This zone is only YunJae Fanfictions and this is our world

Minggu, 24 Juli 2016

FF/YAOI/YUNJAE/CHAPTER/SLIPPIN AWAY/PART 5



I dont want you to go even if you’re tellin’ me
You’ve gotten over me boy

Cause lately I realized without you
I can’t live another day

  “Karena orang yang paling banyak tersenyum adalah orang yang paling banyak terluka”

PART 5.

London, 2 tahun kemudian.

TOK TOK TOK.

  “Masuk”

CKLEK.

Namja tampan itu melirik ke arah pintu dan kembali menyibukkan diri dengan pekerjaannya.
Tidak mengacuhkan Go Ahra yang berjalan anggun menghampiri dirinya.
Gadis cantik itu tersenyum tipis.
Ia sudah terbiasa tidak dipedulikan oleh namja tampan itu.

  “Apa maumu?” Tanya Yunho dingin.

Ahra hanya tersenyum tipis.
Gadis berambut hitam itu duduk bersandar di kursi yang tersedia tepat di seberang meja Yunho.
Ia bersidekap hingga membuat rambutnya terjatuh ke belakang dan membuat bahunya yang cantik terlihat jelas.

  “Aku ingin makan malam bersama denganmu” Ujar gadis cantik itu lembut.

  “Tidak” Sahut Yunho tak acuh.


Ahra memutar bola matanya jengah.
Ia berdehem dan menyilangkan kaki jenjangnya yang berbalut sepatu tinggi berwarna putih—seperti gaun selututnya yang indah.

  “Ibumu yang mengaturnya, Yunho, kau tidak bisa menolak”

  “Keluar dari ruanganku”

  “Yunho—”

  “Keluar sebelum aku mencekikmu, nona muda”

Ck.
Gadis cantik itu berdecih melupakan kesopanannya.
Ia berdiri dan menghentakkan kakinya kesal seraya menggebrak meja kerja Yunho hingga namja tampan itu refleks berhenti menggerakkan tangannya.

  “Siwon akan mencambuk tanganmu karena sudah begitu lancang menggangguku” Ujar Yunho kejam.

Ahra terkejut.
Dalam sekejap ia segera menarik kembali tangannya dan menggigit bibir bawahnya erat.
Gadis cantik itu berjalan mundur secara perlahan dan menggeleng pelan.
Menatap tidak terima kepada namja tampan itu.

  “Kau tidak bisa melakukan ini kepadaku, Jung Yunho! Appaku akan tahu!” Jerit gadis cantik itu ketakutan.

  “Oh, ya? Ayahmu yang mana? Pria brengsek yang sedang berkeliling dunia bersama para pelacurnya?” Balas Yunho menyeringai.

Gadis berambut hitam itu menggertakkan giginya.
Menatap Yunho dengan kedua matanya yang sudah berkaca-kaca.
Namja tampan itu bersidekap seraya mengucapkan sesuatu melalui earphone-nya.
Dan beberapa detik kemudian Choi Siwon masuk ke dalam ruangan bersama sebuah tali tipis berbulu yang terbuat dari kulit.

Wajah Ahra mulai pucat.
Sementara Yunho hanya menyunggingkan senyuman mengejek dan kembali fokus pada pekerjaannya.

  No! Dont touch me, you bastard!” Jerit Ahra meronta.

Tapi Siwon tidak peduli.
Baginya perintah Yunho adalah mutlak.
Namja berlesung pipi itu mendorong Ahra menghadap dinding dan menarik kedua tangannya ke belakang—mencengkramnya erat dan dalam hitungan detik jeritan gadis cantik itu terdengar lantang.

Tetesan darah berjatuhan membasahi hambal berbulu yang menghiasi lantai marmer ruangan Yunho.
Tapi namja tampan itu masih melakukan pekerjaannya dengan santai.
Seolah-olah jeritan Ahra adalah lagu sehari-harinya.
Setelah memastikan telapak tangan gadis cantik itu tersayat dengan lebar, Siwon segera mengundurkan diri.

Dan detik itulah Yunho mengangkat wajahnya—dengan seringai kejam yang bisa menggetarkan siapapun yang melihatnya.
Termasuk Ahra yang sudah lemas tak berdaya di sudut ruangan.

  “Bukankah aku sudah memerintahmu untuk pergi? Kau selalu tidak pernah mendengarkanku, nona muda”

  You are jerk! Full of madness! I will claim you for this!!

