Tittle:
SLIPPIN AWAY
Genre:
YAOI
Author:
Shella Rizal a.k.a Park Sooji
Cast:
Yunjae and other
Length:
CHAPTER
Rating:
family-romance-hurt-posessive-friendship
WARNING:
BOY x BOY! Yg ga suka YAOI mending cabut aja dari sini, cos author Cinta damai~
*kibar2
kutang Jae umma*
I got this idea after I read something about Gil and
Ahn-Hee, about Darien and Ayashi, about Arsel and Shawn, about Arka and Nial.
Praise the Authors!
-------
I
dont want you to go even if you’re tellin’ me
You’ve
gotten over me boy
Cause
lately I realized without you
I
can’t live another day
“Karena orang yang paling banyak tersenyum
adalah orang yang paling banyak terluka”
PART
1.
Namja cantik bernama Kim Jaejoong itu
sedang mengayuh sepedanya menembus pagi yang dingin.
Kakinya mengayuh dengan cepat sementara
tangannya terus melemparkan koran-koran ke balik pintu pagar rumah-rumah yang
dilaluinya.
Jaejoong bisa merasakan tengkuknya
merinding setiap kali asap tebal keluar seiring dengan hembusan nafasnya.
Seoul sedang memasuki musim dingin.
Dan Jaejoong benci itu.
Namja cantik itu mengayuh sepeda
berkeranjangnya kembali ke tempat di mana ia mengambil koran.
Mengembalikan benda berpedal dua itu dan
mengambil tas sekolahnya yang selalu ia titipkan di sana setiap kali ia akan
mengantar koran.
Jaejoong mengangguk sopan kepada pria
paruh baya yang menjadi atasannya di sana.
Ia tersenyum dan segera berlari menuju
halte bus.
“Kasihan sekali, ya? Kecelakaan yang mengerikan”
Jaejoong berjengit.
Ia mengangkat wajahnya melirik dua gadis
yang berseragam sama sepertinya sedang membaca berita di koran pagi.
“Padahal kejadian ini sudah lewat seminggu yang lalu, tapi orang-orang
masih membicarakannya”
“Soalnya tragis sekali sih, persaingan bisnis memang mengerikan, siapa
yang menyangka kalau direktur besar perusahaan tersohor di Korea Selatan akan
mati dengan cara seperti itu”
“Polisi kan masih mengusut kasusnya, belum jelas itu pembunuhan atau
hanya kecelakaan biasa”
“Kabarnya perusahaan yang diperbincangkan itu bangkrut total, semua
investor menarik saham mereka secara gila-gilaan”
Jaejoong menahan nafasnya.
Ia terus menatap tajam kedua gadis
cantik itu.
“Kau tahu desas-desus tentang putra tunggal pemilik perusahaan itu
tidak? Beruntung sekali ya Hangeng Kim menyembunyikan dirinya rapat-rapat sejak
lahir, kalau tidak ia pasti tidak akan bisa hidup tenang karena wartawan dan
polisi”
“Beruntung? Menurutku malah menyedihkan sekali. Ayahnya mati karena
kecelakaan lalu lintas yang sepertinya sudah direncanakan dan ibunya bunuh diri
karena perusahaan yang bangkrut dalam sekejap, kira-kira seperti apa yang
hidupnya sekarang?”
“Oh! Busnya sudah sampai!”
Pintu bus terbuka.
Dan beberapa siswa berseragam segera
turun menginjak halte.
Termasuk namja cantik berambut almond itu.
Jaejoong merapikan jas seragamnya.
Ia menghembuskan nafas panjang dan
berjalan jauh-jauh dari kedua gadis penggosip tadi.
Dahinya mengernyit.
Kemudian ia melangkah dengan cepat.
“Selamat pagi!”
Mata besar Jaejoong bergerak,
memperhatikan beberapa siswa yang saling menyapa.
Tapi tidak satupun sapaan itu ditujukan
kepadanya.
