This zone is only YunJae Fanfictions and this is our world

Sabtu, 15 Juni 2013

FF/YAOI/YUNJAE/THREESHOOT/KEEP IT/PART 3 *END*



PART 3.

Namja cantik itu menggeliat pelan dalam tidurnya.
Kedua mata bulatnya bergerak tidak tenang, namun ia masih tetap mempertahankan agar matanya tetap terpejam.
Jaejoong mengeluh sakit.
Punggungnya nyeri dan kepalanya pusing.

Membuat Yunho yang baru saja keluar dari kamar mandi mengerutkan dahinya.

  “Joongie?”


Namja tampan itu merangkak ke atas ranjang dan mengusap lembut pelipis kekasihnya yang berkeringat.
Sontak Jaejoong segera membuka matanya cepat.
Deru nafasnya terdengar berat.
Seakan ia baru saja berlari ratusan mil jauhnya.

  “Yu-Yunnie..hh” Bisiknya lirih.

Nyaris tidak terdengar.
Namja tampan itu berdesis pelan berusaha menenangkan kekasihnya.
Ia mengusap lembut pipi Jaejoong dan mengecup dahinya berkali-kali.

  “Ungh..Yunnie, aku mual” Gumam Jaejoong nyaris tidak terdengar.

Namja cantik itu menahan lengan Yunho yang membantunya untuk bangun.
Yunho menggiring kekasihnya memasuki kamar mandi.
Membantunya mengeluarkan isi lambungnya dan menyeka wajahnya dengan air hangat.

  “Kau sakit Boo? Hari ini cuti saja otte?” Bujuk Yunho lembut.

Jaejoong menggeleng lemah.
Ia berusaha memaksakan senyumnya pada namja tampan itu.

  “Tinggal beberapa desain lagi, bear, aku sudah berjanji akan menyerahkannya hari ini”

  “Tapi wajahmu sangat pucat, Boo”

  “Memangnya siapa yang menyerangku habis-habisan semalam eoh?”

  “Arasseo, mulai hari ini aku tidak akan menyentuhmu kalau kau---”

  “Yaa! Apa yang kau ucapkan Yunnie ah?”

  “Aish, aku hanya tidak ingin kau sakit, sayang, aku minta maaf kalau semalam aku terlalu---”

Kalimat Yunho terputus begitu saja.
Ketika Jaejoong menghambur ke pelukannya dan menenggelamkan wajahnya pada bahu namja tampan itu.
Aigoo.
Yunho menghela nafasnya panjang dan mengusap lembut punggung telanjang namja cantik itu.

  “Berhenti berkata konyol, arasseo?”

Yunho tersenyum kecil.
Ia mengangguk patuh dan melonggarkan pelukan mereka.
Kemudian ia menundukkan wajahnya mengecup lembut bibir ranum kekasihnya.

  “Aku mandi sekarang, jja, lebih baik kau kenakan pakaianmu Yun”


-------


Mobil mewah itu melaju santai menuju gedung perusahaan cabang Jung’s Corp.
Tampak Yunho yang sedang menyetir di depan kiri, sementara Jaejoong duduk bersandar di sampingnya.

  “Yunnie, kita beli bonjjuk dulu ya?”

  “Mwo? Ini masih pagi, Joongie, kita bisa makan bonjjuk nanti siang otte?”

  “Aku ingin sekarang, Yun~! Jebaaalll~!”

  “Aigoo, nee nee”

Jaejoong tersenyum manis mendengar kepasrahan Yunho.
Namja cantik itu mengusap wajahnya dan kembali memandang pemandangan di luar sana dari jendela mobil.
Ia duduk manis menanti Yunho yang menghentikan mobil tersebut dan membelikannya sebungkus bonjjuk.

  “Gomawo bear” Bisik Jaejoong memekik.

Yunho hanya tertawa kecil melihatnya.
Ia menunjuk bibirnya, membuat Jaejoong mencebilkan bibir ranumnya dan segera mengecup kilat bibir tebal namja tampan itu.

Kemudian ia kembali duduk dengan benar dan melahap bonjjuk panasnya dengan nikmat.

  “Jja, masuklah, hubungi aku kalau ada apa-apa, arasseo?”

  “Um~!”

