Tittle:
YOU KNOW WHAT
Genre:
YAOI
Author:
Shella Rizal a.k.a Park Sooji
Cast:
Yunjae and other
Length:
ONESHOOT
Rating:
family-romance-fluffy-mpreg-friendship
WARNING:
BOY x BOY! Yg ga suka YAOI mending cabut aja dari sini, cos author Cinta damai~
*kibar2
kutang Jae umma*
-------
When I just see
you, when I see your face
I know you are
pretending to be upset
But I act like
I’m deceived
I’m that kind of
guy
Jaejoong
itu adalah seseorang yang sangat manja, egois, dan seenaknya—such a spoiled brat—such as Alois Trancy—tapi lebih daripada itu semua, Jung Yunho sangat
mencintai dirinya.
.
.
.
Ini pagi yang tidak pernah Kim Heechul
mimpikan dalam seumur hidupnya.
Wanita cantik itu tersenyum cantik
seraya menyeduh teh kesukaannya dan duduk manis di sofa santainya yang
tergeletak di dekat jendela kaca ruang tengah.
Ah, damainya pagi ini, rasanya matahari pun
ikut tersenyum kepadanya.
Heechul bahkan tidak terganggu akan
kehadiran sosok suaminya yang kini berkacak pinggang memandang istrinya.
Pria bernama Hangeng Kim itu menggeleng
pelan melihat kelakuan istri kesayangannya.
“Chullie, apa yang kau lakukan di sini pagi-pagi, sayang?” Tegur pria
tampan itu bingung.
“Apalagi Gege? Tentu saja aku sedang menikmati
pagiku yang indah dan damai, aah~ Rasanya seperti mimpi si nakal Jaejoong itu
tidak lagi tinggal bersama kita, sejak ia lahir bocah itu selalu saja membuat
kepalaku pusing, ada saja ulahnya” Ujar Heechul memutar cangkir teh antiknya.
“Ya, Jaejoongie tidak pernah bisa diam, hahaha, ia bocah kesayanganku,
rumah ini selalu ramai saat ia masih ada”
“Hmm, mulai sekarang aku tidak akan lagi menerima laporan keluhan apapun
dari para pelayan yang ingin berhenti dari pekerjaan mereka karena tidak
sanggup menghadapi keusilan Jaejoongie”
Hangeng menaikkan alisnya mendengar
ucapan istri cantiknya.
Ia hanya tersenyum tipis dan ikut duduk
di sebelah Heechul.
“Jaejoongku baru saja berusia 17 tahun minggu lalu. Sekarang ia telah
menjadi istri orang lain” Gumam Heechul pelan.
Namja paruh baya itu melebarkan
senyumannya dalam diam.
Ia sudah sangat mengenal wanita yang
duduk di sampingnya ini.
Pada awalnya Heechul akan menikmati
segala hal yang jarang ia dapatkan di hari-hari biasanya.
Dan tidak butuh waktu lama untuk wanita
itu menoleh kepadanya dengan mata besar yang berkaca-kaca.
“Gege, aku merindukan uri Joongie” Lirih Heechul serak.
Bibir Hangeng berkedut.
Mencoba untuk tidak tertawa atau Heechul
akan melemparkan cangkir antiknya dan ia tidak ingin hal itu terjadi.
Jadi yang pria paruh baya itu lakukan
adalah membawa wanita cantiknya masuk ke dalam pelukannya dan membiarkannya
menangis di dada bidangnya—sementara ia tertawa diam-diam tanpa suara.
“Kita akan mengunjungi uri Joongie dalam waktu dekat” Ujar Hangeng
setelah ia puas.
.
.
.
Yunho baru saja selesai memotong dadu waffle milik kekasih hatinya.
Namja tampan itu hendak mengembalikan
piring Jaejoong—namun gerakannya terhenti saat ia menyadari apa yang sedang
istri kecilnya itu lakukan.
Jaejoong memejamkan satu matanya,
menggigit bibir bawahnya erat seolah sedang melakukan sesuatu yang sangat
penting.
Tangannya memegang sendok yang telah
berisikan buah strawberry berlumur yogurt dingin—namja cantik itu menarik
ujung bawah sendok tersebut dan segera menembak sasaran yang ia bidik sedari
tadi.
“AW! MATAKU! MATAKU!” Jerit sang kepala pelayan kediaman Jung ketika
tiba-tiba sesuatu yang keras, basah, lengket, dan dingin meninju mata kirinya.
Bersamaan dengan teriakan
tersebut—meledak pulalah tawa nakal yang begitu ceria.
Jaejoong bertepuk tangan senang dan
menatap suaminya yang balas memandangnya.
“Kau lihat itu, Yunnie?! Ia kena! Hahahaha! Aku hebat, kan?!” Pekik
Jaejoong bahagia.
Yunho menggerakkan matanya melirik sang
kepala pelayan yang sudah menghilang dari ruang makan.
Kemudian ia menoleh kepada si pencuri
hatinya.
“Ya, BooJae, kau sungguh penembak ulung” Ujarnya bangga.
Jaejoong terkikik senang.
Ia mengambil garpunya dan menusukkan
benda tersebut kepada waffle miliknya
yang telah dipotong dadu oleh suaminya.
Namja cantik itu menggoyangkan kakinya
dan tersenyum lebar kepada Yunho hingga memperlihatkan giginya yang rapi.
“Enak!” Serunya senang.
Dan Yunho membalasnya dengan kecupan
manis.
Para pelayan di rumah besar ini awalnya
tersenyum bahagia menyambut pendamping tuan muda mereka.
Namun senyuman tersebut tidak bertahan
lama ketika dalam menit pertama remaja cantik itu sudah melemparkan petasan
yang entah dari mana ia dapatkan.
Jung Jaejoong tertawa lantang di hari
itu—tapi tidak dengan para pelayan yang ada.
