This zone is only YunJae Fanfictions and this is our world

Selasa, 26 April 2016

FF/YAOI/YUNJAE/ONESHOOT/RUN AWAY



Tittle: RUN AWAY

Genre: YAOI

Author: Shella Rizal a.k.a Park Sooji

Cast: Yunjae and other

Length: ONESHOOT

Rating: family-hurt-angst-friendship

WARNING: BOY x BOY! Yg ga suka YAOI mending cabut aja dari sini, cos author Cinta damai~
*kibar2 kutang Jae umma*


-------


I just have to say its over
I think you feel the same

I will find a new path and get away from this

  “Kau jauh dan kau pergi..”
.
.
.
  “Yunnie! Kau sudah baca komik ini belum?”

Namja tampan itu menoleh—menatap sahabat sejak kecilnya yang berwajah cantik.
Kim Jaejoong berlari menghampiri kursinya seraya melambaikan buku komik yang masih dalam bungkusan plastik.
Yunho menaikkan alisnya, ia tersenyum cerah ketika Jaejoong berdiri di hadapannya dengan nafas yang tersengal.

  “Belum! Kau khusus membawanya untukku, ya? Sampai belum dibuka begitu” Ujar Yunho hendak mengambil komik tersebut.

Jaejoong memeletkan lidahnya.
Ia terkikik jahil seraya menjauhkan komiknya dari Yunho.

  “Ternyata tebakanku benar! Hahaha, siapa bilang aku membawanya untukmu? Aku hanya ingin pamer kepadamu! Ahahaha~” Tawa Jaejoong seraya menggoyang-goyangkan komik barunya.

  “Kau memilih orang yang salah untuk pamer!” Teriak Yunho seraya melompat dari kursinya dan berusaha merebut komik yang sudah dibawa lari oleh Jaejoong.


Anak-anak kelas XII-3 yang sudah berada di kelas tertawa melihat tingkah konyol kedua pemuda tersebut.
Yunho dan Jaejoong selalu saja ribut setiap pagi—dan mereka suka itu.
Karena pada akhirnya namja cantik itu akan kalah dalam jepitan ketiak Yunho.
Ah, 3 tahun kebersamaan mereka dengan kedua pemuda berisik itu membuat anak-anak kelas jadi tidak rela harus berpisah dengan keduanya saat hari kelulusan nanti.

Sebentar lagi mereka akan menjalani ujian akhir.
Maka dari itu saat-saat seperti ini harus dimanfaatkan sebaik mungkin.

  “Jiyong ah! Tangkap!” Jerit Jaejoong seraya melempar buku komiknya.

Yunho mengalihkan pandangannya kepada Jiyong yang sudah melempar komik tersebut ke tangan Jessica.
Gadis berambut blonde itu menjerit dan refleks melemparkan komik yang ada padanya kepada Jonghyun.
Dari Jonghyun lalu berlanjut kepada Donghae.

Namja tampan itu menyeringai saat Donghae tanpa pikir panjang melempar komik milik Jaejoong kepada Siwon yang duduk di dekat posisi Yunho berdiri.

  “YA CHOI SIWON PABO!” Jerit Jaejoong yang berhasil menarik pinggang Yunho hingga namja tampan itu sedikit mundur ke belakang.

Siwon segera melempar komik tersebut kepada Tiffany yang duduk di dekat dinding—dua deret terpisah dari kursinya.
Anak-anak kelas tertawa melihat Yunho yang berteriak kesal dan berusaha lepas dari pelukan Jaejoong.
Namun tawa tersebut berhenti ketika pintu kelas terbuka dan Go Ahra muncul di sana.

Ah—dasar pengganggu. Gerutu anak-anak kelas dalam diam.

  “Yun, ayo temani aku sarapan” Ujar gadis berambut hitam itu tersenyum manis.

Jaejoong segera melepaskan pelukannya di pinggang Yunho.
Memperhatikan sahabat sejak kecilnya yang segera berjalan menghampiri  Ahra tanpa menoleh kepadanya.

  “Kenapa kau berkeringat seperti ini? Jangan bilang kau baru saja bermain kejar-kejaran seperti anak kecil lagi dengan teman-temanmu itu” Keluh Ahra seraya mengusap pelipis Yunho yang berkeringat dengan saputangannya.

Yunho hanya tersenyum mendengar ucapan gadis cantik itu.
Ia segera merangkul bahu Ahra dan membawanya jauh dari kelas.
Meninggalkan Jaejoong yang sudah menghela nafas dan kembali duduk di kursinya.
Anak-anak kelas kembali bersuara—membicarakan betapa menyebalkannya Ahra yang tidak bisa melihat kalau mereka sedang bersenang-senang.

Gadis cantik itu selalu saja mengganggu waktu kebersamaan mereka yang tinggal sedikit lagi.
Ahra masih kelas dua, tentu saja gadis itu tidak mengerti tentang limit waktu yang dimiliki para anak kelas tiga.

Jaejoong menerima komik miliknya dari Tiffany yang mengopernya melalui Sunny yang duduk di depan Jaejoong.
Namja cantik itu menghela nafas panjang memandang komiknya.
Ia merobek bungkusan plastik tersebut dan membuka komiknya dengan malas.
Mengerutkan dahinya membalik-balik halaman dengan asal.

Ia dan Yunho tidak pernah terpisahkan sejak kecil.
Selalu ada Yunho yang akan melindunginya dari kesialan apapun yang menimpa dirinya.
Terutama ketika Jaejoong jatuh sakit karena imunnya yang lemah—Yunho akan selalu ada untuk merawat dirinya.
Tapi kebiasaan-kebiasaan itu mulai menghilang sejak kemunculan Go Ahra.

Go Ahra yang baru dua bulan ini menjadi kekasih Yunho.

Jaejoong tersenyum kecut tanpa sadar—meremas komik barunya dengan erat.
Sial. Hatinya terasa sakit sekali.

Kenapa Yunho harus mengejar anak kelas dua itu?
Kenapa Yunho harus jatuh cinta pada gadis berambut hitam itu?

Padahal di sini ada Jaejoong yang selalu setia di sisinya.
Ada Jaejoong yang tidak pernah berhenti untuk mencintainya.

Sejak mereka pertama kali bertemu.

  “Pahit..” Gumam Jaejoong menggigit bibir bawahnya.


-------


  “Yah, kenapa komiknya kusut? Apa karena dilempar-lempar tadi ya?”

Yunho mengerutkan dahinya seraya membolak-balik buku komik milik sahabatnya dengan bingung.
Jaejoong hanya mengangkat bahu.
Namja cantik itu melirik Yunho diam-diam.
Mereka sedang berjalan kaki menuju rumah saat ini.

  “Yunnie, kita mampir beli es krim dulu yuk?” Tanya Jaejoong menyadari mereka hampir melewati kedai kecil yang terletak di simpang rumah mereka.

Yunho mengangguk.
Ia mengacak rambut Jaejoong seraya tertawa jahat.

  “Yang mengajak yang traktir!” Serunya lantang.

Jaejoong merengut protes.
Namja cantik itu segera berlari menuju kedai dan membuka tutup lemari es krim yang ada di luar pintu kedai.
Ia segera merogoh sebungkus es krim yang berisikan dua stik di dalamnya.
Jaejoong membayar es tersebut secepat kilat dan membuka bungkusnya ketika Yunho sudah berada di hadapannya.