  “Keluar dari ruanganku”

  “Kau akan mendapat balasannya, Jung Yunho!”

Gadis cantik itu berlari keluar ruangan dengan darah yang sudah merembes menodai gaun putihnya.
Isak tangisnya begitu keras dan semakin keras ketika ia keluar dari ruangan Yunho—mencoba menarik simpati para karyawan yang sedang bekerja.
Tapi Ahra tidak pernah belajar dengan baik—bahwa tidak pernah ada satupun dari mereka yang peduli kepadanya.

Karena Yunho sudah memerintahkan kepada mereka untuk tidak pernah menganggap gadis itu ada.
.
.
.
  “Aku pulang”

  “Neo wasseo?”

Yunho tidak menyahut.
Ia hanya memandang singkat wanita paruh baya itu dan mengangguk.
Kemudian berjalan menaiki tangga dan memasuki kamarnya.
Melemparkan jas mahalnya sembarang tempat dan segera menjatuhkan diri di atas ranjangnya.

Menghela nafas panjang seraya memejamkan matanya dengan dahi yang berkerut.

Dua tahun sudah ia pergi meninggalkan Seoul.
Dua tahun pula ia kehilangan akses untuk mencari tahu tentang kekasihnya.
Namja cantik yang tidak pernah pergi dari hati dan pikirannya.
Yunho membuka mata musangnya.

Memandang langit-langir kamarnya dengan penuh kekesalan.

Jung Jinki memang sudah hilang.
Tapi apa yang ditinggalkannya tidak bisa pergi.
Pria dengan kedengkian itu telah menutup segala akses bagi Yunho untuk dapat menemukan kembali namja cantiknya.

Seolah-olah Jinki meninggalkan matanya.

Yunho menggeram.
Ia mencengkram erat seprainya hingga kusut.
Tidak mengacuhkan air mata yang menetes jatuh dari mata kirinya.
Sial.

Ia rindu Jaejoong.
Begitu merindukan Jaejoong hingga rasanya ia sekarat saat ini.

  “Kim Jaejoong..” Lirih Yunho sebelum ia memejamkan mata musangnya yang basah.

Ia tidak bisa bertahan lebih lama lagi dari ini.
Tapi Jung Keybum telah merantai kakinya.
Wanita itu selalu menggunakan air matanya setiap kali Yunho memutuskan untuk kembali ke Seoul.
Dan Yunho tidak pernah bisa menang melawan Ummanya.
Karena wanita cantik itu tidak seperti ayahnya.

Jung Keybum hanyalah seorang wanita yang berisikan kerapuhan.

Yunho tidak tega.


-------


  “Kau tidak dengar apa yang dikatakan Umma semalam? Hari ini tidak ada jalan-jalan, Tiffany, kau harus segera pulang ke rumah dan mengikuti pertemuan keluarga bersama kembaranmu”

  Oppa curang! Kenapa hanya kami berdua? Aku akan meminta Umma untuk menyuruh Oppa pulang juga!

  “Giliranku sudah minggu lalu, sekarang giliran kalian, lagi pula sudah saatnya kau dan Chansung berhenti bermain-main, kalian harus membantuku mengurus perusahaan Appa cepat atau lambat”

  Sirheo! Suruh saja si bodoh Chanana itu untuk membantumu, masa depanku adalah menjadi model terkenal yang hebat!

  “Model? Puh, lucu sekali, Umma akan membotakimu kalau ia tahu”

  Junsu Oppa! Seharusnya kau mendukungku! Aish! Menyebalkan sekali!

  “Mendukungmu lalu ikut dibotaki oleh Umma? Maaf saja, aku masih sayang rambutku”

  Uh, kenapa aku harus terlahir di keluarga serba kaku seperti ini eoh? Aku benci!

  “Itu masalahmu, yang jelas kau dan Chansung harus ikut ke pertemuan itu sore ini, mengerti?”

  Junsu Oppa!! Yaish—

KLIK.

Namja imut itu menghela nafas panjang setelah mematikan panggilan dari adik cerewetnya.
Ia meletakkan ponselnya di atas meja dan menoleh saat bel pintu masuk cafe berbunyi.
Junsu segera berdiri dan kembali menghela nafas.
Menatap kesal sosok cantik yang sedang berjalan memasuki cafe.