Jaejoong membuka pintu mobil itu dan berjalan keluar.
Ia menelusuri jalan setapak menuju kantornya.
Mengacuhkan Bugatti Veyron minimalis Yunho yang sudah memutar balik menjauhinya.

Namja cantik itu menaikkan alisnya.
Ketika menyadari kalau dirinya sudah terlambat.
Aigoo!
Jaejoong menepuk dahinya dan segera mempercepat langkahnya memasuki gedung.

CKLEK!

  “Oh, jadi karena kau sudah bekerja di sini hampir dua bulan kau jadi seenaknya seperti itu huh, Jung Jaejoong?”

DEG.

Jaejoong terdiam.
Menatap Ahra yang menyilangkan lengannya di depan dada.
Menatap tajam namja cantik itu.

  “Datang sesuka hatinya, dan bahkan membawa makanan ke dalam ruangan” Ujar Taemin memutar bola matanya.

Lee Yunji mendengus.
Ia menoyor dahi namja cantik itu dengan kasar.

  “Yaa! Hanya karena kau anak emas Choi Sajangnim kau jadi seenaknya seperti ini! Aku saja yang sudah bekerja selama 2 tahun tidak pernah datang terlambat sepertimu!” Bentaknya.

Jaejoong menundukkan wajahnya.
Jantungnya berdebar kencang.
Takut.
Ia takut.

  “Sudahlah Nuna, ia terlambat pasti karena lelah semalaman penuh harus menjual tubuhnya pada ahjussi-ahjussi tua di luar sana, hahaha”

Kwon Jiyong tertawa geli.
Membuat Jaejoong sontak mengangkat wajahnya dan menatap tajam namja itu dengan kedua matanya yang memerah dan berkaca-kaca.

  “A-Ani” Ujar Jaejoong bergumam.

  Nani? *apa* Kau mengatakan sesuatu, jalang?” Tanya Ahra menaikkan alisnya.

  “Aku tidak tidur dengan ahjussi-ahjussi tua! Jangan sembarangan bicara!” Teriak Jaejoong marah.

Mwo?

Yunji berdesis kesal.
Ia mendekati namja cantik itu seraya mengangkat tangannya hendak memukul namja cantik itu.
Namun gerakannya sontak terhenti ketika pintu ruangan terbuka mendadak dan memunculkan sosok Siwon disana.

  “Omo, ada apa ini?” Tanya namja tinggi itu.

  “Ah, ani Sajangnim, Jaejoong datang terlambat, dan aku memarahinya” Ucap Yunji tersenyum.

Eoh?
Choi Siwon menaikkan alisnya.
Ia menoleh menatap Jaejoong yang terlihat tertekan.
Kemudian namja tinggi itu tertawa kecil.

  “Kau tidak perlu setegang itu, Joongie ah, bukankah ini kali pertama kau terlambat? Mulai besok jangan diulangi lagi ne?”

  “Ne Hyung”

Jaejoong menundukkan wajahnya dalam.
Berusaha mengacuhkan Kibum yang sudah menatapnya penuh emosi di ujung sana.

  “Hari ini ada rapat direksi, dan aku ingin seluruh desain yang sudah kalian rancang dipresentasikan di sana” Ujar Siwon tegas.

Seluruh karyawan yang berada di ruangan itu mengangguk patuh.
Siwon tersenyum dan segera beranjak keluar ruangan.
Meninggalkan Jaejoong yang merasakan tangannya bergetar pelan.

SSRAK.

Kim Kibum beranjak dari duduknya.
Matanya menatap tajam Jaejoong seakan ingin membunuhnya.
Cemburu.
Namja snowy itu terbakar cemburu karena Siwon lebih perhatian terhadap Jaejoong.

  “Ki-Kibum-ssi” Lirih Jaejoong takut.

PLAKK!

Mata besar Jaejoong membulat sempurna.
Tubuhnya terasa tegang dan kaku saat Kibum menampar pipinya dengan keras.
Namja cantik itu memberanikan diri mengangkat wajah.
Menatap mata Kibum yang memandang nyalang dirinya.

  “Rendahan” Desis namja snowy itu tajam.

DEG.

Jaejoong terkejut.
Air matanya mengalir begitu saja.
Ani, ani, bukan seperti itu!
Ia salah paham!

