This zone is only YunJae Fanfictions and this is our world

Sabtu, 15 Juni 2013

FF/YUNJAE/YAOI/ONESHOOT/UNDERSTANDING



Tittle    : Understanding
Genre  : YAOI – family – angst – friendship – romance – canon: YunJae Real Life
Author : Shella Rizal a.k.a Park Sooji
Cast     : YunJae and other
Length : Oneshoot
Rating : PG-17


------


Kenapa selalu kau? Selalu dirimu yang mengerti aku.
Yang memberi aku pengertian untuk mengerti akan situasi, dan akan dirimu.
Ah, bisa apa aku tanpamu?

  “BooJae..Kembalilah..Aku membutuhkanmu..”
.
.
.

Kim Jaejoong memijat pelipisnya yang terasa berdenyut pelan saat ini. Helaan nafasnya terdengar berat. Ia mendesah pendek penuh frustasi. Namja cantik itu menyandarkan punggungnya pada sandaran sofa, mengacuhkan Yoochun dan Junsu yang sedang berceloteh tidak jelas seraya menyeret koper mereka.


Ah, JYJ Return Concert telah berakhir hm?

  “Joongie Hyung, kau mau minum?” Tawar Junsu seraya melirik wajah cantik Jaejoong.

Uh-uh.

Jaejoong menggeleng pelan dan menutup wajahnya. Yoochun menepuk bahu Junsu seraya memiringkan kepalanya pelan, memberi isyarat pada namja imut itu agar menyusulnya masuk ke dalam kamar mereka. Namja imut itu terdiam, ia tidak menyahut lebih. Hanya mata sipitnya yang tampak bergerak sendu.

Hmp.
Lagikah?
Tidak cukupkah beberapa bulan terakhir ini untuk Hyung mereka bersedih sendu?
Kim Jaejoong terluka.
Ia terluka.
Yoochun terluka.
Yunho terluka.
Changmin terluka.
Mereka semua terluka!

  “Arasseo” Lirih Junsu pelan. Ia hanya tidak ingin memikirkan hal-hal yang kembali membuat kepalanya pusing. Jadi ia memutuskan untuk mengikuti Yoochun dan membiarkan namja cantik itu menyendiri dalam sepinya. Toh Jaejoong juga mengerti maksud dari tindakan kedua dongsaengnya yang tidak ingin mengganggu dirinya.

  “Kkhh..” Jaejoong mendesah lirih. Ia menggeleng pelan dan beranjak dari duduknya. Melangkah memasuki kamar dan menutup pintunya. Kemudian ia berbaring di atas ranjang.

DDRRTT…DDRRRTTT…

Jaejoong tersentak kaget. Ia segera menoleh dan meraih ponselnya dengan tergesa. Seulas senyum kecut mengandung rindu terselip pada bibir ranumnya.
Hanya sederet nomor yang tak dikenal. Yang bahkan mungkin para sasaeng fans. Tapi Jaejoong tahu, kalau itu adalah kekasihnya. Beruang madunya. Jung Yunhonya.

KLIK.

Jaejoong mengangkat sambungan telepon itu. Hening. Ia hanya diam sembari memeluk erat bantal empuknya. Kedua mata beningnya bergerak pelan memperhatikan langit-langit kamar. Tidak terdengar suara apa pun dari seberang sana.

Perlahan air mata Jaejoong meleleh, mengalir membasahi sudut matanya yang indah. Ia menangis dalam diam. Meringis mengingat selama ini Yunho selalu menghubunginya dengan nomor berbeda, nomor yang tidak pernah sama. Untuk menghilangkan kecurigaan dari Entertainment yang mencekal hubungan keduanya.

Rindunya tertahan. Rasanya tertahan. Pilunya tertahan.
Sungguh, Jaejoong benar-benar merasa tersiksa. Ia membutuhkan namja tampan itu saat ini. Menginginkan pelukan hangat yang selalu berhasil membuatnya tenang, dan bisikan manis yang selalu menjadi favorite-nya.

Namja cantik itu menutup mulutnya dengan tangan. Mata bulatnya menyipit. Berusaha menahan suara isak tangisnya agar Yunho tidak khawatir. Ia tidak boleh menangis. Ia harus kuat!

Tapi tetap saja, air matanya tidak bisa berhenti mengalir.

KLIK.

Sambungan telepon terputus begitu saja dari pihak sana. Jaejoong segera melempar ponselnya jauh dan menutup matanya dengan lengan kanan. Ia tersengguk.

  “Aku merindukanmu Yunnie ah..Aku sangat merindukanmu..Hiks..”

Relung hatinya terasa sangat sakit. Hingga ia memutuskan untuk mengambil obat penenang yang belakangan ini menjadi candunya, kemudian terlelap pulas dengan sisa air mata yang melekat pada kulit indahnya.


------


Changmin mengunyah keripik kentangnya dengan tingkah seolah fokus menonton televisi. Membuat Yunho mengacuhkan namja berwajah kekanakan itu. Ia tidak sadar, kalau diam-diam Shim Changmin memperhatikannya dengan tatapan yang tidak bisa diartikan.