Jaejoong tersenyum tipis.
Tentu saja tidak ada yang menyapanya.
Ia berani bertaruh tidak ada satupun
anak-anak kaya di sini yang mengenal dirinya.
Ia selalu menyembunyikan dirinya dari
semua orang.
Tidak pernah bersuara di dalam kelas dan
menjauhkan diri dari organisasi apapun.
Kim Jaejoong seolah hanya sekedar
bayangan tipis yang berlalu-lalang di lingkungan sekolah.
Tapi tidak masalah, Jaejoong sudah
terbiasa dengan keadaan seperti ini.
Ayahnya selalu berusaha untuk membuat ia
tidak dikenali orang-orang.
Tapi sepertinya tidak untuk hari ini.
Jaejoong mendapatkan kelasnya dalam
kedaaan bising ketika ia memasuki ruang kelas tersebut.
Pria cantik itu segera duduk di kursinya
yang berada di pojok belakang kelas di samping jendela.
Memasang telinga akan apa yang
teman-teman kelasnya hebohkan.
“Jung Yunho pindah ke sekolah kita! Ya Tuhan! Bisa kau bayangkan itu?!”
“Jung Yunho yang itu? Pewaris tunggal perusahaan Jung? Bukankah dia
bersekolah di London?”
Jaejoong menaikkan alisnya.
Jung Yunho, eh?
Pria cantik itu menumpukan wajahnya di
atas meja.
Ia menghembuskan nafas ke atas membuat
poninya bergoyang lucu.
Ia pernah bertemu Jung Yunho di salah
satu pesta yang pernah diadakan ibunya di rumah saat ia masih kecil dulu.
Anak lelaki yang sangat arogan dan tidak
banyak bicara.
Ibunya melarang dirinya untuk berdekatan
dengan Jung Yunho karena anak bermata musang itu akan mengacaukan bisnis
keluarga mereka kalau sedikit saja Yunho tidak senang karenanya.
Tapi sepertinya Yunho tidak
mengingatnya.
Mana mungkin namja tampan itu ingat.
Berbicara saja tidak pernah.
TEET..TEET..
Eoh?
Jaejoong terkejut ketika bel istirahat
berdering nyaring.
Ia mengerjapkan mata bulatnya
memperhatikan anak-anak kelas yang sudah berjalan keluar kelas.
Sepertinya tidak ada guru yang masuk
sejak pagi, mungkin karena kedatangan Jung Yunho itu. Pikir Jaejoong seraya
melangkahkan kakinya menuju perpustakaan.
Namja cantik itu mengeluarkan susu kotak
yang ia bawa dari laci mejanya dan meminumnya selama perjalanan.
DEG.
Jaejoong terkejut—nyaris tersedak.
Ketika mata bulatnya bertemu dengan
sepasang mata musang yang tajam di hadapannya.
Jung Yunho di sana.
Tepat di hadapan dirinya.
Berdiam diri menatap Jaejoong.
Namja cantik itu meremas kotak susunya
tanpa sadar.
Mengerutkan dahi menatap Yunho yang
masih diam seakan menilai dirinya.
Oh tidak—Jaejoong bisa mendengar
bisik-bisik tidak jelas dari siswa sekolahan yang ada di sekitarnya.
Ini tidak bagus untuk persembunyian
dirinya.
Alis Jaejoong menyatu ketika mendapatkan
bibir namja tampan itu menyunggingkan senyuman tipis.
Kemudian namja itu pergi begitu saja
meninggalkan dirinya.
Jaejoong menahan nafas.
Ia terdiam beberapa detik dan
memiringkan kepalanya.
Lalu ia kembali melanjutkan langkahnya
memasuki perpustakaan.
.
.
.
Jadi itu Kim Jaejoong eh?
Anak yang selama ini disembunyikan oleh
Hangeng Kim dengan baik.
Yunho menyeringai dalam diam.
Ia mengeluarkan ponselnya dan segera
menghubungi Choi Siwon—asisten pribadinya.
