This zone is only YunJae Fanfictions and this is our world

Sabtu, 27 Juli 2013

FF/YAOI/YUNJAE/ONESHOOT/LOVE IS



Tittle: LOVE IS

Genre: YAOI

Author: Shella Rizal a.k.a Park Sooji

Cast: Yunjae and other

Length: ONESHOOT

Rating: family-romance-hurt-sweet-friendship-mpreg-gelundungan

WARNING: BOY x BOY! Yg ga suka YAOI mending cabut aja dari sini, cos author Cinta damai~
*kibar2 kutang Jae umma*


-------


  “Beri aku satu alasan logis, kenapa kita harus bercerai?”

.
.
.

Yunho menyeduh kopi panasnya pagi ini.
Ia menghirup aroma minuman tersebut dengan khidmat.
Ah, minggu pagi yang sangat indah, pikirnya.
Setelah kemarin ia lembur mengerjakan laporan perusahaan untuk diserahkan kepada Appanya.

Namja tampan itu duduk bersandar pada sandaran sofa berukuran lebar tersebut.
Ia mendongakkan wajahnya ketika istrinya, Jung Ahra, berjalan menuruni tangga.

  Morning babe” Sapa Ahra tersenyum manis.


Yunho mengangguk.
Balas tersenyum kepada yeoja berambut hitam itu.
Ahra menggerai rambut panjangnya pagi ini.
Ia benar-benar terlihat segar.

  “Kau sudah mendapatkan pembantu yang cocok?” Tanya Yunho tersenyum kecil.

Um.
Ahra mengangguk.
Ia berdiri membelakangi suaminya, meminta Yunho mengikat pita panjang pada pakaiannya.
Yunho meletakkan cangkir kopinya di atas meja.
Ia segera membuat simpul dengan pita tersebut.

  “Ia sangat cekatan, ramah dan lembut, kupikir akan sangat menyenangkan memiliki pembantu sepertinya”

  “Aigoo, pasti wanita idaman”

  “Dia namja, Yunho ah”

  “Mwo? Kau ingin membuatku cemburu eoh?”

Hmp.
Ahra tertawa geli mendengar gerutuan suaminya.
Yeoja berambut hitam itu menepuk pelan kepala Yunho seraya terkekeh.

  “Aku sudah memilikimu, Yun, apa lagi yang kubutuhkan huh?” Ujarnya pelan.

Yunho menyunggingkan senyum manisnya.
Ia mengusap lembut jemari Ahra yang mengelus bahu lebarnya.

TING TONG.

  “Ah, sepetinya itu dia” Ujar Ahra semangat.

  “Hm? Pagi sekali” Balas Yunho ikut berdiri.

  “Dia selalu tepat waktu, Jung Yunho, tidak sepertimu”

  “Yaa yaa, ejek saja aku, tidak apa”

  “Hahahaha, kajja!”

Ahra menarik tangan kekasihnya menuju pintu depan.
Ia segera membuka pintu besar tersebut dan tersenyum kepada sosok cantik yang balas tersenyum padanya.

  “Anyeong haseyo, Kim Jaejoong imnida” Ucap namja cantik itu.

DEG.

Yunho terdiam.
Terpaku menatap pembantu barunya yang terlihat sangat cantik.
Omo.
Namja tampan itu bahkan tidak bergeming ketika Jaejoong memberi salam kepadanya.

  “Yunho ah!”

  “Eh?”

Ahra mengernyitkan dahinya bingung.
Ia terpaksa menepuk lengan kekasihnya mendapati Jaejoong diabaikan begitu saja.
Aish.

  “Kenapa kau hanya diam? Jaejoong memberi salam padamu, kau ingin bersikap kejam padanya huh?” Ujar Ahra kesal.

  “A-Aniyo, mianhae, ne Jaejoong ah, Jung Yunho imnida” Ucap Yunho melihat Jaejoong.

Namja cantik itu tersenyum manis dan menganggukkan wajahnya.
Membuat poninya bergoyang lucu.

  “Aku sangat berterima kasih pada Nyonya Jung yang telah memilihku untuk bekerja di sini, aku menyukai keramahannya” Puji Jaejoong manis.

  “Aigoo, kau tidak perlu sungkan Joongie, aku memilihmu karena kau sangat rajin, dan pas untuk menjadi teman bicaraku, kka, kita masuk ke dalam” Ajak Ahra lembut.

