This zone is only YunJae Fanfictions and this is our world

Rabu, 28 Agustus 2013

FF/YAOI/YUNJAE/ONESHOOT/MAGIC MIRROR

Tittle: MAGIC MIRROR

Genre: YAOI

Author: Shella Rizal a.k.a Park Sooji

Cast: Yunjae and other

Length: ONESHOOT

Rating: family-romance-hurt-sweet-fantasy-friendship-gelundungan

WARNING:BOY x BOY! Yg ga suka YAOI mending cabut aja dari sini, cos author Cinta damai~
*kibar2kutang Jae umma*


-------


  “Mirror mirror with magic, who’s the most Jung Yunho loved?
.
.
.

  “Kenapa kau tidak pernah belajar dengan baik,Kim Jaejoong? Lihat! Nilai semestermu kali ini benar-benar memalukan!”

Namja cantik itu mempoutkan bibir cherry-nya manja.
Dahinya mengerut memperhatikan Minho Songsaenim yang tidak berhenti mengomel sejak tadi.
Aish.
Namja bermata kodok ini sungguh membuang waktunya.

Ck.
Yunho pasti sudah makan siang bersama teman-temannya di kantin.
Padahal ia ingin duduk di samping Yunho lagi seperti biasanya.

  “Kau mendengarku, tidak, Kim Jaejoong?!” Bentak Minho kesal.


Namja cantik ituterlonjak kaget.
Ia segera tersenyum kikuk dengan jari yang membentuk lambang damai.
Aish.
Choi Minho memijat pelipisnya.

  “Jaejoong, kau harus tahu kalau ujian minggu depan nilaimu jatuh lagi maka kau harus pindah dari sekolah ini”

  “MWO?! Apa-apaan itu?!”

  “Kalau kau tidak senang dari awal kenapa kau memilih sekolah elit ini hah? Dasar”

  “Uh..Aku kan masuk ke sini bukan karena ingin belajar”

  “Apa kau bilang?”

  “Maksudku, aku masuk ke sekolah ini karena ingin bertemu wajah tampan Songsaenim! Hehehe~”

PLAKK!

  “Aduh!”

Minho menghembuskan nafas kesal setelah memukul kepala muridnya yang bodoh itu.
Jaejoong mempoutkan bibirnya sekali lagi.
Ia mengusap-usap kepalanya pelan.

  “Saenim kejam!” Ujar Jaejoong berteriak.

  “Kau baru tahu kalau aku kejam eoh?” Balas Minho memicing.

Jaejoong menjulurkan lidahnya dan segera berlari meninggalkan ruang guru tersebut.
Membuat Minho menghela nafas diiringi kikikan geli dari guru-guru lainnya.

  “Lagi-lagi Kim Jaejoong ne?” Ucap Yoonhye tertawa.

  “Anak itu memang sangat ceria dan ramah” Sambung Yorin tersenyum.

Minho memutar bola matanya.

  “Yah, seandainya saja ia ceria dan pintar di saat yang bersamaan, pasti sempurna” Gerutunya.

DRAP DRAP DRAP!

Suara langkah kaki Jaejoong terdengar berderu di lantai koridor sekolah.
Namja cantik itu memasuki kantin sekolah dan mengedarkan pandangannya mencari sosok tampan yang selama ini menjadi incarannya.
AH!
Itu dia!

  “Yunho ah!”

Yoochun dan Changmin yang duduk di samping Yunho tersenyum geli.
Mereka menyenggol siku namja tampan itu seraya menunjuk Jaejoong yang sedang berjalan menghampiri mereka.

  “Dimarahi Minho Saenim lagi, Joongie?” Tanya Yoochun lembut.

  “Nee~! Ia tidak akan pernah bosan melakukannya sampai aku lulus dari sekolah ini!” Ujar Jaejoong lucu.

Changmin tertawa.
Namja berwajah kekanakan itu melanjutkan makannya.

  “Yunho ah, kau harus menjadi guru privatku selama seminggu ke depan! Kalau tidak aku akan dipindahkan ke sekolah lain!” Ujar Jaejoong menarik seragam Yunho.

Namja tampan itu meletakkan sendoknya.
Ia menaikkan alis menatap Jaejoong.

  “Kau siapa?”

Mwoya?
Jaejoong mendengus kesal.
Ia menepuk bahu Yunho dan memalingkan wajahnya.
Sementara Yoochun dan Changmin kembali tertawa di tempat.

  “Arasseo, arasseo, hanya seminggu ne? Aku juga harus belajar untuk ujian nanti” Sahut Yunho.

Jaejoong tertegun.
Ia perlahan menoleh memandang Yunho yang sudah melahap makanannya.
Namja cantik itu tersenyum lebar dan memeluk Yunho dengan erat.

  “GOMAWO YUNHO AH!” Teriaknya senang.


-------


Namja cantik itu bersenandung pelan seraya berjalan menuju gedung luar sekolah.
Ia mengayunkan tas selempangnya sesekali.
Jaejoong bersemangat karena Yunho akan mengajarinya nanti sore.
Kkk~
Ia mengepalkan jemarinya membentuk kepalan dan mengacungkannya ke depan.