  “Semalam aku ke rumahmu, tapi tidak ada orang, kau pergi ke mana?”

Jaejoong mendongak menatap Junsu yang bersidekap kepadanya.
Namja cantik itu memiringkan wajahnya—kemudian ia tersenyum.

  “Seharusnya kau mengabariku lebih awal kalau ingin berkunjung ke tempatku” Ujarnya membuat Junsu menurunkan tangannya dan menghela nafas pendek.

  “Aku lupa” Keluh namja imut itu lemah.

Jaejoong hanya tersenyum mendengarnya.
Ia mengelap kedua tangannya di apron yang ia kenakan dan berjalan menuju etalase roti untuk mengambil roti isi kesukaan Junsu.
Namja cantik itu refleks menoleh ke arah pintu cafe ketika ia mendengar suara bel yang berbunyi—itu Donghae, yang baru saja kembali dari supermarket.

Mata besar Jaejoong mengerjap mengintip sekilas jalanan yang tampak lengang di luar sana dari pintu cafe yang terbuka karena Donghae.
Ia tersenyum miring—tidak mungkin kan memberitahu Changmin dan Junsu kalau selama ini ia selalu menghabiskan waktu lebih lama untuk menunggu kedatangan Yunho di depan pintu apertemen mereka dulu?

Jaejoong tidak pernah ingin memasuki kamar apertemen itu lagi setelah Yunho pergi meninggalkannya dua tahun yang lalu.
Terlalu menyakitkan—ia tidak akan sanggup.

  “Joongie! Jangan melamun!”

DEG.

Namja cantik itu tersentak kaget di tempatnya.
Ia refleks mengerjapkan mata bulatnya dan beralih menatap Junsu yang sudah memandang bingung kepadanya.
Namja cantik itu mengangguk dan segera menghampiri meja Junsu seraya meletakkan roti isi milik namja imut itu.

  “Kau selalu membuatku khawatir, Joongie” Keluh Junsu mendengus.

  “Maafkan aku, ngomong-ngomong, mana Changmin?” Balas Jaejoong tersenyum.

Dahi Junsu mengerut.
Berusaha mengalihkan matanya dari wajah cantik sahabatnya.

  “Aku tidak tahu, monster makanan itu menghilang entah ke mana setelah perkuliahan usai” Gerutu Junsu kesal.

  “Hmm, tidak biasanya ia seperti itu” Gumam namja cantik itu bingung.

  “Oh iya, Jae, Appa baru saja membelikan apertemen untukku untuk hadiah jabatanku di kampus, uhm, di tempatku ada dua kamar, yang satunya untukmu, bagaimana?”

  “Ani, gunakan saja kamar itu untuk keperluanmu yang lain”

  “Aku tahu kalau uang sewa rumahmu itu sebenarnya memberatkan, Joongie, kau bisa pindah ke tempatku dan menggunakan uang sewa itu untuk biaya pendidikan”

Jaejoong menyentuh tangan Junsu dan tertawa lucu.

  “Sekolahku masih bisa menunggu, Junsu, ada banyak program home schooling atau kelas tertinggal di mana-mana”
 
  “Tapi—”

  “Tenang saja, aku sudah menabung untuk itu”

Namja imut itu memicingkan mata sipitnya—tapi Jaejoong hanya mengindikkan bahunya dengan senyumannya yang manis.
Membuat Kim Junsu menghela nafas dan kembali mengunyah roti isinya.

  “Yang jelas kapanpun kau membutuhkanku, aku selalu ada untukmu” Desah Junsu pelan.

Jaejoong mengangguk.
Ia menepuk-nepuk kepala Junsu dengan penuh sayang.

Maafkan aku, Junsu.
Tapi aku tidak bisa percaya lagi pada siapapun.
Termasuk dirimu dan Changmin sekalipun.

Karena pada akhirnya aku akan kembali sendirian.
Ketika tiba waktunya untuk kalian pergi dari sisiku.


-------


Awalnya Yunho hanya berniat untuk memberitahu yeoja paruh baya itu kalau ia akan lembur hari ini.
Namun tubuhnya membeku tepat di hadapan pintu kamar Jung Keybum yang terbuka kecil ketika suara seorang wanita menyapa telinganya.
Namja tampan itu segera merapat ke dinding dan mengerutkan dahinya seraya mencuri dengar percakapan yang telah mengusik kecurigaannya itu.