  “Nih! Kutraktir!” Giliran Jaejoong yang tertawa jahat seraya menarik dua stik es krim tersebut hingga es krim berbentuk segi empat itu terbelah dua.

Yunho mendengus—tapi ia tetap mengambil potongan es krim yang ditarik Jaejoong.

  “Dasar pelit!” Gerutu Yunho menggigit es krimnya.

Jaejoong kembali tertawa.
Namun kali ini ia tertawa senang.
Namja cantik itu kembali melanjutkan langkah kakinya diiringi Yunho yang berjalan di sampingnya seperti biasa.

  “Ujian kelulusan sebentar lagi, kau sudah memutuskan ingin berkuliah di mana?” Tanya Yunho dalam hening.

Jaejoong mendongak.
Memandang mata musang Yunho yang selalu dipujanya.
Ia mengangguk.

  “Aku akan mendaftar di tempat kau mendaftar, aku akan selalu menghantuimu sampai mati!” Ujar Jaejoong tertawa.

Yunho segera menepuk kepala namja cantik itu.

  “Ke Alaska sekalipun?”

  “Ke Alaska sekalipun! Hahaha”

  “Kenapa kau selalu mengikutiku, Joongie? Aih”

  “Kita kan memang tidak pernah terpisah sejak kecil. Di mana ada Yunho di situ ada Kim Jaejoong”

Yunho mengangguk membenarkan.
Namja tampan itu kembali menggigit es krimnya.

  “Lagipula—aku sama sekali tidak ingin berpisah denganmu..” Bisik Jaejoong nyaris tidak terdengar.

Yunho merapatkan bibirnya—berpura-pura sibuk dengan kunyahan es krimnya.
Namja tampan itu melewati Jaejoong yang sudah berdiri di depan pintu pagar rumahnya.
Yunho ikut berhenti di hadapan pintu pagar rumahnya sendiri.
Ia menoleh, menatap Jaejoong yang juga memandangnya.

Namja tampan itu tersenyum tipis.

  “Tapi aku akan berkuliah di tempat yang Ahra ingin masuki saat ia lulus nanti” Ujarnya lembut.

DEG.

Jaejoong tertegun.
Mata besarnya mengerjap memandang Yunho yang sudah menghilang di balik pintu pagar cokelat itu.
Namja cantik itu meremas pintu pagar rumahnya tanpa sadar.
Ia memalingkan wajahnya dari rumah Yunho yang bersebelahan dengan rumahnya.
Menyadari air matanya telah jatuh membasahi pipi mulusnya.

Jaejoong tercekat.

Namja cantik itu melepaskan tangannya dari pintu pagar dan berjalan menjauhi rumahnya.
Ia menghapus air matanya dan berlari menuju danau yang tidak jauh dari perumahan tersebut.
Ia mendesah lega dalam hati melihat tidak ada siapapun yang duduk di kursi pinggir danau tersebut.
Jaejoong melepaskan tasnya dan menaruhnya di samping tempat ia duduk.

Mengulurkan tangannya menghapus air matanya yang masih berjatuhan.

Sial. Terkadang Jaejoong tidak tahan—tidak tahan dengan cinta yang bertepuk sebelah tangan ini.
Bertahun-tahun ia mencoba membuat Yunho menyadari perasaannya.
Setiap saat selalu berusaha memberikan yang terbaik untuknya.
Tapi namja tampan itu seolah-olah buta.
Yunho seperti sengaja mengabaikan dirinya dan terus menggoreskan luka di hatinya.

Jaejoong ingin berhenti.
Ia ingin berhenti mencintai Yunho.
Tapi ia tidak pernah bisa—karena ia sudah jatuh terlalu dalam.
Dan hanya Yunho yang bisa menariknya keluar.


-------


Mata besar Jaejoong tidak pernah berhenti memperhatikan namja yang dicintainya sejak kecil yang sedang bercengkrama bersama kekasihnya di meja ujung.
Ia bahkan mengabaikan ramennya yang sudah hampir mengembang.
Jaejoong iri—sangat iri dengan anak kelas dua yang bernama Ahra itu.
Ia ingin sekali menggantikan posisi Ahra.

Selalu menjadi mimpinya untuk bisa mendapatkan tatapan penuh cinta dari Yunho seperti yang selalu namja tampan itu berikan kepada Ahra.
Jaejoong tersenyum kecut.
Pada akhirnya mimpi hanyalah sebuah mimpi—dan akan terus seperti itu.

  “Hei!”

Jaejoong terkejut.
Namja cantik itu segera menoleh dan menatap Junsu—teman sekelasnya yang tersenyum lebar kepadanya seraya meletakkan mangkuk ramennya di seberang ramen Jaejoong.
Mata besar namja cantik itu beralih memandang Jessica, Tiffany, Yoochun dan Changmin yang ikut duduk di sekitarnya.

  “Lihat apa sih? Kasihan ramennya” Ujar Changmin mengintip mangkuk ramen Jaejoong yang sudah mengembang.

  “Aku tidak selera makan” Sahut Jaejoong mengerucutkan bibirnya.

Yoochun tertawa mendengarnya.
Ia sudah memasukkan sumpitnya ke dalam mangkuk Jaejoong yang masih penuh.

  “Kalau begitu daging kepitingnya untukku, ya?” Ujar namja chubby itu tersenyum senang.

  “Aku juga mau!” Seru Jessica ikut memasukkan sumpitnya.

  “Jamurnya untukku!” Pekik Tiffany dan Changmin nyaris bersamaan.

  “YA YA! Tidak selera makan bukan berarti kalian bisa merampokku!” Jerit Jaejoong kesal.

Namja cantik itu mendelik kepada teman-temannya yang usil.
Ia melirik mangkuk ramennya yang hanya tinggal mie dan kuah.
Kemudian ia meletakkan mangkuknya kasar di atas meja.
Menghentakkan sumpitnya kesal melihat tidak ada satupun dari teman-temannya yang bersimpati kepadanya.

  “Aish, aku bisa gila” Gerutu Jaejoong mengerutkan dahinya.

Changmin meledakkan tawanya.
Ia semakin bersemangat memasukkan jamur dari mangkuk Jaejoong ke dalam mulutnya.

  “Jaga sikapmu, kau ini ketua OSIS, Shim Changmin” Tegur Yoochun menyikut lengan namja berwajah kekanakan itu.

Changmin mendengus.

  “Kau wakilnya, Tiffany sekretarisnya, Kyuhyun bendaharanya, tapi tidak satupun dari kalian yang berhasil menjadi elegan, jadi kenapa aku harus repot-repot untuk sopan? Hahahahaha” Tawa Changmin dengan khasnya.

Jaejoong segera memukul kepala namja kekanakan itu dengan sumpitnya.
Membuat Changmin refleks mengaduh kesakitan.

  “Ngomong-ngomong, kepala sekolah sudah menyetujui proposal untuk malam perpisahan kita” Ujar Yoochun tersenyum senang.

  “Oh ya? Jadinya kapan?” Tanya Jaejoong menaikkan alisnya.

  “Tidak lama lagi, tunggu saja pengungumannya di mading”

  “Ck, pasti sama saja seperti tahun lalu”

  “Oh tentu saja tidak, selama ada Park Yoochun tidak akan ada hal-hal yang mainstream di sini”

Jaejoong memiringkan kepalanya.
Menantang Yoochun dengan tatapan matanya.

