Tittle:
WEDDING ROMANCE
Genre:
YAOI
Author:
Shella Rizal a.k.a Park Sooji
Cast:
Yunjae and other
Length:
ONESHOOT
Rating:
family-romance-fluffy-friendship
WARNING:
BOY x BOY! Yg ga suka YAOI mending cabut aja dari sini, cos author Cinta damai~
*kibar2
kutang Jae umma*
-------
Ini adalah
sebuah cerita, tanpa kata cinta.
.
.
.
“Everyday it rains~ Everyday it
rains~”
CKLEK.
Kim Jaejoong menolehkan kepalanya ke
belakang ketika pintu studio terbuka.
Ia menaruh telunjuknya di depan bibir
ranumnya mengisyaratkan agar pria berwajah kekanakan yang baru masuk itu agar
tidak berisik.
Shim Changmin mengangguk patuh.
Mata bambinya melirik Jessica yang
sedang bernyanyi di dalam ruangan bersekat.
“Jadi ini lagu barunya?” Bisik Changmin sepelan mungkin.
Jaejoong mengangguk.
Mata bulatnya masih memperhatikan
Jessica.
“Yyah! Geumanhe!”
Jaejoong dan Changmin refleks menatap
Junsu yang berteriak kesal seraya melepas headphone-nya.
Namja imut itu tampak marah.
Membuat Jessica Jung yang berada di
ruangan bersekat kaca itu menundukkan wajahnya.
“Apa-apaan nada itu eoh? Apa kau tidak berlatih?!” Sembur Junsu lagi.
Jaejoong hanya tersenyum kecil, sementara
Changmin sudah sibuk membaca partitur lagu yang Jaejoong ciptakan.
“Mianhae, Oppa...” Cicit Jessica lirih.
“Ulangi lagi!” Potong Junsu cepat.
Jessica mengangguk patuh.
Suara musik kembali terdengar, dan lagu Everyday It Rains milik Jaejoong pun
kembali dinyanyikan oleh gadis blonde itu.
“Wah, kalau terus seperti ini kurasa album Jessica akan meledak di
pasaran, Hyung” Ujar Changmin tersenyum puas.
“Hm, aku mengorbankan banyak hal untuk album kali ini. Junsu bilang ia
menginginkan sesuatu yang berbeda” Jawab Jaejoong mengangkat bahunya.
“Apa nama albumnya?”
“Entahlah, aku masih memikirkan lagu mana yang akan menjadi bintang
utamanya, Rise As One atau Vertigo. Menurutmu?”
“Aku suka yang pertama”
“Akan kuberitahu Junsu secepatnya”
“Oh iya, ngomong-ngomong tadi di kelasku ada anak jenius lho, Hyung”
Jaejoong menaikkan alisnya.
“Yang benar? Di kelas musikmu?”
“Ne! Namanya Lee Taemin, dia bisa menari dengan sangat lincah! Aku saja
sampai terpesona padanya”
“Siapa yang terpesona?”
Jaejoong dan Changmin refleks menoleh ke
belakang.
Tersenyum mendapati kehadiran Cho
Kyuhyun—tunangan—Shim Changmin yang membawa dua kotak bekal di tangannya.
“Itu lho, Taemin” Sahut Changmin tersenyum lebar.
“Oh—anak berambut jamur itu? Iya, aku saja sampai kagum” Seru Kyuhyun
cepat.
“Aku jadi penasaran” Gumam Jaejoong tersenyum tipis.
“YAH! JANGAN BERISIK!” Teriak Junsu kesal.
Membuat Jaejoong, Changmin, dan Kyuhyun
terkejut dan mengutuk namja imut itu.
.
.
.
“Jaejoongie sayang? Kau sudah pulang?”
Namja cantik itu menghentikan
langkahnya.
Ia berjalan memasuki dapur.
“Ya, ada apa?”
Wanita cantik bernama Kim Heechul itu
tersenyum semanis cherry.
“Keluarga teman Umma sudah menunggu, ayo, ikut Umma”
“Mwo? Kenapa mendadak sekali? Setidaknya biarkan aku mandi dulu”
Aish.
Yeoja cantik itu menghela nafasnya.
“Lima menit!” Ujarnya tegas.
Jaejoong melotot.
Heechul balas melotot, hingga membuat
namja cantik itu mengangkat tangannya ke atas dan segera bergegas memasuki
kamarnya.
Wanita cantik berwajah angkuh itu
mengerutkan dahinya ketika ia menyadari sudah hampir setengah jam putra
kesayangannya tidak keluar dari kamarnya.
Heechul menghembuskan nafas panjang,
kemudian ia segera berjalan menuju kamar Jaejoong dan memekik kaget ketika
pintu kamar namja cantik itu terbuka dari dalam.
“Omo” Gumam Heechul menyentuh dadanya.
Mata bulatnya memandang aneh dari kaki
Jaejoong hingga ke atas kepalanya.
Kemudian ia menepuk kepala namja cantik
itu.
“Yah! Apa-apaan setelan jas itu eoh? Rambutmu! Kau pikir kau terlihat
tampan dengan rambut ke atas seperti itu?!” Ujar wanita cantik itu seraya
mengacak rambut hitam putranya.
“Umma! Aku butuh waktu lama untuk menata rambutku, aish!!” Seru Jaejoong
berusaha menjauhkan tangan Ummanya.
Heechul berteriak kesal, ia menyeret
putra tunggalnya kembali masuk ke dalam kamar dan mendudukkan pria cantik itu
di depan meja riasnya.
Segera saja wanita cantik itu melepaskan
paksa jas yang dikenakan Jaejoong.
Kedua tangannya dengan lincah mengacak
rambut hitam tersebut dan mem-blow-nya
dengan hairdryer.
Sementara Jaejoong hanya pasrah dengan
bibir yang mengerucut kesal.