  “Aku tidak tahan lagi, Aunty, kau lihat sendiri tanganku yang diperban ini, kan? Anakmu itu bukan manusia!”

Oh—Yunho kenal baik suara itu.
Go Ahra, calon tunangannya.

  “Suatu saat nanti putraku pasti akan luluh, Ahra, bersabarlah sedikit lagi, apapun yang ia rusak darimu akan kuganti seratus kali lebih bagus”

  “Kau bisa berbicara segampang itu karena kau belum pernah merasakan kekejaman Yunho, pokoknya aku ingin perjodohan ini dibatalkan! Fucking shit dengan kekayaan putramu, aku sudah tidak peduli lagi!”

  “Kau tidak bisa mundur begitu saja, orang tuamu sudah menandatangani perjanjian denganku, keluargamu akan jatuh miskin kalau kau menyerah sekarang!”

  “Kau sungguh wanita bermuka dua! Aku tidak bisa membayangkan apa yang akan Yunho lakukan kepadamu kalau ia tahu ibunya sengaja menahan-nahan dirinya di London selama dua tahun ini!”

DEG.

Yunho terkejut.
Mata musangnya membulat sempurna.
Nafasnya tercekat seolah waktu berhenti berdetak untuknya.
Apa itu?

Apa yang baru saja gadis itu katakan?

Keybum sengaja menahan dirinya selama ini?

  “London adalah hidupku, Ahra, berpuluh tahun aku tidak pernah lagi menginjakkan kakiku di Seoul”

  “Eoh? Kau tidak ingin pergi dari London tapi juga tidak ingin ditinggal pergi oleh putramu? Egois sekali kau Aunty

  “Apa? Jaga bi—”

Yunho mengalihkan wajahnya.
Ia berjalan menjauhi kamar Ummanya dengan langkah kaki yang menghentak penuh emosi.
Namja tampan itu segera berjalan memasuki kamarnya dan membanting pintu tersebut dengan kasar.
Nafasnya menderu tidak teratur seraya menggertakkan giginya kesal.

Ia menggeram penuh amarah dan mengambil kopernya yang tersimpan rapi di sudut ruangan.
Melemparnya kasar hingga benda itu terbuka dengan sendirinya.
Yunho segera melemparkan barang-barang yang menurutnya penting ke dalam koper tersebut dan berdecak keras.

Jadi selama ini ia telah tertipu, eoh?

Tidak hanya Jung Jinki.
Bahkan ibunya pun ikut melakukan hal yang sama—memisahkan Yunho dari apa yang telah menjadi bagian dari hidupnya karena keegoisan.
Yunho sama sekali tidak menyangka kalau Jung Keybum bisa bertindak sekejam itu.
Menahan dirinya selama berbulan-bulan di London hanya karena wanita itu tidak ingin hidup dalam kesendiriannya.

Cih.

Rahang Yunho semakin mengeras ketika hal tersebut terlintas di benaknya.
Kalau saja wanita itu bukan ibunya—mungkin Jung Keybum akan bernasib jauh lebih buruk dari apa yang Ahra peroleh darinya.
Namja tampan itu menutup kopernya dengan kasar dan menguncinya seraya mengeluarkan ponselnya dari dalam saku jas.
Ia menghubungi nomor Siwon dan segera memberikan perintah kepada asisten berlesung pipi itu agar segera menyiapkan pesawat pribadinya menuju Seoul dalam waktu 20 menit,

Kemudian ia menyeret koper tersebut dan berjalan menuruni tangga dengan cepat.
Mata musangnya menangkap sosok ibunya yang sedang berjalan memasuki ruang tengah.
Kelihatannya ia baru saja mengantarkan Ahra yang sudah pulang dari rumah mereka.
Mata kucing Keybum memicing melihat raut wajah Yunho yang tidak bersahabat serta koper besar yang ditarik kasar oleh putra tunggalnya itu.

  “Yun? Kau mau ke mana?” Tanya yeoja cantik itu menaikkan alisnya.

Yunho mendengus.
Awalnya ia tidak ingin menyahut—tapi membuat wanita itu terkejut sepertinya tidak buruk.

  “Aku akan pulang ke Seoul” Ujar Yunho dingin.

DEG.