  “Tahun ini tidak akan ada anak kelas satu dan dua, hanya ada anak kelas tiga!” Ujar Yoochun menyeringai.

DEG.

Jaejoong tertegun.
Mata besarnya membesar tanpa sadar.

  “Kepala sekolah setuju saat aku memberitahunya bahwa perpisahan ini diadakan untuk anak kelas tiga, jadi cukup kita saja yang meramaikan, karena kita kan, yang berpisah? Bukan anak kelas satu ataupun anak kelas dua” Ujar Yoochun lagi.

  “Kau sungguh jenius” Gumam Jaejoong membeo.

Yoochun menepuk dadanya bangga.
Sementara Junsu sudah tertawa di tempatnya.
Jessica dan Tiffany hanya memutar bola mata mereka jengah.

  “Otte? Kau suka, kan?” Tanya Changmin menaik-turunkan alisnya.

Jaejoong mendelik.

  “Ya ampun, kita semua tahu, Joongie, satu kelas tahu. Kau pikir kami bodoh?” Gerutu Jessica menusuk daging kepitingnya.

Oh—mulut Jaejoong membulat sempurna.
Ia membekap mulutnya dengan cepat dan menatap tidak percaya teman-temannya itu.
Pipinya mulai merona tanpa sadar.
Ia sama sekali tidak menyangka—

  “Aku mengusahakan ini untukmu, walaupun sebenarnya hampir semua angkatan tidak suka bercampur dengan junior, terutama kelas kita. Yah, kau tahu kan maksudku?” Ujar Yoochun tersenyum jahat.

  “Tentu saja dia tahu, dia yang paling tahu!” Seru Tiffany menunjuk Jaejoong dengan sumpitnya.

Aish.
Namja cantik itu mendelik kepada gadis berambut pendek itu.
Kemudian ia menggerakkan matanya—melirik seseorang yang masih duduk bersama kekasihnya di meja paling ujung.
Jaejoong tersenyum simpul tanpa sadar.


-------


  “Jaejoongie”

  “Ne Appa?”

Namja cantik itu segera menghampiri Appanya ketika pria paruh baya itu memanggil dirinya.
Hangeng tersenyum—jenis senyum yang jarang Jaejoong lihat.
Ah, pria ini pasti sedang merencanakan sesuatu tanpa sepengetahuan ibunya lagi.
Seperti dulu saat Hangeng mengajaknya memancing di pulau Jeju yang mengakibatkan Heechul menjewer mereka berdua karena ban mobil Hangeng bocor di tengah jalan sehingga istri cantiknya itu terpaksa menjemput mereka berdua.

  “Appa punya sesuatu yang ingin Appa katakan kepadamu”

  “Kalau memancing diam-diam lagi aku tidak mau, aku sudah jera”

Hangeng menepuk kepala Jaejoong—membuat si tunggal Kim itu mengaduh tidak senang.

  “Sebentar lagi kelulusanmu kan?” Tanya Hangeng serius.

Jaejoong mengangguk.
Menaikkan alisnya menyadari perubahan raut wajah Appanya.

  “Nenekmu di Hokkaido menelepon semalam”

Oh tidak—Jaejoong sudah bisa menebak ke mana arah pembicaraan ini.

  “Appa pasti akan memintaku untuk berkuliah di Hokkaido dan mengurus perusahaan yang masih dikelola oleh Haraboji di sana” Ujar Jaejoong cepat.

  “Kau benar, tapi Appa tidak memaksamu, sebenarnya Appa dan Umma tidak ingin berpisah denganmu, tapi hanya kau satu-satunya cucu yang bisa diharapkan oleh Haraboji dan Halmoni di sana, semua sepupumu selalu melarikan diri kalau sudah berbicara masalah perusahaan”

  “Apa tidak ada solusi lain, Appa? Hokkaido terlalu jauh dari Seoul”

  “Kau tidak perlu khawatir, setengah tahun setelah kau pindah ke sana Appa dan Umma akan menjual rumah ini dan menyusulmu ke sana, lalu kita bisa tinggal bersama lagi”

  “Bukan itu maksudku, Appa. Aku lahir dan besar di sini, teman-temanku semuanya ada di sini, lalu—lalu Yunnie juga—”

Jaejoong terdiam.
Ia memutuskan perkataannya begitu saja.

Benar.

Yunho.
Jika ia menerima tawaran dari Appanya maka itu berarti ia harus berpisah dengan Yunho.
12 tahun bersama—akhirnya mereka akan berpisah.
Jaejoong menahan nafasnya ketika nafasnya terasa sesak.
Mata besarnya berembun dalam sekejap.

Tidak—ia tidak sanggup membayangkan jika mereka harus berpisah.

Yunho adalah hidupnya—segalanya.

Hangeng memperhatikan putra kesayangannya yang mendadak terdiam.
Ia menghela nafas dan tersenyum tipis seraya menepuk kepala namja cantik itu dengan lembut.

  “Kalau kau memang tidak mau ya sudah, Appa akan memberitahu Halmoni nanti”

  “Maafkan aku..”

  “Tidak apa, kembalilah ke kamarmu”

Jaejoong mengangguk.
Ia memeluk Appanya dan segera beranjak menaiki tangga dan memasuki kamarnya.

  “Jaejoongie!”

Namja cantik itu terkejut ketika ia menutup pintu kamar dan suara Yunho segera terdengar menyapa telinganya.
Jaejoong menatap jendela balkonnya yang terbuka.
Ia bisa melihat Yunho yang berdiri di seberang balkon kamarnya seraya melambai kepadanya.
Namja cantik itu tersenyum tipis.

Ia segera melangkah menuju balkon dan berdiri di pagar.

  “Kemana saja kau? Aku menunggumu dari tadi” Ujar Yunho kesal.

  “Kau tidak tahu ya kalau dunia sudah menciptakan alat ajaib yang bernama ponsel?” Balas Jaejoong memeletkan lidahnya.

Yunho mendelik.

  “Aku ingin bicara tentang malam perpisahan nanti, benar ya kalau hanya ada angkatan kelas tiga saja?”

  “Iya, Yoochun memberitahuku seperti itu, pasti seru sekali, jarang-jarang angkatan kita berkumpul seperti ini”

  “Aish, apanya yang seru! Sepertinya hanya aku ya, yang tidak menyukai ide itu?”

  “Hm, maksudmu?”

  “Ini kan tahun terakhir kita di sekolah, sebentar lagi kita lulus dan berkuliah. Tentu saja jadwal perkuliahan akan berbeda dengan jadwal sekolah, kasihan sekali junior yang dekat dengan kita”

Oh—Jaejoong menaikkan alisnya.
Meremat pagar balkonnya dengan erat.

  “Go Ahra maksudmu?” Ucap Jaejoong nyaris bergetar.

Yunho tersenyum kikuk.
Ia menggaruk tengkuknya.

  “Yang memiliki kekasih kan tidak hanya aku, Jae”

  “Iya, tapi hanya kau yang sepertinya tidak rela tidak bisa menghabiskan waktu bersama kekasihmu”

  “Ck, padahal aku berharap kau satu pemikiran denganku, Yoochun dan Changmin kan hanya mendengarmu saja”

Jaejoong tercekat.
Ia menatap marah kepada Yunho.

