This zone is only YunJae Fanfictions and this is our world

Senin, 09 September 2013

FF/YAOI/YUNJAE/CHAPTER/I SWEAR/PART 3

PART 3.

  “Aku tidak bisa Junsu ah..Hiks..Ani..” Isak Jaejoong menggeleng.

  “Wae? Waeyo Hyung?” Tuntut Junsu tidak mengerti.

Jaejoong mendudukkan dirinya di kursi ruang tunggu.
Ia menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya.

  “Karena ini anak Yunho, Junsu ah..Hiks..Karena ini anaknya..”

Junsu semakin menumpahkan tangisnya.
Ia mencengkram erat ujung seragamnya.

  “A-Apa yang harus kita katakan pada Appa? Hiks..”

  “Andwae, Appa tidak boleh tahu Junsu..Ani”

 “Hyung..Hiks..”

  “Tidak untuk saat ini Kim Junsu..Hiks..Aku takut..”


Junsu segera memeluk Hyungnya dengan erat.
Ia kecewa karena Jaejoong menolak untuk menggugurkan anak itu.
Kondisi fisik Jaejoong sudah sangat lemah menurutnya.
Dan ia tidak ingin namja cantik itu mendekam di rumah sakit karena anak yang dikandungnya.

Ini semua karena namja brengsek itu. Gumam Junsu dalam hatinya.
Ne, karena Jung Yunho.

Namja imut itu menggigit keras bibir bawahnya.
Nafasnya menderu kencang.
Ia sangat ingin menggampar namja tampan itu sekarang.


-------


Yunho terdiam menatap kondisi Appanya yang begitu mengenaskan.
Mata musangnya bergerak pelan memperhatikan berbagai alat kedokteran yang menempel di tubuh Appanya.
Hmp.
Yunho tersenyum miring.
Ia sedikit puas dengan kondisi Jinki saat ini.

  “Kapan Appa sadar?”

Shim Changmin—asisten Jinki—menoleh menatap Yunho ketika namja tampan itu bertanya.

  “Tidak ada yang tahu, Tuan, ia bisa sadar kapan saja”

  “Bagaimana dengan perusahaan?”

  “Saya sudah mengatur segalanya, Tuan, anda akan menggantikan posisi Tuan Besar di perusahaan sampai beliau cukup sehat mengambil alih semuanya seperti semula”

  “Dan jika Appaku tidak selamat?”

  “Seluruh aset dan harta kekayaan keluarga Jung akan jatuh kepada anda, sesuai dengan surat wasiat yang telah ditulis oleh Tuan Besar dua tahun yang lalu”

Yunho mengangguk.
Senyumnya tidak dapat ia tahan.
Namja tampan itu benar-benar senang saat ini.

  “Bagaimana dengan sekolahku?”

  “Saya akan meng-handle perusahaan saat anda berada di sekolah, dan anda bisa mengambil alih segalanya setelah kembali dari sekolah”

  “Bagus, kita bisa melakukannya mulai besok”

Shim Changmin mengangguk.
Ia berjalan mengikuti Yunho yang beranjak keluar dari ruang rawat Appanya.


-------


  “Hoekk~! Urrgghh~! Hoekk~!”

Junsu mengernyitkan dahinya seraya memijit tengkuk Jaejoong.
Namja cantik itu tidak berhenti muntah sejak tadi.
Wajahnya semakin terlihat pucat.

  “Hyung, hari ini tidak usah ke sekolah ne?”

  “Gwenchana Junsu ah..Aku tidak mungkin bolos lagi, minggu depan ujian kelulusan”

  “Hyuuuunngg”

  “Aku baik-baik saja Junsu, I swear

Namja imut itu mengerucutkan bibirnya.
Ia mendengus pelan dan beranjak meninggalkan Jaejoong.
Dalam hatinya ia terus menyalahkan namja tampan itu.
Namja brengsek yang sudah membuat Hyungnya tersiksa seperti ini.

Junsu benar-benar membencinya.

