PART 3.
Namja cantik itu
menggeliat pelan dalam tidurnya.
Kedua mata
bulatnya bergerak tidak tenang, namun ia masih tetap mempertahankan agar
matanya tetap terpejam.
Jaejoong
mengeluh sakit.
Punggungnya
nyeri dan kepalanya pusing.
Membuat Yunho
yang baru saja keluar dari kamar mandi mengerutkan dahinya.
“Joongie?”
Namja tampan itu
merangkak ke atas ranjang dan mengusap lembut pelipis kekasihnya yang
berkeringat.
Sontak Jaejoong
segera membuka matanya cepat.
Deru nafasnya
terdengar berat.
Seakan ia baru
saja berlari ratusan mil jauhnya.
“Yu-Yunnie..hh” Bisiknya lirih.
Nyaris tidak
terdengar.
Namja tampan itu
berdesis pelan berusaha menenangkan kekasihnya.
Ia mengusap
lembut pipi Jaejoong dan mengecup dahinya berkali-kali.
“Ungh..Yunnie, aku mual” Gumam Jaejoong
nyaris tidak terdengar.
Namja cantik itu
menahan lengan Yunho yang membantunya untuk bangun.
Yunho menggiring
kekasihnya memasuki kamar mandi.
Membantunya
mengeluarkan isi lambungnya dan menyeka wajahnya dengan air hangat.
“Kau sakit Boo? Hari ini cuti saja otte?”
Bujuk Yunho lembut.
Jaejoong
menggeleng lemah.
Ia berusaha
memaksakan senyumnya pada namja tampan itu.
“Tinggal beberapa desain lagi, bear, aku sudah berjanji akan
menyerahkannya hari ini”
“Tapi wajahmu sangat pucat, Boo”
“Memangnya siapa yang menyerangku
habis-habisan semalam eoh?”
“Arasseo, mulai hari ini aku tidak akan
menyentuhmu kalau kau---”
“Yaa! Apa yang kau ucapkan Yunnie ah?”
“Aish, aku hanya tidak ingin kau sakit,
sayang, aku minta maaf kalau semalam aku terlalu---”
Kalimat Yunho
terputus begitu saja.
Ketika Jaejoong
menghambur ke pelukannya dan menenggelamkan wajahnya pada bahu namja tampan
itu.
Aigoo.
Yunho menghela
nafasnya panjang dan mengusap lembut punggung telanjang namja cantik itu.
“Berhenti berkata konyol, arasseo?”
Yunho tersenyum
kecil.
Ia mengangguk
patuh dan melonggarkan pelukan mereka.
Kemudian ia
menundukkan wajahnya mengecup lembut bibir ranum kekasihnya.
“Aku mandi sekarang, jja, lebih baik kau
kenakan pakaianmu Yun”
-------
Mobil mewah itu
melaju santai menuju gedung perusahaan cabang Jung’s Corp.
Tampak Yunho
yang sedang menyetir di depan kiri, sementara Jaejoong duduk bersandar di sampingnya.
“Yunnie, kita beli bonjjuk dulu ya?”
“Mwo? Ini masih pagi, Joongie, kita bisa
makan bonjjuk nanti siang otte?”
“Aku ingin sekarang, Yun~! Jebaaalll~!”
“Aigoo, nee nee”
Jaejoong
tersenyum manis mendengar kepasrahan Yunho.
Namja cantik itu
mengusap wajahnya dan kembali memandang pemandangan di luar sana dari jendela
mobil.
Ia duduk manis
menanti Yunho yang menghentikan mobil tersebut dan membelikannya sebungkus
bonjjuk.
“Gomawo bear”
Bisik Jaejoong memekik.
Yunho hanya
tertawa kecil melihatnya.
Ia menunjuk
bibirnya, membuat Jaejoong mencebilkan bibir ranumnya dan segera mengecup kilat
bibir tebal namja tampan itu.
Kemudian ia
kembali duduk dengan benar dan melahap bonjjuk panasnya dengan nikmat.
“Jja, masuklah, hubungi aku kalau ada
apa-apa, arasseo?”
“Um~!”
Jaejoong membuka
pintu mobil itu dan berjalan keluar.
Ia menelusuri
jalan setapak menuju kantornya.
Mengacuhkan Bugatti Veyron minimalis Yunho yang
sudah memutar balik menjauhinya.
