Genre:
YAOI
Author:
Shella Rizal a.k.a Park Sooji
Cast:
Yunjae and other
Length:
ONESHOOT
Rating:
family-hurt-angst-friendship
WARNING:
BOY x BOY! Yg ga suka YAOI mending cabut aja dari sini, cos author Cinta damai~
*kibar2
kutang Jae umma*
-------
I just have to
say its over
I think you feel
the same
I will find a
new path and get away from this
“Kau jauh dan kau pergi..”
.
.
.
“Yunnie! Kau sudah baca komik ini belum?”
Namja tampan itu menoleh—menatap sahabat
sejak kecilnya yang berwajah cantik.
Kim Jaejoong berlari menghampiri
kursinya seraya melambaikan buku komik yang masih dalam bungkusan plastik.
Yunho menaikkan alisnya, ia tersenyum
cerah ketika Jaejoong berdiri di hadapannya dengan nafas yang tersengal.
“Belum! Kau khusus membawanya untukku, ya? Sampai belum dibuka begitu”
Ujar Yunho hendak mengambil komik tersebut.
Jaejoong memeletkan lidahnya.
Ia terkikik jahil seraya menjauhkan
komiknya dari Yunho.
“Ternyata tebakanku benar! Hahaha, siapa bilang aku membawanya untukmu?
Aku hanya ingin pamer kepadamu! Ahahaha~” Tawa Jaejoong seraya
menggoyang-goyangkan komik barunya.
“Kau memilih orang yang salah untuk pamer!” Teriak Yunho seraya melompat
dari kursinya dan berusaha merebut komik yang sudah dibawa lari oleh Jaejoong.
Anak-anak kelas XII-3 yang sudah berada
di kelas tertawa melihat tingkah konyol kedua pemuda tersebut.
Yunho dan Jaejoong selalu saja ribut
setiap pagi—dan mereka suka itu.
Karena pada akhirnya namja cantik itu
akan kalah dalam jepitan ketiak Yunho.
Ah, 3 tahun kebersamaan mereka dengan
kedua pemuda berisik itu membuat anak-anak kelas jadi tidak rela harus berpisah
dengan keduanya saat hari kelulusan nanti.
Sebentar lagi mereka akan menjalani
ujian akhir.
Maka dari itu saat-saat seperti ini
harus dimanfaatkan sebaik mungkin.
“Jiyong ah! Tangkap!” Jerit Jaejoong seraya melempar buku komiknya.
Yunho mengalihkan pandangannya kepada
Jiyong yang sudah melempar komik tersebut ke tangan Jessica.
Gadis berambut blonde itu menjerit dan
refleks melemparkan komik yang ada padanya kepada Jonghyun.
Dari Jonghyun lalu berlanjut kepada
Donghae.
Namja tampan itu menyeringai saat
Donghae tanpa pikir panjang melempar komik milik Jaejoong kepada Siwon yang duduk
di dekat posisi Yunho berdiri.
“YA CHOI SIWON PABO!” Jerit Jaejoong yang berhasil menarik pinggang
Yunho hingga namja tampan itu sedikit mundur ke belakang.
Siwon segera melempar komik tersebut
kepada Tiffany yang duduk di dekat dinding—dua deret terpisah dari kursinya.
Anak-anak kelas tertawa melihat Yunho
yang berteriak kesal dan berusaha lepas dari pelukan Jaejoong.
Namun tawa tersebut berhenti ketika
pintu kelas terbuka dan Go Ahra muncul di sana.
Ah—dasar pengganggu. Gerutu anak-anak
kelas dalam diam.
“Yun, ayo temani aku sarapan” Ujar gadis berambut hitam itu tersenyum
manis.
Jaejoong segera melepaskan pelukannya di
pinggang Yunho.
Memperhatikan sahabat sejak kecilnya
yang segera berjalan menghampiri Ahra
tanpa menoleh kepadanya.
“Kenapa kau berkeringat seperti ini? Jangan bilang kau baru saja bermain
kejar-kejaran seperti anak kecil lagi dengan teman-temanmu itu” Keluh Ahra
seraya mengusap pelipis Yunho yang berkeringat dengan saputangannya.
Yunho hanya tersenyum mendengar ucapan
gadis cantik itu.
Ia segera merangkul bahu Ahra dan
membawanya jauh dari kelas.
Meninggalkan Jaejoong yang sudah
menghela nafas dan kembali duduk di kursinya.
Anak-anak kelas kembali
bersuara—membicarakan betapa menyebalkannya Ahra yang tidak bisa melihat kalau
mereka sedang bersenang-senang.
Gadis cantik itu selalu saja mengganggu
waktu kebersamaan mereka yang tinggal sedikit lagi.
Ahra masih kelas dua, tentu saja gadis
itu tidak mengerti tentang limit waktu yang dimiliki para anak kelas tiga.
Jaejoong menerima komik miliknya dari
Tiffany yang mengopernya melalui Sunny yang duduk di depan Jaejoong.
Namja cantik itu menghela nafas panjang
memandang komiknya.
Ia merobek bungkusan plastik tersebut
dan membuka komiknya dengan malas.
Mengerutkan dahinya membalik-balik
halaman dengan asal.
Ia dan Yunho tidak pernah terpisahkan
sejak kecil.
Selalu ada Yunho yang akan melindunginya
dari kesialan apapun yang menimpa dirinya.
Terutama ketika Jaejoong jatuh sakit
karena imunnya yang lemah—Yunho akan selalu ada untuk merawat dirinya.
Tapi kebiasaan-kebiasaan itu mulai
menghilang sejak kemunculan Go Ahra.
Go Ahra yang baru dua bulan ini menjadi
kekasih Yunho.
Jaejoong tersenyum kecut tanpa
sadar—meremas komik barunya dengan erat.
Sial. Hatinya terasa sakit sekali.
Kenapa Yunho harus mengejar anak kelas
dua itu?
Kenapa Yunho harus jatuh cinta pada
gadis berambut hitam itu?
Padahal di sini ada Jaejoong yang selalu
setia di sisinya.
Ada Jaejoong yang tidak pernah berhenti
untuk mencintainya.
Sejak mereka pertama kali bertemu.
“Pahit..” Gumam Jaejoong menggigit bibir bawahnya.
-------
“Yah, kenapa komiknya kusut? Apa karena dilempar-lempar tadi ya?”
Yunho mengerutkan dahinya seraya
membolak-balik buku komik milik sahabatnya dengan bingung.
Jaejoong hanya mengangkat bahu.
Namja cantik itu melirik Yunho
diam-diam.
Mereka sedang berjalan kaki menuju rumah
saat ini.
“Yunnie, kita mampir beli es krim dulu yuk?” Tanya Jaejoong menyadari
mereka hampir melewati kedai kecil yang terletak di simpang rumah mereka.
Yunho mengangguk.
Ia mengacak rambut Jaejoong seraya
tertawa jahat.
“Yang mengajak yang traktir!” Serunya lantang.
Jaejoong merengut protes.
Namja cantik itu segera berlari menuju
kedai dan membuka tutup lemari es krim yang ada di luar pintu kedai.
Ia segera merogoh sebungkus es krim yang
berisikan dua stik di dalamnya.
Jaejoong membayar es tersebut secepat
kilat dan membuka bungkusnya ketika Yunho sudah berada di hadapannya.
