PART 2.
Yunho menaikkan
alisnya pagi ini.
Mata musangnya
bergerak pelan memandangi kekasihnya yang terlihat sangat bersemangat mematut dirinya
di depan cermin.
Ah, hari pertama
Jaejoong bekerja hm?
GREPP.
Namja cantik itu
tersenyum kecil saat Yunho memeluk pinggangnya dari belakang.
Mata bulatnya
berkilat memandang bayangan mereka berdua yang memakai jas berwarna sama di
cermin tersebut.
“Kau lebih cocok mengenakan kaus biasa
sayang” Bisik Yunho seduktif.
Jish.
Jaejoong memutar
bola matanya jengah.
“Yunniee” Erangnya kesal.
Yunho terkekeh
kecil.
Ia melepaskan
pelukannya pada pinggang Jaejoong dan beralih menangkup wajah cantik itu agar
menatapnya.
“Kau tahu? Aku benar-benar mencintaimu” Bisik
namja tampan itu pelan.
Jaejoong
tersenyum.
Ia mengulurkan
kedua tangannya memperbaiki simpul dasi Yunho yang kurang rapi dan menepuk
lembut dada bidang namja tampan itu.
“Berusahalah sebaik mungkin arra? Tapi jangan
memaksakan diri” Ujar Yunho memperingati.
Aih, sepertinya
beruang madu yang satu ini benar-benar khawatir mengenai hari pertama
kekasihnya hm?
“Arasseo, arasseo” Gumam Jaejoong terkekeh
lembut.
Namja cantik itu
memejamkan matanya seraya mendongakkan wajah saat Yunho meraih dagunya dan
menempelkan bibir mereka.
Jaejoong
mendesah manis seraya memeluk punggung Yunho dengan erat.
Tapi masih
berusaha menahan kedua tangannya agar tidak berbuat nakal.
Oh well, mereka
sudah serapi mungkin untuk bekerja hari ini ania?
-------
“Aku akan menghubungimu jam makan siang
nanti, dan tunggu jemputanku saat sore arra?”
“Aish, kau mulai terdengar seperti seorang
Appa yang mengantarkan anaknya ke sekolah, bear”
“Jung Jaejoong”
“Neee neee, sampai nanti bear”
Jaejoong
tersenyum manis dan menutup pintu mobil Yunho.
Ia menghembuskan
nafas pelan dan beranjak memasuki gedung kantornya.
Namja cantik itu
sedikit bingung ketika beberapa karyawan memperhatikannya dengan intens.
Aigoo, ia merasa
tidak nyaman.
“Kau Jung Jaejoong?”
Ah.
Jaejoong menolehkan pandangannya.
Mengangguk
kepada sosok namja berlesung pipi dengan tinggi yang ideal.
Namja cantik itu
mendekatkan langkahnya pada namja tersebut.
“Aku Choi Siwon, atasanmu, dan aku sudah
mendapatkan berkasmu dari Presdir utama kemarin” Jelas namja berlesung pipi
tersebut.
Jaejoong
mengangguk.
Ia tersenyum
kecil.
“Kka, kau akan kutempatkan di bagian editing, melihat nilai akhirmu saat
kuliah membuatku yakin dengan kemampuan mendesainmu Joongie ah”
“Nee, gomawo Sajangnim”
“Santai saja, kau bisa memanggilku Hyung, aku
tidak ingin suasana terlalu kaku di sini”
“Di sini ruanganmu, sekretarisku akan
memberikanmu beberapa berkas yang harus kau lihat dan mereka semua adalah rekan
kerjamu”
Jaejoong
mengerjapkan mata bulatnya.
Menatap
lima-enam orang namja dan yeoja yang terlihat sangat berpengalaman.
Mereka semua
beranjak bangun dari duduk saat menyadari kalau atasan mereka berdiri di dalam
ruangan.
“Semuanya, kenalkan, Jung Jaejoong, dia
adalah manajer bagian editing yang
baru, dan aku ingin kalian semua bisa bekerja sama dengan baik bersamanya” Ujar
Siwon tegas.
“Ne Sajangnim!” Sahut mereka kompak.
Jaejoong
merasakan jemarinya berkeringat sekarang.
Ia gugup.
