This zone is only YunJae Fanfictions and this is our world

Rabu, 28 Agustus 2013

FF/YAOI/YUNJAE/CHAPTER/GOD, WE ARE DIFFERENT/PART 5 *END*

PART 5.

  “Nggghh”

  “YAA! Jung Yunnie! Ireonabwaaa!”

Eoh?

Namja tampan itu terlonjak dari baringnya.
Mengerjapkan kedua matanya menangkap pemilik suara merdu yang berteriak untuknya.
Yunho terkejut.
Kedua matanya melebar sempurna.

  “Joongie?! Apa yang kau lakukan di sini?!” Paniknya.

Jaejoong terkekeh geli.
Ia melirik pintu dan menaruh kedua tangannya di pinggang.

  “Changmin bilang ia ada pekerjaan, aku diminta untuk membangunkanmu” Ucap Jaejoong tanpa dosa.

  “Bukan itu! Semalam—Semalam kau---”


  “Ah, aku belum sarapan. Kau ingin makan apa Yun?”

GREPP!

Jaejoong tersentak kaget.
Ia menatap pergelangan tangannya yang dicengkram oleh Yunho.
Namja cantik itu menghela nafasnya dan duduk di samping namja tampan itu.

  “Aku baik-baik saja, Yunnie ah” Bisiknya seraya menjatuhkan dagunya pada bahu Yunho.

Yunho mengerutkan dahinya.
Ia mengusapi lengan Jaejoong pelan.

  “Aku sangat khawatir, Kim Jaejoong”

  “Mianhae”

  “Kenapa kau tidak bilang padaku?”

Huh.
Jaejoong tersenyum kecut mendengarnya.

  “Untuk apa? Agar kau menghabiskan hari-harimu untuk khawatir akan hidupku seperti Umma, Appa dan Junsu eoh?”

  “Aku---”

  “Lagi pula kau tidak bisa berdoa untukku”

Yunho terdiam.
Ia menjauhkan Jaejoong dari tubuhnya.
Menatap dalam mata bulat itu.

  “Tapi setidaknya aku bisa berusaha mencarikan donor untukmu”

  “Ini bukan dunia dongeng Yunnie ah, tidak akan ada yang mau merelakan jantungnya untuk orang lain”

  “Ada, Joongie, pasti ada”

  “Huh, jangan bilang kalau itu kau, beruang jelek~!”

  “Setidaknya tetap ada meskipun kemungkinannya hanya satu banding sepuluh ania?”

  “Aku lapar, ayo kita keluar”

Yunho menurut.


-------


CKLIK!

CKLIK!

Jaejoong mengerutkan dahinya.
Ia mempoutkan bibir cherry-nya menatap Yunho.
Namja tampan itu sedang memeriksa hasil potretnya.

  “Kenapa kau terus memotretku sejak tadi?”

  “Untuk pekerjaanku”

  “Hng? Memangnya apa tema untuk minggu ini?”

  “Malaikat”

DEG.

Yunho tersenyum kecil.
Ia mengecup lembut pinggir dahi namja cantik itu.

  “Malaikat tanpa sayap”

Wajah Jaejoong memerah perlahan.
Ia menundukkan wajahnya dalam.
Meringis geli merasakan kecupan-kecupan manis Yunho di wajah dan pinggir dahinya.

  “Yu-Yun, hajima” Desis namja cantik itu lirih.

Yunho tertawa.
Ia menepuk kepala kekasihnya pelan dan menggantung kameranya di leher.
Menarik Jaejoong memasuki sebuah café dan memesan roti isi dua piring.

  “Wae? Kenapa diam saja?” Tanya Yunho menatap Jaejoong.

Namja cantik itu menghembuskan nafas panjang.
Ia mendongak memandang Yunho.

  “Yunnie”

  “Hmm?”

  “Tuhan tidak seburuk yang kau pikirkan”

Wajah Yunho mengeras.
Ia membenci pembicaraan ini.
Namja tampan itu menatap tajam mata bulat Jaejoong.
Namun namja cantik itu berusaha mengacuhkan hal tersebut.

  “Aku..Sudah tahu semuanya Yun ah..Changmin yang menceritakannya kepadaku”

  “Kalau begitu kau juga tahu sekejam apa balasan Tuhan kepadaku”

  “Aku menganggap hal kejam itu adalah ujian untukmu, Yun ah”

  “Huh? Apa katamu? Ujian?”

