This zone is only YunJae Fanfictions and this is our world

Selasa, 22 Desember 2015

FF/YAOI/YUNJAE/ONESHOOT/WEDDING ROMANCE



Tittle: WEDDING ROMANCE

Genre: YAOI

Author: Shella Rizal a.k.a Park Sooji

Cast: Yunjae and other

Length: ONESHOOT

Rating: family-romance-fluffy-friendship

WARNING: BOY x BOY! Yg ga suka YAOI mending cabut aja dari sini, cos author Cinta damai~
*kibar2 kutang Jae umma*


-------


Ini adalah sebuah cerita, tanpa kata cinta.
.
.
.
  Everyday it rains~ Everyday it rains~

CKLEK.

Kim Jaejoong menolehkan kepalanya ke belakang ketika pintu studio terbuka.
Ia menaruh telunjuknya di depan bibir ranumnya mengisyaratkan agar pria berwajah kekanakan yang baru masuk itu agar tidak berisik.
Shim Changmin mengangguk patuh.
Mata bambinya melirik Jessica yang sedang bernyanyi di dalam ruangan bersekat.

  “Jadi ini lagu barunya?” Bisik Changmin sepelan mungkin.

Jaejoong mengangguk.
Mata bulatnya masih memperhatikan Jessica.

  “Yyah! Geumanhe!”

Jaejoong dan Changmin refleks menatap Junsu yang berteriak kesal seraya melepas headphone-nya.
Namja imut itu tampak marah.
Membuat Jessica Jung yang berada di ruangan bersekat kaca itu menundukkan wajahnya.

  “Apa-apaan nada itu eoh? Apa kau tidak berlatih?!” Sembur Junsu lagi.

Jaejoong hanya tersenyum kecil, sementara Changmin sudah sibuk membaca partitur lagu yang Jaejoong ciptakan.

  “Mianhae, Oppa...” Cicit Jessica lirih.


  “Ulangi lagi!” Potong Junsu cepat.

Jessica mengangguk patuh.
Suara musik kembali terdengar, dan lagu Everyday It Rains milik Jaejoong pun kembali dinyanyikan oleh gadis blonde itu.

  “Wah, kalau terus seperti ini kurasa album Jessica akan meledak di pasaran, Hyung” Ujar Changmin tersenyum puas.

  “Hm, aku mengorbankan banyak hal untuk album kali ini. Junsu bilang ia menginginkan sesuatu yang berbeda” Jawab Jaejoong mengangkat bahunya.

  “Apa nama albumnya?”

  “Entahlah, aku masih memikirkan lagu mana yang akan menjadi bintang utamanya, Rise As One atau Vertigo. Menurutmu?”

  “Aku suka yang pertama”

  “Akan kuberitahu Junsu secepatnya”

  “Oh iya, ngomong-ngomong tadi di kelasku ada anak jenius lho, Hyung”

Jaejoong menaikkan alisnya.

  “Yang benar? Di kelas musikmu?”

  “Ne! Namanya Lee Taemin, dia bisa menari dengan sangat lincah! Aku saja sampai terpesona padanya”

  “Siapa yang terpesona?”

Jaejoong dan Changmin refleks menoleh ke belakang.
Tersenyum mendapati kehadiran Cho Kyuhyun—tunangan—Shim Changmin yang membawa dua kotak bekal di tangannya.

  “Itu lho, Taemin” Sahut Changmin tersenyum lebar.

  “Oh—anak berambut jamur itu? Iya, aku saja sampai kagum” Seru Kyuhyun cepat.

  “Aku jadi penasaran” Gumam Jaejoong tersenyum tipis.

  “YAH! JANGAN BERISIK!” Teriak Junsu kesal.

Membuat Jaejoong, Changmin, dan Kyuhyun terkejut dan mengutuk namja imut itu.
.
.
.
  “Jaejoongie sayang? Kau sudah pulang?”

Namja cantik itu menghentikan langkahnya.
Ia berjalan memasuki dapur.

  “Ya, ada apa?”

Wanita cantik bernama Kim Heechul itu tersenyum semanis cherry.

  “Keluarga teman Umma sudah menunggu, ayo, ikut Umma”

  “Mwo? Kenapa mendadak sekali? Setidaknya biarkan aku mandi dulu”

Aish.
Yeoja cantik itu menghela nafasnya.

  “Lima menit!” Ujarnya tegas.

Jaejoong melotot.
Heechul balas melotot, hingga membuat namja cantik itu mengangkat tangannya ke atas dan segera bergegas memasuki kamarnya.

Wanita cantik berwajah angkuh itu mengerutkan dahinya ketika ia menyadari sudah hampir setengah jam putra kesayangannya tidak keluar dari kamarnya.
Heechul menghembuskan nafas panjang, kemudian ia segera berjalan menuju kamar Jaejoong dan memekik kaget ketika pintu kamar namja cantik itu terbuka dari dalam.

  “Omo” Gumam Heechul menyentuh dadanya.

Mata bulatnya memandang aneh dari kaki Jaejoong hingga ke atas kepalanya.
Kemudian ia menepuk kepala namja cantik itu.

  “Yah! Apa-apaan setelan jas itu eoh? Rambutmu! Kau pikir kau terlihat tampan dengan rambut ke atas seperti itu?!” Ujar wanita cantik itu seraya mengacak rambut hitam putranya.

  “Umma! Aku butuh waktu lama untuk menata rambutku, aish!!” Seru Jaejoong berusaha menjauhkan tangan Ummanya.

Heechul berteriak kesal, ia menyeret putra tunggalnya kembali masuk ke dalam kamar dan mendudukkan pria cantik itu di depan meja riasnya.
Segera saja wanita cantik itu melepaskan paksa jas yang dikenakan Jaejoong.
Kedua tangannya dengan lincah mengacak rambut hitam tersebut dan mem-blow-nya dengan hairdryer.
Sementara Jaejoong hanya pasrah dengan bibir yang mengerucut kesal.