TAP TAP TAP.

Yunho berjalan pelan menuju bingkai jendela besar berwarna putih yang ada di dekat ruang tengah. Ia membuka jendela tersebut dan duduk di bingkainya, menyandarkan punggung kekarnya di sana dan terdiam memperhatikan keheningan malam.

Changmin menggigit keripiknya. Ia memencet tombol remote televisi mencari siaran yang lumayan menarik untuknya. Setelah mendapatkan apa yang ia inginkan, namja berwajah kekanakan itu kembali menoleh menatap Yunho.

DEG.

Mata sipit Changmin bergerak pelan. Jemarinya mencengkram bungkusan keripik kentang itu tanpa sadar. Ketika menatap Yunho yang meraih ponselnya dan mendial deretan nomor yang telah berada di luar kepalanya. Changmin merasakan hatinya sakit. Ekspresi itu..Wajah itu..

Oh shit.

Namja berwajah kekanakan itu melempar bungkusan keripiknya dan berlari memasuki kamar. Meninggalkan Yunho sendirian di sana. Tidak, ia sama sekali tidak akan bisa menahan dirinya untuk tidak menangis kalau ia masih duduk di atas sofa saat ini.

SRET.

Jemari Yunho mengusap layar ponselnya dengan lembut. Mata musangnya terus menatap layar tersebut. Pandangannya memancarkan luka yang sangat dalam. Rasa rindu membuncah di dadanya.

KLIK.

Telepon itu tersambung.
Dan Yunho segera menempelkan ponselnya di telinga. Menyandarkan kepalanya pada dinding seraya tersenyum kecil. Walaupun tanpa suara, walaupun tanpa sahutan, sudah cukup untuk membuat secuil dari rasa rindunya terbalaskan.

Yunho tidak peduli kalau tagihan teleponnya akan membludak setelah ini. Selama ia tahu kalau kekasihnya masih baik-baik saja di sana, tak apa.
Beberapa menit kemudian sambungan telepon itu diputuskan olehnya. Yunho terpaksa melakukannya, sebelum ia mengikuti egonya untuk bersuara pada namja cantik itu.

  “BooJae ah..” Desahnya lirih.

Nyaris tidak terdengar. Suara bass-nya terdengar rapuh. Tetes bening itu mengalir dari pelupuk mata musangnya yang tajam.
Ia bisa saja tersenyum pada dunia dan mengatakan kalau ia baik-baik saja.

Tapi hatinya tidak bisa memungkiri, kalau dirinya tercabik dan hampa tanpa sosok Kim Jaejoong di sisinya.
Namja cantik itu, adalah segalanya untuk Yunho.


------


CKLIK!

  Great! Again!

Jaejoong, Yoochun dan Junsu kembali berpose. Ah, mereka melakukan pemotretan saat ini. Dengan tema musim panas yang cerah. Yoochun dan Junsu memegang bantal bercorak burung hantu milik mereka berdua, sementara Jaejoong berada di tengah dan tersenyum sangat manis.

Ia sangat pintar berakting huh?
Bahkan tidak satu pun dari mereka yang tahu kalau ia sedang tidak dalam keadaan sehat sekarang.

CKLIK!

  “Jaejoong-ssi, kau bisa break sekarang, aku akan mengambil foto untuk Yoochun dan Junsu moment” Ujar sang fotografer.

Jaejoong mengangguk patuh.
Ia menepuk bahu Yoochun dan Junsu, kemudian berjalan memasuki ruang ganti mereka. Namja cantik itu merapikan poni lurusnya sejenak dan merebahkan tubuhnya di atas sofa. Ia mendesah pendek.

Mata beningnya terpejam sesaat.
Sebentar saja, ia ingin mengingat kembali bagaimana lembutnya suara bass namja tampan itu.

  [ “Kau lelah sayang? Aigoo, wajahmu terlihat sangat buruk, hahaha” ]

Hmp.
Jaejoong tersenyum geli masih memejamkan matanya.
Namun kemudian suara kekehan lembut itu berubah menjadi isak tangis yang memilukan. Bibir cherry-nya bergetar hebat. Kedua jemarinya terkepal erat. Wajahnya memerah dan basah.

  “Hiks..Yunho ah..Hiks..”

  [ “Kenapa kau tetap diam, bear?! Kenapa kau tidak mengikuti kami?! CEO Entertainment ini tidak akan pernah bisa berbelas kasihan untukmu!” ]

Jaejoong ingat itu. Suara teriakannya di malam terakhir mereka berlima.

  [ “Karena aku adalah sang Leader, BooJae..Aku harus melindungi DongBangShinKi, melindungi Cassie, dan melindungi kita semua, termasuk kau” ]

Yunho tersenyum lembut saat itu. Ia menarik lengan Jaejoong dan membawa namja cantik itu ke dalam pelukannya.

