This zone is only YunJae Fanfictions and this is our world

Senin, 18 Juli 2016

FF/YAOI/YUNJAE/CHAPTER/SLIPPIN AWAY/PART 1



Tittle: SLIPPIN AWAY

Genre: YAOI

Author: Shella Rizal a.k.a Park Sooji

Cast: Yunjae and other

Length: CHAPTER

Rating: family-romance-hurt-posessive-friendship

WARNING: BOY x BOY! Yg ga suka YAOI mending cabut aja dari sini, cos author Cinta damai~
*kibar2 kutang Jae umma*

I got this idea after I read something about Gil and Ahn-Hee, about Darien and Ayashi, about Arsel and Shawn, about Arka and Nial.
Praise the Authors!


-------


I dont want you to go even if you’re tellin’ me
You’ve gotten over me boy

Cause lately I realized without you
I can’t live another day

  “Karena orang yang paling banyak tersenyum adalah orang yang paling banyak terluka”

PART 1.

Namja cantik bernama Kim Jaejoong itu sedang mengayuh sepedanya menembus pagi yang dingin.
Kakinya mengayuh dengan cepat sementara tangannya terus melemparkan koran-koran ke balik pintu pagar rumah-rumah yang dilaluinya.
Jaejoong bisa merasakan tengkuknya merinding setiap kali asap tebal keluar seiring dengan hembusan nafasnya.

Seoul sedang memasuki musim dingin.

Dan Jaejoong benci itu.

Namja cantik itu mengayuh sepeda berkeranjangnya kembali ke tempat di mana ia mengambil koran.
Mengembalikan benda berpedal dua itu dan mengambil tas sekolahnya yang selalu ia titipkan di sana setiap kali ia akan mengantar koran.
Jaejoong mengangguk sopan kepada pria paruh baya yang menjadi atasannya di sana.
Ia tersenyum dan segera berlari menuju halte bus.

  “Kasihan sekali, ya? Kecelakaan yang mengerikan”


Jaejoong berjengit.
Ia mengangkat wajahnya melirik dua gadis yang berseragam sama sepertinya sedang membaca berita di koran pagi.

  “Padahal kejadian ini sudah lewat seminggu yang lalu, tapi orang-orang masih membicarakannya”

  “Soalnya tragis sekali sih, persaingan bisnis memang mengerikan, siapa yang menyangka kalau direktur besar perusahaan tersohor di Korea Selatan akan mati dengan cara seperti itu”

  “Polisi kan masih mengusut kasusnya, belum jelas itu pembunuhan atau hanya kecelakaan biasa”

  “Kabarnya perusahaan yang diperbincangkan itu bangkrut total, semua investor menarik saham mereka secara gila-gilaan”

Jaejoong menahan nafasnya.
Ia terus menatap tajam kedua gadis cantik itu.

  “Kau tahu desas-desus tentang putra tunggal pemilik perusahaan itu tidak? Beruntung sekali ya Hangeng Kim menyembunyikan dirinya rapat-rapat sejak lahir, kalau tidak ia pasti tidak akan bisa hidup tenang karena wartawan dan polisi”

  “Beruntung? Menurutku malah menyedihkan sekali. Ayahnya mati karena kecelakaan lalu lintas yang sepertinya sudah direncanakan dan ibunya bunuh diri karena perusahaan yang bangkrut dalam sekejap, kira-kira seperti apa yang hidupnya sekarang?”

  “Oh! Busnya sudah sampai!”

Pintu bus terbuka.
Dan beberapa siswa berseragam segera turun menginjak halte.
Termasuk namja cantik berambut almond itu.
Jaejoong merapikan jas seragamnya.

Ia menghembuskan nafas panjang dan berjalan jauh-jauh dari kedua gadis penggosip tadi.

Dahinya mengernyit.
Kemudian ia melangkah dengan cepat.

  “Selamat pagi!”