Um.
Jaejoong mengangguk patuh.
Ia segera masuk ke dalam rumah besar itu dan berjalan di samping Ahra.
Mencoba mengacuhkan Yunho yang tidak berhenti memperhatikan dirinya.

Jujur saja, Jaejoong merasa risih diperhatikan seperti itu.
Ia tidak nyaman.
Well, semoga saja tidak terjadi hal buruk.


-------


NGIIINNGGG.

Suara vacuum cleaner itu terdengar mengisi keheningan ruang keluarga Jung yang terbilang mewah itu.
Jaejoong tampak manis dengan apron yang melekat pada tubuhnya.
Namja cantik itu mengikat poninya ke atas seperti pohon palem dengan ikat rambut berhias boneka gajah.
Lucu sekali.

  “Kau sudah sarapan, Joongie?”

DEG!

Jaejoong tersentak kaget mendengar suara bass yang seksi itu.
Ia refleks membalikkan tubuhnya dan menatap Yunho yang tersenyum kepadanya.

  “Ne, sudah Tuan” Sahut Jaejoong pelan.

Yunho mengangguk.
Ia duduk di sofa seraya meletakkan cangkir kopinya.

  “Jja, ke sini” Ujar Yunho menepuk bagian kosong di sampingnya.

Jaejoong terdiam.
Memiringkan kepalanya.
Ia merasakan dadanya berdebar-debar setiap kali berdekatan dengan Tuannya ini.
Yunho kerap kali kedapatan sedang menatapnya dengan intens, Jaejoong sedikit takut dengan hal itu.

  “Minum kopinya” Perintah Yunho pelan.

  “Eh?” Jaejoong menaikkan alisnya kaget.

  “Ne, aku ingin kau merasakannya dengan benar, dan mulai besok pagi kau yang membuatkan kopi untukku”

  “A-Ah, ne, ne, arasseo”

Jaejoong segera meraih cangkir tersebut.
Menyesap minuman hangat itu sejenak dan menjilat bibir cherry-nya.
Sementara Yunho hanya diam memandang Jaejoong.
Demi Tuhan, ia baru saja menelan salivanya.
Omo, tergodakah ia?

  “Aku mengerti, gulanya sedikit, creamer-nya banyak, rasa kopinya tidak terlalu pahit” Ucap Jaejoong kemudian.

Yunho mengangguk mantap.
Ia puas dengan jawaban namja cantik itu.

  “Ngg, mianhae kalau aku lancang, tapi..Apa selama ini Tuan selalu membuat kopi sendiri?”

  “Hm, istriku tidak pernah menyentuh dapur, ia tidak berbakat dalam hal itu”

Jaejoong hanya mengangguk.
Kemudian ia segera berdiri dan kembali melanjutkan pekerjaannya.
Mengacuhkan Yunho yang kini duduk santai seraya menikmati kopinya.

DEG.

Mata besar Jaejoong melebar.
Yunho minum dari cangkir itu.
Cangkir yang telah dinodai olehnya.
Omo.
Bukankah itu berarti mereka telah berciuman secara tidak langsung?

Namja cantik itu segera menggeleng.
Ia mengatur nafasnya pelan.
Mungkin saja Yunho tidak ingin bangun lagi dan membuat kopi yang lain.
Lagi pula, ia hanya meminumnya sekali teguk.

  “Oh ya, Joongie, mulai besok aku mengambil cuti selama lima hari, dan istriku akan jarang pulang ke rumah”

  “Waeyo?”
 
  “Ahra sedang mengembangkan bisnis cafenya, jadi kau tidak perlu repot membuat banyak masakan, cukup untuk kita saja”

  “Ne, arasseo”

Yunho menghidupkan televisi di hadapannya.
Namja tampan itu kembali meneguk kopinya.
Sesekali mata musangnya bergerak pelan melirik Jaejoong yang sedang membungkukkan tubuhnya, melipat ujung hambal berbulu agar mudah dibersihkan.
Omo!
Pantatnya indah sekali, pikir Yunho.

Namja tampan itu segera menggeleng pelan.
Ia menepuk pipinya.

  “Apa yang barusan kulihat? Aigoo” Gumamnya kaget.