  “Pakai ini dan ini!” Ujar wanita cantik itu seraya melemparkan sweater hijau tosca dan celana berwarna putih di pangkuan namja cantik itu setelah ia memaksa Jaejoong untuk mengeringkan rambut ber-gel-nya sendiri.

  “Umma, ini kan hanya pertemuan biasa, bukannya kencan buta” Keluh Jaejoong kemudian.

  “Apa kau bilang?” Sahut Heechul kembali memukul kepala putranya.

Jaejoong meringis.

  “Awas saja kalau kau sampai mempermalukan Umma eoh?” Ancam wanita cantik itu dengan mata yang melotot.

Namja cantik itu mencibir walaupun ia menganggukkan wajahnya.

  “Ck, Appa pasti tidak tahu kelakuan iblis yeoja angkuh ini” Gerutuknya.

Heechul berpura-pura tidak mendengar yang satu itu.
Ia hanya tersenyum geli diam-diam.
Aih, putra cantiknya itu~
Menggemaskan sekali! Pekiknya dalam hati.
.
.
.
Mobil mewah berwarna hitam itu berhenti tepat di hadapan hotel berbintang lima milik keluarga Changmin.
Heechul segera menahan tangan Jaejoong sebelum namja cantik itu beranjak keluar dari dalam mobil.
Wanita cantik itu menghela nafas tipis.
Kemudian ia tersenyum lembut seraya mengusap wajah cantik putranya.

Oh—lihatlah rambut berponi itu.

  “Wae Umma?” Tanya Jaejoong menaikkan alisnya.

  “Jae, maukah kau berjanji?” Balas Heechul balik bertanya.

Namja cantik itu merapatkan bibirnya.
Menatap mata bulat Ummanya sejenak, mencoba menerka-nerka apa yang ingin disampaikan oleh wanita cantik itu.
Yah, walaupun Kim Heechul itu wanita yang—sesungguhnya—sangat galak, mau bagaimanapun juga ia tetaplah cinta pertama Kim Jaejoong.
Siapa sih yang tidak ingin menjadi anak dari wanita cantik itu?

Well, minus Junsu dan Changmin, tentunya.

  “Hmm, apa yang harus kujanjikan?” Ujar Jaejoong akhirnya.

  “Kau tahu, kalau sejak dari pintu masuk hotel itu hidupmu Umma yang mengatur. Umma hanya ingin kau berjanji, kalau apapun itu, kau akan menerima kalau Umma hanya melakukan yang terbaik untukmu” Jelas Heechul masih menatap mata bulat putranya.

Jaejoong menaikkan alisnya.

  “Kau bisa pulang sekarang juga kalau kau mau, Jae. Umma tidak akan memaksamu” Sambung wanita cantik itu lagi.

Namja cantik itu menggigit bibir bawahnya tanpa sadar—kebiasaannya kalau sedang bingung—.
Heechul menyandarkan punggungnya pada sandaran jok. Jemarinya masih bertaut dengan tangan milik putra kesayangannya.

  “Umma” Panggil Jaejoong beberapa menit kemudian.

  “Ya, sayang?” Balas Heechul menyunggingkan senyum manisnya.

Oh—ia tahu sekali apa yang akan dikatakan putranya itu.

  “Ayo kita masuk” Ujar Jaejoong mantap.

Karena Kim Jaejoong tidak akan pernah mengecewakan Kim Heechul.
.
.
.
Jaejoong tersenyum kepada sepasang kekasih yang berdiri menyambut kedatangannya dan ibunya saat mereka menghampiri meja yang tergeletak tepat di samping jendela restoran hotel.
 
  “Anyeong haseyo, Kim Jaejoong imnida” Ujar Jaejoong dengan sopan.

  “Namaku Jung Keybum dan ini Jung Jinki. Tapi kau bisa memanggil kami sama seperti kau memanggil Umma dan Appamu Jae” Balas seorang wanita cantik bermata kucing.

Jaejoong menganggukkan kepalanya.
Ia segera mengambil tempat duduk tepat di samping jendela kaca.
Mata bulatnya segera menjelajah kerlap-kerlip Seoul di malam hari.
Ia bahkan tidak mengacuhkan seorang pria tampan yang kini duduk di hadapannya.

  “Kenalkan, ini putra kami, Jung Yunho”

Eeh?

Jaejoong menaikkan alisnya seraya mengalihkan pandangannya ke depan, tersenyum kecil memperlihatkan deretan gigi rapinya.
Aih, padahal Heechul sudah memperingatkannya agar tidak bertingkah memalukan.
Bagaimana bisa ia tidak menyadari kehadiran namja setampan itu di hadapannya eoh?

  “Yunho imnida” Ujar namja berpakaian jas itu sopan.

Jaejoong mengangguk.

  “Kalau tidak salah, kau bekerja sebagai komposer lagu di Entertainment terkenal ne, Joongie?” Tanya Keybum dengan senyum cantiknya.

Jaejoong mengangguk.

  “Ne, aku suka musik sejak kecil” Sahutnya.

  “Kebetulan sekali, uri Yunho sedang mencoba untuk membuka cabang baru dari gedung Seoul Art Centre. Kau bisa mencoba mengaransemen lagu di sana nanti”

  “Ah, ne, temanku ada yang bekerja di sana”

  “Jeongmall?”