Mereka tentu saja merasakan jengkel,
kesal, dan tidak suka terhadap sikap kekanak-kanakan namja cantik itu.
Beberapa mulai mempertanyakan mengapa
tuan muda mereka yang selalu tenang dan penuh dengan wibawa itu mau menikahi
seorang remaja berusia 17 tahun yang berbeda 5 tahun dari dirinya.
Tapi setelah mereka melihat cinta di
setiap tatapan yang tuan muda mereka berikan untuk sang pendamping—tidak ada
lagi yang berani bertanya.
Satu-dua mulai mengundurkan diri, tapi
yang lainnya tetap bertahan.
Mereka penasaran akan sampai mana batas
kesabaran seorang Jung Yunho.
Menunggu-nunggu hari di mana tuan muda
yang penuh dengan keramahan itu meledak-ledak karena Jaejoongnya.
Hanya itu motivasi para pelayan yang
bekerja di kediaman Jung—selain kesetiaan, tentunya.
Yah, tapi sayangnya mereka miscalculated.
“BooJae, tas kerjaku, sayang” Ujar Yunho selembut mungkin.
Jaejoong tidak pernah mau disuruh-suruh
seumur hidupnya.
Bahkan Kim Heechul si medusa saja selalu
ia lawan.
Tapi pengecualian untuk Yunho.
Pria itu adalah suaminya—hidupnya.
Sementara namja cantiknya berjalan
mengambil tas kerja miliknya, Yunho bergegas menuju dapur dan menghampiri sang kepala
pelayan yang telah menjadi korban kejahilan istrinya pagi ini.
“Maafkan aku atas perbuatan istriku, Kang Ahjussi, ia masih remaja”
“Ah, tidak apa-apa, tuan, anda tidak perlu melakukannya”
“Setelah ini pergilah ke rumah sakit dan periksakan matamu, aku tidak
ingin terjadi sesuatu karena buah itu”
“Baik, tuan muda, segera saya laksanakan”
Yunho tersenyum.
Ia mengangguk dan berjalan meninggalkan
area dapur.
Dan sesuai dugaannya, istri kecilnya itu
sudah menunggu dirinya di pintu rumah.
“Aku pergi, Boo” Ujar Yunho seraya mengecup bibir istrinya.
Namja cantik itu tersenyum, mengalungkan
kedua lengannya di leher namja tampan itu dan memeluknya erat—memperdalam
kecupan singkat tersebut hingga menjadi satu ciuman panas yang cukup panjang.
“Hati-hati,
Yunnie” Ujar Jaejoong dengan bibirnya yang bengkak dan basah.
Yunho tertawa kecil melihatnya.
Jaejoongnya sungguh menggemaskan sekali.
Namja tampan itu mencuri satu ciuman
singkat terakhir dari kekasih hatinya dan kali ini ia benar-benar beranjak
memasuki mobil mewah yang telah menunggunya di teras depan.
Melambai kepada Jaejoong yang masih
berdiri di pintu rumah sampai mobil tersebut menghilang dari halaman kediaman
Jung yang sangat luas tersebut.
Jaejoong berjalan sambil melompat kecil sesekali
menuju ruang lukisannya.
Ia tersenyum lebar.
Putra tunggal keluarga Kim ini sudah
lulus sekolah setahun yang lalu.
Jaejoong adalah remaja yang sangat
pintar.
Sejak kecil ia suka melukis—dan hal
tersebut berlangsung hingga saat ini.
Lukisan yang remaja cantik itu lukis
selalu menarik, hingga tak jarang ia mendapatkan beberapa pengusaha atau
kolektor yang membeli lukisan buatannya.
Jaejoong masih ingat dengan dua lukisan
pertama yang ia jual—ia membeli mobil pertamanya dari hasil penjualan tersebut,
Lambhorgini Aventador yang paling ia
sayang sampai hari ini.
Para pelayan yang berjaga di dekat pintu
ruangan milik Jaejoong itu dengan sigap membukakan pintu tersebut ketika remaja
cantik itu bersenandung riang menghampiri mereka.
Mereka saling melirik saat si cantik
Jaejoong sudah menghilang di balik pintu berornamennya.
Sebenarnya sudah menjadi rahasia
umum—bahwa para pelayan di rumah ini adalah penggemar lukisan Jaejoong—di balik
rasa kesal mereka terhadap madam yang jahil itu.
Dan tentu saja Jaejoong tahu.
Oleh karena itu ia selalu memberikan
lukisannya secara cuma-cuma sebagai hadiah setiap kali ada pelayan di rumah ini
yang berulang tahun.
-------
Park Yoochun tidak pernah bisa
menyuarakan protesannya kepada sang tuan muda setiap kali namja tampan itu
pergi di tengah pekerjaan dan meninggalkan segala yang tersisa untuk ia
kerjakan.
Karena ia tahu Yunho akan melakukan
apapun untuk membuat kekasih hatinya senang.
Seperti hari ini, misalnya.
Mereka baru saja akan mengadakan rapat perusahaan,
tapi ponsel Yunho sudah lebih dulu berdering dan menampilkan wajah cantik
istrinya di layar yang berkedip-kedip itu.
Warna merah Jaejoong habis.
Dan ia ingin Yunho membelikan yang baru
detik itu juga.
Yoochun sudah menawarkan diri untuk
menggantikan Yunho, tapi tuan muda yang tampan itu menolak dengan senyumannya
seraya berkata,
“Jaejoongie akan tahu kalau bukan aku yang membeli catnya”
Puh—konyol sekali. Pikir namja chubby
itu.
Bagaimana mungkin Jaejoong bisa tahu?
Pria cantik itu hanya duduk manis di dalam rumah.
Teropong pun ia tidak punya.
Yoochun hanya menggelengkan kepalanya
pelan.
Kasihan sekali tuan mudanya itu.
Ia pasti jengkel dengan kelakuan istri
cantiknya itu.
.
.
.
