This zone is only YunJae Fanfictions and this is our world

Senin, 18 Juli 2016

FF/YAOI/YUNJAE/ONESHOOT/YOU KNOW WHAT



Tittle: YOU KNOW WHAT

Genre: YAOI

Author: Shella Rizal a.k.a Park Sooji

Cast: Yunjae and other

Length: ONESHOOT

Rating: family-romance-fluffy-mpreg-friendship

WARNING: BOY x BOY! Yg ga suka YAOI mending cabut aja dari sini, cos author Cinta damai~
*kibar2 kutang Jae umma*


-------


When I just see you, when I see your face
I know you are pretending to be upset

But I act like I’m deceived
I’m that kind of guy

Jaejoong itu adalah seseorang yang sangat manja, egois, dan seenaknya—such a spoiled bratsuch as Alois Trancy—tapi lebih daripada itu semua, Jung Yunho sangat mencintai dirinya.
.
.
.
Ini pagi yang tidak pernah Kim Heechul mimpikan dalam seumur hidupnya.
Wanita cantik itu tersenyum cantik seraya menyeduh teh kesukaannya dan duduk manis di sofa santainya yang tergeletak di dekat jendela kaca ruang tengah.
Ah, damainya pagi ini, rasanya matahari pun ikut tersenyum kepadanya.
Heechul bahkan tidak terganggu akan kehadiran sosok suaminya yang kini berkacak pinggang memandang istrinya.

Pria bernama Hangeng Kim itu menggeleng pelan melihat kelakuan istri kesayangannya.


  “Chullie, apa yang kau lakukan di sini pagi-pagi, sayang?” Tegur pria tampan itu bingung.

  “Apalagi Gege? Tentu saja aku sedang menikmati pagiku yang indah dan damai, aah~ Rasanya seperti mimpi si nakal Jaejoong itu tidak lagi tinggal bersama kita, sejak ia lahir bocah itu selalu saja membuat kepalaku pusing, ada saja ulahnya” Ujar Heechul memutar cangkir teh antiknya.

  “Ya, Jaejoongie tidak pernah bisa diam, hahaha, ia bocah kesayanganku, rumah ini selalu ramai saat ia masih ada”

  “Hmm, mulai sekarang aku tidak akan lagi menerima laporan keluhan apapun dari para pelayan yang ingin berhenti dari pekerjaan mereka karena tidak sanggup menghadapi keusilan Jaejoongie”

Hangeng menaikkan alisnya mendengar ucapan istri cantiknya.
Ia hanya tersenyum tipis dan ikut duduk di sebelah Heechul.

  “Jaejoongku baru saja berusia 17 tahun minggu lalu. Sekarang ia telah menjadi istri orang lain” Gumam Heechul pelan.

Namja paruh baya itu melebarkan senyumannya dalam diam.
Ia sudah sangat mengenal wanita yang duduk di sampingnya ini.
Pada awalnya Heechul akan menikmati segala hal yang jarang ia dapatkan di hari-hari biasanya.
Dan tidak butuh waktu lama untuk wanita itu menoleh kepadanya dengan mata besar yang berkaca-kaca.

  “Gege, aku merindukan uri Joongie” Lirih Heechul serak.

Bibir Hangeng berkedut.
Mencoba untuk tidak tertawa atau Heechul akan melemparkan cangkir antiknya dan ia tidak ingin hal itu terjadi.
Jadi yang pria paruh baya itu lakukan adalah membawa wanita cantiknya masuk ke dalam pelukannya dan membiarkannya menangis di dada bidangnya—sementara ia tertawa diam-diam tanpa suara.

  “Kita akan mengunjungi uri Joongie dalam waktu dekat” Ujar Hangeng setelah ia puas.
.
.
.
Yunho baru saja selesai memotong dadu waffle milik kekasih hatinya.
Namja tampan itu hendak mengembalikan piring Jaejoong—namun gerakannya terhenti saat ia menyadari apa yang sedang istri kecilnya itu lakukan.
Jaejoong memejamkan satu matanya, menggigit bibir bawahnya erat seolah sedang melakukan sesuatu yang sangat penting.
Tangannya memegang sendok yang telah berisikan buah strawberry berlumur yogurt dingin—namja cantik itu menarik ujung bawah sendok tersebut dan segera menembak sasaran yang ia bidik sedari tadi.

  “AW! MATAKU! MATAKU!” Jerit sang kepala pelayan kediaman Jung ketika tiba-tiba sesuatu yang keras, basah, lengket, dan dingin meninju mata kirinya.

Bersamaan dengan teriakan tersebut—meledak pulalah tawa nakal yang begitu ceria.
Jaejoong bertepuk tangan senang dan menatap suaminya yang balas memandangnya.

  “Kau lihat itu, Yunnie?! Ia kena! Hahahaha! Aku hebat, kan?!” Pekik Jaejoong bahagia.

Yunho menggerakkan matanya melirik sang kepala pelayan yang sudah menghilang dari ruang makan.
Kemudian ia menoleh kepada si pencuri hatinya.

  “Ya, BooJae, kau sungguh penembak ulung” Ujarnya bangga.

Jaejoong terkikik senang.
Ia mengambil garpunya dan menusukkan benda tersebut kepada waffle miliknya yang telah dipotong dadu oleh suaminya.
Namja cantik itu menggoyangkan kakinya dan tersenyum lebar kepada Yunho hingga memperlihatkan giginya yang rapi.

  “Enak!” Serunya senang.

Dan Yunho membalasnya dengan kecupan manis.

Para pelayan di rumah besar ini awalnya tersenyum bahagia menyambut pendamping tuan muda mereka.
Namun senyuman tersebut tidak bertahan lama ketika dalam menit pertama remaja cantik itu sudah melemparkan petasan yang entah dari mana ia dapatkan.
Jung Jaejoong tertawa lantang di hari itu—tapi tidak dengan para pelayan yang ada.
Mereka tentu saja merasakan jengkel, kesal, dan tidak suka terhadap sikap kekanak-kanakan namja cantik itu.