  “Selesaikan seluruh desain kami sebelum jam sepuluh, Jung Jaejoong, aku benar-benar muak melihat wajahmu hari ini, kau jalang rendahan!” Ujar Kibum marah.

Namja snowy itu segera berjalan meninggalkan ruangan.
Diikuti lima rekannya yang lain.
Meninggalkan Jaejoong yang kini terisak sedih di tempatnya.

  “Hiks..Hiks..Yunnie ah..Yunnie..Huks..”

Namja cantik itu mengusap matanya dengan kasar.
Ia sama sekali tidak terima diperlakukan seperti itu.
Tapi ia tidak berani untuk melawan.
Mereka berenam, dan ia sendiri.

  “Urrgghh..Hoekk..”

Jaejoong mengerutkan dahinya seraya menahan mulutnya dengan telapak tangan.
Perutnya kembali terasa mual.
Ia segera berlari memasuki kamar mandi yang ada di sudut ruangan dan memuntahkan cairan asam dari lambungnya.

Kepalanya pusing.
Matanya terasa berkunang-kunang.
Oh gosh.
Wajahnya benar-benar terlihat pucat sekarang.


-------


Jaejoong mendesah berat seraya melirik jarum jam yang sudah menunjukkan pukul setengah sepuluh.
Dahinya berkeringat.
Ia terus menggigit bibir ranumnya gugup sejak tadi.

Tinggal desain milik Ahra dan miliknya.
Semoga saja ia tepat waktu.

  “Urrgghh..”

Oh no, tidak lagi.
Jaejoong mengerutkan dahinya merasakan mual yang kembali menderanya.
Tidak, ia harus bisa menahannya.
Kalau tidak desain ini tidak akan terkejar sampai jam sepuluh!

  “Huungg”

Jaejoong melenguh kesakitan.
Jemarinya berhenti bermain di atas keyboard laptop tersebut.
Ia meringis, merasakan perutnya seperti terlilit di dalam sana.
Ah, ia menyesal terlalu cepat memakan bonjjuk panas di pagi hari.

BRAKK!

Jaejoong segera beranjak dari duduknya dan berlari memasuki kamar mandi.
Memuntahkan cairan lambungnya dan mencuci wajahnya di sana.
Nafasnya menderu hebat.
Ia benar-benar tidak kuat, Jaejoong ingin pelukan hangat milik Yunho sekarang.

  “Hiks..”

Namja cantik itu menyeka air matanya yang mengalir bebas.
Ia bersandar pada dinding dan mengusap kasar kedua sudut matanya.

  “Yunnie ah..Hiks..I miss you..Hiks..I want you, bear..Hiks..Hiks..” Racau Jaejoong lirih.

CKLEK.

  “Hahaha, aku masih ingat dengan jelas bagaimana kau hampir menjatuhkan kue itu, Ahra ah!”

  “Yaa! Berhenti membuatku malu Yunji ah~! Aku benar-benar tidak sengaja”

DEG.

Kedua mata Jaejoong membulat sempurna.
Jantungnya berdebar sangat kencang.
Pelipisnya berkeringat.

Gosh.

Mereka sudah kembali?
Secepat itukah?
Tapi pekerjaannya belum selesai! Ottokhe?


-------


Yunho menghela nafasnya setelah ia menandatangani berkas persetujuan penerimaan karyawan baru yang terakhir.
Namja tampan itu menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi.
Kemudian ia menoleh memandang sekretarisnya yang sedang menyusun berkas tersebut.

  “Minzy, ada jadwal lain untukku?”

  “Anda harus menemui Direktur Shim nanti siang untuk menandatangani kontrak penyatuan saham, Presdir”

  “Itu masih lama, Minzy ah, sekarang apa?”

  “Hmm, nope, semua berkas penting sudah diselesaikan”

Yunho mengangguk kecil.
Lama ia terdiam.
Sampai kemudian mata musangnya mengerjap cepat.

Mengingat istrinya yang manja itu.

Yeah, kenapa tidak mengunjungi Jaejoong saja?
Itu ide yang sangat bagus!
Kalaupun ia tidak bisa datang sebagai suami dari namja cantik itu, ia masih bisa muncul dengan status Direkturnya ania?