Keybum terkejut setengah mati.
Wanita paruh baya itu segera berlari menghampiri Yunho dan menarik koper namja tampan itu hingga Yunho berhenti melangkah dan berbalik menatap wajahnya.

  “A—apa?” Ujar Keybum kaget.

Yunho berdecih.
Ia tersenyum miring kepada ibunya.

  “Kau kaget, Umma? Aku akan pulang ke Seoul saat ini juga dengan atau tanpa persetujuan darimu!” Seru namja tampan itu marah.

Jung Keybum refleks menggelengkan kepalanya.
Tapi Yunho tidak peduli—pria tampan itu sudah lebih dulu menarik kasar pegangan kopernya dari tangan Keybum dan melanjutkan langkah kakinya menuju pintu depan diikuti Keybum yang sudah menangis ketakutan.
Wanita cantik itu dengan cepat memutar otaknya dan berusaha keras mencari cara agar Yunho tidak pergi darinya.

Tidak secepat ini.

  “Yunho! Tidak bisakah kita menunggu sampai bulan depan?” Jerit wanita cantik itu dengan isak tangisnya.

Namja tampan itu berjengit mendengar suara ibunya.
Ia berbalik dan menatap nyalang wajah Jung Keybum.

  “Dua tahun! Dua tahun sudah aku bersabar menunggu Umma untuk siap melepaskan London! Aku sudah muak! Jangan Umma pikir aku tidak tahu kalau selama ini Umma menipuku!” Teriak Yunho marah.

Keybum terkejut.
Ia meremas jemarinya dan menatap putranya dengan uraian air mata.

  “Ada banyak hal yang kukorbankan demi mengikuti keegoisan Umma! Kesabaranku sudah habis! Sejak Jung Jinki sialan itu mati, sudah tidak ada lagi yang menahanku untuk tetap tinggal di sini kecuali air mata Umma! Dan aku tidak akan tertipu lagi untuk yang kedua kalinya!”

  “Umma mohon, Yun—”

  “Kalau Umma bersikeras, Umma bisa tinggal sendiri di sini. Aku tetap berangkat ke Seoul malam ini juga!”

  “Tapi, perjodohanmu—”

  “Tutup mulutmu, Umma!! Aku sudah memiliki kekasih dan aku mencintainya!”

Jung Keybum tercekat.
Ia terduduk di sofa dengan ketakutan ketika putra tunggalnya berjalan menghampiri dirinya.
Rahang Yunho mengeras.
Ia menatap tajam mata Ummanya.

  “Ke—kekasih?”

  “Ya, dan aku telah meninggalkannya sendirian di Seoul karena kelicikan Umma!”

  “Kau tidak bisa kembali padanya, Yunho, Umma sudah menjodohkanmu dengan—”

  “Sekali lagi aku mendengar tentang perjodohan—kupastikan Umma tidak akan pernah melihat wajahku lagi!!” Desis Yunho kejam.

DEG.

Wanita cantik itu menjatuhkan air matanya.
Tangisnya pecah seraya menatap tidak percaya anak lelakinya yang telah mengancamnya.
Anak lelaki yang selama ini dibesarkannya dengan penuh cinta.
Keybum menutup wajah basahnya.

Menangis tersedu-sedu ketika Yunho beranjak pergi meninggalkan dirinya.

Yunhonya telah jauh berubah sejak kematian suaminya.
Namja tampan itu terlihat lebih menakutkan—bahkan melebihi kuasa Jung Jinki.
Setiap tatapannya menyiratkan kemarahan.
Seolah-olah hatinya pernah terluka begitu dalam.
.
.
.
Yunho menatap tajam pemandangan yang ada dari jendela pesawat.
Dua tahun adalah limit waktunya untuk mengurus kepemilikan warisan yang diberikan Jinki kepadanya.
Waktu yang cukup lama untuknya menuruti keinginan Jung Keybum yang tidak ingin pergi meninggalkan London.
Dan waktu yang panjang untuk menanti Kim Jaejoong.

Walaupun kebersamaan mereka sungguh singkat, tetap saja Yunho sekarat.
Jaejoong adalah candunya, cintanya, dan segalanya.
Berpisah dari Jaejoong membuat tidur Yunho tidak pernah pulas.
Yunho tidak tahu apa yang telah terjadi kepada namja cantik itu selama kepergiannya.