  “Hm, Changmin dan Kyuhyun. Mereka pengajar musik di sana, tapi kalau ada waktu luang mereka suka mampir ke kantorku”

Percakapan mereka terpaksa terhenti karena makanan yang sejak awal telah dipesan tiba di meja mereka.
Keybum dan Jinki tersenyum tipis kepada Heechul.
Yang juga dibalas dengan senyuman manis oleh wanita berwajah cantik itu.
Sementara Jaejoong sudah kembali tenggelam dalam kerlap-kerlip Seoul yang begitu indah.
Tidak menyesal ia mengikuti Ummanya ke sini.

Jung Yunho—yang sedari tadi hanya diam—menggerakkan mata musangnya memperhatikan setiap gerak-gerik pria cantik yang duduk di hadapannya itu.
Hal yang pertama ia perhatikan adalah setelan semi-formal yang digunakan namja cantik itu.
Oh—ia bisa melihat bahunya yang seputih salju dari kerah sweater yang longgar itu.
Kemudian telinganya yang tertindik, lalu rambut hitamnya yang pendek.
Seksi sekali, pikirnya.
Ia suka bagaimana poni itu menyamping dan sisa rambutnya yang berada di kedua sisi telinganya ditata cantik hingga menyentuh wajah pualamnya.

Jaejoong dan Yunho hanya bersuara jika ditanyai oleh Heechul dan Keybum.
Selebihnya mereka menghabiskan waktu dengan pikiran masing-masing.
Yunho melirik pemandangan yang berhasil membuat Jaejoong terbius di hadapannya.
Namun sedetik kemudian ia kembali memandangi namja cantik itu.

Kim Jaejoong lebih menarik daripada lampu-lampu di luar sana. Pikirnya.

  “Kapan tanggal pernikahannya dilaksanakan?”
 
  “Secepatnya”

Mwo?
Jaejoong tersentak kaget dan segera memandangi Ummanya yang kini tersenyum manis kepada Keybum.
Mata besarnya membulat lucu.

  “Siapa yang akan menikah, Umma?” Tanyanya bingung.

Aih, yeoja cantik itu tersenyum lucu, ia mencubit gemas pipi putranya.

  “Tentu saja kau dan Yunho, Jaejoongie” Ujarnya.

DEG.

Jaejoong seakan tersengat listrik.
Ia menolehkan wajahnya, menatap Yunho yang masih diam sejak tadi.
Pria tampan itu hanya tersenyum sopan kepadanya.

  “Umma—” Jaejoong hendak memprotes, tapi kemudian memorinya berputar mengingatkan dirinya.

  [ “Jae, maukah kau berjanji?” ]

Oh—shit.

  “Ya, Jae?” Gumam Heechul lembut. Mengulurkan tangannya mengusap jemari putranya.

Jaejoong tersenyum tipis.
Ia menggeleng pelan.

  “Aniyo, ani” Bisiknya lirih.


-------


Dunianya seolah berputar 180 derajat.
Bagaimana bisa ia terbangun pagi ini sebagai seorang Jung?
Jaejoong hanya bisa terkejut dalam diam ketika ia membuka kedua mata besarnya dan mendapati Jung Yunho yang berbaring di sampingnya.
Pria tampan itu sudah bangun lebih dulu.
Hanya saja ia bersandar di kepala ranjang dan menyibukkan diri dengan ponselnya.

  “Oh—pagi” Ujar Yunho ketika ia menyadari bahwa namja cantik itu telah terbangun.

Jaejoong mengangguk, lalu menguap dengan mulut yang tertutup oleh tangan, dan segera beranjak bangkit dari baringnya.

  “Jam berapa sekarang?” Tanya Jaejoong menyipitkan mata besarnya.

  “Sepuluh” Sahut Yunho singkat.

Jaejoong mendesah pendek.
Ia segera berjalan menuju kamar mandi dan membasuh wajahnya.
Setelah selesai menyikat giginya, pria cantik itu bergegas keluar dari kamar dan berjalan memasuki dapur.

  “Ponselmu bunyi”

Omo!
Pria cantik itu nyaris terlonjak kaget ketika Yunho tiba-tiba muncul di belakangnya dengan ponselnya yang mengacung.
Jaejoong segera mengambil ponsel miliknya dan melirik Yunho yang masih acak-acakan kini duduk di kursi meja makan.

  “Yeoboseyo? Ne Junsu ah”

Yunho mengangkat wajahnya, melirik punggung Jaejoong dengan bahu yang mengapit ponselnya.

  “Arrasseo, 15 menit lagi, oke? Aku baru saja bangun”

Namja tampan itu meletakkan ponsel miliknya di atas meja.
Kemudian ia berpangku tangan memandangi Jaejoong yang sudah menggoreng sesuatu di wajan.

  “Ya, beritahu Changmin kalau aku butuh bantuannya untuk perbaikan nada yang itu, ah—jangan lupa, siapkan minuman isotonikku, aku sulit berkonsentrasi kalau tidak ada itu”

TREK.

Yunho menunduk, menatap sepiring nasi goreng sosis yang mengepul hangat di hadapannya.
Aih, perutnya segera berbunyi.

  “Apa? Jessie tidak bisa latihan hari ini? Kenapa?”

Jaejoong tampak kesal.
Terbukti dari dahinya yang mengerut.
Yunho masih terus memperhatikan namja cantik itu.
Ia sudah menyendok nasi goreng super lezatnya sekarang.

  “Aku tidak mau tahu! Gadis manja itu harus sudah ada di studio saat aku tiba!”

Sambungan telepon itu terputus.
Jaejoong duduk dengan kasar di atas kursinya.
Tepat berhadapan dengan Yunho.
Namja cantik itu mengusap wajahnya dan menyendok nasi gorengnya dengan brutal.

  “Uhukk!”

Yunho membulatkan mata musangnya.
Ia refleks bangkit dari duduknya dan menghampiri namja cantik itu, menepuk punggungnya pelan seraya memberikan minum di hadapan bibir ranum itu.
Jaejoong segera meneguk air mineralnya dengan rakus.
Setelahnya ia bernafas dengan cepat.