Yunho menghela nafas panjang.
Ia benar-benar tidak mengerti dengan apa yang sudah terjadi pada dirinya.
Pembantunya yang satu itu benar-benar mengerikan.
Dari awal mereka bertemu Yunho sudah merasakan ada yang aneh dengan perasaannya.
Yunho sendiri tidak tahu kenapa.
Padahal saat ia bersama kekasihnya ia biasa saja.


-------


  “Masakanmu selalu lezat, Jaejoongie, aku suka lasagna kacang ini” Ujar Ahra tersenyum.

  “Gomawo Nyonya, aku senang kau suka”

  “Jeongmall, bisa kau buatkan lagi? Malam ini aku akan tidur diluar, cafĂ© baruku butuh perhatian khusus sebelum dibuka”

Jaejoong tertegun.
Ia memandang lama wajah cantik majikannya.
Malam ini? Tidak akan pulang?
Bukankah itu berarti ia hanya berdua saja dengan Yunho nanti malam?

  “N-Ne Nyonya” Patuh Jaejoong.

Yunho melanjutkan makannya dengan tenang.
Diam-diam ia tersenyum senang.
Istrinya tidak akan pulang.
Dan ia hanya berdua saja dengan pembantunya yang cantik ini.

  “Yeobo, kau masih cuti kan?”

  “Ne sayang, waeyo?”

  “Aniya, aku hanya ingin kau menemani Jaejoong, kau tahu, rumah ini terlalu besar, aku takut ia tidak nyaman kalau hanya sendiri”

  “Hmp, Jaejoong itu laki-laki, Ahra yah, apa yang perlu ditakutkan?”

  “Aish, kau ini, ia baru sebulan tinggal bersama kita, aku saja sering merasa takut kalau sendirian di rumah”

  “Kita punya tiga penjaga di gerbang, Ahra”

  “Tapi kita tidak punya penangkal hantu, Jung Yunho”

  “Hantu? Hahahaha, kurasa kau terlalu sering menonton, sayang”

Ahra mengerucutkan bibirnya kesal.
Ia menusuk lasagnanya dan melahapnya nikmat.
Um, rasa kacangnya terasa meluber di dalam mulutnya.
Lezat.

TREK.

Ahra mengangkat wajahnya, memandang Jaejoong yang telah meletakkan kotak bekal di dekatnya.

  “Gomawo Joongie, ini tidak perlu dihangatkan ania?”

  “Aku membungkus sekeliling kotak bekalnya dengan kertas alumunium, jadi tidak perlu dihangatkan, Nyonya”

  “Kau perhatian sekali, Jaejoongie, aku suka”

Jaejoong tersenyum.

  “Nyonya”

  “Ne?”

  “Kau yakin tidak akan pulang?”

  “Waeyo? Kau takut?”

Jaejoong mendesah pendek.
Ia melirik Yunho diam-diam.

  “Aku—Hanya khawatir”

  “Kau akan baik-baik saja, Joongie, suamiku tidak akan kemana-mana, ne Yunho?”

Yunho mendongak.
Ia mengangguk dan tersenyum manis.
Tapi Jaejoong merasakan punggungnya dingin.
Senyuman Yunho terlihat berbeda saat ini.

  “Tidak ada hantu di rumah ini, Joongie, jangan terpengaruh dengan omongan Ahra” Ujar Yunho tertawa.

Ahra mendengus.
Ia mengelap sudut bibirnya dan meraih kotak bekalnya.
Kemudian ia menepuk bahu Jaejoong.

  “Jja, aku berangkat sekarang, aku mungkin akan sangat sibuk beberapa hari ke depan, tapi kuharap kau betah tanpaku, Joongie”

  “Ne Nyonya, gwenchana”

Jaejoong menghela nafas panjang.
Ia tersenyum kecut memandangi punggung Ahra yang menjauh.

Jaejoong tidak tahu kenapa, ia merasa kalut setiap kali berdekatan dengan Yunho.
Ia hanya takut.
Selama ini Ahra tidak menyadari, kalau Yunho selalu mencuri kesempatan untuk berdekatan dengannya.
Well, sejauh ini memang hanya berpegangan tangan, tapi siapa yang akan bisa menebak untuk yang selanjutnya hum?

Jaejoong tidak memungkiri kalau suami Nyonya Jung itu benar-benar tampan dan mempesona.
Tapi ia tahu diri akan posisinya, dan lagi, Ahra adalah majikan yang baik dan menyenangkan.
Ia tidak ingin mengecewakan yeoja cantik itu.