  [ “Persetan dengan itu semua! Kita bisa membentuk hal yang baru lagi ketika bersama, Yunho ah! Jangan seperti ini! Jangan mengorbankan uri Changmin!” ]

  [ “Kau dengar sendiri ani? Changmin bahkan mengaku kalau ia akan tetap tinggal, untuk menunggu kalian kembali” ]

  [ “Dan kami tidak akan pernah kembali, Jung! Kau tahu itu!” ]

Setelah itu Yunho membungkam bibir ranum Jaejoong dengan bibirnya. Menyapu lembut bagian lembut itu, memberikan kenyamanan sekaligus kehangatan. Dan Jaejoong hanya pasrah. Diam menerima semuanya.

  [ “Aku hanya ingin kau mengerti, kalau aku sangat mencintaimu, dan aku akan tetap bertahan hanya untuk melindungi dirimu, Yoochun, dan Junsu, ne?” ]

Dan pertahanan Jaejoong pun runtuh dalam sekejap. Ia hanya bisa mengalah. Mengalah dan mengalah untuk yang kesekian kalinya. Membiarkan Yunho meluluhkan hatinya. Merenggut segala kasih sayangnya agar mengerti kalau Yunho bermaksud baik.

  [ “Aku..Aku mengerti bear..Aku mengerti..” ]

BRAKK!

Jaejoong membanting kasar bantal sofa itu. Hingga membuat benda itu membentur peralatan make up yang kini berjatuhan di lantai.

  “AKU TIDAK MENGERTI, JUNG! DAN AKU MENYESAL TELAH MENCOBA UNTUK MENGERTI!!”

Jaejoong berteriak lantang. Kepalanya terasa sakit, pelipisnya berdenyut pelan. Namja cantik itu segera merogoh saku jaketnya, mengambil bungkusan obat yang tak asing lagi baginya.

Uh-uh.
Obat penenang.
Ia benar-benar rusak huh?


------


  “Yoochun ah, aku lapar”

Yoochun menoleh, memandang Junsu yang kini mengerucutkan bibir tipisnya. Ia mengangguk dan tersenyum kecil, seolah ingin memberitahu namja imut itu kalau ia juga merasakan hal yang sama.

Kim Junsu meraih ponselnya, menelepon restoran untuk delivery.
Jaejoong tidak memasak.
Namja cantik itu bahkan tidak pernah melakukan aktifitas favorite­-nya lagi sejak mereka berpisah.

  “Junsu”

  “Hm?”

  “Kita tidak bisa terus seperti ini, membiarkan Jaejoong Hyung tersiksa seperti itu”

  “Memangnya kita harus melakukan apa uh? Kau tahu sendiri Jaejoong Hyung sangat bermuka dua sekarang, kalau ada kamera ia pasti langsung tersenyum manis seolah semuanya baik-baik saja”

  “Tapi kita tetap harus menolongnya, Junsu! Kau lihat sendiri kan apa yang diminum Jaejoong Hyung saat pemotretan kemarin? Obat penenang! For god sake, Junsu ah!”

Junsu terdiam. Nafasnya terdengar memburu sekarang.
Oh shit, tidak sekarang. Ia benar-benar membenci kenyataan itu. Fakta bahwa Kim Jaejoong yang dulunya adalah sosok dewasa, manja, dan menyebalkan disaat bersamaan kini telah berubah menjadi sosok dingin yang sulit untuk didekati.

Yoochun mengerjapkan matanya menyadari Junsu telah menangis di sampingnya. Namja chubby itu menghela nafas, ia mendekati Junsu dan mengulurkan jemarinya menyeka air mata namja imut itu.

  “Berhentilah menangis, aku benci melihat kita semua yang selalu menangis, kau tahu itu huh?”

Junsu tidak menyahut.
Ia menutup wajahnya yang mulai memerah dan terisak lirih disana. Sementara Yoochun mendongakkan wajahnya, berusaha menahan tetes bening yang kini menggenang di pelupuk matanya.

DDRRRTTT…DDRRRTTT…

Jaejoong terkejut dari lelapnya. Kedua mata beningnya segera terbuka dan terasa sangat sakit. Ia mengeluh seraya meraih ponselnya yang bergetar.

DEG.

Yunho. Itu Yunho.

Namja cantik itu mengulas senyumnya tanpa sadar. Ia segera mengangkat telepon itu dan menempelkan ponselnya di telinga. Dan seperti biasa, hening. Tanpa suara apa pun yang mendominasi.

Jaejoong memejamkan matanya pelan, kemudian ia membukanya setelah sekian lama. Namja cantik itu baru saja akan mematikan sambungan telepon, namun tubuhnya membeku ketika ia mendengar suara dari seberang sana. Suara bass yang jelas, bergetar hebat.

  “BooJae..Kembalilah..Aku membutuhkanmu..”

DEG DEG DEG.

Aliran darah Jaejoong mengalir deras. Jantungnya berdegup kencang. Sangat kencang seolah akan lepas dari tempatnya. Kedua mata besarnya membelalak lebar. Nafasnya tercekat.

KLIK.

Yunho memutuskan sambungan telepon.
Membuat Jaejoong tersadar dari kagetnya dan berteriak memanggil kekasihnya.