  “Terima kasih” Bisik Jaejoong lirih.

Yunho mengangguk.

  “Ada masalah dengan pekerjaanmu?” Tanya Yunho setelah cukup lama ia berdiam diri.

Jaejoong mengangguk.

  “Kau tidak bekerja?” Balas Jaejoong balik bertanya.

  “Aku akan berangkat sebentar lagi”
 
  “Hmm, baiklah”

Jaejoong tersenyum tipis, kemudian ia segera mengangkat piring kotornya dan menaruhnya di westafel.
Aih, mendadak hidup dengan orang asing ternyata tidak semudah yang ada di film dan novel.
Ini sungguh canggung.
Ck.
Jaejoong menggaruk tengkuknya.

Tanpa menyadari sepasang mata musang yang sejak awal sudah memperhatikan dirinya.


-------


Sebulan pernikahan mereka berlalu begitu saja.
Keduanya terlalu sibuk dengan dunia masing-masing.
Hanya ketika akan tidur saja mereka berkoneksi.
Yah, seperti yang sudah kukatakan sebelumnya, mendadak hidup dengan orang asing itu sulit.
Wait, orang asing? Oh—mereka bahkan sepasang suami istri sekarang.

  “Pagi”

Itu Jaejoong, yang sudah cantik dengan jaket kesayangannya.
Sementara Yunho yang sedang membenarkan dasinya mengangguk dengan ponsel yang terapit di bahu kirinya.

  “Ya, tentu saja, minggu depan audisi akan dilaksanakan, baiklah, anyeong”

Namja cantik itu sibuk mengatur meja makan sedari tadi.
Ia bahkan terlihat tidak berminat dengan pembicaraan yang dilakukan Yunho barusan.
Dunia juga tahu kalau pria itu sedang mengurusi pekerjaannya.

  “Jja, sarapan dulu” Ujar Jaejoong seraya menarik kursinya lebih dekat dengan meja makan.

  “Omelet?” Gumam Yunho menaikkan alisnya.

Jaejoong mengangguk. Ia sudah memotong telurnya dan tersenyum puas ketika nasi gorengnya tumpah keluar.

  “Seperti biasa, lezat sekali” Puji Yunho yang terus menyuap omeletnya.

Ia selalu menyukai masakan namja cantik itu.

  “Yunho”

  “Ya?”

  “Mobilku rusak, boleh aku menumpang hari ini?”

  “Rusak? Kenapa?”

  “Aku tidak tahu, mesinnya tidak mau hidup, yah...Sebenarnya kejadiannya kemarin sih di kantor. Aku sudah membawanya ke bengkel”

  “Kenapa tidak menghubungiku kemarin?”

Eeh?
Jaejoong mengangkat wajah cantiknya.
Menatap polos kepada Yunho.
Membuat namja tampan itu berdesah pendek dan bersidekap seraya bersandar di kursi.

  “Aku ini suamimu, seharusnya aku tahu segala tentangmu” Ujar Yunho dengan dahi yang bersiku.

Mwo?
Mata bulat Jaejoong membesar lucu.
Ia menaikkan alisnya dan terkekeh.

Suami?
Segala tentangnya?

Yang benar saja!

  “Kau bercanda? Kenapa baru sekarang kau protes tentang hal itu?” Sanggah Jaejoong meletakkan sendoknya di piring.

  “Aku sudah berpikir semalam, kita tidak bisa terus seperti ini. Pernikahan kita tidak sehari dua hari, Jae” Kilah Yunho kemudian.

Jaejoong menggeleng.

  “Kita sudah pernah sepakat, kalau masing-masing dari kita tidak akan mencampuri urusan yang lain”

Yunho baru saja akan menyahut, namun Jaejoong sudah lebih dulu bangkit dari duduknya dan membawa piringnya ke westafel.
Kemudian ia mengambil tasnya dan menoleh kepada Yunho.

  “Aku pergi duluan, naik bis” Ucapnya.

Dan ia segera menghilang dari pintu depan.

Yunho menghela nafas panjang.
Namja tampan itu kembali melanjutkan sarapannya dan mengerutkan dahinya.

  “Kenapa ia sensitif sekali?” Pikirnya bingung.

Padahal kan awalnya mereka sedang membahas tentang mobil Jaejoong yang rusak.
Aigoo.
.
.
.
  Everyday it rains~~ Everyday—

  “YYA! NADA JENIS APA ITU EOH?! APA KAU TIDAK BERLATIH?!”

  “Mianhae, Oppa”

  “Aish! Maaf saja yang kau bisa! Album ini akan dirilis minggu depan!”

  “Mianhae, aku akan berusaha keras!”

Changmin dan Kyuhyun saling menyenggol satu sama lain seraya melirik-lirik namja cantik itu.
Namja berkulit pucat itu mengindikkan bahunya kepada Changmin, ikut bingung mengapa peran Junsu yang biasanya suka berteriak di studio itu kini diambil alih oleh Jung Jaejoong.

  “Yang sabar, Hyung, ia juga sudah berusaha” Tegur Changmin ketika Jaejoong kembali duduk bersama mereka.

Sementara Junsu sudah mengambil alih pemantauan lagu Jessica.

  “Jangan bicara padaku! Aku sedang kesal hari ini!” Ketus Jaejoong merengut.

Changmin dan Kyuhyun segera saling bertatapan.
Kemudian seringai jahat itu muncul di sudut bibir masing-masing.

  “Aah~ Sedang ‘waktunya’ ya, Hyungie?” Tanya Changmin terkikik.

Jaejoong melotot.

  “Kau pikir aku yeoja eoh?!”

