Tittle :
Understanding
Genre : YAOI –
family – angst – friendship – romance – canon: YunJae Real Life
Author : Shella
Rizal a.k.a Park Sooji
Cast : YunJae
and other
Length : Oneshoot
Rating : PG-17
------
Kenapa selalu kau? Selalu dirimu yang mengerti aku.
Yang memberi aku pengertian untuk mengerti akan situasi, dan akan
dirimu.
Ah, bisa apa aku tanpamu?
“BooJae..Kembalilah..Aku membutuhkanmu..”
.
.
.
Kim Jaejoong memijat pelipisnya yang terasa berdenyut
pelan saat ini. Helaan nafasnya terdengar berat. Ia mendesah pendek penuh
frustasi. Namja cantik itu menyandarkan punggungnya pada sandaran sofa,
mengacuhkan Yoochun dan Junsu yang sedang berceloteh tidak jelas seraya
menyeret koper mereka.
Ah, JYJ Return
Concert telah berakhir hm?
“Joongie
Hyung, kau mau minum?” Tawar Junsu seraya melirik wajah cantik Jaejoong.
Uh-uh.
Jaejoong menggeleng pelan dan menutup wajahnya.
Yoochun menepuk bahu Junsu seraya memiringkan kepalanya pelan, memberi isyarat
pada namja imut itu agar menyusulnya masuk ke dalam kamar mereka. Namja imut
itu terdiam, ia tidak menyahut lebih. Hanya mata sipitnya yang tampak bergerak
sendu.
Hmp.
Lagikah?
Tidak cukupkah beberapa bulan terakhir ini untuk Hyung
mereka bersedih sendu?
Kim Jaejoong terluka.
Ia terluka.
Yoochun terluka.
Yunho terluka.
Changmin terluka.
Mereka semua terluka!
“Arasseo”
Lirih Junsu pelan. Ia hanya tidak ingin memikirkan hal-hal yang kembali membuat
kepalanya pusing. Jadi ia memutuskan untuk mengikuti Yoochun dan membiarkan
namja cantik itu menyendiri dalam sepinya. Toh Jaejoong juga mengerti maksud
dari tindakan kedua dongsaengnya yang tidak ingin mengganggu dirinya.
“Kkhh..”
Jaejoong mendesah lirih. Ia menggeleng pelan dan beranjak dari duduknya.
Melangkah memasuki kamar dan menutup pintunya. Kemudian ia berbaring di atas
ranjang.
DDRRTT…DDRRRTTT…
Jaejoong tersentak kaget. Ia segera menoleh dan meraih
ponselnya dengan tergesa. Seulas senyum kecut mengandung rindu terselip pada
bibir ranumnya.
Hanya sederet nomor yang tak dikenal. Yang bahkan
mungkin para sasaeng fans. Tapi
Jaejoong tahu, kalau itu adalah kekasihnya. Beruang madunya. Jung Yunhonya.
KLIK.
Jaejoong mengangkat sambungan telepon itu. Hening. Ia
hanya diam sembari memeluk erat bantal empuknya. Kedua mata beningnya bergerak
pelan memperhatikan langit-langit kamar. Tidak terdengar suara apa pun dari
seberang sana.
Perlahan air mata Jaejoong meleleh, mengalir membasahi
sudut matanya yang indah. Ia menangis dalam diam. Meringis mengingat selama ini
Yunho selalu menghubunginya dengan nomor berbeda, nomor yang tidak pernah sama.
Untuk menghilangkan kecurigaan dari Entertainment
yang mencekal hubungan keduanya.
Rindunya tertahan. Rasanya tertahan. Pilunya tertahan.
Sungguh, Jaejoong benar-benar merasa tersiksa. Ia
membutuhkan namja tampan itu saat ini. Menginginkan pelukan hangat yang selalu
berhasil membuatnya tenang, dan bisikan manis yang selalu menjadi favorite-nya.
Namja cantik itu menutup mulutnya dengan tangan. Mata
bulatnya menyipit. Berusaha menahan suara isak tangisnya agar Yunho tidak
khawatir. Ia tidak boleh menangis. Ia harus kuat!
Tapi tetap saja, air matanya tidak bisa berhenti
mengalir.
KLIK.
Sambungan telepon terputus begitu saja dari pihak
sana. Jaejoong segera melempar ponselnya jauh dan menutup matanya dengan lengan
kanan. Ia tersengguk.
“Aku
merindukanmu Yunnie ah..Aku sangat merindukanmu..Hiks..”
Relung hatinya terasa sangat sakit. Hingga ia
memutuskan untuk mengambil obat penenang yang belakangan ini menjadi candunya,
kemudian terlelap pulas dengan sisa air mata yang melekat pada kulit indahnya.
------
Changmin mengunyah keripik kentangnya dengan tingkah
seolah fokus menonton televisi. Membuat Yunho mengacuhkan namja berwajah
kekanakan itu. Ia tidak sadar, kalau diam-diam Shim Changmin memperhatikannya
dengan tatapan yang tidak bisa diartikan.
TAP TAP TAP.
