This zone is only YunJae Fanfictions and this is our world

Selasa, 22 Desember 2015

FF/OT5/DBSK/ONESHOOT/BEHIND THE SCENE



Tittle: BEHIND THE SCENE

Genre: BROTHERHOOD-FAMILY

Author: Shella Rizal a.k.a Park Sooji

Cast: DBSK

Length: ONESHOOT

Rating: family-brotherhood-canon-friendship

Disarankan untuk membaca facts DBSK terlebih dahulu :D

Thankyou for all of you guys! Because of you I was choosen by Indonesian Cassiopeia as Best Favorite Fanfiction Author at DongBang Award 2015! 
And this was the nomination fanfic, enjoy :) 


-------


Ketika lima menjadi satu.
.
.
.
Seoul, 2003.

Kim Junsu tidak pernah menyangka bahwa hari ini akan datang di dalam hidupnya.
Tujuh tahun ia menjadi seorang trainee dari SM Entertainment dan sekarang ia dihadapkan dengan tiga pemuda tampan yang berdiri di sampingnya.
Mata sipit Junsu bergerak pelan, memperhatikan laki-laki yang terlihat sangat jantan walau dengan wajah kecilnya yang aneh, dan ia tersenyum manis, saat lelaki yang diperhatikannya itu balas memandang wajah manisnya.

  “Kim Junsu” Ujar Junsu ramah.

  “Jung Yunho” Balas namja tampan itu singkat.

Oh—bagaimana bisa mereka berbincang banyak? Mengingat saat ini mereka sedang dikumpulkan di hadapan petinggi Entertainment.
Sementara itu, namja bertubuh mungil dengan wajah cantiknya menghembuskan nafas diam-diam.
Mata bulatnya yang lucu terus bergerak-gerak memperhatikan bocah bertubuh tinggi yang berdiri di dekatnya.
Dan bocah itu terlihat seperti murid sekolah dasar yang akan memasuki tahun ajaran baru.

  “Apa lihat-lihat?”


Kim Jaejoong—namja berwajah cantik itu—terkejut ketika bocah tersebut menatapnya dengan aneh.
Ia berdehem, mencoba tersenyum walau gugup.

  “Kim Jaejoong” Ujarnya.

Bocah berwajah kekanakan itu menaikkan alisnya.
Tapi kemudian ia balas tersenyum tipis.

  “Shim Changmin” Jawabnya.

TOK TOK TOK.

Keempat pemuda tampan beserta petinggi Entertainment itu sontak menoleh ke arah pintu yang terketuk dari luar.
Yunho memutuskan untuk maju membuka pintu tersebut dan mengerjapkan mata musangnya ketika ia mendapati sosok seorang namja berpipi chubby dengan topi rajutnya.

  “Salam kenal, namaku Park Yoochun”

Yunho mengangguk, membuka pintu lebih lebar lagi dan membiarkan pemuda cassanova itu melangkah memasuki ruangan.
Dan ketika mereka berlima sudah berjejer rapi di hadapan petinggi, namja berkacamata dengan nama Lee Soo Man itu tersenyum puas.

  “Mulai hari ini kalian akan menjalani debut pertama dengan album yang sudah disiapkan. Hasil diskusi para petinggi mencetuskan bahwa kalian akan debut dengan nama DongBangShinKi, dengan Jung Yunho yang akan menjadi leader kalian” Jelas namja berkacamata itu lantang.

DEG.

Keempat pemuda itu saling melirik satu sama lain.

Junsu menatap Yoochun, ia tahu bahwa namja chubby itu baru menjalani debutnya selama enam bulan. Namja berwajah manis itu mendengus, sama sekali tidak menerima keputusan petinggi dengan meluluskan Park Yoochun. Bagaimana bisa namja itu disamakan dengan dirinya yang sudah menjalani trainee selama tujuh tahun eoh?

Ck.

Dan detik itu juga Junsu memutuskan kalau ia tidak menyukai Park Yoochun.

Sementara itu Jaejoong menatap sengit ke arah Yunho.
Ini sama sekali tidak adil! Pekiknya dalam hati.
Mereka sudah bersama-sama di dalam sebuah grup yang bernama Four Season!
Kenapa harus Yunho yang menjadi leader-nya eoh? Ia bahkan lebih tua dari pada namja tampan itu.
Cih. Jaejoong mengalihkan pandangannya, mencoba menahan rasa kesalnya yang membuncah.
Ia benci lelaki itu. Ia benci Jung Yunho.