Namja cantik itu
menaikkan alisnya.
Ketika menyadari
kalau dirinya sudah terlambat.
Aigoo!
Jaejoong menepuk
dahinya dan segera mempercepat langkahnya memasuki gedung.
CKLEK!
“Oh, jadi karena kau sudah bekerja di sini
hampir dua bulan kau jadi seenaknya seperti itu huh, Jung Jaejoong?”
DEG.
Jaejoong
terdiam.
Menatap Ahra
yang menyilangkan lengannya di depan dada.
Menatap tajam
namja cantik itu.
“Datang sesuka hatinya, dan bahkan membawa
makanan ke dalam ruangan” Ujar Taemin memutar bola matanya.
Lee Yunji
mendengus.
Ia menoyor dahi
namja cantik itu dengan kasar.
“Yaa! Hanya karena kau anak emas Choi
Sajangnim kau jadi seenaknya seperti ini! Aku saja yang sudah bekerja selama 2
tahun tidak pernah datang terlambat sepertimu!” Bentaknya.
Jaejoong
menundukkan wajahnya.
Jantungnya
berdebar kencang.
Takut.
Ia takut.
“Sudahlah Nuna, ia terlambat pasti karena
lelah semalaman penuh harus menjual tubuhnya pada ahjussi-ahjussi tua di luar
sana, hahaha”
Kwon Jiyong
tertawa geli.
Membuat Jaejoong
sontak mengangkat wajahnya dan menatap tajam namja itu dengan kedua matanya
yang memerah dan berkaca-kaca.
“A-Ani” Ujar Jaejoong bergumam.
“Nani? *apa*
Kau mengatakan sesuatu, jalang?” Tanya Ahra menaikkan alisnya.
“Aku tidak tidur dengan ahjussi-ahjussi tua!
Jangan sembarangan bicara!” Teriak Jaejoong marah.
Mwo?
Yunji berdesis
kesal.
Ia mendekati
namja cantik itu seraya mengangkat tangannya hendak memukul namja cantik itu.
Namun gerakannya
sontak terhenti ketika pintu ruangan terbuka mendadak dan memunculkan sosok
Siwon disana.
“Omo, ada apa ini?” Tanya namja tinggi itu.
“Ah, ani Sajangnim, Jaejoong datang
terlambat, dan aku memarahinya” Ucap Yunji tersenyum.
Eoh?
Choi Siwon
menaikkan alisnya.
Ia menoleh
menatap Jaejoong yang terlihat tertekan.
Kemudian namja
tinggi itu tertawa kecil.
“Kau tidak perlu setegang itu, Joongie ah,
bukankah ini kali pertama kau terlambat? Mulai besok jangan diulangi lagi ne?”
“Ne Hyung”
Jaejoong
menundukkan wajahnya dalam.
Berusaha
mengacuhkan Kibum yang sudah menatapnya penuh emosi di ujung sana.
“Hari ini ada rapat direksi, dan aku ingin
seluruh desain yang sudah kalian rancang dipresentasikan di sana” Ujar Siwon
tegas.
Seluruh karyawan
yang berada di ruangan itu mengangguk patuh.
Siwon tersenyum
dan segera beranjak keluar ruangan.
Meninggalkan
Jaejoong yang merasakan tangannya bergetar pelan.
SSRAK.
Kim Kibum
beranjak dari duduknya.
Matanya menatap
tajam Jaejoong seakan ingin membunuhnya.
Cemburu.
Namja snowy itu terbakar cemburu karena Siwon
lebih perhatian terhadap Jaejoong.
“Ki-Kibum-ssi” Lirih Jaejoong takut.
PLAKK!
Mata besar
Jaejoong membulat sempurna.
Tubuhnya terasa
tegang dan kaku saat Kibum menampar pipinya dengan keras.
Namja cantik itu
memberanikan diri mengangkat wajah.
Menatap mata
Kibum yang memandang nyalang dirinya.
“Rendahan” Desis namja snowy itu tajam.
DEG.
Jaejoong
terkejut.
Air matanya
mengalir begitu saja.
Ani, ani, bukan
seperti itu!
Ia salah paham!
“Selesaikan seluruh desain kami sebelum jam
sepuluh, Jung Jaejoong, aku benar-benar muak melihat wajahmu hari ini, kau
jalang rendahan!” Ujar Kibum marah.