“Lakukan” Ujarnya singkat dan segera mematikan panggilannya.
Mata musang Yunho bergerak pelan,
memperhatikan siswa sekolahan yang mengagumi dirinya dari jauh.
Tentu saja tidak ada yang berani
mendekatinya secara terang-terangan.
Tidak ada yang ingin mencari masalah
dengannya.
Ia tampan—tapi tidak ramah sama sekali.
Yunho beranjak dari duduknya ketika ia
melihat sosok Jaejoong yang berjalan memasuki kantin.
Mata musangnya terus memperhatikan
Jaejoong yang duduk di salah satu kursi kosong dan membuka kotak bekalnya.
Jemari Yunho mengerat pada pinggiran
meja kantin.
Kemudian ia menyeringai.
Jaejoong mendengar suara-suara berisik
di sekitarnya, tapi ia tidak peduli.
Perutnya sudah kelaparan dan ia harus
segera menghabiskan bekalnya dengan cepat sebelum bel usai istirahat berdering
dengan nyaring.
“Kim Jaejoong”
Eoh?
Jaejoong mengangkat wajahnya dan
terkejut setengah mati mendapati sosok tampan Yunho yang sudah berdiri di
seberang mejanya.
Mata besarnya mengerjap gugup memandang
mata musang yang tajam itu.
“Mulai sekarang kau adalah milikku” Ujar Yunho tegas.
DEG.
Jaejoong membesarkan mata bulatnya dalam
sekejap.
Menatap tidak percaya Yunho yang sudah
menunduk dan mencuri kecupan singkat di bibir ranumnya.
Ciuman pertamanya.
MWO?!
Namja cantik itu refleks menutup
mulutnya setelah Yunho menjauhkan wajahnya.
Lalu namja tampan itu melangkah begitu
saja meninggalkan Jaejoong yang membeku di kantin.
“AAAAAHHH!!”
Suara-suara teriakan bermunculan dari
kantin beberapa detik kemudian.
Jaejoong bergetar hebat.
Ia menjatuhkan tutup kotak bekalnya
tanpa sengaja.
Namja cantik itu segera menunduk dan
meraih tutup bekalnya dengan cepat dan berlari menjauhi kantin.
“Co—Cogiyo!” Panggil Jaejoong serak.
Namja tampan yang hendak memasuki
kelasnya itu berhenti melangkah.
Ia berbalik dan menatap Jaejoong yang
berkeringat di hadapannya.
“A-Apa maksudmu? Kenapa—”
“Kita pernah bertemu”
DEG.
Apa?
Jaejoong terdiam.
“Ibumu pernah mengadakan pesta beberapa tahun yang lalu”
Nafas Jaejoong tercekat.
Namja cantik itu merasakan perutnya
melilit—oh tidak.
“Dan aku melihatmu, kau yang tidak pernah berhenti memperhatikan diriku”
Bibir Yunho menarik sebuah seringai
culas mendapati wajah pucat Jaejoong.
Oh—ini sungguh menarik, pikirnya.
“Ternyata orang tuamu tidak cukup berhasil menyembunyikan kehadiranmu,
eh? Kim Jaejoong” Bisik Yunho menaikkan alisnya.
Jemari Jaejoong mengepal erat.
Mata besarnya berkaca-kaca menatap
Yunho.
Namja tampan itu berbalik dan memasuki
kelasnya, tidak mengacuhkan Jaejoong yang masih berdiam diri di depan pintu.
-------
Jaejoong mengerutkan dahinya melihat
seorang pria bertubuh tinggi dengan wajah tampan yang berdiri di depan pintu
rumahnya.
Ia segera berlari kecil dan menghampiri
pria berjas tersebut.
“Nuguseyo?” Tanya Jaejoong menaikkan alisnya.
“Namaku Choi Siwon, tuan muda Jung memerintahkanku untuk menunggu anda
mengepak barang-barang yang diperlukan” Ujar pria tinggi itu sopan.