  “YOSH!” Teriaknya lucu.

Namja cantik itu baru saja akan membuka suaranya untuk bernyanyi, namun mendadak suaranya tenggelam ketika ia tidak sengaja melihat Yunho yang sedang berdiri di parkiran sekolah.

DEG.

Jaejoong terdiam.
Kedua matanya mengerjap sendu.
Dadanya sesak.
Memandang Yunho yang kini bercanda bersama seorang gadis cantik berambut hitam di sana.

Huh.

Jaejoong tersenyum kecut.
Ia memang menyukai Yunho sejak dulu.
Tapi ia tidak akan pernah memiliki Yunho seutuhnya.
Namja tampan itu sudah lebih dulu dimiliki oleh orang lain.

Jaejoong mendesah pendek.
Ia menahan nafasnyaberusaha agar tidak menangis.
Kedua mata bulatnya terus memperhatikan Go Ahra yang sedang memeluk erat lengan Yunho.
Membuat namjat ampan itu tersenyum kecil dan menggiringnya masuk ke dalam mobil.

  “Kau belum pulang?”

DEG!

Jaejoong tersentak kaget.
Namja cantik itu menoleh ke belakang dan mendapati Changmin yang menatap datar padanya.
Jaejoong menggeleng lemah.
Ia menundukkan wajahnya.

  “Aku jadi kehilangan semangat” Gumamnya tidak jelas.

Oh.
Shim Changmin hanya mengangguk pelan sebagai balasan.
Kemudian ia berjalan dengan cuek mendahului Jaejoong.

  “Cha-Chakkaman!”

  “Ne?”

  “Apa kau ada waktu? Aku sedang tidak ingin pulang cepat”

  “Aku mau ke game center, kau ikut?”

  “NE!”

Jaejoong kembali bersemangat.
Ia segera menyusul langkah Changmin dan berceloteh sesukanya.
Sementara Changmin hanya menjawabnya dengan gumaman malas.
Jaejoong memang cerewet, pikirnya.

Mereka berdua mengenakan sweater untuk menutupi seragam sekolah.
Keduanya bermain dengan riang di game center sampai malam.
Jaejoongbenar-benar melupakan rasa sakitnya tadi siang saat ini.
Changmin memang selalu bisa membuatnya merasa lebih baik.

  “Hei, kau tidak belajar bersama Yunho?” Tanya Changmin yang menyesap minuman kalengnya.

Jaejoong menghela nafas.

  “Entahlah, mendadak aku tidak ingin bertemu dengannya” Balas Jaejoong pelan.

Namja berwajah kekanakan itu mengangkat bahunya.
Ia melirik sekilas menatap Jaejoong.

  “Yah, kalau kau memang ingin dipindahkan ke sekolah lain terserah saja”

  “Aku tidak mau!”

  “Kalau begitu ayo kita pulang sekarang”

  “Tapi---”

  “Mau tidak?”

  “Uh..Mau..”

Namja berwajah kekanakan itu tersenyum puas.
Ia segera menarik tangan Jaejoong dan mengantarkan namja cantik itu pulang.
Mereka lebih banyak diam selama perjalanan menuju rumah Jaejoong.
Changmin terlihat sibuk dengan ponselnya sementara Jaejoong terus menghela nafas.

Eh?

Namja cantik itu menarik lengan Changmin ketika mata bulatnya menangkap pemandangan aneh yang ada di pinggir jalan.

  “Sejak kapan di daerah ini ada yang menjual barang bekas malam-malam?” Gumam Jaejoong bingung.

Changmin mengangkat bahunya.
Ia juga terlihat tertarik dengan barang-barang yang digelar itu.
Mereka segera berjalan menghampiri tempat tersebut.
Jaejoong melirik seorang wanita yang tersenyum pada mereka di kursi pendeknya.
Ia terlihat sudah sangat tua hm?

  “Berminat untuk membeli?” Tanya wanita tersebut.

Jaejoong dan Changmin saling menatap satu sama lain.
Namja berwajah kekanakan itu tersenyum.

  “Kami ingin melihat-lihat dulu, bolehkah?”

  “Tentu saja, puaskan mata kalian”

Jaejoong segera memisahkan diri dengan Changmin.
Ia berlutut di antara barang-barang bekas itu.
Dahinya mengernyit.
Semua yang adadi sini terlihat aneh dan usang.

Kotak musik antik, guci kuno, kaca pembesar, rangkaian bunga palsu, dan lainnya.
Eoh?
Kedua mata Jaejoong tampak berbinar mendapati sebuah cermin tangan yang berbentuk bundar dengan pegangan berukir di bawahnya.
Lucu sekali.

Jaejoong segera meraih cermin tersebut dan mengusap ukirannya lembut.

  “Kau menyukainya?”

DEG.