  “Yu-Yunho ah! Yunho ah!”

Demi Tuhan, ia tidak pernah mendengar suara Yunho yang terdengar begitu menyedihkan seperti itu. Sama sekali tidak. Suara yang mengandung frustasi yang sangat dalam, kepiluan yang mencekat, dan rasa sakit yang menyiksa.

  “Hiks..Yunho ah..Hiks..Yunho jawab aku, baby!” Teriak Jaejoong frustasi.

Namja cantik itu terus berteriak dalam tangisnya yang tumpah. Sakit. Ia merasakan sakit yang sama! Demi Tuhan!

  “Yunho ah, jawab aku..Hiks..Kumohon..Hiks..”


------


  “Hyung, kau baik-baik saja?”

Changmin menaikkan alisnya seraya membenarkan pakaiannya untuk pemotretan majalah. Yunho menoleh, mengangguk pelan.

  “Hyung, kalau kau lapar kau bisa beritahu aku, aku punya banyak stok makanan di tas” Sambung Changmin lagi.

Yunho terkekeh kecil mendengarnya. Ia hanya menggeleng dan tersenyum pada Changmin. Namja berwajah kekanakan itu balas tersenyum padanya. Ah, hatinya terasa lega mendapati raut wajah Yunho saat ini. Setidaknya gambaran wajah penuh luka itu tampak berkurang hm?

  “Yunho, kau ada waktu?”

Eoh?
Namja tampan itu menoleh memandang manajernya yang memasuki ruang ganti mereka. Ia mengangguk.

  “Kau bisa menolongku? Aku sedang mengatur kontrak baru kalian dan keponakanku menunggu di bawah, ia harus segera pergi mengikuti les bahasa Jepang”

  “Lalu?”

  “Aku minta tolong kepadamu untuk mengantarnya ke basement parkiran, mobilku ada di sana, aku tidak ingin ia keluar sendirian dan diserang oleh fans fanatik kalian Yunho ah”

Huh?
Namja tampan itu terkekeh mendengarnya. Changmin juga tampak tersenyum simpul. Hmp, fans mereka tidak pernah berubah hm? Tetap posesif seperti biasanya.

  “Arasseo, mana keponakanmu?” Tanya Yunho beranjak dari duduknya.

Manajer itu tersenyum manis. Ia segera menggiring Yunho keluar ruangan dan memanggil keponakannya.

  “Lee Yunji!”

Omo.
Yeoja kah? Dan ia sangat cantik, dengan rambut hitam panjang yang bergelombang sepinggang. Wajah oriental dengan sepasang mata azure yang sangat indah. Campuran hm?

  “Yunho Oppa akan mengantarmu sampai ke mobilku ne? Ini kuncinya, hati-hati” Ujar sang manajer.

Yeoja cantik itu mengangguk patuh. Ia membungkuk kepada Yunho dan segera menggandeng lengan namja tampan itu.

  “Kau benar-benar sesuai dengan kriteria kakak laki-laki idamanku, Oppa!” Ujar yeoja itu tersenyum.

  “Hahaha, kalau begitu kau adik perempuanku hm?” Balas Yunho terkekeh.

Namja tampan itu mengacak lembut rambut hitam Yunji. Ah, yeoja itu memang supel, ia gampang akrab dengan siapa saja.
Yunho membawa yeoja itu memutar melalui lift menuju dasar gedung. Mereka berjalan pelan menelusuri parkiran sampai yeoja itu menunjuk mobil milik pamannya.

CKLEK.

  “Gomawo Oppa”

Yunho hanya balas tersenyum, kemudian ia menutup pintu mobil berwarna abu-abu itu pelan. Melambaikan satu tangannya saat Yunji melambai dari dalam mobil. Yeoja cantik itu segera melajukan mobilnya menjauh. Meninggalkan Yunho yang kini berbalik hendak memasuki gedung.

DEG!

Demi Tuhan!
Mata musang Yunho membulat seketika. Jantungnya berdebar kencang. Tubuhnya bergetar pelan. Menatap sesosok namja cantik yang berdiri tidak jauh darinya saat ini. Jaejoong! Kim Jaejoong!

TAP TAP TAP!

Yunho segera mempercepat langkah kakinya. Namun kemudian dahinya mengernyit. Ketika menyadari ada yang aneh dari raut wajah itu.

Kenapa?
Kenapa ekspresi Jaejoong seakan menggambarkan luka yang sangat dalam?

  “Jae---”

PLAKK!

DEG.

Yunho terkesiap. Kedua mata musangnya membulat sempurna. Ia mengerutkan dahinya, menoleh menatap Jaejoong yang balas memandangnya tajam.
Dada Yunho berdebar, emosinya menguar. Ia balas menatap tajam namja cantik itu.

PLAKK!!

Namja tampan itu refleks balas menampar wajah cantik kekasihnya. Emosinya benar-benar tidak terkendali, hingga tanpa sadar ia membalas dengan kekuatan yang berlebih. Membuat Jaejoong terjatuh dengan wajah yang shock.