  “Bukankah Pastor pernah berkata kalau hanya umat yang sangat dicintai Yesus yang akan mendapat ujian darinya? Kau tidak pernah dibenci olehnya, Yun ah”

  “Aku selalu berlutut kepadanya sejak aku kecil, tapi apa? Ia menanamkan memori terburuk yang pernah ada pada ingatanku, Jaejoongie”

  “Yun”

  “Cukup”

Jaejoong tertunduk.
Ia menghela nafasnya diam-diam.
Pikirannya berkecamuk.
Kalau Yunho tidak bisa mendengar arti masa lalunya yang kelam agar ia kembali seperti semula, ia harus menggunakan cara yang tidak bisa dihindari Yunho.

Namja cantik itu menyentuh tangan Yunho yang berada di atas meja.
Ia mengangkat wajah cantiknya.
Menatap Yunho yang juga balas memandangnya.

  “Kau mencintaiku?”

  “Aku sudah mengatakannya kepadamu, Joongie, kau meragukanku?”

  “Appaku adalah jamaah yang taat, Yun”

  “…”

  “Ia tidak akan pernah bisa menerimamu kalau ia tahu kau seorang Atheis

  “Joongie, kumohon, jangan memaksaku”

  “Aku tidak memaksamu Yun, aku memohon kepadamu. Kembalilah ke jalan yang benar, masuki agamamu kembali”

  “Joongie!”

Jaejoong tersentak.
Meringis saat Yunho mencengkram tangannya dan membentak dirinya.
Rahang Yunho mengeras.
Pelipisnya berdenyut pelan.
Emosinya membludak.

  “Kau tidak akan pernah mengerti, adikku diperkosa, dia hamil dan bunuh diri, Umma dan Appaku juga melakukan hal yang sama. Mereka meninggalkanku, di malam saat aku masih berlutut kepada Tuhan. Kau tahu apa yang dilakukan Jessica ania? Ia menggenggam sebuah salib besi di tangannya, tapi Yesus tidak menghentikan dirinya”

Jaejoong tertunduk.
Kedua matanya berkaca-kaca dan terasa panas.
Bibirnya bergetar pelan.

  “Dimana doktrin Sola Gratia dan doktrin Sola Fide saat itu? Yang mengatakan bahwa keselamatan merupakan anugerah dari Tuhan, dan keselamatan hanya datang melalui iman di dalam Yesus sebagai Kristus? Nyatanya ia tidak menyelamatkan satu pun keluargaku!”

Hening.
Hanya terdengar deru nafas Yunho yang memberat.
Perlahan ia melepaskan cengkramannya pada tangan Jaejoong.
Namja cantik itu masih menunduk.
Ia menyeka airmatanya yang mengalir tanpa perintah.

Yunho mengusap wajahnya.
Ia kehilangan selera makan sekarang.

  “Aku akan kembali ke taman, makanlah” Ujar namja tampan itu berbisik.


-------


Namja cantik itu langsung mengurung diri di kamar sampai malam tiba setelah ia kembali.
Bergelung di atas ranjang dengan perkataan Yunho yang terus terngiang di telinganya.
Jaejoong tidak bisa melupakan nada suara Yunho yang begitu penuh emosi.
Deru nafasnya yang tidak beraturan.
Dan cengkramannya pada tangan kanannya.

Namja cantik itu menolehkan wajahnya.

Memperhatikan dua belas patung yang berjejer di atas meja nakas.
Hadiah 12 hari Natal untuknya dari Yunho.
Huh.
Jaejoong tersenyum kecut.

Ia telah berhasil membuat Yunho merayakan Natal dan mengikuti permainan Santa.
Ia hanya harus berusaha sedikit lagi agar Yunho kembali menjadi seorang christian ani?
Tidak hanya untuk Tuhan, tapi juga untuk dirinya sendiri.

Jaejoong tidak bercanda saat ia mengatakan mengenai Appanya kepada Yunho.
Ia tahu Siwon akan menolak mentah-mentah namja tampan itu saat ia tahu namja tampan itu tidakmemiliki kepercayaan.
Walaupun Yunho adalah orang terakhir di dunia ini yang mencintai putranya dengan tulus dan bersumpah akan selalu menjaganya seumur hidup.

Jemari Jaejoong terulur, mengusap sudut matanya yang basah.
Ia bingung.
Apa yang harus ia lakukan?
Hatinya telah penuh akan Yunho.
Sudah terlambat untuk memutuskan meninggalkan namja tampan itu.