Beberapa mulai mempertanyakan mengapa tuan muda mereka yang selalu tenang dan penuh dengan wibawa itu mau menikahi seorang remaja berusia 17 tahun yang berbeda 5 tahun dari dirinya.
Tapi setelah mereka melihat cinta di setiap tatapan yang tuan muda mereka berikan untuk sang pendamping—tidak ada lagi yang berani bertanya.
Satu-dua mulai mengundurkan diri, tapi yang lainnya tetap bertahan.

Mereka penasaran akan sampai mana batas kesabaran seorang Jung Yunho.
Menunggu-nunggu hari di mana tuan muda yang penuh dengan keramahan itu meledak-ledak karena Jaejoongnya.
Hanya itu motivasi para pelayan yang bekerja di kediaman Jung—selain kesetiaan, tentunya.
Yah, tapi sayangnya mereka miscalculated.

  “BooJae, tas kerjaku, sayang” Ujar Yunho selembut mungkin.

Jaejoong tidak pernah mau disuruh-suruh seumur hidupnya.
Bahkan Kim Heechul si medusa saja selalu ia lawan.
Tapi pengecualian untuk Yunho.
Pria itu adalah suaminya—hidupnya.

Sementara namja cantiknya berjalan mengambil tas kerja miliknya, Yunho bergegas menuju dapur dan menghampiri sang kepala pelayan yang telah menjadi korban kejahilan istrinya pagi ini.

  “Maafkan aku atas perbuatan istriku, Kang Ahjussi, ia masih remaja”

  “Ah, tidak apa-apa, tuan, anda tidak perlu melakukannya”

  “Setelah ini pergilah ke rumah sakit dan periksakan matamu, aku tidak ingin terjadi sesuatu karena buah itu”

  “Baik, tuan muda, segera saya laksanakan”

Yunho tersenyum.
Ia mengangguk dan berjalan meninggalkan area dapur.
Dan sesuai dugaannya, istri kecilnya itu sudah menunggu dirinya di pintu rumah.

  “Aku pergi, Boo” Ujar Yunho seraya mengecup bibir istrinya.

Namja cantik itu tersenyum, mengalungkan kedua lengannya di leher namja tampan itu dan memeluknya erat—memperdalam kecupan singkat tersebut hingga menjadi satu ciuman panas yang cukup panjang.

  “Hati-hati, Yunnie” Ujar Jaejoong dengan bibirnya yang bengkak dan basah.

Yunho tertawa kecil melihatnya.
Jaejoongnya sungguh menggemaskan sekali.
Namja tampan itu mencuri satu ciuman singkat terakhir dari kekasih hatinya dan kali ini ia benar-benar beranjak memasuki mobil mewah yang telah menunggunya di teras depan.
Melambai kepada Jaejoong yang masih berdiri di pintu rumah sampai mobil tersebut menghilang dari halaman kediaman Jung yang sangat luas tersebut.

Jaejoong berjalan sambil melompat kecil sesekali menuju ruang lukisannya.
Ia tersenyum lebar.
Putra tunggal keluarga Kim ini sudah lulus sekolah setahun yang lalu.
Jaejoong adalah remaja yang sangat pintar.
Sejak kecil ia suka melukis—dan hal tersebut berlangsung hingga saat ini.

Lukisan yang remaja cantik itu lukis selalu menarik, hingga tak jarang ia mendapatkan beberapa pengusaha atau kolektor yang membeli lukisan buatannya.
Jaejoong masih ingat dengan dua lukisan pertama yang ia jual—ia membeli mobil pertamanya dari hasil penjualan tersebut, Lambhorgini Aventador yang paling ia sayang sampai hari ini.

Para pelayan yang berjaga di dekat pintu ruangan milik Jaejoong itu dengan sigap membukakan pintu tersebut ketika remaja cantik itu bersenandung riang menghampiri mereka.
Mereka saling melirik saat si cantik Jaejoong sudah menghilang di balik pintu berornamennya.
Sebenarnya sudah menjadi rahasia umum—bahwa para pelayan di rumah ini adalah penggemar lukisan Jaejoong—di balik rasa kesal mereka terhadap madam yang jahil itu.

Dan tentu saja Jaejoong tahu.
Oleh karena itu ia selalu memberikan lukisannya secara cuma-cuma sebagai hadiah setiap kali ada pelayan di rumah ini yang berulang tahun.


-------


Park Yoochun tidak pernah bisa menyuarakan protesannya kepada sang tuan muda setiap kali namja tampan itu pergi di tengah pekerjaan dan meninggalkan segala yang tersisa untuk ia kerjakan.
Karena ia tahu Yunho akan melakukan apapun untuk membuat kekasih hatinya senang.
Seperti hari ini, misalnya.
Mereka baru saja akan mengadakan rapat perusahaan, tapi ponsel Yunho sudah lebih dulu berdering dan menampilkan wajah cantik istrinya di layar yang berkedip-kedip itu.

Warna merah Jaejoong habis.
Dan ia ingin Yunho membelikan yang baru detik itu juga.

Yoochun sudah menawarkan diri untuk menggantikan Yunho, tapi tuan muda yang tampan itu menolak dengan senyumannya seraya berkata,

  “Jaejoongie akan tahu kalau bukan aku yang membeli catnya”

Puh—konyol sekali. Pikir namja chubby itu.
Bagaimana mungkin Jaejoong bisa tahu? Pria cantik itu hanya duduk manis di dalam rumah.
Teropong pun ia tidak punya.
Yoochun hanya menggelengkan kepalanya pelan.
Kasihan sekali tuan mudanya itu.