“Apa? Barang-barang apa?”
“Rumah ini telah dibeli oleh salah seorang investor, anda akan tinggal
bersama tuan muda Jung”
Jaejoong terdiam.
Namja cantik itu merasakan kakinya
lemas—ia nyaris terjatuh kalau saja Siwon tidak menahan dirinya.
Mata besar Jaejoong mengerjap bingung.
Ia melirik pintu rumah besar tersebut
dan merasakan pipinya basah.
Apakah harus seperti ini?
Belum puaskan orang-orang di luar sana
untuk menggerogoti keluarganya?
“Ini perintah langsung dari tuan muda, anda bisa mengepak barang yang
anda perlukan sekarang, saya akan menunggu” Ujar Siwon kembali memperingatkan.
Namja cantik itu menutup mulutnya
menahan isakan.
Ia mendorong kasar tubuh Siwon dan
segera berlari memasuki rumahnya.
Rumah yang penuh dengan kehangatan.
Yang entah sejak kapan terasa sangat
dingin.
Jaejoong berjalan menaiki tangga.
Memasuki kamar milik kedua orang tuanya
yang gelap.
Pria cantik itu menghidupkan saklar
lampu dan terduduk lemas di atas lantai.
Tali yang digunakan Heechul untuk bunuh
diri masih tergeletak di dekat lemari pakaian.
Namja cantik itu memeluk lututnya dan
menangis tersedu-sedu.
Ia masih berduka.
Kenapa tidak ada yang simpati sedikit
saja kepadanya?
Para pelayan pergi meninggalkan rumah
ini di hari yang sama ketika polisi menurunkan tubuh sang nyonya besar dari tali.
Investor perusahaan berlomba-lomba untuk
melarikan diri bersama saham-saham mereka.
Bahkan salah satu dari mereka merebut
rumah ini darinya entah untuk apa.
Dan sekarang Jung Yunho datang
mengacaukan hidupnya.
Namja cantik itu mengusap wajahnya yang basah.
Ia bangkit dan mendekati meja rias milik
ibunya.
Menggerakkan tangannya menyentuh tali
tersebut.
“Tuan”
DEG.
Jaejoong terkejut.
Ia berbalik dan menatap Choi Siwon yang
telah berdiri di ambang pintu kamar tersebut.
Mata sipit Siwon bergerak, memandang
tangan Jaejoong yang masih menggenggam tali tersebut.
“Mengikuti perbuatan ibu anda tidak akan menyelesaikan masalah” Ujar
pria tinggi itu sopan.
Jantung Jaejoong berdegup kencang.
Ia kembali menoleh menatap tangannya dan
refleks membuang benda tersebut.
Ya Tuhan—sejak kapan ia—
“Tuan muda sudah menunggu anda di apertemen”
“Y—Ya”
Jaejoong menjilat bibirnya dan mengusap
wajahnya dengan lengan baju—walaupun air matanya terus berjatuhan.
Ia berjalan menuju kamarnya dan
memasukkan beberapa barang penting ke dalam tasnya.
.
.
.
“Lama sekali”
Jaejoong tidak menyahut.
Namja cantik itu masih diam menatap
Yunho yang duduk di sofa dengan mata sembabnya.
Namja tampan itu tampak sibuk mengurusi
berkas-berkas pekerjaannya di sana.
Setelah merapikan kertas-kertas
tersebut, ia bangkit menghampiri Jaejoong.
“Hanya ini?” Tanya Yunho melirik tas ransel Jaejoong.
“Ya” Bisik Jaejoong parau.
Pria tampan itu menaikkan alisnya.
Ia menarik tangan Jaejoong dan membawa
namja cantik itu menuju kamarnya—yang sekarang akan menjadi kamar mereka.
“Susun barang-barangmu dengan rapi, kau bisa segera tidur kalau kau mau”
“Aku tidak akan tinggal di sini”
Eoh?
Yunho berbalik.