Hanya Shim Changmin yang tidak bereaksi lebih seperti yang lainnya.
Namja berwajah kekanakan itu hanya mengerjapkan mata bambinya dengan lucu.
Lalu bibir tipisnya menyunggingkan senyum simpul.
Ah, ini akan sangat menarik, pikirnya.

  “Junhyung akan menjadi manajer kalian mulai hari ini, kalian akan menerima jadwal latihan dan pemberitahuan kamar asrama. Kuharap kalian tidak akan mengecewakan kami, grup ini ada karena hasil keputusan yang ketat. Ah, kuucapkan selamat untuk kalian berlima. Kami tunggu penghargaan pertama kalian” Ujar Lee Soo Man seraya bangkit dari duduknya, diikuti dengan petinggi Entertainment yang lain dan beranjak keluar dari ruangan tersebut.


-------


Asrama itu tidak seluas yang mereka bayangkan.
Hanya ada satu kamar tidur yang cukup untuk mereka berlima beristirahat.
Lalu dapur, kamar mandi, ruang tengah, dan teras depan.
Jaejoong tidak berkomentar, selama ia bebas keluar masuk dapur, baginya hal itu tidak masalah.

  “Aku tidur di kasur paling ujung!” Teriak Changmin seraya menjatuhkan dirinya di atas ranjang berseprai putih yang berada di sudut ruangan.

Yunho berkacak pinggang, masih memikirkan di mana ia akan tidur.
Namja berwajah tampan itu melirik Jaejoong. Mereka ada di grup yang sama sebelumnya.
Mungkin akan lebih baik kalau ia tidur di samping namja cantik itu.
Namja tampan itu baru saja akan memanggil Jaejoong, tapi namja cantik itu sudah lebih dulu bersuara.

  “Aku tidur di samping Yoochun” Klaimnya.

Eoh?
Yunho menaikkan alisnya.
Namja tampan itu melirik Junsu.
Dan Junsu balas memandangnya.

  “Kalau begitu aku di sebelah Yunho Hyung, tidak apa kan, Hyung?” Tanyanya dengan senyum manis.

Uh.
Yunho menggeleng.
Ia balas tersenyum.

  “Kita harus mengatur jadwal harian, ada yang bisa memasak?” Tanya Jaejoong seraya memandang keempat anggotanya.

  “Hmm, aku hanya bisa membuat kimchi dan pizza” Sahut Yunho setelah duduk di atas ranjangnya.

  “Kalau begitu aku yang memasak” Potong Jaejoong cepat.

Changmin mengangkat tangannya.

  “Hyung! Aku bisa makan!” Teriaknya semangat.

Jaejoong dan Yoochun mengerutkan dahi mereka.

  “Semua orang juga bisa makan, Changmin ah” Ujar keduanya kompak.
 
  “Maksudku, itu satu-satunya hal yang aku bisa Hyung” Balas Changmin polos.

  “Kalau begitu kau cuci piring dua kali seminggu” Sahut Jaejoong seraya menunjuk wajah imut Changmin.

Mwo?
Namja berwajah kekanakan itu membulatkan matanya.
Aish, ia ingin membantah, tapi mata bulat Jaejoong sudah memicing kepadanya.
Ck. Menyebalkan.

  “Kita akan bergantian membersihkan asrama, satu orang dapat giliran dua hari” Ucap Jaejoong lagi.

  “Hei, kenapa jadi kau yang mengatur? Seharusnya itu tugasku” Sergah Yunho tidak terima.

  “Aku yang paling tua di sini, masalah untukmu?”

  “Tentu saja! Aku leader-nya!”

  “Kalau begitu katakan kepadaku, apa usulmu eh?”

Yunho terdiam.
Dahinya mengernyit, dan detik berikutnya ia menggeram kesal.
Sementara Jaejoong tersenyum sombong di depannya.

  “Cih, dan kau menyebut dirimu seorang leader” Gumam namja cantik itu memutar bola matanya.

  “Apa kau bilang?!” Seru Yunho melotot.

  “Hyung, sudahlah, jangan bertengkar, lihat, Junsu ketakutan” Ujar Yoochun melerai keduanya.

Jaejoong dan Yunho refleks menatap ke arah Junsu.
Namja imut itu mencebilkan bibir plump-nya.

  “Aku tidak takut, Park Yoochun!” Pekiknya kesal.