Yunho berjalan pelan menuju bingkai jendela besar
berwarna putih yang ada di dekat ruang tengah. Ia membuka jendela tersebut dan
duduk di bingkainya, menyandarkan punggung kekarnya di sana dan terdiam
memperhatikan keheningan malam.
Changmin menggigit keripiknya. Ia memencet tombol remote televisi mencari siaran yang
lumayan menarik untuknya. Setelah mendapatkan apa yang ia inginkan, namja
berwajah kekanakan itu kembali menoleh menatap Yunho.
DEG.
Mata sipit Changmin bergerak pelan. Jemarinya
mencengkram bungkusan keripik kentang itu tanpa sadar. Ketika menatap Yunho
yang meraih ponselnya dan mendial deretan nomor yang telah berada di luar
kepalanya. Changmin merasakan hatinya sakit. Ekspresi itu..Wajah itu..
Oh shit.
Namja berwajah kekanakan itu melempar bungkusan keripiknya
dan berlari memasuki kamar. Meninggalkan Yunho sendirian di sana. Tidak, ia
sama sekali tidak akan bisa menahan dirinya untuk tidak menangis kalau ia masih
duduk di atas sofa saat ini.
SRET.
Jemari Yunho mengusap layar ponselnya dengan lembut.
Mata musangnya terus menatap layar tersebut. Pandangannya memancarkan luka yang
sangat dalam. Rasa rindu membuncah di dadanya.
KLIK.
Telepon itu tersambung.
Dan Yunho segera menempelkan ponselnya di telinga.
Menyandarkan kepalanya pada dinding seraya tersenyum kecil. Walaupun tanpa
suara, walaupun tanpa sahutan, sudah cukup untuk membuat secuil dari rasa
rindunya terbalaskan.
Yunho tidak peduli kalau tagihan teleponnya akan
membludak setelah ini. Selama ia tahu kalau kekasihnya masih baik-baik saja di
sana, tak apa.
Beberapa menit kemudian sambungan telepon itu
diputuskan olehnya. Yunho terpaksa melakukannya, sebelum ia mengikuti egonya
untuk bersuara pada namja cantik itu.
“BooJae ah..”
Desahnya lirih.
Nyaris tidak terdengar. Suara bass-nya terdengar
rapuh. Tetes bening itu mengalir dari pelupuk mata musangnya yang tajam.
Ia bisa saja tersenyum pada dunia dan mengatakan kalau
ia baik-baik saja.
Tapi hatinya tidak bisa memungkiri, kalau dirinya
tercabik dan hampa tanpa sosok Kim Jaejoong di sisinya.
Namja cantik itu, adalah segalanya untuk Yunho.
------
CKLIK!
“Great! Again!”
Jaejoong, Yoochun dan Junsu kembali berpose. Ah,
mereka melakukan pemotretan saat ini. Dengan tema musim panas yang cerah.
Yoochun dan Junsu memegang bantal bercorak burung hantu milik mereka berdua,
sementara Jaejoong berada di tengah dan tersenyum sangat manis.
Ia sangat pintar berakting huh?
Bahkan tidak satu pun dari mereka yang tahu kalau ia
sedang tidak dalam keadaan sehat sekarang.
CKLIK!
“Jaejoong-ssi,
kau bisa break sekarang, aku akan
mengambil foto untuk Yoochun dan Junsu moment”
Ujar sang fotografer.
Jaejoong mengangguk patuh.
Ia menepuk bahu Yoochun dan Junsu, kemudian berjalan
memasuki ruang ganti mereka. Namja cantik itu merapikan poni lurusnya sejenak
dan merebahkan tubuhnya di atas sofa. Ia mendesah pendek.
Mata beningnya terpejam sesaat.
Sebentar saja, ia ingin mengingat kembali bagaimana
lembutnya suara bass namja tampan itu.
[ “Kau lelah sayang? Aigoo, wajahmu terlihat
sangat buruk, hahaha” ]
Hmp.
Jaejoong tersenyum geli masih memejamkan matanya.
Namun kemudian suara kekehan lembut itu berubah
menjadi isak tangis yang memilukan. Bibir cherry-nya
bergetar hebat. Kedua jemarinya terkepal erat. Wajahnya memerah dan basah.
“Hiks..Yunho
ah..Hiks..”
[ “Kenapa kau tetap diam, bear?! Kenapa kau
tidak mengikuti kami?! CEO Entertainment ini tidak akan pernah bisa berbelas
kasihan untukmu!” ]
Jaejoong ingat itu. Suara teriakannya di malam
terakhir mereka berlima.
[ “Karena aku adalah sang Leader, BooJae..Aku
harus melindungi DongBangShinKi, melindungi Cassie, dan melindungi kita semua,
termasuk kau” ]
Yunho tersenyum lembut saat itu. Ia menarik lengan
Jaejoong dan membawa namja cantik itu ke dalam pelukannya.
[ “Persetan dengan itu semua! Kita bisa
membentuk hal yang baru lagi ketika bersama, Yunho ah! Jangan seperti ini!