Ia pasti jengkel dengan kelakuan istri cantiknya itu.
.
.
.
  “Ini warna merah yang kau inginkan, sayang”

Jaejoong mengalihkan wajahnya dari kanvas saat ia mendengar suara pria yang dicintainya mendekat.
Namja cantik itu meletakkan palet lukisnya dan berdiri dari duduknya.
Tersenyum secerah mungkin untuk kekasih hatinya.

  “Yunnie! Cepat sekali~!” Serunya senang.

Yunho tersenyum.
Ia menghampiri istri kecilnya dan mencium pipi gembul itu.
Kemudian ia mendudukkan dirinya di kursi kosong di samping kursi istrinya.
Mata musangnya bergerak pelan memandangi lukisan Jaejoong yang masih setengah jadi.
Ia bisa melihat cipratan-cipratan cat warna-warni yang menghiasi kanvas—kemudian siluet wajah seseorang di balik cipratan cat tersebut.

Menarik.

  “Wah, kau benar-benar membelinya seorang diri” Gumam remaja cantik itu senang.

  “Karena hanya aku yang tahu jenis merah apa yang kau gunakan, sayang” Sahut Yunho lembut.

Jaejoong tersenyum.

  “Kali ini apa yang kau lukis?”

  “Hmm, kau”

  “Aku?”

  “Ya, aku melukismu, hehehe”

  “Lalu mengapa hanya siluetnya saja? Ada apa dengan warna-warni yang memenuhi kanvas itu?”

Jaejoong meletakkan warna merahnya.
Ia mendongak menatap wajah penasaran suaminya dan tersenyum jahil.

  “Itu adalah perasaanku setiap kali kita selesai bercinta, warna-warni! Hihihi~”

  “Aih, nakal sekali”

Bibir Yunho berkedut menahan senyum—menatap Jaejoongnya dengan gemas.

  “Eoh? Warna orange-mu juga habis? Kenapa kau tidak memberitahuku? Aku bisa membelinya sekalian” Ujar Yunho saat tanpa sengaja matanya beralih memandang palet milik Jaejoong.

  “Tidak perlu, Yunnie, aku bisa membuat orange-ku sendiri” Sahut Jaejoong santai.

Pria tampan itu menaikkan alisnya ketika memperhatikan perbuatan Jaejoong.
Mata musangnya mengerjap penuh kekaguman saat namja cantik itu mencampurkan cat yang dimilikinya kemudian mengaduknya hingga memunculkan warna yang yang sudah habis.

  “Kau pelukis yang sangat handal, sayang” Puji Yunho tulus.

Jaejoong tertawa mendengarnya.
Ia meletakkan paletnya dan mengelap tangannya di atas apron lukis yang ia kenakan lalu segera membuka apron yang menutupi bajunya itu.
Yunho menaikkan alisnya.
Menatap istrinya yang sudah tersenyum nakal dan memeluk lehernya.

  “Minatku untuk melukis seharian ini sudah hilang, sekarang aku hanya ingin bercinta denganmu, kau tidak akan kembali ke kantor lagi, kan, Yunnie?” Ujar Jaejoong manja.

  “Kau tahu aku tidak akan pergi kemana pun jika kau sudah memberikan tawaran yang menggiurkan, BooJae” Balas Yunho tertawa.

Jaejoong tersenyum puas ketika Yunho sudah menyeretnya menuju bingkai Jendela besar tempat di mana ia biasanya bersantai setelah melukis.
Yunho duduk di sana dan segera memangku namja cantik itu.
Jaejoong mendesah ketika ia merasakan suaminya sudah keras—sama keras seperti dirinya.

Bibirnya menyunggingkan senyuman senang sebelum ia membuka mulutnya dan menjulurkan lidah nakalnya keluar.
Yunho merasakan dirinya semakin berdenyut-denyut di bawah sana melihat kelakuan kekasih hatinya.
Namja tampan itu segera menyambut lidah Jaejoong dan menghisapnya dengan gemas.

Menyisakan gumaman dan lenguhan yang tidak jelas dari dalam mulut Jaejoong yang sudah basah akan salivanya.
Ah—ini yang Yunho sukai dari membeli pesanan Jaejoong di siang hari.
Mereka akan bercinta seharian sampai Jaejoong tidak sanggup lagi untuk bangun.
Tidak setiap hari Jaejoong kehabisan cat lukisnya.

Karena itu Yunho selalu memanfaatkan saat-saat seperti ini dengan sebaik mungkin.


-------


  “Aku mau itu! Itu dan itu!” Seru Jaejoong seraya menunjuk beberapa vacuum cleaner dan sebuah alat pembersih meja yang canggih.

  “Dua vacuum cleaner, Boo?” Tanya Yunho bingung.

Namja cantik itu mengangguk dengan senyuman cerianya.
Ia memeluk manja lengan suaminya.

  “Aku tidak bisa memilih warna mana yang paling menarik, aku suka keduanya, Yunnie” Ujar Jaejoong ringan.

  “Baiklah” Balas Yunho seraya mengacak rambut kekasih hatinya.

Namja tampan itu memberikan kartu limited gold-nya kepada wanita yang menjaga kasir.
Wanita berambut blonde itu menerima kartu pelanggannya dengan gugup.
Oh—pria yang ada di hadapannya ini sungguh tampan! Tampan dan sangat kaya!
Wanita cantik itu merasakan pipinya bersemu saat mata sipitnya bertemu dengan mata musang pelanggannya.

  “Apa lagi yang kau inginkan, Boo?” Tanya Yunho memandang Jaejoongnya yang sudah mengalihkan pandangannya keluar toko.

  “Tidak tahu, tapi aku masih ingin berbelanja” Sahut namja cantik itu tanpa balas memandang Yunho.

  “Ini kartunya, tuan, barang-barang akan dikirimkan ke alamat yang telah anda berikan, terima kasih telah berbelanja di sini” Ujar wanita kasir tersebut.