Nafas Jaejoong mulai sesak.
Ia depresi.

Jaejoong meringkuk memeluk bantal.
Meringis merasakan dada kirinya sakit.
Kedua matanya terpejam erat.
Bahkan untuk bersuara saja ia tidak sanggup.

Namja cantik itu merintih lemah.
Kausnya basah karena keringat.
Air matanya mengalir membasahi wajahnya.

CKLEK.

Pintu kamar Jaejoong terbuka pelan.
Junsu melangkah masuk, ia membawa cemilan potongan buah untuk Jaejoong.

  “Hyung, kau tidur?”

Senyap.
Tidak terdengar sahutan apa pun dari Jaejoong.
Junsu mengerutkan dahinya.

  “Hyung, bangunlah, aku memotong buah ini untukmu, Hyu----”

Junsu tersentak.
Ia merasakan panik dan takut menyerang dirinya dalam sekejap.
Mata sipitnya membulat mendapati Jaejoong yang pingsan.

Namja imut itu segera berlari menuruni tangga.
Berteriak memanggil Umma dan Appanya.

  “Aish Junsu, Appamu masih di kantor, jangan berisik” Gerutu Kibum dari dapur.

  “JOONGIE HYUNG KAMBUH! IA PINGSAN, UMMA!” Jerit Junsu ketakutan.

PRANGG!

Pisau yang digenggam Kibum terjatuh.
Namja snowy itu terkejut.
Ia segera berlari menyusul Junsu memasuki kamar putranya.

  “Junsu! Nyalakan mobil! Kita bawa Hyungmu kerumah sakit!” Ujar Kibum ketakutan.

Junsu mengangguk.
Ia segera mencari kunci mobil Ummanya dan berlari memasuki garasi.
Sementara Kibum memeluk putranya.
Menangis kencang di sana.

  “Umma! Kajja!”

Junsu meraih kaki Jaejoong, sementara Kibum memegang tubuh putranya.
Mereka membawa Jaejoong dengan susah payah memasuki mobil.
Namja snowy itu bahkan mengacuhkan pintu rumahnya yang tidak terkunci.
Ia segera menginjak gas dan mengebut menuju rumah sakit.


-------


Derap langkah kaki para perawat dan guliran roda terdengar jelas.
Jaejoong bernafas kecil melalui inhalasi yang terpasang.
Matanya terbuka sedikit.
Pandangannya mengabur.
Yang ia tahu adalah orang-orang membawanya yang terbaring di atas ranjang dorong.

  “Aku akan menghubungi Appa”

Itu suara Junsu.
Jaejoong memiringkan wajahnya.
Ia bisa merasakan air matanya yang panas meleleh dari sudut matanya.
Kemudian ia menutup matanya.

CKLEK!

Pintu kamar rawat terbuka kasar.
Jaejoong segera dipindahkan ke atas ranjang tetap.
Kausnya disobek paksa.
Hyunjoong memasuki ruangan.

Ia segera memerintahkan para perawat memasangkan alat-alat kedokteran di tubuh namja cantik itu.
Seorang sustermemberikan suntikan pereda rasa sakit di lengan Jaejoong.
Sementara yang satunya lagi menyiapkan alat pacu Jantung.

Kibum tidak sanggup melihat hal itu lagi.
Ia segera berlari keluar ruangan.
Terduduk di kursi tunggu.
Namja snowy itu menolehkan wajahnya ketika suara derap langkah terdengar mendekati dirinya.

Siwon di sana.
Dengan wajah paniknya yang terlihat jelas.

  “Apa yang terjadi?!” Tanya Siwon tidak sabar.

Kibum menggeleng tidak tahu.
Ia memeluk suaminya dan menumpahkan tangisnya.
Namja tinggi itu mengalihkan pandangannya.
Tertegun memandang Junsu yang sedang terpejam di kursi ujung.
Mengatupkan kedua tangannya berdoa.
Dengan wajah yang basah akan air mata.

CKLEK.

Pintu kamar rawat Jaejoong terbuka pelan.
Hyunjoong keluar dari sana.
Ia menghampiri Siwon dan Kibum dengan helaan nafas berat.

  “Mulai sekarang Jaejoong harus dirawat inap,aku tidak bisa membiarkannya pulang untuk yang kesekian kalinya, tidak peduli walau ia berteriak dan mengamuk seperti dulu” Tegas namja itu.