  “Kajja”

Namja cantik itu menarik tangan Junsu dan menggiringnya menuju halaman rumah.
Memasuki mobil dan duduk diam hingga mobil mewah itu berhenti di depan gerbang sekolah mereka.
Junsu berhenti di lantai satu, ia memasuki kelasnya setelah berpesan pada Jaejoong agar menghubunginya kalau terjadi sesuatu.

Namja cantik itu kembali melanjutkan langkahnya menaiki tangga menuju lantai dua.

  “Ugh”

Jaejoong mengerang pusing.
Kepalanya terasa berdenyut-denyut.
Perutnya sakit.
Ia menyesal menolak sarapan tadi pagi.
Ia tidak ingin merepotkan dirinya untuk memuntahkan sarapan tersebut di westafel.

BRUKK!

Jaejoong mengangkat wajahnya dan mengerutkan dahinya.
Ia tersentak kaget mendapati Yunho yang menatapnya tajam.
Namja cantik itu menunduk dan segera duduk di kursinya.
Aish. Bagaimana bisa ia ceroboh menabrak namja tampan itu barusan?

  “Anyeonghaseyo yeoreobun”

  “Anyeonghaseyo Songsaenim”

Minho yang terlihat segar hari ini mengumbar senyumnya.
Ia membuka buku teksnya dan hendak menuliskan beberapa soal dadakan di papan tulis.
Namun perhatiannya teralihkan pada namja cantik itu.
Minho mengerutkan dahinya.

  “Kim Jaejoong, kau sakit? Wajahmu pucat sekali”

Sontak seluruh kelas, termasuk namja tampan itu, menatap ke arah Jaejoong.
Namja cantik itu menggeleng.
Ia tersenyum lemah.

  “Baiklah,segera ke ruang kesehatan kalau kau merasa buruk” Ujar Minho.

Namja cantik itu mengangguk.

  “Nah, hari ini kita akan membahas soal-soal menjelang ujian kelulusan, Saenim akan memanggil nama kalian dan jawab soal di depan”

Anak-anak kelas mengeluh.
Minho membuka buku absennya dan memanggil korban pertama hari ini.
Yeonshin bersungut-sungut ketika namanya disebut.
Yeoja itu segera maju ke depan dan mengambil kapur tulis yang diberikan Minho padanya.

  “Hoekk~!”

Lee SeoHea menjerit ketika ia mendapati Jaejoong terbatuk dan memuntahkan darahnya di atas meja.
Yunji yang duduk di depan Jaejoong segera bangun dan menjauh dari kursinya.
Anak-anak kelas mulai ricuh.

Jaejoong mencengkram erat ujung mejanya.
Ia merintih kesakitan pada perutnya.
Mengacuhkan mulutnya yang diselimuti darah.

Minho yang melihat itu segera menghampiri Jaejoong dan membantunya berdiri.

  “Saenim akan membawanya ke ruang kesehatan, diharapkan semuanya dapat tenang!” Ujar Minho lantang.

Suara bisik-bisik terdengar.
Beberapa dari mereka ada yang kembali duduk dan ada yang masih ricuh membicarakan kejadian barusan.
Yunho yang sejak tadi duduk di kursinya menatap lama meja Jaejoong yang terciprat darah.


-------


Junsu menggeram penuh emosi seraya berjalan cepat memasuki gedung perusahaan besar itu.
Wajahnya memerah marah.
Kedua tangannya terkepal erat.
Emosinya semakin membuncah mengingat Jaejoong yang tidak sadarkan diri sejak ia pingsan di sekolah tadi pagi.

Semuanya karena Jung Yunho.
Karena anak dari bajingan itu!

Junsu memencet tombol lift  dengan tidak sabar.
Ia segera melesat keluar ketika lift  berhenti di lantai ruangan Yunho.

  “Tuan, apakah anda sudah membuat jan---”

BRAKK!

Sekretaris bernama Gong Minzy itu tersentak kaget ketika Junsu mengacuhkan dirinya dan segera menggebrak pintu kaca itu.
Yunho yang sedang mempelajari seluk beluk perusahaan dari laptopnya mengangkat wajah.
Mata musangnya menatap Junsu yang balas memandangnya marah.

Namja imut itu seakan ingin membunuh Yunho detik ini juga.

  “Kau Kim Junsu ani? Adik dari Kim Jaejoong” Ujar Yunho datar.