Jangan mengorbankan uri Changmin!” ]
[ “Kau dengar sendiri ani? Changmin bahkan
mengaku kalau ia akan tetap tinggal, untuk menunggu kalian kembali” ]
[ “Dan kami tidak akan pernah kembali, Jung!
Kau tahu itu!” ]
Setelah itu Yunho membungkam bibir ranum Jaejoong
dengan bibirnya. Menyapu lembut bagian lembut itu, memberikan kenyamanan
sekaligus kehangatan. Dan Jaejoong hanya pasrah. Diam menerima semuanya.
[ “Aku hanya ingin kau mengerti, kalau aku
sangat mencintaimu, dan aku akan tetap bertahan hanya untuk melindungi dirimu,
Yoochun, dan Junsu, ne?” ]
Dan pertahanan Jaejoong pun runtuh dalam sekejap. Ia
hanya bisa mengalah. Mengalah dan mengalah untuk yang kesekian kalinya.
Membiarkan Yunho meluluhkan hatinya. Merenggut segala kasih sayangnya agar
mengerti kalau Yunho bermaksud baik.
[ “Aku..Aku mengerti bear..Aku mengerti..”
]
BRAKK!
Jaejoong membanting kasar bantal sofa itu. Hingga
membuat benda itu membentur peralatan make
up yang kini berjatuhan di lantai.
“AKU TIDAK
MENGERTI, JUNG! DAN AKU MENYESAL TELAH MENCOBA UNTUK MENGERTI!!”
Jaejoong berteriak lantang. Kepalanya terasa sakit,
pelipisnya berdenyut pelan. Namja cantik itu segera merogoh saku jaketnya, mengambil
bungkusan obat yang tak asing lagi baginya.
Uh-uh.
Obat penenang.
Ia benar-benar rusak huh?
------
“Yoochun ah,
aku lapar”
Yoochun menoleh, memandang Junsu yang kini
mengerucutkan bibir tipisnya. Ia mengangguk dan tersenyum kecil, seolah ingin
memberitahu namja imut itu kalau ia juga merasakan hal yang sama.
Kim Junsu meraih ponselnya, menelepon restoran untuk delivery.
Jaejoong tidak memasak.
Namja cantik itu bahkan tidak pernah melakukan
aktifitas favorite-nya lagi sejak
mereka berpisah.
“Junsu”
“Hm?”
“Kita tidak
bisa terus seperti ini, membiarkan Jaejoong Hyung tersiksa seperti itu”
“Memangnya
kita harus melakukan apa uh? Kau tahu sendiri Jaejoong Hyung sangat bermuka dua
sekarang, kalau ada kamera ia pasti langsung tersenyum manis seolah semuanya
baik-baik saja”
“Tapi kita
tetap harus menolongnya, Junsu! Kau lihat sendiri kan apa yang diminum Jaejoong
Hyung saat pemotretan kemarin? Obat penenang! For god sake, Junsu ah!”
Junsu terdiam. Nafasnya terdengar memburu sekarang.
Oh shit,
tidak sekarang. Ia benar-benar membenci kenyataan itu. Fakta bahwa Kim Jaejoong
yang dulunya adalah sosok dewasa, manja, dan menyebalkan disaat bersamaan kini
telah berubah menjadi sosok dingin yang sulit untuk didekati.
Yoochun mengerjapkan matanya menyadari Junsu telah
menangis di sampingnya. Namja chubby itu menghela nafas, ia mendekati Junsu dan
mengulurkan jemarinya menyeka air mata namja imut itu.
“Berhentilah
menangis, aku benci melihat kita semua yang selalu menangis, kau tahu itu huh?”
Junsu tidak menyahut.
Ia menutup wajahnya yang mulai memerah dan terisak
lirih disana. Sementara Yoochun mendongakkan wajahnya, berusaha menahan tetes
bening yang kini menggenang di pelupuk matanya.
DDRRRTTT…DDRRRTTT…
Jaejoong terkejut dari lelapnya. Kedua mata beningnya
segera terbuka dan terasa sangat sakit. Ia mengeluh seraya meraih ponselnya
yang bergetar.
DEG.
Yunho. Itu Yunho.
Namja cantik itu mengulas senyumnya tanpa sadar. Ia
segera mengangkat telepon itu dan menempelkan ponselnya di telinga. Dan seperti
biasa, hening. Tanpa suara apa pun yang mendominasi.
Jaejoong memejamkan matanya pelan, kemudian ia
membukanya setelah sekian lama. Namja cantik itu baru saja akan mematikan
sambungan telepon, namun tubuhnya membeku ketika ia mendengar suara dari
seberang sana. Suara bass yang jelas, bergetar hebat.
“BooJae..Kembalilah..Aku
membutuhkanmu..”
DEG DEG DEG.
Aliran darah Jaejoong mengalir deras. Jantungnya
berdegup kencang. Sangat kencang seolah akan lepas dari tempatnya. Kedua mata
besarnya membelalak lebar. Nafasnya tercekat.
KLIK.
Yunho memutuskan sambungan telepon.
Membuat Jaejoong tersadar dari kagetnya dan berteriak
memanggil kekasihnya.
“Yu-Yunho ah!
Yunho ah!”