Siwon menganggukpasrah.

  “Aku sudah mencari donor sampai ke rumah sakit pusat di Jepang, dan sampai sekarang masih belum membuahkan hasil.Jaejoong harus di operasi secepatnya, aku ingin kalian juga ikut mencari donor untuk Jaejoong”

  “Ne, Uisa”

  “Ia sedang tidur sekarang, kalian bisa menemuinya nanti”

Siwon dan Kibum mengangguk.
Mereka membungkuk sesaat kepada Hyunjoong.
Dokter itu balas menundukkan wajahnya dan berjalan meninggalkan mereka.

Kibum merasakan kakinya lemas.

Ia terduduk di kursi dengan kedua tangan yang mengusapi wajah manisnya.

  “Tuhan Yesus, kami berharap padamu…” Lirihnya lemah.


-------


Suara monitor pendeteksi jantung terdengar mengisi keheningan ruangan.
Junsu sedang duduk di seberan ranjang seraya mengupas buah.
Kibum menata bunga di atas meja.
Sementara Siwon baru saja kembali dari kantor.

Namja tinggi itu tertegun melihat punggung seorang namja yang beberapa hari ini berkunjung menemui putra sulungnya.
Yunho mengusap lembut tangan Jaejoong.
Mata musangnya tidak pernah lepas dari wajah pucat itu.

Inhalasi Jaejoong sudah dilepaskan.
Namun ia masih cukup lemah untuk membuka matanya.

  “Jaejoong sudah sadar?”

Junsu mengangkat wajahnya menatap Siwon.
Ia menggeleng dan melanjutkan aktifitasnya.
Namja tinggi itu mendesah pendek.
Ia melirik Yunho dan tersenyum kecil padanya.

  “Yunho”

DEG.

Namja tampan itu mendongak.
Masih memegang tangan kekasihnya.

  “Terima kasih untuk selalu mendampingi putraku selama ini” Ujar Siwon lembut.

Yunho balas tersenyum.
Ia mengangguk.

  “Aku tersanjung untuk seluruh doa yang kau panjatkan atas nama Jaejoong”

  “Aku tidak berdoa”

Siwon terdiam.
Kibum dan Junsu menoleh menatap Yunho.
Namja imut itu mengerutkan dahinya.
Menggeleng pelan berharap Yunho tidak akan berkata yang tidak-tidak.

  “Aku tidak pernah berdoa, Ahjussi, Tuhan tidak pernah mendengarkan doaku” Ujar Yunho pelan.

  “Tuhan Maha Mendengar, Yunho” Balas Siwon.

  “Benarkah? Kalau ia memang mendengar, Jaejoong sudah lama sembuh sejak dulu”

  “…”

  “Bagiku Tuhan tidak jauh berbeda dengan sebuah khayalan, ia tidak menyanjungi umatnya. Hanya bisa diam dengan salib di tangan dan kakinya”

BRAK.

Siwon menggebrak meja nakas.
Wajahnya mengeras.
Ia menatap penuh amarah namja tampan itu.

  “Apakah kau seorang Atheis, Jung Yunho?” Tanyanya berdesis.

Yunho mengangguk.
Menantang tatapan namja tinggi itu.

  “Kalau begitu kau bisa meninggalkan putraku mulai sekarang”

Yunho terkesiap.
Ia masih menatap tajam namja tinggi itu.
Tersenyum kecut mendengarnya.

  “Kau yakin, Ahjussi? Aku berani bertaruh, bahwa yang pertama kali Jaejoong ucapkan ketika ia sadar bukanlah nama Tuhan, melainkan namaku”

  “KELUAR!!”

Yunho beranjak dari duduknya.
Ia mengecup pipi Jaejoong sekilas.
Kemudian ia membungkukkan tubuhnya dan beranjak meninggalkan ruangan.

Siwon masih memperhatikan pintu yang telah tertutup.
Nafasnya berderu tidak teratur.
Emosinya membuncah.
Kibum dan Junsu saling menatap.
Tapi namja imut itu lebih memilih menundukkan wajahnya dalam.

  “Junsu”

  “Ne Appa”

  “Apakah kau dan Jaejoong sudah tahu kalau namja itu berbeda dengan kita?”

  “N-Ne Appa”

  “Kalau begitu mulai sekarang jangan pernah menemuinya lagi, dan jangan pernah membiarkannya bertemu dengan Hyungmu”

  “A-Appa, Yunho Hyung memang Atheis, tapi ia baik, Appa, dan Joongie Hyung mencintainya”

Siwon menoleh.
Menatap tajam putra bungsunya.
Membuat Junsu ciut seketika.