  “Jadi kau berharap aku membuat Yoochun untuk membatalkan ide itu agar kau bisa bebas berduaan dengan kekasihmu itu? Maaf saja, ya, Jung Yunho!” Teriak Jaejoong benci.

  “Oh, maaf, aku lupa kalau kau tidak punya pacar” Tawa Yunho mengejek.

Jaejoong berjengit.
Dadanya terasa sesak.
Ia semakin mencengkram pagar balkonnya hingga tangannya terasa sakit.
Bukan—bukan itu.
Bukan itu yang menjadi kemarahan Jaejoong.

Jaejoong tidak peduli tentang ia yang sendiri atau tidak.
Ia hanya tidak ingin Yunho kembali berduaan dengan gadis yang tidak pernah disukainya itu.
Ia hanya ingin Yunho kembali jadi miliknya di malam perpisahan nanti tanpa ada yang mengganggu.
Jaejoong rindu Yunho—dan ia ingin memanfaatkan waktu tersebut untuk bisa bersama Yunho sepanjang malam.

Teman-temannya sudah berusaha untuk ini.

Tapi Yunho malah miscalculated.

Namja tampan itu melihat dengan jelas perubahan raut wajah sahabat sejak kecilnya.
Wajah Jaejoong tampak memerah dengan dahi yang mengerut.
Oh—sebaiknya ia segera mengalihkan pembicaraan sebelum Jaejoong marah kepadanya.

  “Ngomong-ngomong, aku dengar dari Junsu kalau kau memasukkan Jounant juga ya ke dalam angket universitas pilihanmu?” Ujar Yunho tersenyum tipis.

Jaejoong mengangguk—hanya mengangguk.

  “Wah, kalau begitu kita akan bersama-sama lagi. Nanti kalau Ahra sudah menyusul kita, kalian bisa memanfaatkan waktu untuk saling mengenal”

Hati Jaejoong semakin berdenyut-denyut menyakitkan.
Seolah diremas dari dalam.
Namja cantik itu merasakan kedua matanya panas.
Ia menggeram dalam hati.

Kenapa Yunho tidak peka sedikit saja?

  “Aku ingin tidur” Ujar Jaejoong bergetar.

Namja cantik itu segera masuk ke dalam kamar dan menutup jendela balkonnya dengan gorden.
Tidak mengacuhkan panggilan dari Yunho yang terkejut akan sikapnya.
Air mata yang sejak tadi ditahannya jatuh membasahi pipinya.
Namja cantik itu duduk bersandar di pintu balkon.

Ia menekuk kakinya dan terisak.
Tangisnya pecah.
Jaejoong mencengkram dadanya erat.
Mengerutkan dahinya membiarkan air matanya semakin merembes jatuh.

Kenapa kau tidak pernah mengerti Yunho?
Kenapa kau tidak pernah melihatku?

Aku mencintaimu.
Aku yang paling mencintaimu.
Aku yang lebih dulu bertemu denganmu—kenapa kau harus jatuh cinta pada yang lain?


-------


  “Bersulaaang!”

Jaejoong hanya diam memperhatikan teman-teman angkatannya yang lain sedang berpesta di tengah aula.
Lampu ruangan diredupkan bersamaan dengan berputarnya lampu warna-warni yang membuat aula tampak seperti klub malam.
Anak kelas tiga memang banyak maunya.

Namja cantik itu meneguk champagne-nya dan mengetuk-ketukkan telunjuknya di meja minuman yang sudah disulap seperti meja bartender.
Ia berangkat bersama Yunho sore tadi, tapi namja tampan itu entah menghilang ke mana saat ini.
Jaejoong tidak ambil pusing, minuman beralkohol ini jauh lebih menggodanya untuk dicicipi.

Puja Kim Heechul yang sudah mengajarkannya untuk menjadi peminum yang handal.

  “OSIS tahun ini berhasil, bukan? Pesta perpisahan yang hebat! Hahaha!” Seru Siwon menghampiri Jaejoong.

Namja cantik itu mengangguk.
Ia mengangkat gelas champagne-nya.

  “Untuk angkatan kita!” Seru Jaejoong lantang.

  “Untuk angkatan kitaaa!” Sahut hampir semua anak kelas tiga heboh.

Jaejoong tertawa karenanya.
Namja cantik itu mengambil gelas yang penuh menggantikan gelasnya yang sudah kosong.
Siwon sudah beranjak mencari sahabat-sahabatnya yang berpencar di aula.
Mata besar Jaejoong mengerjap ketika ia menangkap sosok Yunho yang duduk di sofa panjang di pojok ruangan.

Namja cantik itu meneguk habis minumannya dan segera berjalan menghampiri Yunho.
Namja tampan itu terlihat mabuk.
Mungkinkah?

  “Yunnie” Panggil Jaejoong seraya duduk di samping Yunho.

Namja tampan itu bergumam tidak jelas.
Ia tersenyum dengan mata yang terpejam di depan wajah sahabat sejak kecilnya.
Jaejoong mendengus dan balas tersenyum.
Yunho positif mabuk.

  “Aish kau ini, toleransi alkoholmu ternyata rendah sekali, ya? Baru 4 gelas dan kau sudah tidak sadarkan diri” Ujar Jaejoong melirik gelas-gelas kosong yang ada di atas meja.

  “Aku mengantuuk” Seru Yunho seraya merebahkan kepalanya di bahu Jaejoong.

Namja cantik itu tertawa, ia menepuk-nepuk paha Yunho pelan.

  “Jangan tidur dulu, pestanya baru saja dimulai, kepala sekolah dan para guru sudah meninggalkan ruangan” Ucap Jaejoong memberitahu.

Tapi Yunho sepertinya tidak peduli.
Namja tampan itu malah menyurukkan wajahnya ke leher Jaejoong mencari posisi yang membuatnya nyaman.

Jaejoong mengalihkan pandangannya.
Ia bisa melihat teman-teman sekelasnya yang sedang menari di dekat panggung.
Yonghwa, Jungshin, Jonghyun, dan Minhyuk sedang memainkan lagu di atas panggung.
Sementara Changmin, Junsu, dan Yoochun masih tetap duduk di meja kue sejak tadi.

Namja cantik itu tersenyum simpul.
Ia pasti akan sangat merindukan mereka semua.

  “Ngh”

Jaejoong menunduk ketika Yunho berdengung tidak jelas.
Namja cantik itu memperhatikan wajah tampan Yunho yang sepertinya sudah terlelap pulas.
Ia melebarkan senyumnya.

  “Kau tahu tidak, Jung Yunho? Aku senang sekali kita bisa seperti ini lagi setelah sekian lama” Bisik Jaejoong lembut.

Yunho mengerang—terganggu dengan hembusan nafas Jaejoong di telinganya.
Namja tampan itu menggeliat hingga membuat Jaejoong memundurkan tubuhnya agar Yunho nyaman.
Tapi namja tampan itu malah bergerak ke arah yang berlawanan dan tidur berbaring di atas sofa.
Jaejoong mengerjapkan matanya melihat kelakuan Yunho.

Ia menutup mulutnya dengan punggung tangan dan tertawa.

  “Hmmh” Gumam Yunho memiringkan wajahnya.

Namja cantik itu beranjak dari duduknya.
Ia mendekati Yunho dan berlutut di samping namja tampan itu.
Memandangi wajah tampan Yunho yang sedikit memerah karena mabuk.