“Nih! Kutraktir!” Giliran Jaejoong yang tertawa jahat seraya menarik dua
stik es krim tersebut hingga es krim berbentuk segi empat itu terbelah dua.
Yunho mendengus—tapi ia tetap mengambil
potongan es krim yang ditarik Jaejoong.
“Dasar pelit!” Gerutu Yunho menggigit es krimnya.
Jaejoong kembali tertawa.
Namun kali ini ia tertawa senang.
Namja cantik itu kembali melanjutkan
langkah kakinya diiringi Yunho yang berjalan di sampingnya seperti biasa.
“Ujian kelulusan sebentar lagi, kau sudah memutuskan ingin berkuliah di
mana?” Tanya Yunho dalam hening.
Jaejoong mendongak.
Memandang mata musang Yunho yang selalu
dipujanya.
Ia mengangguk.
“Aku akan mendaftar di tempat kau mendaftar, aku akan selalu
menghantuimu sampai mati!” Ujar Jaejoong tertawa.
Yunho segera menepuk kepala namja cantik
itu.
“Ke Alaska sekalipun?”
“Ke Alaska sekalipun! Hahaha”
“Kenapa kau selalu mengikutiku, Joongie? Aih”
“Kita kan memang tidak pernah terpisah sejak kecil. Di mana ada Yunho di
situ ada Kim Jaejoong”
Yunho mengangguk membenarkan.
Namja tampan itu kembali menggigit es
krimnya.
“Lagipula—aku sama sekali tidak ingin berpisah denganmu..” Bisik
Jaejoong nyaris tidak terdengar.
Yunho merapatkan bibirnya—berpura-pura
sibuk dengan kunyahan es krimnya.
Namja tampan itu melewati Jaejoong yang
sudah berdiri di depan pintu pagar rumahnya.
Yunho ikut berhenti di hadapan pintu
pagar rumahnya sendiri.
Ia menoleh, menatap Jaejoong yang juga
memandangnya.
Namja tampan itu tersenyum tipis.
“Tapi aku akan berkuliah di tempat yang Ahra ingin masuki saat ia lulus
nanti” Ujarnya lembut.
DEG.
Jaejoong tertegun.
Mata besarnya mengerjap memandang Yunho
yang sudah menghilang di balik pintu pagar cokelat itu.
Namja cantik itu meremas pintu pagar
rumahnya tanpa sadar.
Ia memalingkan wajahnya dari rumah Yunho
yang bersebelahan dengan rumahnya.
Menyadari air matanya telah jatuh
membasahi pipi mulusnya.
Jaejoong tercekat.
Namja cantik itu melepaskan tangannya
dari pintu pagar dan berjalan menjauhi rumahnya.
Ia menghapus air matanya dan berlari
menuju danau yang tidak jauh dari perumahan tersebut.
Ia mendesah lega dalam hati melihat
tidak ada siapapun yang duduk di kursi pinggir danau tersebut.
Jaejoong melepaskan tasnya dan
menaruhnya di samping tempat ia duduk.
Mengulurkan tangannya menghapus air
matanya yang masih berjatuhan.
Sial. Terkadang Jaejoong tidak
tahan—tidak tahan dengan cinta yang bertepuk sebelah tangan ini.
Bertahun-tahun ia mencoba membuat Yunho
menyadari perasaannya.
Setiap saat selalu berusaha memberikan
yang terbaik untuknya.
Tapi namja tampan itu seolah-olah buta.
Yunho seperti sengaja mengabaikan
dirinya dan terus menggoreskan luka di hatinya.
Jaejoong ingin berhenti.
Ia ingin berhenti mencintai Yunho.
Tapi ia tidak pernah bisa—karena ia
sudah jatuh terlalu dalam.
Dan hanya Yunho yang bisa menariknya
keluar.
-------
Mata besar Jaejoong tidak pernah
berhenti memperhatikan namja yang dicintainya sejak kecil yang sedang
bercengkrama bersama kekasihnya di meja ujung.
Ia bahkan mengabaikan ramennya yang
sudah hampir mengembang.
Jaejoong iri—sangat iri dengan anak kelas
dua yang bernama Ahra itu.
Ia ingin sekali menggantikan posisi
Ahra.
Selalu menjadi mimpinya untuk bisa
mendapatkan tatapan penuh cinta dari Yunho seperti yang selalu namja tampan itu
berikan kepada Ahra.
Jaejoong tersenyum kecut.
Pada akhirnya mimpi hanyalah sebuah
mimpi—dan akan terus seperti itu.
“Hei!”
Jaejoong terkejut.
Namja cantik itu segera menoleh dan
menatap Junsu—teman sekelasnya yang tersenyum lebar kepadanya seraya meletakkan
mangkuk ramennya di seberang ramen Jaejoong.
Mata besar namja cantik itu beralih
memandang Jessica, Tiffany, Yoochun dan Changmin yang ikut duduk di sekitarnya.
“Lihat apa sih? Kasihan ramennya” Ujar Changmin mengintip mangkuk ramen
Jaejoong yang sudah mengembang.
“Aku tidak selera makan” Sahut Jaejoong mengerucutkan bibirnya.
Yoochun tertawa mendengarnya.
Ia sudah memasukkan sumpitnya ke dalam
mangkuk Jaejoong yang masih penuh.
“Kalau begitu daging kepitingnya untukku, ya?” Ujar namja chubby itu
tersenyum senang.
“Aku juga mau!” Seru Jessica ikut memasukkan sumpitnya.
“Jamurnya untukku!” Pekik Tiffany dan Changmin nyaris bersamaan.
“YA YA! Tidak selera makan bukan berarti kalian bisa merampokku!” Jerit
Jaejoong kesal.
Namja cantik itu mendelik kepada
teman-temannya yang usil.
Ia melirik mangkuk ramennya yang hanya
tinggal mie dan kuah.
Kemudian ia meletakkan mangkuknya kasar
di atas meja.
Menghentakkan sumpitnya kesal melihat
tidak ada satupun dari teman-temannya yang bersimpati kepadanya.
“Aish, aku bisa gila” Gerutu Jaejoong mengerutkan dahinya.
Changmin meledakkan tawanya.
Ia semakin bersemangat memasukkan jamur
dari mangkuk Jaejoong ke dalam mulutnya.
“Jaga sikapmu, kau ini ketua OSIS, Shim Changmin” Tegur Yoochun menyikut
lengan namja berwajah kekanakan itu.
Changmin mendengus.
“Kau wakilnya, Tiffany sekretarisnya, Kyuhyun bendaharanya, tapi tidak
satupun dari kalian yang berhasil menjadi elegan, jadi kenapa aku harus
repot-repot untuk sopan? Hahahahaha” Tawa Changmin dengan khasnya.
Jaejoong segera memukul kepala namja
kekanakan itu dengan sumpitnya.
Membuat Changmin refleks mengaduh
kesakitan.
“Ngomong-ngomong, kepala sekolah sudah menyetujui proposal untuk malam
perpisahan kita” Ujar Yoochun tersenyum senang.
“Oh ya? Jadinya kapan?” Tanya Jaejoong menaikkan alisnya.
“Tidak lama lagi, tunggu saja pengungumannya di mading”
“Ck, pasti sama saja seperti tahun lalu”
“Oh tentu saja tidak, selama ada Park Yoochun tidak akan ada hal-hal
yang mainstream di sini”
Jaejoong memiringkan kepalanya.