Yunho tertawa kecil sekarang.
Namja tampan itu berdiri dan membenarkan posisi dasinya.

  “Gong Minzy, suruh Minho menunggu di bawah, aku ingin memeriksa kantor di dekat Departement Store” Ujarnya mantap.


-------


Para pegawai yang berjaga di lobi bawah saling menunduk hormat saat Yunho berjalan melewati mereka.
Namja tampan itu hanya mengangguk pelan dan kembali melanjutkan langkahnya.
Ia mengecek jam tangannya, kemudian memasuki lift dan menuju ruangan kekasihnya.

Ah, Yunho tidak sabar untuk melihat namja cantik itu bekerja dengan serius sekarang.
Ia pasti terlihat sangat mempesona.

Sementara itu, ruangan dengan pintu kaca berwarna hitam tersebut tampak didominasi oleh makian kasar dan suara isak tangis milik Jaejoong.
Ahra tampak mendesis kesal.
Ia melotot marah pada namja cantik itu.

  “Apa maksudmu menghiraukan desainku begitu saja huh? Kau punya dendam padaku? Begitu? Kau tidak senang padaku, Jung Jaejoong?”

  “Mianhae..”

  “JAWAB AKU, JALANG!!”

Jaejoong meringis.
Rambut almond-nya tertarik kasar.
Membuat pelipisnya semakin terasa sakit.
Ia benar-benar merasa terintimidasi oleh keenam rekan kerjanya tersebut.

Oh well.

Masih pantaskah kusebut mereka rekan kerja namja cantik itu hm?

  “Aku..Aku tidak begitu sehat hari ini Ahra-ssi..Maafkan aku..”

PLAKK!

Punggung Jaejoong terhempas menabrak dinding.
Pipinya terasa berdenyut pelan.
Ujung kuku tajam yeoja berambut hitam itu menggores kulitnya.

  “KAU MEMBUATKU KESAL, JAEJOONG!” Maki Ahra lantang.

Tiffany menginjak keras kaki Jaejoong dengan high heels-nya.
Membuat Jaejoong berteriak kesakitan disela tangisnya yang mengalir.

  “KAU SAMA SEKALI TIDAK PANTAS BERADA DISINI, JALANG RENDAHAN!!” Teriak Kibum.

DEG.

Kwon Jiyong membulatkan mata sipitnya.
Tubuhnya terasa tegang dalam sekejap.
Ia menyenggol lengan Taemin yang berdiri di sampingnya, membuat namja susu itu ikut mengarahkan pandangannya ke arah pintu.
Taemin terkejut.
Nafasnya tercekat.
Kibum, Yunji, Tiffany dan Ahra kompak mengalihkan pandangan mereka.
Tersentak kaget saat menatap sosok tampan yang berdiri diam di depan pintu.

Mata musangnya menatap nyalang mereka berenam.
Kedua tangannya terkepal erat.
Nafasnya memburu dengan urat lehernya yang terlihat menonjol.

Jelas, ia marah besar.

  “Di-Direktur” Gumam mereka lirih.

PLAKK!

DEG!

Go Ahra tersentak kaget.
Kedua mata sipitnya membulat sempurna.
Menyadari kalau sang Direktur utama baru saja menampar pipinya.

Tiffany, Yunji, Kibum, Taemin dan Jiyong sontak memundurkan langkah mereka.

Yunho segera menarik tangan Jaejoong dan memeluknya dengan erat.
Menyembunyikan wajah namja cantik itu dalam pelukannya.
Sementara ia menatap marah mereka semua.

  “Jadi ini yang kalian lakukan setiap hari eoh? Menyiksa istriku? Membuatnya tertekan dan kesakitan sepanjang waktu?” Desis Yunho pelan.

DEG.

Mereka semua terkejut.
M-Mwo?
Istri? Jaejoong? Namja cantik itu?

  “KUTEKANKAN PADA KALIAN SEMUA, JAEJOONGKU BUKAN JALANG RENDAHAN SEPERTI KALIAN SEMUA!!”

  “Di-direktur---”

  “KALIAN SEMUA KUPECAT TANPA HORMAT!! SEGERA TINGGALKAN TEMPAT INI SEBELUM AKU MEMENJARAKAN KALIAN BERENAM!!”