Demi Tuhan, ia tidak pernah mendengar suara Yunho yang
terdengar begitu menyedihkan seperti itu. Sama sekali tidak. Suara yang
mengandung frustasi yang sangat dalam, kepiluan yang mencekat, dan rasa sakit
yang menyiksa.
“Hiks..Yunho
ah..Hiks..Yunho jawab aku, baby!”
Teriak Jaejoong frustasi.
Namja cantik itu terus berteriak dalam tangisnya yang
tumpah. Sakit. Ia merasakan sakit yang sama! Demi Tuhan!
“Yunho ah,
jawab aku..Hiks..Kumohon..Hiks..”
------
“Hyung, kau
baik-baik saja?”
Changmin menaikkan alisnya seraya membenarkan
pakaiannya untuk pemotretan majalah. Yunho menoleh, mengangguk pelan.
“Hyung, kalau
kau lapar kau bisa beritahu aku, aku punya banyak stok makanan di tas” Sambung
Changmin lagi.
Yunho terkekeh kecil mendengarnya. Ia hanya menggeleng
dan tersenyum pada Changmin. Namja berwajah kekanakan itu balas tersenyum
padanya. Ah, hatinya terasa lega mendapati raut wajah Yunho saat ini.
Setidaknya gambaran wajah penuh luka itu tampak berkurang hm?
“Yunho, kau
ada waktu?”
Eoh?
Namja tampan itu menoleh memandang manajernya yang
memasuki ruang ganti mereka. Ia mengangguk.
“Kau bisa
menolongku? Aku sedang mengatur kontrak baru kalian dan keponakanku menunggu di
bawah, ia harus segera pergi mengikuti les bahasa Jepang”
“Lalu?”
“Aku minta
tolong kepadamu untuk mengantarnya ke basement
parkiran, mobilku ada di sana, aku tidak ingin ia keluar sendirian dan diserang
oleh fans fanatik kalian Yunho ah”
Huh?
Namja tampan itu terkekeh mendengarnya. Changmin juga
tampak tersenyum simpul. Hmp, fans
mereka tidak pernah berubah hm? Tetap posesif seperti biasanya.
“Arasseo, mana
keponakanmu?” Tanya Yunho beranjak dari duduknya.
Manajer itu tersenyum manis. Ia segera menggiring
Yunho keluar ruangan dan memanggil keponakannya.
“Lee Yunji!”
Omo.
Yeoja kah? Dan ia sangat cantik, dengan rambut hitam
panjang yang bergelombang sepinggang. Wajah oriental dengan sepasang mata azure yang sangat indah. Campuran hm?
“Yunho Oppa
akan mengantarmu sampai ke mobilku ne? Ini kuncinya, hati-hati” Ujar sang manajer.
Yeoja cantik itu mengangguk patuh. Ia membungkuk
kepada Yunho dan segera menggandeng lengan namja tampan itu.
“Kau
benar-benar sesuai dengan kriteria kakak laki-laki idamanku, Oppa!” Ujar yeoja
itu tersenyum.
“Hahaha, kalau
begitu kau adik perempuanku hm?” Balas Yunho terkekeh.
Namja tampan itu mengacak lembut rambut hitam Yunji.
Ah, yeoja itu memang supel, ia gampang akrab dengan siapa saja.
Yunho membawa yeoja itu memutar melalui lift menuju
dasar gedung. Mereka berjalan pelan menelusuri parkiran sampai yeoja itu
menunjuk mobil milik pamannya.
CKLEK.
“Gomawo Oppa”
Yunho hanya balas tersenyum, kemudian ia menutup pintu
mobil berwarna abu-abu itu pelan. Melambaikan satu tangannya saat Yunji
melambai dari dalam mobil. Yeoja cantik itu segera melajukan mobilnya menjauh.
Meninggalkan Yunho yang kini berbalik hendak memasuki gedung.
DEG!
Demi Tuhan!
Mata musang Yunho membulat seketika. Jantungnya
berdebar kencang. Tubuhnya bergetar pelan. Menatap sesosok namja cantik yang
berdiri tidak jauh darinya saat ini. Jaejoong! Kim Jaejoong!
TAP TAP TAP!
Yunho segera mempercepat langkah kakinya. Namun
kemudian dahinya mengernyit. Ketika menyadari ada yang aneh dari raut wajah
itu.
Kenapa?
Kenapa ekspresi Jaejoong seakan menggambarkan luka
yang sangat dalam?
“Jae---”
PLAKK!
DEG.
Yunho terkesiap. Kedua mata musangnya membulat
sempurna. Ia mengerutkan dahinya, menoleh menatap Jaejoong yang balas
memandangnya tajam.
Dada Yunho berdebar, emosinya menguar. Ia balas
menatap tajam namja cantik itu.
PLAKK!!
Namja tampan itu refleks balas menampar wajah cantik
kekasihnya. Emosinya benar-benar tidak terkendali, hingga tanpa sadar ia
membalas dengan kekuatan yang berlebih. Membuat Jaejoong terjatuh dengan wajah
yang shock.
Pipi mulusnya perlahan berubah menjadi merah.