Jaejoong mendongak.
Menatap wanita tua yang kini berdiri di hadapannya.
Ia menghisap sesuatu berasap yang beraroma manis.
Namja cantik itu segera menyimpulkan bahwa wanita asing ini tidak berasal dari Korea.
Mungkin ia seorang hippie yang tersesat ani?

  “Lucu sekali, tapi sayangnya aku bukan seorang hippie, anak muda” Kekeh wanita tua itu.

Mata Jaejoong membesar.
Terkejut karena yeoja itu dapat membaca pikirannya.
Omo!

  “Kuulangi, kau menyukai cermin ini?” Tanya wanita itu ramah.

Um.
Jaejoong mengangguk sedikit ragu.
Ia masih meneliti cermin tersebut.

  “Cermin itu menyukaimu” Balas wanita itu.

  “Mwo?” Kaget Jaejoong.

  “Tidak biasanya mereka menemukan majikan yang cocok, manis sekali”

  “Ta-tapi aku belum berniat akan membeli benda ini”

  “Ah, akan kugratiskan untukmu, cantik, cermin itu terlihat sangat menyedihkan tahun-tahun terakhir”

  “Gratis? Jeongmall?”

Wanita itu mengangguk.
Ia melirik Changmin yang sedang berlutut jauh dari mereka.
Namja berwajah kekanakan itu sedang memilah-milah buku usang yang tertumpuk di sana.

  “Terima kasih” Ujar Jaejoong tersenyum.

Wanita itu mengangguk.
Ia balas tersenyum.

  “Ng..Tapi, kenapa cermin ini tidak memantulkan wajahku? Ia terlihat buram” Ucap Jaejoong pelan, takut menyinggung wanita tersebut.

  “Karena cermin ini bukan cermin biasa, tapi cermin ajaib” Sahut wanita itu santai.

  “APA?!”

  “Ia akan menuruti segala perintahmu setelah kau mengucapkan mantera padanya”

Jaejoong tertegun.
Lama ia menatap cermin tersebut.
Jantungnya sedikit berdebar sekarang.
Bisakah ia mempercayai wanita asing ini?

Changmin yang sudah merasa waktunya untuk segera pergi segera menghampiri Jaejoong.
Ia menepuk bahu namja cantik itu.

  “Kka, Ummamu akan mengamuk kalau kau pulang tengah malam” Ujar Changmin tegas.

Jaejoong tersentak.
Ia segera mencengkram erat pegangan cermin itu dan menatap Changmin gelisah.

  “Hyung, bisa tunggu aku sebentar? Tidak sampai lima menit!”

  “Hmm, baiklah, aku akan melihat lampu itu dulu”

Jaejoong mendesah lega.
Ia segera menoleh menatap wajah wanita tersebut.
Namja cantik itu menelan salivanya.

  “Bi-bisa kau mengajariku mantera yang tadi?” Bisiknya lirih.

Ah, wanita paruh baya itu melebarkan senyumannya.


-------


Jaejoong masih berbaring di ranjangnya saat ini.
Tidak peduli walaupun jam sudah menunjukkan pukul sembilan pagi, toh hari ini hari minggu.
Namja cantik itu menghembuskan nafas panjang.
Semalam saat kakaknya kembali dari bimbingan belajar ia bilang tidak menemukan penjual barang antik apa pun di dekat rumah mereka.
Bagaimana bisa wanita itu memindahkan seluruh barang jualannya secepat itu?

Jangan-jangan ia penyihir.

Jaejoong mengacak rambutnya.
Ia mengangkat cermin itu dan memperhatikan benda itu dengan seksama.
Wanita itu sudah membantunya mengucapkan mantera untuk mengikat cermin itu agar patuh padanya.
Hmm, mungkin ia harus mencobanya sekarang.

  “Mirror mirror with magic, show me yourself” Bisik Jaejoong hati-hati.

Namja cantik itu terkejut ketika melihat kabut yang seolah menyelimuti cermin itu bergerak menggumpal.
Bergeser keujung cermin.

  “WOAH!” Jaejoong menjerit kaget, ketika mendadak muncul sebuah wajah yang tampak seperti topeng berwarna putih.

Mata melengkung dan mulut yang lebar dengan warna hitam seluruhnya.
Seperti lukisan kuno.

Setelah berhasil menenangkan diri Jaejoong kembali menatap cermin aneh itu.
Ia mengerutkan dahinya menatap wajah bertopeng itu tidak hilang juga.
Ah, cermin ini benar-benar menuruti perintahnya hm?

Jaejoong jadi ingat dengan dongeng masa kecil yang berjudul putri salju.
Bukankah sang ratu juga memiliki cermin ajaib aniya?
Kkk~ mungkin ia bisa mencobanya juga.

  “Mirror mirror with magic, who is the most beautiful girl in the world?

Gumpalan kabut itu kembali bergerak, seakan membersihkan tampilan cermin dan memperlihatkan sosok lukisan seorang wanita berambut pirang.

  “Dewi Aphrodite! Hahaha, kau benar! Untung saja bukan Snow White” Ucap Jaejoong terkikik.