Yunho mengangguk dan mengambil kembali kartunya.

  “Yunnie! Ayo kita ke sana!” Seru Jaejoong seraya menarik lengan kekasihnya.

Sepasang mata besarnya berkilat-kilat senang menatap toko sepatu yang ada di seberang sana.

  “Jae, santai saja sayang, toko itu tidak akan lari” Seru Yunho tidak bisa menahan senyumnya.

  “Oh—iya, maafkan aku, Yunnie” Ucap Jaejoong berhenti berlari.

Namja cantik itu mendongak menatap Yunho, kemudian ia tersenyum lebar dan kembali memeluk erat lengan namja tampan itu.

  “Bagaimana kalau kita makan es krim dulu?” Ujar namja cantik itu saat matanya tanpa sengaja melirik toko es krim.

  “Apapun untukmu, sayang” Sahut Yunho tersenyum.

Jaejoong tersenyum senang dan segera menyeret Yunho untuk berjalan memasuki toko es krim yang ia lihat.

  Coffee latte dan es krim vanilla dua scoop, pakai topping raspberry twister dan potongan buah strawberry” Ujar Yunho kepada pelayan pertama yang ia lihat.

  “Yunnie! Kau hapal kesukaanku!” Seru Jaejoong dengan mata bulatnya yang berkilat-kilat lucu.

Membuat Yunho tidak tahan untuk tidak mencubit gemas pipi gembul istri kecilnya.
Jaejoong meringis—tapi masih mempertahankan senyum bahagianya.

  “Oh! Jung Yunho-ssi?!”

Eoh?
Namja cantik itu menoleh bersamaan dengan suami tampannya ke arah sumber suara.
Jaejoong menaikkan alisnya melihat seorang wanita cantik berambut hitam panjang dengan sweater putih yang terbuka di bagian bahunya.
Wanita tersebut tersenyum ramah.
Jaejoong menebak-nebak bahwa wanita yang ada di hadapannya saat ini sedang berbelanja bersama asistennya dan wanita itu adalah pengagum rahasia suaminya.

Uh.

Ia mengerucutkan bibirnya tanpa sadar.

  “Go Ahra-ssi? Kebetulan sekali kita bertemu di tempat yang seperti ini” Ujar Yunho balas tersenyum.

  “Ya, ini kali pertama aku melihatmu tanpa setelan formal” Sahut wanita cantik itu tertawa.

  “Kau tampak cantik tanpa jas yang biasanya”

  “Oh—terima kasih, tapi kau lebih tampan jika menggunakan jas”

  “Kenalkan, ini Jung Jaejoong”

Namja cantik itu mendelik kepada Yunho saat pria tampan itu menyebutkan namanya.
Ia segera menoleh menatap Ahra yang tersenyum cantik kepadanya.

  “Jung Jaejoong imnida, aku istrinya Yunho” Ujar Jaejoong ketus.

Eoh?
Wanita berambut hitam itu tertawa mendengar suara Jaejoong yang tidak bersahabat.
Ia mengangguk dan masih tersenyum cantik.

  “Go Ahra imnida, rekan kerja Yunho di kantor”

  “Duduklah Ahra-ssi, kau akan lelah jika berdiri terus dengan sepatu tinggimu”

Ahra menanggapi ucapan Yunho dengan senyuman.
Mengabaikan wajah cemberut Jaejoong—wanita cantik itu segera duduk di kursi kosong yang tersedia.
Ia meminta asisten yang membawakan barang-barangnya untuk ikut duduk di sampingnya.

  “Pesan saja yang kau inginkan, aku yang traktir” Ucap Yunho tersenyum.

  “Gwenchana, aku sudah ada janji makan siang bersama setengah jam lagi. Aku duduk karena kakiku, tidak apa, kan?” Balas wanita cantik itu lembut.

Yunho mengangguk.
Ia mendongak saat pesanannya sudah datang.
Namja tampan itu segera meletakkan mangkuk es krim milik istrinya di hadapan namja cantik itu.
Sementara Ahra hanya diam memperhatikan bagaimana Yunho memperlakukan istri kecilnya.

Jaejoong lebih banyak diam sejak Ahra dan asistennya ikut bergabung bersama mereka.
Namja cantik itu tidak bersuara saat Yunho menarik mangkuk es krimnya dan mematahkan raspberry twister-nya menjadi lebih kecil dan banyak.
Namja tampan itu tersenyum kepada Jaejoong cantiknya dan kembali menyerahkan mangkuk es krim tersebut kepadanya sementara ia sudah mengaduk minumannya.

  “Aku tidak melihat Eunjae sejak tadi” Ujar Yunho kepada Ahra yang masih memperhatikan dirinya.

Wanita cantik itu terkejut saat Yunho mendadak mengajaknya mengobrol.
Ia tersenyum simpul dan menyibakkan rambut hitamnya yang panjang ke belakang.

  “Ia pergi bersama Ahrin”

  “Dan membiarkanmu berbelanja sendirian?”

  “Kau akan tahu bagaimana rasanya memiliki seseorang yang lebih menarik dan lucu dari istrimu kemudian ia akan meminta sesuatu yang dijual terpisah dari tempat yang istrimu sukai untuk berbelanja”

Tawa Yunho meledak mendengarnya.
Membuat Jaejoong yang sedang melahap es krimnya merengut tidak senang.
Ia melirik Ahra yang juga tertawa bersama suami tampannya.
Ih—menyebalkan!
Memangnya apa yang menarik dari ucapan wanita cantik itu?

Kenapa Yunho harus tertawa?
Selama ini namja tampan itu jarang sekali bisa tertawa seperti itu jika dengannya.
Apa ia tidak menarik?
Atau karena ia hanya anak-anak yang tidak mengerti cara bercandanya orang dewasa?