Junsu mendecih.
Ia menghampiri Yunho dan memukul namja tampan itu dengan tempat pulpen yang ada di atas meja namja tampan itu.
Yunho terkejut.
Ia merasakan pelipisnya berdenyut.
Namja tampan itu melotot menatap Junsu.

  “KAU NAMJA TERBEJAT YANG PERNAH ADA, JUNG YUNHO!” Jerit Junsu lantang.

Namja imut itu menunjuk wajah Yunho dengan berani.

  “Kau melukai harga diri Hyungku! Kau membuatnya hancur sejak hari itu! Aku benar-benar membencimu!!”

Yunho menaikkan alisnya.
Mendengar ocehan Junsu yang penuh amarah.

  “Dan kau tidak memakai pengaman saat itu huh? Kau bajingan Jung Yunho! Mulai saat ini berhenti mengganggu Hyungku!!”

  “Sudah? Itu saja yang ingin kau katakan padaku?”

  “M-mwo?!”

  “Kau membuatku membuang lima menit mendengar ocehanmu, Kim Junsu, waktuku terlalu berharga untuk dilewatkan dengan percuma. Kalau kau sudah selesai kau bisa meninggalkan gedung ini sekarang”

Junsu menahan nafasnya.
Wajahnya benar-benar memerah saat ini.
Ia segera berjalan keluar ruangan dan membanting kasar pintu kaca tersebut.
Meninggalkan Yunho yang tersenyum miring di tempatnya.

Jadi namja cantik itu benar-benar menderita huh?
Itu bagus.


-------


Hangeng Kim baru saja sampai dari kepulangannya di negeri Sakura itu.
Ia berjalan dengan tidak sabar memasuki rumahnya.
Wajahnya mengeras.
Tangannya menggenggam sebuah handycam dengan erat.

  “KIM JAEJOONG!!” Teriak Hangeng marah.

Namja berperawakan Cina itu menendang sofa ruang tengah dengan kasar.
Wajahnya memerah emosi.

  “KIM JAEJOONG!! KE SINI KAU!!”

CKLEK.

Jaejoong yang tersentak dari tidurnya segera beranjak keluar kamar.
Mata bulatnya menatap Hangeng yang berdiri di ruang tengah dari lantai dua.
Namja cantik itu segera berjalan menuruni tangga.

  “Ne Appa, waeyo?” Tanya Jaejoong bingung.

Hangeng berbalik.
Emosinya semakin meledak menatap raut wajah tanpa dosa putranya.
Ia segera menghampiri namja cantik itu dan menampar kasar pipi kananya.
Membuat Jaejoong terkejut dan refleks menyentuh pipinya.

  “Kenapa? Kenapa kau bilang? Anak kurang ajar! Appa membesarkanmu bukan untuk menjadi jalang seperti ini, Jae! Kau benar-benar membuatku marah!!”

 “..Hiks..A-Appa..Aku benar-benar tidak mengerti..Hiks..”

BRUKK!

Jaejoong merintih ketika Appanya melempar handycam berwarna abu-abu itu tepat mengenai pelipisnya hingga berdarah.
Namja cantik itu terduduk.
Ia semakin menumpahkan tangisnya.

  “KATAKAN PADAKU, DENGAN SIAPA KAU BERCINTA HUH?”

DEG.

Mata besar Jaejoong membulat sempurna.
Bercinta?
Ia bersumpah demi Tuhan ia tidak pernah melakukan hal itu dengan siapa pun!
Namja cantik itu melirik handycam yang tergeletak di sampingnya tidak sengaja.
Dalam sekejap punggungnya terasa dingin.

  [ “Aku penasaran bagaimana reaksi Appamu saat ia melihat rekaman ini” ]

Tubuh Jaejoong bergetar hebat.
Ia terisak lirih menyadari apa yang telah terjadi saat ini.

 “Appa..Hiks..Kau salah paham..Hiks..Aku..Aku tidak---”

BUGGH!

Jaejoong mengaduh.
Ucapannya terpotong begitu saja.
Hangeng sudah lebih dulu memukulnya dengan tongkat baseball  yang menjadi hiasan di ruang tengah.
Jaejoong semakin menangis.

