This zone is only YunJae Fanfictions and this is our world

Minggu, 04 Agustus 2013

FF/YAOI/YUNJAE/CHAPTER/GOD, WE ARE DIFFERENT/PART 4

PART 4.

Namja cantik itu membuka kedua mata bulatnya perlahan.
Mengenyitkan dahi memandangi Junsu yang duduk di samping ranjangnya.
Jaejoong menoleh, mendapati Ummanya sedang menangis di rengkuhan Appanya.

  “Aku baik-baik saja, Umma” Bisik Jaejoong lirih.

Junsu mengusap sudut mata sipitnya.
Ia menggenggam jemari Hyungnya erat.

  “Kau tidak sadarkan diri sejak dua hari yang lalu, Hyung”

Mwo?

Jaejoong tersentak kaget.
Matanya membesar tidak percaya.
Perlahan ia menundukkan wajahnya, menatap alat Pacemaker dan pendetektor denyut jantung pada ibu jarinya.
Jaejoong menghembuskan nafas panjang.

Kibum menyeka air matanya.
Ia duduk dipinggir ranjang Jaejoong dan mengecup lembut pinggir dahinya.
Jaejoong tersenyum lembut seraya mengusap wajah cantik Ummanya.


  “Istirahatlah” Ucap Siwon.

Um.
Jaejoong mengangguk patuh dan balas tersenyum.
Lalu Siwon membawa kekasihnya beranjak keluar kamar.

  “Hyung, kau tidur lama sekali” Ucap Junsu pelan.

  “Suie, apakah kau----”

  “Kau pasti ingin menanyakan ini ania?”

Jaejoong tersenyum manis.
Ia segera memeluk kantung kertas yang diberikan Junsu kepadanya.
Namja cantik itu mengintipnya dan terkekeh lirih mendapati patung dua burung dara dan patung ayam Perancis di dalam sana.

Yunho masih menepati janjinya.

  “Jadi, siapa pangeran yang telah lancang memberikanmu hadiah 12 hari Natal huh?” Selidik Junsu lucu.

Jaejoong terbahak geli.
Suaranya terdengar serak.
Namja cantik itu meletakkan kantung kertasnya di sampingnya dan mengusap genggaman tangan Junsu pada tangannya.

  “Kau tidak akan percaya, Suie”

  “Oh-sepertinya aku sudah tahu siapa”

  “Hehehe”

  “DEMI TUHAN! Hyung! Bagaimana bisa ia melakukannya? Beritahu aku~!”

  “Aku sendiri tidak menyangka kalau ia benar-benar melakukannya Suie, waktu itu aku memang memintanya, tapi ia menolak”

  “Omo! Ia menyukaimu, Hyung!”

  “Aish Junsu ah, jangan sembarangan bicara”

  “Ck, bahkan orang bodoh pun tahu pasti kalau hadiah 12 hari Natal hanya diberikan kepada orang yang sangat dicintainya!”

  “Junsu ah, kurasa dia hanya---”

  “Oh baiklah, kita akan diam saja menunggu hadiah-hadiah lainnnya, dimulai dari patung ayam hutan di atas pohon pir, patung dua burung dara, patung ayam Perancis, patung burung Colly, replika cincin emas, patung angsa petelur---“

Jaejoong menahan nafasnya.
Junsu terus berceloteh.
 
  “---patung angsa perenang, patung wanita pemerah sapi, patung wanita menari, patung lelaki pelompat, lalu patung peniup seruling, dan ketika ia memberikanmu boneka drummer yang sedang bermain drum, ia akan menyatakan perasaannya kepadamu”

  “Amin”

Junsu mendelik.
Menatap Jaejoong yang kini tertawa geli.


-------


  “Kemana saja kau selama ini? Aku tidak bisa menemukanmu”

  “Kau merindukanku?”

  “Ya”

Jaejoong yang awalnya hanya sekedar bercanda kini menatap serius namja tampan itu.
Yunho mendesah pendek.
Ia duduk di samping Jaejoong, dan memutar-mutar kamera yang tergantung di lehernya.