Namja snowy itu segera berjalan meninggalkan
ruangan.
Diikuti lima
rekannya yang lain.
Meninggalkan
Jaejoong yang kini terisak sedih di tempatnya.
“Hiks..Hiks..Yunnie ah..Yunnie..Huks..”
Namja cantik itu
mengusap matanya dengan kasar.
Ia sama sekali
tidak terima diperlakukan seperti itu.
Tapi ia tidak
berani untuk melawan.
Mereka berenam,
dan ia sendiri.
“Urrgghh..Hoekk..”
Jaejoong
mengerutkan dahinya seraya menahan mulutnya dengan telapak tangan.
Perutnya kembali
terasa mual.
Ia segera
berlari memasuki kamar mandi yang ada di sudut ruangan dan memuntahkan cairan
asam dari lambungnya.
Kepalanya
pusing.
Matanya terasa
berkunang-kunang.
Oh gosh.
Wajahnya
benar-benar terlihat pucat sekarang.
-------
Jaejoong
mendesah berat seraya melirik jarum jam yang sudah menunjukkan pukul setengah
sepuluh.
Dahinya
berkeringat.
Ia terus
menggigit bibir ranumnya gugup sejak tadi.
Tinggal desain
milik Ahra dan miliknya.
Semoga saja ia
tepat waktu.
“Urrgghh..”
Oh no, tidak lagi.
Jaejoong
mengerutkan dahinya merasakan mual yang kembali menderanya.
Tidak, ia harus
bisa menahannya.
Kalau tidak
desain ini tidak akan terkejar sampai jam sepuluh!
“Huungg”
Jaejoong
melenguh kesakitan.
Jemarinya
berhenti bermain di atas keyboard
laptop tersebut.
Ia meringis,
merasakan perutnya seperti terlilit di dalam sana.
Ah, ia menyesal
terlalu cepat memakan bonjjuk panas di pagi hari.
BRAKK!
Jaejoong segera
beranjak dari duduknya dan berlari memasuki kamar mandi.
Memuntahkan
cairan lambungnya dan mencuci wajahnya di sana.
Nafasnya menderu
hebat.
Ia benar-benar
tidak kuat, Jaejoong ingin pelukan hangat milik Yunho sekarang.
“Hiks..”
Namja cantik itu
menyeka air matanya yang mengalir bebas.
Ia bersandar
pada dinding dan mengusap kasar kedua sudut matanya.
“Yunnie ah..Hiks..I miss you..Hiks..I want you,
bear..Hiks..Hiks..” Racau Jaejoong lirih.
CKLEK.
“Hahaha, aku masih ingat dengan jelas
bagaimana kau hampir menjatuhkan kue itu, Ahra ah!”
“Yaa! Berhenti membuatku malu Yunji ah~! Aku
benar-benar tidak sengaja”
DEG.
Kedua mata
Jaejoong membulat sempurna.
Jantungnya
berdebar sangat kencang.
Pelipisnya
berkeringat.
Gosh.
Mereka sudah
kembali?
Secepat itukah?
Tapi
pekerjaannya belum selesai! Ottokhe?
-------
Yunho menghela
nafasnya setelah ia menandatangani berkas persetujuan penerimaan karyawan baru
yang terakhir.
Namja tampan itu
menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi.
Kemudian ia
menoleh memandang sekretarisnya yang sedang menyusun berkas tersebut.
“Minzy, ada jadwal lain untukku?”
“Anda harus menemui Direktur Shim nanti siang
untuk menandatangani kontrak penyatuan saham, Presdir”
“Itu masih lama, Minzy ah, sekarang apa?”
“Hmm, nope,
semua berkas penting sudah diselesaikan”
Yunho mengangguk
kecil.
Lama ia terdiam.
Sampai kemudian
mata musangnya mengerjap cepat.
Mengingat
istrinya yang manja itu.
Yeah, kenapa
tidak mengunjungi Jaejoong saja?
Itu ide yang
sangat bagus!
Kalaupun ia
tidak bisa datang sebagai suami dari namja cantik itu, ia masih bisa muncul
dengan status Direkturnya ania?
Yunho tertawa
kecil sekarang.
Namja tampan itu
berdiri dan membenarkan posisi dasinya.