Tiffany, Yunji, Kibum, Taemin, Jiyong dan Ahra tersentak kaget.
Mereka saling melirik satu sama lain, Tiffany mengusap air matanya yang mengalir.
Sementara Ahra menggigit bibirnya malu.
Mereka segera beranjak meninggalkan ruangan.

Yunho mendesah panjang.
Ia merasakan emosi yang membuncah di dadanya.
Kepalanya berdenyut sakit.
Aish!
Bagaimana tidak ia merasa sangat marah?
Istri tercintanya dikasari dan dimaki seperti itu! Ia saja tidak pernah berbicara dengan intonasi tinggi pada Jaejoong.

  “Sudahlah, berhenti menangis, aku disini” Ujar Yunho lirih.

Ia mengusap lembut punggung Jaejoong yang bergetar hebat.
Namja cantik itu tidak menyahut.
Ia menumpahkan tangisnya yang semakin pecah.
Mengisi keheningan ruangan luas tersebut dengan suara senggukannya yang begitu menyedihkan.


-------


Kedua namja itu tampak sedang duduk di atas ranjang.
Jaejoong masih merasakan matanya panas dan bengkak.
Namun ia berusaha sekuat mungkin menahan tangisnya saat Yunho mengoleskan obat pada bekas kuku Ahra di pipi kanannya.
Namja cantik itu masih diam.
Ia tidak berani menatap Yunho.

Mata musang itu terlihat sangat menakutkan sekarang.

Yunho membereskan kapas dan alkohol itu setelah pekerjaannya selesai.
Ia menutup kotak obat tersebut dan berdiri di hadapan kekasihnya.

  “Aku kecewa padamu, Jaejoong”

DEG.

Jaejoong terkejut.
Mata bulatnya membesar kaget.
Memandang Yunho yang balas menatapnya dingin.
Demi Tuhan, ia tidak pernah mendapati raut menakutkan Yunho seperti ini selama mereka saling mengenal.

  “Bagaimana bisa kau diam saja saat mereka berbuat seenaknya huh? Jadi ini alasan kenapa kau selalu lembur diam-diam dan kurang sehat? Aku bahkan sempat melihatmu mimisan saat di mobil waktu itu!”

Jaejoong semakin merasakan tubuhnya tegang.
Kedua jemarinya bergetar pelan.
Jadi, selama ini Yunho tahu tentang hal itu?
Namja tampan itu mengetahuinya?

  “Kupikir kau akan membuka mulut padaku, tapi apa? Kau bahkan tidak menganggapku ada huh? Kau tidak menganggapku sebagai suamimu, tempat dimana kau mencurahkan segala yang mengganggumu” Ketus Yunho tajam.

  “A-Ani Yunnie ah, bu---”

  “Tutup mulutmu, Jae”

Jaejoong tersentak.
Kedua matanya kembali basah.
Ia hanya diam mengacuhkan tangisnya yang kembali mengalir bebas.

  “Jangan berbicara denganku untuk sementara waktu..Aku..Aku benar-benar kecewa padamu”

Yunho menghela nafas panjang.
Ia berbalik dan berjalan keluar seraya menutup pintu kamar.
Meninggalkan Jaejoong yang terpaku di atas ranjang.
Bibirnya bergetar.
Wajahnya basah.
Hatinya terasa sakit.

Perlahan isakan kecil lolos dari bibir ranum itu.
Jaejoong mencengkram seprai seraya tersengguk keras.
Sakit.
Rasanya sangat sakit.
Bukankah seharusnya Yunho berada di sampingnya?
Merengkuhnya dan memeluknya setelah semua yang terjadi pada dirinya?

Kenapa Yunho begitu kejam?
Tidakkah ia mengerti dengan beban yang sudah cukup membuat Jaejoong merasa sakit?

Jaejoong membutuhkan Yunho.
Tapi namja tampan itu menolak untuk dibutuhkan olehnya.

  “Hiks..Hiks..Mianhae..Mianhae Yunnie ah..Hiks..” Racau Jaejoong lirih.

Ia merasakan dadanya sesak.

  “Aku yang salah..Hiks..Kumohon..Jangan seperti ini..Hiks..Aku yang salah..Aku minta maaf..”