  “Dia tidak akan pernah bisa mencintai Jaejoong, ataupun kau, Umma dan Appa, sebelum ia mencintai Tuhannya” Ujar Siwon dingin.

Junsu menelan salivanya.


-------


Namja cantik itu menghembuskan nafasnya.
Wajahnya pucat, kedua mata bulatnya meredup sayu memperhatikan jendela.
Junsu mengutak-atik ponselnya sejak tadi.
Namja imut itu terkejut ketika pintu kamar rawat Jaejoong terbuka.

  “Yunho Hyung” Gumam Junsu tersenyum lega.

Jaejoong segera menoleh.
Memandangi kekasihnya yang mendekat.

  “Kau bisa bebas bertemu Joongie Hyung saat ini, Umma dan Appa sedang masih di rumah”

  “Gomawo Su”

  “Ne, gwenchana”

Namja imut itu berjalan meninggalkan Yunho dan Jaejoong berdua.
Yunho tersenyum mengusapi pipi Jaejoong.

CUP.

Jaejoong memejamkan matanya, merasakan kecupan singkat dari Yunho pada bibir ranumnya.

  “Aku meminta Junsu untuk memanggilmu” Ujar Jaejoong pelan.

  “Hmm? Kau merindukanku?” Kekeh Yunho.

  “Yun, aku harus membicarakan ini denganmu, waktu itu Appa----”

  “Kumohon, Joongie, tidak untuk yang satu itu”

  “Yunnie”

  “Ani”

  “Kau membenciku”

  “Aku mencintaimu, Kim Jaejoong”

Namja cantik itu memalingkan wajahnya.
Menolak untuk menatap wajah tampan itu.
Yunho mendesah.
Ia menggenggam tangan kekasihnya seraya berujar.

  “Kau tidak mengerti Joongie, ini semua tidak mudah untukku”

  “Kau yang tidak mau mengerti”

  “Baiklah, katakan”

  “Aku ingin kau kembali menjadi seorang christian, Yun ah, aku ingin kau memaafkan Yesus jika ia memang bersalah di matamu”

  “Jae---”

  “Dengarkan aku”

Yunho menghela nafas.
Ia mengangguk dan membiarkan Jaejoong mengusap lengannya lembut.

  “Aku tidak ingin berpisah denganmu Yun, Appa akan menerimamu kalau kau kembali. Segalanya akan menjadi lebih mudah. Dan Yesus akan kembali memberkatimu, memberkati kita berdua, Yunnie. Lalu..Lalu akujuga akan bisa menerimamu seutuhnya”

Lama namja tampan itu terdiam.
Ia mengecup pipi Jaejoong sekilas dan beranjak pergi keluar kamar.
Meninggalkan Jaejoong yang menyeka air matanya.

Junsu menoleh ketika Yunho duduk di sampingnya.
Namja imut itu mengerutkan dahinya bingung.

  “Hyung? Sudah selesai?”

  “Aku tidak tahu Su, aku tidak tahu harus berbuat apa”

Huh?

  “Apa yang terjadi, Yunho Hyung?”

  “Jaejoongie memintaku kembali menjadi seorang christian

  “Ne?”

  “Ia bilang ia tidak ingin berpisah denganku, aku juga sama dengannya Su ah, tapi..Kembali bersimpuh di bawah Tuhan, aku tidak bisa!”

  “Kau akan terbiasa, Hyung, karena kau pernah menjadi seorang hamba sebelumnya”

  “…”

  “Appa sedang berencana untuk mendekatkan Hyunjoong-ssi dengan Hyungku”

DEG.

Yunho mengangkat wajahnya.
Menatap Junsu yang kecewa.

  “Appa menyukai dokter itu karena ia juga seorang umat yang senantiasa memuja Tuhan. Tapi aku tidak, Hyung. Aku hanya ingin kau yang menjadi kekasih Hyungku..Aku tahu kau tulus mencintainya”

  “Junsu ah”

  “Kumohon Hyung..Hiks..Demi Hyungku..”

Yunho menatap sendu namja imut yang kini terisak itu.
Ia mengusap lembut kepala Junsu dan mengecup dahinya pelan.

  “Terima kasih, atas kepercayaanmu padaku” Bisik Yunho tersenyum kecil.

