarakan denganku, Jaejoongie?”
“Kau cukup
pintar, Min”
Namja berwajah kekanakan itu terkekeh.
“Kau sahabat
Yunnie, tentunya kau yang paling tahu segala hal mengenai dirinya ania?” Tanya
Jaejoong menyipitkan matanya.
“Kau ingin aku
memberitahumu apa yang telah terjadi pada namja itu?” Balas Changmin tersenyum.
“Aku sangat
penasaran, dan aku tidak mungkin bertanya padanya”
“Well, aku tidak segampang itu
memberitahu siapa pun tentang sahabatku, Kim Jaejoong”
“Apa yang kau
inginkan?”
Changmin terkekeh.
Ia menundukkan wajahnya, sebelum ia mengangkatnya
kembali dan memandang namja cantik itu.
“Aku percaya
padamu, Jaejoong, ceritaku akan menjadi hadiah Natal untukmu” Balas Changmin
berbisik.
Jaejoong tertegun.
Ia menoleh, Junsu dan Yoochun duduk di sampingnya
seraya meletakkan kue kering dan gelas-gelas panas di atas meja.
Namja cantik itu mengangguk, menyunggingkan senyum
manisnya.
-------
“Busch De Noel!”
Jerit Junsu senang.
Namja imut itu berlari dan memeluk Jaejoong dari
belakang.
Membuat namja cantik itu tertawa geli.
“Tenang, Kim
Junsu, kau bisa mencicipinya di meja makan!”
Siwon dan Kibum saling tersenyum kecil menyaksikan
tingkah kedua putra mereka.
Namja bertubuh tinggi itu mengecup rosarionya dan
berlutut di bawah potret Yesus yang terpajang di dekat ruang tengah.
“Apa yang kau
doakan hm?”
Siwon menoleh, Kibum telah berdiri di sampingnya.
Namja snowy itu
terlebih dahulu membentuk lambang salib pada dadanya sebelum bertanya kepada
suaminya.
“Oppsso, hanya
mengucapkan selamat Natal kepadanya” Kekeh Siwon geli.
Namja bertubuh tinggi itu memeluk istrinya dan mengecup
dahinya lembut.
Kemudian ia menggiring Kibum untuk duduk di meja
makan.
“Umma, Appa,
aku dan Suie akan keluar malam ini, kami akan bermain Secret Santa” Lapor Jaejoong seraya menyesap krim kue Busch De Noel-nya. Kue khas Natal
berbentuk potongan kayu bakar.
“Omo,
sepertinya menyenangkan sekali hm?” Sahut Kibum tersenyum.
“Tapi ini
malam Natal, Jaejoongie, Junsuie” Ujar Siwon mengerutkan dahinya tidak terima.
“Justru karena
ini malam Natal, Appa, hehehe~” Balas Junsu terkekeh.
“Arraseo, Appa
kalah, pulanglah sebelum tengah malam, arra?”
“Nee nee~”
Kibum meletakkan gelas anggurnya.
Ia menatap Jaejoong yang sedang melahap makanannya.
“Joongie”
“Ne Umma?”
“Kau selalu
membawa obatmu ania?”
“Ne Umma,
tenang saja”
“Apakah
belakangan ini kau merasakan sakit?”
“Ani Umma, aku
jujur, tidak ada sakit apa pun”
Namja snowy itu
menghembuskan nafas panjang.
Ia memijat pelipisnya dan tersenyum lega menatap
Jaejoong.
Namja cantik itu balas tersenyum kepadanya.
“Tuhan Yesus, berkati Natal kami” Gumam
Siwon pelan.
Junsu dan Jaejoong segera mengatupkan kedua tangan
mereka ikut berdoa.
-------
Huh.
Shim Changmin menaikkan alisnya.
Menatap keempat namja yang kini duduk di hadapannya.
Namja berwajah kekanakan itu tersenyum kecil sejenak,
sebelum ia menunjuk Jaejoong yang duduk manis di sofa.
“Joongie, You’re my Secret Santa” Tuduhnya.
Jaejoong terkikik.
Memandangi hadiah Natal rahasianya untuk Changmin.
Sebuah buku resep masakan terkenal.
“Hmm,
bagaimana kau bisa tahu?”
“Karena kau
satu-satunya yang bisa memasak disini!”
“Lalu, apa kau
tahu mengapa aku memberikan benda itu untuk hadiahmu?”
“Nope”
“Supaya kau
belajar memasak, Changmin ah! Hahaha! Tidak adil kalau kau bisa memakan tapi
kau tidak bisa memasak makanannya!”