Berdenyut pelan mengobarkan rasa perih. Mata Jaejoong bergerak tidak tenang. Setetes
cairan kental berbau amis mengalir dari lubang hidungnya. Air matanya tumpah
tanpa bisa ia kendalikan. Yunho..menamparnya? Yunho balas menamparnya?
“Jae---”
Yunho tersentak kaget. Seolah sadar dengan apa yang
telah dilakukannya barusan. Namja tampan itu tampak panik dipenuhi rasa
bersalah. Ia baru saja akan berlutut untuk memeluk namja cantik itu, namun mata
musangnya tidak sengaja menangkap sosok manajernya yang sedang berjalan dari
pintu lift basement.
Gawat! Bisa bahaya kalau ia tahu ada Jaejoong disini!
Yunho menelan salivanya. Ia menatap sendu namja cantik
itu, kemudian ia segera melangkahkan kakinya cepat, meninggalkan Jaejoong yang
masih tidak beranjak dari posisinya. Namja tampan itu berlari mengejar
manajernya, ia merangkul namja itu dan membawanya masuk ke dalam gedung
kembali.
“Hiks..Hiks..”
Jaejoong terisak penuh luka.
Benaknya bertanya-tanya.
Mengapa?
Mengapa kau bersama orang lain setelah kau memintaku kembali padamu,
Yunho ah?
Mengapa kau tidak bisa melihat luka yang tersirat dari pandanganku
untukmu?
Mengapa kau memukulku?
Kemana Jung Yunhoku?
Yunho yang kukenal tidak pernah bersikap kasar sedikit pun kepadaku, ia
tidak pernah berteriak kepadaku, tidak pernah memukulku, dan ia selalu
mengerti, saat aku cemburu atau tidak kepadanya..
“Hiks..Hiks..Hnggh!”
Jaejoong meringis tertahan seraya mencengkram
kepalanya yang terasa berdenyut hebat. Pusing berat menderanya. Perlahan dada
kirinya terasa sakit. Digerogoti luka yang menganga lebar. Sesak. Sesak. Dan
semuanya mulai terlihat gelap.
------
Yoochun dan Junsu duduk diam di sisi ranjang Jaejoong.
Namja imut itu tidak sengaja menemukan Jaejoong yang katanya izin pulang cepat
tergeletak di parkiran. Junsu panik, ia segera menelepon Yoochun dan membawa
namja cantik itu pulang ke Apertement
mereka.
Mata sipit Yoochun bergerak pelan.
Memandang selang infus yang terjalin di pergelangan
namja cantik itu.
Dokter pribadi Jaejoong mengatakan namja cantik itu
mengalami depresi berlebihan. Kesehatannya menurun karena pola makan
berantakan, dan pacuan jantungnya yang melebihi batas normal karena
mengkonsumsi obat penenang.
Dia hampir saja menjadi pecandu dan merusak tubuhnya.
“Menurutmu ini
ada hubungannya dengan Jung Yunho?”
Mwo?
Junsu melebarkan matanya. Menatap tidak mungkin ke
arah Yoochun.
“Siapa lagi
yang bisa membuat Jaejoong Hyung seperti ini huh? Selain namja itu?” Erang
Yoochun tidak sabar.
Namja imut itu terdiam. Bola matanya bergerak gelisah.
Menatap Jaejoong yang masih terpejam dengan wajahnya
yang terlihat sangat pucat.
“Yoochun ah”
Bisik Junsu bergetar.
“Apa? Apa?”
Balas Yoochun emosi.
Junsu menoleh, memandang Yoochun dengan tatapan
memohonnya.
“Kumohon,
bersabarlah. Demi Jaejoong Hyung, kau bisa kan? Lebih baik kita biarkan dulu
Joongie Hyung tenang, dan kita harus merahasiakan tentang hal ini dari media
massa” Pinta Junsu berbisik.
Hati Yoochun terenyuh. Ia terdiam seketika. Kemudian
ia tersenyum kecut.
Huh. Bahkan Kim Junsu yang dulunya lamban dan sangat
polos kini terbiasa menjadi dewasa karena kedua Hyungnya.
------
24 jam kemudian, namja cantik itu membuka matanya.
Perih menguasai ulu hatinya. Nafasnya menderu lemah. Ia terbangun di antara
hening.
Yoochun dan Junsu sedang tidak ada di rumah.
Jaejoong meringis. Menyentuh pelan pipinya yang
membekaskan tamparan Yunho yang sangat kuat.
Lagi, air matanya kembali menetes. Ia tidak cengeng!
Ia tidak meminta mereka menggenang! Sama sekali tidak!
Tapi tetesan bening itu mengalir tanpa henti.
“Hiks..”
Jaejoong menggigit bibir bawahnya. Hatinya sesak.
Mengingat tatapan penuh emosi yang dilayangkan Yunho kepadanya saat itu.
Tatapan yang tidak pernah ia lihat selama ini.
“Aku
mencintaimu, Yunho ah..Sungguh..” Lirih Jaejoong nyaris tidak terdengar.