  “Sayang, es krimmu akan meleleh jika kau hanya melihatnya saja” Tegur Yunho seraya membersihkan lelehan es krim di sekitar bibir ranum Jaejoong.

Namja tampan itu tersenyum dan menjilat jarinya setelah ia membersihkan bibir istri kecilnya.
Ahra yang melihat hal tersebut hanya tersenyum tipis.

  “Baiklah, aku harus pergi sekarang sebelum seseorang menghubungi ponselku” Ujar Ahra beranjak bangkit dari duduknya diikuti dengan asistennya.

Yunho mengangguk.

  “Sampaikan pada Ahrin kalau Yunho Jussi merindukannya” Ujar namja tampan itu tersenyum.

  “Bagaimana dengan Eunjae? Kau tidak ingin bilang kalau Yunho Jussi merindukannya?” Balas Ahra tertawa.

  “Jangan membuatku merinding, Go Ahra-ssi”

Wanita cantik itu menutup mulutnya meringis geli.
Ia mengangguk dan membungkuk sopan kepada Jaejoong sebelum ia beranjak pergi meninggalkan cafe tersebut bersama asistennya.
Jaejoong memutar-mutar sendoknya.
Memperhatikan suaminya yang masih tersenyum seraya menyesap coffee latte-nya.

Kepala pintarnya sudah mengkalkulasi dengan cepat—menerka-nerka bahwa ternyata wanita cantik itu bukanlah pengagum rahasia suaminya.
Mereka hanya rekan kerja seperti yang dikatakan wanita cantik itu tadi.
Lalu Eunjae mungkin adalah suami wanita cantik itu.
Dan Ahrin—Ahrin adalah putri kecil mereka yang juga cantik seperti ibunya.

Bibir ranum Jaejoong menarik sebuah seringai nakal diam-diam.
Dan detik berikutnya ia segera mendorong mangkuk es krimnya yang belum habis dengan bibir yang mengerucut tidak senang.

  “Aku mau pulang saja” Ujarnya ketus.

Yunho mendongak memandang istri kecilnya.
Ia menaikkan alisnya melihat wajah cemberut kekasihnya.

  “Ada apa, sayang? Es krimmu bahkan belum habis. Tidak biasanya” Ujar Yunho bingung.

  “Pokoknya aku mau pulang!” Seru Jaejoong kesal.

Yunho meletakkan cangkir kopinya.
Ia menatap wajah cantik Jaejoong yang mengalihkan pandangan darinya.
Lalu mata musangnya menangkap pipi gembul yang berkedut-kedut menggemaskan itu.
Oh—Yunho tersenyum miring dalam diam.

Pintar sekali, Jung Jaejoong.
Tapi aku jauh lebih pintar darimu.

  “Baiklah, kita pulang sekarang” Ujar Yunho seraya bangkit dari duduknya.

Jaejoong berjalan dengan kakinya yang menghentak-hentak.
Ia bersungut-sungut di sepanjang perjalanan mereka.
Tapi Yunho hanya tersenyum melihatnya.
Istrinya memang yang paling menggemaskan di seluruh dunia, pikirnya.
.
.
.
  “Kau akan langsung tidur, sayang? Tidak mau mandi dulu?”

Jaejoong tidak menyahut.
Namja cantik itu sudah lebih dulu menggelung dirinya di dalam selimut tebal yang ada di atas ranjang mereka.
Yunho meringis menahan senyumannya.
Ia membuka kaus polonya dan beranjak menaiki ranjang—menarik gumpalan yang imut itu hingga memperlihatkan wajah cantik yang menatapnya dengan tatapan tidak bersahabat.

  “Mandi bersamaku, otte?” Tanya Yunho lembut.

Dahi Jaejoong mengernyit.
Tapi ia tidak berusaha melawan saat namja tampan itu melucuti pakaiannya.
Yunho hanya tersenyum dan sesekali memberikan ciuman di wajah cantik itu.
Mata besar Jaejoong mengerjap melihat Yunho dengan bersemangat membuka celananya hingga ia hanya berbalut selimut saat ini.

Namja tampan itu segera menggendong istri kecilnya dan membawanya masuk ke dalam kamar mandi.
Jaejoong masih diam saat Yunho mendudukkan dirinya di dalam bathtup.
Ia memperhatikan Yunho yang sudah membuka celana dan ikut masuk ke dalam bathtup di belakangnya.
Namja tampan itu mengambil handuk dan segera menggosok punggung Jaejoong dengan lembut.

  “Sekarang mau bercerita kepadaku? Ada apa denganmu hari ini?” Tanya Yunho mengecup pipi Jaejoong dari samping.

Jaejoong menggeleng.
Masih menikmati usapan Yunho di punggungnya.
Ia menghembuskan nafas puas seraya meletakkan kepalanya di atas kedua lututnya yang ditekuk.
Yunho melepas handuknya dan menyiramkan punggung Jaejoong dengan air hangat.

Kemudian ia menuangkan sabun cair di tangannya dan menyabuni punggung Jaejoong.
Memijat bahunya dengan lembut.
Membuat bibir ranum namja cantik itu bergerak-gerak mengeluarkan suara nikmat.
Yunho menyeringai di belakang Jaejoong.

  “Wanita yang tadi bertemu dengan kita di cafe itu hanya rekan kerjaku, BooJae” Ujar Yunho melancarkan aksinya.

Jaejoong tidak menyahut.
Ia hanya menggumam tidak jelas.

  “Tidak ada hubungan apapun di antara kami, lagipula ia sudah menikah dan memiliki seorang putri yang sangat cantik dan lucu”

Jaejoong menyunggingkan senyuman liciknya.
Tebakannya tidak salah, wanita itu sudah menikah, dan Ahrin yang mereka bicarakan tadi adalah putri wanita cantik itu.