Kyuhyun menaikkan alisnya, ia menepuk paha Jaejoong.

  “Marah-marah terus, sensitif sekali eh? Ada masalah dengan suamimu? Umm~ Masalah ranjang, mungkin?”

Shim Changmin sudah tertawa.
Diikuti Junsu yang diam-diam mendengarkan percakapan konyol ketiganya sejak tadi.
Aih, mereka itu. Pikirnya.
Jaejoong semakin melotot.
Ia menepuk kesal kepala Kyuhyun.

  “Hyung! Jangan pukuli kekasihku dong! Hanya aku yang berhak menyakitinya!” Jerit Changmin berdiri dari duduknya.

  “Apa kau bilang?! Dasar monster!” Balas Kyuhyun kesal.

Uh—mau tidak mau Jaejoong menahan kedutan di bibirnya yang ingin sekali tertawa.
Kenapa bocah-bocah ini selalu berhasil menghiburnya eh?
Sebenarnya spesies jenis apa mereka ini?

  “Yunho mencoba mengaturku pagi ini, dan aku tidak suka” Ungkap Jaejoong di tengah kebisingan.

Duo evil itu berhenti bertengkar.
Mereka segera menatap Jaejoong yang menenggak minuman isotoniknya.

  “Mengatur seperti apa, Hyung? Ia marah kalau melihatmu berdekatan dengan orang lain? Atau ia memerintahmu untuk mengikuti perintahnya setiap ia berbicara?” Tanya Kyuhyun penasaran.

Jaejoong menggeleng.

  “Ani, ia berkata kalau ia harus tahu segala tentangku, termasuk tentang kerusakan mobilku kemarin” Ujarnya pelan.

  “Eungkyangkyang~~” Jaejoong mendelik, Junsu sudah tertawa di sana.

Aish.

  “Hyung! Dia itu hanya ingin melakukan sesuatu untuk pernikahan es batu kalian ini! Memangnya mau sampai kapan kalian hidup seperti ini eoh? Seperti langit dan bumi saja, tidak pernah berdekatan!”

  “Diam kau, Park Junsu!”

Junsu menyengir.

  “Junchan benar, Hyung. Sudah bagus suamimu itu mau peduli terhadap kelangsungan pernikahan kalian. Lagipula apa yang dimintanya memang tidak salah sama sekali” Komentar Changmin sok bijak.

  “Oh ya? Memangnya kalian seperti itu juga?” Tanya Jaejoong dengan wajah bodohnya.

Kyuhyun mengangguk bangga.

  “Bahkan kapan terakhir kali aku buang air besar pun, Chamii selalu tahu” Ujarnya.

Jaejoong mengernyit.

  “Menjijikkan” Gusarnya.

Namja berkulit pucat itu memutar bola matanya.

  “Aku hanya bercanda, Hyung” Ujarnya.

  “Jadi intinya kau harus membuka diri kepada Yunho Hyung. Kudengar perusahaannya akan membuat audisi minggu depan, bagaimana kalau kau menawarkan diri untuk menjadi komposer musiknya?” Potong Changmin yang sudah mengunyah buah yang tersedia di atas meja.

  “Masalah album Jessica tidak perlu kau pikirkan, Hyung. Aku yang akan mengurusnya” Sahut Junsu yang masih di sana.

Kyuhyun dan Changmin ber-toss ria.
Sementara Jaejoong menghela nafas panjang seraya bersandar di sandaran sofa.

  “Akan kucoba” Bisiknya pasrah.


-------


Shim Changmin sialan.
Jaejoong bersumpah kalau ia akan menjambak rambut bocah setan itu setelah ini.
Apa katanya?
Membantu Yunho di acara audisi?
Oh—membantu memperhatikan kemesraan namja sok tampan itu dengan artis barunya?
Begitu?

  “Aah~~ Oppaa~~ Aku tidak bisa membuka minumnyaa~”

Twitch.

  “Sini, biar kubantu”

  “Yang benar? Yunho Oppa memang baik hati~! Joa!”

Twitch!

Jaejoong sudah bisa merasakan dahinya sakit karena kedutan-kedutan yang muncul.
Ia berusaha menahan kesabarannya sejak tadi.
Namja cantik itu menghembuskan nafas panjang dan mengambil ponselnya dari dalam tas untuk menghubungi Junsu.

  “Jemput aku sekarang di kantor Yunho” Ujarnya cepat.

Ia segera memutuskan panggilan teleponnya sebelum Junsu memprotes.
Namja cantik itu kembali memicing kepada suaminya dan gadis cantik yang menempel di samping namja tampan itu.
Kemudian ia segera melangkahkan kakinya beranjak keluar dari ruangan.

  “Anda Kim Jaejoong, bukan?”

Eoh?
Namja cantik itu menoleh dan menatap seorang pria berkacamata dengan senyuman mematikan di hadapannya.
Ia mengangguk dan seketika pria berlesung pipi itu mengulurkan tangannya yang diterima oleh Jaejoong.

  “Namaku Choi Siwon, dan aku penggemar berat anda, musik yang anda hasilkan selalu luar biasa”

  “Aigoo, kau terlalu memujiku”

  “Anda lihat grand piano di sana? Saya akan sangat senang sekali kalau anda memainkan satu lagu untuk saya”

  “Mwo?”

Namja cantik itu mengalihkan pandangannya sesuai arah yang ditunjuk oleh Siwon.
Ia melihat sebuah piano hitam yang sangat indah di sudut panggung audisi.
Pria cantik itu segera mengangguk setuju ketika ia menyadari bahwa ia telah terpesona dengan keindahan alat musik tersebut.
Siwon melebarkan senyumnya, ia segera menuntun Jaejoong ke atas panggung dan berdiri di samping piano tersebut memperhatikan idolanya.