Menatap mata besar Jaejoong yang balas
memandangnya.
“Aku akan mencari tempat tinggal yang baru dan—”
Jaejoong tercekat saat Yunho
mendorongnya hingga membentur dinding.
Pria cantik itu meneteskan air matanya
melihat wajah Yunho yang dingin.
Hanya mata musangnya yang berkilat-kilat
penuh emosi.
“Kau adalah kekasihku, Kim Jaejoong. Dan kekasihku tinggal bersamaku”
Desis Yunho tajam.
Dahi Jaejoong mengernyit.
Menatap Yunho dengan buram.
Isakan mulai lolos dari bibirnya.
“Aku—tidak mau..Semua yang tinggal bersamaku—akan pergi meninggalkanku..”
Ujar Jaejoong tersendat-sendat.
Tangis Jaejoong pecah tepat ketika Yunho
memeluk erat dirinya.
Isakannya tidak berhenti walaupun namja
tampan itu sudah mengusap-usap punggungnya.
“Aku tidak akan pernah meninggalkanmu” Ikrar Yunho di telinga namja cantik
itu.
Jaejoong menggeleng, ia mencengkram kuat
punggung Yunho tanpa sadar.
Namja tampan itu segera menggendong
Jaejoong dan membawanya berbaring di atas ranjang.
Ia duduk di sisi namja cantik itu dan
mencium bibir ranum yang bergetar itu.
“Tidurlah” Perintah Yunho mutlak.
Mata besar Jaejoong mengerjap.
Membiarkan Yunho mengeringkan mata dan
wajahnya dengan lembut.
Pria tampan itu menaruh telapak
tangannya di atas mata Jaejoong dan menurunkan kelopak basah itu ke bawah
hingga Jaejoong memejamkan matanya.
Kemudian ia menyurukkan wajahnya di
leher Jaejoong—menciptakan satu kissmark
disana dan berbisik lembut di telinga namja cantik itu.
“Aku mencintaimu—sejak pertama kali aku melihatmu”
-------
Mata besar itu mengerjap dengan berat.
Jaejoong mengerutkan dahinya dan
memandang langit-langit berwarna putih.
Eoh? Ini bukan kamarnya.
Pria cantik itu tersentak dan segera
terduduk di atas ranjang—tepat di saat pintu kamar terbuka dan Jung Yunho
muncul di sana.
“Selamat pagi” Sapa namja tampan itu seraya menghampiri Jaejoong dan
mencium bibir ranumnya.
Jaejoong mencengkram dada Yunho tanpa
sadar ketika namja tampan itu melumat mulutnya dengan basah.
Pria cantik itu terkejut saat lidah
Yunho menekan lidahnya hingga ia refleks mendorong namja tampan itu menjauh.
Nafas Jaejoong tersengal.
Sementara Yunho sudah mengusap bibir
bengkak Jaejoong dengan ibu jarinya.
“Hari ini tidak perlu ke sekolah, istirahat sampai aku pulang, dan mulai
sekarang berhentilah bekerja di manapun kau bekerja”
“A—”
“Aku sudah mengisi rekeningmu, kalau kurang kau bisa memberitahuku”
“Yunho—”
“Dengar, Kim Jaejoong. Mulai saat ini perintahku adalah mutlak, aku akan
menghukummu kalau kau melanggarnya, mengerti?”
Jaejoong mengangguk.
Matanya masih menatap ragu kepada Yunho.
Namja tampan itu melepaskan rengkuhannya
di bahu Jaejoong dan segera merapikan jas seragamnya.
“Jangan lupa sarapan, aku pergi dulu”
Jaejoong memandangi Yunho yang sudah
beranjak meninggalkannya seorang diri.
Namja cantik itu meraba bibirnya yang
berkedut.
Ia merasakan pipinya panas.
Ya Tuhan—ia tidak siap.
Seharusnya ia masih sendirian sampai
detik ini.
Seharusnya ia tidak dikenali siapapun
sampai detik ini.