Namja tampan itu kembali memasuki kamar rawat.
Ia melihat Jaejoong yang menutup wajahnya dengan tangan.
Yunho duduk di pinggir ranjang.
Menarik kedua tangan Jaejoong dan menggenggamnya erat.

Benak Yunho berkecamuk.
Hati kecilnya menolak dengan sangat.
Rasa angkuh, egois, dan bencinya meluap menjadi satu.
Tapi ia harus melakukannya demi Jaejoong.
Ia tidak ingin kehilangan namja cantik itu.

  “Aku..Memutuskan untuk memeluk agamamu”

Jaejoong terkejut.
Kedua mata besarnya melebar.
Namja cantik itu menatap langsung mata musang Yunho.
Kemudian ia tersenyum kecut.

  “Jangan memasuki agamaku bila hanya karena kau ingin bersama denganku. Masuki agamaku karena Tuhanku”

  “Baiklah, apa pun akan kulakukan agar tidak kehilanganmu”

  “Ani, bukan itu jawaban yang ingin kudengar darimu Yun..”

Yunho mengerutkan dahinya.
Ia baru saja akan membalas ucapan Jaejoong, namun tubuhnya terkejut ketika lengannya ditarik paksa oleh seseorang dari belakang.
Yunho menoleh, terdiam menatap Siwon yang sudah berdiri di sana.

  “BUKANKAH SUDAH KUPERINGATKAN PADAMU, TINGGALKAN PUTRAKU!” Teriak namja tinggi itu murka.

Jaejoong tersentak.
Kedua matanya berkaca-kaca.
Ia menggeleng menatap Appanya.

  “Bukan aku yang menemuinya! Ia yang memanggilku terlebih dahulu, Ahjussi!” Balas Yunho kesal.

  “Aku tidak peduli! Orang sepertimu tidak pantas bersanding dengan putraku!”

  “Kau tidak bisa menghukum seorang Atheis seperti itu, Ahjussi, aku---”

  “Tentu saja aku bisa! Katakan padaku, JungYunho, beritahu aku, bagaimana caranya kau akan menjaga Jaejoongieku, memujanya dan selalu mencintainya tanpa berkah dari Tuhan eoh? Selalu berdoa untuknya, sedangkan kau sendiri tidak bisa melakukannya?”

Yunho terdiam.
Mata musangnya berkilat marah.
Wajahnya tampak memerah emosi.

  “Kau mungkin tidak percaya Tuhan itu ada, tapi aku dan keluargaku percaya! Dan aku tidak bisa membiarkan putraku bersama dengan seseorang yang berbeda dengan kami, apa yang akan kau lakukan tanpa Tuhan di sisimu huh? Apa?”

  “A-Appa..Hajima..Hiks..”

Jaejoong merintih lemah.
Ia terisak dalam baringnya.
Hatinya sakit, ia tidak terima Appanya menyerang Yunho seperti itu.
Ia tidak mengerti apa pun!

  “Apa pun yang terjadi, Jaejoong akan tetap bersamaku” Desis Yunho tajam.

  “AKU AKAN MENIKAHKANNYA DENGAN HYUNJOONG-SSI SESEGERA MUNGKIN! CAMKAN ITU, JUNG!”

DEG.

Jaejoong dan Yunho saling menatap satu sama lain.
Namja cantik itu menggeleng kencang dengan tangisnya yang tumpah.
Ia tersengguk keras.

Namja tinggi itu hendak mengulurkan tangannya memukul namja tampan itu.
Namun gerakannya terhenti ketika ia mendengar suara monitor pendeteksi jantung milik Jaejoong mengalun lantang dengan tempo tidak beraturan.
Siwon berbalik, terkejut melihat putranya yang terjatuh dari ranjang.

Jaejoong menangis.
Ia berlutut di lantai.
Tangan kanannya menahan rasa sakit yang menggila pada dada kirinya.

  “A-Appa..Hiks..Hiks..Kumohon..Ja-Jangan lakukan..Hiks..” Isak Jaejoong terbata.

Yunho segera menghampiri namja cantik itu.
Membawa Jaejoong kembali berbaring di ranjang.
Mata musangnya bergerak panik mengusapi wajah pucat namja cantik itu.

  “Jaejoongie, tenanglah, aku tidak akan kenapa-napa, dan kau akan tetap bersamaku sampai kapan pun, please, atur nafasmu Joongie, tenangkan dirimu” Bisik Yunho ketakutan.