  “Tapi yang penting aku di sampingmu sekarang”

Yunho tersenyum kecil mendengarnya.

  “Boleh aku tahu apa saja yang kau potret hari ini?”

  “Jja, kau bisa melihatnya sendiri”

Jaejoong tertegun.
Ia mengerjapkan matanya melihat Yunho yang menyodorkan kameranya kepada dirinya.
Omo.
Ia mengizinkanJaejoong untuk menyentuh benda itu.

Namja cantik itu tidak sadar kalau ia terlalu lama untuk kaget.
Yunho menepuk pipinya pelan dan tertawa kecil.
Jaejoong menunduk malu, ia berusaha mengacuhkan Yunho dan memperhatikan potret-potret indah tersebut.

  “Cantik sekali, Yunnie ah” Puji Jaejoong gemas.

  “Kau mau lihat yang lebih cantik?” Ujar Yunho menaikkan alisnya.

Jaejoong mengangguk.
Tapi kemudian ia mengernyitkan dahinya bingung.
Yunho merebut kameranya dan membidik wajahnya.

CKLIK!

  “YAA! JUNG YUNHO! HAPUS!” Teriak Jaejoong panik.

Namja tampan itu tertawa lepas.
Ia menggelengdan menggantung kembali kamera tersebut di lehernya.

  “Yang ini benar-benar indah, aku tidak bisa membiarkanmu menghapusnya”

  “Yunnnieeee~!”

  “Jja, kita beli gulali”

Jaejoong terdiam.
Bibirnya mengerucu sebal.
Namun kakinya melangkah mengikuti Yunho.

Namja cantik itu mendadak bingung dalam sekejap.
Omo, apakah benar efek dari pingsannya di tangga beberapa waktu yang lalu membuat Yunho merindukan Jaejoong?
Kalau seperti itu, Jaejoong rela untuk pingsan sampai seminggu.
Yunho mungkin akan gila karenanya.

  “Kau mau?”

Yunho menggeleng.
Ia tersenyum kecil melirik Jaejoong yang menggigiti permen gulalinya dengan semangat.

  “Kau tidak berdoa?”

  “Sudah, di dalam hati, hehehe”

  “Hmm”

  “Yunnie bilang aaaa~”

  “Aaammpph!”

Jaejoong tergelak ketika Yunho terkejut saat ia memasukkan permen gulali itu ke dalam mulutnya secara mendadak.
Raut wajah Yunho benar-benar terlihat lucu.
Aigoo.
Namja tampan itu terbatuk kecil dan menepuk kesal kepala Jaejoong.
Ia mencibirkan bibir tebalnya.

  “Changmin apa kabar?”

  “Ia sedang menikmati liburannya sampai Senin nanti”

  “Aku bisa menebak liburan seperti apa yang dinikmati olehnya, hehehe, apa ia belajar memasak dengan buku resep dariku?”

  “Kurasa dia sudah memakan buku itu”

  “Aish”

  “Tunggu sebentar!”

Jaejoong menghentikan langkahnya.
Memandang Yunho yang berlari kecil menghampiri banyak anak-anak yang sedang bermain sepak bola di tengah taman.
Namja tampan itu segera menghidupkan kameranya dan membidik mereka.
Jaejoong tersenyum kecil melihatnya.
Namja cantik itu baru saja akan melangkah, namun mendadak kakinya terasa lemas.
Ia terjatuh di atas rerumputan.
Jaejoong meringis.
Berusaha berlutut dengan tangan yang mencengkram dada kirinya.

Sakit.
Rasanya sangat sakit.

Namja cantik itu merasakan nafasnya sesak.
Ia mendongakkan wajahnya.
Berusaha mengerjapkan matanya menormalkan pandangannya yang tampak memburam.

  “Gwenchana?”

Jaejoong mendengar jelas suara panik Yunho.
Namja cantik itu mengangguk lemah setelah mendapatkan kesadarannya kembali.
Yunho berlutut di hadapan namja cantik itu.
Menangkup kedua sisi wajah cantiknya dan mengerutkan dahinya.