  “Biar aku bantu, Joongie” Ujar Yunho tersenyum.

Jaejoong hanya berdehem.
Membiarkan Yunho ikut membawakan piring kotor ke westafel.
Namja cantik itu memakai sarung tangan karetnya dan mulai menghidupkan keran.
Mencoba mengacuhkan Yunho yang kini berdiri di sampingnya.

  “Tuan, ini tugasku, gwenchana” Ucap Jaejoong gugup.

  “Ani, aku ingin membantumu, aku pernah membilas piring saat masih muda dulu” Sahut Yunho pelan.

  “Mwo? Jeongmallyo?”

  “Ne, Ummaku adalah wanita yang keras, ia ingin aku mandiri, aku juga pernah mencuci pakaianku sendiri”

  “Omoo, aku tidak menyangka sama sekali, seorang direktur hebat sepertimu pernah melakukan pekerjaan itu”

  “Terkadang aku merindukan saat-saat seperti ini, aku suka mendengar suara air yang mengucur dari keran”

  “Hmm, pasti menyenangkan kalau mencuci piring bersama Nyonya ania?”

  “Kau bercanda? Ahra tidak pernah melakukan pekerjaan rumah apa pun sejak kecil, ia selalu dilayani banyak pelayan”

  “Kenapa kau bisa menikah dengan Nyonya? Kalian teman masa kecil?”

  “Yah, teman masa kecil, lengkap dengan perjodohan yang telah diatur untuk mengembangkan bisnis”

Jaejoong menggumam pelan.
Ia mengangguk dan mematikan keran airnya.
Melepas sarung tangan karetnya dan meninggalkan dapur.

  “Kau akan tidur sekarang, Jaejoongie?”

Jaejoong tersentak.
Ia merasakan firasat aneh dengan pertanyaan sederhana itu.

  “Ne Tuan, aku akan segera masuk ke dalam kamar, kau ingin sesuatu?”

  “Ani, jja, tidurlah”

Um.
Jaejoong segera beranjak menaiki tangga.
Berdoa dalam hati agar kegelisahannya malam ini terobati.
Sementara itu Yunho berdiri diam di tempatnya.
Ia mendesah pendek dan mengusap wajahnya.

Gosh.
Namja tampan itu menggeleng pelan.
Ia tidak bisa seperti ini.
Tertarik pada seorang namja yang hanya pembantunya.
Yunho menyukai namja cantik itu.

Sikap ramahnya, suara lembutnya, dan geraknya yang lincah ketika membersihkan rumah.
Aigoo.
Apa yang harus ia lakukan?
Ia bahkan tidak begitu mempedulikan kekasihnya sendiri akhir-akhir ini.

Sejak Jaejoong masuk ke dalam rumah itu, segalanya berubah.

Yunho merasa senang dengan Jaejoong yang begitu perhatian kepadanya.
Ia sudah lama bermimpi kalau seseorang akan membuatkan sarapan untuknya, dan menyeduhkan kopi dengan rasa yang pas di lidahnya.
Seseorang yang cekatan dalam mengurus sebuah rumah.
Sayangnya Ahra tidak punya itu, walau ia adalah wanita yang sempurna.

Yunho menelan salivanya.
Mendadak ia menyadari, kalau malam ini, tidak ada siapa pun di rumah, kecuali ia dan Jaejoong.
Jantung Yunho berdebar kencang.
Pikirannya mulai berkelana.

Bayang-bayang tubuh seksi Jaejoong yang bergerak kesana-kemari saat membersihkan rumah kembali muncul di benaknya.
Ia terkadang penasaran seperti apa lembutnya pantat Kim Jaejoong yang selama ini diliriknya diam-diam.
Bagaimana suara merdunya mendesah, dan lain sebagainya.

  “Oh fuck” Desah Yunho kesal.

Ia melirik celananya yang menyempit.
Keringat dingin mengalir di pelipisnya.
Namja tampan itu menelan salivanya.
Dadanya semakin berdebar kencang.

Namja tampan itu berjalan menaiki tangga dan hendak menuju kamarnya dan Ahra.
Namun gerakannya terhenti ketika ia mendengar suara dari dalam kamar pembantunya.

Yunho tercekat.
Ia berjalan mendekati pintu itu dan membuka kenop pintunya perlahan.

