This zone is only YunJae Fanfictions and this is our world

Sabtu, 27 Juli 2013

FF/YAOI/YUNJAE/CHAPTER/GOD, WE ARE DIFFERENT/PART 3



PART 3.

Siwon mengerutkan dahinya.
Menatap Jaejoong yang terlihat murung hari ini.
Namja cantik itu bahkan tidak berselera untuk berceloteh.
Ia hanya diam sejak kemarin malam.

  “Joongie sayang? Kau baik-baik saja? Apa dadamu sakit?” Tanya Siwon khawatir.

Jaejoong menggeleng.
Ia bangun dari sofa dan berjalan memasuki kamar Junsu.
Meninggalkan Siwon yang menghela nafas bingung.

  “Ne Chunnie, hihihi~ Arraseo~ Aku akan berkunjung dan membawa pohon Natal mungil untukmu, jja, anyeong~”


KLIK.

Junsu tersenyum-senyum manis seraya mengutak-atik ponselnya.
Mengacuhkan Jaejoong yang sedang berguling tidak jelas di atas ranjangnya.

  “Sebentar lagi Natal ya?” Gumam Jaejoong lirih.

Junsu menoleh.
Ia ikut berbaring di samping Jaejoong.

  “Hum, aku jadi ingin bermain Secret Santa” Kekeh Junsu pelan.

  “Aku juga, aku bosan bermain itu bersama Umma dan Appa” Sahut Jaejoong jujur.

  “Bagaimana kalau tahun ini kita ajak Chunnnie?”

  “Aku baru saja berpikir bagaimana kalau Changmin dan Yunnie juga ikut”

  “Hah? Changmin?”

  “Um, kemarin aku mampir ke apertemen Yunnie, Changmin adalah sahabatnya, dia orang yang menarik”

  “Arraseo, tapi Yunho Hyung otte? Bukankah ia---”

  “Suie”

  “Hmm?”

  Atheis bukan berarti ia tidak bisa ikut bermain Secret Santa ani?”

Junsu mengerutkan dahinya.

  “Kurasa ia bahkan tidak mengerti apa arti Natal”

Jish.
Jaejoong bertelungkup.
Memukul kepala Junsu pelan.

  “Kau menyebalkan”

Junsu menjulurkan lidahnya tidak peduli.
Namja imut itu kembali mengusap layar ponselnya, mengacuhkan Jaejoong yang kini terdiam seraya menatapi langit-langit kamar adiknya.

Ia masih kesal dengan kejadian kemarin malam.
Tapi ia juga merasa bersalah.
Ia baru ingat kalau kausnya masih bersama Yunho, dan kaus namja tampan itu ada padanya.
Ck.
Sekarang bagaimana caranya ia mengembalikan baju itu?
Ia tidak tahu harus berkata apa kalau bertemu Yunho.

  “Hyung, aku mau keluar, kau ikut?”

  “Eodisseo?”

  “Mencari pohon Natal mini untuk Chunnie, ia selalu menginginkan benda itu”

  “Hmm, aku berhenti di taman Namsan saja”

Junsu mengerucutkan bibirnya.
Ia mengangguk pasrah dan segera bangkit mengganti pakaiannya.
Disusul Jaejoong yang sudah beranjak meninggalkan kamarnya.


-------


Jaejoong duduk diam di dekat pohon.
Jemarinya memutar-mutar gelas cokelat hangatnya.
Sesekali ia menghembuskan nafasnya.
Memperhatikan gumpalan asap yang keluar dari mulutnya.

SSRAK.

Jaejoong menoleh ketika seseorang duduk di sampingnya.
Ia menatap tidak percaya Yunho yang menyerahkan sebuah bungkusan kepadanya.

  “Kausmu”

Ah.
Jaejoong mengangguk.
Ia segera mengambil bungkusan itu.

  “Soal kemarin..Aku minta maaf”

  “Tidak apa, aku juga sudah lupa”

Hm.
Yunho menatap lurus ke depan.
Ia menggosokkan kedua telapak jemarinya.

  “Yunnie”

  “Hm”

  “Apa Changmin juga merayakan Natal?”

Yunho menaikkan alisnya.
Tersenyum kecil menanggapi pertanyaan Jaejoong.

  “Aku dan Junsu ingin bermain Secret Santa, tapi tidak cukup orang, kau dan Changmin mau ikut?”

Jaejoong berharap banyak dalam hatinya.
Semoga saja Yunho berkata iya.