“Ini warna merah yang kau inginkan, sayang”
Jaejoong mengalihkan wajahnya dari
kanvas saat ia mendengar suara pria yang dicintainya mendekat.
Namja cantik itu meletakkan palet
lukisnya dan berdiri dari duduknya.
Tersenyum secerah mungkin untuk kekasih
hatinya.
“Yunnie! Cepat sekali~!” Serunya senang.
Yunho tersenyum.
Ia menghampiri istri kecilnya dan
mencium pipi gembul itu.
Kemudian ia mendudukkan dirinya di kursi
kosong di samping kursi istrinya.
Mata musangnya bergerak pelan memandangi
lukisan Jaejoong yang masih setengah jadi.
Ia bisa melihat cipratan-cipratan cat
warna-warni yang menghiasi kanvas—kemudian siluet wajah seseorang di balik
cipratan cat tersebut.
Menarik.
“Wah, kau benar-benar membelinya seorang diri” Gumam remaja cantik itu
senang.
“Karena hanya aku yang tahu jenis merah apa yang kau gunakan, sayang”
Sahut Yunho lembut.
Jaejoong tersenyum.
“Kali ini apa yang kau lukis?”
“Hmm, kau”
“Aku?”
“Ya, aku melukismu, hehehe”
“Lalu mengapa hanya siluetnya saja? Ada apa dengan warna-warni yang
memenuhi kanvas itu?”
Jaejoong meletakkan warna merahnya.
Ia mendongak menatap wajah penasaran
suaminya dan tersenyum jahil.
“Itu adalah perasaanku setiap kali kita selesai bercinta, warna-warni!
Hihihi~”
“Aih, nakal sekali”
Bibir Yunho berkedut menahan
senyum—menatap Jaejoongnya dengan gemas.
“Eoh? Warna orange-mu juga
habis? Kenapa kau tidak memberitahuku? Aku bisa membelinya sekalian” Ujar Yunho
saat tanpa sengaja matanya beralih memandang palet milik Jaejoong.
“Tidak perlu, Yunnie, aku bisa membuat orange-ku sendiri” Sahut Jaejoong santai.
Pria tampan itu menaikkan alisnya ketika
memperhatikan perbuatan Jaejoong.
Mata musangnya mengerjap penuh kekaguman
saat namja cantik itu mencampurkan cat yang dimilikinya kemudian mengaduknya
hingga memunculkan warna yang yang sudah habis.
“Kau pelukis yang sangat handal, sayang” Puji Yunho tulus.
Jaejoong tertawa mendengarnya.
Ia meletakkan paletnya dan mengelap
tangannya di atas apron lukis yang ia kenakan lalu segera membuka apron yang
menutupi bajunya itu.
Yunho menaikkan alisnya.
Menatap istrinya yang sudah tersenyum
nakal dan memeluk lehernya.
“Minatku untuk melukis seharian ini sudah hilang, sekarang aku hanya
ingin bercinta denganmu, kau tidak akan kembali ke kantor lagi, kan, Yunnie?”
Ujar Jaejoong manja.
“Kau tahu aku tidak akan pergi kemana pun jika kau sudah memberikan
tawaran yang menggiurkan, BooJae” Balas Yunho tertawa.
Jaejoong tersenyum puas ketika Yunho
sudah menyeretnya menuju bingkai Jendela besar tempat di mana ia biasanya
bersantai setelah melukis.
Yunho duduk di sana dan segera memangku
namja cantik itu.
Jaejoong mendesah ketika ia merasakan
suaminya sudah keras—sama keras seperti dirinya.
Bibirnya menyunggingkan senyuman senang
sebelum ia membuka mulutnya dan menjulurkan lidah nakalnya keluar.
Yunho merasakan dirinya semakin
berdenyut-denyut di bawah sana melihat kelakuan kekasih hatinya.
Namja tampan itu segera menyambut lidah
Jaejoong dan menghisapnya dengan gemas.
Menyisakan gumaman dan lenguhan yang
tidak jelas dari dalam mulut Jaejoong yang sudah basah akan salivanya.
Ah—ini yang Yunho sukai dari membeli
pesanan Jaejoong di siang hari.
Mereka akan bercinta seharian sampai
Jaejoong tidak sanggup lagi untuk bangun.
Tidak setiap hari Jaejoong kehabisan cat
lukisnya.
Karena itu Yunho selalu memanfaatkan
saat-saat seperti ini dengan sebaik mungkin.
-------
“Aku mau itu! Itu dan itu!” Seru Jaejoong seraya menunjuk beberapa vacuum cleaner dan sebuah alat pembersih
meja yang canggih.
“Dua vacuum cleaner, Boo?”
Tanya Yunho bingung.
Namja cantik itu mengangguk dengan
senyuman cerianya.
Ia memeluk manja lengan suaminya.
“Aku tidak bisa memilih warna mana yang paling menarik, aku suka
keduanya, Yunnie” Ujar Jaejoong ringan.
“Baiklah” Balas Yunho seraya mengacak rambut kekasih hatinya.
Namja tampan itu memberikan kartu limited gold-nya kepada wanita yang menjaga kasir.
Wanita berambut blonde itu menerima
kartu pelanggannya dengan gugup.
Oh—pria yang ada di hadapannya ini
sungguh tampan! Tampan dan sangat kaya!
Wanita cantik itu merasakan pipinya
bersemu saat mata sipitnya bertemu dengan mata musang pelanggannya.
“Apa lagi yang kau inginkan, Boo?” Tanya Yunho memandang Jaejoongnya
yang sudah mengalihkan pandangannya keluar toko.
“Tidak tahu, tapi aku masih ingin berbelanja” Sahut namja cantik itu
tanpa balas memandang Yunho.
“Ini kartunya, tuan, barang-barang akan dikirimkan ke alamat yang telah
anda berikan, terima kasih telah berbelanja di sini” Ujar wanita kasir
tersebut.