  “OMO! Tu-Tuan Jung! Waeyo?!” Panik Jaejoong seraya menutupi dada telanjangnya.

Namja cantik itu baru saja selesai mandi.
Ia benar-benar kaget mendapati majikannya yang kini berada di dalam kamarnya.
Yunho terpaku di sana.
Mata musangnya bergerak liar memandangi tubuh Jaejoong yang hanya tertutupi handuk sebatas pinggang.

Benda pusakanya semakin berdenyut-denyut tersiksa.

CKLEK.

Jaejoong menatap horror pintu kamarnya yang ditutup oleh Yunho.
Mata bulatnya membesar.
Ia memundurkan langkahnya saat Yunho mendekat.

BRUKK.

Jaejoong merinding ketika ia terduduk di pinggir ranjang.
Yunho menyeringai manis padanya.

  “Tu-Tuan, apa yang kau lakukan? A-Aku ingin segera tidur dan----”

  “Istriku memintaku untuk menemanimu malam ini ania? Kau juga mendengarnya anitji?”

DEG DEG DEG.

  “Tu-Tuan----”

  “Kulitmu lembut sekali, Joongie ah”

Jantung Jaejoong semakin menggila.
Ketakutannya semakin menjadi.
Ia berusaha mendorong Yunho yang kini mengecupi pundak telanjangnya dengan lembut.

  “A-Aah~ Tuan, andwaeyo, a-aku—aku----”

  “Sshh, desahanmu indah sekali Joongie..Hmm..”

Kedua mata Jaejoong perlahan terpejam menikmati.
Tangannya yang semula mendorong Yunho, kini beralih mencengkram kaus namja tampan itu.
Yunho memindahkan bibirnya mengecupi wajah cantik Jaejoong.
Perlahan kedua tangannya mencengkram pinggang Jaejoong dan mendorongnya menuju bagian tengah ranjang, hingga ia dapat menindih pembantu cantiknya.

Namja cantik itu merasakan air matanya mengalir pelan.
Namun bibirnya mengeluarkan desahan nikmat.
Ia tidak membenci perlakuan Yunho kepadanya, hanya saja, ia takut mengingat Jung Ahra yang selama ini baik kepadanya.
Bagaimana bisa ia membalas kebaikan yeoja itu dengan bercinta bersama suaminya sendiri?

Ia sangat jahat.

  “Jangan menangis Joongie, gwenchana, aku akan membuatmu merasa nyaman” Bisik Yunho di telinga Jaejoong.

Membuat namja cantik itu meringis geli.

  “Aku—Nyonya Jung---”

  “Kau tidak perlu khawatir, ia tidak akan tahu kalau kau menutup mulut, arraseo?”

Jaejoong tidak menyahut lagi.
Ia hanya diam membiarkan Yunho menjilati leher jenjangnya.
Namja tampan itu melebarkan seringaiannya.
Jaejoong tidak menolaknya saat ini.
Bukankah itu berarti namja cantik itu menyukainya?


-------


  “Joongie, jangan lupa mengambil gorden baru di toko kain nee? Aku sangat sibuk hari ini”

  “Ne Nyonya”

  “Jja, aku berangkat sekarang, bangunkan suamiku, ia tidak boleh tidur terlalu lama, nanti jadi pemalas!”

Jaejoong tertawa mendengarnya.
Ahra segera beranjak meninggalkan ruang tengah.
Tanpa rasa curiga sedikit pun.
Fuuh.
Jaejoong menghela nafas panjang.

Ia berjalan pelan menaiki tangga, memasuki kamar majikannya.

  “Tuan, bangunlah, Nyonya sudah pergi, dan aku sudah membuatkan sarapan untukmu” Ujar Jaejoong pelan.

Hening.
Tidak ada sahutan sama sekali.
Namja cantik itu menggeleng dan mengguncangkan tubuh Yunho.

  “Tuan Jung! Ireon—WAAAA!”

Jaejoong terkejut.
Ia refleks berteriak ketika namja tampan itu malah menarik dirinya hingga ia terjatuh menimpa Yunho.
Namja tampan itu tersenyum kecil, ia mengusap pantat Jaejoong pelan seraya mengecup bibir ranumnya.

  “Bukankah sudah kukatakan? Panggil aku Yunnie saat hanya ada kita berdua, sayang” Bisik Yunho mesra.