  Well, aku akan membicarakan hal ini dengan Changmin”

  “Jeongmall? Kau tidak keberatan?”

  “Hmm, aku juga terkadang merindukan permainan itu”

DEG.

Jaejoong terkejut.
Bukankah itu artinya, dulu Yunho pernah bermain Secret Santa?
Merayakan Natal?

Namja cantik itu merasakan bibirnya gatal.
Ia ingin sekali bertanya kepada Yunho.
Tapi ia tidak ingin namja tampan itu tersulut emosi dan mereka kembali merasakan suasana buruk seperti kemarin.

  “Yunnie”

  “Ne?”

  “Kau mau memberikan aku hadiah 12 hari Natal?”

Yunho terlihat kaget.
Namun ia segera menyembunyikan hal itu.

  “Kurasa Secret Santa sudah cukup merepotkan untukku” Ujar Yunho pelan.

  “…”

  “Apa kau tahu hadiah 12 hari Natal hanya diberikan kepada orang yang kita cintai?”

  “Ne”

  “Berarti kau juga mengerti kalau aku tidak bisa melakukan itu untukmu”

  “Aku tidak pernah menerima hadiah 12 hari Natal seumur hidupku, aku hanya ingin tahu bagaimana rasanya”

DEG.

Yunho tertegun.
Ia memandangi Jaejoong yang tersenyum sendu.
Namja tampan itu menahan nafasnya.
Mendadak ia merasa sesak.
Ekspresi itu..Penuh kesakitan.

  “Kau bisa menerimanya suatu saat nanti, mungkin tahun depan akan ada orang yang mencintaimu dengan tulus” Sahut Yunho datar.

  “Yeah, kalau saja aku masih bisa melihat salju tahun depan” Kekeh Jaejoong lirih.

Mwo?

Yunho refleks menoleh.
Namun Jaejoong sudah lebih dulu berdiri dan melebarkan senyum manisnya.

  “Jja! Traktir aku gulali!” Ujarnya semangat.

Yunho tidak menggerutu atau apa pun itu.
Ia hanya diam menuruti Jaejoong yang mendadak ceria.
Namja tampan itu merasakan benaknya berkecamuk.

Kalimat Jaejoong barusan..Apa maksudnya?


-------


  “Kau yakin Hyung?”

  “Tentu saja!”

Junsu menatap Yoochun.
Kemudian ia menoleh menatap Hyungnya yang terlihat sangat bersemangat.
Namja cantik itu menekan bel pintu apertemen Yunho dan Changmin berkali-kali.
Hingga kemudian pintu itu terbuka dan memperlihatkan sosok Changmin yang masih memakai piyama.

  “OMO! Kau membawa pasukan, Jaejoongie!” Jerit Changmin kaget.

Jaejoong, Junsu dan Yoochun tertawa geli mendengar ucapan namja itu.

  “Aku ingin kau dan Yunnie mengenal adikku dan kekasihnya, hehehe, aku sangat senang mendengar kau ikut bermain Secret Santa” Ucap Jaejoong tersenyum lebar.

  Well, kurasa Buddha tidak akan marah, hahaha, jja, masuklah” Balas Changmin tertawa.

Ketiga namja itu melepaskan sepatu mereka dan memasuki apertemen mewah tersebut.

  “Yunnie eodisseo?” Tanya Jaejoong seraya berjalan menuju dapur, menyiapkan minuman hangat untuk mereka berempat.

  “Memotret, temanya kali ini adalah kebebasan, cukup sulit” Ujar Changmin santai.

Eoh?
Jaejoong berdehem pelan.
Ia tidak tahu kalau pekerjaan Yunho membutuhkan hal-hal seperti itu.
Ia pikir Yunho hanya memotret apa yang ia sukai dan memberikannya kepada majalah.

  “Hahahaha!”

Jaejoong terkejut ketika ia sadar dari lamunannya.
Namja cantik itu menoleh ke belakang.
Mengerutkan dahi melihat Junsu, Yoochun dan Changmin yang sudah sangat akrab disana.
Cepat sekali hm?

  “Suie, Chun ah, bisa kalian menolongku mengisi kue kering ke dalam toples dan membawanya kesini? Juga dengan minuman hangatnya” Ujar Jaejoong pelan.

Ah.

Junsu dan Yoochun mengangguk senang.
Mereka segera bangun dan berjalan menuju dapur.
Huh.
Changmin menyunggingkan senyumnya.