Mata besar Jaejoong bergerak, memperhatikan beberapa siswa yang saling menyapa.
Tapi tidak satupun sapaan itu ditujukan kepadanya.
Jaejoong tersenyum tipis.
Tentu saja tidak ada yang menyapanya.
Ia berani bertaruh tidak ada satupun anak-anak kaya di sini yang mengenal dirinya.

Ia selalu menyembunyikan dirinya dari semua orang.
Tidak pernah bersuara di dalam kelas dan menjauhkan diri dari organisasi apapun.

Kim Jaejoong seolah hanya sekedar bayangan tipis yang berlalu-lalang di lingkungan sekolah.
Tapi tidak masalah, Jaejoong sudah terbiasa dengan keadaan seperti ini.
Ayahnya selalu berusaha untuk membuat ia tidak dikenali orang-orang.
Tapi sepertinya tidak untuk hari ini.

Jaejoong mendapatkan kelasnya dalam kedaaan bising ketika ia memasuki ruang kelas tersebut.
Pria cantik itu segera duduk di kursinya yang berada di pojok belakang kelas di samping jendela.
Memasang telinga akan apa yang teman-teman kelasnya hebohkan.

  “Jung Yunho pindah ke sekolah kita! Ya Tuhan! Bisa kau bayangkan itu?!”

  “Jung Yunho yang itu? Pewaris tunggal perusahaan Jung? Bukankah dia bersekolah di London?”

Jaejoong menaikkan alisnya.
Jung Yunho, eh?
Pria cantik itu menumpukan wajahnya di atas meja.
Ia menghembuskan nafas ke atas membuat poninya bergoyang lucu.

Ia pernah bertemu Jung Yunho di salah satu pesta yang pernah diadakan ibunya di rumah saat ia masih kecil dulu.
Anak lelaki yang sangat arogan dan tidak banyak bicara.
Ibunya melarang dirinya untuk berdekatan dengan Jung Yunho karena anak bermata musang itu akan mengacaukan bisnis keluarga mereka kalau sedikit saja Yunho tidak senang karenanya.

Tapi sepertinya Yunho tidak mengingatnya.
Mana mungkin namja tampan itu ingat.
Berbicara saja tidak pernah.

TEET..TEET..

Eoh?

Jaejoong terkejut ketika bel istirahat berdering nyaring.
Ia mengerjapkan mata bulatnya memperhatikan anak-anak kelas yang sudah berjalan keluar kelas.
Sepertinya tidak ada guru yang masuk sejak pagi, mungkin karena kedatangan Jung Yunho itu. Pikir Jaejoong seraya melangkahkan kakinya menuju perpustakaan.

Namja cantik itu mengeluarkan susu kotak yang ia bawa dari laci mejanya dan meminumnya selama perjalanan.

DEG.

Jaejoong terkejut—nyaris tersedak.
Ketika mata bulatnya bertemu dengan sepasang mata musang yang tajam di hadapannya.

Jung Yunho di sana.
Tepat di hadapan dirinya.
Berdiam diri menatap Jaejoong.

Namja cantik itu meremas kotak susunya tanpa sadar.
Mengerutkan dahi menatap Yunho yang masih diam seakan menilai dirinya.
Oh tidak—Jaejoong bisa mendengar bisik-bisik tidak jelas dari siswa sekolahan yang ada di sekitarnya.
Ini tidak bagus untuk persembunyian dirinya.

Alis Jaejoong menyatu ketika mendapatkan bibir namja tampan itu menyunggingkan senyuman tipis.
Kemudian namja itu pergi begitu saja meninggalkan dirinya.
Jaejoong menahan nafas.
Ia terdiam beberapa detik dan memiringkan kepalanya.

Lalu ia kembali melanjutkan langkahnya memasuki perpustakaan.
.
.
.
Jadi itu Kim Jaejoong eh?
Anak yang selama ini disembunyikan oleh Hangeng Kim dengan baik.