Jaejoong mengeluh.
Ia mengangguk dan menjatuhkan dagunya di atas dada bidang Yunho.
Namja cantik itu mengerutkan dahinya.
Demi Tuhan, sejak kejadian malam panas itu, ia jatuh cinta pada majikannya sendiri.

Jaejoong tidak mengerti bagaimana ia bisa.
Yang ia tahu, ia merasa nyaman dan aman bersama namja tampan ini.

  “Ungh”

Namja cantik itu meringis, ketika Yunho menarik wajahnya dan melahap bibir ranumnya.
Jaejoong memiringkan wajahnya, mengusap lembut pipi Yunho dan membiarkan namja tampan itu bermain dengan lidahnya.

  “Yun, Ahra memintaku mengambil gorden nanti siang”

  “Ne, kita ambil bersama nanti”

  “Jja, nanti kopimu dingin”

Yunho mengangguk.
Ia beranjak bangun dan merengkuh pinggang Jaejoong.

  “Jangan protes, aku ingin menggendongmu sampai bawah”

Jaejoong hanya menghela nafasnya.
Ia menyurukkan wajahnya di leher namja tampan itu.
Membiarkan Yunho membawanya menuju ruang makan.
Namja cantik itu segera turun dari gendongan Yunho ketika mereka tiba di bawah.

Yunho duduk di kursinya, meraih cangkir kopinya dan meneguknya pelan.
Sementara Jaejoong menyiapkan sarapan Yunho.

  “Yun!”

Namja tampan itu terkekeh ketika Jaejoong memprotes dirinya yang kini memeluk pinggangnya dari belakang.
Jaejoong mendengus.
Ia mencium gelagat aneh majikannya pagi ini.

Oh tidak, jangan lagi.

  “Kita sudah pernah bercinta di sofa, di ranjang, di kamar mandi, bahkan di atas hambal, Joongie ah” Bisik Yunho mendesah.

Ungh.
Jaejoong memejamkan matanya erat.
Jantungnya berdebar kencang.

  “Kita belum pernah melakukannya di meja makan hmm?”

  “M-mwo? Yunnie! Jangan bercanda!”

  “Kau akan menjadi sarapan terlezat yang pernah ada, BooJae ah”

Jaejoong meronta.
Namja tampan itu mengangkat pinggangnya dan mendudukkannya di atas meja makan yang luas itu.
Menyuruh Jaejoong agar berbaring di sana.
Sementara Yunho dengan cekatan sudah melepaskan pakaian namja cantik tersebut.


-------


  “Hoeekk~! Hoeekk~!”

Jung Ahra mengernyitkan dahinya mendapati pembantunya sedang memuntahkan isi lambung di westafel kamar mandi bawah.
Ia mendekati Jaejoong dan mengurut tengkuk namja cantik itu.

  “Gwenchana Joongie? Kau masuk angin?” Tanya Ahra khawatir.

  “U-Ungg..Perutku mual, Nyonya, sepertinya aku salah makan” Gumam Jaejoong lemah.

  “Kalau begitu istirahat saja hari ini, nanti siang minta Yunho menemanimu ke rumah sakit arra? Aku tidak ingin terjadi sesuatu padamu”

  “Ne Nyonya, gomawo”

  “Di kotak obat ada tablet pereda sakit, setelah minum itu kau akan merasa lebih baik”

  “Ne”

  “Aigoo, aku khawatir padamu Jaejoongie, aku ingin menemanimu saja hari ini, tapi hari ini hari pembukaan cafĂ© baruku”

  “Tidak apa Nyonya, aku bisa sendiri, hanya mual biasa”

  “Benar?”

  “Nee, jeongmallyo, aku turut senang dengan pembukaan cafĂ© barumu”

Ahra tersenyum manis.
Ia mengusap lembut rambut almond pembantunya dan mengikat rambut panjangnya.

  “Aku harus pergi sekarang, Joongie, panggil saja Yunho kalau kau butuh apa-apa arra?”

  “Aigoo, aku seorang pembantu, Nyonya, tidak mungkin aku---”

  “Tapi kau sedang sakit, siapa pun boleh melayani orang sakit”

Jaejoong mendesah.
Ia tidak bisa mendebat lagi kalau seperti ini.
Namja cantik itu mengangguk dan mengantar Ahra sampai pintu depan.
Memandangi mobilnya yang sudah melaju meninggalkan halaman rumah.

Hahhh.