Namja cantik itu
membungkukkan tubuhnya dan memperkenalkan dirinya.
Kemudian ia
tersenyum saat Siwon menepuk bahunya.
“Aku tinggal ne? Gambatte *semangat*, Joongie”
“Ne Hyung!”
Eoh?
Tiffany Hwang,
Go Ahra, Lee Taemin, Lee Yunji, Kwon Jiyong, dan Kim Kibum menyipitkan mata
mereka.
Menatap tidak
suka namja cantik itu.
Cih, apa itu
yang barusan huh? Joongie? Hyung?
Bagaimana bisa
ia mendapatkan perhatian khusus dari atasan mereka di hari pertamanya?
“Tubuhnya cukup bagus” Decih Tiffany
menaikkan alisnya.
Memandangi
Jaejoong dari bawah ke atas.
“Well, tidak menutup kemungkinan kalau ia
menggoda Choi Sajangnim ania?” Lanjut Jiyong ketus.
M-mwo?
Jaejoong
membulatkan matanya.
Memandang Kibum
yang mendekat ke arahnya.
“Siapa pun kau, Jung Jaejoong, awas saja
kalau aku melihatmu sok dekat dengan Choi Sajangnim lagi, arasseo?” Desisnya tajam.
GULP.
Jaejoong menelan
salivanya.
Ia mengangguk
patuh dan segera melangkah menuju meja kerjanya yang berada di dekat jendela.
Melirik rekan
kerjanya yang sudah kembali ke meja masing-masing.
Ya Tuhan.
Jantungnya
berdebar sangat kencang.
Apa yang barusan
itu?
Apakah ia
membuat kesalahan?
Apakah ini
pertanda buruk?
Jaejoong
menggigit bibir bawahnya erat.
Ia gelisah.
Namja cantik itu
ketakutan sekarang.
CKLEK.
Jaejoong
mengangkat wajahnya.
Menatap sosok
cantik yang berjalan memasuki ruangan luas itu.
“Ini berkas yang harus kau kerjakan hari ini,
Jaejoong-san, sebelum jam makan siang harus sudah selesai dan diletakkan di
atas meja Choi-sama”
Jaejoong melirik
name-tag yeoja berambut merah
tersebut.
Ah, Park Bom,
sekretaris Siwon.
Namja cantik itu
segera menganggukkan wajahnya dan tersenyum manis.
Yeoja berambut
merah itu segera berbalik mengacuhkan senyum Jaejoong.
Fuuh.
Namja cantik itu
menghela nafasnya sekarang.
Ia menghidupkan
laptopnya dan mulai membuka satu persatu berkas yang ada.
BRUKK.
Eh?
Namja cantik itu
mendongak.
Menatap bingung
Ahra yang berdiri di depan mejanya.
“Fotokopikan ini lima rangkap, sekarang”
“Ta-tapi---”
“Sekarang, anak baru!”
Jaejoong
mengeluh diam-diam.
Ia segera
beranjak dari duduknya dan mengambil berkas desain tersebut.
Sementara Ahra
tersenyum puas di tempatnya.
“Jaejoong, ke sini!” Panggil Taemin lantang.
Namja cantik itu
menghentikan langkahnya, ia menatap Taemin yang sedang memilah beberapa dokumen
di atas meja.
“Berikan ini kepada Bom-san dan katakan
padanya kalau aku butuh enam map berwarna merah”
“Kenapa kau tidak mengatakannya saat Bom-san
ada di sini tadi?”
“Kau menyahutku?”
“I-Iee
*tidak*”
Taemin mendengus
kesal.
Mengacuhkan
Jaejoong yang terpaksa mengambil dokumen itu dan menumpukkannya di atas berkas
milik Ahra.
Aigoo.
Ini sangat
berat.
“Jung Jaejoong!”
Aish.
Jaejoong
mengerutu dalam hati.
Ia baru saja
akan keluar dari ruangan itu.
Namun langkahnya
terpaksa kembali berhenti saat Yunji memanggilnya.
“Nee?”
“Buatkan aku Vanilla Latte rendah kalori setelah kau kembali”
“Kenapa tidak menyuruh Office Boy sa---”
“AKU MENYURUHMU, JUNG JAEJOONG!!”
“Wa-wakatta!