Ia meringkuk berusaha melindungi perutnya dari pukulan-pukulan yang dilayangkan sang Appa padanya.

  “Katakan, Kim Jaejoong! Apa benar kau sedang mengandung? Kau hamil? Katakan! Appa tahu kau dan Junsu memiliki rahim seperti Ummamu!” Teriak Hangeng terus memukuli Jaejoong.

Namja cantik itu tidak menyahut.
Bibirnya terus mengeluarkan isakan dan rintihan sakit.
Ia bisa merasakan punggung dan bahunya berdenyut-denyut sakit karena pukulan dari Hangeng.
Tapi kedua tangannya tidak berpindah dari perutnya.
Ia harus melindungi anaknya.

  “Hiks Hiks..Hnng..Hiks..Hiks..”

Hangeng mendesah keras dan melempar tongkat baseball-nya.
Ia menatap Jaejoong yang tersengguk keras dihadapannya.
Namja berperawakan Cina itu membanting barang-barang yang ada di atas meja.

  “PERGI DARI HADAPANKU SEKARANG JUGA! KELUAR DARI RUMAH INI!!”

 “Appaaa..Hiks..Hiks..”

  “NAMAMU KUCORET DARI DAFTAR KELUARGA KIM! KAU BUKAN ANAKKU LAGI, KIM JAEJOONG!”

Jaejoong merintih miris.
Mata bulatnya menatap nanar Appanya yang memunggunginya sekarang.
Kelopak matanya sakit karena ia tidak berhenti menangis.
Namja cantik itu berusaha bangkit dari duduknya.

Kakinya bergetar beranjak keluar dari rumah itu.

  “Mianhae Appa..Hiks..Mian..” Lirih Jaejoong terluka.

Jungsoo yang sejak tadi terdiam dari lantai dua tersentak.
Ia segera turun dan menyusul Tuan Mudanya.
Namun Jaejoong sudah menghilang dari kediaman mewah itu.

Jungsoo mengusap wajahnya.
Ia benar-benar bodoh.


-------


Junsu berlari kencang saat ini.
Ia terus berlari menuju taman Namsan yang ada di samping café La Pomme.
Namja imut itu terkejut saat ia pulang ke rumah ia mendapati Appanya sedang menangis kecewa di ruang tengah.
Barang-barang hancur berantakan di lantai.

Ia tidak menemukan Jaejoong di kamarnya.

Sampai kemudian Jungsoo memberitahukan apa yang sudah terjadi selama ia pergi dari rumah.
Junsu menghubungi Jaejoong dengan susah payah.
Namja cantik itu mengatakan kalau ia ada di taman Namsan saat ini.

  “Hyung!”

Junsu merasakan dadanya sakit.
Hyungnya sedang menangis di sana.
Namja imut itu segera menghampiri Jaejoong dan duduk di sampingnya.

  “Hyung gwenchana? Appo ania?” Isak Junsu seraya memeriksa kondisi Jaejoong.

Namja cantik itu menggeleng.
Membiarkan Junsu semakin tersengguk ketika ia mendapati pelipis Jaejoong sobek dan berdarah.

  “A-Appa mengusirku Junsu..Hiks..Hiks..” Adu Jaejoong berbisik.

 “Hyung..Hiks..Maafkan aku..Hiks..Aku tidak di sana..Hiks..Maaf..” Isak Junsu lemah.

Jaejoong mengusap air matanya yang tidak berhenti mengalir.
Ia menoleh menatap Junsu.

  “A-Appa tahu semuanya Junsu ah..Hiks..Yunho..Yunho mengirimkan rekaman itu kepada Appa..Hiks..Aku..Aku---”

  “Hentikan Hyung..Hiks..Aku tahu..Aku sudah tahu..”

Junsu menggenggam jemari Jaejoong dengan erat.
Ia tidak bisa menahan tangisnya agar berhenti.
Namja imut itu mengeluarkan dompetnya dan memberikan kartu rekeningnya kepada Jaejoong.

  “Ambil Hyung..Hiks..Pakai uangku..Sewa apertemen atau apa pun itu..”