Pipi mulusnya perlahan berubah menjadi merah. Berdenyut pelan mengobarkan rasa perih. Mata Jaejoong bergerak tidak tenang. Setetes cairan kental berbau amis mengalir dari lubang hidungnya. Air matanya tumpah tanpa bisa ia kendalikan. Yunho..menamparnya? Yunho balas menamparnya?

  “Jae---”

Yunho tersentak kaget. Seolah sadar dengan apa yang telah dilakukannya barusan. Namja tampan itu tampak panik dipenuhi rasa bersalah. Ia baru saja akan berlutut untuk memeluk namja cantik itu, namun mata musangnya tidak sengaja menangkap sosok manajernya yang sedang berjalan dari pintu lift basement.

Gawat! Bisa bahaya kalau ia tahu ada Jaejoong disini!
Yunho menelan salivanya. Ia menatap sendu namja cantik itu, kemudian ia segera melangkahkan kakinya cepat, meninggalkan Jaejoong yang masih tidak beranjak dari posisinya. Namja tampan itu berlari mengejar manajernya, ia merangkul namja itu dan membawanya masuk ke dalam gedung kembali.

  “Hiks..Hiks..”

Jaejoong terisak penuh luka.
Benaknya bertanya-tanya.

Mengapa?
Mengapa kau bersama orang lain setelah kau memintaku kembali padamu, Yunho ah?
Mengapa kau tidak bisa melihat luka yang tersirat dari pandanganku untukmu?
Mengapa kau memukulku?

Kemana Jung Yunhoku?
Yunho yang kukenal tidak pernah bersikap kasar sedikit pun kepadaku, ia tidak pernah berteriak kepadaku, tidak pernah memukulku, dan ia selalu mengerti, saat aku cemburu atau tidak kepadanya..

  “Hiks..Hiks..Hnggh!”

Jaejoong meringis tertahan seraya mencengkram kepalanya yang terasa berdenyut hebat. Pusing berat menderanya. Perlahan dada kirinya terasa sakit. Digerogoti luka yang menganga lebar. Sesak. Sesak. Dan semuanya mulai terlihat gelap.


------


Yoochun dan Junsu duduk diam di sisi ranjang Jaejoong. Namja imut itu tidak sengaja menemukan Jaejoong yang katanya izin pulang cepat tergeletak di parkiran. Junsu panik, ia segera menelepon Yoochun dan membawa namja cantik itu pulang ke Apertement mereka.

Mata sipit Yoochun bergerak pelan.
Memandang selang infus yang terjalin di pergelangan namja cantik itu.
Dokter pribadi Jaejoong mengatakan namja cantik itu mengalami depresi berlebihan. Kesehatannya menurun karena pola makan berantakan, dan pacuan jantungnya yang melebihi batas normal karena mengkonsumsi obat penenang.

Dia hampir saja menjadi pecandu dan merusak tubuhnya.

  “Menurutmu ini ada hubungannya dengan Jung Yunho?”

Mwo?
Junsu melebarkan matanya. Menatap tidak mungkin ke arah Yoochun.

  “Siapa lagi yang bisa membuat Jaejoong Hyung seperti ini huh? Selain namja itu?” Erang Yoochun tidak sabar.

Namja imut itu terdiam. Bola matanya bergerak gelisah.
Menatap Jaejoong yang masih terpejam dengan wajahnya yang terlihat sangat pucat.

  “Yoochun ah” Bisik Junsu bergetar.

  “Apa? Apa?” Balas Yoochun emosi.

Junsu menoleh, memandang Yoochun dengan tatapan memohonnya.

  “Kumohon, bersabarlah. Demi Jaejoong Hyung, kau bisa kan? Lebih baik kita biarkan dulu Joongie Hyung tenang, dan kita harus merahasiakan tentang hal ini dari media massa” Pinta Junsu berbisik.

Hati Yoochun terenyuh. Ia terdiam seketika. Kemudian ia tersenyum kecut.
Huh. Bahkan Kim Junsu yang dulunya lamban dan sangat polos kini terbiasa menjadi dewasa karena kedua Hyungnya.


------


24 jam kemudian, namja cantik itu membuka matanya. Perih menguasai ulu hatinya. Nafasnya menderu lemah. Ia terbangun di antara hening.
Yoochun dan Junsu sedang tidak ada di rumah.
Jaejoong meringis. Menyentuh pelan pipinya yang membekaskan tamparan Yunho yang sangat kuat.

Lagi, air matanya kembali menetes. Ia tidak cengeng! Ia tidak meminta mereka menggenang! Sama sekali tidak!
Tapi tetesan bening itu mengalir tanpa henti.

  “Hiks..”

Jaejoong menggigit bibir bawahnya. Hatinya sesak. Mengingat tatapan penuh emosi yang dilayangkan Yunho kepadanya saat itu.
Tatapan yang tidak pernah ia lihat selama ini.

  “Aku mencintaimu, Yunho ah..Sungguh..” Lirih Jaejoong nyaris tidak terdengar.