“Gong Minzy, suruh Minho menunggu di bawah,
aku ingin memeriksa kantor di dekat Departement
Store” Ujarnya mantap.
-------
Para pegawai
yang berjaga di lobi bawah saling menunduk hormat saat Yunho berjalan melewati
mereka.
Namja tampan itu
hanya mengangguk pelan dan kembali melanjutkan langkahnya.
Ia mengecek jam
tangannya, kemudian memasuki lift dan
menuju ruangan kekasihnya.
Ah, Yunho tidak
sabar untuk melihat namja cantik itu bekerja dengan serius sekarang.
Ia pasti
terlihat sangat mempesona.
Sementara itu,
ruangan dengan pintu kaca berwarna hitam tersebut tampak didominasi oleh makian
kasar dan suara isak tangis milik Jaejoong.
Ahra tampak
mendesis kesal.
Ia melotot marah
pada namja cantik itu.
“Apa maksudmu menghiraukan desainku begitu
saja huh? Kau punya dendam padaku? Begitu? Kau tidak senang padaku, Jung
Jaejoong?”
“Mianhae..”
“JAWAB AKU, JALANG!!”
Jaejoong
meringis.
Rambut almond-nya tertarik kasar.
Membuat
pelipisnya semakin terasa sakit.
Ia benar-benar
merasa terintimidasi oleh keenam rekan kerjanya tersebut.
Oh well.
Masih pantaskah
kusebut mereka rekan kerja namja cantik itu hm?
“Aku..Aku tidak begitu sehat hari ini
Ahra-ssi..Maafkan aku..”
PLAKK!
Punggung
Jaejoong terhempas menabrak dinding.
Pipinya terasa
berdenyut pelan.
Ujung kuku tajam
yeoja berambut hitam itu menggores kulitnya.
“KAU MEMBUATKU KESAL, JAEJOONG!” Maki Ahra
lantang.
Tiffany
menginjak keras kaki Jaejoong dengan high
heels-nya.
Membuat Jaejoong
berteriak kesakitan disela tangisnya yang mengalir.
“KAU SAMA SEKALI TIDAK PANTAS BERADA DISINI,
JALANG RENDAHAN!!” Teriak Kibum.
DEG.
Kwon Jiyong
membulatkan mata sipitnya.
Tubuhnya terasa
tegang dalam sekejap.
Ia menyenggol
lengan Taemin yang berdiri di sampingnya, membuat namja susu itu ikut
mengarahkan pandangannya ke arah pintu.
Taemin terkejut.
Nafasnya
tercekat.
Kibum, Yunji,
Tiffany dan Ahra kompak mengalihkan pandangan mereka.
Tersentak kaget
saat menatap sosok tampan yang berdiri diam di depan pintu.
Mata musangnya
menatap nyalang mereka berenam.
Kedua tangannya
terkepal erat.
Nafasnya memburu
dengan urat lehernya yang terlihat menonjol.
Jelas, ia marah
besar.
“Di-Direktur” Gumam mereka lirih.
PLAKK!
DEG!
Go Ahra
tersentak kaget.
Kedua mata
sipitnya membulat sempurna.
Menyadari kalau
sang Direktur utama baru saja menampar pipinya.
Tiffany, Yunji,
Kibum, Taemin dan Jiyong sontak memundurkan langkah mereka.
Yunho segera
menarik tangan Jaejoong dan memeluknya dengan erat.
Menyembunyikan
wajah namja cantik itu dalam pelukannya.
Sementara ia
menatap marah mereka semua.
“Jadi ini yang kalian lakukan setiap hari
eoh? Menyiksa istriku? Membuatnya tertekan dan kesakitan sepanjang waktu?”
Desis Yunho pelan.
DEG.
Mereka semua
terkejut.
M-Mwo?
Istri? Jaejoong?
Namja cantik itu?
“KUTEKANKAN PADA KALIAN SEMUA, JAEJOONGKU
BUKAN JALANG RENDAHAN SEPERTI KALIAN SEMUA!!”
“Di-direktur---”
“KALIAN SEMUA KUPECAT TANPA HORMAT!! SEGERA
TINGGALKAN TEMPAT INI SEBELUM AKU MEMENJARAKAN KALIAN BERENAM!!”
Tiffany, Yunji,
Kibum, Taemin, Jiyong dan Ahra tersentak kaget.
Mereka saling
melirik satu sama lain, Tiffany mengusap air matanya yang mengalir.