*arasseo*”
Jaejoong
menggigit bibir bawahnya dan segera keluar dari ruangan.
Ia merasakan
pelipisnya berkeringat dingin.
Gosh.
Apa yang
terjadi?
Apa yang salah?
Kenapa mereka
semua memerintahnya seenak diri seperti itu?
Bahkan mereka
berteriak kepadanya.
“Uh..”
Jaejoong
mengeluh pelan dan mencoba kembali bersemangat.
Mungkin karena
ini masih hari pertama untuknya hum?
“Fighting,
Joongie~!” Gumam Jaejoong tersenyum.
-------
Namja cantik itu
bisa merasakan tubuhnya berkeringat sekarang.
Ia benar-benar
lelah.
Sejak pagi ia
belum bisa duduk diam di mejanya kurang dari lima menit.
Mereka
membuatnya tidak bisa beristirahat.
Dan kalau
Jaejoong menolak, ia pasti dibentak.
Jaejoong melirik
berkas miliknya di atas meja, ia mendesah pendek.
Sebentar lagi
jam makan siang.
Dan belum satu
pun diselesaikan olehnya.
Aigoo.
Ottokhe?
“Mana berkas nomor enam?”
DEG.
Jaejoong
terkejut.
Menatap Kibum
yang berdesis kesal.
Dahinya tampak
mengerut tidak senang.
“Mu-mungkin terselip, Kibum-san” Ujar
Jaejoong takut.
Cih.
Namja snowy itu berdecak keras.
Ia meraup
tumpukan berkas itu dengan penuh emosi dan melemparnya ke wajah Jaejoong.
Menimbulkan
suara berisik yang khas.
Jaejoong
tersentak kaget.
Ia menundukkan
wajahnya.
“BERKASNYA TIDAK ADA, JAEJOONG! AISH! CARI
BERKAS ITU SAMPAI KETEMU! DAN SATUKAN SEMUANYA DENGAN BENAR! CEROBOH!!”Maki
Kibum kesal.
Tiffany dan Ahra
beranjak bangun dari kursi mereka.
Menghampiri
kericuhan di meja Kibum.
Kedua yeoja
cantik itu tertawa mengejek memandang Jaejoong.
“Kenapa kau bisa begitu ceroboh, Jung
Jaejoong?” Ujar Tiffany geli.
“Lihat, kau membuat Kibum emosi” Kekeh Ahra
berdesis.
Jaejoong menahan
nafasnya.
Berusaha untuk
tidak menangis sekarang.
Kedua jemarinya
terkepal erat.
Ia semakin
menundukkan wajahnya.
“Ah, sudah jam makan siang, kita makan
bersama seperti biasa?” Tanya Jiyong merapikan jasnya.
Mereka semua
mengangguk kompak, dan mulai berjalan meninggalkan ruangan.
Mengacuhkan
Jaejoong yang masih terpaku di tempatnya.
DDDRRTTT…DDRRRTTT…
DEG.
Namja cantik itu
tersentak kaget ketika ia merasakan ponselnya bergetar panjang.
Jaejoong segera
meraih benda elektronik tersebut dan mencengkramnya ketika mata bulatnya
menatap nama kekasihnya disana.
“Baby,
kau sudah selesai? Kita makan siang bersama nee?”
Ukh.
Jaejoong
meringis.
Ia mencengkram
tangannya yang bebas dan berusaha bersuara senormal mungkin.
“A-Aku makan siang bersama rekanku, Yunnie
ah..Gwenchana?”
“Yaa,
hari pertama saja kau sudah mengabaikanku eoh?”
“Mianhae bear,
kau makan saja bersama Minzy otte?”
“Ck,
padahal aku sangat ingin bertemu denganmu, huff”
“..bear?”
“Hm? Ne
Boo?”
“I miss
you..”
“I miss
you too baby”
“Jja, sampai nanti”
KLIK.
Jaejoong menghembuskan
nafas panjang.
Ia mengulurkan
tangannya menyeka air matanya yang telah mengalir bebas di pipinya.
Namja cantik itu
tersengguk pelan dan memungut berkas-berkas yang berserakan di lantai.
Ia berjalan
menuju ruang fotokopi dan mencari berkas nomor enam yang hilang.