Yunho mengangguk dan mengambil kembali
kartunya.
“Yunnie! Ayo kita ke sana!” Seru Jaejoong seraya menarik lengan
kekasihnya.
Sepasang mata besarnya berkilat-kilat
senang menatap toko sepatu yang ada di seberang sana.
“Jae, santai saja sayang, toko itu tidak akan lari” Seru Yunho tidak
bisa menahan senyumnya.
“Oh—iya, maafkan aku, Yunnie” Ucap Jaejoong berhenti berlari.
Namja cantik itu mendongak menatap
Yunho, kemudian ia tersenyum lebar dan kembali memeluk erat lengan namja tampan
itu.
“Bagaimana kalau kita makan es krim dulu?” Ujar namja cantik itu saat
matanya tanpa sengaja melirik toko es krim.
“Apapun untukmu, sayang” Sahut Yunho tersenyum.
Jaejoong tersenyum senang dan segera
menyeret Yunho untuk berjalan memasuki toko es krim yang ia lihat.
“Coffee latte dan es krim vanilla dua scoop, pakai topping raspberry
twister dan potongan buah strawberry”
Ujar Yunho kepada pelayan pertama yang ia lihat.
“Yunnie! Kau hapal kesukaanku!” Seru Jaejoong dengan mata bulatnya yang
berkilat-kilat lucu.
Membuat Yunho tidak tahan untuk tidak
mencubit gemas pipi gembul istri kecilnya.
Jaejoong meringis—tapi masih
mempertahankan senyum bahagianya.
“Oh! Jung Yunho-ssi?!”
Eoh?
Namja cantik itu menoleh bersamaan
dengan suami tampannya ke arah sumber suara.
Jaejoong menaikkan alisnya melihat
seorang wanita cantik berambut hitam panjang dengan sweater putih yang terbuka di bagian bahunya.
Wanita tersebut tersenyum ramah.
Jaejoong menebak-nebak bahwa wanita yang
ada di hadapannya saat ini sedang berbelanja bersama asistennya dan wanita itu
adalah pengagum rahasia suaminya.
Uh.
Ia mengerucutkan bibirnya tanpa sadar.
“Go Ahra-ssi? Kebetulan sekali kita bertemu di tempat yang seperti ini”
Ujar Yunho balas tersenyum.
“Ya, ini kali pertama aku melihatmu tanpa setelan formal” Sahut wanita
cantik itu tertawa.
“Kau tampak cantik tanpa jas yang biasanya”
“Oh—terima kasih, tapi kau lebih tampan jika menggunakan jas”
“Kenalkan, ini Jung Jaejoong”
Namja cantik itu mendelik kepada Yunho
saat pria tampan itu menyebutkan namanya.
Ia segera menoleh menatap Ahra yang
tersenyum cantik kepadanya.
“Jung Jaejoong imnida, aku istrinya Yunho” Ujar Jaejoong ketus.
Eoh?
Wanita berambut hitam itu tertawa
mendengar suara Jaejoong yang tidak bersahabat.
Ia mengangguk dan masih tersenyum
cantik.
“Go Ahra imnida, rekan kerja Yunho di kantor”
“Duduklah Ahra-ssi, kau akan lelah jika berdiri terus dengan sepatu
tinggimu”
Ahra menanggapi ucapan Yunho dengan
senyuman.
Mengabaikan wajah cemberut
Jaejoong—wanita cantik itu segera duduk di kursi kosong yang tersedia.
Ia meminta asisten yang membawakan
barang-barangnya untuk ikut duduk di sampingnya.
“Pesan saja yang kau inginkan, aku yang traktir” Ucap Yunho tersenyum.
“Gwenchana, aku sudah ada janji makan siang bersama setengah jam lagi.
Aku duduk karena kakiku, tidak apa, kan?” Balas wanita cantik itu lembut.
Yunho mengangguk.
Ia mendongak saat pesanannya sudah
datang.
Namja tampan itu segera meletakkan
mangkuk es krim milik istrinya di hadapan namja cantik itu.
Sementara Ahra hanya diam memperhatikan
bagaimana Yunho memperlakukan istri kecilnya.
Jaejoong lebih banyak diam sejak Ahra
dan asistennya ikut bergabung bersama mereka.
Namja cantik itu tidak bersuara saat
Yunho menarik mangkuk es krimnya dan mematahkan raspberry twister-nya menjadi lebih kecil dan banyak.
Namja tampan itu tersenyum kepada
Jaejoong cantiknya dan kembali menyerahkan mangkuk es krim tersebut kepadanya
sementara ia sudah mengaduk minumannya.
“Aku tidak melihat Eunjae sejak tadi” Ujar Yunho kepada Ahra yang masih
memperhatikan dirinya.
Wanita cantik itu terkejut saat Yunho
mendadak mengajaknya mengobrol.
Ia tersenyum simpul dan menyibakkan rambut
hitamnya yang panjang ke belakang.
“Ia pergi bersama Ahrin”
“Dan membiarkanmu berbelanja sendirian?”
“Kau akan tahu bagaimana rasanya memiliki seseorang yang lebih menarik dan
lucu dari istrimu kemudian ia akan meminta sesuatu yang dijual terpisah dari
tempat yang istrimu sukai untuk berbelanja”
Tawa Yunho meledak mendengarnya.
Membuat Jaejoong yang sedang melahap es
krimnya merengut tidak senang.
Ia melirik Ahra yang juga tertawa
bersama suami tampannya.
Ih—menyebalkan!
Memangnya apa yang menarik dari ucapan
wanita cantik itu?
Kenapa Yunho harus tertawa?
Selama ini namja tampan itu jarang
sekali bisa tertawa seperti itu jika dengannya.
Apa ia tidak menarik?
Atau karena ia hanya anak-anak yang
tidak mengerti cara bercandanya orang dewasa?