-------


Jaejoong mengerjapkan mata bulatnya yang masih membengkak.
Memandang televisi yang menyiarkan berita mengenai terungkapnya kekerasan yang dilakukan oleh karyawan Jung’s Corp.
Tampak wajah Yunho disana.
Sedang menjelaskan beberapa keterangan kepada wartawan yang mengerubunginya.

Namja cantik itu mendesah pendek.
Ia mengerutkan dahinya.
Ia merindukan Yunho.
Jaejoong benar-benar tidak tahan dengan situasi seperti ini.
Namja tampan itu sudah mendiamkan dirinya selama hampir seminggu.

Gosh.

Lebih baik Yunho memukulnya dari pada mendiamkannya seperti ini.
See?
Jangankan tidur di sampingnya.
Memakan masakannya saja ia tidak pernah lagi.

SRET.

Jaejoong menundukkan wajahnya.
Tersenyum kecut seraya mengusap perutnya.
Ah, lagi-lagi air matanya lolos begitu saja.

  “Maafkan uri Appa um? Ia masih belum menyapamu sampai hari ini” Bisik Jaejoong selirih mungkin.

Namja cantik itu memandang secarik amplop putih yang tergeletak di atas meja nakas.
Surat pemberitahuan mengenai kehamilannya beberapa hari yang lalu.
Ia sangat ingin melompat dan memberitahu Yunho mengenai hal tersebut.
Tapi sikap Yunho membuatnya ciut.
Ia tidak berani bersuara.
Ia takut mendapati reaksi Yunho yang akan sangat jauh berbeda apa dengan yang diharapkannya.

Dua jam kemudian Jaejoong menolehkan wajahnya.
Mendapati kekasihnya berjalan memasuki rumah.
Namja cantik itu segera bangun dari sofa dan menghampiri Yunho yang masih memasang wajah dingin.

  “Yunnie ah, aku membuatkan sup ubur-ubur favorite-mu siang ini” Ujar Jaejoong berusaha tersenyum.

Yunho melepas jasnya.
Ia berjalan menaiki tangga.

  “Aku sudah makan”

Jaejoong tersenyum kecut.
Selalu jawaban itu.
Tidak bisakah Yunho memaafkannya sekarang?
Ini sudah terlalu lama.

  “A-Arasseo” Gumam Jaejoong lemah.

Namja cantik itu berjalan menuju dapur.
Ia menaruh nasi di piringnya dan melahap makan siangnya sendirian.
Sesekali ia mengusap matanya yang basah.
Cih, sejak mengandung ia menjadi namja yang sangat cengeng.
Bawaan bayi eoh?


-------


Pagi ini terasa lengang di kediaman keluarga Jung tersebut.
Jaejoong sedang mencuci bekas sarapannya di westafel.
Sementara Yunho duduk di sofa ruang tengah.
Masih mendiamkan dirinya.

Ah, padahal Jaejoong berharap di hari libur ini Yunho akan kembali berbicara padanya.
Apa kesalahannya sefatal itu?
Namja cantik itu merasakan perutnya mual.
Ia melepaskan sarung tangan karetnya dan memutar keran air.

  “Hoekkk..Urrrgghhh..Hoekk”

Yunho mengalihkan pandangannya refleks.
Memperhatikan Jaejoong yang kembali muntah-muntah di sana.
Namja tampan itu menghela nafasnya.
Jujur saja, ia merasa sangat khawatir dengan kondisi kekasihnya.
Belakangan ini ia sering memergoki namja cantik itu muntah-muntah.

  “Hhh..hhh..hh”

Jaejoong menatap hampa keran air itu.
Deru nafasnya terasa berat.
Namja cantik itu mengusap perutnya pelan.
Tidak, ia tidak bisa terus bertahan dalam keadaan seperti ini.
Lebih baik ia nekat dari pada tersiksa secara perlahan seperti ini.

Jaejoong melepas apronnya.
Ia berlari ke kamar atas dengan tergesa-gesa.
Membuat Yunho kembali memandang dirinya.
Namja tampan itu menaikkan alisnya.
Ia segera bangun dan berlari menyusul kekasihnya.

  “Apa yang kau lakukan?”

Jaejoong tersentak kaget.
Menoleh menatap Yunho yang sudah berdiri di depan pintu kamar.
Namja cantik itu menahan nafasnya.
Kembali meneruskan mengepak barang-barangnya ke dalam koper.