Jaejoong mengusap wajah cantiknya.
Sekarang apa yang harus ia lakukan?
Ahra begitu baik padanya.
Ia tidak sanggup mengecewakan yeoja cantik itu.

Jaejoong berjalan masuk ke dalam rumah.
Ia berlari kecil menuju westafel dapur dan kembali memuntahkan cairan lambungnya di sana.
Perutnya benar-benar mual.
Kepalanya pusing.

  “Boo? Gwenchana?”

Jaejoong mencuci mulutnya ketika mendengar suara Yunho.
Ia segera menegakkan tubuhnya dan mengeluh lemah.
Namja tampan itu segera merengkuh tubuh Jaejoong.
Ia mengusap lembut pipi pembantu cantiknya.

  “Yunnie, aku takut” Ujar Jaejoong terisak.

Membuat Yunho terkejut.
Namja cantik itu mulai menangis di hadapannya.

  “Apa sayang? Kenapa? Beritahu aku” Tanya Yunho bingung.

Jaejoong semakin menumpahkan tangisannya.
Ia memeluk Yunho dengan erat.
Sementara namja tampan itu balas memeluk erat dirinya.

  “Seharusnya aku memberitahumu sejak awal..Hiks..Seharusnya aku menolak dari awal..Hiks..”

  “Waeyo Boo? Ada apa?”

  “Aku..Hiks..Aku berbeda Yunnie..Aku memiliki rahim..Hiks..Dan..Dan aku---”

  “Kau hamil?”

Jaejoong kembali terisak.
Ia mengangguk seraya menutup wajahnya.
Mengacuhkan Yunho yang terdiam.
Namja tampan itu mengerjapkan mata musangnya kaget.

Omo.

Jaejoong hamil?
Anaknya?
Benihnya?
Benarkah?

  “A-Aku akan segera pergi dari rumah ini Yun..Hiks..Aku akan kembali ke kampungku..Hiks..Hiks..”

  “Mwo? Kau bilang apa?”

  “Aku tidak menuntut apa pun darimu..Ini semua salahku..Hiks..Aku mengecewakan Ahra..”

Rahang Yunho mengeras.
Ia melonggarkan pelukan mereka dan menatap tajam namja cantik itu.

  “Kau akan meninggalkanku? Memisahkan aku dengan anakku sendiri, Kim Jaejoong? Bagaimana kau tega eoh?”

  “Ta-Tapi Yun, kau sudah menikah, dan aku bukan siapa-siapa”

  “Kau ibu dari anakku, BooJae, aku tidak bisa membiarkanmu melakukan hal konyol seperti itu”

  “Tapi..Ahra..Otteyo? Hiks..”

  “…”

  “Yun”

  “Aku akan menceraikannya”

DEG.

Jaejoong terkejut.
Mata besarnya melebar.
Menatap tidak percaya namja tampan itu.

  “Aku mencintaimu Boo, aku tidak bisa bersamanya lagi kalau seperti ini keadaannya”

  “Yunnie”

  “Kita akan segera menikah setelah perceraianku dengannya selesai”

  “Yun! Aku tidak bisa! Hiks..Ahra terlalu baik padaku, ia percaya padaku..Hiks..”

  “Tapi sekarang kau bisa apa Boo? Kau hamil, dan itu anakku!”

Jaejoong tersengguk keras.
Membuat Yunho menghela nafas dan kembali memeluknya agar ia tenang.

  “Ja-jangan beritahu Ahra kalau aku hamil Yunnie, andwae..Hiks..”

  “Ne, aku tidak akan membiarkannya tahu, sayang, tenanglah”

  “Janji”

  “Janji”

Yunho tersenyum kecil melepaskan pelukan mereka.
Jaejoong sudah menghentikan tangisnya.
Namja tampan itu menyeka air mata Jaejoong dan mengecup lembut bibir ranumnya.
Menariknya sedikit keras hingga namja cantik itu melenguh.

  “Aku sangat senang, Boo, aku berjanji akan menjagamu dan anak kita”

Jaejoong tersenyum kecil.
Ia mengangguk dan mengusap lembut leher Yunho.

  “Jja, aku ingin menyapanya sekarang, ia harus bertemu dengan Appanya”

  “M-mwo?”

Jaejoong terkejut.
Yunho sudah terlebih dahulu menyusupkan tangannya ke dalam celana Jaejoong.
Kemudian ia menarik namja cantik itu berbaring di sofa.
Mengacuhkan tolakan dari pembantu cantiknya.