  “Ju-Junsu ah..Hiks..”

  “Gwenchana Hyung..Gwenchana..”

Jaejoong mencengkram erat kartu berwarna hitam itu.
Ia memeluk Junsu dan semakin menumpahkan tangisnya disana.
Kepalanya terasa pusing.
Tubuhnya terasa sakit.
Ia menderita.

  “Aku harus pulang Hyung..Mianhae..Kondisi Appa tidak stabil Hyung..Hiks..Aku takut terjadi sesuatu dengan Appa”

  “Ne..Arasseo, pulanglah..Jaga Appa untukku”

Junsu mengangguk.
Ia menggosok mata sipitnya yang membengkak saat ini.

  “Kau ke sekolah besok Hyung?”

  “Mollaseo..”

 “Hyungie..Hiks..”

  “Baiklah, aku ke sekolah”

Junsu mengangguk.
Matanya menatap nanar Jaejoong yang beranjak pergi meninggalkan dirinya.
Sakit.
Rasanya sangat sakit.
Ia tidak terpisahkan dengan namja cantik itu sejak ia kecil.

Dan kini mereka harus tinggal di tempat yang berbeda.
Junsu akan merasa sangat kesepian.
Ia benci Jung Yunho.
Ia benci namja brengsek yang telah membuat keluarganya menjadi seperti ini.

Ia bersumpah akan membalas perbuatan namja tampan itu.


-------


Jaejoong duduk di kursinya saat ini.
Wajahnya semakin pucat.
Ia menunduk dengan jemari yang terus mengusap punggung tangan Junsu.
Namja imut itu berkunjung ke kelasnya saat jam istirahat tiba.

Mengacuhkan teman-teman sekelas Jaejoong yang menatap ke arah mereka.
Ia bahkan mencoba berpura-pura namja brengsek bermarga Jung itu tidak ada di sini sekarang.

  “Aku sudah memikirkan hal ini, Junsu” Bisik Jaejoong mengangkat wajahnya.

Menatap dalam mata sipit adiknya.

  “Aku akan berhenti sekolah”

Junsu terkejut.

  “Hyung..”

  “Aku akan pindah dari tempat ini dan membesarkan anakku sendiri”

  “Kau tidak bisa seperti itu Hyung! Sebentar lagi ujian kelulusanmu! Kenapa tidak menunggu hingga hari itu tiba? Dan lagi, apa kau sudah tidak membutuhkanku eoh?”

  “Aku tidak sanggup Junsu ah..”

  “Hyung..”

  “Ini semuater lalu berat untukku..Aku tidak ingin stress dan mempengaruhi kandunganku..Kau mengerti?”

  “Tapi Hyung, please, sampai hari kelulusanmu saja, kau sangat pintar Hyung..Aku ingin melihatmu memegang toga”

Jaejoong tersenyum mendengarnya.
Ia mendesah pendek.

  “Berjanjilah kepadaku, Kim Junsu, setelah aku mengabulkan permohonanmu yang satu itu kau tidak akan mencari tahu dimana aku tinggal”

DEG.

Junsu terkejut.
Membulatkan mata menatap Hyungnya.

  “Aku tidak ingin waktu belajarmu terganggu hanya karena aku, Junsu ah. Kau akan berjuang di kelas tiga nanti, aku ingin kau fokus dan melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi..Tidak sepertiku yang..Kau tahu..”

  “…”

  “Junsu ah”

  “Ne..”

  “Berjanjilah padaku”

  “Aku tidak bisa Hyung..Aku tidak mau..”

  “Kau bisa kembali menemuiku setelah pendidikanmu selesai, aku akan mengirim kabar padamu,arra?”

  “Tapi kau juga harus berjanji padaku, uang yang kumasukkan ke dalam kartu rekeningku, akan kau gunakan sebaik mungkin dan kalau bisa kau harus menghabiskannya setiap bulan”

  “Junsu!”

Namja imut itu tersenyum kecil.
Kedua matanya terasa panas sekarang.
Cih.
Bagaimana bisa ia mengucapkan kata-kata perpisahan kepada Hyungnya eoh?
Sejak dulu ia selalu berpikir kalau ia akan terus bersama Jaejoong sampai hari pernikahannya.