“Sayang, es krimmu akan meleleh jika kau hanya melihatnya saja” Tegur
Yunho seraya membersihkan lelehan es krim di sekitar bibir ranum Jaejoong.
Namja tampan itu tersenyum dan menjilat
jarinya setelah ia membersihkan bibir istri kecilnya.
Ahra yang melihat hal tersebut hanya
tersenyum tipis.
“Baiklah, aku harus pergi sekarang sebelum seseorang menghubungi
ponselku” Ujar Ahra beranjak bangkit dari duduknya diikuti dengan asistennya.
Yunho mengangguk.
“Sampaikan pada Ahrin kalau Yunho Jussi merindukannya” Ujar namja tampan
itu tersenyum.
“Bagaimana dengan Eunjae? Kau tidak ingin bilang kalau Yunho Jussi
merindukannya?” Balas Ahra tertawa.
“Jangan membuatku merinding, Go Ahra-ssi”
Wanita cantik itu menutup mulutnya
meringis geli.
Ia mengangguk dan membungkuk sopan
kepada Jaejoong sebelum ia beranjak pergi meninggalkan cafe tersebut bersama
asistennya.
Jaejoong memutar-mutar sendoknya.
Memperhatikan suaminya yang masih
tersenyum seraya menyesap coffee latte-nya.
Kepala pintarnya sudah mengkalkulasi
dengan cepat—menerka-nerka bahwa ternyata wanita cantik itu bukanlah pengagum
rahasia suaminya.
Mereka hanya rekan kerja seperti yang
dikatakan wanita cantik itu tadi.
Lalu Eunjae mungkin adalah suami wanita
cantik itu.
Dan Ahrin—Ahrin adalah putri kecil
mereka yang juga cantik seperti ibunya.
Bibir ranum Jaejoong menarik sebuah
seringai nakal diam-diam.
Dan detik berikutnya ia segera mendorong
mangkuk es krimnya yang belum habis dengan bibir yang mengerucut tidak senang.
“Aku mau pulang saja” Ujarnya ketus.
Yunho mendongak memandang istri
kecilnya.
Ia menaikkan alisnya melihat wajah
cemberut kekasihnya.
“Ada apa, sayang? Es krimmu bahkan belum habis. Tidak biasanya” Ujar
Yunho bingung.
“Pokoknya aku mau pulang!” Seru Jaejoong kesal.
Yunho meletakkan cangkir kopinya.
Ia menatap wajah cantik Jaejoong yang
mengalihkan pandangan darinya.
Lalu mata musangnya menangkap pipi
gembul yang berkedut-kedut menggemaskan itu.
Oh—Yunho tersenyum miring dalam diam.
Pintar
sekali, Jung Jaejoong.
Tapi
aku jauh lebih pintar darimu.
“Baiklah, kita pulang sekarang” Ujar Yunho seraya bangkit dari duduknya.
Jaejoong berjalan dengan kakinya yang
menghentak-hentak.
Ia bersungut-sungut di sepanjang
perjalanan mereka.
Tapi Yunho hanya tersenyum melihatnya.
Istrinya memang yang paling menggemaskan
di seluruh dunia, pikirnya.
.
.
.
“Kau akan langsung tidur, sayang? Tidak mau mandi dulu?”
Jaejoong tidak menyahut.
Namja cantik itu sudah lebih dulu
menggelung dirinya di dalam selimut tebal yang ada di atas ranjang mereka.
Yunho meringis menahan senyumannya.
Ia membuka kaus polonya dan beranjak
menaiki ranjang—menarik gumpalan yang imut itu hingga memperlihatkan wajah
cantik yang menatapnya dengan tatapan tidak bersahabat.
“Mandi bersamaku, otte?” Tanya Yunho lembut.
Dahi Jaejoong mengernyit.
Tapi ia tidak berusaha melawan saat
namja tampan itu melucuti pakaiannya.
Yunho hanya tersenyum dan sesekali
memberikan ciuman di wajah cantik itu.
Mata besar Jaejoong mengerjap melihat
Yunho dengan bersemangat membuka celananya hingga ia hanya berbalut selimut
saat ini.
Namja tampan itu segera menggendong
istri kecilnya dan membawanya masuk ke dalam kamar mandi.
Jaejoong masih diam saat Yunho
mendudukkan dirinya di dalam bathtup.
Ia memperhatikan Yunho yang sudah
membuka celana dan ikut masuk ke dalam bathtup
di belakangnya.
Namja tampan itu mengambil handuk dan
segera menggosok punggung Jaejoong dengan lembut.
“Sekarang mau bercerita kepadaku? Ada apa denganmu hari ini?” Tanya Yunho
mengecup pipi Jaejoong dari samping.
Jaejoong menggeleng.
Masih menikmati usapan Yunho di
punggungnya.
Ia menghembuskan nafas puas seraya
meletakkan kepalanya di atas kedua lututnya yang ditekuk.
Yunho melepas handuknya dan menyiramkan
punggung Jaejoong dengan air hangat.
Kemudian ia menuangkan sabun cair di
tangannya dan menyabuni punggung Jaejoong.
Memijat bahunya dengan lembut.
Membuat bibir ranum namja cantik itu
bergerak-gerak mengeluarkan suara nikmat.
Yunho menyeringai di belakang Jaejoong.
“Wanita yang tadi bertemu dengan kita di cafe itu hanya rekan kerjaku,
BooJae” Ujar Yunho melancarkan aksinya.
Jaejoong tidak menyahut.
Ia hanya menggumam tidak jelas.
“Tidak ada hubungan apapun di antara kami, lagipula ia sudah menikah dan
memiliki seorang putri yang sangat cantik dan lucu”
Jaejoong menyunggingkan senyuman
liciknya.
Tebakannya tidak salah, wanita itu sudah
menikah, dan Ahrin yang mereka bicarakan tadi adalah putri wanita cantik itu.