DEG DEG DEG.

Jantung Jaejoong berdebar kencang.
Sangat kencang seolah akan lepas dari tempatnya.
Namja cantik itu menyentuh tangan Yunho dengan tangannya yang bergetar.
Jaejoong menelan salivanya seraya mengedarkan pandangannya kepada teman-temannya yang terlihat sibuk sendiri di tengah-tengah pesta.

Debaran di dada Jaejoong semakin meningkat ketika ia menyadari bahwa penerangan di tempatnya dan Yunho tidak terlalu jelas jika lampu warna-warni itu tidak berputar ke arah mereka.
Jaejoong menjilat bibirnya yang terasa kering karena degupan jantungnya.
Ia memiliki sebuah ide gila di kepalanya.
Ide yang bercampur dengan hasrat dari dalam dirinya.

Namja cantik itu memastikan sekali lagi bahwa teman-temannya tidak ada yang melihat ke arahnya dan Yunho.
Setelah beberapa menit meyakinkan diri, Jaejoong beralih menatap wajah Yunho yang begitu dekat dengannya.
Ia menurunkan wajahnya dan meremas tangan Yunho dengan tangannya yang berkeringat dingin ketika nafas hangat namja tampan itu menerpa hidung bangirnya.

  “”Yu—Yunnie..” Bisik Jaejoong pelan.

Memastikan Yunho sungguh dalam keadaan tidak sadar.

DEG DEG DEG.

Debaran jantung Jaejoong semakin kencang.
Namja cantik itu bergetar ketika bibirnya dan bibir Yunho bertemu.
Ia menatap penuh cinta mata musang Yunho yang terpejam.

  “Aku mencintaimu” Bisik Jaejoong seraya memiringkan wajahnya.

Namja cantik itu meraup bibir Yunho dengan bibirnya yang bergetar.
Ia membuka mulutnya dan melumat bibir Yunho selembut yang ia bisa.
Lidahnya sesekali menyusup masuk ke dalam belahan bibir Yunho yang terbuka dan menghisap bibir bawah namja tampan itu.

DEG!

Nafas Jaejoong tercekat dengan mata besarnya yang membulat ketika ia merasakan tangan Yunho menekan kepalanya sementara tangan yang berada dalam genggamannya berpindah memeluk lehernya.
Namja cantik itu nyaris tidak bisa merasakan nafasnya dengan benar saat Yunho membuka mulut dan membalas ciumannya dengan kasar.

Dada Jaejoong berdentum dengan cepat.
Letupan-letupan kebahagiaan meledak di dalam dirinya.
Mata besar Jaejoong berkaca-kaca melihat Yunho seraya sesekali membalas kecupan panas dari namja tampan itu.

Apakah—apakah Yunho juga mencintainya?
Apakah perasaannya terbalaskan?

Jaejoong tersenyum dalam ciuman mereka.
Ia kembali memejamkan mata bulatnya dan membuka mulutnya—membiarkan lidah Yunho menjelajah dengan suka cita.
Namja cantik itu memberikan cinta di setiap lumatan bibirnya.
Rasanya tidak cukup untuk memberitahu Yunho betapa ia mencintai namja tampan itu.

Tautan bibir mereka terlepas saat keduanya membutuhkan oksigen.
Yunho dan Jaejoong saling tersengal dengan saliva yang menjaring di antara bibir mereka berdua.
Pipi Jaejoong merona segar.
Ia tersenyum bahagia memandang Yunho.
Namun senyumnya tidak bertahan lama ketika mata sayu Yunho terbuka dan tangannya menyentuh pipi Jaejoong yang panas.

  “Ahra..” Bisik Yunho lirih.

DEG.

Jaejoong terkejut.
Segala kebahagiannya lenyap dalam sekejap.
Ia membeku di tempat.
Tangan Yunho yang mengusap pipinya terjatuh begitu saja.
Mata musang itu kembali terpejam—tertidur seperti sebelumnya.

Jaejoong memundurkan tubuhnya tanpa sadar.
Bola matanya bergerak gelisah memandang Yunho.
Kemudian air matanya jatuh membasahi pipinya yang tampak pucat.
Namja cantik itu beranjak bangkit dari posisinya dan berlari menuju kamar mandi.

  “Joongie?”

Jaejoong mengabaikan panggilan Jiyong yang bertemu dengannya di depan pintu kamar mandi.
Namja cantik itu segera menerobos ke dalam dan mengunci pintu tersebut.
Kemudian ia jatuh terduduk di lantai.
Tangisnya pecah.
Namja cantik itu menangis tersedu-sedu seraya menutup wajahnya.

Hatinya retak—pecah berkeping-keping.

Yunho telah menghancurkannya.
Menghancurkan ia dan hatinya.


-------


  “Selamat pagii!”

Minhyuk dan Donghae masuk ke kelas bersamaan.
Mereka menyapa teman-teman sekelas dengan kompak yang dibalas dengan teriakan oleh para gadis XII-3.
Sebenarnya setelah malam perpisahan berlangsung mereka tidak belajar lagi.
Tapi daripada bosan di rumah lebih baik mereka kembali ke sekolah dan menikmati hari-hari terakhir mereka sebelum pengunguman kelulusan.

Lagipula masih ada yang harus mengantarkan angket universitas pilihan kepada wali kelas.

  “Jaejoong kenapa?” Tanya Jessica menyikut lengan Changmin.

Namja berwajah kekanakan itu mengindikkan bahunya.
Ia kembali fokus dengan permainan kartunya bersama Yoochun dan Yonghwa.

  “Mungkin sedang ada masalah di rumah” Ujar Yoochun menimpali.

Jessica memiringkan kepalanya, lalu ia kembali sibuk dengan bulu matanya.

  “Aih, Yunho dan Siwon itu, saat-saat berharga seperti ini mereka malah sibuk dengan pacar masing-masing. Padahal setelah lulus kan masih bisa bertemu, sedangkan kita ada yang akan berkuliah ke luar negeri” Gerutu Taeyeon kesal.

Jaejoong yang sedang melamun di kursinya menoleh memandang Taeyeon yang duduk di kursi depan.
Ia mengusap tangannya yang terasa hangat karena sinar matahari yang langsung menyinari mejanya.

  “Memangnya siapa yang akan pindah?” Tanya Jaejoong penasaran.

Setahunya ia tidak memberitahu siapapun tentang persetujuannya dengan Hangeng setelah malam perpisahan beberapa waktu yang lalu.

  “Jungshin, Jiyong, dan Taehyung akan pindah dalam waktu dekat” Sahut gadis bermata besar itu.

Jaejoong menaikkan alisnya.
Ia tidak tahu kalau ada banyak yang akan pergi meninggalkan Seoul setelah lulus.

  “Kurasa yang tetap di Seoul tidak banyak, aku mengintip angket di ruang guru kemarin, hampir semua angkatan memilih untuk berkuliah di luar kota. Padahal di sini banyak universitas yang bagus” Komentar Changmin yang masih sibuk dengan kartunya.

Jaejoong kembali mengalihkan pandangannya keluar jendela ketika teman-teman kelasnya sudah sibuk membahas tentang angket pilihan.
Ia mendesah pendek dan menumpu dagunya dengan tangan.