Setelah
mendapatkannya, ia kembali ke meja kerjanya dan melanjutkan pekerjaan dari
Siwon.
Jaejoong
berusaha keras menahan rasa lapar dan lelahnya.
Ia terus
tersengguk di sela pekerjaannya.
Kejam.
Kenapa mereka
semua bisa begitu kejam terhadapnya?
“Hiks..Hiks..”
-------
Jam sudah
menunjukkan pukul lima sore.
Karyawan gedung
tempat Jaejoong bekerja sudah selesai membereskan barang mereka dan bersiap
untuk pulang.
Termasuk namja
cantik yang kini wajahnya terlihat sembab itu.
Jaejoong
menghembus pelan dan berjalan di belakang rekan-rekan kerjanya.
Mendengar gelak
tawa Taemin dan Tiffany membuatnya iri.
Ia juga ingin
bergabung dengan mereka.
Uh.
Mata bening
Jaejoong berkilat senang saat menangkap mobil kekasihnya yang sudah terparkir
di depan gedung.
Namja cantik itu
mempercepat langkahnya.
“Lihat, ia dijemput oleh Ahjussi
langganannya, hahaha”
DEG.
Jaejoong
terkejut.
Ia berbalik
menatap Yunji yang balas menatap tajam ke arahnya.
“Apa?” Tantang yeoja bermata azure tersebut.
Jaejoong menahan
emosinya.
Ia kembali
mempercepat langkahnya dan memasuki mobil kekasihnya.
BLAM!
“Boo---mmpphhh”
Jung Yunho
tertegun kaget.
Mata musangnya
melebar ketika kekasihnya segera menyerang dirinya setelah ia memasuki mobil.
Namja tampan itu
sedikit memundurkan posisinya, kemudian ia mengusap lembut wajah Jaejoong.
Berusaha membuat
nyaman namja cantik itu.
Yunho memejamkan
matanya dan mulai membalas lumatan kacau dari istrinya.
Ia bisa
merasakan deru nafas Jaejoong yang berat.
“Akh”
Yunho melenguh
keras, ketika Jaejoong membuka kasar dasinya dan melonggarkan kerah kemejanya.
Kemudian ia
menyurukkan wajahnya di lekuk leher Yunho.
Menghisap kulit
namja tampan itu dan menggigitnya kencang.
Yunho meringis.
Tidak biasanya
Jaejoong sebrutal ini.
Namja tampan itu
mendesah pelan saat Jaejoong mulai berhenti mencumbunya.
Jaejoong
menyandarkan dahinya di bahu Yunho.
Kemudian ia
terpejam seraya mengatur nafasnya.
“Apa yang terjadi, sayang?” Bisik Yunho
pelan.
Jaejoong
menggeleng.
Masih mendiamkan
wajahnya di sana.
“Aku hanya merindukanmu, tidak boleh?” Balas
Jaejoong berbisik.
Yunho hanya
tersenyum kecil mendengarnya.
Ia mengusap
punggung Jaejoong dengan lembut.
“Aku bisa kewalahan kalau mulai besok aku
menjemputmu kau akan mengajakku bercumbu di mobil, Boo” Kekeh Yunho geli.
Ish.
Jaejoong
mengangkat wajahnya.
Menggigit gemas
hidung namja tampan itu dan kembali duduk dengan benar di kursinya.
Sementara Yunho
hanya tertawa dan mulai menjalankan mobil mewah tersebut.
“Boo, bagaimana hari—mu, eoh?”
Namja tampan itu
menaikkan alisnya.
Menatap
kekasihnya yang sudah terlelap pulas di sampingnya.
Omo.
Cepat sekali
tidurnya.
Hm.
Yunho hanya
tersenyum kecil.
Ia mengulurkan
satu tangannya mengusapi rambut almond namja
cantik itu.
“Istirahatlah dengan tenang, sayang” Gumam
Yunho lembut.
-------
“JAEJOONG! BERAPA KALI HARUS KUKATAKAN PADAMU
EOH? VANILLA LATTE-KU RENDAH KALORI!”
“Jaejoong! Kenapa kau belum membawa dokumen
desainku dari ruang penyimpanan data?!”
“Yaa! Jung Jaejoong! Ambilkan contoh desain
di lantai tiga! Sekarang!”