  “Aku akan tinggal di rumah Umma” Ujarnya pelan.

  “Mwo? Kau ingin Umma tahu tentang masalah itu hah?” Balas Yunho kaget.

  “Aku tidak peduli! Sama saja kan? Kau dan aku tidak akan berkomunikasi seperti biasanya! Lebih baik aku bersama Umma dari pada tersiksa seperti ini terus!”

  “Jung Jaejoong, kau tidak bisa----”

  “AKU TIDAK PEDULI!! BAYIKU BUTUH PERHATIAN, YUNHO AH!”

DEG.

Mata musang Yunho melebar dalam sekejap.
Tubuhnya terasa tegang.
Nafasnya tercekat.
Menatap Jaejoong yang sudah menumpahkan tangisnya.

  “Ka-kau hamil, Boo?” Bisik Yunho nyaris tidak terdengar.

Jaejoong terisak keras.
Ia terduduk di pinggir ranjang.

  “Apakah kesalahanku sefatal itu, Yun? Sampai kau mengacuhkanku selama seminggu? Kau bahkan tidak mau memakan masakanku lagi..Hiks..Sekarang siapa yang merasa tidak dianggap eoh?” Ujar Jaejoong terbata.

Yunho terdiam.
Ia merasa sangat bersalah sekarang.
Namja tampan itu melunakkan pandangannya.
Menatap sayang kekasihnya.

Perlahan Yunho melangkahkan kakinya, menghampiri Jaejoong.
Ia memeluk namja cantik itu dan mengecup lembut puncak kepalanya.

  “Maafkan aku..Aku hanya ingin kau mengerti betapa kecewanya aku padamu..Aku tidak ingin kejadian yang sama terulang lagi, Boo” Ungkap Yunho menyesal.

Jaejoong mencengkram erat kaus Yunho.
Ia memejamkan matanya.

  “Seharusnya kau berada di sampingku waktu itu..Hiks..Bukannya mengacuhkanku..Hiks..Aku merindukanmu bear..Hiks..Hiks..”

  “Aku juga sayang, aku juga sangat merindukanmu”

  “Kau kejam..Hiks..”

  “Maafkan aku”

Yunho melonggarkan pelukan mereka.
Ia mengusap lembut wajah kekasihnya dan memagut lembut bibir cherry-nya yang basah.
Menghisapnya lembut dan melumatnya penuh kerinduan.
Membuat Jaejoong menahan nafasnya dan balas mengecup bibir Yunho yang terus bergerak manis di atas bibirnya.

Suara decakan keras mengakhiri tautan bibir mereka.
Yunho mengecup lembut dahi Jaejoong.
Kemudian ia menunduk, dan berlutut di hadapan namja cantik itu.
Mengangkat kaus Jaejoong sedikit ke atas hingga memperlihatkan perutnya.
Lalu ia mengecup bagian itu.
Jaejoong merasakan nafasnya tercekat.

Merasa geli saat Yunho melakukannya.

  “Aku mencintaimu, Jung Jaejoong” Bisik Yunho lirih.

Senyum Jaejoong tertarik tanpa sadar.
Namja cantik itu mengusap lembut rambut cokelat Yunho yang dapat dijangkaunya dengan mudah.
Ia menyentuh dagu Yunho dan menggerakkan ibu jarinya mengusap-usap bibir bawah Yunho yang basah.

  “Aku juga mencintaimu, Yunnie ah”

Yunho tersenyum.
Ia mengecup jari Jaejoong yang berada di wajahnya.

  Promise me you’ll never ignored me anymore” Ujar Jaejoong pelan.

  And promise me you’ll never keep anything from me anymore” Balas Yunho berbisik.

Namja cantik itu tersenyum kecil.
Ia mengangguk.
Memejamkan kedua matanya saat Yunho beranjak bangun dan melumat bibirnya lagi.
Membiarkan punggungnya terdorong ke belakang, hingga Yunho menindihnya di atas ranjang.

Promise me?
I promise.

END.

2 komentar:

  1. Ih.. yunho jahat.. pingin getok pala yun jadinya huh

    BalasHapus
  2. Selalu suka sama jalan cerita yg kakak buat
    The best lah

    BalasHapus