This zone is only YunJae Fanfictions and this is our world

Rabu, 28 Agustus 2013

FF/YAOI/YUNJAE/CHAPTER/I SWEAR/PART 2

PART 2.

  “MWOYA?!”

Kim Junsu berteriak kaget setelah mendengar cerita dari Hyungnya.
Ia tidak percaya kalau luka di kepala Jaejoong akibat perbuatan namja tampan itu.

  “Kau serius, Hyungie?” Bisik Junsu mengerutkan dahinya.

Jaejoong mengangguk.
Ia tidak bisa menghentikan tangisnya sejak tadi.
Kepalanya sudah diperban oleh Jungsoo Ahjussi.

  “Kenapa ia melakukan hal ini kepadamu Hyung? Ia sangat kejam!”

  “Mollaseo..”

  “Kita bisa menuntutnya karena ini, Hyung, perbuatannya sudah melanggar hukum! Ia mencelakaimu!”

  “Andwae Junsu ah..Aku tidak ingin Yunho semakin marah..Biarkan saja”

  “HYUNG!”

Jaejoong meraih tangan Junsu dan mengusapnya lembut.
Mencoba meredakan amarah namja imut itu.
Junsu mendengus.
Ia mengelus perban di kepala Hyungnya.


Kenapa harus Jaejoong?
Kenapa hanya Hyungnya yang selalu merasakan sakit?
Kenapa bukan dia saja?

Junsu terus menyalahkan dirinya sendiri.
Ia merasakan matanya panas sekarang.

  “Maafkan aku Hyung..Hiks..Aku tidak bisa menjagamu” Isak Junsu sedih.

Jaejoong merasakan hatinya mencelos.
Ia menatap sendu namja imut itu.

  “Kau bicara apa, Kim Junsu? Seharusnya aku yang menjagamu” Bisik Jaejoong miris.

Junsu semakin menumpahkan tangisnya.
Ia memeluk namja cantik itu dengan erat.
Jaejoong memang kakaknya.
Jaejoong memang lebih tua darinya.
Tapi Jaejoong tidak sekuat penampilan luarnya.

Junsu tahu itu.

Ia mengetahui segala hal tentang Jaejoong.


-------


  “IDIOT! AKU SANGAT TIDAK SUKA ADA TYPO, CATAT ITU!”

 “Mi-Mianhae..Aku tidak sengaja..”

Seluruh kelas terdiam memperhatikan Yunho yang sedang membentak Jaejoong di sana.
Belakangan ini keduanya memang sering menarik perhatian dengan teriakan-teriakan Yunho sejak pembagian kelompok dari Minho Saenim.
Tapi tidak satu pun dari mereka yang berani melerai.

PLAKK!

Jaejoong meringis saat Yunho melempar gulungan makalah ketiganya tepat pada wajah cantiknya.
Uh.
Padahal hanya satu kalimat dari ratusan yang ada disana dimana ia salah menulisnya.
Tapi Yunho bertingkah berlebihan.

  “Pergi dari hadapanku!” Seru Yunho lantang.

Jaejoong mengangguk.
Ia mengambil makalah tersebut dan segera duduk dikursinya.
Tepat setelah itu, pintu kelas terbuka dan menampakkan sosok Minho Songsaenim yang membawa tumpukan kertas ulangan harian milik anak kelas.

  “Anyeong haseyo”

  “Anyeong haseyo, Songsaenim”

  “Jja, seperti janji Saenim minggu lalu, hari ini hasil ulangan harian kalian akan Saenim bagikan”

Anak-anak kelas menahan nafas mereka.
Berdebar menanti hasil ulangan harian minggu lalu.
Minho Songsaenim tersenyum kecil.
Ia membenarkan letak kacamata minusnya dan merapikan tumpukan kertas tersebut.

  “Kim Yoonhye”

  “Ne?”

  “Baca komik boleh, tapi jangan lupa belajar”

  “Ne Saenim”

  “Park Sooji”

  “Ne!”

  “Kau berusaha keras kali ini hm?”