Jaejoong merasakan tubuhnya kejang.
Oksigen dalam tubuhnya tercekat.
Membuatnya merasa sesak dan kesakitan.

  “Kumohon Joongie, demi aku..Aku mencintaimu Jaejoongie, bertahanlah..Kumohon” Desis Yunho seraya mengecup dahi Jaejoong.

Pipinya basah.
Ia menangis dalam diam.

BRAKK!

Pintu kamar rawat itu terbuka kasar.
Hyunjoong memasuki kamar tersebut disusul Siwon yang telah memanggilnya.
Beberapa perawat menarik Yunho dan segera menangani namja cantik itu.
Namja berjas putih itu menoleh kepada Siwon, ia mengerutkan dahinya.

  “Ia harus di operasi malam ini juga, Siwon-ssi, atau ia tidak akan selamat”

Siwon terpaku.
Mata sipitnya bergerak pelan memperhatikan Jaejoong yang setengah tidak sadarkan diri.
Nafasnya terputus.
Ia terus merintih kesakitan disela tangisnya.

Sementara Yunho merasakan tubuhnya bergetar.
Namja tampan itu mengusap wajahnya dan segera berlari keluar kamar.
Mengacuhkan Junsu yang memanggilnya dari kantin.
Langkah kaki Yunho bergerak cepat.

Namja tampan itu terisak keras dalam larinya.
Tidak.
Tidak.
Jaejoong tidakakan meninggalkannya!

Yunho berlari dan terus berlari.
Hingga ia merasakan nafasnya terputus dan berhenti di halaman sebuah bangunan megah.
Namja tampan itu meringis.
Bayangan adiknya, Umma dan Appanya 3 tahun yang lalu kembali menghantui dirinya.
Mereka meninggalkannya sendirian.

Yunho mengangkat wajahnya.
Ia tersentak menyadari bangunan besar itu memiliki tanda salib di ujung atapnya.
Gereja.

Heh.
Yunho tersenyum remeh.
Ia mendobrak pintu gereja tersebut dan berjalan penuh emosi menghampiri patung lelaki yang tersalib di ujung sana.

  “APA YANG KAU INGINKAN EOH?! KATAKAN PADAKU! KENAPA KAU SELALU MENGGANGGUKU?!” Teriak Yunho lantang.

Matanya menatap penuh amarah salib tersebut.

  “KAU MENYIKSAKU 3 TAHUN YANG LALU, DAN SEKARANG KAU KEMBALI MELAKUKANNYA PADA JAEJOONG! APA SALAHKU!?”

Yunho membanting bunga gereja yang tergeletak di atas mimbar.
Ia semakin menumpahkan tangisnya.

  “Kau boleh mengambil apa saja yang ada pada diriku, Bapa..Tapi tolong, jangan Jaejoong, kau tidak bisa melakukannya..Hiks..”

Namja tampan itu merasakan hatinya sakit.
Ia berlutut di hadapan Yesus dan mengatupkan kedua tangannya bergetar.
Mata musangnya terpejam, bibirnya berbisik pelan.

  “Pulihkan Jaejoong, kumohon, jangan ambil dia..Aku meminta kepadamu, Bapa. Berikan aku kesempatan, aku mencintainya, hilangkan rasa sakitnya. Amin

Yunho membuka matanya yang basah.
Ia berdiam memandang patung Yesus tersebut.
Jantungnya berdebar.
Darahnya berdesir hangat.

Untuk yang pertama kalinya setelah sekian tahun, Yunho kembali berdoa.


-------


Namja tampan itu menahan rasa pegal di kakinya setelah sekian lama ia berlutut.
Bibirnya terus memohonkan hal yang sama kepada Tuhan.
Ia membuka matanya ketika merasakan ponselnya bergetar pelan.
Yunho meraih ponselnya dan mengusap layar sentuh tersebut.

  ‘Junsu Calling

DEG DEG DEG.

Jantung Yunho berdebar kencang.
Ia menelan salivanya dan menempelkan ponselnya di telinga setelah menjawab panggilan tersebut.

  “Yoboseyo?”

  “Hyung! Kau dimana?!

  “Aku..Aku di gereja, Junsu ah..”

  “…”

  “Su? Waeyo?”

  “Joongie Hyung..Hiks..Joongie Hyung..

  “Ne? Ada apa dengannya? Beritahu aku, Junsu!”