  “Apa yang ingin kau bicarakan denganku, Jaejoongie?”

  “Kau cukup pintar, Min”

Namja berwajah kekanakan itu terkekeh.

  “Kau sahabat Yunnie, tentunya kau yang paling tahu segala hal mengenai dirinya ania?” Tanya Jaejoong menyipitkan matanya.

  “Kau ingin aku memberitahumu apa yang telah terjadi pada namja itu?” Balas Changmin tersenyum.

  “Aku sangat penasaran, dan aku tidak mungkin bertanya padanya”

  Well, aku tidak segampang itu memberitahu siapa pun tentang sahabatku, Kim Jaejoong”

  “Apa yang kau inginkan?”

Changmin terkekeh.
Ia menundukkan wajahnya, sebelum ia mengangkatnya kembali dan memandang namja cantik itu.

   “Aku percaya padamu, Jaejoong, ceritaku akan menjadi hadiah Natal untukmu” Balas Changmin berbisik.

Jaejoong tertegun.
Ia menoleh, Junsu dan Yoochun duduk di sampingnya seraya meletakkan kue kering dan gelas-gelas panas di atas meja.
Namja cantik itu mengangguk, menyunggingkan senyum manisnya.


-------


  Busch De Noel!

Jerit Junsu senang.
Namja imut itu berlari dan memeluk Jaejoong dari belakang.
Membuat namja cantik itu tertawa geli.

  “Tenang, Kim Junsu, kau bisa mencicipinya di meja makan!”

Siwon dan Kibum saling tersenyum kecil menyaksikan tingkah kedua putra mereka.
Namja bertubuh tinggi itu mengecup rosarionya dan berlutut di bawah potret Yesus yang terpajang di dekat ruang tengah.

  “Apa yang kau doakan hm?”

Siwon menoleh, Kibum telah berdiri di sampingnya.
Namja snowy itu terlebih dahulu membentuk lambang salib pada dadanya sebelum bertanya kepada suaminya.

  “Oppsso, hanya mengucapkan selamat Natal kepadanya” Kekeh Siwon geli.

Namja bertubuh tinggi itu memeluk istrinya dan mengecup dahinya lembut.
Kemudian ia menggiring Kibum untuk duduk di meja makan.

  “Umma, Appa, aku dan Suie akan keluar malam ini, kami akan bermain Secret Santa” Lapor Jaejoong seraya menyesap krim kue Busch De Noel-nya. Kue khas Natal berbentuk potongan kayu bakar.

  “Omo, sepertinya menyenangkan sekali hm?” Sahut Kibum tersenyum.

  “Tapi ini malam Natal, Jaejoongie, Junsuie” Ujar Siwon mengerutkan dahinya tidak terima.

  “Justru karena ini malam Natal, Appa, hehehe~” Balas Junsu terkekeh.

  “Arraseo, Appa kalah, pulanglah sebelum tengah malam, arra?”

  “Nee nee~”

Kibum meletakkan gelas anggurnya.
Ia menatap Jaejoong yang sedang melahap makanannya.

  “Joongie”

  “Ne Umma?”

  “Kau selalu membawa obatmu ania?”

  “Ne Umma, tenang saja”

  “Apakah belakangan ini kau merasakan sakit?”

  “Ani Umma, aku jujur, tidak ada sakit apa pun”

Namja snowy itu menghembuskan nafas panjang.
Ia memijat pelipisnya dan tersenyum lega menatap Jaejoong.
Namja cantik itu balas tersenyum kepadanya.

  Tuhan Yesus, berkati Natal kami” Gumam Siwon pelan.

Junsu dan Jaejoong segera mengatupkan kedua tangan mereka ikut berdoa.


-------


Huh.
Shim Changmin menaikkan alisnya.
Menatap keempat namja yang kini duduk di hadapannya.
Namja berwajah kekanakan itu tersenyum kecil sejenak, sebelum ia menunjuk Jaejoong yang duduk manis di sofa.

  “Joongie, You’re my Secret Santa” Tuduhnya.

Jaejoong terkikik.
Memandangi hadiah Natal rahasianya untuk Changmin.
Sebuah buku resep masakan terkenal.

  “Hmm, bagaimana kau bisa tahu?”

  “Karena kau satu-satunya yang bisa memasak disini!”

  “Lalu, apa kau tahu mengapa aku memberikan benda itu untuk hadiahmu?”