Changmin menghela nafasnya.
Ia segera berbaring senyaman mungkin di atas ranjangnya dan memutuskan untuk terlelap.
Besok jadwal mereka akan sangat padat.
Lebih baik ia mengasingkan diri dari pertengkaran konyol ini.
Jaejoong yang melihat Changmin tertidur menghembuskan nafasnya.
Namja cantik itu segera berbaring tanpa berkata-kata lagi dan menutup tubuhnya dengan selimut.
Tidak mengacuhkan Yunho yang masih menatap tajam kepadanya.

  “Maafkan kami, jja, tidurlah, besok kita harus latihan” Ujar Yunho kepada Junsu dan Yoochun.

Kedua namja itu mengangguk.
Junsu segera memejamkan matanya, diikuti Yunho yang sudah melepaskan jaketnya.
Hanya Yoochun yang masih terjaga.
Namja chubby itu berbaring di atas ranjangnya dan menatap langit-langit kamar.
Mencoba membayangkan bagaimana kehidupannya bersama mereka di hari-hari berikutnya.

Well, menyatukan kelima pribadi yang berbeda itu sulit, kau tahu?
.
.
.
Jaejoong membuka kedua mata bulatnya ketika ia mendengar suara-suara di sampingnya.
Namja cantik itu mengerutkan dahinya, mendapati Yoochun yang sedang memakai jaket tebalnya.

  “Yoochun? Kau mau ke mana? Ini masih jam lima pagi” Bisik Jaejoong dengan suara paraunya.

Aih, ia masih sangat mengantuk, dan namja chubby itu telah membangunkannya.

  “Jalan-jalan, Hyung, aku tidak bisa tidur. Hyung lanjut tidur saja” Balas Yoochun tersenyum.

Namja cantik itu menguap dan meregangkan tubuhnya.
Kemudian ia memaksakan tubuhnya untuk duduk dan mengucek kedua mata bulatnya yang sayu. Bahkan ia tidak mempedulikan rambut hitamnya yang berantakan sekarang.

  “Aku ikut” Gumamnya.

Yoochun mengangkat bahunya, ia mengulurkan tangannya yang kemudian disambut oleh namja cantik itu.
Mereka berjalan kaki menuju Sungai Han. Cukup sepi memang, tapi mereka tidak takut.
Jaejoong segera duduk di salah satu kursi panjang menghadap ke arah sungai diikuti Yoochun. Namja cantik itu menghela nafas panjang, 

  “Kau tahu? Menjadi seorang penyanyi adalah mimpiku sejak dulu, tapi aku sama sekali tidak menyangka akan bergabung ke dalam grup seperti ini” Ujar Jaejoong.

  Well yah, Junsu tidak menyukaiku” Balas Yoochun memejamkan matanya.

  “Yunho juga tidak menyukaiku”

  “Kalau keadaannya kacau seperti ini bagaimana bisa kita debut, Hyung?”

  “Kau tenang saja, Chun ah. Ini hanya permulaan karena kita belum saling mengenal”

  “Kau yakin? Bagaimana kalau selamanya kita tidak akan pernah bisa akur?”

Jaejoong tersenyum, ia mengangkat bahunya.

  “Setidaknya kau dan aku akur”

Yoochun balas tersenyum.

  “Aku merindukan keluargaku” Desah namja berpipi chubby itu.

Jaejoong tidak menyahut kali ini. Mata bulatnya bergerak pelan memperhatikan kedua mata Yoochun yang tampak berkaca-kaca.
Oh, bocah cassanova ini sungguh cengeng ternyata.
Namja cantik itu menyunggingkan senyum kecilnya.
Ia mengulurkan tangannya menarik kepala Yoochun dan menyandarkannya di atas bahunya.
Kemudian ia menepuk-nepuk lembut bagian itu.

  “Menangislah, aku tidak akan memberitahu siapapun” Bisik Jaejoong di tengah keheningan.


-------


Seoul, 2004.

Seharusnya mereka semua mendapatkan penghargaan untuk kemampuan akting.
Ya, begitu seharusnya menurut Changmin.
Ini sudah memasuki tahun kedua mereka bersama, tapi kelimanya masih belum bisa untuk berbaur.
Yoochun begitu dekat dengan Jaejoong, dan begitu juga Junsu dengan Yunho.
Changmin tidak memiliki seseorang yang spesial untuk dijadikan teman, karena mereka berempat adalah temannya.