Menantang Yoochun dengan tatapan
matanya.
“Tahun ini tidak akan ada anak kelas satu dan dua, hanya ada anak kelas
tiga!” Ujar Yoochun menyeringai.
DEG.
Jaejoong tertegun.
Mata besarnya membesar tanpa sadar.
“Kepala sekolah setuju saat aku memberitahunya bahwa perpisahan ini
diadakan untuk anak kelas tiga, jadi cukup kita saja yang meramaikan, karena
kita kan, yang berpisah? Bukan anak kelas satu ataupun anak kelas dua” Ujar
Yoochun lagi.
“Kau sungguh jenius” Gumam Jaejoong membeo.
Yoochun menepuk dadanya bangga.
Sementara Junsu sudah tertawa di
tempatnya.
Jessica dan Tiffany hanya memutar bola
mata mereka jengah.
“Otte? Kau suka, kan?” Tanya Changmin menaik-turunkan alisnya.
Jaejoong mendelik.
“Ya ampun, kita semua tahu, Joongie, satu kelas tahu. Kau pikir kami
bodoh?” Gerutu Jessica menusuk daging kepitingnya.
Oh—mulut Jaejoong membulat sempurna.
Ia membekap mulutnya dengan cepat dan
menatap tidak percaya teman-temannya itu.
Pipinya mulai merona tanpa sadar.
Ia sama sekali tidak menyangka—
“Aku mengusahakan ini untukmu, walaupun sebenarnya hampir semua angkatan
tidak suka bercampur dengan junior, terutama kelas kita. Yah, kau tahu kan
maksudku?” Ujar Yoochun tersenyum jahat.
“Tentu saja dia tahu, dia yang paling tahu!” Seru Tiffany menunjuk
Jaejoong dengan sumpitnya.
Aish.
Namja cantik itu mendelik kepada gadis
berambut pendek itu.
Kemudian ia menggerakkan matanya—melirik
seseorang yang masih duduk bersama kekasihnya di meja paling ujung.
Jaejoong tersenyum simpul tanpa sadar.
-------
“Jaejoongie”
“Ne Appa?”
Namja cantik itu segera menghampiri
Appanya ketika pria paruh baya itu memanggil dirinya.
Hangeng tersenyum—jenis senyum yang
jarang Jaejoong lihat.
Ah, pria ini pasti sedang merencanakan
sesuatu tanpa sepengetahuan ibunya lagi.
Seperti dulu saat Hangeng mengajaknya
memancing di pulau Jeju yang mengakibatkan Heechul menjewer mereka berdua
karena ban mobil Hangeng bocor di tengah jalan sehingga istri cantiknya itu
terpaksa menjemput mereka berdua.
“Appa punya sesuatu yang ingin Appa katakan kepadamu”
“Kalau memancing diam-diam lagi aku tidak mau, aku sudah jera”
Hangeng menepuk kepala Jaejoong—membuat
si tunggal Kim itu mengaduh tidak senang.
“Sebentar lagi kelulusanmu kan?” Tanya Hangeng serius.
Jaejoong mengangguk.
Menaikkan alisnya menyadari perubahan
raut wajah Appanya.
“Nenekmu di Hokkaido menelepon semalam”
Oh tidak—Jaejoong sudah bisa menebak ke
mana arah pembicaraan ini.
“Appa pasti akan memintaku untuk berkuliah di Hokkaido dan mengurus
perusahaan yang masih dikelola oleh Haraboji di sana” Ujar Jaejoong cepat.
“Kau benar, tapi Appa tidak memaksamu, sebenarnya Appa dan Umma tidak
ingin berpisah denganmu, tapi hanya kau satu-satunya cucu yang bisa diharapkan
oleh Haraboji dan Halmoni di sana, semua sepupumu selalu melarikan diri kalau
sudah berbicara masalah perusahaan”
“Apa tidak ada solusi lain, Appa? Hokkaido terlalu jauh dari Seoul”
“Kau tidak perlu khawatir, setengah tahun setelah kau pindah ke sana
Appa dan Umma akan menjual rumah ini dan menyusulmu ke sana, lalu kita bisa
tinggal bersama lagi”
“Bukan itu maksudku, Appa. Aku lahir dan besar di sini, teman-temanku
semuanya ada di sini, lalu—lalu Yunnie juga—”
Jaejoong terdiam.
Ia memutuskan perkataannya begitu saja.
Benar.
Yunho.
Jika ia menerima tawaran dari Appanya
maka itu berarti ia harus berpisah dengan Yunho.
12 tahun bersama—akhirnya mereka akan
berpisah.
Jaejoong menahan nafasnya ketika
nafasnya terasa sesak.
Mata besarnya berembun dalam sekejap.
Tidak—ia tidak sanggup membayangkan jika
mereka harus berpisah.
Yunho adalah hidupnya—segalanya.
Hangeng memperhatikan putra
kesayangannya yang mendadak terdiam.
Ia menghela nafas dan tersenyum tipis
seraya menepuk kepala namja cantik itu dengan lembut.
“Kalau kau memang tidak mau ya sudah, Appa akan memberitahu Halmoni
nanti”
“Maafkan aku..”
“Tidak apa, kembalilah ke kamarmu”
Jaejoong mengangguk.
Ia memeluk Appanya dan segera beranjak
menaiki tangga dan memasuki kamarnya.
“Jaejoongie!”
Namja cantik itu terkejut ketika ia
menutup pintu kamar dan suara Yunho segera terdengar menyapa telinganya.
Jaejoong menatap jendela balkonnya yang
terbuka.
Ia bisa melihat Yunho yang berdiri di
seberang balkon kamarnya seraya melambai kepadanya.
Namja cantik itu tersenyum tipis.
Ia segera melangkah menuju balkon dan
berdiri di pagar.
“Kemana saja kau? Aku menunggumu dari tadi” Ujar Yunho kesal.
“Kau tidak tahu ya kalau dunia sudah menciptakan alat ajaib yang bernama
ponsel?” Balas Jaejoong memeletkan lidahnya.
Yunho mendelik.
“Aku ingin bicara tentang malam perpisahan nanti, benar ya kalau hanya
ada angkatan kelas tiga saja?”
“Iya, Yoochun memberitahuku seperti itu, pasti seru sekali,
jarang-jarang angkatan kita berkumpul seperti ini”
“Aish, apanya yang seru! Sepertinya hanya aku ya, yang tidak menyukai
ide itu?”
“Hm, maksudmu?”
“Ini kan tahun terakhir kita di sekolah, sebentar lagi kita lulus dan
berkuliah. Tentu saja jadwal perkuliahan akan berbeda dengan jadwal sekolah,
kasihan sekali junior yang dekat dengan kita”
Oh—Jaejoong menaikkan alisnya.
Meremat pagar balkonnya dengan erat.
“Go Ahra maksudmu?” Ucap Jaejoong nyaris bergetar.
Yunho tersenyum kikuk.
Ia menggaruk tengkuknya.
“Yang memiliki kekasih kan tidak hanya aku, Jae”
“Iya, tapi hanya kau yang sepertinya tidak rela tidak bisa menghabiskan
waktu bersama kekasihmu”
“Ck, padahal aku berharap kau satu pemikiran denganku, Yoochun dan
Changmin kan hanya mendengarmu saja”
Jaejoong tercekat.