TOK TOK TOK.

DEG!

Namja cantik itu terlonjak kaget.
Ia segera menyembunyikan cermin itu ke dalam laci nakas.
Kemudian ia melompat dari ranjang dan membuka pintu kamarnya.

  “Yunho?!” Jerit Jaejoong kaget.

Namja tampan itu menatap tajam Jaejoong.
Ia menjitak kepala namja cantik itu.

  “Kemana saja kau kemarin malam hah? Aku menunggumu di sini tiga jam karena kau bilang ingin belajar bersamaku” Ketus Yunho kesal.

  “Huaaa! Aku minta maaf! Aku---Aku—Aku pergi bersama Changmin” Ucap Jaejoong menyatukan kedua telapak tangannya.

Eoh?
Yunho menaikkan alisnya.
Bersama Changmin?

  “Kemana saja kalian?”

  “Aigoo, kenapa kau penasaran? Kami tidak berulah kok”

  “Aish sudahlah, percuma berbicara denganmu”

  “Hehehehe”

  “Kenapa kau masih di sini? Cepat mandi dan keluarkan buku pelajaranmu!”

  “Mwoya?! Tapi ini hari minggu!”

  “Belajar tidak mengenal waktu! Atau kau ingin dipindahkan ke sekolah lain hah?!”

  “ANI!”

Namja cantik itu segera berlari memasuki kamar mandinya.
Meninggalkan Yunho yang menghela nafas panjang.
Namja tampan itu memasuki kamar Jaejoong dan berinisiatif membersihkan ranjang yang cukup berantakan itu.
Hm, menjadi teman Jaejoong sejak masuk sekolah menengah atas tahun lalu membuatnya dekat dengan namja cantik itu.

Ia jadi merasa seperti memiliki seorang adik yang nakal.

Lima belas menit kemudian namja cantik itu keluar dari kamar mandi dengan kaus putih longgar dan celana pendek selututnya.
Ia mengusapkan handuk pada rambutnya yang masih basah.
Mata bulatnya menatap Yunho yang sudah membuka meja lipat di atas hambal dan membuka buku-buku pelajaran milik Jaejoong.

  “Pelajaran apa yang kau tidak bisa?”

  “Semuanya”

  ”…”

  “Aku serius~!”

  “Haaahh, baiklah, kita mulai dari Kimia dulu”

Namja cantik itu mengangguk.
Ia segera duduk di depan Yunho.

  “Yah, rapikan dulu rambutmu, masa kau mau belajar dengan handuk di kepala seperti itu?”

  “Aish, rambut basah tidak boleh di sisir tahu, harus dikeringkan dulu”

  “Ck, kau seperti ibuku saja”

  “Yunho ah!”

Namja tampan itu menghela nafasnya.
Ia menuliskan beberapa soal di kertas selembar dan menyerahkannya kepada Jaejoong.

  “Kerjakan, nanti kita lihat materi apa yang kau tidak mengerti”

  “Arasseo Songsaenim!”

Yunho tertawa.
Ia menggelengkan kepalanya pelan.
Aigoo.

Jaejoong yang sedang meraut pensilnya merasa berdebar melihat tawa Yunho yang sangat khas itu.
Manis sekali.
Benar-benar tampan, pikirnya.

  “Kenapa kau malah melihatku eoh?”

DEG.

Jaejoong menggeleng.
Ia segera menunduk dan berusaha mengerti soal-soal itu.
Tapi tidak sampai lima menit Jaejoong mengangkat wajahnya kembali.
Menatap Yunho dengan intens.

  “Kapan kau akan putus dengan Ahra?”

Yunho terkejut.
Ia melotot pada Jaejoong.

  “Pertanyaan macam apa itu?” Gusarnya kesal.

  “Pertanyaan yang harus ditanyakan” Sahut Jaejoong tersenyum.

Yunho mendecih.
Jujur saja, ia sedikit kaget dengan tatapan serius dari Jaejoong sebelumnya.
Namja cantik itu tidak pernah terlihat seperti ini.

  “Jadi, bagaimana yeoja itu?”

  “Hmm, dia baik”

  “Aku juga baik, kau juga baik, semua orang itu baik”

  “Aish, maksudku, dia baik-baik saja, belakangan ini ia mengambil kursus piano di hari libur sekolah”

  “Kau sudah bersamanya hampir setahun ini, apa kau tidak bosan?”

  “Tentu saja tidak”

  “Benarkah? Kau tidak pernah berpikir untuk berpaling darinya atau memutuskannya, begitu?”

  “Kim Jaejoong!”

Namja cantik itu terdiam.
Ia segera menundukkan wajahnya dalam dan berusaha berkonsentrasi kembali mengerjakan soal sialan itu.
Shit.
Kenapa mulutnya tidak bisa di-rem?
Sekarang iaharus berusaha mati-matian agar tidak terlihat lemah di mata Yunho.

Kkkhhh.