Yunho menyeringai dalam diam.
Ia mengeluarkan ponselnya dan segera menghubungi Choi Siwon—asisten pribadinya.

  “Lakukan” Ujarnya singkat dan segera mematikan panggilannya.

Mata musang Yunho bergerak pelan, memperhatikan siswa sekolahan yang mengagumi dirinya dari jauh.
Tentu saja tidak ada yang berani mendekatinya secara terang-terangan.
Tidak ada yang ingin mencari masalah dengannya.
Ia tampan—tapi tidak ramah sama sekali.

Yunho beranjak dari duduknya ketika ia melihat sosok Jaejoong yang berjalan memasuki kantin.
Mata musangnya terus memperhatikan Jaejoong yang duduk di salah satu kursi kosong dan membuka kotak bekalnya.
Jemari Yunho mengerat pada pinggiran meja kantin.
Kemudian ia menyeringai.

Jaejoong mendengar suara-suara berisik di sekitarnya, tapi ia tidak peduli.
Perutnya sudah kelaparan dan ia harus segera menghabiskan bekalnya dengan cepat sebelum bel usai istirahat berdering dengan nyaring.

  “Kim Jaejoong”

Eoh?

Jaejoong mengangkat wajahnya dan terkejut setengah mati mendapati sosok tampan Yunho yang sudah berdiri di seberang mejanya.
Mata besarnya mengerjap gugup memandang mata musang yang tajam itu.

  “Mulai sekarang kau adalah milikku” Ujar Yunho tegas.

DEG.

Jaejoong membesarkan mata bulatnya dalam sekejap.
Menatap tidak percaya Yunho yang sudah menunduk dan mencuri kecupan singkat di bibir ranumnya.
Ciuman pertamanya.

MWO?!

Namja cantik itu refleks menutup mulutnya setelah Yunho menjauhkan wajahnya.
Lalu namja tampan itu melangkah begitu saja meninggalkan Jaejoong yang membeku di kantin.

  “AAAAAHHH!!”

Suara-suara teriakan bermunculan dari kantin beberapa detik kemudian.
Jaejoong bergetar hebat.
Ia menjatuhkan tutup kotak bekalnya tanpa sengaja.
Namja cantik itu segera menunduk dan meraih tutup bekalnya dengan cepat dan berlari menjauhi kantin.

  “Co—Cogiyo!” Panggil Jaejoong serak.

Namja tampan yang hendak memasuki kelasnya itu berhenti melangkah.
Ia berbalik dan menatap Jaejoong yang berkeringat di hadapannya.

  “A-Apa maksudmu? Kenapa—”

  “Kita pernah bertemu”

DEG.

Apa?

Jaejoong terdiam.

  “Ibumu pernah mengadakan pesta beberapa tahun yang lalu”

Nafas Jaejoong tercekat.
Namja cantik itu merasakan perutnya melilit—oh tidak.

  “Dan aku melihatmu, kau yang tidak pernah berhenti memperhatikan diriku”

Bibir Yunho menarik sebuah seringai culas mendapati wajah pucat Jaejoong.
Oh—ini sungguh menarik, pikirnya.

  “Ternyata orang tuamu tidak cukup berhasil menyembunyikan kehadiranmu, eh? Kim Jaejoong” Bisik Yunho menaikkan alisnya.

Jemari Jaejoong mengepal erat.
Mata besarnya berkaca-kaca menatap Yunho.
Namja tampan itu berbalik dan memasuki kelasnya, tidak mengacuhkan Jaejoong yang masih berdiam diri di depan pintu.


-------


Jaejoong mengerutkan dahinya melihat seorang pria bertubuh tinggi dengan wajah tampan yang berdiri di depan pintu rumahnya.
Ia segera berlari kecil dan menghampiri pria berjas tersebut.

  “Nuguseyo?” Tanya Jaejoong menaikkan alisnya.

  “Namaku Choi Siwon, tuan muda Jung memerintahkanku untuk menunggu anda mengepak barang-barang yang diperlukan” Ujar pria tinggi itu sopan.