Ia menatap marah kepada Yunho.
“Jadi kau berharap aku membuat Yoochun untuk membatalkan ide itu agar
kau bisa bebas berduaan dengan kekasihmu itu? Maaf saja, ya, Jung Yunho!”
Teriak Jaejoong benci.
“Oh, maaf, aku lupa kalau kau tidak punya pacar” Tawa Yunho mengejek.
Jaejoong berjengit.
Dadanya terasa sesak.
Ia semakin mencengkram pagar balkonnya
hingga tangannya terasa sakit.
Bukan—bukan itu.
Bukan itu yang menjadi kemarahan
Jaejoong.
Jaejoong tidak peduli tentang ia yang
sendiri atau tidak.
Ia hanya tidak ingin Yunho kembali
berduaan dengan gadis yang tidak pernah disukainya itu.
Ia hanya ingin Yunho kembali jadi miliknya
di malam perpisahan nanti tanpa ada yang mengganggu.
Jaejoong rindu Yunho—dan ia ingin
memanfaatkan waktu tersebut untuk bisa bersama Yunho sepanjang malam.
Teman-temannya sudah berusaha untuk ini.
Tapi Yunho malah miscalculated.
Namja tampan itu melihat dengan jelas
perubahan raut wajah sahabat sejak kecilnya.
Wajah Jaejoong tampak memerah dengan
dahi yang mengerut.
Oh—sebaiknya ia segera mengalihkan
pembicaraan sebelum Jaejoong marah kepadanya.
“Ngomong-ngomong, aku dengar dari Junsu kalau kau memasukkan Jounant juga ya ke dalam angket
universitas pilihanmu?” Ujar Yunho tersenyum tipis.
Jaejoong mengangguk—hanya mengangguk.
“Wah, kalau begitu kita akan bersama-sama lagi. Nanti kalau Ahra sudah
menyusul kita, kalian bisa memanfaatkan waktu untuk saling mengenal”
Hati Jaejoong semakin berdenyut-denyut
menyakitkan.
Seolah diremas dari dalam.
Namja cantik itu merasakan kedua matanya
panas.
Ia menggeram dalam hati.
Kenapa
Yunho tidak peka sedikit saja?
“Aku ingin tidur” Ujar Jaejoong bergetar.
Namja cantik itu segera masuk ke dalam
kamar dan menutup jendela balkonnya dengan gorden.
Tidak mengacuhkan panggilan dari Yunho
yang terkejut akan sikapnya.
Air mata yang sejak tadi ditahannya
jatuh membasahi pipinya.
Namja cantik itu duduk bersandar di
pintu balkon.
Ia menekuk kakinya dan terisak.
Tangisnya pecah.
Jaejoong mencengkram dadanya erat.
Mengerutkan dahinya membiarkan air
matanya semakin merembes jatuh.
Kenapa
kau tidak pernah mengerti Yunho?
Kenapa
kau tidak pernah melihatku?
Aku
mencintaimu.
Aku
yang paling mencintaimu.
Aku
yang lebih dulu bertemu denganmu—kenapa kau harus jatuh cinta pada yang lain?
-------
“Bersulaaang!”
Jaejoong hanya diam memperhatikan
teman-teman angkatannya yang lain sedang berpesta di tengah aula.
Lampu ruangan diredupkan bersamaan
dengan berputarnya lampu warna-warni yang membuat aula tampak seperti klub
malam.
Anak kelas tiga memang banyak maunya.
Namja cantik itu meneguk champagne-nya dan mengetuk-ketukkan telunjuknya
di meja minuman yang sudah disulap seperti meja bartender.
Ia berangkat bersama Yunho sore tadi,
tapi namja tampan itu entah menghilang ke mana saat ini.
Jaejoong tidak ambil pusing, minuman
beralkohol ini jauh lebih menggodanya untuk dicicipi.
Puja Kim Heechul yang sudah
mengajarkannya untuk menjadi peminum yang handal.
“OSIS tahun ini berhasil, bukan? Pesta perpisahan yang hebat! Hahaha!”
Seru Siwon menghampiri Jaejoong.
Namja cantik itu mengangguk.
Ia mengangkat gelas champagne-nya.
“Untuk angkatan kita!” Seru Jaejoong lantang.
“Untuk angkatan kitaaa!” Sahut hampir semua anak kelas tiga heboh.
Jaejoong tertawa karenanya.
Namja cantik itu mengambil gelas yang
penuh menggantikan gelasnya yang sudah kosong.
Siwon sudah beranjak mencari
sahabat-sahabatnya yang berpencar di aula.
Mata besar Jaejoong mengerjap ketika ia
menangkap sosok Yunho yang duduk di sofa panjang di pojok ruangan.
Namja cantik itu meneguk habis
minumannya dan segera berjalan menghampiri Yunho.
Namja tampan itu terlihat mabuk.
Mungkinkah?
“Yunnie” Panggil Jaejoong seraya duduk di samping Yunho.
Namja tampan itu bergumam tidak jelas.
Ia tersenyum dengan mata yang terpejam
di depan wajah sahabat sejak kecilnya.
Jaejoong mendengus dan balas tersenyum.
Yunho positif mabuk.
“Aish kau ini, toleransi alkoholmu ternyata rendah sekali, ya? Baru 4
gelas dan kau sudah tidak sadarkan diri” Ujar Jaejoong melirik gelas-gelas
kosong yang ada di atas meja.
“Aku mengantuuk” Seru Yunho seraya merebahkan kepalanya di bahu Jaejoong.
Namja cantik itu tertawa, ia
menepuk-nepuk paha Yunho pelan.
“Jangan tidur dulu, pestanya baru saja dimulai, kepala sekolah dan para
guru sudah meninggalkan ruangan” Ucap Jaejoong memberitahu.
Tapi Yunho sepertinya tidak peduli.
Namja tampan itu malah menyurukkan
wajahnya ke leher Jaejoong mencari posisi yang membuatnya nyaman.
Jaejoong mengalihkan pandangannya.
Ia bisa melihat teman-teman sekelasnya
yang sedang menari di dekat panggung.
Yonghwa, Jungshin, Jonghyun, dan Minhyuk
sedang memainkan lagu di atas panggung.
Sementara Changmin, Junsu, dan Yoochun
masih tetap duduk di meja kue sejak tadi.
Namja cantik itu tersenyum simpul.
Ia pasti akan sangat merindukan mereka
semua.
“Ngh”
Jaejoong menunduk ketika Yunho
berdengung tidak jelas.
Namja cantik itu memperhatikan wajah
tampan Yunho yang sepertinya sudah terlelap pulas.
Ia melebarkan senyumnya.
“Kau tahu tidak, Jung Yunho? Aku senang sekali kita bisa seperti ini
lagi setelah sekian lama” Bisik Jaejoong lembut.
Yunho mengerang—terganggu dengan
hembusan nafas Jaejoong di telinganya.
Namja tampan itu menggeliat hingga
membuat Jaejoong memundurkan tubuhnya agar Yunho nyaman.
Tapi namja tampan itu malah bergerak ke
arah yang berlawanan dan tidur berbaring di atas sofa.
Jaejoong mengerjapkan matanya melihat
kelakuan Yunho.
Ia menutup mulutnya dengan punggung
tangan dan tertawa.
“Hmmh” Gumam Yunho memiringkan wajahnya.
Namja cantik itu beranjak dari duduknya.