“Pakai ini dan ini!” Ujar wanita cantik itu seraya melemparkan sweater hijau tosca dan celana berwarna putih di pangkuan namja cantik itu
setelah ia memaksa Jaejoong untuk mengeringkan rambut ber-gel-nya sendiri.
“Umma, ini kan hanya pertemuan biasa, bukannya kencan buta” Keluh
Jaejoong kemudian.
“Apa kau bilang?” Sahut Heechul kembali memukul kepala putranya.
Jaejoong meringis.
“Awas saja kalau kau sampai mempermalukan Umma eoh?” Ancam wanita cantik
itu dengan mata yang melotot.
Namja cantik itu mencibir walaupun ia
menganggukkan wajahnya.
“Ck, Appa pasti tidak tahu kelakuan iblis yeoja angkuh ini” Gerutuknya.
Heechul berpura-pura tidak mendengar
yang satu itu.
Ia hanya tersenyum geli diam-diam.
Aih, putra cantiknya itu~
Menggemaskan sekali! Pekiknya dalam
hati.
.
.
.
Mobil mewah berwarna hitam itu berhenti
tepat di hadapan hotel berbintang lima milik keluarga Changmin.
Heechul segera menahan tangan Jaejoong
sebelum namja cantik itu beranjak keluar dari dalam mobil.
Wanita cantik itu menghela nafas tipis.
Kemudian ia tersenyum lembut seraya
mengusap wajah cantik putranya.
Oh—lihatlah rambut berponi itu.
“Wae Umma?” Tanya Jaejoong menaikkan alisnya.
“Jae, maukah kau berjanji?” Balas Heechul balik bertanya.
Namja cantik itu merapatkan bibirnya.
Menatap mata bulat Ummanya sejenak, mencoba
menerka-nerka apa yang ingin disampaikan oleh wanita cantik itu.
Yah, walaupun Kim Heechul itu wanita
yang—sesungguhnya—sangat galak, mau bagaimanapun juga ia tetaplah cinta pertama
Kim Jaejoong.
Siapa sih yang tidak ingin menjadi anak dari
wanita cantik itu?
Well, minus Junsu
dan Changmin, tentunya.
“Hmm, apa yang harus kujanjikan?” Ujar Jaejoong akhirnya.
“Kau tahu, kalau sejak dari pintu masuk hotel itu hidupmu Umma yang
mengatur. Umma hanya ingin kau berjanji, kalau apapun itu, kau akan menerima
kalau Umma hanya melakukan yang terbaik untukmu” Jelas Heechul masih menatap
mata bulat putranya.
Jaejoong menaikkan alisnya.
“Kau bisa pulang sekarang juga kalau kau mau, Jae. Umma tidak akan
memaksamu” Sambung wanita cantik itu lagi.
Namja cantik itu menggigit bibir
bawahnya tanpa sadar—kebiasaannya kalau sedang bingung—.
Heechul menyandarkan punggungnya pada
sandaran jok. Jemarinya masih bertaut dengan tangan milik putra kesayangannya.
“Umma” Panggil Jaejoong beberapa menit kemudian.
“Ya, sayang?” Balas Heechul menyunggingkan senyum manisnya.
Oh—ia tahu sekali apa yang akan
dikatakan putranya itu.
“Ayo kita masuk” Ujar Jaejoong mantap.
Karena Kim Jaejoong tidak akan pernah
mengecewakan Kim Heechul.
.
.
.
Jaejoong tersenyum kepada sepasang
kekasih yang berdiri menyambut kedatangannya dan ibunya saat mereka menghampiri
meja yang tergeletak tepat di samping jendela restoran hotel.
“Anyeong haseyo, Kim Jaejoong imnida” Ujar Jaejoong dengan sopan.
“Namaku Jung Keybum dan ini Jung Jinki. Tapi kau bisa memanggil kami
sama seperti kau memanggil Umma dan Appamu Jae” Balas seorang wanita cantik
bermata kucing.
Jaejoong menganggukkan kepalanya.
Ia segera mengambil tempat duduk tepat
di samping jendela kaca.
Mata bulatnya segera menjelajah
kerlap-kerlip Seoul di malam hari.
Ia bahkan tidak mengacuhkan seorang pria
tampan yang kini duduk di hadapannya.
“Kenalkan, ini putra kami, Jung Yunho”
Eeh?
Jaejoong menaikkan alisnya seraya
mengalihkan pandangannya ke depan, tersenyum kecil memperlihatkan deretan gigi
rapinya.
Aih, padahal Heechul sudah
memperingatkannya agar tidak bertingkah memalukan.
Bagaimana bisa ia tidak menyadari
kehadiran namja setampan itu di hadapannya eoh?
“Yunho imnida” Ujar namja berpakaian jas itu sopan.
Jaejoong mengangguk.
“Kalau tidak salah, kau bekerja sebagai komposer lagu di Entertainment terkenal ne, Joongie?”
Tanya Keybum dengan senyum cantiknya.
Jaejoong mengangguk.
“Ne, aku suka musik sejak kecil” Sahutnya.
“Kebetulan sekali, uri Yunho sedang mencoba untuk membuka cabang baru
dari gedung Seoul Art Centre. Kau
bisa mencoba mengaransemen lagu di sana nanti”
“Ah, ne, temanku ada yang bekerja di sana”
“Jeongmall?”
“Hm, Changmin dan Kyuhyun. Mereka pengajar musik di sana, tapi kalau ada
waktu luang mereka suka mampir ke kantorku”
Percakapan mereka terpaksa terhenti
karena makanan yang sejak awal telah dipesan tiba di meja mereka.
Keybum dan Jinki tersenyum tipis kepada
Heechul.
Yang juga dibalas dengan senyuman manis
oleh wanita berwajah cantik itu.