DDDRRTTT…DDRRRTTT…
Jaejoong terkesiap. Ia menoleh, memandang ponselnya
yang bergetar pelan di atas meja nakas. Namja cantik itu mengulurkan tangannya
mengambil benda itu dan menatap lama layar ponselnya.
Sederet nomor tak dikenal.
Jari Jaejoong bergetar hebat ingin menekan tombol yes. Tapi nalurinya menahan. Ia malah
semakin menumpahkan tangisnya.
Sakit.
Rasanya sangat sakit, perih, menghujam, tajam.
“Masih adakah cinta
untukku, Yunho ah? Kau seakan berakting kepadaku..” Gumamnya miris.
Ia ingin mengerti.
Ia ingin mengerti dengan apa yang ada di benak Yunho
saat ini.
Sungguh.
Tapi ia tidak bisa, karena yang selalu mengerti,
hanyalah namja tampan itu.
Yang selalu memberi pengertian dan mengajaknya untuk
ikut mengerti mengenai situasi dan gejolak perasaan yang ada di antara mereka
berdua.
Akh, Ia terlihat lemah. Lagi-lagi ia bergantung kepada
Yunho.
------
“Angkat Boo,
kumohon” Lirih Yunho pelan.
Ia tidak terlihat seperti biasanya. Namja tampan itu
tidak bisa berjalan mondar mandir sejak tadi.
Wajahnya terlihat sangat frustasi. Benar-benar
menyedihkan.
“Hyung, kau
baik-baik saja?”
Changmin meletakkan PSP-nya di atas meja. Ia sedikit
khawatir dengan tingkah aneh Appanya itu. Namja berwajah kekanakan itu
melangkah mendekati Yunho dan menghampirinya.
“Hyung!”
Jeritnya lantang.
Yunho tersentak kaget.
Namja tampan itu segera menoleh memandang Changmin.
“Kau kenapa?
Apa yang terjadi?” Rentet Changmin tidak sabar.
Yunho terdiam. Bibirnya mendadak terasa kelu untuk
menjawab. Mata musangnya menatap seduktif wajah kekanakan itu. Haruskah ia
jujur? Haruskah ia mengatakan yang sebenarnya?
“Hyung kumohon
jawab aku! Apakah terjadi sesuatu dengan Ummaku?!” Jerit Changmin emosi.
Dada Yunho semakin berdebar kencang mendengar jeritan
itu. Namja tampan itu menghela nafas berat. Ia memundurkan langkahnya dan
bersandar pada dinding. Menundukkan wajahnya sejenak. Kemudian ia mengangkat
wajah tampannya, menatap Changmin dengan pandangan penuh penyesalan.
“Aku memukul
Jaejoong, Min ah..Aku menamparnya..”
DEG.
Shim Changmin membatu. Kedua matanya terbelalak tidak
percaya. Hening mengisi keduanya. Tampak kedua jemari Changmin bergetar hebat.
Berusaha menahan emosinya yang menggebu-gebu saat ini.
“Kau..Melukainya?” Desis Changmin lirih.
Yunho terkejut. Mata musangnya menatap mata sipit
Changmin yang mengeluarkan air mata.
Demi Tuhan, Shim Changmin? Menangis?
Namja tampan itu tahu, magnae mereka tidak pernah
menangis sejak perpisahan mereka.
Tapi hari ini, ia menangis. Karena mendengar pengakuan
Yunho yang sama sekali tidak terduga.
“Min ah”
Panggil Yunho merasa bersalah.
“KENAPA KAU
MEMUKULNYA?! APA YANG TELAH KAU LAKUKAN?!” Teriak Changmin marah.
Yunho terdiam. Ia tidak bisa menyahut.
“KAU SIALAN!!”
Maki Changmin seraya meninju dinding di samping Yunho.
Air matanya semakin tidak terkendali.
Ia benar-benar kecewa. Namja berwajah kekanakan itu meringis
dalam perih.
“Hiks..Sekarang mereka benar-benar tidak akan pernah kembali
lagi..Hiks..Ummaku, Yoochun, dan Junsu..Hiks..Mereka tidak akan pernah kembali
karena kau..Hiks..” Isak Changmin terpuruk.
Yunho menahan air matanya. Ia menundukkan wajahnya.
“Kau tidak
tahu..Kau tidak tahu sebanyak apa aku berdoa pada Tuhan, segigih apa aku terus
berharap, agar mereka kembali bersama kita..Hiks..”
Namja berwajah kekanakan itu meringis, ia tidak peduli
lagi.
Biarkan saja, hanya untuk malam ini, ia menumpahkan
segala yang dipendam olehnya.
“Maafkan aku
Min ah..” Lirih Yunho nyaris tidak terdengar.
------
Yoochun dan Junsu sedang berjalan menelusuri lorong
menuju kamar Apartement mereka. Namja
imut itu tidak bisa berhenti membicarakan tentang foto Yunho yang tersebar di Airport beberapa waktu lalu. Namja
tampan itu terlihat sangat tersiksa. Ia menunduk dengan satu tangan di dahi.
Berusaha menutupi raut wajahnya.
Entah karena pekerjaannya atau karena kekasihnya.
Yang jelas Yunho terlihat buruk.