  “Benar kau baik-baik saja, Kim Jaejoong?” Tuntut Yunho khawatir.

Jaejoong kembali mengangguk dengan senyum kecilnya.
Yunho mendesah panjang dan mengusapi keringat namja cantik itu.

  “Awas kalau kau berbohong, aku benar-benar khawatir padamu” Desah Yunho seraya memeluk Jaejoong.

Namja cantik itu tertegun sejenak.
Mengerjapkan mata bulatnya kaget.
Tangannya bergetar gugup hendak membalas pelukan Yunho.

  “Aku baik-baik saja Yunnie ah..Hanya kelelahan” Bisik Jaejoong tersenyum.

  “Kita pulang” Ujar Yunho tegas.

Jaejoong tidak menolak.
Ia hanya mengangguk pasrah dan menjatuhkan wajahnya di bahu Yunho.
Menghirup wangi segar dari tubuh namja tampan itu sesaat.
Berusaha menahan rasa sakit yang berdentam di dadanya.

  “Yunnie, aku ingin ke apertemenmu” UjarJaejoong lemah.

  “Ani” Tolak Yunho.

  “Ummaku akan panik Yunnie, ia selalu seperti itu, setidaknya sampai rasa pusingku hilang, jebal”

Haaahh.
Yunho menarik nafas panjang.
Ia mengangguk kecil dan segera menggendong namja cantik itu.
Jaejoong terpejam.
Menyurukkan wajahnya di dada bidang namja tampan itu.


-------


Yunho mendorong pintu kamarnya dengan siku.
Kedua tangannya memegang nampan berisi segelas air mineral dan bubur ayam.
Ia menghampiri Jaejoong yang masih terlelap di atas ranjangnya.
Namja tampan itu duduk di pinggir ranjang.

Menelusuri wajah cantik Jaejoong yang pucat secara seksama.
Sempurna. Gumam Yunho di dalam hatinya.
Namja tampan itu membelai lembut rambut almond  Jaejoong.
Tersenyum kecil tanpa sadar.

  “Joongie, ireona, aku membawakan bubur untukmu” Ujar Yunho mengguncang pelan tubuh Jaejoong.

Namja cantik itu mengeluh berat.
Ia mengernyitkan dahinya dan mengerjap-kerjapkan kedua mata bulatnya.
Memandang Yunho yang masih tersenyum kepadanya.

  “Jja” Gumam Yunho seraya membantu Jaejoong duduk bersandar di kepala ranjang.

Jaejoong tertegun.

  “Yun, jam berapa sekarang?”

  “Sudah jam 10 malam, kau tertidur saat kita sampai”

  “MWO?! YUN! Ummaku akan sangat panik! Ottokhe?!”

  “Tenanglah, aku akan mengantarkanmu setelah kau menghabiskan bubur ini, lalu aku akan bertemu Ummamu dan menjelaskan apa yang terjadi”

Jaejoong membelalak ngeri.
Ia segera menggeleng cepat.

  “Andwae Yun ah, antarkan saja aku, biar nanti aku yang bicara dengan Umma”

Namja tampan itu mengangguk setuju.
Ia melihat Jaejoong membuka kancing jaketnya dan mengambil beberapa bungkus obat dari sana.
Dahi Yunho mengernyit bingung.
Ia terus memandangi Jaejoong yang kini meneguk seluruh tablet dan kapsul itu sekaligus.

  “Obat apa itu?”

  “Vitamin”

Eoh?
Namja tampan itu hendak bertanya lagi, namun Jaejoong sudah lebih dulu meraih mangkuk buburnya dan membuat mulutnya penuh dengan makanan itu.
Jish.
Yunho menekan dagu Jaejoong dengan telunjuknya.
 
  “Jangan terburu-buru, nanti tersedak, kau lapar sekali huh?”

  “Umm-Umm!”