Sementara Jaejoong sudah kembali
tenggelam dalam kerlap-kerlip Seoul yang begitu indah.
Tidak menyesal ia mengikuti Ummanya ke
sini.
Jung Yunho—yang sedari tadi hanya
diam—menggerakkan mata musangnya memperhatikan setiap gerak-gerik pria cantik
yang duduk di hadapannya itu.
Hal yang pertama ia perhatikan adalah
setelan semi-formal yang digunakan namja cantik itu.
Oh—ia bisa melihat bahunya yang seputih
salju dari kerah sweater yang longgar
itu.
Kemudian telinganya yang tertindik, lalu
rambut hitamnya yang pendek.
Seksi sekali, pikirnya.
Ia suka bagaimana poni itu menyamping
dan sisa rambutnya yang berada di kedua sisi telinganya ditata cantik hingga
menyentuh wajah pualamnya.
Jaejoong dan Yunho hanya bersuara jika
ditanyai oleh Heechul dan Keybum.
Selebihnya mereka menghabiskan waktu
dengan pikiran masing-masing.
Yunho melirik pemandangan yang berhasil
membuat Jaejoong terbius di hadapannya.
Namun sedetik kemudian ia kembali
memandangi namja cantik itu.
Kim Jaejoong lebih menarik daripada
lampu-lampu di luar sana. Pikirnya.
“Kapan tanggal pernikahannya dilaksanakan?”
“Secepatnya”
Mwo?
Jaejoong tersentak kaget dan segera
memandangi Ummanya yang kini tersenyum manis kepada Keybum.
Mata besarnya membulat lucu.
“Siapa yang akan menikah, Umma?” Tanyanya bingung.
Aih, yeoja cantik itu tersenyum lucu, ia
mencubit gemas pipi putranya.
“Tentu saja kau dan Yunho, Jaejoongie” Ujarnya.
DEG.
Jaejoong seakan tersengat listrik.
Ia menolehkan wajahnya, menatap Yunho
yang masih diam sejak tadi.
Pria tampan itu hanya tersenyum sopan
kepadanya.
“Umma—” Jaejoong hendak memprotes, tapi kemudian memorinya berputar
mengingatkan dirinya.
[ “Jae, maukah kau berjanji?”
]
Oh—shit.
“Ya, Jae?” Gumam Heechul lembut. Mengulurkan tangannya mengusap jemari
putranya.
Jaejoong tersenyum tipis.
Ia menggeleng pelan.
“Aniyo, ani” Bisiknya lirih.
-------
Dunianya seolah berputar 180 derajat.
Bagaimana bisa ia terbangun pagi ini
sebagai seorang Jung?
Jaejoong hanya bisa terkejut dalam diam
ketika ia membuka kedua mata besarnya dan mendapati Jung Yunho yang berbaring
di sampingnya.
Pria tampan itu sudah bangun lebih dulu.
Hanya saja ia bersandar di kepala
ranjang dan menyibukkan diri dengan ponselnya.
“Oh—pagi” Ujar Yunho ketika ia menyadari bahwa namja cantik itu telah
terbangun.
Jaejoong mengangguk, lalu menguap dengan
mulut yang tertutup oleh tangan, dan segera beranjak bangkit dari baringnya.
“Jam berapa sekarang?” Tanya Jaejoong menyipitkan mata besarnya.
“Sepuluh” Sahut Yunho singkat.
Jaejoong mendesah pendek.
Ia segera berjalan menuju kamar mandi
dan membasuh wajahnya.
Setelah selesai menyikat giginya, pria
cantik itu bergegas keluar dari kamar dan berjalan memasuki dapur.
“Ponselmu bunyi”
Omo!
Pria cantik itu nyaris terlonjak kaget
ketika Yunho tiba-tiba muncul di belakangnya dengan ponselnya yang mengacung.
Jaejoong segera mengambil ponsel
miliknya dan melirik Yunho yang masih acak-acakan kini duduk di kursi meja
makan.
“Yeoboseyo? Ne Junsu ah”
Yunho mengangkat wajahnya, melirik
punggung Jaejoong dengan bahu yang mengapit ponselnya.
“Arrasseo, 15 menit lagi, oke? Aku baru saja bangun”
Namja tampan itu meletakkan ponsel
miliknya di atas meja.
Kemudian ia berpangku tangan memandangi
Jaejoong yang sudah menggoreng sesuatu di wajan.
“Ya, beritahu Changmin kalau aku butuh bantuannya untuk perbaikan nada
yang itu, ah—jangan lupa, siapkan minuman isotonikku, aku sulit berkonsentrasi
kalau tidak ada itu”
TREK.
Yunho menunduk, menatap sepiring nasi
goreng sosis yang mengepul hangat di hadapannya.
Aih, perutnya segera berbunyi.
“Apa? Jessie tidak bisa latihan hari ini? Kenapa?”
Jaejoong tampak kesal.
Terbukti dari dahinya yang mengerut.
Yunho masih terus memperhatikan namja
cantik itu.
Ia sudah menyendok nasi goreng super
lezatnya sekarang.
“Aku tidak mau tahu! Gadis manja itu harus sudah ada di studio saat aku
tiba!”
Sambungan telepon itu terputus.
Jaejoong duduk dengan kasar di atas
kursinya.
Tepat berhadapan dengan Yunho.
Namja cantik itu mengusap wajahnya dan
menyendok nasi gorengnya dengan brutal.
“Uhukk!”
Yunho membulatkan mata musangnya.
Ia refleks bangkit dari duduknya dan menghampiri
namja cantik itu, menepuk punggungnya pelan seraya memberikan minum di hadapan
bibir ranum itu.
Jaejoong segera meneguk air mineralnya
dengan rakus.
Setelahnya ia bernafas dengan cepat.
“Terima kasih” Bisik Jaejoong lirih.