  “Apa? Barang-barang apa?”

  “Rumah ini telah dibeli oleh salah seorang investor, anda akan tinggal bersama tuan muda Jung”

Jaejoong terdiam.
Namja cantik itu merasakan kakinya lemas—ia nyaris terjatuh kalau saja Siwon tidak menahan dirinya.
Mata besar Jaejoong mengerjap bingung.
Ia melirik pintu rumah besar tersebut dan merasakan pipinya basah.

Apakah harus seperti ini?
Belum puaskan orang-orang di luar sana untuk menggerogoti keluarganya?

  “Ini perintah langsung dari tuan muda, anda bisa mengepak barang yang anda perlukan sekarang, saya akan menunggu” Ujar Siwon kembali memperingatkan.

Namja cantik itu menutup mulutnya menahan isakan.
Ia mendorong kasar tubuh Siwon dan segera berlari memasuki rumahnya.
Rumah yang penuh dengan kehangatan.
Yang entah sejak kapan terasa sangat dingin.

Jaejoong berjalan menaiki tangga.
Memasuki kamar milik kedua orang tuanya yang gelap.
Pria cantik itu menghidupkan saklar lampu dan terduduk lemas di atas lantai.
Tali yang digunakan Heechul untuk bunuh diri masih tergeletak di dekat lemari pakaian.

Namja cantik itu memeluk lututnya dan menangis tersedu-sedu.

Ia masih berduka.
Kenapa tidak ada yang simpati sedikit saja kepadanya?

Para pelayan pergi meninggalkan rumah ini di hari yang sama ketika polisi menurunkan tubuh sang nyonya besar dari tali.
Investor perusahaan berlomba-lomba untuk melarikan diri bersama saham-saham mereka.
Bahkan salah satu dari mereka merebut rumah ini darinya entah untuk apa.
Dan sekarang Jung Yunho datang mengacaukan hidupnya.

Namja cantik itu mengusap wajahnya yang basah.
Ia bangkit dan mendekati meja rias milik ibunya.
Menggerakkan tangannya menyentuh tali tersebut.

  “Tuan”

DEG.

Jaejoong terkejut.
Ia berbalik dan menatap Choi Siwon yang telah berdiri di ambang pintu kamar tersebut.
Mata sipit Siwon bergerak, memandang tangan Jaejoong yang masih menggenggam tali tersebut.

  “Mengikuti perbuatan ibu anda tidak akan menyelesaikan masalah” Ujar pria tinggi itu sopan.

Jantung Jaejoong berdegup kencang.
Ia kembali menoleh menatap tangannya dan refleks membuang benda tersebut.
Ya Tuhan—sejak kapan ia—

  “Tuan muda sudah menunggu anda di apertemen”

  “Y—Ya”

Jaejoong menjilat bibirnya dan mengusap wajahnya dengan lengan baju—walaupun air matanya terus berjatuhan.
Ia berjalan menuju kamarnya dan memasukkan beberapa barang penting ke dalam tasnya.
.
.
.
  “Lama sekali”

Jaejoong tidak menyahut.
Namja cantik itu masih diam menatap Yunho yang duduk di sofa dengan mata sembabnya.
Namja tampan itu tampak sibuk mengurusi berkas-berkas pekerjaannya di sana.
Setelah merapikan kertas-kertas tersebut, ia bangkit menghampiri Jaejoong.

  “Hanya ini?” Tanya Yunho melirik tas ransel Jaejoong.

  “Ya” Bisik Jaejoong parau.

Pria tampan itu menaikkan alisnya.
Ia menarik tangan Jaejoong dan membawa namja cantik itu menuju kamarnya—yang sekarang akan menjadi kamar mereka.

  “Susun barang-barangmu dengan rapi, kau bisa segera tidur kalau kau mau”

  “Aku tidak akan tinggal di sini”

Eoh?
Yunho berbalik.
Menatap mata besar Jaejoong yang balas memandangnya.