Ah, sekali lagi, pagi yang panas.


-------


Ahra dan Yunho saling duduk berhadapan saat ini.
Yeoja cantik itu terdiam seraya melirik pengacara Yunho.
Kemudian ia menghela nafasnya bergetar.

  “Apa alasanmu, Yun? Kupikir kita baik-baik saja selama ini” Ujar Ahra mencoba tenang.

Yunho meletakkan pulpennya setelah ia menandatangani surat cerai tersebut.
Balas menatap Ahra yang terlihat sendu saat ini.

  “Aku jatuh cinta pada orang lain, dan aku ingin menikah dengannya”

  “…”

  “Kau wanita yang cantik dan baik, Ahra, aku tidak ingin menjadi penghalang bagi seseorang yang mungkin tulus mencintaimu saat ini, atau nanti”

  “Tapi aku mencintaimu, Yunho!”

  “Ahra..Kumohon, kita tidak bisa lagi bersama..”

Ahra menghela nafasnya sekali lagi.
Kedua mata sipitnya berkaca-kaca sekarang.
Ia menatap tajam mata musang Yunho.

  “Beri aku satu alasan logis, kenapa kita harus bercerai?”

Yunho terdiam.
Lama mereka membiarkan ruangan itu hening.
Sampai kemudian namja tampan itu mengusap wajahnya dan menatap langsung mata sipit Ahra.

  “Ia sedang mengandung anakku”

DEG.

Mata sipit Ahra melebar sempurna.
Terkejut dengan pernyataan mendadak dari kekasihnya.

  “Ka-Kau..Sejauh itukah kau mengkhianatiku, Yun?” Bisik Ahra berkaca-kaca.

  “Mianhae” Balas Yunho pelan.

Yeoja cantik itu menyeka air matanya yang mengalir.
Ia menarik nafas panjang dan meraih pulpen tersebut.

  “Kau mencintainya?”

  “Sangat”

Suara gesekan kasar pulpen tersebut beradu di atas kertas.
Ahra membubuhkan tanda tangannya dengan penuh emosi.
Ia menggigit bibir bawahnya erat berusaha untuk tidak meledak disini.

  “Aku sangat minta maaf, Ahra” Ujar Yunho setelah ia beranjak bangun dan memeluk mantan istrinya.

Ahra terisak.
Ia mencengkram jas Yunho.
Membiarkan tangisnya tumpah.

  “Yunho ah, selama ini, dua tahun kebersamaan kita, pernahkah ada rasa cinta untukku? Sedikit saja?”

  “Aku menyukaimu Ahra, kita teman sejak kecil”

Dada Ahra bergemuruh.
Rasa sakit meyerangnya bertubi-tubi.
Ia tersenyum kecut dan melepaskan pelukan mereka.

Kemudian ia segera keluar dari ruangan tersebut.
Meninggalkan Yunho bersama pengacaranya.
Yeoja cantik itu bersandar pada pintu yang telah ditutupnya.
Ia berjongkok dan menangis dalam diam.

Yunho berbohong padanya.

Mereka berbohong.

Ahra sudah tahu kebenaran yang terjadi.
Ia tahu semuanya, setelah mencurigai bekas kissmark yang terlihat dari piyama pembantunya saat Jaejoong muntah-muntah.
Ia tersakiti.
Sehingga ia memutuskan untuk menjauh dari rumah itu.
Ia selalu menyibukkan dirinya di café, mengacuhkan pengkhianatan yang dilakukan suami dan pembantunya.

Hamil?

Namja cantik itu hamil huh?

Ahra tersenyum miris.
Ia mengusap wajahnya dan menyeka air matanya.
Kemudian ia menghembuskan nafasnya keras.
Mencoba untuk tidak terlalu terhanyut dalam sedihnya.

  “Selamat, Yunho ah..” Lirihnya pelan.

Yeoja cantik itu membenarkan jasnya.
Ia berjalan pelan menjauhi pintu ruangan pengacara Yunho.

Love is bitter.
Love is pathetic.
Love is cruel.

Love is..Ah, it just so cruel at all.

END.

1 komentar:

  1. Biasanya aku benci klo liat Ahra krna peran jahat nya, ehh malah sedih liat dia di ff ini
    Eonni jjang

    BalasHapus