Yunho mengangguk.
“Ada masalah dengan pekerjaanmu?” Tanya Yunho setelah cukup lama ia
berdiam diri.
Jaejoong mengangguk.
“Kau tidak bekerja?” Balas Jaejoong balik bertanya.
“Aku akan berangkat sebentar lagi”
“Hmm, baiklah”
Jaejoong tersenyum tipis, kemudian ia
segera mengangkat piring kotornya dan menaruhnya di westafel.
Aih, mendadak hidup dengan orang asing
ternyata tidak semudah yang ada di film dan novel.
Ini sungguh canggung.
Ck.
Jaejoong menggaruk tengkuknya.
Tanpa menyadari sepasang mata musang
yang sejak awal sudah memperhatikan dirinya.
-------
Sebulan pernikahan mereka berlalu begitu
saja.
Keduanya terlalu sibuk dengan dunia
masing-masing.
Hanya ketika akan tidur saja mereka
berkoneksi.
Yah, seperti yang sudah kukatakan
sebelumnya, mendadak hidup dengan orang asing itu sulit.
Wait, orang asing? Oh—mereka
bahkan sepasang suami istri sekarang.
“Pagi”
Itu Jaejoong, yang sudah cantik dengan
jaket kesayangannya.
Sementara Yunho yang sedang membenarkan
dasinya mengangguk dengan ponsel yang terapit di bahu kirinya.
“Ya, tentu saja, minggu depan audisi akan dilaksanakan, baiklah,
anyeong”
Namja cantik itu sibuk mengatur meja
makan sedari tadi.
Ia bahkan terlihat tidak berminat dengan
pembicaraan yang dilakukan Yunho barusan.
Dunia juga tahu kalau pria itu sedang
mengurusi pekerjaannya.
“Jja, sarapan dulu” Ujar Jaejoong seraya menarik kursinya lebih dekat
dengan meja makan.
“Omelet?” Gumam Yunho menaikkan alisnya.
Jaejoong mengangguk. Ia sudah memotong
telurnya dan tersenyum puas ketika nasi gorengnya tumpah keluar.
“Seperti biasa, lezat sekali” Puji Yunho yang terus menyuap omeletnya.
Ia selalu menyukai masakan namja cantik
itu.
“Yunho”
“Ya?”
“Mobilku rusak, boleh aku menumpang hari ini?”
“Rusak? Kenapa?”
“Aku tidak tahu, mesinnya tidak mau hidup, yah...Sebenarnya kejadiannya
kemarin sih di kantor. Aku sudah membawanya ke bengkel”
“Kenapa tidak menghubungiku kemarin?”
Eeh?
Jaejoong mengangkat wajah cantiknya.
Menatap polos kepada Yunho.
Membuat namja tampan itu berdesah pendek
dan bersidekap seraya bersandar di kursi.
“Aku ini suamimu, seharusnya aku tahu segala tentangmu” Ujar Yunho
dengan dahi yang bersiku.
Mwo?
Mata bulat Jaejoong membesar lucu.
Ia menaikkan alisnya dan terkekeh.
Suami?
Segala tentangnya?
Yang benar saja!
“Kau bercanda? Kenapa baru sekarang kau protes tentang hal itu?” Sanggah
Jaejoong meletakkan sendoknya di piring.
“Aku sudah berpikir semalam, kita tidak bisa terus seperti ini.
Pernikahan kita tidak sehari dua hari, Jae” Kilah Yunho kemudian.
Jaejoong menggeleng.
“Kita sudah pernah sepakat, kalau masing-masing dari kita tidak akan
mencampuri urusan yang lain”
Yunho baru saja akan menyahut, namun
Jaejoong sudah lebih dulu bangkit dari duduknya dan membawa piringnya ke
westafel.
Kemudian ia mengambil tasnya dan menoleh
kepada Yunho.
“Aku pergi duluan, naik bis” Ucapnya.
Dan ia segera menghilang dari pintu
depan.
Yunho menghela nafas panjang.
Namja tampan itu kembali melanjutkan
sarapannya dan mengerutkan dahinya.
“Kenapa ia sensitif sekali?” Pikirnya bingung.
Padahal kan awalnya mereka sedang
membahas tentang mobil Jaejoong yang rusak.
Aigoo.
.
.
.
“Everyday it rains~~ Everyday—”
“YYA! NADA JENIS APA ITU EOH?! APA KAU TIDAK BERLATIH?!”
“Mianhae, Oppa”
“Aish! Maaf saja yang kau bisa! Album ini akan dirilis minggu depan!”
“Mianhae, aku akan berusaha keras!”
Changmin dan Kyuhyun saling menyenggol
satu sama lain seraya melirik-lirik namja cantik itu.
Namja berkulit pucat itu mengindikkan
bahunya kepada Changmin, ikut bingung mengapa peran Junsu yang biasanya suka
berteriak di studio itu kini diambil alih oleh Jung Jaejoong.
“Yang sabar, Hyung, ia juga sudah berusaha” Tegur Changmin ketika
Jaejoong kembali duduk bersama mereka.
Sementara Junsu sudah mengambil alih
pemantauan lagu Jessica.
“Jangan bicara padaku! Aku sedang kesal hari ini!” Ketus Jaejoong
merengut.
Changmin dan Kyuhyun segera saling
bertatapan.
Kemudian seringai jahat itu muncul di
sudut bibir masing-masing.
“Aah~ Sedang ‘waktunya’ ya, Hyungie?” Tanya Changmin terkikik.
Jaejoong melotot.
“Kau pikir aku yeoja eoh?!”
Kyuhyun menaikkan alisnya, ia menepuk
paha Jaejoong.
“Marah-marah terus, sensitif sekali eh? Ada masalah dengan suamimu? Umm~
Masalah ranjang, mungkin?”