  “Aku akan mencari tempat tinggal yang baru dan—”

Jaejoong tercekat saat Yunho mendorongnya hingga membentur dinding.
Pria cantik itu meneteskan air matanya melihat wajah Yunho yang dingin.
Hanya mata musangnya yang berkilat-kilat penuh emosi.

  “Kau adalah kekasihku, Kim Jaejoong. Dan kekasihku tinggal bersamaku” Desis Yunho tajam.

Dahi Jaejoong mengernyit.
Menatap Yunho dengan buram.
Isakan mulai lolos dari bibirnya.

  “Aku—tidak mau..Semua yang tinggal bersamaku—akan pergi meninggalkanku..” Ujar Jaejoong tersendat-sendat.

Tangis Jaejoong pecah tepat ketika Yunho memeluk erat dirinya.
Isakannya tidak berhenti walaupun namja tampan itu sudah mengusap-usap punggungnya.

  “Aku tidak akan pernah meninggalkanmu” Ikrar Yunho di telinga namja cantik itu.

Jaejoong menggeleng, ia mencengkram kuat punggung Yunho tanpa sadar.
Namja tampan itu segera menggendong Jaejoong dan membawanya berbaring di atas ranjang.
Ia duduk di sisi namja cantik itu dan mencium bibir ranum yang bergetar itu.

  “Tidurlah” Perintah Yunho mutlak.

Mata besar Jaejoong mengerjap.
Membiarkan Yunho mengeringkan mata dan wajahnya dengan lembut.
Pria tampan itu menaruh telapak tangannya di atas mata Jaejoong dan menurunkan kelopak basah itu ke bawah hingga Jaejoong memejamkan matanya.
Kemudian ia menyurukkan wajahnya di leher Jaejoong—menciptakan satu kissmark disana dan berbisik lembut di telinga namja cantik itu.

  “Aku mencintaimu—sejak pertama kali aku melihatmu”


-------


Mata besar itu mengerjap dengan berat.
Jaejoong mengerutkan dahinya dan memandang langit-langit berwarna putih.
Eoh? Ini bukan kamarnya.
Pria cantik itu tersentak dan segera terduduk di atas ranjang—tepat di saat pintu kamar terbuka dan Jung Yunho muncul di sana.

  “Selamat pagi” Sapa namja tampan itu seraya menghampiri Jaejoong dan mencium bibir ranumnya.

Jaejoong mencengkram dada Yunho tanpa sadar ketika namja tampan itu melumat mulutnya dengan basah.
Pria cantik itu terkejut saat lidah Yunho menekan lidahnya hingga ia refleks mendorong namja tampan itu menjauh.

Nafas Jaejoong tersengal.
Sementara Yunho sudah mengusap bibir bengkak Jaejoong dengan ibu jarinya.

  “Hari ini tidak perlu ke sekolah, istirahat sampai aku pulang, dan mulai sekarang berhentilah bekerja di manapun kau bekerja”

  “A—”

  “Aku sudah mengisi rekeningmu, kalau kurang kau bisa memberitahuku”

  “Yunho—”

  “Dengar, Kim Jaejoong. Mulai saat ini perintahku adalah mutlak, aku akan menghukummu kalau kau melanggarnya, mengerti?”

Jaejoong mengangguk.
Matanya masih menatap ragu kepada Yunho.
Namja tampan itu melepaskan rengkuhannya di bahu Jaejoong dan segera merapikan jas seragamnya.

  “Jangan lupa sarapan, aku pergi dulu”

Jaejoong memandangi Yunho yang sudah beranjak meninggalkannya seorang diri.
Namja cantik itu meraba bibirnya yang berkedut.
Ia merasakan pipinya panas.
Ya Tuhan—ia tidak siap.

Seharusnya ia masih sendirian sampai detik ini.
Seharusnya ia tidak dikenali siapapun sampai detik ini.
Seharusnya begitu.