  “Ah~!” Desah Jaejoong berjengit saat ia merasakan kedua tangan Yunho meremas dan menarik bagian bawah tubuhnya tanpa peringatan.

Namja cantik itu mengulurkan tangannya ke bawah—menahan agar tangan nakal Yunho tidak bergerak lebih jauh lagi.
Ia merinding saat Yunho mengecup telinganya dan bernafas dengan berat di sana.

  “Melihatmu yang cemburu seperti ini sungguh membuatku bergairah, sayang” Desah Yunho menjulurkan lidahnya.

Membuat Jaejoong tersentak dan menutup telinganya dengan tangan.

  “Ja—jangan berani menyentuhku sebelum kau meminta maaf padaku!” Jerit Jaejoong seraya berbalik dan menjauh dari suaminya.

Pipinya terasa panas saat matanya tanpa sengaja melirik bagian bawah suaminya yang sesekali terlihat dari riak air yang bergelombang karena pergerakan dirinya.

  “Suka dengan apa yang kau lihat, Jung Jaejoong?” Tanya Yunho menaikkan alisnya.

Wajah Jaejoong sudah merah padam.
Ia mengalihkan pandangannya ke arah lain dan menggigit bibir ranumnya erat.
Jantungnya berdebar kencang saat ia merasakan air di dalam bathtup semakin bergelombang ketika Yunho mendekati driinya.

  “Aku minta maaf sudah membuatmu cemburu, Jaejoongie, tidak seharusnya aku tersenyum bersama orang lain di saat aku sedang bersama denganmu” Ujar Yunho mengusap lembut wajah cantik Jaejoong.

Mata besar namja cantik itu mengerjap.
Menahan bibirnya yang berkedut-kedut ingin tersenyum.
Ini dia—pikirnya senang.

  “Aku akan memberikan apapun yang kau inginkan sebagai permintaan maaf” Bisik Yunho tersenyum ketika melihat bibir cherry itu akhirnya melengkung cantik.

  “Apapun?” Tanya Jaejoong dengan kedua mata besarnya yang berkilat-kilat nakal.

Yunho mengangguk—menundukkan wajahnya mencium bibir ranum Jaejoong dengan lapar.
Ia tidak bisa menahan dirinya lagi melihat istri kecilnya yang secara terang-terangan menggoda dirinya.
Jaejoong mendorong bahu Yunho sekuat tenaga.
Melepaskan ciuman mereka hingga benang-benang saliva yang entah milik siapa tampak bergantungan di antara bibir keduanya.

Yunho bersumpah ia merasakan rasa sakit yang amat sangat di bawah sana saat bibir basah istrinya itu memperlihatkan seringai nakal kepadanya.
Jaejoong bersidekap—menatap Yunho yang terlihat sangat tidak sabar memandangnya.

  “Aku ingin kau membelikan sebuah mall untukku seorang, jadi kalau kita berbelanja di sana tidak akan ada lagi siapapun yang akan datang untuk mengganggu kencan kita berdua”

  “Baiklah, sayang, sekarang—”

  “Aku belum selesai, Jung Yunho”

Yunho berdecak.
Sementara Jaejoong sudah terkikik senang di hadapannya.

  “Yang terakhir aku ingin satu minggu penuh liburan bersama denganmu, tanpa pekerjaan apapun yang mengganggu”

Eoh?
Yunho menaikkan alisnya.
Menatap Jaejoong dengan tatapan yang tidak bisa diartikan.
Satu minggu penuh?
Lalu bagaimana dengan perusahaannya?
Ia tidak bisa menyerahkan segalanya kepada Yoochun untuk waktu yang sangat lama.

Bukannya tidak percaya dengan Yoochun—tapi ia hanya tidak bisa membiarkan pekerjaannya dikerjakan oleh orang lain.
Segalanya tidak akan sesuai dengan—

  “AH!” Lamunan Yunho buyar dalam sekejap mata.

Ia menatap kekasih cantiknya yang sudah tersenyum nakal kepadanya.
Lalu pandangannya menurun ke bawah—melihat tangan Jaejoong sudah memegang sesuatu yang menjadi kebanggaannya seumur hidup.

  “Apa yang kau pikirkan, Yunnie? Jangan membuat mainanku layu, aku tidak suka, padahal tadi ia begitu keras” Ujar Jaejoong merengut.

Wajah Yunho terasa panas mendengar ucapan kekasihnya.
Persetan dengan satu minggu penuh tanpa pekerjaannya.
Pria cantik ini selalu menang jika sudah berhadapan dengan dirinya.

Aish.

  “Baiklah Boongie, kau mendapatkan mall dan satu minggu penuh untukmu seorang, sekarang biarkan aku mendapatkan apa yang kuinginkan” Geram Yunho dengan nafasnya yang menderu berat.

Jaejoong tertawa.
Ia segera melompat dan memeluk leher Yunho dengan erat.
Menyerahkan dirinya sepenuhnya kepada pria tampan itu.
Tidak sulit untuk mendapatkan segala yang ia inginkan.
Karena Yunho dengan mudah akan termakan permainan liciknya.

Oh-oh—atau justru ia yang terhanyut?


-------


  “Aah! Panas! Panas!”

  “Ahahahaha~!”

Yunho mengerutkan dahinya pagi ini.
Ia membuka kedua matanya dan segera duduk melihat Jaejoong sudah tidak ada di sampingnya.
Kemudian telinganya menangkap suara berisik di luar kamar.
Namja tampan itu menghela nafas.

Remaja nakal itu pasti berulah lagi pagi ini.

Yunho beranjak ke kamar mandi dan mencuci wajahnya.
Ia melangkah keluar kamar dan melihat Jaejoong cantiknya sedang tertawa senang di sofa ruang tengah sementara sang kepala pelayan terlihat berlari-lari menuju dapur dengan tangan yang terangkat ke atas.