Setelah malam itu—ia telah menghindari Yunho.
Tiga hari ini Jaejoong selalu berangkat ke sekolah lebih pagi dan pulang lebih cepat.
Untung saja di waktu senggang seperti ini namja tampan itu lebih memilih untuk bersama dengan kekasihnya.
Jaejoong tersenyum kecut.

Sama sekali tidak menyangka kalau saat-saat seperti ini akhirnya tiba juga.
Waktu di mana ia sama sekali tidak menginginkan Yunho berada di dekatnya.
Rasa sakit yang menyengat dirinya jauh lebih besar dibandingkan dengan keinginannya untuk terus bersama Yunho.
Sakit sekali—Jaejoong tidak tahan.

  “Jung Yunho kembali! Hahahaha!”

Namja cantik itu tersentak saat telinganya mendengar suara Yunho yang berteriak di pintu kelas.
Ia segera mengambil uangnya dari dalam tas dan hendak beranjak menuju kantin.

  “Joongie! Kau mau ke mana? Aku ikut!” Seru Yunho tersenyum cerah.

Namja cantik itu menatap Yunho dengan tajam.
Membuat Yunho terdiam melihatnya.
Jaejoong segera berbalik dan keluar melewati pintu belakang kelas.
Yunho mengerutkan dahinya dan berlari menyusul sahabat sejak kecilnya.

  “Hei! Tunggu aku!” Seru Yunho kesal.

  “Aku tidak mau ke kantin bersamamu kecuali kau mentraktirku” Ujar Jaejoong asal.

Mwo?
Yunho menaikkan alisnya.
Ia menubruk namja cantik itu dan merangkul bahunya dengan paksa hingga membuat Jaejoong berteriak tidak terima.

  “Jung Yunho sedang kaya hari ini! Kau mau makan apa? Ramen? Bulgogi? Jajangmyeon? Katakan saja permintaanmu!”

  “Sombong sekali”

  “Orang kaya memang harus sombong! Hahaha~”

Jaejoong mendengus.
Mengepalkan jemarinya diam-diam.

Kumohon, Yunho.
Tidak bisakah kau meninggalkanku sendiri? Aku masih belum siap untuk bersama denganmu lagi.

  “Jadi, ada masalah apa? Tiga hari ini kau menghindariku terus, kau yang bermasalah atau aku yang membuat kesalahan?” Tanya Yunho setelah mereka duduk di kantin.

  “Molla” Sahut Jaejoong sesukanya.

Yunho memukul kepala namja cantik itu yang dengan cepat dibalas oleh Jaejoong.

  “Tadi Ahra menangis, padahal aku sudah bilang kalau aku akan tetap menunggunya”

DEG.

Jaejoong terdiam.
Ia memasukkan daging ayamnya ke dalam mulut.

  “Wajar saja ia seperti itu, kalian akan jarang bertemu setelah lulus nanti, apalagi di universitas pasti banyak yang lebih cantik dan menarik” Komentar Jaejoong pelan.

  “Yah, Jaejoongie, aku ini tipe setia” Ujar Yunho kesal.

Jaejoong tersenyum miring.

  “Aku juga setia” Bisiknya.

  “Oh ya?”

  “Iya, 12 tahun aku selalu di sampingmu, apa itu belum cukup?”

Giliran Yunho yang terdiam.
Namja cantik itu tertawa geli dan kembali memasukkan potongan ayam ke dalam mulutnya.

  “Jaejoong, aku ingin minta maaf kepadamu”

Jaejoong menaikkan alisnya.
Ia tersenyum kepada Yunho.

  “Maaf untuk apa, Yunnie?”

  “Maaf untuk semua kesalahanku padamu”

  “Eoh? Apa-apaan ini? Kenapa mendadak seperti ini?”

  “Sebentar lagi kita akan lulus, aku tidak tahu apakah kau yang akan tinggal atau tidak, jadi sebaiknya sebelum terlambat aku memberitahumu”

  “Mwo? Jadi maksudmu aku bisa tidak lulus eoh?! Asal kau tahu saja ya, tuan Jung! Aku ini belajar sampai pagi selama hari ujian!”

  “Hahahaha! Aku kan bercanda! Kau ini sensitif sekali!”

  “Menyebalkan! Semua anak kelas tiga juga akan marah kalau kau mengatai mereka tidak lulus, kau tahu! Ish!”

Yunho tersenyum lebar.
Ia memandangi Jaejoong yang mengunyah ayamnya seraya bersungut-sungut.

  “Joongie, kau juga akan berkuliah di Jounant, kan?”

DEG.

Jaejoong terkejut.
Ia refleks menatap mata Yunho yang balas memandangnya.

  “Aku baru sadar kalau sampai saat ini aku masih tidak tahu tentang rencanamu ke depannya bagaimana, tapi kau juga akan masuk Jounant kan?”

  “Kenapa kau berkata seperti itu? Kenapa aku harus masuk ke tempat yang sama denganmu?”

  “Kita selalu bersama sejak kecil, akan terasa aneh kalau tiba-tiba kita berpisah, kau tidak berpikir seperti itu? Bukankah di mana ada Yunho di situ selalu ada Kim Jaejoong?”

Namja cantik itu tersenyum tipis.
Ia mengangkat bahunya menjawab ucapan Yunho.

  “Ya, Yunho, aku akan selalu mengikutimu. Aku selalu di sisimu”

Yunho tersenyum.


-------


Yunho tidak mengerti mengapa Jaejoong memilih untuk duduk di tepi danau dekat rumah mereka di hari kelulusan ini.
Ia sudah berusaha mengajak Jaejoong untuk ikut ke sekolah, tapi namja cantik itu tidak mau.
Bukankah euphoria di hari kelulusan itu penting?

  “Yunho! Kau terlambat! Pengunguman kelulusan sudah keluar!” Teriak Jungshin melambai kepada Yunho.

Namja tampan itu mengangguk melihat kumpulan anak kelas tiga yang bersorak-sorak di lapangan sekolah.
Sementara para gadis malah menangis sambil berpelukan di sana.
Ia tersenyum tipis.
Ikut berdebar-debar akan hasil pengunguman hari ini.

  “Yah, Yunho! Mana Kim Jaejoong?! Kita semua lulus, kau tahu!” Jerit Jessica yang sudah menangis seraya memukul bahu Yunho.

  “Yang benar?! Lulus semua?!” Pekik Yunho heboh.

Gadis berambut blonde itu mengangguk.
Yunho segera tertawa dan menepuk-nepuk kepala teman sekelasnya.
Ia melihat Changmin dan Yoochun yang sibuk berbicara dengan anak-anak dari kelas lain.
Namja tampan itu hendak menghampiri kedua teman sekelasnya—namun pandangannya beralih kepada Go Ahra yang berdiri di pinggir lapangan sekolah.

Yunho tersenyum dan segera menghampiri gadisnya.

  “Hei, ada apa? Kenapa kau menangis? Apa kau juga lulus, eoh?” Ujar Yunho tertawa.

  “Aish! Paboya! Aku menangis karena kita akan berpisah, tahu!” Seru Ahra kesal.

Namja tampan itu menepuk-nepuk kepala kekasihnya lembut.

  “Kita masih bisa bertemu di waktu senggang kok, jangan menangis”

  “Aku tidak melihat sahabat terdekatmu sejak kau datang, apa dia sedang sibuk?”