Kenapa skenarionya berubah?
.
.
.
Ini sudah siang, tapi Jaejoong baru saja selesai mandi.
Ia sedang duduk di sofa dan menonton televisi.
Hampir seluruh channel televisi memberitakan tentang bangkrutnya perusahaan Kim.
Namja cantik itu menyeruput mie yang dipesannya melalui telepon.

Ia sedang malas memasak.

CKLEK.

  “Aku pulang”

DEG.

Jaejoong terkejut.
Namja cantik itu meletakkan mangkuk mie-nya di atas meja dan melihat Yunho yang berjalan menghampirinya.

  “Apa yang kau makan?”

  “Uhm—mie”

  “Kenapa tidak makan nasi?”

  “Aku sedang tidak ingin makan itu, ngomong-ngomong, cepat sekali kau pulang”

  “Aku sudah kelas 3, tinggal persiapan ujian saja, tidak sepertimu yang masih kelas 1”

Jaejoong mendengus.
Ia kembali memakan mie instannya dan membiarkan Yunho duduk di sampingnya.

  “Kenapa menonton ini? Aku tidak suka” Ujar Yunho seraya menukar acara televisi.

Jaejoong tidak menyahut.
Pria cantik itu masih sibuk dengan mie-nya.

  “Yunho..Kenapa kau melakukan ini?”

Namja tampan itu menoleh, memandang Jaejoong yang menatap dirinya.
Ia tersenyum sombong, kemudian mengecup bibir ranum Jaejoong dan menjilat bibirnya sendiri setelah itu.

  “Jadi alasan cinta saja tidak cukup eoh?” Ujarnya arogan.

Jaejoong mengalihkan pandangannya.
Menatap ke mana saja selain Yunho.
Namja tampan itu mendekatkan wajahnya di sisi wajah Jaejoong—menempelkan bibirnya di telinga namja cantik itu.

  “Tidak ada yang perlu kau khawatirkan selama kau berada di sisiku”

Jaejoong mengernyit.
Ia mendorong Yunho dan menatap langsung sepasang mata musang yang tajam itu.

  “Bisakah—bisakah aku percaya padamu?” Lirih namja cantik itu nyaris berbisik.

  “Ya, karena tidak ada yang boleh kau percayai selain diriku” Balas Yunho kembali menabrakkan bibir mereka berdua.

Jaejoong merasakan punggungnya bersentuhan dengan sofa.
Namja cantik itu berjengit ketika Yunho melepaskan pakaiannya.

  “Yu—Yunh—mmhh!”

Bibir Yunho membungkam desahan Jaejoong dengan baik sementara jemarinya menggerayangi tubuh namja cantik itu.
Jaejoong bergerak tidak nyaman hingga Yunho terpaksa melepaskan tautan bibir mereka—tanpa menghentikan tangannya di bawah sana.
Namja tampan itu menahan bibirnya yang berkedut.
Ia suka melihat wajah cantik yang memelas itu.

Seolah tidak ada satupun selain Yunho yang menjadi tempat bertumpu namja cantik itu.

  “Berjanjilah kepadaku..Ji-jika kau tidak akan pernah menyakitiku setelah aku memberikan segalanya untukmu..” Bisik Jaejoong dengan kedua matanya yang berkaca-kaca.

Yunho menyeringai.
Ia menggigit telinga Jaejoong hingga namja cantik itu mendesah lepas dan tersenyum puas di sana.

  “Selama kau patuh kepadaku dan membuka kakimu untukku, BooJae” Bisiknya penuh dosa.

Air mata Jaejoong jatuh ketika ia melebarkan kakinya dan membiarkan Yunho mendesah senang di atasnya.

Hatinya berdenyut sakit.
Ia telah menjual tubuhnya untuk cinta yang diberikan Yunho kepadanya.
Karena tidak ada lagi tempatnya berlindung selain Yunho.
Ia tidak akan pernah meninggalkan Yunho sampai kapan pun.