Jung Yunho terkejut ketika telinganya mendengar suara tuts piano yang diawali dengan kelembutan namun diikuti dengan nada tajam dan melengking.
Seolah musik yang sedang dimainkan itu merupakan luapan perasaan dari sang maestro.
Pria tampan itu membalikkan tubuhnya dan kembali tertegun saat ia menatap sosok Jaejoong—istrinya—yang sedang bermain piano dengan lincah di atas sana.

Oh—ia terlihat begitu—indah.

Mata besar Jaejoong terbuka, namun jemari lentiknya masih bergerak dengan lihai.
Tatapannya lurus memandang sepasang mata musang milik Yunho yang membalasnya.
Dahi Jaejoong berkerut entah kenapa, ia kembali memejamkan matanya dan mencoba untuk berkonsentrasi penuh pada permainan musiknya.
Hingga kemudian penampilan maestro itu selesai dan menyisakan tepuk tangan yang meriah di akhir tuts.

  “Permainan yang sungguh indah! Luar biasa!” Puji Siwon tersenyum puas.

  “Sama-sama, senang rasanya bisa bermain dengan piano jenis ini, tipe mahal memang tidak bisa menipu, ya?” Balas Jaejoong dengan senyuman manisnya.

Oh—mood-nya sudah kembali.
Musik memang selalu menjadi kekuatannya.

  “Barusan itu mengagumkan sekali, aku sangat bangga padamu”

DEG.

Pipi Jaejoong merona malu dalam sekejap ketika sepasang lengan kekar Yunho memeluk pinggangnya dari belakang.
Mata besar pria cantik itu melirik Siwon dengan tidak enak.
Tapi pria berlesung pipi itu hanya mengulum senyum simpul.

  “Kalian pasangan yang sangat serasi” Puji pria berkacamata itu.

  “Kau dan Kibum juga sama serasinya” Balas Yunho terkekeh.

Aduh—perut Jaejoong terasa melilit ketika pria tampan itu berbicara di telinganya.
Ia bisa merasakan nafas Yunho yang hangat.

  “Jae Hyung! Aku mencarimu dari tadi, lama menunggu ya?”

Eoh?
Ketiga pria itu menoleh ke sumber suara dan menatap Junsu yang sudah melangkah menghampiri mereka.
Jaejoong segera melepas pelukan Yunho di pinggangnya.
Ia menelan salivanya gugup.

  “Park Junsu imnida” Ujar Junsu membungkuk sopan.

Yunho dan Siwon mengangguk.
Pria berlesung pipi itu segera beranjak meninggalkan panggung setelah membalas sapaan Junsu dan berterima kasih untuk yang kedua kalinya kepada Jaejoong.

  “Ayo Hyung, aku sudah lapar sekali” Ujar Junsu tidak sabar.

  “Kau akan pulang?” Tanya Yunho menaikkan alisnya.

Jaejoong mengangguk—sedikit tidak rela sebenarnya—setelah mood-nya kembali baik karena permainan piano barusan.

  “Padahal aku sudah merencanakan makan malam di luar setelah audisi ini selesai, apa benar-benar harus pergi sekarang?” Ujar Yunho lembut.

DEG.

Pipi Jaejoong merona dalam sekejap.
Ia mengalihkan pandangannya ke arah Junsu dan menggigit bibir ranumnya ragu.
Aih, dari situ saja Junsu sudah tahu kalau Jaejoong sudah menyesali keputusannya minta dijemput.

  “Ah! Aku lupa! Changmin memintaku membelikannya es krim! Aduh, nanti meleleh kalau kelamaan, maaf ya Hyung, kita tidak jadi makan bersama, lain kali saja eoh!” Ujar Junsu mendadak panik dan segera berlari meninggalkan panggung setelah membungkuk sopan.

Jaejoong mengerjapkan matanya bingung.
Sementara Yunho sudah tertawa geli di sampingnya.

  “Temanmu itu baik sekali, ya?” Ujarnya tulus.

Jaejoong terkejut.
Ia membesarkan mata bulatnya menyadari akal-akalan Junsu barusan.
Aish! Park Junsu! Teriaknya dalam hati.

  “Kajja, masih ada tiga peserta lagi” Ajak Yunho menarik tangan Jaejoong untuk turun dari panggung.

Pria cantik itu menghela nafasnya.
Ia mengangguk pasrah dan mengikuti langkah kaki Yunho.
Ya Tuhan—apa yang terjadi padanya barusan?
Ia cemburu lalu kemudian berdebar-debar karena suaminya.
Yang benar saja.
.
.
.
  “Terima kasih” Bisik Jaejoong ketika tiba-tiba Yunho menukarkan piring stiknya dengan milik pria tampan itu yang sudah terpotong dadu.

Yunho tersenyum simpul menanggapinya.
Namja cantik itu meraih gelas anggurnya dan menggoyangkan gelas tersebut sebelum ia meminum anggur tersebut.

  “Hmm, lezat sekali, sudah lama aku tidak makan malam seperti ini” Desah Jaejoong puas.

  “Kalau begitu setiap akhir pekan kita akan makan di luar, bagaimana?” Tanya Yunho ikut meminum anggurnya.

Jaejoong mengangguk setuju, ia sudah memasukkan sepotong daging ke dalam mulutnya.

  “Yunho, ini enak sekali, bagaimana bisa kau menemukan restoran ini?”

  “Temanku yang memberitahu, memang susah menemukan tempat ini karena lokasinya, tapi untuk orang-orang yang sudah pernah datang ke sini mereka pasti akan menjadi pelanggan tetap”

  “Aku juga akan menjadi pelanggan tetap”

Yunho mengangguk.

  “Lagu yang kau mainkan tadi, itu aransemenmu sendiri?” Tanya pria tampan itu setelah menelan daging lezatnya.