Shim Changmin sudah tertawa.
Diikuti Junsu yang diam-diam
mendengarkan percakapan konyol ketiganya sejak tadi.
Aih, mereka itu. Pikirnya.
Jaejoong semakin melotot.
Ia menepuk kesal kepala Kyuhyun.
“Hyung! Jangan pukuli kekasihku dong! Hanya aku yang berhak
menyakitinya!” Jerit Changmin berdiri dari duduknya.
“Apa kau bilang?! Dasar monster!” Balas Kyuhyun kesal.
Uh—mau tidak mau Jaejoong menahan
kedutan di bibirnya yang ingin sekali tertawa.
Kenapa bocah-bocah ini selalu berhasil
menghiburnya eh?
Sebenarnya spesies jenis apa mereka ini?
“Yunho mencoba mengaturku pagi ini, dan aku tidak suka” Ungkap Jaejoong
di tengah kebisingan.
Duo evil
itu berhenti bertengkar.
Mereka segera menatap Jaejoong yang
menenggak minuman isotoniknya.
“Mengatur seperti apa, Hyung? Ia marah kalau melihatmu berdekatan dengan
orang lain? Atau ia memerintahmu untuk mengikuti perintahnya setiap ia
berbicara?” Tanya Kyuhyun penasaran.
Jaejoong menggeleng.
“Ani, ia berkata kalau ia harus tahu segala tentangku, termasuk tentang
kerusakan mobilku kemarin” Ujarnya pelan.
“Eungkyangkyang~~” Jaejoong mendelik, Junsu sudah tertawa di sana.
Aish.
“Hyung! Dia itu hanya ingin melakukan sesuatu untuk pernikahan es batu
kalian ini! Memangnya mau sampai kapan kalian hidup seperti ini eoh? Seperti
langit dan bumi saja, tidak pernah berdekatan!”
“Diam kau, Park Junsu!”
Junsu menyengir.
“Junchan benar, Hyung. Sudah bagus suamimu itu mau peduli terhadap
kelangsungan pernikahan kalian. Lagipula apa yang dimintanya memang tidak salah
sama sekali” Komentar Changmin sok bijak.
“Oh ya? Memangnya kalian seperti itu juga?” Tanya Jaejoong dengan wajah
bodohnya.
Kyuhyun mengangguk bangga.
“Bahkan kapan terakhir kali aku buang air besar pun, Chamii selalu tahu”
Ujarnya.
Jaejoong mengernyit.
“Menjijikkan” Gusarnya.
Namja berkulit pucat itu memutar bola
matanya.
“Aku hanya bercanda, Hyung” Ujarnya.
“Jadi intinya kau harus membuka diri kepada Yunho Hyung. Kudengar
perusahaannya akan membuat audisi minggu depan, bagaimana kalau kau menawarkan
diri untuk menjadi komposer musiknya?” Potong Changmin yang sudah mengunyah
buah yang tersedia di atas meja.
“Masalah album Jessica tidak perlu kau pikirkan, Hyung. Aku yang akan
mengurusnya” Sahut Junsu yang masih di sana.
Kyuhyun dan Changmin ber-toss ria.
Sementara Jaejoong menghela nafas
panjang seraya bersandar di sandaran sofa.
“Akan kucoba” Bisiknya pasrah.
-------
Shim Changmin sialan.
Jaejoong bersumpah kalau ia akan
menjambak rambut bocah setan itu setelah ini.
Apa katanya?
Membantu Yunho di acara audisi?
Oh—membantu memperhatikan kemesraan
namja sok tampan itu dengan artis barunya?
Begitu?
“Aah~~ Oppaa~~ Aku tidak bisa membuka minumnyaa~”
Twitch.
“Sini, biar kubantu”
“Yang benar? Yunho Oppa memang baik hati~! Joa!”
Twitch!
Jaejoong sudah bisa merasakan dahinya
sakit karena kedutan-kedutan yang muncul.
Ia berusaha menahan kesabarannya sejak
tadi.
Namja cantik itu menghembuskan nafas
panjang dan mengambil ponselnya dari dalam tas untuk menghubungi Junsu.
“Jemput aku sekarang di kantor Yunho” Ujarnya cepat.
Ia segera memutuskan panggilan
teleponnya sebelum Junsu memprotes.
Namja cantik itu kembali memicing kepada
suaminya dan gadis cantik yang menempel di samping namja tampan itu.
Kemudian ia segera melangkahkan kakinya
beranjak keluar dari ruangan.
“Anda Kim Jaejoong, bukan?”
Eoh?
Namja cantik itu menoleh dan menatap
seorang pria berkacamata dengan senyuman mematikan di hadapannya.
Ia mengangguk dan seketika pria
berlesung pipi itu mengulurkan tangannya yang diterima oleh Jaejoong.
“Namaku Choi Siwon, dan aku penggemar berat anda, musik yang anda hasilkan
selalu luar biasa”
“Aigoo, kau terlalu memujiku”
“Anda lihat grand piano di
sana? Saya akan sangat senang sekali kalau anda memainkan satu lagu untuk saya”
“Mwo?”
Namja cantik itu mengalihkan
pandangannya sesuai arah yang ditunjuk oleh Siwon.
Ia melihat sebuah piano hitam yang
sangat indah di sudut panggung audisi.
Pria cantik itu segera mengangguk setuju
ketika ia menyadari bahwa ia telah terpesona dengan keindahan alat musik
tersebut.
Siwon melebarkan senyumnya, ia segera
menuntun Jaejoong ke atas panggung dan berdiri di samping piano tersebut
memperhatikan idolanya.
Jung Yunho terkejut ketika telinganya
mendengar suara tuts piano yang diawali dengan kelembutan namun diikuti dengan
nada tajam dan melengking.
Seolah musik yang sedang dimainkan itu
merupakan luapan perasaan dari sang maestro.