Sementara Ahra
menggigit bibirnya malu.
Mereka segera
beranjak meninggalkan ruangan.
Yunho mendesah
panjang.
Ia merasakan
emosi yang membuncah di dadanya.
Kepalanya
berdenyut sakit.
Aish!
Bagaimana tidak
ia merasa sangat marah?
Istri
tercintanya dikasari dan dimaki seperti itu! Ia saja tidak pernah berbicara
dengan intonasi tinggi pada Jaejoong.
“Sudahlah, berhenti menangis, aku disini”
Ujar Yunho lirih.
Ia mengusap
lembut punggung Jaejoong yang bergetar hebat.
Namja cantik itu
tidak menyahut.
Ia menumpahkan
tangisnya yang semakin pecah.
Mengisi
keheningan ruangan luas tersebut dengan suara senggukannya yang begitu
menyedihkan.
-------
Kedua namja itu
tampak sedang duduk di atas ranjang.
Jaejoong masih
merasakan matanya panas dan bengkak.
Namun ia
berusaha sekuat mungkin menahan tangisnya saat Yunho mengoleskan obat pada
bekas kuku Ahra di pipi kanannya.
Namja cantik itu
masih diam.
Ia tidak berani
menatap Yunho.
Mata musang itu
terlihat sangat menakutkan sekarang.
Yunho
membereskan kapas dan alkohol itu setelah pekerjaannya selesai.
Ia menutup kotak
obat tersebut dan berdiri di hadapan kekasihnya.
“Aku kecewa padamu, Jaejoong”
DEG.
Jaejoong
terkejut.
Mata bulatnya
membesar kaget.
Memandang Yunho
yang balas menatapnya dingin.
Demi Tuhan, ia
tidak pernah mendapati raut menakutkan Yunho seperti ini selama mereka saling
mengenal.
“Bagaimana bisa kau diam saja saat mereka
berbuat seenaknya huh? Jadi ini alasan kenapa kau selalu lembur diam-diam dan
kurang sehat? Aku bahkan sempat melihatmu mimisan saat di mobil waktu itu!”
Jaejoong semakin
merasakan tubuhnya tegang.
Kedua jemarinya
bergetar pelan.
Jadi, selama ini
Yunho tahu tentang hal itu?
Namja tampan itu
mengetahuinya?
“Kupikir kau akan membuka mulut padaku, tapi
apa? Kau bahkan tidak menganggapku ada huh? Kau tidak menganggapku sebagai
suamimu, tempat dimana kau mencurahkan segala yang mengganggumu” Ketus Yunho
tajam.
“A-Ani Yunnie ah, bu---”
“Tutup mulutmu, Jae”
Jaejoong
tersentak.
Kedua matanya
kembali basah.
Ia hanya diam
mengacuhkan tangisnya yang kembali mengalir bebas.
“Jangan berbicara denganku untuk sementara
waktu..Aku..Aku benar-benar kecewa padamu”
Yunho menghela
nafas panjang.
Ia berbalik dan
berjalan keluar seraya menutup pintu kamar.
Meninggalkan
Jaejoong yang terpaku di atas ranjang.
Bibirnya
bergetar.
Wajahnya basah.
Hatinya terasa
sakit.
Perlahan isakan
kecil lolos dari bibir ranum itu.
Jaejoong
mencengkram seprai seraya tersengguk keras.
Sakit.
Rasanya sangat
sakit.
Bukankah
seharusnya Yunho berada di sampingnya?
Merengkuhnya dan
memeluknya setelah semua yang terjadi pada dirinya?
Kenapa Yunho
begitu kejam?
Tidakkah ia
mengerti dengan beban yang sudah cukup membuat Jaejoong merasa sakit?
Jaejoong
membutuhkan Yunho.
Tapi namja
tampan itu menolak untuk dibutuhkan olehnya.
“Hiks..Hiks..Mianhae..Mianhae Yunnie
ah..Hiks..” Racau Jaejoong lirih.
Ia merasakan
dadanya sesak.
“Aku yang salah..Hiks..Kumohon..Jangan
seperti ini..Hiks..Aku yang salah..Aku minta maaf..”
-------
Jaejoong
mengerjapkan mata bulatnya yang masih membengkak.