  “Gomawo Saenim!”

Minho tertawa kecil.
Ia meraih kertas selanjutnya dan tersenyum lebar.

  “Kim Jaejoong”

  “Ne?”

  “Kapan kau mendapatkan nilai jelek huh? Lagi-lagi nilai tertinggi”

Jaejoong tersenyum kecil.
Sementara anak-anak kelas memandangnya iri.
Namja cantik itu mengulurkan tangannya mengambil kertas yang disodorkan Minho Songsaenim.

GRTT.

Yunho menahan geramannya.
Ia mencengkram erat pulpen berwarna hitamnya.
Kedua mata musangnya menatap tajam sosok cantik itu.
Menatapnya nyalang penuh rasa benci.


-------


PLAKK!

  “SAMPAI KAPAN KAU AKAN BERHENTI MEMPERMALUKAN APPAMU HAH?!”

Yunho terdiam.
Menahan rasa sakit pada pipinya.
Kedua jemarinya mengepal erat.

Sementara Jinki merobek hasil ulangan harian namja tampan itu dengan kesal.
Namja bermata bulan sabit itu meraih kerah seragamYunho.
Mencengkramnya penuh emosi.

  “Kapan kau akan menjadi nomor satu, Jung? Huh? Beritahu aku!” Desis Jinki marah.

Yunho tidak bisa menahan dirinya lagi.
Ia balas menatap tajam mata Appanya.
Membuat emosi Jinki semakin memuncak.

  “BERANI SEKALI KAU MENATAPKU, ANAK BODOH! KAU PIKIR KAU SUDAH CUKUP HEBAT?!” Teriak Jinki menghempaskan tubuh putranya.

Yunho meringis.
Mati-matian menahan air matanya agar tidak tumpah.

  “Aku sudah berusaha semampuku Appa! Tidak bisakah kau menghargai usahaku sedikit saja?” Balas Yunho akhirnya.

Jinki menaikkan alisnya.
Ia berdecak keras.

  “Mwo? Semampumu kau bilang? Jadi hanya ini kemampuanmu?”

Yunho menggeram.
Ia menyesal sudah menyahut namja itu.

  “Orang-orang ikut merendahkanku dan menjadikan aku bahan pembicaraan karena kemampuanmu itu! Tidak pernah ada seorang Jung yang terkalahkan! Keluarga kita ada untuk berkuasa, kau harus ingat itu, Jung Yunho!”

Jinki menendang perut Yunho.
Kemudian ia kembali duduk di sofa dan mendesah panjang.

  “Cepat pergi dari hadapanku sebelum aku kembali menghajarmu!”

Yunho beranjak tertatih.
Memegangi perutnya yang terasa nyeri.
Emosinya membuncah.
Dendamnya semakin besar.
Membuat tubuhnya bergetar.

Namja tampan itu membuka pintu mobilnya dan mengemudikannya menuju hotel milik keluarganya.
Ia memasuki kamar termewah yang ada dan merebahkan tubuhnya di atas ranjang.

  “Kau harus membayarnya, Kim Jaejoong!!” Geram Yunho kesal.

Yunho menendang meja nakas dengan kasar.
Membuat meja berlaci itu terjatuh dan menimbulkan suara bising.
Namja tampan itu menelepon suruhan keluarganya dan memerintahkan untuk membawa Kim Jaejoong ke tempatnya.

Huh.

Yunho menyeringai lebar.


-------


Namja cantik itu mengerutkan dahinya menatap pintu kamar hotel yang mewah itu.
Jemarinya bergetar pelan hendak membuka kenop pintunya.
Benaknya gelisah.
Kenapa Yunho ingin bertemu dengannya?
Dan kenapa harus di tempat seperti ini?

CKLEK.

Jaejoong membuka pintu itu seraya menahan nafas.
Mata bulatnya memandang kondisi kamar yang berantakan.
Ia menutup pintu tersebut dan melangkah pelan memasuki ruangan.

BUGH!