Pria tampan itu membalikkan tubuhnya dan
kembali tertegun saat ia menatap sosok Jaejoong—istrinya—yang sedang bermain
piano dengan lincah di atas sana.
Oh—ia terlihat begitu—indah.
Mata besar Jaejoong terbuka, namun
jemari lentiknya masih bergerak dengan lihai.
Tatapannya lurus memandang sepasang mata
musang milik Yunho yang membalasnya.
Dahi Jaejoong berkerut entah kenapa, ia
kembali memejamkan matanya dan mencoba untuk berkonsentrasi penuh pada permainan
musiknya.
Hingga kemudian penampilan maestro itu
selesai dan menyisakan tepuk tangan yang meriah di akhir tuts.
“Permainan yang sungguh indah! Luar biasa!” Puji Siwon tersenyum puas.
“Sama-sama, senang rasanya bisa bermain dengan piano jenis ini, tipe
mahal memang tidak bisa menipu, ya?” Balas Jaejoong dengan senyuman manisnya.
Oh—mood-nya
sudah kembali.
Musik memang selalu menjadi kekuatannya.
“Barusan itu mengagumkan sekali, aku sangat bangga padamu”
DEG.
Pipi Jaejoong merona malu dalam sekejap
ketika sepasang lengan kekar Yunho memeluk pinggangnya dari belakang.
Mata besar pria cantik itu melirik Siwon
dengan tidak enak.
Tapi pria berlesung pipi itu hanya
mengulum senyum simpul.
“Kalian pasangan yang sangat serasi” Puji pria berkacamata itu.
“Kau dan Kibum juga sama serasinya” Balas Yunho terkekeh.
Aduh—perut Jaejoong terasa melilit
ketika pria tampan itu berbicara di telinganya.
Ia bisa merasakan nafas Yunho yang
hangat.
“Jae Hyung! Aku mencarimu dari tadi, lama menunggu ya?”
Eoh?
Ketiga pria itu menoleh ke sumber suara
dan menatap Junsu yang sudah melangkah menghampiri mereka.
Jaejoong segera melepas pelukan Yunho di
pinggangnya.
Ia menelan salivanya gugup.
“Park Junsu imnida” Ujar Junsu membungkuk sopan.
Yunho dan Siwon mengangguk.
Pria berlesung pipi itu segera beranjak
meninggalkan panggung setelah membalas sapaan Junsu dan berterima kasih untuk
yang kedua kalinya kepada Jaejoong.
“Ayo Hyung, aku sudah lapar sekali” Ujar Junsu tidak sabar.
“Kau akan pulang?” Tanya Yunho menaikkan alisnya.
Jaejoong mengangguk—sedikit tidak rela
sebenarnya—setelah mood-nya kembali
baik karena permainan piano barusan.
“Padahal aku sudah merencanakan makan malam di luar setelah audisi ini
selesai, apa benar-benar harus pergi sekarang?” Ujar Yunho lembut.
DEG.
Pipi Jaejoong merona dalam sekejap.
Ia mengalihkan pandangannya ke arah
Junsu dan menggigit bibir ranumnya ragu.
Aih, dari situ saja Junsu sudah tahu
kalau Jaejoong sudah menyesali keputusannya minta dijemput.
“Ah! Aku lupa! Changmin memintaku membelikannya es krim! Aduh, nanti
meleleh kalau kelamaan, maaf ya Hyung, kita tidak jadi makan bersama, lain kali
saja eoh!” Ujar Junsu mendadak panik dan segera berlari meninggalkan panggung
setelah membungkuk sopan.
Jaejoong mengerjapkan matanya bingung.
Sementara Yunho sudah tertawa geli di
sampingnya.
“Temanmu itu baik sekali, ya?” Ujarnya tulus.
Jaejoong terkejut.
Ia membesarkan mata bulatnya menyadari
akal-akalan Junsu barusan.
Aish! Park Junsu! Teriaknya dalam hati.
“Kajja, masih ada tiga peserta lagi” Ajak Yunho menarik tangan Jaejoong
untuk turun dari panggung.
Pria cantik itu menghela nafasnya.
Ia mengangguk pasrah dan mengikuti
langkah kaki Yunho.
Ya Tuhan—apa yang terjadi padanya
barusan?
Ia cemburu lalu kemudian berdebar-debar
karena suaminya.
Yang benar saja.
.
.
.
“Terima kasih” Bisik Jaejoong ketika tiba-tiba Yunho menukarkan piring
stiknya dengan milik pria tampan itu yang sudah terpotong dadu.
Yunho tersenyum simpul menanggapinya.
Namja cantik itu meraih gelas anggurnya
dan menggoyangkan gelas tersebut sebelum ia meminum anggur tersebut.
“Hmm, lezat sekali, sudah lama aku tidak makan malam seperti ini” Desah
Jaejoong puas.
“Kalau begitu setiap akhir pekan kita akan makan di luar, bagaimana?”
Tanya Yunho ikut meminum anggurnya.
Jaejoong mengangguk setuju, ia sudah
memasukkan sepotong daging ke dalam mulutnya.
“Yunho, ini enak sekali, bagaimana bisa kau menemukan restoran ini?”
“Temanku yang memberitahu, memang susah menemukan tempat ini karena
lokasinya, tapi untuk orang-orang yang sudah pernah datang ke sini mereka pasti
akan menjadi pelanggan tetap”
“Aku juga akan menjadi pelanggan tetap”
Yunho mengangguk.
“Lagu yang kau mainkan tadi, itu aransemenmu sendiri?” Tanya pria tampan
itu setelah menelan daging lezatnya.
“Ya, dan lagu itu belum pernah dipublikasi karena aku tidak berniat
untuk menjualnya kepada publik” Sahut Jaejoong santai.