  Nope

  “Supaya kau belajar memasak, Changmin ah! Hahaha! Tidak adil kalau kau bisa memakan tapi kau tidak bisa memasak makanannya!”

Keempat namja itu tertawa geli.
Mereka mengangguk setuju.
Sementara Changmin menjulurkan lidahnya dan kembali duduk di sofa.

  “Yunho ah, giliranmu” Ujar Changmin ketus.

Namja tampan itu mengangguk.
Ia berdiri dengan sebuah kamera model terbaru di tangannya.

  “Hadiah yang kuterima cukup mahal, dan kurasa satu-satunya Santa yang bisa melakukan hal seperti ini hanya kau, Shim Changmin” Ujar Yunho menaikkan alisnya.

Changmin tertawa.
Ia mengangguk  dan menepuk tangannya senang.
Yunho menepuk kepala namja berwajah kekanakan itu dan kembali duduk.

  “Aku mendapat syal rajut yang indah” Ujar Yoochun tersenyum.

Namja berwajah chubby itu menarik tangan Junsu dan mengedipkan mata kanannya.

  My Secret Santa” Bisiknya manis.

Gaaah.
Changmin dan Jaejoong berpura-pura muntah sekarang.

  “Yah dan sudah dipastikan hadiah yang diterima Junsu berasal dari kekasihnya sendiri” Ejek Changmin.

Junsu mendelikkan matanya.
Namja imut itu berdiri dan menunjuk Yunho yang sedang memeriksa kamera barunya.

  “Aku mendapatkan gantungan kunci berbentuk pohon Natal dari Yunho Hyung”

Yunho tertegun. Ia segera mengangkat wajahnya.

  “Bagaimana bisa kau tahu?” Tanya Yunho datar.

  “Karena Yoochun pasti akan memberikanku pohon Natal yang asli! Huh!” Balas Junsu menjulurkan lidahnya.

Jaejoong terkikik geli.
Namja cantik itu berdiri dari duduknya.
Ia tertawa seraya menjulurkan buku resep masakan yang sama dengan yang diberikannya kepada Changmin.

  “Oh Well, Shim Changmin. Kau sedang membalas dendam kepadaku huh?” Ucapnya sarkastik.

  “Aku hanya ingin kau mengetahui resep masakan yang lezat disana, kemudian membuatnya untukku, hehehe” Sahut Changmin.

  “Baiklah, kita akan belajar memasak bersama, dengan buku yang sama”

Junsu tergelak.
Namja imut itu membanting bantalnya.

  “Jja, waktunya makan kue Natal” Ajak Yoochun.

Mereka semua mengambil piring masing-masing dan berjalan memasuki dapur.
Memotong kue dan menyanyikan lagu Natal bersama.
Kecuali Yunho yang lebih memilih duduk diam di dekat jendela.
Mengacuhkan suara nyanyian pujaan mereka.

Changmin melirik jam yang tergantung di dinding.
Ia mendekati Junsu dan menepuk bahu namja imut itu.

  “Aku akan mengantar Jaejoong, kau bersama Yoochun saja”

Junsu mengangguk.
Ia menenggak cokelat panas terakhirnya dan meraih syal rajutnya.

  “Yunnie ah, Minnie, gomawo untuk pesta kecilnya, kami sangat senang” Ucap Jaejoong tersenyum manis.

Changmin mengangguk dan meraih kunci mobilnya.
Sementara Yunho masih duduk diam di sana.
Menolak untuk membalas sapaan namja cantik itu.

Jaejoong baru saja akan melangkah menghampiri namja tampan itu.
Namun Changmin sudah lebih dulu menghentikan dirinya.
Menariknya keluar apertemen dan menggiringnya masuk ke dalam mobil.

Beberapa menit mengemudi, hingga namja berwajah kekanakan itu menghentikan mobil mewahnya di seberang jalan rumah Kim Jaejoong.

  “Aku berhutang hadiah Natal padamu, Joongie” Ujar Changmin.

Jaejoong terkejut.
Ia hampir lupa akan hal itu.
Changmin melepas selfbelt-nya, ia menyampingkan posisinya menatap Jaejoong.

  “Kau sungguh ingin tahu?”

  “Ne, semuanya, dari awal”

  “Hhh, arraseo, kau yang memintanya”

Namja berwajah kekanakan itu menyandarkan punggungnya pada sandaran jok.
Sementara Jaejoong sudah duduk manis di sampingnya.