Keempat namja itu tertawa geli.
Mereka mengangguk setuju.
Sementara Changmin menjulurkan lidahnya dan kembali
duduk di sofa.
“Yunho ah,
giliranmu” Ujar Changmin ketus.
Namja tampan itu mengangguk.
Ia berdiri dengan sebuah kamera model terbaru di
tangannya.
“Hadiah yang
kuterima cukup mahal, dan kurasa satu-satunya Santa yang bisa melakukan hal
seperti ini hanya kau, Shim Changmin” Ujar Yunho menaikkan alisnya.
Changmin tertawa.
Ia mengangguk
dan menepuk tangannya senang.
Yunho menepuk kepala namja berwajah kekanakan itu dan
kembali duduk.
“Aku mendapat
syal rajut yang indah” Ujar Yoochun tersenyum.
Namja berwajah chubby itu menarik tangan Junsu dan
mengedipkan mata kanannya.
“My Secret Santa” Bisiknya manis.
Gaaah.
Changmin dan Jaejoong berpura-pura muntah sekarang.
“Yah dan sudah
dipastikan hadiah yang diterima Junsu berasal dari kekasihnya sendiri” Ejek
Changmin.
Junsu mendelikkan matanya.
Namja imut itu berdiri dan menunjuk Yunho yang sedang
memeriksa kamera barunya.
“Aku
mendapatkan gantungan kunci berbentuk pohon Natal dari Yunho Hyung”
Yunho tertegun. Ia segera mengangkat wajahnya.
“Bagaimana
bisa kau tahu?” Tanya Yunho datar.
“Karena
Yoochun pasti akan memberikanku pohon Natal yang asli! Huh!” Balas Junsu
menjulurkan lidahnya.
Jaejoong terkikik geli.
Namja cantik itu berdiri dari duduknya.
Ia tertawa seraya menjulurkan buku resep masakan yang
sama dengan yang diberikannya kepada Changmin.
“Oh Well, Shim Changmin. Kau sedang membalas
dendam kepadaku huh?” Ucapnya sarkastik.
“Aku hanya
ingin kau mengetahui resep masakan yang lezat disana, kemudian membuatnya
untukku, hehehe” Sahut Changmin.
“Baiklah, kita
akan belajar memasak bersama, dengan buku yang sama”
Junsu tergelak.
Namja imut itu membanting bantalnya.
“Jja, waktunya
makan kue Natal” Ajak Yoochun.
Mereka semua mengambil piring masing-masing dan
berjalan memasuki dapur.
Memotong kue dan menyanyikan lagu Natal bersama.
Kecuali Yunho yang lebih memilih duduk diam di dekat
jendela.
Mengacuhkan suara nyanyian pujaan mereka.
Changmin melirik jam yang tergantung di dinding.
Ia mendekati Junsu dan menepuk bahu namja imut itu.
“Aku akan
mengantar Jaejoong, kau bersama Yoochun saja”
Junsu mengangguk.
Ia menenggak cokelat panas terakhirnya dan meraih syal
rajutnya.
“Yunnie ah,
Minnie, gomawo untuk pesta kecilnya, kami sangat senang” Ucap Jaejoong
tersenyum manis.
Changmin mengangguk dan meraih kunci mobilnya.
Sementara Yunho masih duduk diam di sana.
Menolak untuk membalas sapaan namja cantik itu.
Jaejoong baru saja akan melangkah menghampiri namja
tampan itu.
Namun Changmin sudah lebih dulu menghentikan dirinya.
Menariknya keluar apertemen dan menggiringnya masuk ke
dalam mobil.
Beberapa menit mengemudi, hingga namja berwajah
kekanakan itu menghentikan mobil mewahnya di seberang jalan rumah Kim Jaejoong.
“Aku berhutang
hadiah Natal padamu, Joongie” Ujar Changmin.
Jaejoong terkejut.
Ia hampir lupa akan hal itu.
Changmin melepas selfbelt-nya,
ia menyampingkan posisinya menatap Jaejoong.
“Kau sungguh
ingin tahu?”
“Ne, semuanya,
dari awal”
“Hhh, arraseo,
kau yang memintanya”
Namja berwajah kekanakan itu menyandarkan punggungnya
pada sandaran jok.
Sementara Jaejoong sudah duduk manis di sampingnya.