Jaejoong terkejut.
Ia terhuyung ketika sebuah tonjokan menekan pipinya.
Namja cantik itu membelalak kaget mendapati Yunho yang telah berdiri di hadapannya.

  “Apa yang telah kau lakukan selama ini hm? Bagaimana caranya kau bisa selalu menjadi yang nomor satu?”

Dahi Jaejoong mengernyit.
Tidak mengerti dengan apa yang dibicarakan Yunho.

Namja tampan itu mendekati Jaejoong.
Ia kembali meninju wajah cantik itu.
Membuat Jaejoong mengerang kesakitan.

  “APA KAU TIDAK TAHU KALAU AKU YANG SEHARUSNYA BERADA DI POSISI ITU?! AKU BERUSAHA KERAS MENYENANGKAN APPAKU!!”

Yunho terus berteriak-teriak emosi.
Sesekali ia menendangi Jaejoong yang terhempas di lantai.
Membiarkan namja cantik itu bingung dengan ocehan-ocehannya yang tidak jelas.

  “Yu-Yunho..Aku tidak mengerti..” Ujar Jaejoong tercekat.

Yunho tersenyum mengerikan.
Ia mendekati namja cantik itu dan menjambak rambut almond-nya.

  “Apa yang tidak kau mengerti hm? Apa yang tidak kau ketahui setelah kau menghancurkan hidupku? Appaku selalu menghajarku setiap kali kau mendapat nilai yang lebih tinggi dariku, aku membencimu!”

  “Yu-Yunho..”

  “Kau pasti mendapatkan nilai-nilai tinggi itu dengan memberikan tubuhmu pada Minho Saenim aniya?”

  “M-mwo?”

  “Pantas saja, kau membiarkan guru itu menjamah tubuhmu untuk nilai! Kau jalang!”

Jaejoong menggeleng.
Tangisnya mengalir membasahi pipinya.
Ia mencoba menjauhkan tangan Yunho yang semakin erat mencengkram rambutnya.

Yunho menyeret Jaejoong dan membantingnya di atas ranjang.
Ia menyeringai sadis menatap wajah penuh ketakutan namja cantik itu.

  “Akan kubuat kau menderita seumur hidupmu, Kim, menderita sampai kau menolak untuk hidup!”

  “Andwae! Andwae Yunho ah!”

Yunho merobek kasar kaus yang dikenakan Jaejoong.
Menampar wajah cantik itu sampai bibirnya berdarah setiap kali Jaejoong meronta.
Ia semakin menyeringai saat melihat ketakutan yang amat sangat terpancar dari kedua mata besar Jaejoong.

Namja tampan itu meraih handycam  yang tergeletak di sudut ranjang.
Ia menghidupkan benda tersebut  dan menyorot namjacantik itu.
Jaejoong menggeleng frustasi.
Sekujur tubuhnya bergetar hebat.

  “Andwae Yunho ah..Hiks..Kumohon..Jangan”

  “Aku penasaran bagaimana reaksi Appamu saat ia melihat rekaman ini”

Jaejoong terus menggeleng seraya menggigit bibirnya.
Tulang punggungnya terasa dingin.
Sekelebat bayang-bayang masa lalu kembali menghantui dirinya.
Membuatnya semakin ketakutan.

Kenapa ini semua terjadi pada dirinya?

Kenapa?


-------


Jaejoong membuka kedua matanya yang membengkak.
Ia merasakan perih di sekujur tubuhnya.
Namja cantik itu meringis merasakan sakit yang berdenyut-denyut dari bagian bawah tubuh telanjangnya.
Ia bersandar pada kepala ranjang dan tersenyum miris mendapati kondisinya yang begitu menyedihkan.

Yunho menyiksanya selama berjam-jam penuh.
Meninggalkan luka yang menganga lebar pada hatinya.
Air mata Jaejoong kembali mengalir membasahi wajahnya yang pucat.
Ia bergerak pelan menahan tubuhnya agar tidak merosot jatuh.

  “Apa yang kau tangisi huh? Tubuhmu yang tidak suci lagi?”