DDDRRTTT…DDRRRTTT…

Jaejoong terkesiap. Ia menoleh, memandang ponselnya yang bergetar pelan di atas meja nakas. Namja cantik itu mengulurkan tangannya mengambil benda itu dan menatap lama layar ponselnya.

Sederet nomor tak dikenal.
Jari Jaejoong bergetar hebat ingin menekan tombol yes. Tapi nalurinya menahan. Ia malah semakin menumpahkan tangisnya.

Sakit.
Rasanya sangat sakit, perih, menghujam, tajam.

  “Masih adakah cinta untukku, Yunho ah? Kau seakan berakting kepadaku..” Gumamnya miris.

Ia ingin mengerti.
Ia ingin mengerti dengan apa yang ada di benak Yunho saat ini.
Sungguh.
Tapi ia tidak bisa, karena yang selalu mengerti, hanyalah namja tampan itu.

Yang selalu memberi pengertian dan mengajaknya untuk ikut mengerti mengenai situasi dan gejolak perasaan yang ada di antara mereka berdua.
Akh, Ia terlihat lemah. Lagi-lagi ia bergantung kepada Yunho.


------


  “Angkat Boo, kumohon” Lirih Yunho pelan.

Ia tidak terlihat seperti biasanya. Namja tampan itu tidak bisa berjalan mondar mandir sejak tadi.
Wajahnya terlihat sangat frustasi. Benar-benar menyedihkan.

  “Hyung, kau baik-baik saja?”

Changmin meletakkan PSP-nya di atas meja. Ia sedikit khawatir dengan tingkah aneh Appanya itu. Namja berwajah kekanakan itu melangkah mendekati Yunho dan menghampirinya.

  “Hyung!” Jeritnya lantang.

Yunho tersentak kaget.
Namja tampan itu segera menoleh memandang Changmin.

  “Kau kenapa? Apa yang terjadi?” Rentet Changmin tidak sabar.

Yunho terdiam. Bibirnya mendadak terasa kelu untuk menjawab. Mata musangnya menatap seduktif wajah kekanakan itu. Haruskah ia jujur? Haruskah ia mengatakan yang sebenarnya?

  “Hyung kumohon jawab aku! Apakah terjadi sesuatu dengan Ummaku?!” Jerit Changmin emosi.

Dada Yunho semakin berdebar kencang mendengar jeritan itu. Namja tampan itu menghela nafas berat. Ia memundurkan langkahnya dan bersandar pada dinding. Menundukkan wajahnya sejenak. Kemudian ia mengangkat wajah tampannya, menatap Changmin dengan pandangan penuh penyesalan.

  “Aku memukul Jaejoong, Min ah..Aku menamparnya..”

DEG.

Shim Changmin membatu. Kedua matanya terbelalak tidak percaya. Hening mengisi keduanya. Tampak kedua jemari Changmin bergetar hebat. Berusaha menahan emosinya yang menggebu-gebu saat ini.

  “Kau..Melukainya?” Desis Changmin lirih.

Yunho terkejut. Mata musangnya menatap mata sipit Changmin yang mengeluarkan air mata.
Demi Tuhan, Shim Changmin? Menangis?
Namja tampan itu tahu, magnae mereka tidak pernah menangis sejak perpisahan mereka.
Tapi hari ini, ia menangis. Karena mendengar pengakuan Yunho yang sama sekali tidak terduga.

  “Min ah” Panggil Yunho merasa bersalah.

  “KENAPA KAU MEMUKULNYA?! APA YANG TELAH KAU LAKUKAN?!” Teriak Changmin marah.

Yunho terdiam. Ia tidak bisa menyahut.

  “KAU SIALAN!!” Maki Changmin seraya meninju dinding di samping Yunho.
Air matanya semakin tidak terkendali.

Ia benar-benar kecewa. Namja berwajah kekanakan itu meringis dalam perih.

  “Hiks..Sekarang mereka benar-benar tidak akan pernah kembali lagi..Hiks..Ummaku, Yoochun, dan Junsu..Hiks..Mereka tidak akan pernah kembali karena kau..Hiks..” Isak Changmin terpuruk.

Yunho menahan air matanya. Ia menundukkan wajahnya.

  “Kau tidak tahu..Kau tidak tahu sebanyak apa aku berdoa pada Tuhan, segigih apa aku terus berharap, agar mereka kembali bersama kita..Hiks..”

Namja berwajah kekanakan itu meringis, ia tidak peduli lagi.
Biarkan saja, hanya untuk malam ini, ia menumpahkan segala yang dipendam olehnya.

  “Maafkan aku Min ah..” Lirih Yunho nyaris tidak terdengar.


------


Yoochun dan Junsu sedang berjalan menelusuri lorong menuju kamar Apartement mereka. Namja imut itu tidak bisa berhenti membicarakan tentang foto Yunho yang tersebar di Airport beberapa waktu lalu. Namja tampan itu terlihat sangat tersiksa. Ia menunduk dengan satu tangan di dahi. Berusaha menutupi raut wajahnya.

Entah karena pekerjaannya atau karena kekasihnya.
Yang jelas Yunho terlihat buruk.

CKLEK.