“Aku mengenal
Yunho ketika ia menolongku dari teman-teman kelasku, aku dikucilkan karena
kepercayaanku, Jaejoongie. Tapi Yunho, hanya dia satu-satunya yang tidak
menindasku. Aku masih ingat ucapannya waktu itu, kalau agama, bukanlah hal yang
pantas untuk dijadikan sebuah perbedaan dan hinaan.”
Jaejoong terdiam.
“Yunho adalah
namja yang paling taat beribadah yang pernah kukenal. Yes, he was a Christian before. Setiap minggu pagi Yunho pasti akan
memaksaku menemaninya ke gereja, dan sebaliknya, aku akan memaksa Yunho
menemaniku ketika aku ingin bertemu sang Buddha”
Kedua mata Jaejoong melebar sempurna.
“Yunho tidak
pernah lupa untuk berterima kasih kepada Yesus setiap menitnya. Dan ia tahu
banyak mengenai doktrin-doktrin setiap agama yang terpecah. Huh, tapi apakah
kau tahu? Apa yang telah membuat seluruh kepercayaannya hancur lebur begitu
saja? Membuatnya begitu membenci Tuhan dan memalingkan wajah dari Bunda Maria?”
“…”
“Hari itu,
Yunho pulang terlambat dari gereja, ia terlalu sibuk berdoa menyambut malam
sebelum Misa. Ia pulang ke rumah dan menemukan Ummanya yang sedang menangis
histeris sementara Appanya tampak linglung. Adik perempuan satu-satunya yang ia
sayangi, diperkosa ketika pulang lebih cepat darinya, karena ia lelah menunggu
Yunho yang tidak kunjung bangkit dari mimbar”
DEG.
Jaejoong
terkesiap.
Dadanya
berdenyut sakit.
Perlahan tetes
bening mengalir dari sudut mata bulatnya.
Menatap tidak
percaya namja berwajah kekanakan itu.
Changmin
memejamkan matanya erat.
“Jessica mengalami trauma dan depresi berat,
ia kehilangan kontrol akan dirinya, ketika mengetahui kalau ia telah hamil.
Jessica memutuskan untuk menusukkan perutnya berkali-kali menggunakan salib.
Dan menutup mata untuk selamanya, bersama dengan janin yang bahkan masih sangat
kecil untuk dikatakan hadir”
Namja cantik itu
mencengkram rambut almond-nya.
Berusaha menahan
isak tangisnya yang menguar.
Perih.
Luka yang
ditanggung Yunho terlalu berat.
“Ummanya ditemukan tewas dengan tali yang
mengikat lehernya di depan pintu kamar dua hari kemudian. Lalu Appanya membawa
banyak wanita murahan ke rumah dan meniduri mereka satu persatu berusaha
melampiaskan kefrustasiannya, sampai kemudian pria itu menusukkan pisau ke
jantungnya sendiri”
Changmin meringis.
Ia mengusap
wajahnya.
“Yunho satu-satunya yang ditinggalkan, dengan
penuh rasa bersalah yang bersarang pada pikirannya. Ia selalu bermimpi tentang
dirinya yang berdoa di gereja, membiarkan Jessica pulang sendirian, dan
menemukan adiknya berlumuran darah dengan salib di tangan kanannya. Yunho mulai
menyalahkan Tuhan, membenci apa yang telah dilakukan Tuhan kepadanya setelah
selama ini ia mengabdi pada Yesus”
“Hiks..Hiks..”
“Aku ingat, waktu itu..Yunho memasuki gereja
dengan penuh emosi, wajahnya basah karena air mata. Menggores patung lelaki
yang tersalib menggunakan pisau, membakar semua lilin yang ada, dan berteriak
marah kepada patung Bunda Maria. Sejak saat itu Yunho kehilangan kepercayaannya.
Ia membenci Tuhan. Berusaha untuk tidak mengenalnya lagi”
“Se---Seharusnya ia bertahan, bertahan akan
imannya, Yesus sedang mengujinya, Min ah”
Huh.
Changmin
menoleh.
Menatap langsung
kedua mata bulat itu.
“Kalau kau yang berada di posisinya saat itu,
bisakah kau bertahan?”
Jaejoong
menumpahkan tangisnya.
“Aku tidak tahu..Aku tidak tahu kalau ia
memiliki masa lalu yang kelam, Min ah..Hiks..”
“Kau tahu Joongie? Aku merindukan sahabatku
yang dulu, walaupun ia sering memaksaku masuk ke dalam gereja. Aku menginginkan
bisikannya saat ia berlutut dan berdoa dengan khidmat. Mungkin..Ini terdengar
mustahil..Tapi, bisakah kau membuatnya kembali, Jaejoongie? Kau memiliki
kepercayaan yang sama dengannya dulu, mungkin kau bisa membujuknya?”