Apakah Jaejoong juga kehilangannya?
Apakah Jaejoong menunggu kepulangannya?
Apakah Jaejoong masih mencintainya?

Yunho gemetar setiap kali hal itu terlintas di benaknya.
Sudah cukup ia jauh dari namja cantik itu.
Ia tidak tahan lagi.
Kesabarannya sudah habis.

Setelah ini—apapun yang terjadi, Yunho tidak akan pernah melepaskan Jaejoong lagi.

Tidak sampai kapanpun.
Bahkan jika pria cantik itu sendiri yang meminta untuk pergi, Yunho akan tetap merantainya.

  “Tuan muda”

Yunho menoleh,  menatap Choi Siwon yang berdiri di sampingnya.

  “Kau sudah mendapatkannya?”

  “Ya, saya berhasil meretas akun e-mail yang terakhir menghubungi tuan besar”

Namja tampan itu menaikkan alisnya.
Ia mengambil tab yang diberikan Siwon kepadanya dan mengusap layar gelap tersebut hingga menyala.
Yunho sungguh penasaran akan pemilik akun tersebut.
Yang ia tahu ayahnya mengalami serangan jantung setelah pria paruh baya itu membuka e-mail dari seseorang.

Tapi ketika Yunho mencoba untuk membuka e-mail itu sekali lagi, akun tersebut telah terkunci. Sepertinya sudah dirancang kian rupa agar hanya terbuka sekali saja.
Menarik—sungguh menarik.
Pemiliknya sungguh pintar—jenius, luar biasa.
Hingga membuat Yunho dan Siwon membutuhkan waktu yang cukup lama untuk mengetahui identitas asli si pemilik akun.

  “Apa kau melihat isinya?” Tanya Yunho menatap asistennya.

Siwon menggeleng.
Namja berlesung pipi itu segera beranjak kembali ke kursinya meninggalkan Yunho yang menatap punggungnya tajam.
Namja tampan itu mendengus.
Kemudian ia segera membuka pesan berisi video tersebut.

DEG.

Mata musang Yunho membesar sempurna.
Ia refleks mematikan layar tab tersebut ketika video terputar.
Jantungnya berdebar sungguh kencang.
Tenggorokannya tercekat.

Itu video percintaannya dengan Jaejoong ketika mereka berada di sekolah!

Yunho terdiam sejenak.
Mengalihkan pandangannya memandang keluar jendela pesawat pribadi miliknya.
Bibir seksi itu menarik seringai culas yang dingin.

Jadi Jung Jinki mati karena ini, eoh? Pikirnya gemetar.

Ia ingat dengan jelas hari di mana ayahnya mendapat serangan—dan rumah sakit tidak bisa menolongnya karena ulah dirinya yang telah menyabotase namanya di bagian penerima donor jantung.
Yunho memasang headset-nya dan memakainya dengan cepat.
Kemudian ia kembali memutar video tersebut.

Namja tampan itu merasakan tubuhnya panas membara.
Membuatnya semakin tidak sabar untuk segera bertemu dengan kekasihnya.
Mata musang Yunho bergerak mencari nama akun pemilik e-mail tersebut.
Ia menaikkan alisnya.

  “Max?” Gumamnya pelan.

Yunho segera membuka data rahasia yang telah diretas oleh asisten pribadinya.
Dan detik itu juga ia kembali terkejut.

  User name: Max
Account : Max Shim

Shim?
Seingatnya hanya ada satu Shim yang bersekolah di sekolah yang sama dengannya dan Jaejoong.
Putra pewaris South Korean’s chemical industry.

Shim Changmin.

TBC :D

4 komentar:

  1. Wah. Wah
    Gak sabar nUnggu appa ketemu jaemma.
    Pokoknya seru bgt. Bikin gemes. pengen cepet2 baca lnjutannya.
    Udah gak sabar.
    Aduh kasian umma kalau nanti tau cwang yg bikin pisah sama appa.
    Psti sedih bgt.
    Ntar tambah bikin umma sedih. Aduuuh

    BalasHapus
  2. Wooow,woow,wooow,yun akhir'a dy kmbali jga k'korea,,dan utk si ular ahra mati jha sana..wkwkwk

    BalasHapus
  3. lanjuuut gx sabar

    BalasHapus
  4. haaaah gk sabar nunggu kira kira gimana sikap jaejoong waktu tau yunho pulang.

    BalasHapus