  “Ia selamat Hyung..Hiks..Seorang pendonor bersedia melakukan operasi bersama Joongie Hyung..Hiks..Hyungku sembuh, Hyungie..

Yunho tertegun.
Ia mengerjapkan kedua mata musangnya.
Namja tampan itu terduduk di lantai.
Menghela nafas lega.

  “Dimana ia sekarang?”

  “Ia sempat menyebut namamu, Hyung, sekarang ia sedang tidur, mungkin akan bangun besok pagi

  “Ne..Gomawo Junsu ah..”

  “Sama-sama Hyung..Ah, Hyung

  “Hm?”

  “Sampaikan salamku pada Bapa, katakan aku menyayanginya

KLIK.

Yunho tersenyum menatap ponselnya.
Namja tampan itu merasakan lega yang membuncah di dadanya.
Ia begitu bahagia.
Jeongmall.

Yunho menolehkan wajahnya.
Tersenyum memandang wajah sang Yesus.

  “Junsu menitipkan salam untukmu Bapa, ia bilang ia menyayangimu” Bisik Yunho pelan.

Namja tampan itu meregangkan tubuhnya.
Ia beranjak bangun dan menghentak pelan kedua kakinya yang terasa pegal.
Yunho berbalik.
Berjalan meninggalkan gereja.
Namun sebelum ia benar-benar keluar dari sana, namja tampan itu menoleh kembali menatap Yesus.

  “Terima kasih, aku juga menyayangimu, Bapa..”


-------


Jaejoong mengerutkan dahinya siang ini.
Kedua matanya bergerak gelisah.
Ia membukanya perlahan dan terkejut merasakan nyeri pada dada kirinya.
Namja cantik itu menahan nafasnya.

Ia memandang Junsu yang sedang menaruh bunga di atas meja nakas.

  “Suie..” Bisik Jaejoong lemah.

Junsu tersentak.
Ia menatap Jaejoong dan segera menghampiri namja cantik itu.

  “Hyungie! Gwenchana? Appo ania?”

  “Gwenchana Su..Umma Appa eodisseo?”

  “Hung, mereka sedang keluar, berbicara dengan seseorang”

  “Eoh? Siapa?”

  “Tentu saja Ju---AH! Hyung! Ada hal yangharus kau ketahui! Kau pasti tidak akan percaya!!”

Jaejoong menaikkan alisnya.
Ia menepuk kepala Junsu pelan.
 
  “Jangan berlama-lama, Kim Junsu! Kebiasaan buruk!” Keluh Jaejoong.

Namja imut itu mengerucutkan bibirnya.
Ia baru saja akan menyahut, namun matanya menoleh ketika pintu kamar rawat terbuka.
Jaejoong terdiam memperhatikan Yunho yang memasuki kamar rawat bersama Umma dan Appanya.

Yunho tersenyum lembut padanya.
Membuat Jaejoong mengernyit bingung.

  “Yunnie ah” Panggil Jaejoong pelan.

Yunho mengecup lembut dahi Jaejoong.
Ia menyisipkan jemarinya di antara jari-jari kekasihnya, kemudian menggenggamnya erat.

  “Aku sudah berbicara dengan Umma dan Appa” Ujar Yunho.

M-mwo?
Umma dan Appa?

  “Kita akan segera menikah setelah kesehatanmu benar-benar pulih”

  “Y-Yun---”

  “Tuhan mendengarkan doaku, Joongie ah..Ia mengabulkan permintaanku”

  “Jeongmall? Kau—berdoa? Itu berarti kau ke gereja, Yun?”

Yunho mengangguk.
Kemudian ia berbisik manis di telinga namja cantik itu.

  “Dan aku ingin kau menemaniku saat hari pembaptisanku, sayang”

God  exist everywhere.
On your mind, on your heart, and on yourself.
Even when you forget him, he is there. Always there.

God, we are different.
God, we are not different.

END.

1 komentar:

  1. Emm.. maaf, tapi kalo seorang Katolik udah di Baptis lalu meninggalkan agamanya, saat ia kembali tidak perlu di Baptis lagi. Disini kan Yunho dulunya seorang umat yg rajin berdoa, pastinya dia sudah di Baptis kan
    Beda ceritanya kalo Yunho sebagai Kristen disini. Tapi kalo di Salib ada Tuhan Yesus dan ada menceritakan Bunda Maria, berarti disini Yunho sebagai seorang Katolik kan maksudnya

    BalasHapus