  “Jaejoong? Tumben sekali kau bertanya tentangnya”

  “Temanku ingin berfoto dengan Jaejoong sebelum ia pergi”

Eoh?
Yunho menaikkan alisnya.
Ia memandang Ahra yang sudah menghapus bekas air mata di pipinya.

  “Pergi? Pergi ke mana?”

  “Kau tidak tahu ya? Tadi pagi saat upacara kepala sekolah mengungumkan nama-nama siswa kelas tiga yang akan berkuliah di luar negeri, dan Jaejoong termasuk salah satunya”

DEG.

Yunho terkejut.
Ia membulatkan mata musangnya.

  “Apa kau tidak salah dengar? Jaejoong sendiri yang memberitahuku kalau ia akan ke Jounant sama sepertiku, Ahra” Ujar Yunho nyaris bergetar.

  “Aku tidak mungkin salah dengar, kepala sekolah kolot itu mengulangnya sampai dua kali hingga teman-temanku banyak yang menangis, mereka sama sekali tidak menyangka kalau Jaejoong dan Jungshin akan pergi jauh” Sahut Ahra mengerutkan dahinya.

Jantung Yunho berdebar kencang.
Namja tampan itu merasakan tenggorokannya kering.
Ia segera berbalik dan berlari meninggalkan Ahra.
Tidak mempedulikan panggilan dari gadisnya.

Sial!
Sial, sial!

Jadi ini alasan mengapa namja cantik itu tidak mau ikut ke sekolah bersamanya hari ini eoh?
Karena ia akan segera pergi meninggalkan Seoul?
Meninggalkan dirinya?
.
.
.
  “KIM JAEJOONG!!”

Namja cantik yang sedang duduk di kursi pinggir danau itu tersentak kaget saat Yunho meneriakkan namanya dengan penuh amarah.
Jaejoong segera berdiri dari duduknya dan memandang Yunho yang tersengal dengan pelipis yang meneteskan keringat di hadapannya.

  “Melihat wajahmu sepertinya kau sudah tahu” Ujar Jaejoong pelan.

Yunho menggeram kesal.
Ia mengepalkan jemarinya.

  “IYA! Aku sudah tahu! Ahra yang memberitahuku! Kau bilang kau akan ke Jounant bersamaku! Kau bilang kita tidak akan berpisah!” Teriak Yunho marah.

  “Aku bohong” Sahut Jaejoong cepat.

Kepalan Yunho semakin erat.
Ia menatap tajam wajah cantik Jaejoong.

  “Kenapa aku masih harus bersamamu ketika kau sudah bersama yang lain? Kau sudah punya Ahra, kau tidak membutuhkan aku lagi, Yunnie”

  “Tentu saja aku membutuhkanmu! Kau sahabatku sejak kecil!”

  “Apa kau tidak punya hati? Kau ingin aku terus berada di sisimu, tapi kau sama sekali tidak melihatku. Kau hanya menginginkanku sebagai teman bicaramu saja kalau kau sedang bosan, kan?”

  “Jae aku tidak—”

  “Sudahlah Yun, aku harus segera pulang sekarang, pesawatku akan berangkat satu jam lagi”

Yunho tercekat.
Melihat Jaejoong yang tersenyum kecut kepadanya.
Namja cantik itu berjalan melewatinya—dan Yunho melihat dengan jelas mata bulat yang telah basah itu.
Dua langkah di depan Yunho, Jaejoong berhenti.
Ia mengepalkan jemarinya.

  “Apa kau tahu? Alasan terbesarku untuk pergi darimu?” Ujar Jaejoong bergetar.

Yunho berbalik, menatap punggung Jaejoong yang rapuh.
Namja cantik itu menoleh, melirik Yunho dengan sudut matanya.
Ia tersenyum tipis.

  “Aku pergi karena aku tidak tahan dengan perasaan yang bertepuk sebelah tangan darimu” Ujarnya serak.

  “Aku tahu...Aku tahu kalau kau mencintaiku” Balas Yunho menyesal.

Jaejoong terkejut.
Bola matanya membesar dan menjatuhkan air mata yang sejak tadi ditahannya.

  “Malam perpisahan itu...Aku sadar kalau kau menciumku”

DEG.

Tubuh Jaejoong terasa sedingin es.
Namja cantik itu refleks berbalik sepenuhnya memandang Yunho.
Air matanya terus berjatuhan tanpa bisa ia tahan.
Mata bulatnya menatap tajam wajah menyesal Yunho.

  “Aku memanggil nama Ahra karena aku ingin agar kau menyadari kalau aku menolakmu” Lanjut Yunho lirih.

Dahi Jaejoong mengerut.
Ia menggertakkan giginya dalam diam.
Nafasnya tersengal—seolah seluruh amarahnya meledak di dadanya.

  “Aku—Aku tidak tahu kalau kau sejahat ini, Jung Yunho” Desis Jaejoong bergetar.

  “Jae—”

  “Kau berhasil menghancurkanku—membuat hatiku pecah berkeping-keping”

Jaejoong tersenyum kecut.
Ia merasakan matanya buram karena air matanya yang semakin banyak.

  “Jadi ini maksud permintaan maafmu waktu itu?! Apa kau tahu bagaimana penderitaanku selama ini untuk menahan perasaanku setiap kali aku bersamamu?! Apa kau tahu kalau rasanya aku ingin mati saja setiap kali kau menyebut nama Ahra?!” Teriak Jaejoong dengan suaranya yang pecah.

  “Jae—” Panggil Yunho bersalah.

  “Jangan mendekat!!” Pekik Jaejoong melihat Yunho yang melangkah.

Namja tampan itu menghentikan kakinya.
Ia memandang Jaejoong yang berusaha menghapus air mata yang telah membasahi pipinya.
Wajah cantik itu tampak memerah dengan mata yang bengkak.
Yunho tidak pernah melihat Jaejoong sesedih ini seumur hidupnya.

Dadanya terasa sakit.
Yunho tidak sadar kalau dirinya ikut menangis melihat Jaejoong yang berusaha menyembuhkan lukanya sendiri.

  “Persahabatan kita cukup sampai di sini, Jung Yunho. Aku tidak ingin lagi mengenal orang sekejam dirimu” Isak Jaejoong tercekat.

DEG.

Yunho terkejut.
Jaejoong sudah berlari meninggalkan dirinya.

  “Jaejoong!” Teriak Yunho lantang.

Tapi Jaejoong tidak berhenti.
Bahkan sekedar menoleh pun tidak.

Yunho meringis—jatuh berlutut di atas rumput.
Menutup wajahnya yang kini telah basah.

Apa yang telah ia lakukan?
Bagaimana bisa ia menyakiti Jaejoong sampai seperti itu?

Seharusnya waktu itu ia tidak mengatakan apa pun saat Jaejoong menciumnya.
Seharusnya ia tidak berpura-pura tidak terjadi apa pun kepada Jaejoong setelahnya.

  “Kau jauh dan kau pergi..” Bisik Yunho lirih.

Yunho menyesal.


-------


  “Berkasmu sudah selesai?” Tanya Jonghyun kepada Jessica.

Angkatan kelas tiga sedang melegalisir ijazah mereka hari ini.
Sedangkan siswa-siswa yang berkuliah ke luar negeri sudah mengurus berkas mereka jauh hari sebelumnya.