Namja cantik itu mengeratkan genggamannya pada pensil tersebut.
Ia menarik nafas panjang dan menahannya beberapa detik.
Kemudian ia menghembuskannya perlahan seraya memantapkan hatinya.
Sampai kapan ia akan bersembunyi seperti ini? Jaejoong sudah lelah.

  “Aku mencintaimu Yunho ah” Ucap Jaejoong masih menunduk.

DEG.

Yunho membeku.
Ia menatap Jaejoong dalam diam.
Namja cantik itu terlihat bergetar.

  “Kerjakan soalmu dengan benar, Kim Jaejoong” Sahut Yunho kemudian.

Jaejoong merasakan hatinya mencelos.
Kedua matanya berkaca-kaca dan menggenangkan air mata.
Ia menggigit bibirnya ketika tetesan bening itu lolos dari pertahanannya.
Namja cantik itu menahan nafas, ia membalik dengan kasar halaman buku tersebut.

  “Maafkan aku, kertasnya jadi basah” Gumam Jaejoong tidak jelas.

Yunho masih diam.
Ia memalingkan wajahnya dengan raut yang tidak bisa diartikan.
Namja tampan itu terkejut dengan pernyataan dari Jaejoong barusan.
Yoochun sudah pernah memberitahunya kalau namja cantik itu menyukainya, tapi ia tidak percaya.

Gah, memangnya untuk apa selama ini Jaejoong selalu ada di sampingnya dengan senyuman?
Tentu saja karena ia menyukai Yunho.
Alis Yunho bertaut.
Ia mulai merasakan canggung yang amat sangat sekarang ini.
Namja tampan itu segera berdiri dan membuka pintu kamar Jaejoong.

  “Belajarnya kita lanjutkan besok saja, kau benar, seharusnya hari minggu kita bersantai” Ucap Yunho.

BLAM.

Jaejoong menjatuhkan pensilnya.
Namja cantik itu menekuk lututnya dan menangis pedih.
Bodoh.
Seharusnya ia tahu kalau Yunho tidak mungkin menerimanya.
Tidak mungkin Yunho akan meninggalkan gadis sempurna itu.
Cinta Yunho bukan untuknya.

  “..Hiks..Hiks..”

Jaejoong menyesal sudah mengatakan hal itu.
Seharusnya ia diam saja.
Seharusnya ia tidak jujur, selamanya.


-------


Jaejoong terlihat lesu belakangan ini.
Ia ingin membolos saja rasanya.
Tapi mengingat nilainya sangat rentan untuk kepindahan sekolahnya, Jaejoong terpaksa masuk.
Namja cantik itu mendongak saat merasakan dingin di pipinya.

Ia melihat Changmin yang menempelkan sekaleng minuman dingin.

  “Gomawo”

Namja berwajah kekanakan itu mengangguk.
Ia segera duduk di samping Jaejoong.
Kedua mata sipitnya memandang ke sekeliling halaman belakang sekolah mereka.

  “Apa yang terjadi padamu? Tidak biasanya lesu seperti ini”

  “Huumm..Aku sudah melakukan hal yang sangat bodoh”

  “Sebodoh apa?”

  “Sebodoh kau”

Aish.
Changmin menjitak kesal kepala namja cantik itu.

  “Hyung, apa yang harus kulakukan?”

  “Yah, kau harus menebus perlakuan bodohmu kalau begitu”

  “Ne? Bagaimana caranya?”

  “Hmm..Menganggap kalau perlakuan bodohmu itu bukanlah sesuatu yang serius untuk ditanggapi, dan kembalilah bersikap seperti biasa”

  “Menurutmu itu akan berhasil?”

Changmin mengangkat bahunya.
Jaejoong mengangguk-angguk pelan.
Ia memandang langit biru yang luas di atas sana seraya memutar-mutar minuman kalengnya.

  “AH!”

Changmin terkejut ketika Jaejoong berseru mendadak.
Namja cantik itu segera melompat dan berlari meninggalkan Changmin.
Membuat namja berwajah kekanakan itu mengerutkan dahinya tidak mengerti.

Dasar anak aneh,gumam Changmin dalam hatinya.

Sementara itu, Jaejoong sedang berlari ke dalam kelasnya, mengambil tas dan kembali berlari menuju toilet.
Memastikan tidak ada siapa pun di dalam sana.
Yosh!
Jaejoong segera mengeluarkan cermin ajaibnya dari dalam tas.

  “Mirror mirror with magic, show me Jung Yunho

Gumpalan kabut pada cermin itu menyeruak, memperlihatkan sesosok namja tampan yang sedang melamun di atap sekolah.
Jaejoong menaikkan alisnya.
Tumben sekal itidak bersama Ahra.

  “Mirror mirror with magic, show me Go Ahra

Kabut itu bergerak lagi, kali ini memperlihatkan sosok seorang gadis cantik berambut hitam yang terlihat lesu di meja kelasnya.
Ia menatap jari-jarinya yang lentik.
Seolah sedang memikirkan sesuatu.