  “Kami pulang” Seru keduanya kompak.

Mereka melepas sepatu dan beranjak masuk ke dalam.
Junsu menaruh bungkusan ramen di atas meja makan. Kemudian ia menyusul Yoochun yang hendak memasuki kamar Jaejoong.

  “Hyung---JAE HYUNG!”

Yoochun berteriak histeris seraya melesat masuk. Ia segera berteriak pada Junsu agar mengambil tissue dan parfum. Namja chubby itu mengangkat Jaejoong yang pingsan dengan darah yang mengalir dari hidungnya. Yoochun memangku namja cantik itu dan segera menguarkan wangi parfum sementara Junsu menyeka noda darah di filtrum namja cantik itu.

  “Hyung..Bangunlah, kumohon” Desah Yoochun takut.

Dahi Jaejoong mengerut. Suara lenguhannya terdengar berat dan serak. Namja cantik itu mengerjapkan matanya beberapa kali. Sampai ia sadar benar.

  “Oh, Hyung, ada apa denganmu? Bukankah sudah kukatakan padamu jangan meminum obat sialan itu lagi eoh? Kau ingin jantungmu rusak? Pembuluh darahmu pecah? Dan---”

  “Yah..Aku hanya ingin egois untuk tidak berusaha mengerti dengan semua ini”
Kalimat lirih itu cukup untuk membuat Yoochun dan Junsu terdiam. Jaejoong tersenyum kecil seraya meregangkan lehernya.

  “Aku merasa sedikit lebih baik sekarang” Gumamnya lembut.

Junsu memalingkan wajahnya. Ia beranjak keluar kamar. Meninggalkan Yoochun dan Jaejoong berdua. Namja chubby itu segera memeluk erat Hyungnya. Ia tersenyum lembut.

  Well, aku senang kau baik-baik saja”

Namja chubby itu melepaskan pelukannya dan segera menyusul Junsu keluar. Ia mengerutkan dahinya melirik sahabatnya tampak sedang menghubungi seseorang di dapur.

  “Aku tidak mau tahu! Apa pun caranya, kau harus tiba disini dalam waktu satu jam! Atau aku akan membunuh kekasihmu!!”

  “Junsu?”

DEG.

Junsu tersentak kaget. Ia segera berbalik dan mematikan sambungan teleponnya. Menatap Yoochun yang memandangnya bingung.

  “Kau menelepon Yunho Hyung? Menyuruhnya kesini?”

  “Ne! Aku bahkan mengancamnya!”

  “Tapi Su, kau tahu kalau tidak mudah---”

  “Aku tidak peduli! Sudah cukup Joongie Hyungku menderita selama ini! Aku tidak ingin melihat tangisannya lagi!”

Yoochun tidak menyahut lagi. Ia hanya diam saja. Seolah membenarkan argumen namja imut itu kali ini.


------


Kedua namja itu tampak menghela nafas lega setelah berpelukan dan melepas rindu dengan leader mereka. Yunho terlihat sangat berantakan, rambut cokelatnya terlihat acak, sendalnya lain sebelah, dan ia hanya memakai baju training yang sangat jelek. Sepertinya ancaman Junsu beberapa waktu yang lalu cukup manjur hm?

  “Kau yakin tidak ada yang mengejar atau mengikutimu ani?” Tanya Yoochun khawatir.
Yunho tersenyum. Ia menggeleng.

  “Aku melajukan mobilku seakan ada api di belakangnya” Candanya.

Yoochun dan Junsu terkekeh mendengarnya. Mereka segera menunjuk kamar Jaejoong dan membiarkan namja tampan itu memasuki kamar itu. Ketika punggung Yunho menghilang dan pintu tertutup, mereka berdua berlomba dan menempelkan telinga di daun pintu.

Aish, tidak pernah bisa berubah. Selalu menguping.

Yunho mengerjapkan mata musangnya memandang Jaejoong yang duduk memunggungi dirinya. Namja cantik itu seakan tidak menyadari kedatangan kekasihnya.
Perlahan Yunho mendekat, ia menaiki ranjang yang luas itu dan memeluk erat tubuh Jaejoong dari belakang.

DEG!

Jaejoong terkejut. Matanya membelalak. Penciumannya tidak pernah salah, ia kenal baik aroma after shave ini.

  “Lepas” Bisik Jaejoong bergetar.

Yunho tidak peduli. Ia semakin mengeratkan pelukannya dan membenamkan wajahnya di lekukan leher Jaejoong.

  “Kubilang lepas, Jung Yunho!” Teriak Jaejoong emosi.

  “Aku tidak akan melepaskanmu, tidak untuk yang kedua kalinya” Desis Yunho tajam.
Membuat Jaejoong bungkam seketika. Yunho yang melihat tidak ada perlawanan apa pun lagi, segera membalik tubuh Jaejoong untuk menghadapnya. Namja tampan itu memandang lekat manik mata Jaejoong. Jemarinya mengelus lembut bagian yang pernah disakitinya waktu itu.

  “Kau tetap cantik, walau sedikit kurusan” Puji Yunho lembut.