Jaejoong mengerutkan dahinya dengan mata membelalak.
Pipinya menggembung karena bubur itu.
Yunho terbahak.
Wajah Jaejoong benar-benar terlihat lucu.
Namja tampan itu segera mengambil kameranya dan memotret wajah aneh itu.

Jaejoong menggerutu tidak jelas dengan gumamannya.
Matanya melotot kesal.
Yunho terkikik memperhatikan hasil jepretannya.

  “Kau benar-benar ingin tersedak eoh? Habiskan buburmu segera!" Bentak Yunho pelan.

Jaejoong mengeluh.
Namja cantik itu menyendok bubur ayamnya dengan cepat.
Mendadak ia merasa mual.
Seharusnya ia makan dengan pelan ani?

  “Umm..Yunnie, aku kenyang”

  “Sedikit lagi, habiskan”

  “Anii, buatmu saja”

Namja cantik itu menyuapkan beberapa sendok bubur ke dalam mulut Yunho.
Kemudian ia meneguk air minumnya dan beranjak turun dari ranjang.

Yunho segera mengambil kunci mobilnya.
Ia menghidupkan mesin mobil tersebut, tidak lama kemudian Jaejoong menyusul.
Membuka pintu mobil dan masuk ke dalamnya.

  “Yun, apa kau mendapatkan potret yang bagus tadi sore?”

  “Hmm, ne, aku akan menyerahkan foto itu ke redaksi, kau bisa melihatnya di majalah minggu depan”

Mobil mewah itu berhenti tepat di depan pagar mungil rumah Jaejoong yang berwarna putih.
Namja cantik itu melepaskan selfbelt-nya.
Ia mengucapkan terima kasih dan hendak membuka pintu mobil.
Namun Yunho menahan lengannya.
Namja tampan itu mencondongkan tubuhnya ke arah Jaejoong yang terdiam.

  “Malam ketiga” Ujarnya.

Jaejoong menunduk, memandang bungkusan kertas yang berisikan patung burung Colly disana.
Yunho mengusap lembut rambut Jaejoong.
Kemudian ia mengecup lembut pipi namja cantik itu.

Mata Jaejoong membulat kaget.
Yunho tersenyum manis kepadanya.

  “Selamat malam” Bisik Yunho pelan.

  “U-Ung” Dengung Jaejoong gugup.

Namja cantik itu segera turun dari mobil dan menangkup kedua pipinya yang terasa panas.
Ia menggigit bibirnya menahan agar ia tidak memekik detik itu juga.
Yunho melambaikan tangannya dan melajukan mobil itu meninggalkan Jaejoong.

  “KKKYYYYAAAA!”

Namja cantik itu berlari memasuki rumahnya.
Memeluk Kibum yang menghadang dirinya di ruang tengah.
Namja snowy itu baru saja akan memarahi Jaejoong karena tidak memberi kabar dan pulang larut malam.
Tapi jeritan-jeritan bahagia putra sulungnya membuat amarahnya meredup begitu saja.

  “Umma, Junsu eodisseo?”

  “Dia di kama---”

  “JUNSUUUUUU!!”

Jaejoong berteriak seraya berlari menaiki tangga.
Mengacuhkan Siwon yang keluar dari kamarnya dengan wajah bingung.
Ia memandang kekasihnya yang berdiri di ruang tengah.

  “Jaejoong kenapa?”

  “Mollaseo, sepertinya ia salah makan”


-------


Jaejoong menghembuskan nafas senang hari ini.
Akhirnya sekarang tanggal 5 Januari.
Tengah malam nanti akan menjadi malam kedua belas dari pemberian hadiah untuknya.
Namja cantik itu benar-benar tidak sabar menunggu malam tiba.

Setelah insiden Yunho mencium pipinya beberapa hari yang lalu, namja tampan itu selalu mengajaknya pergi bersama.
Terkadang menemani Yunho memotret.
Terkadang menemani Jaejoong makan siang.
Terkadang menemani Changmin atau Junsu kalau ada waktu luang.