“Lagu yang indah”
“Terima kasih, tapi kupikir musiknya menjadi dua kali lebih indah karena
piano itu. Aku suka tutsnya, ringan dan menghasilkan suara yang jernih”
Yunho tidak menyahut.
Ia hanya tersenyum menanggapi Jaejoong
yang terus berbicara mengenai piano tersebut.
Ah—wajah cantik itu terlihat semakin
mempesona.
Pria cantik itu benar-benar hidup untuk
musik, pikirnya.
“Yunho, besok kita ke sini lagi, ya?”
“Tentu saja, apapun untukmu”
Jaejoong tersenyum.
“Terima kasih” Bisiknya tulus.
-------
Jaejoong pikir tidak ada ruginya juga
setelah ia mempertimbangkan ucapan Changmin, Kyuhyun dan Junsu kepadanya.
Mereka benar, pernikahan ini tidak hanya
sehari dua hari, tapi untuk selamanya.
Namja cantik itu melepaskan headphone-nya dan tersenyum kepada
Jessica yang menatapnya dari dalam studio.
Wanita blonde itu tersenyum senang dan
segera beranjak keluar dari ruangan kedap suara itu.
“Bagus sekali, kau rajin latihan, ya?” Ujar Jaejoong masih dengan
senyumnya.
Jessica tersenyum malu.
Ia mengangguk sopan.
“Albummu akan segera diluncurkan satu minggu dari sekarang”
“Ya Oppa, terima kasih banyak! Aku sangat senang!”
Wanita blonde itu membungkuk sopan dan
segera beranjak menghampiri manajernya.
Meninggalkan Jaejoong yang menghela
nafas lega.
Pria cantik itu segera duduk di kursi meja
bundar tempatnya bersantai selama ini.
Kemudian ia membuka buku kumpulan
aransemen musiknya.
“Hyung! Hyung!”
Eoh?
Namja cantik itu mengangkat wajahnya dan
menaikkan alis menatap Changmin yang berlari memasuki studio.
Pria berwajah kekanakan itu tampak panik
namun dengan wajah yang sumringah, sungguh membuat bingung.
“Hyung! Tadi aku ke rumahmu karena aku ingn mengajakmu makan, tapi, WOW!
Apa yang kulihat adalah hal yang paling luar biasa untuk tahun ini!” Pekik
Changmin heboh.
Jaejoong mengerutkan dahinya.
Changmin menarik nafas, lalu tersenyum
lebar.
“Di dalam rumahmu! Ada grand piano
Heintzman! Bisa kau percaya itu?!”
Mwo?
Jaejoong membulatkan mata besarnya.
Ia sontak berdiri dari duduknya.
“Itu merek
termahal selama sepanjang tahun! Ini gila! Tunggu sampai Junsu mendengar kabar
ini!”
“Kau serius?
Benda semahal itu? Di rumahku?”
“Ya, rumah barumu
dan suamimu! Fun-fucking-tastic! Omo!
Apa kau bisa memintanya untuk membelikanku biola Stradivari?”
“Kau gila”
“Hahahaha”
Changmin
menarik kursi, kemudian ia duduk di sana.
“Kyuhyun mana?” Tanya Jaejoong ikut duduk.
“Masih di rumahmu, ia menolak untuk pergi,
hahaha, aigoo” Kekeh Changmin geli.
“Kalau begitu kurasa aku harus kembali
sekarang”
“Tapi aku baru saja tiba! Kau tega Hyung!”
Jaejoong tidak
menyahut.
Ia menepuk
kepala Changmin dan segera mengambil mantelnya.
Meninggalkan
Changmin yang kini mendengus bosan.
.
.
.
Jaejoong tidak
melihat mobil Kyuhyun di halaman rumahnya.
Ia menaikkan alisnya.
Mungkin namja
cerewet itu sudah pulang, pikirnya.
Jaejoong
segera membuka pintu depan dan membuka sepatunya.
“Aku pulang!” Serunya lantang.
Pria cantik
itu menggantung mantelnya di gantungan teras dalam dan segera melangkahkan
kakinya memasuki ruang tamu menuju ruang tengah.
DEG.
Omo.
Shim Changmin
tidak berbohong!
Piano super
mahal itu ada di dalam rumahnya!
Oh—Jaejoong
menahan nafasnya.
Kakinya
melangkah kaku.
Ia menggigit
bibir ranumnya seraya mengulurkan tangan mengusap permukaan benda tersebut.
Ini sungguh
indah, gumamnya dalam hati.
Namja cantik
itu segera mendudukkan dirinya di kursi piano tersebut dan segera membuka papan
penutup tuts.
Ia menyentuh
tuts tersebut dan menekannya ringan.
Jaejoong tidak
bisa menahan senyuman bahagianya lebih dari ini.
Ia segera
menggerakkan jemarinya lincah.
Mengisi ruang
kosong rumahnya dengan alunan musik piano yang dimainkan olehnya.
Mata bulat itu
terpejam.
Wajah
cantiknya merona segar—oh—Jaejoong tidak bisa mengungkapkan rasa bahagianya
kecuali dengan permainan musik ini!
Pria cantik
itu tidak berhenti, ia terus saja mengganti setiap lagu yang selesai dengan
lagu lainnya.
Bahkan ia
sampai memainkan lagu anak-anak.
Hingga
akhirnya sebuah pelukan erat dari belakang tubuhnya menghentikan gerakannya
dalam sekejap mata.
Jari Jaejoong
bergetar ringan.
Dadanya naik
turun mengatur nafasnya yang tersengal.
Bibirnya
terbuka menarik nafas.
Lalu ia
mendongak dan tersenyum setelah pria yang memeluknya itu mengecup pipi
kanannya.
“Yunho..hh..hh..” Bisik Jaejoong masih
mengatur nafasnya.