  “Sudah, kita keliling sekolah, yuk? Hari ini kan hari terakhir pakai seragam” Ujar Jessica tersenyum senang.

  “Tidak terasa ya, rasanya waktu cepat sekali berlalu. Jaejoong dan yang lain sudah pergi saja” Ujar Junsu lesu.

  “Iya, belum apa-apa aku sudah merindukan mereka” Ucap Sunny memeluk berkasnya erat.

  “Yunho tidak terlihat baik-baik saja setelah kepergian Jaejoong. Tapi menurutku wajar kalau ia seperti itu, mereka kan tidak pernah terpisahkan selama ini” Ujar Jessica pelan.

  “Itu Yunho” Seru Junsu menunjuk ke arah pohon akasia.

Mereka semua berhenti melangkah.
Memandang Yunho dan kekasihnya yang sedang berbicara di bawah pohon besar itu.
Sunny melirik Jonghyun.

  “Menurutmu apa yang sedang mereka bicarakan?” Tanya gadis cantik itu penasaran.

  “Mungkin mereka akan putus” Gumam Jonghyun tersenyum tipis.

  “Aku juga memikirkan hal yang sama, tidak kusangka harus menunggu sampai Jaejoong pergi dulu baru Yunho sadar kalau Jaejoong itu tidak tergantikan” Ujar Junsu mengindikkan bahunya.

Jessica menaikkan alisnya.
Melihat Ahra yang menangis di hadapan Yunho.

  “Semuanya tidak lagi sama sejak malam perpisahan itu, iya kan?” Ujar gadis blonde itu melirik teman-temannya.

Mereka semua mengangguk.

  “Ciuman itu, ya? Kalian juga melihatnya?” Seru Sunny terkejut.

Junsu memutar bola matanya jengah.

  “Semua orang menyadarinya, kita memang sengaja mendudukkan Yunho di sana dan membuatnya mabuk, Sunny. Tapi ternyata kita miscalculated” Ujar Jonghyun mendesah.

Sunny bergumam.
Ia mengangguk dan kembali memperhatikan pasangan kekasih itu.
Oh—mungkin sudah bisa disebut dengan mantan pasangan kekasih?
Karena Ahra sudah berlari meninggalkan Yunho setelah gadis cantik itu menampar wajah tampannya.

  “Wow, pasti sakit” Ujar Junsu meringis.

  “Ayo, kita jalan lagi” Ajak Jessica kembali melangkahkan kakinya.

Jonghyun, Junsu, dan Sunny mengangguk.
Mereka segera mengikuti Jessica yang sudah berada di depan.

  “Oh iya, ngomong-ngomong, bisa tidak kalau Yunho pindah ke Hokkaido dan berkuliah di sana? Tapi Jounant kan sudah mencatat namanya” Ujar Sunny mengerutkan dahinya.

  “Setahuku bisa, selama masih tahun ajaran baru tidak masalah” Sahut Jessica santai.

  “Apalagi keluarganya Yunho tidak bisa dianggap remeh” Ucap Junsu mengangguk.

  “Kalau tebakan kita benar, kurasa tidak lama lagi Yunho juga akan pergi dari Seoul” Komentar Jonghyun tersenyum.

Jessica, Sunny, dan Junsu mengangguk.

  “Reuni nanti pasti akan ada sesuatu yang mengejutkan” Gumam Jessica melirik teman-temannya.

  “Iya, seperti sahabat masa kecil yang akhirnya bersatu, misalnya” Ujar Jonghyun mengangguk.

Kemudian mereka semua tertawa.

END.

No epilog~

-Kim Jaejoong, Run Away-

27 komentar:

  1. Kak pleaseeee ada epilog'a doong..😚😚😭😕,ya ya ya..

    BalasHapus
  2. Kak pleaseeee ada epilog'a doong..😚😚😭😕,ya ya ya..

    BalasHapus
  3. selama baca sakit... tapi lebih sakit baca no epilog kak T,T

    BalasHapus
  4. Greget klo baca ff nya shella ge,,ahhh jadi tangis tengah malam kan,,coba dong shella buat novel huweeeee,,ga pokus komentar nih,,udah baper parah,

    BalasHapus
  5. Hiya.. epilog di tunggu, nanggung ini gantian biar si beruang yg ngejar2 emak ke hokaido.
    Kyaaa seneng ada karakter junsu wlw ga banyak yah pdhl shella paling TOP deh kl udh mendeskripsikan karakter innocent junsu yg bikin aku mesem2 baca nya tp udh ckp lega krn shella udh welcome lg sm si duckbutt hehe

    BalasHapus
  6. Epilog please, yun babo baru sadar akhiran kan, please yunjae happy end 🙏

    BalasHapus
  7. Sumpah ini gantung banget, epilog pleaseeeee

    BalasHapus
  8. Pleasee epilog dong plesee pleseee :(

    BalasHapus
  9. Rasanya lebih sakit baca No Epilog itu dripada ff nya T.T

    BalasHapus
  10. Rasanya lebih sakit baca No Epilog itu dripada ff nya T.T

    BalasHapus
  11. Aaaaa kenapa no epilog??? Harus ada epilognyaaaaaaa. Lanjutannya apa?? Jadian atau nggak?? Atau jaejoong jadi gak ada rasa lagi sama yunho??? Aahhhhh penasaraaaaaaaan!!!!!!!

    BalasHapus
  12. Aaaaa kenapa no epilog??? Harus ada epilognyaaaaaaa. Lanjutannya apa?? Jadian atau nggak?? Atau jaejoong jadi gak ada rasa lagi sama yunho??? Aahhhhh penasaraaaaaaaan!!!!!!!

    BalasHapus
  13. Kakak kok ngegantung? Epilog juseyooooo.
    Kit ati sama yunho!!!!!

    BalasHapus
  14. diceritain sama temen2 jae, gantung. mau epilog kakakkkk, please :D

    BalasHapus
  15. nyesek pas baca, lebih nyesek lagi gegara tulisan 'No epilog' :'(

    BalasHapus
  16. *pembaca baru* DAN BUTUH EPILOOOOOOOOOG u.u

    BalasHapus
  17. *pembaca baru* DAN BUTUH EPILOOOOOOOOOG u.u

    BalasHapus
  18. Hmm ... akhirnya yunho merasakkan juga disakiti jaejoong. Syukuri ditinggal jaejoong makanya jangan jahat dong!!!
    kayanya butuh banget banget epiloq deh kak ... <3 hehehe

    BalasHapus
  19. Hmm ... akhirnya yunho merasakkan juga disakiti jaejoong. Syukuri ditinggal jaejoong makanya jangan jahat dong!!!
    kayanya butuh banget banget epiloq deh kak ... <3 hehehe

    BalasHapus
  20. Halo kaakkkkk aku pembaca setia kakak dari akhir taun 2012 sumpah suka banget sama semua karya kakak. Btw beres yg satu ini kok lama banget ngepost cerita barunya huhuㅠㅠ ditunggu epilog sama karya barunya kak. Semangattt

    BalasHapus
  21. EPILOOOOOOG, greget pengen tau gitu perjuangan Yunho :(

    BalasHapus
  22. EPILOOOOOOG, greget pengen tau gitu perjuangan Yunho :(

    BalasHapus
  23. Kak shella
    Huhuhuhuhu
    Epilog juseyo

    BalasHapus