Ia mendekati Yunho dan berlutut di
samping namja tampan itu.
Memandangi wajah tampan Yunho yang
sedikit memerah karena mabuk.
DEG
DEG DEG.
Jantung Jaejoong berdebar kencang.
Sangat kencang seolah akan lepas dari
tempatnya.
Namja cantik itu menyentuh tangan Yunho
dengan tangannya yang bergetar.
Jaejoong menelan salivanya seraya
mengedarkan pandangannya kepada teman-temannya yang terlihat sibuk sendiri di
tengah-tengah pesta.
Debaran di dada Jaejoong semakin
meningkat ketika ia menyadari bahwa penerangan di tempatnya dan Yunho tidak
terlalu jelas jika lampu warna-warni itu tidak berputar ke arah mereka.
Jaejoong menjilat bibirnya yang terasa
kering karena degupan jantungnya.
Ia memiliki sebuah ide gila di
kepalanya.
Ide yang bercampur dengan hasrat dari
dalam dirinya.
Namja cantik itu memastikan sekali lagi
bahwa teman-temannya tidak ada yang melihat ke arahnya dan Yunho.
Setelah beberapa menit meyakinkan diri,
Jaejoong beralih menatap wajah Yunho yang begitu dekat dengannya.
Ia menurunkan wajahnya dan meremas
tangan Yunho dengan tangannya yang berkeringat dingin ketika nafas hangat namja
tampan itu menerpa hidung bangirnya.
“”Yu—Yunnie..” Bisik Jaejoong pelan.
Memastikan Yunho sungguh dalam keadaan
tidak sadar.
DEG
DEG DEG.
Debaran jantung Jaejoong semakin
kencang.
Namja cantik itu bergetar ketika
bibirnya dan bibir Yunho bertemu.
Ia menatap penuh cinta mata musang Yunho
yang terpejam.
“Aku mencintaimu” Bisik Jaejoong seraya memiringkan wajahnya.
Namja cantik itu meraup bibir Yunho
dengan bibirnya yang bergetar.
Ia membuka mulutnya dan melumat bibir
Yunho selembut yang ia bisa.
Lidahnya sesekali menyusup masuk ke
dalam belahan bibir Yunho yang terbuka dan menghisap bibir bawah namja tampan
itu.
DEG!
Nafas Jaejoong tercekat dengan mata
besarnya yang membulat ketika ia merasakan tangan Yunho menekan kepalanya
sementara tangan yang berada dalam genggamannya berpindah memeluk lehernya.
Namja cantik itu nyaris tidak bisa
merasakan nafasnya dengan benar saat Yunho membuka mulut dan membalas ciumannya
dengan kasar.
Dada Jaejoong berdentum dengan cepat.
Letupan-letupan kebahagiaan meledak di
dalam dirinya.
Mata besar Jaejoong berkaca-kaca melihat
Yunho seraya sesekali membalas kecupan panas dari namja tampan itu.
Apakah—apakah Yunho juga mencintainya?
Apakah perasaannya terbalaskan?
Jaejoong tersenyum dalam ciuman mereka.
Ia kembali memejamkan mata bulatnya dan
membuka mulutnya—membiarkan lidah Yunho menjelajah dengan suka cita.
Namja cantik itu memberikan cinta di
setiap lumatan bibirnya.
Rasanya tidak cukup untuk memberitahu
Yunho betapa ia mencintai namja tampan itu.
Tautan bibir mereka terlepas saat
keduanya membutuhkan oksigen.
Yunho dan Jaejoong saling tersengal
dengan saliva yang menjaring di antara bibir mereka berdua.
Pipi Jaejoong merona segar.
Ia tersenyum bahagia memandang Yunho.
Namun senyumnya tidak bertahan lama
ketika mata sayu Yunho terbuka dan tangannya menyentuh pipi Jaejoong yang
panas.
“Ahra..” Bisik Yunho lirih.
DEG.
Jaejoong terkejut.
Segala kebahagiannya lenyap dalam
sekejap.
Ia membeku di tempat.
Tangan Yunho yang mengusap pipinya
terjatuh begitu saja.
Mata musang itu kembali
terpejam—tertidur seperti sebelumnya.
Jaejoong memundurkan tubuhnya tanpa
sadar.
Bola matanya bergerak gelisah memandang
Yunho.
Kemudian air matanya jatuh membasahi
pipinya yang tampak pucat.
Namja cantik itu beranjak bangkit dari
posisinya dan berlari menuju kamar mandi.
“Joongie?”
Jaejoong mengabaikan panggilan Jiyong
yang bertemu dengannya di depan pintu kamar mandi.
Namja cantik itu segera menerobos ke
dalam dan mengunci pintu tersebut.
Kemudian ia jatuh terduduk di lantai.
Tangisnya pecah.
Namja cantik itu menangis tersedu-sedu
seraya menutup wajahnya.
Hatinya retak—pecah berkeping-keping.
Yunho telah menghancurkannya.
Menghancurkan ia dan hatinya.
-------
“Selamat pagii!”
Minhyuk dan Donghae masuk ke kelas bersamaan.
Mereka menyapa teman-teman sekelas
dengan kompak yang dibalas dengan teriakan oleh para gadis XII-3.
Sebenarnya setelah malam perpisahan berlangsung
mereka tidak belajar lagi.
Tapi daripada bosan di rumah lebih baik
mereka kembali ke sekolah dan menikmati hari-hari terakhir mereka sebelum
pengunguman kelulusan.
Lagipula masih ada yang harus
mengantarkan angket universitas pilihan kepada wali kelas.
“Jaejoong kenapa?” Tanya Jessica menyikut lengan Changmin.
Namja berwajah kekanakan itu mengindikkan
bahunya.
Ia kembali fokus dengan permainan
kartunya bersama Yoochun dan Yonghwa.
“Mungkin sedang ada masalah di rumah” Ujar Yoochun menimpali.
Jessica memiringkan kepalanya, lalu ia
kembali sibuk dengan bulu matanya.
“Aih, Yunho dan Siwon itu, saat-saat berharga seperti ini mereka malah
sibuk dengan pacar masing-masing. Padahal setelah lulus kan masih bisa bertemu,
sedangkan kita ada yang akan berkuliah ke luar negeri” Gerutu Taeyeon kesal.
Jaejoong yang sedang melamun di kursinya
menoleh memandang Taeyeon yang duduk di kursi depan.
Ia mengusap tangannya yang terasa hangat
karena sinar matahari yang langsung menyinari mejanya.
“Memangnya siapa yang akan pindah?” Tanya Jaejoong penasaran.
Setahunya ia tidak memberitahu siapapun
tentang persetujuannya dengan Hangeng setelah malam perpisahan beberapa waktu
yang lalu.
“Jungshin, Jiyong, dan Taehyung akan pindah dalam waktu dekat” Sahut
gadis bermata besar itu.
Jaejoong menaikkan alisnya.
Ia tidak tahu kalau ada banyak yang akan
pergi meninggalkan Seoul setelah lulus.
“Kurasa yang tetap di Seoul tidak banyak, aku mengintip angket di ruang
guru kemarin, hampir semua angkatan memilih untuk berkuliah di luar kota.
Padahal di sini banyak universitas yang bagus” Komentar Changmin yang masih
sibuk dengan kartunya.