Ruangan editing itu terlihat riuh saat ini.
Penuh dengan
teriakan-teriakan yang memekakkan telinga.
Sementara itu,
tampak sosok Jaejoong yang berjalan mondar-mandir sejak tadi.
Berusaha
melakukan perintah dari rekan kerjanya sebaik mungkin.
Aigoo.
Bukankah
seharusnya ia yang memberi perintah huh? Jabatannya lebih tinggi dari pada
mereka semua!
“Jaejoong, Choi-sama memanggilmu”
Suara teriakan
itu sontak berhenti menggema.
Mereka semua
menoleh memandang Park Bom yang muncul di balik pintu.
Jaejoong menyeka
keringatnya.
Ia mengangguk
lelah dan segera menyusul yeoja cantik itu.
CKLEK.
“Ne Hyung” Ujar Jaejoong setelah memasuki
ruangan Siwon.
Namja tinggi itu
mengangkat wajahnya.
Sontak ia
menaikkan alisnya memandang Jaejoong yang terlihat sangat pucat dan kelelahan.
Siwon segera
beranjak dari duduknya dan menghampiri namja cantik itu.
“Jaejoong? Kau baik-baik saja?”
“Ne Hyung, ada apa kau memanggilku?”
“Kau yakin? Aku hanya ingin menanyakan berkas
yang kuminta untuk kau kerjakan beberapa hari yang lalu”
Omo.
Jaejoong
tersentak.
Ia lupa.
Berkas yang ia
dapatkan di hari pertama ia bekerja di sini.
Aigoo.
“Go-Gomenne
*maaf* Hyung, aku janji akan menyelesaikannya hari ini juga” Ujar Jaejoong
membungkukkan tubuhnya.
Dalam sekejap ia
merasakan pening yang hebat.
Membuatnya
terhuyung, untung saja Siwon segera menahan bahu namja cantik itu.
“Aigoo, Jaejoong, tubuhmu panas, lebih baik
kau beristirahat ne? Aku tidak ingin memaksamu, kau bisa menyerahkan berkas itu
kepadaku lusa, tidak apa” Ungkap namja tinggi itu.
Jaejoong
mengeluh pelan.
Ia mengangguk
dan berusaha memaksakan senyumnya.
“Nee, gomawo Hyung”
“Jja, kembalilah ke ruanganmu, aku memberimu
izin untuk pulang lebih awal hari ini”
Jaejoong
mengangguk sekali lagi.
Ia segera
beranjak meninggalkan ruangan tersebut.
Kepalanya
benar-benar terasa pusing.
Belakangan ini ia
tidak bisa beristirahat dengan benar.
Selalu lembur
tanpa sepengetahuan Yunho, telat makan, dan kurang tidur.
Namja cantik itu
ingin menyerah saja rasanya.
CKLEK.
Jaejoong baru
saja akan memasuki ruangannya, namun sebuah map berwarna hijau mendarat tepat
di wajahnya.
Membuatnya
terhuyung kaget.
“BANYAK TYPO
DI SANA! PERBAIKI!” Ujar Jiyong lantang.
Jaejoong
mengangguk pasrah.
Ia tidak sanggup
lagi melawan.
Namja cantik itu
memungut map tersebut dan berjalan menuju mejanya.
Sudah masuk jam
makan siang.
Mereka semua
segera beranjak meninggalkan namja cantik itu seperti biasanya.
“Uh..”
Jaejoong
bersandar pada ujung meja.
Perutnya terasa
sakit.
Kepalanya
pusing.
Namja cantik itu
menghembuskan nafas pelan.
TES.
TES.
TES.
DEG.
Mata besar Jaejoong
membulat.
Ia segera
menahan hidungnya yang merembeskan darah kental.
Namja cantik itu
meringis.
Tangisnya mulai
pecah.
Lelah.
Ia muak dengan
perlakuan mereka yang tidak kunjung menerima dirinya.
Ia benci
diperintah seenaknya setiap hari.
Ia sedih pada
dirinya sendiri.
Demi Tuhan,
mereka terlalu memforsir dirinya tanpa peduli keadaannya.
-------
Yunho tampak
tidak menyadari kondisi Jaejoong yang tidak sehat hari ini.