Namja cantik itu menggenggam jemari Junsu dengan erat.
Ia menatap mata sipit adiknya.

Junsu mengangguk.
Ia balas memandang mata Jaejoong dengan tangannya yang menggenggam jemari Hyungnya.

  “I swear” Ucap keduanya pelan.

Namja imut itu tersenyum kecil setelahnya.
Sudah lama ia tidak melakukan hal ini dengan Jaejoong.
Ia akan merindukan cara mereka mengikat janji bersama seperti ini nantinya.

  “Aku menyayangimu Hyung” Bisik Junsu menundukkan wajahnya.

Jaejoong tersenyum tulus.
Ia mengecup dahi Junsu lembut dan menepuk lengan adiknya.
Menyuruhnya segera kembali ke kelasnya sendiri sebelum bel masuk kembali berbunyi.

Namja cantik itu terus memandangi punggung adiknya dengan tatapan sendu.
Ia bahkan melupakan Yunho yang duduk tidak jauh darinya di pojok sana.
Namja tampan itu hanya diam sejak tadi.
Ia terus memperhatikan Jaejoong dan Junsu di kursi mereka.

Ah, sayang sekali ia tidak bisa mendengar bisik-bisik kedua Kim bersaudara itu.


-------


Hari ini adalah hari kelulusan siswa kelas tiga sekolah internasional itu.
Para siswa siswi mengenakan jubah berwarna putih dengan toga yang sama.
Beberapa dari mereka saling berfoto bersama dan beberapa sibuk dengan keluarga masing-masing.

Jung Yunho berdiam diri di dekat pintu masuk aula sekolah.
Mata musangnya terus memperhatikan Jaejoong yang sedang berfoto bersama Junsu di sana.
Kedua Kim itu terlihat begitu berisik dari kejauhan.
Huh.
Yunho memalingkan wajahnya dan mendesah kecil mendapati sekumpulan siswi kelas dua dan satu yang menunggu giliran berfoto bersamanya.

Namja tampan itu menghabiskan waktunya beberapa menit untuk berfoto bersama yeoja-yeoja juniornya itu dan meminta Changmin memegang toga dan topi wisudanya.
Hari ini sangat panas.
Menyebalkan.

  “Bagaimana kabar Appaku?”

  “Tuan Besar sudah sadar sejak kemarin, Tuan”

  “Mwo?”

  “Tapi kondisinya masih sangat lemah, ia belum bisa berbicara dan bergerak banyak”

 “Hmm..Benar-benar tidak berdaya huh?”

Shim Changmin mengangguk.
Ia mengedarkan pandangannya memperhatikan anak-anak sekolah yang baru lulus itu.
Tidak menyadari reaksi Yunho yang menyeringai puas.

Jung Jinki yang terbaring lemah tanpa makian sehari-harinya?
Sangat menarik.

Eoh?
Yunho menaikkan alisnya ketika matanya kembali menangkap sosok dua Kim itu.
Jaejoong dan Junsu kini saling berpelukan erat.
Namja cantik itu memakaikan topi wisudanya di kepala Junsu.
Mereka tertawa bersama dan bergandengan menuju parkiran.

Namja tampan itu berdecak acuh.
Ia segera berbalik dan menarik Changmin menuju mobilnya yang diparkir bersebrangan dengan mobil kedua Kim tersebut.
Yunho berjalan santai memasuki mobilnya.
Tidak menyadari Jaejoong yang hanya diam menatap Junsu masuk ke dalam mobil.

Namja cantik itu tersenyum miris.
Ia melambai kepada Junsu hingga mobil mewah itu menghilang dari pandangannya.
Jaejoong menghembuskan nafas panjang.
Ia mengusapi perutnya dan menaiki taksi meninggalkan sekolah.

Seperti ucapannya pada Junsu. Ia akan pergi. Meninggalkan segala kenangan pahitnya di sini.

TBC :D

1 komentar:

  1. ya tuhan, teganya ya appa bear?
    lindungilah jaema dan agya, ini lbh nyesek bacanya kk.
    aku suka pake sangat.

    BalasHapus