  “Apa lagi ulahmu kali ini hm?” Ujar Yunho seraya duduk di samping kekasihnya dan memeluk pinggang ramping itu.

  “Aku sudah bilang kalau kain itu panas, tapi Kang Ahjussi tidak mau dengar” Seru Jaejoong masih dengan tawa cantiknya.

Yunho tersenyum melihatnya.
Ia mengecup-kecup gemas wajah cantik Jaejoongnya dan membawa pria nakal itu untuk duduk di pangkuannya.

  “Yunnie~!”

  “Kau harus ditahan seperti ini agar tidak membuat kenakalan lagi”

  “Yang benar? Aku masih bisa nakal kok”

Yunho terkejut saat tangan Jaejoong dengan cepat menyusup masuk ke dalam celananya.
Ia segera menarik tangan namja cantik itu dan membawanya keluar.
Sial.
Ia sudah berdenyut-denyut di bawah sana.

  “Aku tidak keberatan kalau kau melakukannya di dalam kamar, Jaejoongie, tapi ini di luar! Ada banyak pelayan di sini!” Ujar Yunho geram.

Tapi Jaejoong tidak menyahut.
Ia hanya tertawa geli dan memeluk leher Yunho dengan erat.
Membuat pria tampan itu menghela nafas panjang.
Aih, istri nakalnya ini.

  “Aku senang kau ada di rumah beberapa hari ini, Yunnie” Bisik Jaejoong lirih.

Yunho tertegun.
Ia merasakan pria cantik itu semakin mempererat pelukannya.
Membuat Yunho mengerjapkan matanya dan mengusap punggung namja cantik itu lembut.

  “Maafkan aku, kau pasti kesepian selama ini” Balas Yunho pelan.

Jaejoong mengangguk.
Ia menjatuhkan kepalanya di bahu namja tampan itu dan memejamkan mata bulatnya.

  “Yunnie, gendong aku ke kamar, aku ingin tidur lagi”

  “Arasseo, arasseo”

Yunho segera menggendong remaja cantiknya.
Ia melirik ke dapur dan tanpa sengaja matanya bertemu pandang dengan sang kepala pelayan.
Namja tampan itu segera tersenyum tipis dan menggumamkan permintaan maaf tanpa suara dari bibirnya.
Kepala pelayan tersebut balas tersenyum dan memberitahu kalau ia baik-baik saja.

Tapi tanpa sepengetahuan Yunho, pria paruh baya itu mendelik kesal kepada Jaejoong yang sudah menjulurkan lidahnya kepada pria tersebut.

Yunho menunduk—memperhatikan Jaejoongnya yang kembali terkikik geli.
Kemudian ia menghela nafas dan tersenyum tipis.

  “Uh—”

  “Ada apa saya—“

Yunho bahkan belum menyelesaikan kalimatnya, tapi Jaejoong sudah melompat dari pelukannya dan berlari memasuki kamar mandi terdekat.
Namja tampan itu mengerutkan dahinya khawatir melihat Jaejoongnya kini memuntahkan isi perutnya di westafel.
Ia segera memijat tengkuk namja cantik itu dan membawanya ke dalam pelukannya setelah Jaejoong selesai membersihkan mulutnya.

  “Kepalaku sakit, Yunnie” Rengek Jaejoong manja.

Yunho segera membawa namja cantik itu berbaring di sofa ruang tengah.
Ia memijat kepala Jaejoong yang sudah memejamkan mata bulatnya.
Padahal baru saja beberapa saat yang lalu pipi ini merona segar.
Tapi sekarang remaja nakal ini terlihat begitu pucat dan lemas.

Dada Yunho terasa sesak.
Ia tidak pernah melihat Jaejoongnya jatuh sakit.
Pria cantik itu selalu tertawa dan bergerak lincah di sekitarnya.
Sekarang ia hanya berbaring lemas di atas sofa.

  “Aku sudah menghubungi dokter Park, sayang, ia akan segera datang”

Jaejoong mengangguk.
Ia menutup mulutnya dan mendesah panjang.
Sementara Yunho sudah duduk di sampingnya dan mengusap-usap lembut rambut namja cantik itu.

  “Ini teh-nya, tuan”

Yunho mendongak—menatap sang kepala pelayan dan tersenyum.

  “BooJae, Kang Ahjussi membuatkan teh kesukaanmu, kajja”

  “Uuh, teh itu tidak ada racunnya kan?”

  “Boo!”

Jaejoong tersenyum tipis.
Yunho menghela nafas melihat kelakuan kekasihnya.
Ia segera mengambil cangkir teh tersebut dan meminumkannya untuk Jaejoong.

  “Gomawo Ahjussi” Gumam Jaejoong tersenyum.

Kepala pelayan itu mengangguk.
Ia segera beranjak kembali ke dapur meninggalkan Yunho yang sudah membantu Jaejoong untuk kembali berbaring.

  “Tuan, dokter Park sudah tiba” Adu seorang pelayan kepada Yunho.

Namja tampan itu mengangguk.
Ia bisa melihat sosok seorang wanita berambut cokelat ikal yang panjang sedang berjalan menghampirinya.
Wanita berambut ikal itu mengangguk singkat kepada sang tuan muda.

  “Jaejoongie jatuh sakit? Ini sebuah keajaiban” Sindir wanita cantik itu.

Jaejoong mencebilkan bibirnya.
Sementara Yunho sudah tersenyum.
Namja tampan itu bergeser membiarkan sepupu jauhnya itu memeriksa kekasihnya.
Ia hampir saja jantungan saat wanita cantik itu memekik tidak percaya.

  “Yunho! Sepupu! Kurasa kau harus membawanya ke rumah sakit agar hasilnya lebih akurat!” Seru wanita cantik itu heboh.

  “Ada apa? Jangan bilang kalau Jaejoongieku sakit parah!” Balas Yunho panik.