  “Aku mengenal Yunho ketika ia menolongku dari teman-teman kelasku, aku dikucilkan karena kepercayaanku, Jaejoongie. Tapi Yunho, hanya dia satu-satunya yang tidak menindasku. Aku masih ingat ucapannya waktu itu, kalau agama, bukanlah hal yang pantas untuk dijadikan sebuah perbedaan dan hinaan.”

Jaejoong terdiam.

  “Yunho adalah namja yang paling taat beribadah yang pernah kukenal. Yes, he was a Christian before. Setiap minggu pagi Yunho pasti akan memaksaku menemaninya ke gereja, dan sebaliknya, aku akan memaksa Yunho menemaniku ketika aku ingin bertemu sang Buddha

Kedua mata Jaejoong melebar sempurna.

  “Yunho tidak pernah lupa untuk berterima kasih kepada Yesus setiap menitnya. Dan ia tahu banyak mengenai doktrin-doktrin setiap agama yang terpecah. Huh, tapi apakah kau tahu? Apa yang telah membuat seluruh kepercayaannya hancur lebur begitu saja? Membuatnya begitu membenci Tuhan dan memalingkan wajah dari Bunda Maria?”

  “…”

  “Hari itu, Yunho pulang terlambat dari gereja, ia terlalu sibuk berdoa menyambut malam sebelum Misa. Ia pulang ke rumah dan menemukan Ummanya yang sedang menangis histeris sementara Appanya tampak linglung. Adik perempuan satu-satunya yang ia sayangi, diperkosa ketika pulang lebih cepat darinya, karena ia lelah menunggu Yunho yang tidak kunjung bangkit dari mimbar”

DEG.

Jaejoong terkesiap.
Dadanya berdenyut sakit.
Perlahan tetes bening mengalir dari sudut mata bulatnya.
Menatap tidak percaya namja berwajah kekanakan itu.

Changmin memejamkan matanya erat.

  “Jessica mengalami trauma dan depresi berat, ia kehilangan kontrol akan dirinya, ketika mengetahui kalau ia telah hamil. Jessica memutuskan untuk menusukkan perutnya berkali-kali menggunakan salib. Dan menutup mata untuk selamanya, bersama dengan janin yang bahkan masih sangat kecil untuk dikatakan hadir”

Namja cantik itu mencengkram rambut almond-nya.
Berusaha menahan isak tangisnya yang menguar.
Perih.
Luka yang ditanggung Yunho terlalu berat.

  “Ummanya ditemukan tewas dengan tali yang mengikat lehernya di depan pintu kamar dua hari kemudian. Lalu Appanya membawa banyak wanita murahan ke rumah dan meniduri mereka satu persatu berusaha melampiaskan kefrustasiannya, sampai kemudian pria itu menusukkan pisau ke jantungnya sendiri”

Changmin meringis.
Ia mengusap wajahnya.

  “Yunho satu-satunya yang ditinggalkan, dengan penuh rasa bersalah yang bersarang pada pikirannya. Ia selalu bermimpi tentang dirinya yang berdoa di gereja, membiarkan Jessica pulang sendirian, dan menemukan adiknya berlumuran darah dengan salib di tangan kanannya. Yunho mulai menyalahkan Tuhan, membenci apa yang telah dilakukan Tuhan kepadanya setelah selama ini ia mengabdi pada Yesus”

  “Hiks..Hiks..”

  “Aku ingat, waktu itu..Yunho memasuki gereja dengan penuh emosi, wajahnya basah karena air mata. Menggores patung lelaki yang tersalib menggunakan pisau, membakar semua lilin yang ada, dan berteriak marah kepada patung Bunda Maria. Sejak saat itu Yunho kehilangan kepercayaannya. Ia membenci Tuhan. Berusaha untuk tidak mengenalnya lagi”

  “Se---Seharusnya ia bertahan, bertahan akan imannya, Yesus sedang mengujinya, Min ah”

Huh.
Changmin menoleh.
Menatap langsung kedua mata bulat itu.

  “Kalau kau yang berada di posisinya saat itu, bisakah kau bertahan?”

Jaejoong menumpahkan tangisnya.

  “Aku tidak tahu..Aku tidak tahu kalau ia memiliki masa lalu yang kelam, Min ah..Hiks..”