Kecuali jika namja tampan itu sendiri yang memintanya untuk pergi.


-------


Yunho membuka matanya dengan perasaan berbeda pagi ini.
Tentu saja berbeda.
Ia bangun dengan Jaejoong yang berada di dalam pelukannya.
Oh—dengan bonus, namja cantik itu dalam keadaan telanjang.
Bibir Yunho menyunggingkan seringai puas.

Ia menggerakkan tangan yang menjadi bantalan kepala Jaejoong dan menjatuhkan telunjuknya di garis tulang punggung namja cantik itu.
Menurunkannya ke bawah hingga ia menemukan lubang yang terganjal oleh sesuatu di sana.
Yunho bergeser, mengecup pelipis Jaejoong yang masih terlelap dalam damai.

  “Tidak lama lagi, BooJae, setelah Jung Jinki mati, tidak akan ada lagi yang mengaturku dan menghalangi kita” Desis Yunho pelan.

DRRRTT...DRRRTT...

Yunho berjengit.
Ia menoleh dan meraih ponselnya yang bergetar panjang di atas meja nakas.
Menaikkan alisnya melihat nama yang tertera di layar ponsel mewahnya.

  “Ne Appa” Sahut Yunho dingin.

  Kau tidak masuk kantor dua hari ini dan bolos sekolah, beritahu aku apa maumu, Little Jung?” Balas Jinki tak kalah dingin.

Yunho menaikkan alisnya.
Ia menundukkan mengintip Jaejoong yang masih bernafas dengan teratur di dadanya.

  “Aku flu”

  Kau tidak pernah flu seumur hidupmu, jangan mencoba mengakaliku, Yunho

  “Baiklah, kalau begitu ini pertama kalinya aku flu”

Yunho mendengar dengusan keras di sana.

  Kau membuatku memindahkan sekolahmu yang akan tamat ke Seoul dan sekarang kau kembali berulah. Aku tidak mau mendengar ocehan apapun lagi, aku sudah mengaturmu untuk kembali ke London dan berkuliah di sana

  “Ya”

KLIK.

Yunho menggertakkan giginya kesal.
Ia benci pria sialan itu! Ia benci Jung Jinki!
Ia sudah tidak sabar untuk menyaksikan kematian pria sialan itu.
Dokter sudah memvonis bahwa ayahnya membutuhkan donor jantung secepatnya.

Yunho tahu bahwa sekaya apapun mereka tetap saja tidak akan mudah untuk mendapatkan jantung yang cocok.
Jadi ia akan terus membuat ulah sampai Jinki tidak sanggup lagi untuk bernafas.

Sudah cukup pria sialan itu mengatur-ngatur hidupnya.
Yunho sama sekali tidak menyesal telah membuat ibunya menangis karena kepindahannya yang mendadak ke Seoul.
Jung Keybum masih bisa hidup sendiri di London tanpa dirinya—wanita cantik itu punya banyak pelayan yang akan menemani hari-harinya.

Tapi Jaejoong tidak.

Yunho menunduk, memperhatikan wajah cantik Jaejoong yang terpejam.
Ia segera kembali ke Seoul secepat yang ia bisa ketika kabar tentang keluarga Jaejoong sampai ke telinganya.
Jaejoongnya tidak boleh sedih.
Jaejoongnya tidak boleh sendirian.

Karena namja cantik itu harus selalu tersenyum untuknya.

TBC :D

4 komentar:

  1. hooo..yunho benci banget sama jinki ya, knapa? jae kasian banget. hidup yang tragis. meluncur ke chap selanjutnyaaaa.

    BalasHapus
  2. Jadi yun cinta pake banget ke jae ? 😍

    BalasHapus
  3. Yunho bener bener possesive bgt ih. Jadi gemes. :p

    BalasHapus
  4. Yunho bener bener possesive bgt ih. Jadi gemes. :p

    BalasHapus