“Ah~!” Desah Jaejoong berjengit saat ia merasakan kedua tangan Yunho
meremas dan menarik bagian bawah tubuhnya tanpa peringatan.
Namja cantik itu mengulurkan tangannya
ke bawah—menahan agar tangan nakal Yunho tidak bergerak lebih jauh lagi.
Ia merinding saat Yunho mengecup
telinganya dan bernafas dengan berat di sana.
“Melihatmu yang cemburu seperti ini sungguh membuatku bergairah, sayang”
Desah Yunho menjulurkan lidahnya.
Membuat Jaejoong tersentak dan menutup
telinganya dengan tangan.
“Ja—jangan berani menyentuhku sebelum kau meminta maaf padaku!” Jerit
Jaejoong seraya berbalik dan menjauh dari suaminya.
Pipinya terasa panas saat matanya tanpa
sengaja melirik bagian bawah suaminya yang sesekali terlihat dari riak air yang
bergelombang karena pergerakan dirinya.
“Suka dengan apa yang kau lihat, Jung Jaejoong?” Tanya Yunho menaikkan
alisnya.
Wajah Jaejoong sudah merah padam.
Ia mengalihkan pandangannya ke arah lain
dan menggigit bibir ranumnya erat.
Jantungnya berdebar kencang saat ia
merasakan air di dalam bathtup
semakin bergelombang ketika Yunho mendekati driinya.
“Aku minta maaf sudah membuatmu cemburu, Jaejoongie, tidak seharusnya
aku tersenyum bersama orang lain di saat aku sedang bersama denganmu” Ujar
Yunho mengusap lembut wajah cantik Jaejoong.
Mata besar namja cantik itu mengerjap.
Menahan bibirnya yang berkedut-kedut
ingin tersenyum.
Ini dia—pikirnya senang.
“Aku akan memberikan apapun yang kau inginkan sebagai permintaan maaf”
Bisik Yunho tersenyum ketika melihat bibir cherry
itu akhirnya melengkung cantik.
“Apapun?” Tanya Jaejoong dengan kedua mata besarnya yang berkilat-kilat
nakal.
Yunho mengangguk—menundukkan wajahnya
mencium bibir ranum Jaejoong dengan lapar.
Ia tidak bisa menahan dirinya lagi
melihat istri kecilnya yang secara terang-terangan menggoda dirinya.
Jaejoong mendorong bahu Yunho sekuat
tenaga.
Melepaskan ciuman mereka hingga
benang-benang saliva yang entah milik siapa tampak bergantungan di antara bibir
keduanya.
Yunho bersumpah ia merasakan rasa sakit
yang amat sangat di bawah sana saat bibir basah istrinya itu memperlihatkan
seringai nakal kepadanya.
Jaejoong bersidekap—menatap Yunho yang
terlihat sangat tidak sabar memandangnya.
“Aku ingin kau membelikan sebuah mall
untukku seorang, jadi kalau kita berbelanja di sana tidak akan ada lagi
siapapun yang akan datang untuk mengganggu kencan kita berdua”
“Baiklah, sayang, sekarang—”
“Aku belum selesai, Jung Yunho”
Yunho berdecak.
Sementara Jaejoong sudah terkikik senang
di hadapannya.
“Yang terakhir aku ingin satu minggu penuh liburan bersama denganmu,
tanpa pekerjaan apapun yang mengganggu”
Eoh?
Yunho menaikkan alisnya.
Menatap Jaejoong dengan tatapan yang
tidak bisa diartikan.
Satu minggu penuh?
Lalu bagaimana dengan perusahaannya?
Ia tidak bisa menyerahkan segalanya
kepada Yoochun untuk waktu yang sangat lama.
Bukannya tidak percaya dengan
Yoochun—tapi ia hanya tidak bisa membiarkan pekerjaannya dikerjakan oleh orang
lain.
Segalanya tidak akan sesuai dengan—
“AH!” Lamunan Yunho buyar dalam sekejap mata.
Ia menatap kekasih cantiknya yang sudah
tersenyum nakal kepadanya.
Lalu pandangannya menurun ke
bawah—melihat tangan Jaejoong sudah memegang sesuatu yang menjadi kebanggaannya
seumur hidup.
“Apa yang kau pikirkan, Yunnie? Jangan membuat mainanku layu, aku tidak
suka, padahal tadi ia begitu keras” Ujar Jaejoong merengut.
Wajah Yunho terasa panas mendengar
ucapan kekasihnya.
Persetan dengan satu minggu penuh tanpa
pekerjaannya.
Pria cantik ini selalu menang jika sudah
berhadapan dengan dirinya.
Aish.
“Baiklah Boongie, kau mendapatkan mall
dan satu minggu penuh untukmu seorang, sekarang biarkan aku mendapatkan apa
yang kuinginkan” Geram Yunho dengan nafasnya yang menderu berat.
Jaejoong tertawa.
Ia segera melompat dan memeluk leher
Yunho dengan erat.
Menyerahkan dirinya sepenuhnya kepada
pria tampan itu.
Tidak sulit untuk mendapatkan segala
yang ia inginkan.
Karena Yunho dengan mudah akan termakan
permainan liciknya.
Oh-oh—atau justru ia yang terhanyut?
-------
“Aah! Panas! Panas!”
“Ahahahaha~!”
Yunho mengerutkan dahinya pagi ini.
Ia membuka kedua matanya dan segera
duduk melihat Jaejoong sudah tidak ada di sampingnya.
Kemudian telinganya menangkap suara
berisik di luar kamar.
Namja tampan itu menghela nafas.
Remaja nakal itu pasti berulah lagi pagi
ini.
Yunho beranjak ke kamar mandi dan
mencuci wajahnya.
Ia melangkah keluar kamar dan melihat
Jaejoong cantiknya sedang tertawa senang di sofa ruang tengah sementara sang
kepala pelayan terlihat berlari-lari menuju dapur dengan tangan yang terangkat
ke atas.