Memandang
televisi yang menyiarkan berita mengenai terungkapnya kekerasan yang dilakukan oleh
karyawan Jung’s Corp.
Tampak wajah
Yunho disana.
Sedang
menjelaskan beberapa keterangan kepada wartawan yang mengerubunginya.
Namja cantik itu
mendesah pendek.
Ia mengerutkan
dahinya.
Ia merindukan
Yunho.
Jaejoong
benar-benar tidak tahan dengan situasi seperti ini.
Namja tampan itu
sudah mendiamkan dirinya selama hampir seminggu.
Gosh.
Lebih baik Yunho
memukulnya dari pada mendiamkannya seperti ini.
See?
Jangankan tidur
di sampingnya.
Memakan
masakannya saja ia tidak pernah lagi.
SRET.
Jaejoong menundukkan
wajahnya.
Tersenyum kecut
seraya mengusap perutnya.
Ah, lagi-lagi
air matanya lolos begitu saja.
“Maafkan uri Appa um? Ia masih belum
menyapamu sampai hari ini” Bisik Jaejoong selirih mungkin.
Namja cantik itu
memandang secarik amplop putih yang tergeletak di atas meja nakas.
Surat
pemberitahuan mengenai kehamilannya beberapa hari yang lalu.
Ia sangat ingin
melompat dan memberitahu Yunho mengenai hal tersebut.
Tapi sikap Yunho
membuatnya ciut.
Ia tidak berani
bersuara.
Ia takut
mendapati reaksi Yunho yang akan sangat jauh berbeda apa dengan yang
diharapkannya.
Dua jam kemudian
Jaejoong menolehkan wajahnya.
Mendapati
kekasihnya berjalan memasuki rumah.
Namja cantik itu
segera bangun dari sofa dan menghampiri Yunho yang masih memasang wajah dingin.
“Yunnie ah, aku membuatkan sup ubur-ubur favorite-mu siang ini” Ujar Jaejoong
berusaha tersenyum.
Yunho melepas
jasnya.
Ia berjalan
menaiki tangga.
“Aku sudah makan”
Jaejoong
tersenyum kecut.
Selalu jawaban
itu.
Tidak bisakah
Yunho memaafkannya sekarang?
Ini sudah
terlalu lama.
“A-Arasseo” Gumam Jaejoong lemah.
Namja cantik itu
berjalan menuju dapur.
Ia menaruh nasi
di piringnya dan melahap makan siangnya sendirian.
Sesekali ia
mengusap matanya yang basah.
Cih, sejak
mengandung ia menjadi namja yang sangat cengeng.
Bawaan bayi eoh?
-------
Pagi ini terasa
lengang di kediaman keluarga Jung tersebut.
Jaejoong sedang
mencuci bekas sarapannya di westafel.
Sementara Yunho
duduk di sofa ruang tengah.
Masih mendiamkan
dirinya.
Ah, padahal
Jaejoong berharap di hari libur ini Yunho akan kembali berbicara padanya.
Apa kesalahannya
sefatal itu?
Namja cantik itu
merasakan perutnya mual.
Ia melepaskan
sarung tangan karetnya dan memutar keran air.
“Hoekkk..Urrrgghhh..Hoekk”
Yunho mengalihkan
pandangannya refleks.
Memperhatikan
Jaejoong yang kembali muntah-muntah di sana.
Namja tampan itu
menghela nafasnya.
Jujur saja, ia
merasa sangat khawatir dengan kondisi kekasihnya.
Belakangan ini
ia sering memergoki namja cantik itu muntah-muntah.
“Hhh..hhh..hh”
Jaejoong menatap
hampa keran air itu.
Deru nafasnya
terasa berat.
Namja cantik itu
mengusap perutnya pelan.
Tidak, ia tidak
bisa terus bertahan dalam keadaan seperti ini.
Lebih baik ia
nekat dari pada tersiksa secara perlahan seperti ini.
Jaejoong melepas
apronnya.
Ia berlari ke
kamar atas dengan tergesa-gesa.
Membuat Yunho
kembali memandang dirinya.
Namja tampan itu
menaikkan alisnya.
Ia segera bangun
dan berlari menyusul kekasihnya.
“Apa yang kau lakukan?”
Jaejoong
tersentak kaget.
Menoleh menatap
Yunho yang sudah berdiri di depan pintu kamar.
Namja cantik itu
menahan nafasnya.