Jaejoong kembali mengalihkan
pandangannya keluar jendela ketika teman-teman kelasnya sudah sibuk membahas
tentang angket pilihan.
Ia mendesah pendek dan menumpu dagunya
dengan tangan.
Setelah malam itu—ia telah menghindari Yunho.
Tiga hari ini Jaejoong selalu berangkat
ke sekolah lebih pagi dan pulang lebih cepat.
Untung saja di waktu senggang seperti
ini namja tampan itu lebih memilih untuk bersama dengan kekasihnya.
Jaejoong tersenyum kecut.
Sama sekali tidak menyangka kalau
saat-saat seperti ini akhirnya tiba juga.
Waktu di mana ia sama sekali tidak
menginginkan Yunho berada di dekatnya.
Rasa sakit yang menyengat dirinya jauh
lebih besar dibandingkan dengan keinginannya untuk terus bersama Yunho.
Sakit sekali—Jaejoong tidak tahan.
“Jung Yunho kembali! Hahahaha!”
Namja cantik itu tersentak saat
telinganya mendengar suara Yunho yang berteriak di pintu kelas.
Ia segera mengambil uangnya dari dalam
tas dan hendak beranjak menuju kantin.
“Joongie! Kau mau ke mana? Aku ikut!” Seru Yunho tersenyum cerah.
Namja cantik itu menatap Yunho dengan
tajam.
Membuat Yunho terdiam melihatnya.
Jaejoong segera berbalik dan keluar
melewati pintu belakang kelas.
Yunho mengerutkan dahinya dan berlari
menyusul sahabat sejak kecilnya.
“Hei! Tunggu aku!” Seru Yunho kesal.
“Aku tidak mau ke kantin bersamamu kecuali kau mentraktirku” Ujar
Jaejoong asal.
Mwo?
Yunho menaikkan alisnya.
Ia menubruk namja cantik itu dan
merangkul bahunya dengan paksa hingga membuat Jaejoong berteriak tidak terima.
“Jung Yunho sedang kaya hari ini! Kau mau makan apa? Ramen? Bulgogi?
Jajangmyeon? Katakan saja permintaanmu!”
“Sombong sekali”
“Orang kaya memang harus sombong! Hahaha~”
Jaejoong mendengus.
Mengepalkan jemarinya diam-diam.
Kumohon,
Yunho.
Tidak
bisakah kau meninggalkanku sendiri? Aku masih belum siap untuk bersama denganmu
lagi.
“Jadi, ada masalah apa? Tiga hari ini kau menghindariku terus, kau yang
bermasalah atau aku yang membuat kesalahan?” Tanya Yunho setelah mereka duduk
di kantin.
“Molla” Sahut Jaejoong sesukanya.
Yunho memukul kepala namja cantik itu
yang dengan cepat dibalas oleh Jaejoong.
“Tadi Ahra menangis, padahal aku sudah bilang kalau aku akan tetap
menunggunya”
DEG.
Jaejoong terdiam.
Ia memasukkan daging ayamnya ke dalam
mulut.
“Wajar saja ia seperti itu, kalian akan jarang bertemu setelah lulus
nanti, apalagi di universitas pasti banyak yang lebih cantik dan menarik”
Komentar Jaejoong pelan.
“Yah, Jaejoongie, aku ini tipe setia” Ujar Yunho kesal.
Jaejoong tersenyum miring.
“Aku juga setia” Bisiknya.
“Oh ya?”
“Iya, 12 tahun aku selalu di sampingmu, apa itu belum cukup?”
Giliran Yunho yang terdiam.
Namja cantik itu tertawa geli dan
kembali memasukkan potongan ayam ke dalam mulutnya.
“Jaejoong, aku ingin minta maaf kepadamu”
Jaejoong menaikkan alisnya.
Ia tersenyum kepada Yunho.
“Maaf untuk apa, Yunnie?”
“Maaf untuk semua kesalahanku padamu”
“Eoh? Apa-apaan ini? Kenapa mendadak seperti ini?”
“Sebentar lagi kita akan lulus, aku tidak tahu apakah kau yang akan
tinggal atau tidak, jadi sebaiknya sebelum terlambat aku memberitahumu”
“Mwo? Jadi maksudmu aku bisa tidak lulus eoh?! Asal kau tahu saja ya,
tuan Jung! Aku ini belajar sampai pagi selama hari ujian!”
“Hahahaha! Aku kan bercanda! Kau ini sensitif sekali!”
“Menyebalkan! Semua anak kelas tiga juga akan marah kalau kau mengatai
mereka tidak lulus, kau tahu! Ish!”
Yunho tersenyum lebar.
Ia memandangi Jaejoong yang mengunyah
ayamnya seraya bersungut-sungut.
“Joongie, kau juga akan berkuliah di Jounant,
kan?”
DEG.
Jaejoong terkejut.
Ia refleks menatap mata Yunho yang balas
memandangnya.
“Aku baru sadar kalau sampai saat ini aku masih tidak tahu tentang
rencanamu ke depannya bagaimana, tapi kau juga akan masuk Jounant kan?”
“Kenapa kau berkata seperti itu? Kenapa aku harus masuk ke tempat yang
sama denganmu?”
“Kita selalu bersama sejak kecil, akan terasa aneh kalau tiba-tiba kita
berpisah, kau tidak berpikir seperti itu? Bukankah di mana ada Yunho di situ
selalu ada Kim Jaejoong?”
Namja cantik itu tersenyum tipis.
Ia mengangkat bahunya menjawab ucapan
Yunho.
“Ya, Yunho, aku akan selalu mengikutimu. Aku selalu di sisimu”
Yunho tersenyum.
-------
Yunho tidak mengerti mengapa Jaejoong
memilih untuk duduk di tepi danau dekat rumah mereka di hari kelulusan ini.
Ia sudah berusaha mengajak Jaejoong
untuk ikut ke sekolah, tapi namja cantik itu tidak mau.
Bukankah euphoria di hari kelulusan itu penting?
“Yunho! Kau terlambat! Pengunguman kelulusan sudah keluar!” Teriak Jungshin
melambai kepada Yunho.
Namja tampan itu mengangguk melihat
kumpulan anak kelas tiga yang bersorak-sorak di lapangan sekolah.
Sementara para gadis malah menangis
sambil berpelukan di sana.
Ia tersenyum tipis.
Ikut berdebar-debar akan hasil
pengunguman hari ini.
“Yah, Yunho! Mana Kim Jaejoong?! Kita semua lulus, kau tahu!” Jerit
Jessica yang sudah menangis seraya memukul bahu Yunho.
“Yang benar?! Lulus semua?!” Pekik Yunho heboh.
Gadis berambut blonde itu mengangguk.
Yunho segera tertawa dan menepuk-nepuk
kepala teman sekelasnya.
Ia melihat Changmin dan Yoochun yang
sibuk berbicara dengan anak-anak dari kelas lain.
Namja tampan itu hendak menghampiri
kedua teman sekelasnya—namun pandangannya beralih kepada Go Ahra yang berdiri
di pinggir lapangan sekolah.
Yunho tersenyum dan segera menghampiri
gadisnya.
“Hei, ada apa? Kenapa kau menangis? Apa kau juga lulus, eoh?” Ujar Yunho
tertawa.
“Aish! Paboya! Aku menangis karena kita akan berpisah, tahu!” Seru Ahra
kesal.
Namja tampan itu menepuk-nepuk kepala
kekasihnya lembut.