“Apa lagi ulahmu kali ini hm?” Ujar Yunho seraya duduk di samping
kekasihnya dan memeluk pinggang ramping itu.
“Aku sudah bilang kalau kain itu panas, tapi Kang Ahjussi tidak mau dengar”
Seru Jaejoong masih dengan tawa cantiknya.
Yunho tersenyum melihatnya.
Ia mengecup-kecup gemas wajah cantik
Jaejoongnya dan membawa pria nakal itu untuk duduk di pangkuannya.
“Yunnie~!”
“Kau harus ditahan seperti ini agar tidak membuat kenakalan lagi”
“Yang benar? Aku masih bisa nakal kok”
Yunho terkejut saat tangan Jaejoong
dengan cepat menyusup masuk ke dalam celananya.
Ia segera menarik tangan namja cantik
itu dan membawanya keluar.
Sial.
Ia sudah berdenyut-denyut di bawah sana.
“Aku tidak keberatan kalau kau melakukannya di dalam kamar, Jaejoongie,
tapi ini di luar! Ada banyak pelayan di sini!” Ujar Yunho geram.
Tapi Jaejoong tidak menyahut.
Ia hanya tertawa geli dan memeluk leher
Yunho dengan erat.
Membuat pria tampan itu menghela nafas
panjang.
Aih, istri nakalnya ini.
“Aku senang kau ada di rumah beberapa hari ini, Yunnie” Bisik Jaejoong
lirih.
Yunho tertegun.
Ia merasakan pria cantik itu semakin
mempererat pelukannya.
Membuat Yunho mengerjapkan matanya dan
mengusap punggung namja cantik itu lembut.
“Maafkan aku, kau pasti kesepian selama ini” Balas Yunho pelan.
Jaejoong mengangguk.
Ia menjatuhkan kepalanya di bahu namja
tampan itu dan memejamkan mata bulatnya.
“Yunnie, gendong aku ke kamar, aku ingin tidur lagi”
“Arasseo, arasseo”
Yunho segera menggendong remaja
cantiknya.
Ia melirik ke dapur dan tanpa sengaja
matanya bertemu pandang dengan sang kepala pelayan.
Namja tampan itu segera tersenyum tipis
dan menggumamkan permintaan maaf tanpa suara dari bibirnya.
Kepala pelayan tersebut balas tersenyum
dan memberitahu kalau ia baik-baik saja.
Tapi tanpa sepengetahuan Yunho, pria
paruh baya itu mendelik kesal kepada Jaejoong yang sudah menjulurkan lidahnya
kepada pria tersebut.
Yunho menunduk—memperhatikan Jaejoongnya
yang kembali terkikik geli.
Kemudian ia menghela nafas dan tersenyum
tipis.
“Uh—”
“Ada apa saya—“
Yunho bahkan belum menyelesaikan
kalimatnya, tapi Jaejoong sudah melompat dari pelukannya dan berlari memasuki
kamar mandi terdekat.
Namja tampan itu mengerutkan dahinya
khawatir melihat Jaejoongnya kini memuntahkan isi perutnya di westafel.
Ia segera memijat tengkuk namja cantik
itu dan membawanya ke dalam pelukannya setelah Jaejoong selesai membersihkan
mulutnya.
“Kepalaku sakit, Yunnie” Rengek Jaejoong manja.
Yunho segera membawa namja cantik itu
berbaring di sofa ruang tengah.
Ia memijat kepala Jaejoong yang sudah
memejamkan mata bulatnya.
Padahal baru saja beberapa saat yang
lalu pipi ini merona segar.
Tapi sekarang remaja nakal ini terlihat begitu
pucat dan lemas.
Dada Yunho terasa sesak.
Ia tidak pernah melihat Jaejoongnya
jatuh sakit.
Pria cantik itu selalu tertawa dan
bergerak lincah di sekitarnya.
Sekarang ia hanya berbaring lemas di
atas sofa.
“Aku sudah menghubungi dokter Park, sayang, ia akan segera datang”
Jaejoong mengangguk.
Ia menutup mulutnya dan mendesah
panjang.
Sementara Yunho sudah duduk di
sampingnya dan mengusap-usap lembut rambut namja cantik itu.
“Ini teh-nya, tuan”
Yunho mendongak—menatap sang kepala
pelayan dan tersenyum.
“BooJae, Kang Ahjussi membuatkan teh kesukaanmu, kajja”
“Uuh, teh itu tidak ada racunnya kan?”
“Boo!”
Jaejoong tersenyum tipis.
Yunho menghela nafas melihat kelakuan
kekasihnya.
Ia segera mengambil cangkir teh tersebut
dan meminumkannya untuk Jaejoong.
“Gomawo Ahjussi” Gumam Jaejoong tersenyum.
Kepala pelayan itu mengangguk.
Ia segera beranjak kembali ke dapur
meninggalkan Yunho yang sudah membantu Jaejoong untuk kembali berbaring.
“Tuan, dokter Park sudah tiba” Adu seorang pelayan kepada Yunho.
Namja tampan itu mengangguk.
Ia bisa melihat sosok seorang wanita
berambut cokelat ikal yang panjang sedang berjalan menghampirinya.
Wanita berambut ikal itu mengangguk
singkat kepada sang tuan muda.
“Jaejoongie jatuh sakit? Ini sebuah keajaiban” Sindir wanita cantik itu.
Jaejoong mencebilkan bibirnya.
Sementara Yunho sudah tersenyum.
Namja tampan itu bergeser membiarkan
sepupu jauhnya itu memeriksa kekasihnya.
Ia hampir saja jantungan saat wanita
cantik itu memekik tidak percaya.
“Yunho! Sepupu! Kurasa kau harus membawanya ke rumah sakit agar hasilnya
lebih akurat!” Seru wanita cantik itu heboh.
“Ada apa? Jangan bilang kalau Jaejoongieku sakit parah!” Balas Yunho
panik.