Jaejoong hanya memutar bola matanya jengah.

  “Istri nakalmu ini sedang hamil, tapi itu menurut pemeriksaanku”

  “Mwo? Ha-hamil?!”

  “Kenapa kau kaget begitu? Jangan-jangan ayahnya bukan dirimu ya?”

Jaejoong sudah menendang kaki wanita cantik itu dengan kesal.
Membuat wanita berambut ikal itu tertawa geli.
Sementara Yunho sudah menghampiri kekasihnya dan memeluk erat namja cantik itu.

  “Kau dengar itu, sayang?! Kau hamil!” Seru Yunho senang.

  “Iya Yunnie, aku dengar, aku sudah curiga kalau aku memang hamil belakangan ini, soalnya kita terlalu sering bercin—ummph!” Jaejoong melotot saat suaminya sudah membekap mulutnya dengan tangan.

Dokter bermarga Park itu hanya tertawa melihat tingkah kekanakan keduanya.

  “Kekerasan dalam rumah tangga!” Jerit Jaejoong setelah Yunho melepaskan tangannya.

  “Joongie, kau adalah calon ibu mulai sekarang, itu artinya kau tidak boleh nakal lagi” Tegur Yunho seraya mengusap kepala istri kecilnya.

Jaejoong mendengus.

  “Memangnya kapan aku pernah nakal?” Gerutunya kesal.

Yunho melirik sepupunya yang sudah tertawa geli.
Ia menghela nafas.


-------


Kim Heechul begitu heboh saat mendengar kabar mengenai kehamilan Jaejoong melalui telepon dari Yunho.
Wanita cantik itu segera mengambil penerbangan pertama menuju Seoul dari Jepang.
Ia sudah tidak sabar ingin bertemu dengan putra nakalnya.

Aigoo—padahal baru saja ia mengutarakan kerinduannya pada Jaejoong dengan sang suami.
Heechul sama sekali tidak menyangka kalau anaknya akan hamil secepat ini.

Berbeda dengan Heechul yang super heboh, Jung Keybum justru menanggapi kehamilan Jaejoong dengan antusias yang elegan.
Wanita paruh baya itu tersenyum senang seharian penuh dan segera memberitahu suaminya bahwa mereka harus segera kembali ke Seoul untuk menemui putra dan menantunya.
Ia sudah tidak sabar untuk berbelanja keperluan untuk menantu kesayangannya setibanya di Seoul nanti.

Sementara itu, Jung Yunho tampak tersenyum lega setelah ia menyelesaikan urusannya untuk menghubungi keluarganya.
Memang telat sebulan—tapi itu tidak masalah.
Ibu dan mertuanya sama saja antusiasnya.
Namja tampan itu menyimpan ponselnya di atas ranjang.

Kemudian ia meregangkan tubuhnya.

Uh—Jaejoongnya hamil.
Dan Yunho masih tidak bisa menahan perasaan yang membuncah di dadanya sampai saat ini.
Ia begitu bahagia dengan kehamilan istri kecilnya.
Meskipun hal pertama yang ia khawatirkan adalah kenakalan dan keusilan Jaejoong yang tidak berkurang walaupun namja cantik itu tahu kalau ia sedang mengandung, tapi Yunho tetap tersenyum senang.

Tidak lama lagi rumah ini akan dipenuhi dengan suara anak-anak yang lucu dan menggemaskan.

Yunho jadi tidak sabar.
Ia juga penasaran dengan Jaejoongnya.
Bagaimana caranya remaja nakal itu akan merawat anak mereka nanti.
Selama ini yang Jaejoong tahu kan hanya bersenang-senang saja.

Ngomong-ngomong tentang Jaejoong, Yunho tidak melihat istrinya sejak tadi.
Ia beranjak bangkit dari atas ranjang dan berjalan keluar kamar.
Jika tebakannya benar—maka Jaejoong pasti sedang berada di ruangan itu.
Yunho mempercepat langkah kakinya.

Ia berhenti di hadapan sebuah pintu berwarna biru yang cantik dan membukanya tanpa mengetuk terlebih dahulu.
Mata musang Yunho mengerjap.
Apa yang dilihatnya saat ini sungguh membuat dadanya berdebar hangat.
Ia mencengkram kenop pintu tanpa sadar.

Jaejoong nakalnya ada di sana.
Di dalam kamar yang mereka rancang untuk calon bayi mereka kelak.
Sedang membacakan sebuah buku cerita dengan rona bahagia yang terlihat dari kedua pipi gembulnya.
Sesekali tangannya mengusapi perutnya yang masih terlihat datar dengan lembut.

Yunho merasakan kedua matanya panas.
Ia tidak bisa menahan senyuman bahagia yang melengkung di bibirnya.
Jaejoongnya pasti akan menjadi ibu yang baik.

Meskipun ia manja, egois, dan seenaknya—such a spoiled bratsuch as Alois Trancy—tapi namja cantik itu penuh dengan kasih sayang yang tulus.

Eoh?
Tidak percaya?
Baca ulang saja ceritanya.

I love you too much, you are my love
I want to be a real guy, so I used my minus-account again

When I just see you, when I see your face
I know you are pretending to be upset

And you know what?

But I act like I’m deceived
I’m that kind of guy

END.

-Kim Jaejoong, You Know What?-

2 komentar:

  1. yah kok belum sampe lahiran????
    ceritanya daebak.. joongie nakaal xD
    kayanya ini cerita kk sella yg 17+ yg engga kaya biasanya hihihi

    BalasHapus
  2. Aaahhh... shelllaa.. where have you been?? Long time no see.. i miss you so bad.. :*:*:*:*:* pasti sibuk kuliah ya shell. . Makasih ya udah update lagi. Mskipun aku bru tau kalo kmu udah lama up.. thank you. Keep writing and i'll also support you. *bighugforyou

    BalasHapus