Jaejoong mengerutkan dahinya tidak mengerti.
Apa ini artinyaYunho dan Ahra sedang bertengkar?
Namja cantik itu segera mengusap permukaan cermin tersebut, mengacaukan gumpalan kabut tersebut, kemudian ia memasukkannya ke dalam tas dan berjalan keluar toilet.

Sementara itu Yunho tampak tidak bersemangat memperhatikan pemandangan sekitar sekolah dari atap.
Ia bertumpu pada pagar berjaring itu dan menghembuskan nafas pendek.
Jaejoong menyukainya?
Ia masih tidak tahu harus bersikap seperti apa sekarang.

Jujur saja, ia tidak benci dengan namja cantik itu, ia malah ingin menerima perasaan Jaejoong secara terbuka.
Mengingat selama ini Jaejoong selalu berada di sampingnya dalam keadaan apa pun.
Yunho memangmenjalin hubungan dengan Ahra hampir setahun ini.
Awalnya ia yang menyatakan perasaan karena terpesona akan permainan piano yeoja cantik itu.

Tapi belakangan ini ia merasa hubungan mereka mulai mendingin.
Ahra semakin sibuk untuk mengikuti kontes piano yang diimpikannya sejak kecil.
Kkh.
Yunho memiijat pelipisnya.

CKLEK!

  “Kau di sini, Yunho ah!”

Yunho terkejut.
Ia berbalik dan mendapati Jaejoong tersenyum riang padanya seperti biasa.
Namja cantik itu berlari dan berdiri di samping Yunho.

  “Untung saja hari ini ada rapat guru, hehehe,jadinya tidak perlu belajar” Ujar Jaejoong lucu.

Um.
Yunho mengangguk membenarkan.

  “Apa yang kau lakukan di sini?”

  “Tidak ada, kau sendiri, dari mana?”

  “Oh, aku duduk bersama Changmin di halaman belakang sekolah”

  “Changmin?”

  “Ne, ia mentraktirku minuman dingin, ah, dia juga menyemangatiku tadi! Hehehe~”

Yunho merengut kesal.
Ia memalingkan wajahnya.
Entah kenapa perasaannya benci mendengar Jaejoong lagi-lagi bersama Changmin.
Belakangan ini mereka memang terlihat dekat aniya?
Dulu juga mereka dekat, tapi tidak sedekat ini.

  “Yunho, kau baik-baik saja?”

Yunho menoleh.
Ia menganggukdan tersenyum.
Jaejoong balastersenyum.

  “Jae, tentang semalam, aku---”

  “Lupakan saja”

  “Eh?”

  “Aku tidak ingin pernyataanku mengganggu pertemanan kita, lagi pula, setelah kupikir-pikir, Ahra cukup cocok untukmu, dia baik, cantik, pintar, sempurna”

Yunho menatap Jaejoong intens.
Memperhatikan senyuman Jaejoong yang terlihat dipaksakan.
Miris.

  “Kenapa kau bodoh sekali eoh?” Ujar Yunho menepuk kepala Jaejoong.

Namja cantik itu terdiam.
Ia tersenyum kecut kemudian.

  “Aku juga bingung, kenapa aku bisa sebodoh ini” Bisik Jaejoong bergetar.

Memujimu dan kekasihmu sementara aku jelas-jelas menyimpan perasaan padamu.
Aku namja paling bodoh yang pernah ada.


-------


  “Yun!”

  “Eh?”

  “Kau mau udang tepungnya tidak?”

  “Ani, ambil saja”

Yoochun bersiul senang.
Ia segera menyeret piring milik Yunho dan melahap udang tepungnya.
Mengacuhkan Yunho yang tidak seperti biasanya belakangan ini.
Tapi tetap saja Yoochun tidak bisa menahan dirinya untuk tidak ikut menatap ke mana arah pandangan Yunho tertuju saat ini.

Jaejoong dan Changmin.

Mereka sedang bersuit menentukan siapa yang pantas mendapatkan burger besar itu.
Hum, tidak biasanya namja berwajah kekanakan itu bersikap konyol.
 
  “Hahahahaha!”

Changmin tertawa lantang.
Ia menepuk-nepuk kepala Jaejoong remeh.
Kemudian ia menarik piring burger yang ada di antara mereka dan melahapnya nikmat.
Melirik Jaejoong yang mempoutkan bibirnya kesal.

Changmin tersenyum.
Ia menyodorkan burgernya membiarkan Jaejoong tertawa dan menggigit burger itu.
Tapi setelah itu Changmin tidak menawarkan lagi, ia melahap semuanya sendirian.
Namja cantik itu terlihat santai, ia mengambil kentang gorengnya dan melahapnya pelan.

  “Kau sama saja seperti kakakmu” Gerutu Changmin seraya mencolek lepotan saus di sudut bibir Jaejoong.

Namja cantik itu tertawa memperlihatkan deretan giginya yang rapi.

GRRT.