CKLEK.
“Kami pulang”
Seru keduanya kompak.
Mereka melepas sepatu dan beranjak masuk ke dalam.
Junsu menaruh bungkusan ramen di atas meja makan.
Kemudian ia menyusul Yoochun yang hendak memasuki kamar Jaejoong.
“Hyung---JAE
HYUNG!”
Yoochun berteriak histeris seraya melesat masuk. Ia
segera berteriak pada Junsu agar mengambil tissue
dan parfum. Namja chubby itu mengangkat Jaejoong yang pingsan dengan darah yang
mengalir dari hidungnya. Yoochun memangku namja cantik itu dan segera
menguarkan wangi parfum sementara Junsu menyeka noda darah di filtrum namja
cantik itu.
“Hyung..Bangunlah, kumohon” Desah Yoochun takut.
Dahi Jaejoong mengerut. Suara lenguhannya terdengar
berat dan serak. Namja cantik itu mengerjapkan matanya beberapa kali. Sampai ia
sadar benar.
“Oh, Hyung,
ada apa denganmu? Bukankah sudah kukatakan padamu jangan meminum obat sialan
itu lagi eoh? Kau ingin jantungmu rusak? Pembuluh darahmu pecah? Dan---”
“Yah..Aku hanya
ingin egois untuk tidak berusaha mengerti dengan semua ini”
Kalimat lirih itu cukup untuk membuat Yoochun dan
Junsu terdiam. Jaejoong tersenyum kecil seraya meregangkan lehernya.
“Aku merasa
sedikit lebih baik sekarang” Gumamnya lembut.
Junsu memalingkan wajahnya. Ia beranjak keluar kamar.
Meninggalkan Yoochun dan Jaejoong berdua. Namja chubby itu segera memeluk erat
Hyungnya. Ia tersenyum lembut.
“Well, aku senang kau baik-baik saja”
Namja chubby itu melepaskan pelukannya dan segera
menyusul Junsu keluar. Ia mengerutkan dahinya melirik sahabatnya tampak sedang
menghubungi seseorang di dapur.
“Aku tidak mau
tahu! Apa pun caranya, kau harus tiba disini dalam waktu satu jam! Atau aku
akan membunuh kekasihmu!!”
“Junsu?”
DEG.
Junsu tersentak kaget. Ia segera berbalik dan
mematikan sambungan teleponnya. Menatap Yoochun yang memandangnya bingung.
“Kau menelepon
Yunho Hyung? Menyuruhnya kesini?”
“Ne! Aku
bahkan mengancamnya!”
“Tapi Su, kau
tahu kalau tidak mudah---”
“Aku tidak
peduli! Sudah cukup Joongie Hyungku menderita selama ini! Aku tidak ingin
melihat tangisannya lagi!”
Yoochun tidak menyahut lagi. Ia hanya diam saja.
Seolah membenarkan argumen namja imut itu kali ini.
------
Kedua namja itu tampak menghela nafas lega setelah
berpelukan dan melepas rindu dengan leader
mereka. Yunho terlihat sangat berantakan, rambut cokelatnya terlihat acak, sendalnya
lain sebelah, dan ia hanya memakai baju training
yang sangat jelek. Sepertinya ancaman Junsu beberapa waktu yang lalu cukup
manjur hm?
“Kau yakin
tidak ada yang mengejar atau mengikutimu ani?” Tanya Yoochun khawatir.
Yunho tersenyum. Ia menggeleng.
“Aku melajukan
mobilku seakan ada api di belakangnya” Candanya.
Yoochun dan Junsu terkekeh mendengarnya. Mereka segera
menunjuk kamar Jaejoong dan membiarkan namja tampan itu memasuki kamar itu.
Ketika punggung Yunho menghilang dan pintu tertutup, mereka berdua berlomba dan
menempelkan telinga di daun pintu.
Aish, tidak pernah bisa berubah. Selalu menguping.
Yunho mengerjapkan mata musangnya memandang Jaejoong
yang duduk memunggungi dirinya. Namja cantik itu seakan tidak menyadari
kedatangan kekasihnya.
Perlahan Yunho mendekat, ia menaiki ranjang yang luas
itu dan memeluk erat tubuh Jaejoong dari belakang.
DEG!
Jaejoong terkejut. Matanya membelalak. Penciumannya
tidak pernah salah, ia kenal baik aroma after
shave ini.
“Lepas” Bisik
Jaejoong bergetar.
Yunho tidak peduli. Ia semakin mengeratkan pelukannya
dan membenamkan wajahnya di lekukan leher Jaejoong.
“Kubilang
lepas, Jung Yunho!” Teriak Jaejoong emosi.
“Aku tidak
akan melepaskanmu, tidak untuk yang kedua kalinya” Desis Yunho tajam.
Membuat Jaejoong bungkam seketika. Yunho yang melihat
tidak ada perlawanan apa pun lagi, segera membalik tubuh Jaejoong untuk
menghadapnya. Namja tampan itu memandang lekat manik mata Jaejoong. Jemarinya
mengelus lembut bagian yang pernah disakitinya waktu itu.