Wajah Jaejoong merona merah.
Ia menggigit bibir bawahnya dan berlutut di bawah patung salib mini yang ada di dinding kamarnya.

  “Tuhan yang baik, terima kasih atas hari-hari indah yang kau berikan kepadaku selama ini. Aku bersyukur kepadamu. Berkati Yunnie dan lindungi dia selalu, seperti kau memberkati Bunda Maria dan domba-domba yang ada. Amin

Jaejoong membuat tanda salib di dadanya.
Ia tersenyum lebar dan beranjak keluar kamar.

  “Appa, Junsu dimana?”

Siwon menolehkan wajahnya.
Ia menenggak kopinya yang terakhir.

  “Keluar bersama Yoochun, mereka akan kembali sebentar lagi”

  “Yeobo, kurasa kau sudah bisa menghubungi Junsu sekarang juga, ini hampir tengah malam”

  “Nee nee”

Jaejoong berjalan menghampiri jendela luar.
Ia menyibak gorden berwarna kelabu itu dan berdiri di sana.
Jantungnya berdebar-debar menunggu Yunho yang akan muncul di depan pagar dan meletakkan hadiah terakhirnya.
Aigoo.

  “Umma, itu Junsu” Adu Jaejoong ketika melihat motor Yoochun berhenti di depan rumah.

Omo, namja chubby itu mencium adiknya!

  “Umma, Junsu membiarkan bibirnya ternoda!”Adu Jaejoong lagi.

Kibum dan Siwon tertawa geli mendengarnya.
Beberapa menit kemudian Junsu memasuki rumah.
Ia terkejut saat Kibum berdiri di depannya dan berkacak pinggang disana.
 
  “Jadi, Kim Junsu, apakah ini ciuman pertamamu, atau ciuman kesekianmu?”

  “M-mwo?”

Jaejoong memekik pelan ketika mobil Yunho berhenti di depan rumahnya.
Namja cantik itu berlari membuka pintu depan, mengacuhkan Junsu yang sedang berusaha mengelak dari Ummanya.

  “Yunnie” Panggil Jaejoong tersenyum lebar.

Ah.
Yunho mengangkat wajahnya.
Ia balas tersenyum membatalkan niatnya untuk meninggalkan boneka drummer yang sedang bermain drum di bawah pagar.
Jaejoong berdiri di hadapannya sekarang.

Mata musang Yunho bergerak pelan.
Memandangi wajah cantik yang tampak merona merah itu saat ini.

  “Jja, hadiah kedua belasmu” Ucap Yunho.

Jaejoong menerima boneka itu dengan gugup.
Namja cantik itu mendongakkan wajahnya hendak memulai topik pembicaraan.
Namun kedua mata bulatnya membesar ketika melihat Yunho yang mendekatkan wajahnya perlahan.

Tubuh Jaejoong tersentak saat kedua tangan Yunho menahan pinggangnya.
Beberapa detik kemudian, Jaejoong memejamkan matanya.
Merasakan ciuman manis Yunho dengan seksama.
Namja cantik itu menyimpan kedua tangannya di dada Yunho.
Tangan kanannya memegang boneka sementara tangan kirinya mencengkram kaus Yunho.

Suara lenguhan terdengar pelan.
Yunho memiringkan wajahnya.
Berusaha meraup bibir penuh namja cantik itu.
Lidahnya menggesek pelan permukaan bibir Jaejoong.

  “Hmh” Desah Jaejoong geli.

Ia bisa merasakan namja tampan itu menghisap lembut bibir atasnya pelan.
Perasaan Jaejoong membuncah.
Campur aduk hingga membuat perutnya terasa sakit.
Jantungnya berdebar sangat kencang.

Namja tampan itu perlahan melepas tautan bibirnya pada bibir ranum Jaejoong setelah ia merasakan nafas Jaejoong tercekat.
Deru nafas keduanya berbaur menjadi satu.
Jaejoong menundukkan wajahnya.
Menyembunyikan bibirnya yang kini tampak basah karena saliva Yunho.
Membengkak dan semakin memerah.