“…Hiks..”
“Yunho yang sekarang bukan dirinya, Joongie
ah..Aku percaya di dalam lubuk hatinya yang terdalam ia masih memiliki kasih
sayang kepada Yesus. Kau tahu? Ini kali pertama Yunho kembali merayakan Natal
setelah 3 tahun silam, dan itu karena kau. Kalau kau melakukannya sekali lagi,
aku yakin kau pasti berhasil, Joongie ah”
“A-Aku tidak tahu Min..Hiks..”
Changmin
mendesah pendek.
Namja berwajah
kekanakan itu mengusap kedua sudut mata sipitnya dan menghela nafas panjang.
Kemudian ia
mencondongkan tubuhnya menyeka air mata Jaejoong yang mengalir deras.
“Kau bisa, Joongie, I know it” Bisik Changmin tersenyum kecil.
-------
Namja cantik itu
duduk diam di teras rumahnya.
Menatap kosong
pohon-pohon yang ada di depannya.
Semua yang
diberitahukan Changmin kepadanya beberapa jam yang lalu, itu terlalu banyak.
Dan terlalu
menyakitkan.
Ia tidak yakin
ia akan bertahan jika ia ada di posisi namja tampan itu.
Tapi Yunho juga
tidak bisa menyalahkan Tuhan sepenuhnya.
Itu memang sudah
takdir adiknya, takdir keluarganya.
Jaejoong selalu
berpegang teguh pada prinsipnya, kalau Tuhan akan menguji umatnya dua kali
lebih besar dari seluruh pujaan yang diberikan sang hamba kepadanya.
Dan ia tidak
akan pernah memberikan ujian yang tidak bisa diselesaikan oleh umatnya.
Yunho hanya
kurang mengerti hal itu.
Jaejoong
mendesah panjang.
Namja cantik itu
mengusap wajahnya dan menggosok kedua matanya yang mulai membengkak.
“Tuhan,
kumohon ampuni Jung Yunho. Atas segala prasangka buruknya kepadamu, dan atas
perbuatannya kepadamu. Aku yakin ia tidak sungguh-sungguh melakukan hal itu
kepadamu. Dan jika dosanya terlalu sulit untuk diampuni, maka biarkan aku yang
menanggung bebannya. Amin”
Jaejoong membuat
tanda salib di dadanya.
Kemudian ia
berdiri dan hendak membuka kenop pintu depan.
Namun gerakannya
terhenti saat ia merasakan kehadiran seseorang.
Namja cantik itu
menoleh.
Membulatkan
kedua matanya menatap sosok Yunho yang berdiri di depan pintu pagar mungilnya.
Heh.
Namja tampan itu
tersenyum kecil seraya meletakkan patung ayam hutan yang berdiri di atas pohon
pir disana.
Lalu ia
berbalik, pergi meninggalkan kediaman Kim begitu saja.
Jaejoong masih
terkejut dengan apa yang dilihatnya.
Kemudian ia
tersentak dan segera berlari berlutut di samping pagar.
Mengangkat
patung kecil itu dan mendekapnya erat.
Jaejoong
menghembuskan nafas seraya memejamkan matanya sejenak.
Kemudian ia
membukanya, dan tersenyum manis.
Jantungnya
berdebar kencang.
Pipinya
menghangat.
Yunho telah
memberikannya hadiah 12 hari Natal untuk malam yang pertama.
Namja tampan itu
melakukannya.
Omo!
Jaejoong segera
beranjak dan berlari memasuki rumahnya.
Berusaha menemui
Junsu yang sudah berada di dalam kamarnya.
Namja cantik itu
terlalu bahagia hingga ia merasakan jantungnya yang terus berdebar kencang.
BRUKK!
Jaejoong
terjatuh di tengah tangga.
Kakinya mati
rasa mendadak.
Tangan kanannya
mendekap patung itu sementara tangan kirinya bertahan pada pegangan tangga.
Nafas Jaejoong
menderu hebat.
Keringat dingin
mengalir di pelipisnya.
Suara degup
jantungnya yang keras seakan memenuhi pendengarannya.
Jaejoong
meringis.
Ia menangis
dalam diam.
“JOONGIE HYUNG!!” Jerit Junsu ketika ia
keluar dari kamar.
TBC :D
Tidak ada komentar:
Posting Komentar