Yunho kesal.
Emosinyabercampur aduk.
Ia tidak suk adengan Changmin yang mendadak menjadi sok perhatian pada namja cantik itu.
Lagi pula Jaejoong juga salah! Namja cantik itu suka padanya kan? Kenapa ia malah bercanda dengan laki-laki lain?

Aish.

  “Yunho, kau mau kemana?”

  “Toilet”

Yoochun berdengung tidak jelas.
Ia kembali melahap udang tepungnya seraya mencomot kentang goreng milik Jaejoong sesekali.

  “Hyung, aku berhasil” Ujar Jaejoong tersenyum.

  “Apanya?” Tanya Changmin bingung.

  “Itu, petuahmu di halaman belakang dua hari yang lalu, aku bisa kembali semangat setelah mencoba menerima kenyataan yang ada”

  “Hmm hmm”
 
  “Hyung, kau ingat kan?”

  “Aku lupa”

Aish.
Jaejoong mencebilkan bibirnya.

  “Aku tidak mengerti kalian sedang membicarakan hal apa” Celetuk Yoochun polos.


-------


Jaejoong bersandar pada jendela kamarnya saat ini.
Mengintip Changmin yang sedang berbincang dengan kakaknya di luar sana.
Mereka terlihat riang.
Ah, Jaejoong juga seharusnya merasakan hal yang sama aniya?

Ujian kenaikan kelas sudah selesai.
Dan ia tidak jadi dipindahkan ke sekolah lain berkat les privat dari Yunho.
Walaupun tidak setiap hari mereka melakukannya.

Jaejoong mendengar dari kelas sebelah kalau kekasih Yunho yang bernama Ahra itu memenangkan kontes piano berbakat dan akan mengambil kelas khusus pianis di Jepang setelah ini.
Kasihan Yunho, ia pasti sangat depresi. Pikir Jaejoong tersenyum kecut.

Tapi aku lebih depresi. Keluhnya dalam hati.
Yoochun memberitahunya kalau kemungkinan Yunho akan mengikuti Ahra ke Jepang dan melanjutkan studi disana.
Tapi masih belum pasti, keputusan itu dipikirkan Yunho jauh sebelum Ahra memenangkan kontes.

Jaejoong menghela nafas lagi.
Kemudian ia berbalik dan memperhatikan cermin ajaib miliknya.

  “Mirror mirror with magic, tell me about Go Ahra now

Mata besar Jaejoong memperhatikan dengan seksama cermin ajaib tersebut.
Ia menaikkan alisnya.
Menyadari kalau Ahra sedang berjalan di jalanan kota asing saat ini.
Eoh?
Bukankah itu papan reklame dengan tulisan kanji?

Itu berarti ia sudah pindah ke Jepang?

DEG.

Dalam sekejap Jaejoong merasakan tulang punggungnya dingin.
Ia segera mengusap permukaan cermin itu kasar dan menelan salivanya.

  “Mirror mirror with magic, tell me where Jung Yunho now

Cermin itu memperlihatkan daerah yang tidak dapat ditangkap dengan jelas oleh Jaejoong.
Bayangan itu bergerak tidak jelas karena Yunho sedang berlari entah kemana.
Namja cantik itu merasakan hatinya sakit.
Kedua matanya panas dan basah.

Ia menyimpulkan kalau Yunho mungkin sedang mengejar Ahra yang meninggalkannya karena mereka bertengkar atau apa pun itu.

  “Jadi kau memilihnya?” Desis Jaejoong menahan nafas.

Huh.
Tentu saja Yunho memilihnya.
Ahra adalah kekasihnya.
Sedangkan ia bukan siapa-siapa.

Jaejoong mulai terisak seraya terduduk lemas di lantai kamarnya.
Ia menggigit bibir bawahnya erat.
Mata bulatnya menatap cermin yang kini kembali buram itu.
Namja cantik itu memejamkan matanya sejenak.
Ia menarik nafas panjang.

Sekali ini saja.
Pertama dan terakhir kalinya.
Setelah itu ia akan memutuskan untuk menutup hatinya dari siapa pun.

Jaejoong memberanikan dirinya mencengkram pegangan cermin bundar itu.
Kemudian ia berucap pelan.

  “Mirror mirror with magic, who’s the most Jung Yunho loved?

DEG DEG DEG.

Jaejoong mempersiapkan hati dan jiwanya untuk membuka mata dan melihat permukaan cermin itu.
Ia menggigit bibir bawahnya dan membuka kedua matanya dalam hitungan ketiga.

DEG.

Jaejoong terdiam.
Ia membeku.

  “Ke-Kenapa ada wajahku?” Gumam Jaejoong kaget.

Namja cantik itu panik.
Ia tidak mengerti apa yang sedang terjadi.
Apakah cermin ini melakukan kesalahan?

TOK TOK TOK!

  “Joongie, temanmu menunggu diluar!”

Jaejoong terkejut.
Ia segera menghapus air matanya dan mencengkram erat cermin tersebut.
Namja cantik itu berjalan membuka pintu dan melongok ke lantai satu.