Jaejoong mengerutkan dahinya.
Hembusan nafasnya semakin tidak teratur.
Ia menaruh telapak tangannya di dada kiri Yunho.
Seakan berusaha memastikan sesuatu.

  “Yu-Yunnie ah..Hh..Apakah..Apakah jantungmu berdebar sangat kencang?” Bisik Jaejoong sesak.

Yunho mengangguk.
Ia menaruh tangannya di atas tangan Jaejoong yang berada pada dadanya.

  “Hh..Syukurlah..Kupikir..Jantungku yang terlalu keras berdetak..Hhh..”

Namja cantik itu mengernyitkan dahinya.
Dada kirinya terasa sakit.
Berdenyut-denyut dari dalam.

Yunho mengusap punggung Jaejoong lembut.
Ia berbisik di telinga namja cantik itu.

  “Jaejoongie, aku mencintaimu”

DEG.

Kedua mata Jaejoong melebar sempurna.
Debaran di jantungnya semakin menggila.
Nafasnya tercekat sesak.
Jaejoong mencengkram erat bonekanya.
Ia merintih.

  “A-Aku juga Yunnie yah..hhh..hhh..hhh..Nado..”

Yunho tersenyum lebar.
Ia memeluk namja cantik itu segera.
Berusaha meluapkan rasa bahagianya.
Sementara Jaejoong memejamkan matanya.

Namja tampan itu mengerutkan dahinya setelah beberapa detik mendekap Jaejoong.
Ia merasa ada yang aneh.
Namja cantik itu seakan bertumpu sepenuhnya pada dirinya.
Yunho merenggangkan pelukannya dan terkejut melihat wajah pucat Jaejoong.
Deru nafasnya melemah.
Keringat membasahi pelipisnya.

Yunho panik dalam sekejap.
Namja tampan itu menepuk pipi Jaejoong dua kali.
Melihat tidak ada respon apa pun, Yunho segera menggendong namja cantik itu dan mengetuk pintu rumahnya.

  “Junsuie! Junsu!! Buka pintunya!!”

Pintu rumah itu terbuka lebar.
Memperlihatkan sosok Siwon yang merasa terganggu dengan teriakan asing di depan pintu rumah.
Namun kemudian kedua matanya melebar melihat Jaejoong yang berada di pelukan namja tampan itu.

  “OMO! JAEJOONGIE!” Jerit Kibum kaget.

Siwon segera merebut Jaejoong dari rengkuhan Yunho.
Namja tinggi itu tampak panik.
Ia segera berlari memasuki rumah diikuti Yunho dan Kibum di belakangnya.

  “JUNSU!! BUKA PINTU KAMAR RAWAT!” Teriak Siwon lantang.

Junsu segera keluar dari kamarnya.
Terkejut mendapati kondisi kakaknya.
Namja imut itu segera berlari menuju kamar di samping kamar Jaejoong.
Membuka pintunya dan segera membantu Siwon memasangkan alat-alat kedokteran yang tersedia di sana pada tubuh namja cantik itu.

Kibum terisak seraya menempelkan ponselnya di telinga.

  “Hyunjoong-ssi..Hiks..Kumohon, segera kerumahku..Hiks..Jaejoongie kambuh..Hiks..Hiks..”

Jari Jaejoong bergetar pelan.
Junsu memasangkan inhalasi pada hidung dan mulut namja cantik itu, berusaha membantu pernapasannya.
Sementara Siwon sudah selesai menempelkan Pacemaker dan jepitan pendeteksi denyut jantung pada ibu jari putranya setelah merobek paksa piyamanya.

Yunho terpaku didekat ranjang.

Ia terdiam mencerna pemandangan yang berlangsung di hadapannya sejak tadi.
Mata musangnya menatap Siwon, Junsu dan Kibum bergantian.
Kemudian ia menoleh, ketika seseorang menerobos masuk setelah beberapa menit kemudian.