Kembali
meneruskan mengepak barang-barangnya ke dalam koper.
“Aku akan tinggal di rumah Umma” Ujarnya
pelan.
“Mwo? Kau ingin Umma tahu tentang masalah itu
hah?” Balas Yunho kaget.
“Aku tidak peduli! Sama saja kan? Kau dan aku
tidak akan berkomunikasi seperti biasanya! Lebih baik aku bersama Umma dari
pada tersiksa seperti ini terus!”
“Jung Jaejoong, kau tidak bisa----”
“AKU TIDAK PEDULI!! BAYIKU BUTUH PERHATIAN,
YUNHO AH!”
DEG.
Mata musang
Yunho melebar dalam sekejap.
Tubuhnya terasa
tegang.
Nafasnya
tercekat.
Menatap Jaejoong
yang sudah menumpahkan tangisnya.
“Ka-kau hamil, Boo?” Bisik Yunho nyaris tidak
terdengar.
Jaejoong terisak
keras.
Ia terduduk di
pinggir ranjang.
“Apakah kesalahanku sefatal itu, Yun? Sampai
kau mengacuhkanku selama seminggu? Kau bahkan tidak mau memakan masakanku
lagi..Hiks..Sekarang siapa yang merasa tidak dianggap eoh?” Ujar Jaejoong
terbata.
Yunho terdiam.
Ia merasa sangat
bersalah sekarang.
Namja tampan itu
melunakkan pandangannya.
Menatap sayang
kekasihnya.
Perlahan Yunho
melangkahkan kakinya, menghampiri Jaejoong.
Ia memeluk namja
cantik itu dan mengecup lembut puncak kepalanya.
“Maafkan aku..Aku hanya ingin kau mengerti
betapa kecewanya aku padamu..Aku tidak ingin kejadian yang sama terulang lagi,
Boo” Ungkap Yunho menyesal.
Jaejoong
mencengkram erat kaus Yunho.
Ia memejamkan
matanya.
“Seharusnya kau berada di sampingku waktu
itu..Hiks..Bukannya mengacuhkanku..Hiks..Aku merindukanmu bear..Hiks..Hiks..”
“Aku juga sayang, aku juga sangat
merindukanmu”
“Kau kejam..Hiks..”
“Maafkan aku”
Yunho
melonggarkan pelukan mereka.
Ia mengusap
lembut wajah kekasihnya dan memagut lembut bibir cherry-nya yang basah.
Menghisapnya
lembut dan melumatnya penuh kerinduan.
Membuat Jaejoong
menahan nafasnya dan balas mengecup bibir Yunho yang terus bergerak manis di
atas bibirnya.
Suara decakan
keras mengakhiri tautan bibir mereka.
Yunho mengecup
lembut dahi Jaejoong.
Kemudian ia
menunduk, dan berlutut di hadapan namja cantik itu.
Mengangkat kaus
Jaejoong sedikit ke atas hingga memperlihatkan perutnya.
Lalu ia mengecup
bagian itu.
Jaejoong
merasakan nafasnya tercekat.
Merasa geli saat
Yunho melakukannya.
“Aku mencintaimu, Jung Jaejoong” Bisik Yunho
lirih.
Senyum Jaejoong
tertarik tanpa sadar.
Namja cantik itu
mengusap lembut rambut cokelat Yunho yang dapat dijangkaunya dengan mudah.
Ia menyentuh
dagu Yunho dan menggerakkan ibu jarinya mengusap-usap bibir bawah Yunho yang
basah.
“Aku juga mencintaimu, Yunnie ah”
Yunho tersenyum.
Ia mengecup jari
Jaejoong yang berada di wajahnya.
“Promise
me you’ll never ignored me anymore” Ujar Jaejoong pelan.
“And
promise me you’ll never keep anything from me anymore” Balas Yunho
berbisik.
Namja cantik itu
tersenyum kecil.
Ia mengangguk.
Memejamkan kedua
matanya saat Yunho beranjak bangun dan melumat bibirnya lagi.
Membiarkan punggungnya
terdorong ke belakang, hingga Yunho menindihnya di atas ranjang.
Promise me?
I promise.
END.
Ih.. yunho jahat.. pingin getok pala yun jadinya huh
BalasHapusSelalu suka sama jalan cerita yg kakak buat
BalasHapusThe best lah