  “Ya, dan lagu itu belum pernah dipublikasi karena aku tidak berniat untuk menjualnya kepada publik” Sahut Jaejoong santai.

  “Lagu yang indah”

  “Terima kasih, tapi kupikir musiknya menjadi dua kali lebih indah karena piano itu. Aku suka tutsnya, ringan dan menghasilkan suara yang jernih”

Yunho tidak menyahut.
Ia hanya tersenyum menanggapi Jaejoong yang terus berbicara mengenai piano tersebut.
Ah—wajah cantik itu terlihat semakin mempesona.
Pria cantik itu benar-benar hidup untuk musik, pikirnya.

  “Yunho, besok kita ke sini lagi, ya?”

  “Tentu saja, apapun untukmu”

Jaejoong tersenyum.

  “Terima kasih” Bisiknya tulus.


-------


Jaejoong pikir tidak ada ruginya juga setelah ia mempertimbangkan ucapan Changmin, Kyuhyun dan Junsu kepadanya.
Mereka benar, pernikahan ini tidak hanya sehari dua hari, tapi untuk selamanya.
Namja cantik itu melepaskan headphone-nya dan tersenyum kepada Jessica yang menatapnya dari dalam studio.
Wanita blonde itu tersenyum senang dan segera beranjak keluar dari ruangan kedap suara itu.

  “Bagus sekali, kau rajin latihan, ya?” Ujar Jaejoong masih dengan senyumnya.

Jessica tersenyum malu.
Ia mengangguk sopan.

  “Albummu akan segera diluncurkan satu minggu dari sekarang”

  “Ya Oppa, terima kasih banyak! Aku sangat senang!”

Wanita blonde itu membungkuk sopan dan segera beranjak menghampiri manajernya.
Meninggalkan Jaejoong yang menghela nafas lega.
Pria cantik itu segera duduk di kursi meja bundar tempatnya bersantai selama ini.
Kemudian ia membuka buku kumpulan aransemen musiknya.

  “Hyung! Hyung!”

Eoh?
Namja cantik itu mengangkat wajahnya dan menaikkan alis menatap Changmin yang berlari memasuki studio.
Pria berwajah kekanakan itu tampak panik namun dengan wajah yang sumringah, sungguh membuat bingung.

  “Hyung! Tadi aku ke rumahmu karena aku ingn mengajakmu makan, tapi, WOW! Apa yang kulihat adalah hal yang paling luar biasa untuk tahun ini!” Pekik Changmin heboh.

Jaejoong mengerutkan dahinya.
Changmin menarik nafas, lalu tersenyum lebar.

  “Di dalam rumahmu! Ada grand piano Heintzman! Bisa kau percaya itu?!”

Mwo?
Jaejoong membulatkan mata besarnya.
Ia sontak berdiri dari duduknya.

  Itu merek termahal selama sepanjang tahun! Ini gila! Tunggu sampai Junsu mendengar kabar ini!

  Kau serius? Benda semahal itu? Di rumahku?

  Ya, rumah barumu dan suamimu! Fun-fucking-tastic! Omo! Apa kau bisa memintanya untuk membelikanku biola Stradivari?

  “Kau gila”

  “Hahahaha”

Changmin menarik kursi, kemudian ia duduk di sana.

  “Kyuhyun mana?” Tanya Jaejoong ikut duduk.

  “Masih di rumahmu, ia menolak untuk pergi, hahaha, aigoo” Kekeh Changmin geli.

  “Kalau begitu kurasa aku harus kembali sekarang”

  “Tapi aku baru saja tiba! Kau tega Hyung!”

Jaejoong tidak menyahut.
Ia menepuk kepala Changmin dan segera mengambil mantelnya.
Meninggalkan Changmin yang kini mendengus bosan.
.
.
.
Jaejoong tidak melihat mobil Kyuhyun di halaman rumahnya.
Ia menaikkan alisnya.
Mungkin namja cerewet itu sudah pulang, pikirnya.
Jaejoong segera membuka pintu depan dan membuka sepatunya.

  “Aku pulang!” Serunya lantang.

Pria cantik itu menggantung mantelnya di gantungan teras dalam dan segera melangkahkan kakinya memasuki ruang tamu menuju ruang tengah.

DEG.

Omo.
Shim Changmin tidak berbohong!
Piano super mahal itu ada di dalam rumahnya!
Oh—Jaejoong menahan nafasnya.
Kakinya melangkah kaku.
Ia menggigit bibir ranumnya seraya mengulurkan tangan mengusap permukaan benda tersebut.

Ini sungguh indah, gumamnya dalam hati.

Namja cantik itu segera mendudukkan dirinya di kursi piano tersebut dan segera membuka papan penutup tuts.
Ia menyentuh tuts tersebut dan menekannya ringan.
Jaejoong tidak bisa menahan senyuman bahagianya lebih dari ini.
Ia segera menggerakkan jemarinya lincah.

Mengisi ruang kosong rumahnya dengan alunan musik piano yang dimainkan olehnya.
Mata bulat itu terpejam.
Wajah cantiknya merona segar—oh—Jaejoong tidak bisa mengungkapkan rasa bahagianya kecuali dengan permainan musik ini!
Pria cantik itu tidak berhenti, ia terus saja mengganti setiap lagu yang selesai dengan lagu lainnya.

Bahkan ia sampai memainkan lagu anak-anak.

Hingga akhirnya sebuah pelukan erat dari belakang tubuhnya menghentikan gerakannya dalam sekejap mata.
Jari Jaejoong bergetar ringan.
Dadanya naik turun mengatur nafasnya yang tersengal.
Bibirnya terbuka menarik nafas.
Lalu ia mendongak dan tersenyum setelah pria yang memeluknya itu mengecup pipi kanannya.