Ia hanya mengamati mereka sejauh ini.
Oh—kau bisa melihat perbedaan yang sangat drastis dari semua sikap mereka di depan kamera.
Mereka bertingkah seolah tidak ada masalah yang terjadi.
Mereka bersikap seolah kelimanya adalah keluarga yang sungguh akrab, yang saling mendukung satu sama lain.

Senyum manis dan tawa canda itu telah menipu semua orang.
Changmin mengakui hal itu.
Nyatanya mereka tidak pernah berkumpul berlima untuk menonton di ruang tengah.
Tidak ada tawa canda yang Changmin lihat di depan kamera selama mereka berada di asrama.
Dan itu menyedihkan, pikirnya.

  “Jae Hyung, malam ini kita makan apa?” Tanya namja berwajah kekanakan itu setelah ia memasuki area dapur.

Jaejoong yang sedang mengaduk sup misonya menoleh, ia tersenyum kecil.

  “Nasi dengan kuah sup, bagaimana? Kau suka?”

  “Kedengarannya lezat, aku selalu suka sup buatanmu, Hyung”

  “Apa sih masakanku yang tidak kau sukai?”

  “Salah Hyung, seharusnya makanan, bukan masakanmu”

Jaejoong mengerucutkan bibirnya.

  “Jatah makanmu dikurangi” Ujarnya.

Changmin hanya tertawa.
Namja berwajah kekanakan itu memutuskan untuk duduk di kursi meja makan, menemani Jaejoong memasak.

  “Hyung, aku bosan” Keluh Changmin seraya menumpu wajahnya di atas meja dengan kedua lengan.

  “Hmm hmm” Gumam Jaejoong menanggapi, ia sedang mencecap kuah misonya sekarang.

  “Asrama ini sungguh menyebalkan, aku menunggu-nunggu hari di mana kita semua bisa menonton acara televisi bersama dengan santai”

  “Kita bisa menjadwalkan itu, Changmin ah”

  “Ani, maksudku…Ah…Sudahlah Hyung”

  “Changmin, kau tahu segalanya membutuhkan waktu”

  “Selama apa Hyung? Kita sudah setahun bersama, dan aku tidak melihat perubahan apapun selain Junsu yang mulai membuka dirinya untuk Yoochun Hyung”

  “Itu berarti kau harus belajar untuk bersabar”

  “Uh, tahu begini aku minta dimasukkan ke dalam grup Super Junior saja”

Eoh?
Jaejoong memicingkan matanya kepada bocah lucu itu.
Membuat Changmin tidak bisa berbuat banyak selain memperlihatkan deretan giginya yang putih.
Namja cantik itu menggeleng pelan, aigoo, pikirnya.

  “Ah, aku akan memanggil Yoochun, kau panggilah Junsu dan Yunho” Ucap Jaejoong seraya melepas apronnya.

Changmin mendengus, tapi ia segera berdiri melaksanakan perintah Jaejoong Hyungnya.
Namja cantik itu melangkah menuju kamar mereka berlima, ia menaikkan alisnya mendapati Yoochun yang bersembunyi di balik selimut tebalnya.
Jaejoong mendekat, kemudian ia berlutut di samping ranjang namja chubby itu.

  “Chun ah, ireona” Panggilnya.

Yoochun tidak menyahut, ia hanya menggumam tidak jelas.
Membuat Jaejoong mengerutkan dahinya curiga.
Namja cantik itu segera menyibak selimut tebal tersebut dan menempelkan telapak tangannya di dahi Yoochun.
Dan detik berikutnya ia terlonjak kaget.

  “Chun ah! Badanmu panas sekali!” Pekiknya.

Jaejoong segera berdiri dan berlari keluar kamar, namja cantik itu mengambil termometer, handuk kecil, dan air hangat dengan cepat.
Tidak mengacuhkan tatapan bingung dari ketiga namja yang sudah duduk di kursi meja makan.

  “Hyung, ada apa?” Junsu memutuskan untuk bertanya.

Jaejoong menoleh, wajahnya tampak pucat.

  “Yoochun demam tinggi” Sahutnya.

  “Mwo?” Gumam ketiganya kompak.

Mereka segera bangkit dan berjalan cepat menyusul Jaejoong yang sudah berjalan memasuki kamar.
Namja cantik itu segera menghampiri Yoochun dan mengompres dahinya, sementara termometer yang dibawanya diselipkan ke dalam mulut Yoochun.

  “Ungh..” Keluh namja berpipi chubby itu lirih.

Dahinya mengernyit tanda tidak nyaman.