“Kita masih bisa bertemu di waktu senggang kok, jangan menangis”
“Aku tidak melihat sahabat terdekatmu sejak kau datang, apa dia sedang
sibuk?”
“Jaejoong? Tumben sekali kau bertanya tentangnya”
“Temanku ingin berfoto dengan Jaejoong sebelum ia pergi”
Eoh?
Yunho menaikkan alisnya.
Ia memandang Ahra yang sudah menghapus
bekas air mata di pipinya.
“Pergi? Pergi ke mana?”
“Kau tidak tahu ya? Tadi pagi saat upacara kepala sekolah mengungumkan
nama-nama siswa kelas tiga yang akan berkuliah di luar negeri, dan Jaejoong
termasuk salah satunya”
DEG.
Yunho terkejut.
Ia membulatkan mata musangnya.
“Apa kau tidak salah dengar? Jaejoong sendiri yang memberitahuku kalau
ia akan ke Jounant sama sepertiku,
Ahra” Ujar Yunho nyaris bergetar.
“Aku tidak mungkin salah dengar, kepala sekolah kolot itu mengulangnya
sampai dua kali hingga teman-temanku banyak yang menangis, mereka sama sekali
tidak menyangka kalau Jaejoong dan Jungshin akan pergi jauh” Sahut Ahra
mengerutkan dahinya.
Jantung Yunho berdebar kencang.
Namja tampan itu merasakan
tenggorokannya kering.
Ia segera berbalik dan berlari
meninggalkan Ahra.
Tidak mempedulikan panggilan dari
gadisnya.
Sial!
Sial, sial!
Jadi ini alasan mengapa namja cantik itu
tidak mau ikut ke sekolah bersamanya hari ini eoh?
Karena ia akan segera pergi meninggalkan
Seoul?
Meninggalkan dirinya?
.
.
.
“KIM JAEJOONG!!”
Namja cantik yang sedang duduk di kursi
pinggir danau itu tersentak kaget saat Yunho meneriakkan namanya dengan penuh
amarah.
Jaejoong segera berdiri dari duduknya
dan memandang Yunho yang tersengal dengan pelipis yang meneteskan keringat di
hadapannya.
“Melihat wajahmu sepertinya kau sudah tahu”
Ujar Jaejoong pelan.
Yunho menggeram kesal.
Ia mengepalkan jemarinya.
“IYA! Aku sudah tahu! Ahra yang memberitahuku! Kau bilang kau akan ke Jounant bersamaku! Kau bilang kita tidak
akan berpisah!” Teriak Yunho marah.
“Aku bohong” Sahut Jaejoong cepat.
Kepalan Yunho semakin erat.
Ia menatap tajam wajah cantik Jaejoong.
“Kenapa aku masih harus bersamamu ketika kau sudah bersama yang lain?
Kau sudah punya Ahra, kau tidak membutuhkan aku lagi, Yunnie”
“Tentu saja aku membutuhkanmu! Kau sahabatku sejak kecil!”
“Apa kau tidak punya hati? Kau ingin aku terus berada di sisimu, tapi
kau sama sekali tidak melihatku. Kau hanya menginginkanku sebagai teman
bicaramu saja kalau kau sedang bosan, kan?”
“Jae aku tidak—”
“Sudahlah Yun, aku harus segera pulang sekarang, pesawatku akan
berangkat satu jam lagi”
Yunho tercekat.
Melihat Jaejoong yang tersenyum kecut
kepadanya.
Namja cantik itu berjalan
melewatinya—dan Yunho melihat dengan jelas mata bulat yang telah basah itu.
Dua langkah di depan Yunho, Jaejoong
berhenti.
Ia mengepalkan jemarinya.
“Apa kau tahu? Alasan terbesarku untuk pergi darimu?” Ujar Jaejoong
bergetar.
Yunho berbalik, menatap punggung
Jaejoong yang rapuh.
Namja cantik itu menoleh, melirik Yunho
dengan sudut matanya.
Ia tersenyum tipis.
“Aku pergi karena aku tidak tahan dengan perasaan yang bertepuk sebelah
tangan darimu” Ujarnya serak.
“Aku tahu...Aku tahu kalau kau mencintaiku” Balas Yunho menyesal.
Jaejoong terkejut.
Bola matanya membesar dan menjatuhkan
air mata yang sejak tadi ditahannya.
“Malam perpisahan itu...Aku sadar kalau kau menciumku”
DEG.
Tubuh Jaejoong terasa sedingin es.
Namja cantik itu refleks berbalik
sepenuhnya memandang Yunho.
Air matanya terus berjatuhan tanpa bisa
ia tahan.
Mata bulatnya menatap tajam wajah
menyesal Yunho.
“Aku memanggil nama Ahra karena aku ingin agar kau menyadari kalau aku
menolakmu” Lanjut Yunho lirih.
Dahi Jaejoong mengerut.
Ia menggertakkan giginya dalam diam.
Nafasnya tersengal—seolah seluruh
amarahnya meledak di dadanya.
“Aku—Aku tidak tahu kalau kau sejahat ini, Jung Yunho” Desis Jaejoong
bergetar.
“Jae—”
“Kau berhasil menghancurkanku—membuat hatiku pecah berkeping-keping”
Jaejoong tersenyum kecut.
Ia merasakan matanya buram karena air
matanya yang semakin banyak.
“Jadi ini maksud permintaan maafmu waktu itu?! Apa kau tahu bagaimana
penderitaanku selama ini untuk menahan perasaanku setiap kali aku bersamamu?!
Apa kau tahu kalau rasanya aku ingin mati saja setiap kali kau menyebut nama Ahra?!”
Teriak Jaejoong dengan suaranya yang pecah.
“Jae—” Panggil Yunho bersalah.
“Jangan mendekat!!” Pekik Jaejoong melihat Yunho yang melangkah.
Namja tampan itu menghentikan kakinya.
Ia memandang Jaejoong yang berusaha
menghapus air mata yang telah membasahi pipinya.
Wajah cantik itu tampak memerah dengan
mata yang bengkak.
Yunho tidak pernah melihat Jaejoong
sesedih ini seumur hidupnya.
Dadanya terasa sakit.
Yunho tidak sadar kalau dirinya ikut
menangis melihat Jaejoong yang berusaha menyembuhkan lukanya sendiri.
“Persahabatan kita cukup sampai di sini, Jung Yunho. Aku tidak ingin
lagi mengenal orang sekejam dirimu” Isak Jaejoong tercekat.
DEG.
Yunho terkejut.
Jaejoong sudah berlari meninggalkan
dirinya.
“Jaejoong!” Teriak Yunho lantang.
Tapi Jaejoong tidak berhenti.
Bahkan sekedar menoleh pun tidak.
Yunho meringis—jatuh berlutut di atas
rumput.
Menutup wajahnya yang kini telah basah.
Apa yang telah ia lakukan?
Bagaimana bisa ia menyakiti Jaejoong sampai
seperti itu?
Seharusnya waktu itu ia tidak mengatakan
apa pun saat Jaejoong menciumnya.
Seharusnya ia tidak berpura-pura tidak
terjadi apa pun kepada Jaejoong setelahnya.
“Kau jauh dan kau pergi..” Bisik Yunho lirih.
Yunho
menyesal.
-------
“Berkasmu sudah selesai?” Tanya Jonghyun kepada Jessica.