Namja tampan
itu tersenyum simpul.
Ia melepaskan
pelukannya dan duduk di samping Jaejoong.
Mengulurkan
tangannya mengusap pipi yang merona segar itu.
Oh—ia sungguh
suka rona bahagia milik Jaejoong.
“Kau—membeli
piano ini untukku?” Bisik namja cantik itu lirih.
Yunho
mengangguk.
Ia menggenggam
tangan Jaejoong dan meremasnya pelan.
“Ya, aku tahu musik adalah hidupmu” Balasnya
lembut.
Bibir Jaejoong
berkedut.
Ia meringis.
“Terima kasih” Ujarnya tulus.
Yunho kembali
mengangguk.
Kemudian ia
merengkuh bahu Jaejoong dan mengecup puncak kepalanya lembut.
Membuat
Jaejoong memejamkan mata bulatnya dan tersenyum bahagia.
-------
Yunho
mengernyitkan dahinya pagi ini.
Ia meregangkan
tubuhnya dan mengulurkan tangannya ke samping.
Kosong.
Ia tidak
menemukan Jaejoong yang seharusnya ada di sana.
Pria tampan
itu beranjak duduk dari baringnya dan menguap.
Ia mendapatkan
kesadarannya ketika telinganya menangkap suara piano yang indah.
Yunho tersenyum
tipis.
Ia segera
memakai piyamanya dan mengancingnya asal.
Kemudian pria
tampan itu segera melangkah menuju ruang tengah.
Apa yang
dilihat Yunho pagi ini sungguh menarik.
Pria tampan
itu mendapati istrinya sedang bermain piano yang sengaja ia letakkan di samping
jendela kaca ruang tengah.
Jaejoong masih
memakai piyama dengan rambutnya yang berantakan.
Tapi ia
terlihat sangat cantik dengan sinar matahari yang menerangi wajah segarnya.
Yunho
melangkah menghampiri kekasihnya.
Ia segera
mendudukkan dirinya di samping Jaejoong dan menjatuhkan kepalanya di bahu namja
cantik itu.
Jaejoong
tersenyum, tanpa menghentikan permainan musiknya.
Yunho mengusap
wajahnya dan kembali menguap.
Musik indah
itu berhenti mengalun setelah Jaejoong mengakhirinya dengan sempurna.
Pria cantik
itu mendesah puas.
Lalu ia
menoleh kepada Yunho yang masih bersandar di bahunya.
“Maaf, aku membangunkanmu” Ujarnya lembut.
“Hmm, aku terbangun sendiri dan tidak
menemukanmu di sampingku” Balas Yunho serak.
“Maaf, aku selalu ingin bermain piano di pagi
hari”
“Ini masih pagi, dan kau sudah meminta maaf
dua kali”
Jaejoong
tersenyum.
“Hmm, aku punya ide” Gumam Yunho tanpa
beranjak dari bahu Jaejoong.
“Oh ya?” Sahut Jaejoong seraya menekan-nekan
tuts piano tersebut dengan asal.
“Bagaimana kalau setiap senin sampai jumat
kau bisa bermain piano setelah aku menciummu saat aku bangun dan aku yang akan
membuat sarapan? Kemudian di hari sabtu dan minggu kau bisa langsung bermain
piano tanpa perlu menungguku bangun, lalu aku akan mencari ciuman selamat
pagiku sendiri ke sini, melanjutkan tidurku di bahumu, lalu setelahnya kita
bisa membuat sarapan bersama”
Oh—Jaejoong
melebarkan senyumnya.
Ia mengangguk
setuju.
“Itu ide yang sungguh bagus, suamiku” Ujarnya
lucu.
Yunho tertawa.
Ia mengangkat
kepalanya dan segera mendapatkan ciuman selamat pagi dari namja cantiknya.
“Ayo sarapan” Bisik Jaejoong setelah ia
menjauhkan wajahnya.
Namja cantik
itu segera beranjak dari duduknya dan berjalan menuju dapur diikuti Yunho di
belakangnya.
Ia membuka
penutup makanan yang kemudian membuat Yunho mengerjap kagum.
“Kau sudah memasak?”
“Ya, rencananya aku akan bermain piano
sebentar lalu membangunkanmu untuk sarapan”
“Kau membuatku sedikit kecewa, kupikir aku
bisa memelukmu selama kau memasak pagi ini”
Pria cantik
itu tertawa.
Ia segera
duduk di kursinya yang berhadapan dengan kursi Yunho.
Menatap pria
tampan yang sudah melahap sarapannya itu.
Aih—walaupun
rambutnya berantakan, ia tetap saja terlihat tampan.
Jaejoong
mengulum senyum manis.
“Yunho”
“Ya?”
Namja tampan
itu mengangkat wajahnya ketika Jaejoong menggenggam satu tangannya di atas
meja.
Ia masih
mengunyah, namun perhatiannya kini fokus kepada namja cantiknya.
Jaejoong
tersenyum secerah matahari hingga memperlihatkan gigi rapinya.
“Terima kasih” Bisiknya pelan.
Yunho menelan
sarapannya dan meneguk jus jeruknya.
Kemudian ia
balas tersenyum.
“Seharusnya itu kalimatku, Jae, terima kasih karena
sudah menikah denganku” Balas Yunho lembut.
“Tidak, maksudku—terima kasih karena sudah
membuat pernikahan ini berhasil”
“Baiklah, terima kasih”
“Hmm, terima kasih”
Kemudian
mereka tertawa bersama.
END.
Nice story, i like it ^^
BalasHapusSelalu saja hadir dengan ff yang anti-mainstream xD
BalasHapusCeritanya bener2 ringan tapi TOP bangeettt xD
Ditunggu selalu cerita lainnya yaaa... ^^
Wahhh manisnya mereka :)
BalasHapusBagus....
BalasHapus