Jaejoong tersentak mendengar ejekan sarkastik dari namja yang berbaring di sampingnya.
Yunho sudah bangun.
Namja tampan itu mendudukkan dirinya dan menatap dingin namja cantik itu.
Huh.
Jaejoong tersenyum kecut.

  “Aku sudah kotor jauh sebelum kau menodaiku, brengsek”

DEG.

Yunho terdiam.
Mata musangnya bergerak pelan memperhatikan Jaejoong yang kini menutupi wajahnya dengan tangan.
Namja tampan itu berdecih dan beranjak memakai pakaiannya kembali.

  “Setidaknya kali ini kau mendapatkan bayaran, bersyukurlah” Ujar Yunho seraya melemparkan beberapa lembar uang di wajah namja cantik itu.

Ia tersenyum mengejek dan segera beranjak keluar kamar.
Meninggalkan Jaejoong yang mencengkram erat selimut putih itu.
Air matanya kembali jatuh.
Ia terisak keras memeluk tubuhnya.

Jaejoong mencari ponselnya dan segera menghubungi adiknya.

  “Junsuah..Hiks..Kumohon, jemput aku..Hiks..”

Namja cantik itu semakin tersengguk keras setelah menyebutkan nama adiknya.
Junsu benar.
Ia yang seharusnya dijaga.
Bukan namja imut itu.


-------


  “Ada yang tahu kenapa Kim Jaejoong absen selama hampir sebulan?”

Seluruh siswa-siswi menggelengkan kepala mereka.
Membuat Minho Saenim menghembuskan nafas pendek.
Mungkin ia harus mengirimkan surat kepada orang tua namja cantik itu hm?

  “Baiklah, sekarang buka buku teks kalian halaman 204 dan rangkum catatannya”

  “Ne Songsaenim”

  “Yunho”

  “Ne?”

  “Kau benar-benar tidak tahu ada apa dengan Kim Jaejoong?”

Namja tampan itu menggeleng.
Menatap datar gurunya yang bermata kodok itu.

  “Kalau begitu kau harus mencari tahu, tugas kelompok untuk ujian kelulusan harus dikumpulkan satu bulan lagi, dan hanya kau dan Jaejoong yang belum mengumpulkannya”

  “Ne Saenim”

Namja bermata kodok itu beralih menuju mejanya di depan kelas.
Yunho tersenyum.
Jaejoong tidak menampakkan diri sejak hari dimana ia memperkosa namja cantik itu.
Bukankah itu sangat bagus?
Absensi Jaejoong akan diperhitungkan walaupun nilainya tinggi.

Hahaha.
Sepertinya Yunho sudah tahu siapa yang akan menjadi nomor satu bulan ini.

Bel pulang sekolah berbunyi lantang.
Para siswa-siswi segera membereskan peralatan mereka setelah Songsaenim keluar dari kelas.
Termasuk Kim Junsu yang kini berlari kecil menuju parkiran sekolah.
Ia mendesah lega melihat Jonghyun sudah berdiri menunggunya di sana.

Namja imut itu segera memasuki mobil dan melonggarkan simpul dasi seragamnya.

  “Appa belum pulang, Jjong Jussi?”

  “Belum, Tuan Besar masih lama berada di Jepang”

Junsu mengangguk.
Ia menghembuskan nafas pendek memaklumi kesibukan Appanya belakangan ini.
Sudah hampir dua bulan Appanya di Jepang.
Meninggalkan ia dan Jaejoong di rumah.
Umma mereka sudah lama meninggal karena gagal ginjal.

  “Apa Hyungku baik-baik saja?”

  “Ah, Tuan Jaejoong sepertinya masih sakit, ia tidak berhenti mengeluh sejak bangun dari tidurnya”

  “Jeongmall?”

  “Ne, Jungsoo bilang kesehatan Tuan Jaejoong memburuk karena pola makan dan tidurnya berantakan”

Junsu mengerutkan dahinya.
Ia khawatir.
Sejak kejadian itu Jaejoong memang sangat sulit untuk makan dan tidur.
Ia akan mengalami mimpi buruk setiap kali mencoba untuk istirahat.
Persis seperti tiga tahun yang lalu.