Seharusnya begitu.
Kenapa skenarionya berubah?
.
.
.
Ini sudah siang, tapi Jaejoong baru saja
selesai mandi.
Ia sedang duduk di sofa dan menonton
televisi.
Hampir seluruh channel televisi memberitakan tentang bangkrutnya perusahaan Kim.
Namja cantik itu menyeruput mie yang
dipesannya melalui telepon.
Ia sedang malas memasak.
CKLEK.
“Aku pulang”
DEG.
Jaejoong terkejut.
Namja cantik itu meletakkan mangkuk
mie-nya di atas meja dan melihat Yunho yang berjalan menghampirinya.
“Apa yang kau makan?”
“Uhm—mie”
“Kenapa tidak makan nasi?”
“Aku sedang tidak ingin makan itu, ngomong-ngomong, cepat sekali kau
pulang”
“Aku sudah kelas 3, tinggal persiapan ujian saja, tidak sepertimu yang
masih kelas 1”
Jaejoong mendengus.
Ia kembali memakan mie instannya dan membiarkan
Yunho duduk di sampingnya.
“Kenapa menonton ini? Aku tidak suka” Ujar Yunho seraya menukar acara
televisi.
Jaejoong tidak menyahut.
Pria cantik itu masih sibuk dengan
mie-nya.
“Yunho..Kenapa kau melakukan ini?”
Namja tampan itu menoleh, memandang
Jaejoong yang menatap dirinya.
Ia tersenyum sombong, kemudian mengecup
bibir ranum Jaejoong dan menjilat bibirnya sendiri setelah itu.
“Jadi alasan cinta saja tidak cukup eoh?” Ujarnya arogan.
Jaejoong mengalihkan pandangannya.
Menatap ke mana saja selain Yunho.
Namja tampan itu mendekatkan wajahnya di
sisi wajah Jaejoong—menempelkan bibirnya di telinga namja cantik itu.
“Tidak ada yang perlu kau khawatirkan selama kau berada di sisiku”
Jaejoong mengernyit.
Ia mendorong Yunho dan menatap langsung
sepasang mata musang yang tajam itu.
“Bisakah—bisakah aku percaya padamu?” Lirih namja cantik itu nyaris
berbisik.
“Ya, karena tidak ada yang boleh kau percayai selain diriku” Balas Yunho
kembali menabrakkan bibir mereka berdua.
Jaejoong merasakan punggungnya
bersentuhan dengan sofa.
Namja cantik itu berjengit ketika Yunho
melepaskan pakaiannya.
“Yu—Yunh—mmhh!”
Bibir Yunho membungkam desahan Jaejoong
dengan baik sementara jemarinya menggerayangi tubuh namja cantik itu.
Jaejoong bergerak tidak nyaman hingga
Yunho terpaksa melepaskan tautan bibir mereka—tanpa menghentikan tangannya di
bawah sana.
Namja tampan itu menahan bibirnya yang
berkedut.
Ia suka melihat wajah cantik yang
memelas itu.
Seolah tidak ada satupun selain Yunho
yang menjadi tempat bertumpu namja cantik itu.
“Berjanjilah kepadaku..Ji-jika kau tidak akan pernah menyakitiku setelah
aku memberikan segalanya untukmu..” Bisik Jaejoong dengan kedua matanya yang
berkaca-kaca.
Yunho menyeringai.
Ia menggigit telinga Jaejoong hingga
namja cantik itu mendesah lepas dan tersenyum puas di sana.
“Selama kau patuh kepadaku dan membuka kakimu untukku, BooJae” Bisiknya
penuh dosa.
Air mata Jaejoong jatuh ketika ia
melebarkan kakinya dan membiarkan Yunho mendesah senang di atasnya.
Hatinya berdenyut sakit.
Ia telah menjual tubuhnya untuk cinta
yang diberikan Yunho kepadanya.
Karena tidak ada lagi tempatnya
berlindung selain Yunho.