  “Siapa Umma?” Tanya Jaejoong mengerutkan dahinya.

Yeoja cantik berwajah angkuh itu mengangkat bahunya tidak peduli.
Ia masih sibuk memperhatikan drama telenovela yang sedang terputar di televisi.
Jaejoong mendesah.
Ia berjalan menuju pintu depan dan membukanya dalam sekali tarik.

DEG.

  “Yu-Yunho?” Serunya tidak percaya.

Namja tampan itu terlihat berantakan.
Nafasnya tersengal berat.
Mata musangnya bergerak gelisah menatap Jaejoong yang tampak sembab.

  “Apa-Apakah aku terlambat?” Tanya Yunho sesak nafas.

  “H-Hah?” Gumam Jaejoong tidak mengerti.

  “Itu—Apakah Changmin mendahuluiku? Ia sudah menyatakan perasaannya padamu, Jae?”

  “Mwo?”

  “Yoochun yang memberitahuku, ia bilang Changmin akan menjadikanmu kekasihnya hari ini”

Dahi Jaejoong mengerut.
Bingung dengan ucapan Yunho.
Apa-apaan Park Yoochun itu eoh?

  “Kenapa dia harus menjadikanku kekasihnya? Changmin itu pacarnya Kyuhyun” Ucap Jaejoong kemudian.

Mwo?
Yunho membulatkan mata musangnya.
Ia segera berbalik mengikuti arah telunjuk Jaejoong keluar pagar.
Omo!
Bagaimana bisai a tidak melihat pasangan kekasih yang sedang bermesraan di sana eoh?

  “Ta-Tapi selama ini, kalian sangat dekat dan---”

  “Wajar saja kami dekat, Changmin berencana melamar kakakku setelah lulus, dia berpikir lebih baik segera mengakrabkan diri denganku yang juga akan menjadi adiknya nanti”

Yunho merasakan lututnya lemas.
Ia terduduk di depan Jaejoong masih dengan nafas yang tidak beraturan.
Jaejoong yang melihat itu ikut berlutut di depan Yunho.
Ia mengerutkan dahinya.

  “Kau sendiri? Kenapa kau ada di sini? Bukankah kau mengikuti Ahra ke Jepang?”

  “Aku menolaknya”

  “N-ne?”

  “Ia juga bilang kalau ia tidak bisa membawaku bersamanya, karena ia ingin serius menggapai impiannya menjadi pianis berbakat..Lagi pula..Aku juga tidak bisa ikut dengannya karena aku sudah memutuskan hubungan kami pagi tadi”

GREPP!


Yunho tertegun.
Jaejoong memeluknya dengan erat mendadak.
Namja cantik itu memejamkan kedua matanya, membiarkan tangisnya mengalir membasahi jaket Yunho.

  “Terima kasih, untuk tidak pergi bersamanya” Ucap Jaejoong terisak.

Yunho tersenyum.
Ia memberanikan diri mengusap punggung namja cantik itu.

  “Aku juga mencintaimu, Kim Jaejoong, maaf, aku baru menyadarinya sekarang”

  “Aigoo, aku senang sekali, aku jadi tidak ingin berhenti memelukmu Yunho ah”

  “Ne, lakukan saja sesukamu, aku milikmu sekarang”

Jaejoong tertawa senang disela tangisnya.
Ia mencengkram cermin ajaib itu dan meliriknya sekilas.
Tertegun melihat bayangannya kini terpantul di sana.
Namja cantik itu mencengkram punggung Yunho dengan satu tangannya sementara tangan yang satunya lagi mengangkat cermin itu tepat di hadapan wajahnya.
Cermin itu berubah menjadi cermin biasa.

  [ “Tidak biasanya mereka menemukan majikan yang cocok, manis sekali” ]

Eoh?
Jaejoong menaikkan alisnya mengingat ucapan wanita paruh baya waktu itu.
Hmp.
Namja cantik itu tersenyum senang.
Sekarang ia mengerti untuk apa cermin ini sebenarnya.

  “Eh, aku baru sadar kalau ternyata Yoochuni tu peka juga, padahal aku tidak mengatakan apa pun padanya” Gumam Jaejoong geli.

  “Ne? Kau bilang apa Joongie?” Sahut Yunho tersenyum.

Namja cantik itu mengusap air matanya.
Ia menggeleng pelan membuat Yunho kegelian dengan rambutnya yang menggelitik telinga Yunho.
Kemudian mereka tertawa bersama.

He need a master who cant be happy.
He need a master who cant get the love.

So he can fix it and make a happy ending story.

END.

2 komentar:

  1. Sukaaaaaaa.. >,<

    Aigoo.. aigoo.. joongie yeppeo cocok bgt ya klo jd namja oon.. hahaha.. trus Yunnie tampan yg ngajarin.. uwuw~

    Maniss, as always.

    BalasHapus
  2. Sukaaaaaaaaaaaaaaaaa... bru x ini baca ff kyu jdi kakanya jaeeee....

    Lanjutkannnn

    BalasHapus