Angkatan kelas tiga sedang melegalisir
ijazah mereka hari ini.
Sedangkan siswa-siswa yang berkuliah ke
luar negeri sudah mengurus berkas mereka jauh hari sebelumnya.
“Sudah, kita keliling sekolah, yuk? Hari ini kan hari terakhir pakai
seragam” Ujar Jessica tersenyum senang.
“Tidak terasa ya, rasanya waktu cepat sekali berlalu. Jaejoong dan yang
lain sudah pergi saja” Ujar Junsu lesu.
“Iya, belum apa-apa aku sudah merindukan mereka” Ucap Sunny memeluk
berkasnya erat.
“Yunho tidak terlihat baik-baik saja setelah kepergian Jaejoong. Tapi
menurutku wajar kalau ia seperti itu, mereka kan tidak pernah terpisahkan
selama ini” Ujar Jessica pelan.
“Itu Yunho” Seru Junsu menunjuk ke arah pohon akasia.
Mereka semua berhenti melangkah.
Memandang Yunho dan kekasihnya yang
sedang berbicara di bawah pohon besar itu.
Sunny melirik Jonghyun.
“Menurutmu apa yang sedang mereka bicarakan?” Tanya gadis cantik itu
penasaran.
“Mungkin mereka akan putus” Gumam Jonghyun tersenyum tipis.
“Aku juga memikirkan hal yang sama, tidak kusangka harus menunggu sampai
Jaejoong pergi dulu baru Yunho sadar kalau Jaejoong itu tidak tergantikan” Ujar
Junsu mengindikkan bahunya.
Jessica menaikkan alisnya.
Melihat Ahra yang menangis di hadapan
Yunho.
“Semuanya tidak lagi sama sejak malam perpisahan itu, iya kan?” Ujar
gadis blonde itu melirik teman-temannya.
Mereka semua mengangguk.
“Ciuman itu, ya? Kalian juga melihatnya?” Seru Sunny terkejut.
Junsu memutar bola matanya jengah.
“Semua orang menyadarinya, kita memang sengaja mendudukkan Yunho di sana
dan membuatnya mabuk, Sunny. Tapi ternyata kita miscalculated” Ujar Jonghyun mendesah.
Sunny bergumam.
Ia mengangguk dan kembali memperhatikan
pasangan kekasih itu.
Oh—mungkin sudah bisa disebut dengan
mantan pasangan kekasih?
Karena Ahra sudah berlari meninggalkan
Yunho setelah gadis cantik itu menampar wajah tampannya.
“Wow, pasti sakit” Ujar Junsu meringis.
“Ayo, kita jalan lagi” Ajak Jessica kembali melangkahkan kakinya.
Jonghyun, Junsu, dan Sunny mengangguk.
Mereka segera mengikuti Jessica yang
sudah berada di depan.
“Oh iya, ngomong-ngomong, bisa tidak kalau Yunho pindah ke Hokkaido dan
berkuliah di sana? Tapi Jounant kan sudah
mencatat namanya” Ujar Sunny mengerutkan dahinya.
“Setahuku bisa, selama masih tahun ajaran baru tidak masalah” Sahut
Jessica santai.
“Apalagi keluarganya Yunho tidak bisa dianggap remeh” Ucap Junsu
mengangguk.
“Kalau tebakan kita benar, kurasa tidak lama lagi Yunho juga akan pergi
dari Seoul” Komentar Jonghyun tersenyum.
Jessica, Sunny, dan Junsu mengangguk.
“Reuni nanti pasti akan ada sesuatu yang mengejutkan” Gumam Jessica
melirik teman-temannya.
“Iya, seperti sahabat masa kecil yang akhirnya bersatu, misalnya” Ujar
Jonghyun mengangguk.
Kemudian mereka semua tertawa.
END.
No epilog~
Kak pleaseeee ada epilog'a doong..😚😚😭😕,ya ya ya..
BalasHapusKak pleaseeee ada epilog'a doong..😚😚😭😕,ya ya ya..
BalasHapusselama baca sakit... tapi lebih sakit baca no epilog kak T,T
BalasHapusGreget klo baca ff nya shella ge,,ahhh jadi tangis tengah malam kan,,coba dong shella buat novel huweeeee,,ga pokus komentar nih,,udah baper parah,
BalasHapusHiya.. epilog di tunggu, nanggung ini gantian biar si beruang yg ngejar2 emak ke hokaido.
BalasHapusKyaaa seneng ada karakter junsu wlw ga banyak yah pdhl shella paling TOP deh kl udh mendeskripsikan karakter innocent junsu yg bikin aku mesem2 baca nya tp udh ckp lega krn shella udh welcome lg sm si duckbutt hehe
Epilog please, yun babo baru sadar akhiran kan, please yunjae happy end 🙏
BalasHapusSumpah ini gantung banget, epilog pleaseeeee
BalasHapusPleasee epilog dong plesee pleseee :(
BalasHapusEpilogue please
BalasHapusRasanya lebih sakit baca No Epilog itu dripada ff nya T.T
BalasHapusRasanya lebih sakit baca No Epilog itu dripada ff nya T.T
BalasHapusAaaaa kenapa no epilog??? Harus ada epilognyaaaaaaa. Lanjutannya apa?? Jadian atau nggak?? Atau jaejoong jadi gak ada rasa lagi sama yunho??? Aahhhhh penasaraaaaaaaan!!!!!!!
BalasHapusAaaaa kenapa no epilog??? Harus ada epilognyaaaaaaa. Lanjutannya apa?? Jadian atau nggak?? Atau jaejoong jadi gak ada rasa lagi sama yunho??? Aahhhhh penasaraaaaaaaan!!!!!!!
BalasHapusKakak kok ngegantung? Epilog juseyooooo.
BalasHapusKit ati sama yunho!!!!!
diceritain sama temen2 jae, gantung. mau epilog kakakkkk, please :D
BalasHapusnyesek pas baca, lebih nyesek lagi gegara tulisan 'No epilog' :'(
BalasHapusi need epilog kak shella
BalasHapus*pembaca baru* DAN BUTUH EPILOOOOOOOOOG u.u
BalasHapus*pembaca baru* DAN BUTUH EPILOOOOOOOOOG u.u
BalasHapusEpilog kakkkk
BalasHapusEpilog kakkkk
BalasHapusHmm ... akhirnya yunho merasakkan juga disakiti jaejoong. Syukuri ditinggal jaejoong makanya jangan jahat dong!!!
BalasHapuskayanya butuh banget banget epiloq deh kak ... <3 hehehe
Hmm ... akhirnya yunho merasakkan juga disakiti jaejoong. Syukuri ditinggal jaejoong makanya jangan jahat dong!!!
BalasHapuskayanya butuh banget banget epiloq deh kak ... <3 hehehe
Halo kaakkkkk aku pembaca setia kakak dari akhir taun 2012 sumpah suka banget sama semua karya kakak. Btw beres yg satu ini kok lama banget ngepost cerita barunya huhuㅠㅠ ditunggu epilog sama karya barunya kak. Semangattt
BalasHapusEPILOOOOOOG, greget pengen tau gitu perjuangan Yunho :(
BalasHapusEPILOOOOOOG, greget pengen tau gitu perjuangan Yunho :(
BalasHapusKak shella
BalasHapusHuhuhuhuhu
Epilog juseyo