Jaejoong hanya memutar bola matanya
jengah.
“Istri nakalmu ini sedang hamil, tapi itu menurut pemeriksaanku”
“Mwo? Ha-hamil?!”
“Kenapa kau kaget begitu? Jangan-jangan ayahnya bukan dirimu ya?”
Jaejoong sudah menendang kaki wanita
cantik itu dengan kesal.
Membuat wanita berambut ikal itu tertawa
geli.
Sementara Yunho sudah menghampiri
kekasihnya dan memeluk erat namja cantik itu.
“Kau dengar itu, sayang?! Kau hamil!” Seru Yunho senang.
“Iya Yunnie, aku dengar, aku sudah curiga kalau aku memang hamil
belakangan ini, soalnya kita terlalu sering bercin—ummph!” Jaejoong melotot
saat suaminya sudah membekap mulutnya dengan tangan.
Dokter bermarga Park itu hanya tertawa
melihat tingkah kekanakan keduanya.
“Kekerasan dalam rumah tangga!” Jerit Jaejoong setelah Yunho melepaskan
tangannya.
“Joongie, kau adalah calon ibu mulai sekarang, itu artinya kau tidak
boleh nakal lagi” Tegur Yunho seraya mengusap kepala istri kecilnya.
Jaejoong mendengus.
“Memangnya kapan aku pernah nakal?” Gerutunya kesal.
Yunho melirik sepupunya yang sudah
tertawa geli.
Ia menghela nafas.
-------
Kim Heechul begitu heboh saat mendengar
kabar mengenai kehamilan Jaejoong melalui telepon dari Yunho.
Wanita cantik itu segera mengambil
penerbangan pertama menuju Seoul dari Jepang.
Ia sudah tidak sabar ingin bertemu
dengan putra nakalnya.
Aigoo—padahal baru saja ia mengutarakan
kerinduannya pada Jaejoong dengan sang suami.
Heechul sama sekali tidak menyangka
kalau anaknya akan hamil secepat ini.
Berbeda dengan Heechul yang super heboh,
Jung Keybum justru menanggapi kehamilan Jaejoong dengan antusias yang elegan.
Wanita paruh baya itu tersenyum senang
seharian penuh dan segera memberitahu suaminya bahwa mereka harus segera
kembali ke Seoul untuk menemui putra dan menantunya.
Ia sudah tidak sabar untuk berbelanja
keperluan untuk menantu kesayangannya setibanya di Seoul nanti.
Sementara itu, Jung Yunho tampak
tersenyum lega setelah ia menyelesaikan urusannya untuk menghubungi
keluarganya.
Memang telat sebulan—tapi itu tidak
masalah.
Ibu dan mertuanya sama saja antusiasnya.
Namja tampan itu menyimpan ponselnya di
atas ranjang.
Kemudian ia meregangkan tubuhnya.
Uh—Jaejoongnya hamil.
Dan Yunho masih tidak bisa menahan
perasaan yang membuncah di dadanya sampai saat ini.
Ia begitu bahagia dengan kehamilan istri
kecilnya.
Meskipun hal pertama yang ia khawatirkan
adalah kenakalan dan keusilan Jaejoong yang tidak berkurang walaupun namja
cantik itu tahu kalau ia sedang mengandung, tapi Yunho tetap tersenyum senang.
Tidak lama lagi rumah ini akan dipenuhi
dengan suara anak-anak yang lucu dan menggemaskan.
Yunho jadi tidak sabar.
Ia juga penasaran dengan Jaejoongnya.
Bagaimana caranya remaja nakal itu akan
merawat anak mereka nanti.
Selama ini yang Jaejoong tahu kan hanya
bersenang-senang saja.
Ngomong-ngomong tentang Jaejoong, Yunho
tidak melihat istrinya sejak tadi.
Ia beranjak bangkit dari atas ranjang
dan berjalan keluar kamar.
Jika tebakannya benar—maka Jaejoong
pasti sedang berada di ruangan itu.
Yunho mempercepat langkah kakinya.
Ia berhenti di hadapan sebuah pintu
berwarna biru yang cantik dan membukanya tanpa mengetuk terlebih dahulu.
Mata musang Yunho mengerjap.
Apa yang dilihatnya saat ini sungguh membuat
dadanya berdebar hangat.
Ia mencengkram kenop pintu tanpa sadar.
Jaejoong nakalnya ada di sana.
Di dalam kamar yang mereka rancang untuk
calon bayi mereka kelak.
Sedang membacakan sebuah buku cerita
dengan rona bahagia yang terlihat dari kedua pipi gembulnya.
Sesekali tangannya mengusapi perutnya
yang masih terlihat datar dengan lembut.
Yunho merasakan kedua matanya panas.
Ia tidak bisa menahan senyuman bahagia
yang melengkung di bibirnya.
Jaejoongnya pasti akan menjadi ibu yang
baik.
Meskipun
ia manja, egois, dan seenaknya—such a
spoiled brat—such as Alois Trancy—tapi
namja cantik itu penuh dengan kasih sayang yang tulus.
Eoh?
Tidak
percaya?
Baca
ulang saja ceritanya.
I love you too
much, you are my love
I want to be a
real guy, so I used my minus-account again
When I just see
you, when I see your face
I know you are
pretending to be upset
And you know
what?
But I act like
I’m deceived
I’m that kind of
guy
END.
yah kok belum sampe lahiran????
BalasHapusceritanya daebak.. joongie nakaal xD
kayanya ini cerita kk sella yg 17+ yg engga kaya biasanya hihihi
Aaahhh... shelllaa.. where have you been?? Long time no see.. i miss you so bad.. :*:*:*:*:* pasti sibuk kuliah ya shell. . Makasih ya udah update lagi. Mskipun aku bru tau kalo kmu udah lama up.. thank you. Keep writing and i'll also support you. *bighugforyou
BalasHapus