“Kau tetap
cantik, walau sedikit kurusan” Puji Yunho lembut.
Mata besar Jaejoong terlihat berkaca-kaca. Masih
memandang tajam mata musang itu.
Perlahan, Yunho memiringkan wajahnya. Mendekatkannya
dengan wajah namja cantik itu. Jaejoong yang sudah tahu apa yang akan terjadi,
segera menekan dada bidang Yunho kuat. Berusaha menolak namja tampan itu.
Namun Yunho tidak selemah yang Jaejoong kira. Ia
menarik paksa tengkuk Jaejoong dan mengunci pinggangnya dengan tangan yang
bebas. Jaejoong mengerang tertahan dalam tautan bibir namja tampan itu.
Yunho menekan dalam bibir ranum Jaejoong dengan
bibirnya. Memagutnya lembut berusaha pelan. Ia ingin namja cantik itu merasakan
cintanya melalui sentuhan lembut ini. Jemari Yunho mengusap lembut leher
kekasihnya. Ia membuka bibir bawahnya dan mengapit manis bibir ranum
kekasihnya.
Jaejoong memejamkan matanya tanpa sadar.
Hingga beberapa menit kemudian tautan bibir itu
terlepas. Membuat deru nafas mengisi keheningan di antara mereka.
Yunho mengecup lembut dahi Jaejoong seraya
menggumamkan permintaan maaf. Ia menggenggam tangan kanan Jaejoong dengan erat,
dan bisa merasakan namja cantik itu balas menggenggamnya.
“Aku hanya
ingin kau tahu, bahwa ini semua tidak mudah” Ujar Yunho.
“…”
“Aku hanya
ingin kau mengerti, kalau tidak ada yang berubah”
“…”
“Dan aku ingin
kau bersabar, hingga suatu hari nanti semua ini akan selesai, dan dunia akan
tahu tentang kita”
Jaejoong merasakan hatinya berdebar. Ketika memandang
Yunho yang mengeluarkan kotak cincin berwarna merah dari training-nya. Namja tampan itu memasangkan sebuah cincin moon cartier di jari manis namja cantik
itu. Lalu ia tersenyum lembut seraya menyatukan dahi mereka.
“Aku, Jung
Yunho, bersedia menerima Kim Jaejoong sebagai pendampingku. Menjaganya dalam
keadaan miskin atau kaya. Melindunginya dalam keadaan menderita atau bahagia.
Dan terus mencintainya seumur hidupku, sampai maut memisahkan kami berdua”
Jaejoong mengerjapkan matanya. Membiarkan air matanya
mengalir begitu saja. Ia masih diam menatap Yunho.
“Dan kau, Kim
Jaejoong, apakah kau bersedia?”
“Aku bersedia”
Senyum Jaejoong merekah. Setelah sekian lama
menghilang. Namja cantik itu memejamkan kedua matanya saat Yunho mengecup
sekilas bibir cherry-nya.
Ah, Yunho memang paling mengerti dirinya. Ia tahu
bagaimana cara membuatnya tersenyum kembali.
“Tidak perlu
menunggu sampai dunia tahu, Yunho ah. Selama masih ada kau, aku, Yoochun, Junsu
dan Changmin, itu semua sudah cukup” Ucap Jaejoong pelan.
“Aku
mencintaimu” Ujar Yunho berbisik.
“Dan aku
mencintaimu lebih dari yang kau tahu”
Namja tampan itu tersenyum bahagia. Ia memeluk erat
namja cantik itu dan memejamkan kedua mata musangnya. Setelah ini, ia tidak
perlu menelepon namja cantik itu dengan nomor-nomor asing lagi. Ia tidak takut
lagi akan ancaman-ancaman dari Entertainment
mereka.
Semuanya terasa jelas sekarang.
Ah, dan ia juga akan memberitahu Changmin, kalau
hubungannya dengan Jaejoong, kini bahkan lebih baik dari yang sebelumnya.
Dan mungkin, ia juga akan memberi pengertian kepada
magnae manja itu kalau tidak semudah yang dibayangkan olehnya mengharapkan
Jaejoong, Junsu dan Yoochun untuk kembali bersama mereka.
Yah, pengertian yang sama seperti yang selama ini ia
berikan untuk kekasihnya. Untuk Yoochun dan Junsunya. Dan untuk fans-nya.
We will understand each other, when there is an understanding.
END.
Sediiiiihhhhh.. (TTTT_TTTT)
BalasHapusUmma Yeppeo, be strong be strong be strong..
Uri Appa cuma milik Umma seorang!!!
kkkk~
^-^
Shella keren,. Bisa bikin yg beginian, terasa real,.. !!!
BalasHapusGomawo atas ff mu,.
Semua aku baca satu per satu, tp belom kelar..
Baru 3hari yg lalu nemu blog ini soalnya,.
Aku.. bingung mau komen apa,.
Pokoknya Shella daebak, bisa bikin ff oneshoot.. cerita mengena, alur bagus, bahasa enak dibava, mudah di cerna, feel nya dapet.
Terutama genre hurt, paling aku suka.
Five stars!
Author idolaku..