Namja tampan itu
menyetir dengan santai dalam perjalanan pulang mereka.
Jaejoong
mengalihkan wajahnya menatap pemandangan dari jendela.
Ia berbisik
lirih.
“Yunnie ah”
“Hmm?”
“Mulai besok, tidak perlu mengantarku sampai
gedung ne? Cukup antar dan jemput aku sampai 1 meter dari kantor saja”
“Mwo? Kenapa seperti itu?”
“Aku tidak ingin dipandang sebelah mata oleh
rekan-rekan kerjaku Yunnie ah, lagi pula, aku juga tidak mau kalau ada yang
melihat kita berdua dan rahasia pernikahan kita terbongkar begitu saja”
“…”
“Yunnie..”
“Aish, sebenarnya aku tidak setuju Boo, aku
tidak ingin kau kelelahan nantinya”
“Hanya satu meter, Yunnie ah”
“Ck, baiklah”
Jaejoong
menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi.
Ia mendesah
pendek dan memejamkan kedua mata bulatnya.
Sudah cukup
mereka menganggap dirinya selalu bermain dengan Ahjussi-Ahjussi tua diluar
sana.
Ia tidak ingin
mendengar ejekan itu lagi. Tidak.
Biar saja kalau
ia harus berhenti jauh dari kantornya.
“Ngh”
Namja cantik itu
mendesah kaget ketika ia merasakan sesuatu mengalir dari hidungnya.
Jaejoong menyentuh
filtrumnya.
Ia tertegun
ketika melihat darahnya mengalir lagi.
Namja cantik itu
segera mengambil tissue di dashboard dan
mengusap wajahnya terlebih dahulu agar Yunho tidak curiga.
Kemudian ia
mengusap hidungnya.
“Yunnie, cepatlah, aku lelah sekali hari ini”
Gumam Jaejoong manja.
Yunho hanya
mengangguk santai.
Membuat Jaejoong
kembali mengeluh.
Ia sangat ingin
terlelap damai di ranjangnya sekarang.
-------
Namja tampan itu
melepas jas mahalnya.
Ia baru saja akan
memakai piyamanya, namun gerakannya terhenti saat memandang kekasihnya yang
sudah terlelap pulas di ranjang tanpa mengenakan piyama.
Hanya celana
pendeknya saja yang setia menemani.
Yunho menelan
salivanya susah payah.
Ia menunduk dan
mendesah berat saat memandang Litte
Yunnie-nya berdiri dengan bangga.
Namja tampan itu
merangkak ke atas ranjang dan mengusap lembut bahu kekasihnya.
“Joongie..Baby”
Panggilnya manja.
“Hmm” Gumam Jaejoong menolak membuka matanya.
Yunho mengecupi
leher Jaejoong.
Tangannya mulai
merayap membelai lembut dada bidang namja cantik itu.
“Aku membutuhkanmu Boo, I want you so bad” Desah Yunho menggoda.
Dahi Jaejoong
mengerut.
Jujur saja, ia
benar-benar tidak memiliki tenaga lagi saat ini.
Tapi kalau ia
menolak, Yunhonya akan curiga.
Lagi pula ia
tidak ingin membuat kekasihnya kecewa.
“Terserahmu Yunnie ah, tapi biarkan aku tetap
tidur ne?” Bisik Jaejoong akhirnya.
Yunho mengangguk
setuju.
Mungkin Jaejoong
sangat mengantuk, pikirnya.
Namja tampan itu
segera melucuti celana Jaejoong dan celana miliknya.
Ia mulai
membenamkan wajahnya di bagian bawah namja cantik itu.
Tanpa mengetahui
air mata yang mengalir dari sudut mata Jaejoong yang terpejam.
Ia lelah.
Sangat lelah.
Tapi ia tidak
bisa menolak.
Tubuhnya seakan
remuk.
Ia tidak tahan
lagi bekerja di sana.
Tapi alasan apa
yang harus digunakan olehnya? Yunho tidak boleh tahu tentang apa yang sudah
terjadi pada hari-harinya di kantor itu.
Namja tampan itu
akan marah besar.
Dan Jaejoong
tidak ingin itu terjadi.
Aigoo, ia harus
bagaimana?
TBC :D
Tidak ada komentar:
Posting Komentar