Seorang namja tampan dengan sisi manis pada wajahnya.
Memakai piyama dengan stetosecope yang bergantung pada lehernya.
Ia segera menghampiri Jaejoong dan meminta adiknya yang berprofesi sebagai asistennya membuka koper dokternya.

Namja itu mengeluarkan alat pacu jantung.
Menggesek kedua permukaannya setelah sang suster membubuhkan gel di sana.

DDRRTT!

Tubuh Jaejoong terlonjak.
Membuat Yunho menahan nafasnya.

Hyunjoong berteriak kepada Yunji untuk menambah kapasitas tegangan listrik yang ada.
Kemudian ia kembali memacu jantung Jaejoong.
Tubuh Jaejoong kembali terlonjak.
Nafasnya perlahan menormal.
Garis-garis yang berjalan di monitor pendeteksi terlihat kembali seperti semula.

Dokter itu menghela nafas panjang.
Ia mendesah lega dan meletakkan alatnya ke dalam koper.
Kibum menangis, menduduki sisi kosong pada ranjang tersebut.
Siwon menghampiri Dokter itu, berbincang sejenak dengannya.

Sementara Junsu berdiri di samping Yunho.
Menarik namja tampan itu sampai ke teras depan.
Wajahnya basah oleh air mata.

  “Pulanglah Hyung, terima kasih sudah membawa Jaejoong Hyung” Ujar Junsu bergetar.

Yunho mengerutkan dahinya.
Masih shock dengan kejadian yang barusan terjadi ditambah pengusiran Junsu padanya.

  “Junsu, beritahu aku ada apa dengan Hyungmu”

  “Hyung”

  “Sekarang, Kim Junsu!”

Namja imut itu terkejut.
Ia menatap dalam mata musang Yunho yang menyiratkan ketakutan dan kekhawatiran yang sangat besar.

  “Joongie Hyung memiliki kelainan pada jantungnya”

DEG.

  “Dokter bilang ia membutuhkan pendonor dalam waktu beberapa bulan ini”

DEG. 

  “Kalau tidak, ia..Ia..Hiks..Ia akan pergi..”

Dunia Yunho seakan berhenti dalam sekejap.
Ia terhenyak mendengar pengakuan dari Junsu.
Namja imut itu mengusapi wajahnya yang memerah.

Mendadak Yunho merasa linglung.
Ia mencengkram kedua bahu Kim Junsu.

  “Bukankah kau selalu berbincang dengan Tuhan setiap hari, Kim Junsu? Kenapa kau tidak berdoa dan memohon kepadanya untukmenyelamatkan Hyungmu eoh?!”

  “Hiks..Hiks..Aku melakukannya Hyung..Hiks..Setiap hari..Setiap menit..Hiks..”

Namja tampan itu tersenyum kecewa.
Kedua mata musangnya terasa panas.
Ia melepaskan cengkramannya pada Junsu.

  “Tapi Ia tidak kunjung mengabulkan doamu huh? Ia bahkan membiarkan Joongie menderita seperti tadi!”

  “H-Hyung..Hiks..”

  “Aku akan membuat perhitungan dengannya, KimJunsu, aku bersumpah!”

  “Andwae Hyung! Hiks..Hiks..Kau tidak bisa melakukan itu!”

  “Apa pun akan kulakukan, asal Jaejoong kembali bernafas normal, Junsu ah”

Junsu menumpahkan tangisnya.
Ia terisak keras seraya menggeleng.
Menatap punggung Yunho yang telah memasuki mobil dan melajukan mobilnya menjauh.
Namja imut itu terjatuh di lantai.
Ia berlutut dan mengatupkan kedua tangannya seraya tersedu.

  “Tuhan Yesus, ampuni Yunho Hyung..Hiks..Bukakan pikirannya, jangan biarkan ia berbuat dosa kepadamu atas nama Hyungku..Hiks..Aku menyayanginya, Tuhan. Sembuhkan Hyungku agar Yunho Hyung tidak lagi membencimu. Bersihkan noda dari hatinya untukmu, amin

TBC :D

Tidak ada komentar:

Posting Komentar