  “Kau tahu Joongie? Aku merindukan sahabatku yang dulu, walaupun ia sering memaksaku masuk ke dalam gereja. Aku menginginkan bisikannya saat ia berlutut dan berdoa dengan khidmat. Mungkin..Ini terdengar mustahil..Tapi, bisakah kau membuatnya kembali, Jaejoongie? Kau memiliki kepercayaan yang sama dengannya dulu, mungkin kau bisa membujuknya?”

  “…Hiks..”

  “Yunho yang sekarang bukan dirinya, Joongie ah..Aku percaya di dalam lubuk hatinya yang terdalam ia masih memiliki kasih sayang kepada Yesus. Kau tahu? Ini kali pertama Yunho kembali merayakan Natal setelah 3 tahun silam, dan itu karena kau. Kalau kau melakukannya sekali lagi, aku yakin kau pasti berhasil, Joongie ah”

  “A-Aku tidak tahu Min..Hiks..”

Changmin mendesah pendek.
Namja berwajah kekanakan itu mengusap kedua sudut mata sipitnya dan menghela nafas panjang.
Kemudian ia mencondongkan tubuhnya menyeka air mata Jaejoong yang mengalir deras.

  “Kau bisa, Joongie, I know it” Bisik Changmin tersenyum kecil.


-------


Namja cantik itu duduk diam di teras rumahnya.
Menatap kosong pohon-pohon yang ada di depannya.
Semua yang diberitahukan Changmin kepadanya beberapa jam yang lalu, itu terlalu banyak.
Dan terlalu menyakitkan.

Ia tidak yakin ia akan bertahan jika ia ada di posisi namja tampan itu.

Tapi Yunho juga tidak bisa menyalahkan Tuhan sepenuhnya.
Itu memang sudah takdir adiknya, takdir keluarganya.
Jaejoong selalu berpegang teguh pada prinsipnya, kalau Tuhan akan menguji umatnya dua kali lebih besar dari seluruh pujaan yang diberikan sang hamba kepadanya.
Dan ia tidak akan pernah memberikan ujian yang tidak bisa diselesaikan oleh umatnya.

Yunho hanya kurang mengerti hal itu.

Jaejoong mendesah panjang.
Namja cantik itu mengusap wajahnya dan menggosok kedua matanya yang mulai membengkak.

  Tuhan, kumohon ampuni Jung Yunho. Atas segala prasangka buruknya kepadamu, dan atas perbuatannya kepadamu. Aku yakin ia tidak sungguh-sungguh melakukan hal itu kepadamu. Dan jika dosanya terlalu sulit untuk diampuni, maka biarkan aku yang menanggung bebannya. Amin

Jaejoong membuat tanda salib di dadanya.
Kemudian ia berdiri dan hendak membuka kenop pintu depan.
Namun gerakannya terhenti saat ia merasakan kehadiran seseorang.

Namja cantik itu menoleh.
Membulatkan kedua matanya menatap sosok Yunho yang berdiri di depan pintu pagar mungilnya.
Heh.
Namja tampan itu tersenyum kecil seraya meletakkan patung ayam hutan yang berdiri di atas pohon pir disana.
Lalu ia berbalik, pergi meninggalkan kediaman Kim begitu saja.

Jaejoong masih terkejut dengan apa yang dilihatnya.
Kemudian ia tersentak dan segera berlari berlutut di samping pagar.
Mengangkat patung kecil itu dan mendekapnya erat.
Jaejoong menghembuskan nafas seraya memejamkan matanya sejenak.
Kemudian ia membukanya, dan tersenyum manis.

Jantungnya berdebar kencang.
Pipinya menghangat.
Yunho telah memberikannya hadiah 12 hari Natal untuk malam yang pertama.
Namja tampan itu melakukannya.

Omo!

Jaejoong segera beranjak dan berlari memasuki rumahnya.
Berusaha menemui Junsu yang sudah berada di dalam kamarnya.
Namja cantik itu terlalu bahagia hingga ia merasakan jantungnya yang terus berdebar kencang.

BRUKK!

Jaejoong terjatuh di tengah tangga.
Kakinya mati rasa mendadak.
Tangan kanannya mendekap patung itu sementara tangan kirinya bertahan pada pegangan tangga.
Nafas Jaejoong menderu hebat.
Keringat dingin mengalir di pelipisnya.

Suara degup jantungnya yang keras seakan memenuhi pendengarannya.

Jaejoong meringis.
Ia menangis dalam diam.

  “JOONGIE HYUNG!!” Jerit Junsu ketika ia keluar dari kamar.

TBC :D

Tidak ada komentar:

Posting Komentar