Namja imut itu mengusap wajahnya dan menghapus airmatanya yang menetes.
Ia tidak ingin Jaejoong tahu kalau ia menangisi Hyungnya lagi.

  “Sudah sampai,Tuan”

Junsu mengangguk.
Namja imut itu segera turun dari mobil dan memasuki rumahnya.
Ia mengerutkan dahinya melirik Jaejoong yang duduk diam di sofa ruang tengah.
Wajahnya sangat pucat.

  “Hyung? Kau kenapa?” Tanya Junsu mendekat.

Jungsoo yang sedang menuangkan air hangat di gelas Jaejoong mendesah pendek.
Ia menatap Junsu prihatin.

  “Tuan Jaejoong muntah darah dua jam yang lalu, ia menolak untuk makan” Adu Jungsoo.

Junsu membulatkan mata sipitnya.
Ia duduk di samping Jaejoong dan menggenggam tangan Hyungnya.

  “Jeongmall Hyung? Kenapa kau tidak memberitahuku? Hiks..Aku khawatir Hyung..Hiks..”

  “Junsu ah..”

  “Aku tidak pernah becus menjagamu Hyung..Hiks..Sakitmu kembali kambuh..Hiks..Padahal selama ini ginjalmu baik-baik saja..Hiks..Maafkan aku..”

  “Junsu, ini bukan salahmu”

Junsu semakin terisak keras.
Ia menjerit-jerit seperti balita.
Mau tidak mau tingkahnya yang lucu membuat Jaejoong tersenyum lemah.

  “Junsu, hentikan tangismu, kau membuat Jungsoo Ahjussi takut” Ujar Jaejoong pelan.

Namja imut itu menggeleng.
Ia mengusap matanya.

  “Aku akan berhenti kalau Hyung mau makan dan tidur setelahnya..Hiks..Hiks..”

  “Arasseo,arasseo, aku akan makan dan tidur setelah ini, jja, uljima”

Junsu menurut.
Namja imut itu mengambil piring nasi Jaejoong yang diserahkan Jungsoo dan menyuapi namja cantik itu.
Jaejoong tersenyum mendapati perlakuan sayang dari adiknya.

  “Mianhae Junsu ah..Aku merepotkanmu lagi”

  “Ani Hyung, aku senang melakukannya untukmu”


-------


Jaejoong memutuskan untuk kembali ke sekolah setelah tiga bulan ia absen.
Namja cantik itu semakin menutup dirinya dari orang-orang.
Terlebih dari namja yang bernama Jung Yunho.

  “Mianhae Saenim, kami telat mengumpulkan tugasnya” Ujar Jaejoong pelan.

Minho Songsaenim tersenyum kecil menatap Jaejoong dan Yunho yang kini berdiri di hadapannya.
Ia menerima tugas yang diserahkan namja cantik itu kepadanya.

  “Aku hampir saja mengirimkan surat peringatan kepada Appamu, Jaejoong” Ujar Minho Songsaenim.

Jaejoong hanya tersenyum kecut mendengarnya.
Ia membungkuk sejenak dan segera melangkah meninggalkan wali kelasnya.
Yunho yang tidak bersuara sejak tadi berjalan santai di belakang Jaejoong.

Mata musangnya terus menatap tajam punggung namja cantik itu.

Ia sudah melakukan yang terburuk terhadap namja cantik itu ania?
Tapi kenapa ia masih belum puas?
Yunho mendengus.
Setiap kali ia melihat Jaejoong di dekatnya dendamnya tidak akan pernah hilang.
Rasa bencinya terlalu besar.

DDRRTT…DDRRTTT…

Eoh?
Yunho mengerutkan dahinya menatap ponselnya yang bergetar panjang.
Asisten Appanya menelepon.

  “Ne? Yeoboseyo?”

  “Tuan Muda, bisakah anda segera pulang?