Ia tidak akan pernah meninggalkan Yunho
sampai kapan pun.
Kecuali jika namja tampan itu sendiri
yang memintanya untuk pergi.
-------
Yunho membuka matanya dengan perasaan
berbeda pagi ini.
Tentu saja berbeda.
Ia bangun dengan Jaejoong yang berada di
dalam pelukannya.
Oh—dengan bonus, namja cantik itu dalam
keadaan telanjang.
Bibir Yunho menyunggingkan seringai
puas.
Ia menggerakkan tangan yang menjadi
bantalan kepala Jaejoong dan menjatuhkan telunjuknya di garis tulang punggung
namja cantik itu.
Menurunkannya ke bawah hingga ia
menemukan lubang yang terganjal oleh sesuatu di sana.
Yunho bergeser, mengecup pelipis
Jaejoong yang masih terlelap dalam damai.
“Tidak lama lagi, BooJae, setelah Jung Jinki mati, tidak akan ada lagi
yang mengaturku dan menghalangi kita” Desis Yunho pelan.
DRRRTT...DRRRTT...
Yunho berjengit.
Ia menoleh dan meraih ponselnya yang
bergetar panjang di atas meja nakas.
Menaikkan alisnya melihat nama yang
tertera di layar ponsel mewahnya.
“Ne Appa” Sahut Yunho dingin.
“Kau tidak masuk kantor dua hari
ini dan bolos sekolah, beritahu aku apa maumu, Little Jung?” Balas Jinki tak
kalah dingin.
Yunho menaikkan alisnya.
Ia menundukkan mengintip Jaejoong yang
masih bernafas dengan teratur di dadanya.
“Aku flu”
“Kau tidak pernah flu seumur
hidupmu, jangan mencoba mengakaliku, Yunho”
“Baiklah, kalau begitu ini pertama kalinya aku flu”
Yunho mendengar dengusan keras di sana.
“Kau membuatku memindahkan
sekolahmu yang akan tamat ke Seoul dan sekarang kau kembali berulah. Aku tidak
mau mendengar ocehan apapun lagi, aku sudah mengaturmu untuk kembali ke London
dan berkuliah di sana”
“Ya”
KLIK.
Yunho menggertakkan giginya kesal.
Ia benci pria sialan itu! Ia benci Jung
Jinki!
Ia sudah tidak sabar untuk menyaksikan
kematian pria sialan itu.
Dokter sudah memvonis bahwa ayahnya
membutuhkan donor jantung secepatnya.
Yunho tahu bahwa sekaya apapun mereka
tetap saja tidak akan mudah untuk mendapatkan jantung yang cocok.
Jadi ia akan terus membuat ulah sampai
Jinki tidak sanggup lagi untuk bernafas.
Sudah cukup pria sialan itu
mengatur-ngatur hidupnya.
Yunho sama sekali tidak menyesal telah
membuat ibunya menangis karena kepindahannya yang mendadak ke Seoul.
Jung Keybum masih bisa hidup sendiri di
London tanpa dirinya—wanita cantik itu punya banyak pelayan yang akan menemani
hari-harinya.
Tapi Jaejoong tidak.
Yunho menunduk, memperhatikan wajah
cantik Jaejoong yang terpejam.
Ia segera kembali ke Seoul secepat yang
ia bisa ketika kabar tentang keluarga Jaejoong sampai ke telinganya.
Jaejoongnya tidak boleh sedih.
Jaejoongnya tidak boleh sendirian.
Karena namja cantik itu harus selalu tersenyum
untuknya.
TBC
:D
hooo..yunho benci banget sama jinki ya, knapa? jae kasian banget. hidup yang tragis. meluncur ke chap selanjutnyaaaa.
BalasHapusJadi yun cinta pake banget ke jae ? 😍
BalasHapusYunho bener bener possesive bgt ih. Jadi gemes. :p
BalasHapusYunho bener bener possesive bgt ih. Jadi gemes. :p
BalasHapus