  “Yunho..hh..hh..” Bisik Jaejoong masih mengatur nafasnya.

Namja tampan itu tersenyum simpul.
Ia melepaskan pelukannya dan duduk di samping Jaejoong.
Mengulurkan tangannya mengusap pipi yang merona segar itu.
Oh—ia sungguh suka rona bahagia milik Jaejoong.

  “Kau—membeli piano ini untukku?” Bisik namja cantik itu lirih.

Yunho mengangguk.
Ia menggenggam tangan Jaejoong dan meremasnya pelan.

  “Ya, aku tahu musik adalah hidupmu” Balasnya lembut.

Bibir Jaejoong berkedut.
Ia meringis.

  “Terima kasih” Ujarnya tulus.

Yunho kembali mengangguk.
Kemudian ia merengkuh bahu Jaejoong dan mengecup puncak kepalanya lembut.
Membuat Jaejoong memejamkan mata bulatnya dan tersenyum bahagia.


-------


Yunho mengernyitkan dahinya pagi ini.
Ia meregangkan tubuhnya dan mengulurkan tangannya ke samping.
Kosong.
Ia tidak menemukan Jaejoong yang seharusnya ada di sana.
Pria tampan itu beranjak duduk dari baringnya dan menguap.

Ia mendapatkan kesadarannya ketika telinganya menangkap suara piano yang indah.
Yunho tersenyum tipis.
Ia segera memakai piyamanya dan mengancingnya asal.
Kemudian pria tampan itu segera melangkah menuju ruang tengah.

Apa yang dilihat Yunho pagi ini sungguh menarik.
Pria tampan itu mendapati istrinya sedang bermain piano yang sengaja ia letakkan di samping jendela kaca ruang tengah.
Jaejoong masih memakai piyama dengan rambutnya yang berantakan.
Tapi ia terlihat sangat cantik dengan sinar matahari yang menerangi wajah segarnya.

Yunho melangkah menghampiri kekasihnya.
Ia segera mendudukkan dirinya di samping Jaejoong dan menjatuhkan kepalanya di bahu namja cantik itu.
Jaejoong tersenyum, tanpa menghentikan permainan musiknya.
Yunho mengusap wajahnya dan kembali menguap.

Musik indah itu berhenti mengalun setelah Jaejoong mengakhirinya dengan sempurna.
Pria cantik itu mendesah puas.
Lalu ia menoleh kepada Yunho yang masih bersandar di bahunya.

  “Maaf, aku membangunkanmu” Ujarnya lembut.

  “Hmm, aku terbangun sendiri dan tidak menemukanmu di sampingku” Balas Yunho serak.

  “Maaf, aku selalu ingin bermain piano di pagi hari”

  “Ini masih pagi, dan kau sudah meminta maaf dua kali”

Jaejoong tersenyum.
 
  “Hmm, aku punya ide” Gumam Yunho tanpa beranjak dari bahu Jaejoong.

  “Oh ya?” Sahut Jaejoong seraya menekan-nekan tuts piano tersebut dengan asal.

  “Bagaimana kalau setiap senin sampai jumat kau bisa bermain piano setelah aku menciummu saat aku bangun dan aku yang akan membuat sarapan? Kemudian di hari sabtu dan minggu kau bisa langsung bermain piano tanpa perlu menungguku bangun, lalu aku akan mencari ciuman selamat pagiku sendiri ke sini, melanjutkan tidurku di bahumu, lalu setelahnya kita bisa membuat sarapan bersama”

Oh—Jaejoong melebarkan senyumnya.
Ia mengangguk setuju.

  “Itu ide yang sungguh bagus, suamiku” Ujarnya lucu.

Yunho tertawa.
Ia mengangkat kepalanya dan segera mendapatkan ciuman selamat pagi dari namja cantiknya.

  “Ayo sarapan” Bisik Jaejoong setelah ia menjauhkan wajahnya.

Namja cantik itu segera beranjak dari duduknya dan berjalan menuju dapur diikuti Yunho di belakangnya.
Ia membuka penutup makanan yang kemudian membuat Yunho mengerjap kagum.

  “Kau sudah memasak?”

  “Ya, rencananya aku akan bermain piano sebentar lalu membangunkanmu untuk sarapan”

  “Kau membuatku sedikit kecewa, kupikir aku bisa memelukmu selama kau memasak pagi ini”

Pria cantik itu tertawa.
Ia segera duduk di kursinya yang berhadapan dengan kursi Yunho.
Menatap pria tampan yang sudah melahap sarapannya itu.
Aih—walaupun rambutnya berantakan, ia tetap saja terlihat tampan.
Jaejoong mengulum senyum manis.

  “Yunho”

  “Ya?”

Namja tampan itu mengangkat wajahnya ketika Jaejoong menggenggam satu tangannya di atas meja.
Ia masih mengunyah, namun perhatiannya kini fokus kepada namja cantiknya.
Jaejoong tersenyum secerah matahari hingga memperlihatkan gigi rapinya.

  “Terima kasih” Bisiknya pelan.

Yunho menelan sarapannya dan meneguk jus jeruknya.
Kemudian ia balas tersenyum.

  “Seharusnya itu kalimatku, Jae, terima kasih karena sudah menikah denganku” Balas Yunho lembut.

  “Tidak, maksudku—terima kasih karena sudah membuat pernikahan ini berhasil”

  “Baiklah, terima kasih”

  “Hmm, terima kasih”

Kemudian mereka tertawa bersama.

END.

4 komentar:

  1. Selalu saja hadir dengan ff yang anti-mainstream xD
    Ceritanya bener2 ringan tapi TOP bangeettt xD
    Ditunggu selalu cerita lainnya yaaa... ^^

    BalasHapus