  “Wae? Terjadi sesuatu?”
 
  “Mobil yang ditumpangi Tuan Besar pagi ini mengalami kecelakaan beruntun, saat ini Tuan Besar mengalami koma di rumah sakit

DEG.

Yunho terdiam.
Kedua mata musangnya membulat sempurna.

Namja cantik itu segera duduk di kursinya setelah memasuki kelas.
Nafasnya menderu tidak tenang.
Wajahnya benar-benar pucat.
Ia mencengkram perutnya yang terasa sakit dan mual.

  “Urrgghh~!”

Jaejoong refleks menahan mulutnya dengan tangan kanan.
Ia merasakan mualnya semakin hebat.
Namja cantik itu beranjak dari kursinya dan berlari menuju kamar mandi siswa.
Kepalanya berkunang-kunang.
Rasanya sungguh menyiksa.

Jaejoong mendobrak pintu kamar mandi tersebut.
Mengacuhkan Junsu yang terkejut di sana.
Namja imut itu sedang mencuci tangannya di westafel sekolah.

  “Hoekk! Hoeekk!”

  “Hyung?! Gwenchana??”

Junsu panik melihat Jaejoong mendadak memuntahkan isi lambungnya di westafel.
Ia bisa melihat keringat dingin Jaejoong membasahi pelipis Hyungnya.
Namja imut itu segera memijit tengkuk Jaejoong dan mengusapi punggungnya pelan.

  “Hyung, kita harus ke rumah sakit pulang sekolah nanti, aku benar-benar khawatir” Ucap Junsu.

Jaejoong mendesah pendek.
Ia hanya mengangguk lemah setelah mencuci mulutnya.


-------


Kedua Kim itu duduk manis menunggu hasil pemeriksaan laboratorium Hyunjoong sejak tadi.
Jaejoong dan Junsu menoleh saat dokter manis itu kembali menghampiri mereka dan duduk di kursinya.

  “Otteyo? Hyungku sakit apa?” Tanya Junsu takut.

Hyunjoong mendesah pendek.
Ia menumpukan tangannya di atas meja.

  “Ginjal Hyungmu bermasalah, ia tidak cukup istirahat dan pola makannya berantakan”

Jaejoong mengerjapkan matanya.
Menatap Hyunjoong yang sedang berbicara dengan adiknya.

  “Kesehatannya harus dijaga agar ginjalnya tidak mengalami komplikasi yang memburuk, karena kalau itu terjadi bisa membahayakan janinnya”

DEG.

Junsu dan Jaejoong terkejut. Mereka sama-sama membulatkan mata menatap dokter itu.

  “Ne, Jaejoong-ssi sedang mengandung, usia janinnya tiga bulan”

Dokter berkacamata itu baru saja akan kembali berbicara.
Tapi Junsu sudah lebih dulu menyelanya dan menarik tangan Jaejoong agar mengikuti dirinya.
Namja cantik itu masih shock.
Ia tidak bisa berkata apa pun.

Junsu mendengus penuh emosi.
Ia menatap penuh amarah pada Hyung kandungnya.
Namja imut itu menatap tajam kedua mata bulat Jaejoong.

  “Kau hamil, Hyung?” Bisik Junsu kecewa.

Jaejoong menggeleng.
Ia merasakan matanya panas.

  “Aku tidak tahu Junsu..Aku—Aku benar-benar tidak tahu!” Erangnya frustasi.

Junsu menyeka air matanya yang mengalir.
Ia mencengkram bahu Jaejoong dengan erat.

  “Gugurkan”

DEG.

Jaejoong terkejut.
Kedua matanya membesar sempurna.

  “Ju-Junsu ah?” Bisik Jaejoong lirih.

  “Gugurkan anak itu, Hyung!” Desis Junsu tegas.

Jaejoong ikut menangis.
Ia terisak menatap Junsu.

TBC :D

1 komentar:

  1. yunho oppa super duper 'SADIS'....
    eh, tu ceritany yunjae couple masih SMA ya???

    BalasHapus