Mata besar Jaejoong terlihat berkaca-kaca. Masih memandang tajam mata musang itu.
Perlahan, Yunho memiringkan wajahnya. Mendekatkannya dengan wajah namja cantik itu. Jaejoong yang sudah tahu apa yang akan terjadi, segera menekan dada bidang Yunho kuat. Berusaha menolak namja tampan itu.

Namun Yunho tidak selemah yang Jaejoong kira. Ia menarik paksa tengkuk Jaejoong dan mengunci pinggangnya dengan tangan yang bebas. Jaejoong mengerang tertahan dalam tautan bibir namja tampan itu.

Yunho menekan dalam bibir ranum Jaejoong dengan bibirnya. Memagutnya lembut berusaha pelan. Ia ingin namja cantik itu merasakan cintanya melalui sentuhan lembut ini. Jemari Yunho mengusap lembut leher kekasihnya. Ia membuka bibir bawahnya dan mengapit manis bibir ranum kekasihnya.

Jaejoong memejamkan matanya tanpa sadar.
Hingga beberapa menit kemudian tautan bibir itu terlepas. Membuat deru nafas mengisi keheningan di antara mereka.

Yunho mengecup lembut dahi Jaejoong seraya menggumamkan permintaan maaf. Ia menggenggam tangan kanan Jaejoong dengan erat, dan bisa merasakan namja cantik itu balas menggenggamnya.

  “Aku hanya ingin kau tahu, bahwa ini semua tidak mudah” Ujar Yunho.

  “…”

  “Aku hanya ingin kau mengerti, kalau tidak ada yang berubah”

  “…”

  “Dan aku ingin kau bersabar, hingga suatu hari nanti semua ini akan selesai, dan dunia akan tahu tentang kita”

Jaejoong merasakan hatinya berdebar. Ketika memandang Yunho yang mengeluarkan kotak cincin berwarna merah dari training-nya. Namja tampan itu memasangkan sebuah cincin moon cartier di jari manis namja cantik itu. Lalu ia tersenyum lembut seraya menyatukan dahi mereka.

  “Aku, Jung Yunho, bersedia menerima Kim Jaejoong sebagai pendampingku. Menjaganya dalam keadaan miskin atau kaya. Melindunginya dalam keadaan menderita atau bahagia. Dan terus mencintainya seumur hidupku, sampai maut memisahkan kami berdua”
Jaejoong mengerjapkan matanya. Membiarkan air matanya mengalir begitu saja. Ia masih diam menatap Yunho.

  “Dan kau, Kim Jaejoong, apakah kau bersedia?”

  “Aku bersedia”

Senyum Jaejoong merekah. Setelah sekian lama menghilang. Namja cantik itu memejamkan kedua matanya saat Yunho mengecup sekilas bibir cherry-nya.
Ah, Yunho memang paling mengerti dirinya. Ia tahu bagaimana cara membuatnya tersenyum kembali.

  “Tidak perlu menunggu sampai dunia tahu, Yunho ah. Selama masih ada kau, aku, Yoochun, Junsu dan Changmin, itu semua sudah cukup” Ucap Jaejoong pelan.

  “Aku mencintaimu” Ujar Yunho berbisik.

  “Dan aku mencintaimu lebih dari yang kau tahu”

Namja tampan itu tersenyum bahagia. Ia memeluk erat namja cantik itu dan memejamkan kedua mata musangnya. Setelah ini, ia tidak perlu menelepon namja cantik itu dengan nomor-nomor asing lagi. Ia tidak takut lagi akan ancaman-ancaman dari Entertainment mereka.

Semuanya terasa jelas sekarang.

Ah, dan ia juga akan memberitahu Changmin, kalau hubungannya dengan Jaejoong, kini bahkan lebih baik dari yang sebelumnya.
Dan mungkin, ia juga akan memberi pengertian kepada magnae manja itu kalau tidak semudah yang dibayangkan olehnya mengharapkan Jaejoong, Junsu dan Yoochun untuk kembali bersama mereka.

Yah, pengertian yang sama seperti yang selama ini ia berikan untuk kekasihnya. Untuk Yoochun dan Junsunya. Dan untuk fans-nya.

We will understand each other, when there is an understanding.

END.

2 komentar:

  1. Sediiiiihhhhh.. (TTTT_TTTT)
    Umma Yeppeo, be strong be strong be strong..
    Uri Appa cuma milik Umma seorang!!!
    kkkk~

    ^-^

    BalasHapus
  2. Shella keren,. Bisa bikin yg beginian, terasa real,.. !!!
    Gomawo atas ff mu,.
    Semua aku baca satu per satu, tp belom kelar..
    Baru 3hari yg lalu nemu blog ini soalnya,.
    Aku.. bingung mau komen apa,.
    Pokoknya Shella daebak, bisa bikin ff oneshoot.. cerita mengena, alur bagus, bahasa enak dibava, mudah di cerna, feel nya dapet.
    Terutama genre hurt, paling aku suka.
    Five stars!
    Author idolaku..

    BalasHapus