  “Kenapa kau tidak bilang kalau kau sakit, Chunnie ah” Bisik Jaejoong seraya mengusap tangan Yoochun yang terasa panas.

  “Junsu, ambilkan obat di lemari, Changmin, telepon dokter” Ujar Yunho tegas.

Namja tampan itu menghampiri sisi kosong dari ranjang Yoochun dan duduk di sana.
Ia melirik Jaejoong, namja cantik itu tampak sangat cemas.
Berbeda sekali dengan ekspresinya sehari-hari yang datar.

  “Jangan khawatir, ia akan baik-baik saja” Ucap Yunho pelan.

  “Tapi ini pertama kalinya ia jatuh sakit, Yun, aku…Aku tidak terbiasa dengan hal ini” Balas Jaejoong lirih. Jemarinya semakin erat memegang tangan namja chubby itu.

  “Dokter akan segera datang, lebih baik kau buatkan bubur untuknya”

  “Kau benar, ia belum makan apapun sejak pagi”

Namja cantik itu beranjak bangkit dari duduknya.
Ia mengusap wajahnya yang berkeringat dan tertegun mendapati Changmin dan Junsu yang berdiri di depan pintu kamar.
Jaejoong menaikkan alisnya seraya memiringkan wajah cantiknya.

  “Ada apa dengan kalian?”

  “Eh, ani, oppsseo Hyung”

Aneh, pikir Jaejoong seraya berjalan keluar kamar.
Meninggalkan Changmin dan Junsu yang saling melirik satu sama lain.
Oh hei, ini pertama kalinya mereka melihat Jaejoong dan Yunho saling berinteraksi tanpa memaki satu sama lain.
Junsu mengerjapkan matanya, memandangi Yoochun yang tampak tertidur dengan tidak nyaman.

Namja berwajah imut itu menghembuskan nafas pendek.
Semoga saja kesakitan Yoochun membawa angin baik untuk mereka semua.
Jujur saja, ia sudah lelah untuk terus berpura-pura di hadapan kamera.

  “Hyung, ini obatnya” Ujar Junsu mendekat.
.
.
.
Pada akhirnya namja chubby itu terpaksa dilarikan ke rumah sakit karena demamnya tidak kunjung membaik.
Ia setengah sadar saat Yunho dan Changmin menggotongnya memasuki mobil van mereka.
Dan ia mengingat dengan samar-samar bagaimana cemasnya wajah Jaejoong dan Junhyung.
Tapi ia tidak melihat Junsu di sana.

Namja imut itu tak tampak.

Dan Yoochun penasaran.

  “Hyung, apelnya kumakan ya”

Namja chubby itu tidak menyahut ucapan magnae-nya.
Ia sudah tahu kelakuan Changmin, dilarangpun namja berwajah kekanakan itu akan tetap menelan buah berwarna merah itu.
Dasar evil.

  “Penggemarmu banyak sekali, Chun ah, mereka menunggu di basement rumah sakit, kau tahu” Celetuk Jaejoong yang berdiri di dekat jendela, mengintip kerumunan fans yang ada di bawah sana.

Yoochun tertawa tipis, ia bergerak untuk menyandarkan punggungnya di bantal.

  “Junsu sedang sibuk apa? Hanya pantat bebek itu yang belum menjengukku sampai sekarang” Tanyanya mendesah.

Changmin sudah menghabiskan apel keduanya, ia mengetuk-ngetuk meja nakas di samping ranjang.

  “Ia dan Yunho Hyung sedang sibuk menghadiri siaran radio, untuk kau tahu. Ah~ Hanya aku dan Jaejoongie Hyung yang setia kepadamu, seharusnya kau bersyukur dan mentraktir kami makanan” Jelas Changmin panjang lebar.

Yoochun melotot ketika mendengar kata traktir.
Sementara Changmin dan Jaejoong sudah tertawa geli.
Yah, mereka semua tahu bagaimana liciknya magnae itu  untuk mengambil kesempatan jika ia ditraktir.

  “Dokter bilang keadaanmu sudah cukup membaik, kau bisa pulang besok” Ujar Jaejoong tersenyum, merasa lega dengan kesembuhan sahabat baiknya.

  “Yah, dan aku penasaran apakah Junsu masih tidak akan menjengukku sampai besok” Balas Yoochun menghela nafas.

  “Junsu terus yang ada di pikiranmu, kau jatuh cinta padanya ya?” Ledek Changmin yang sudah memutar-mutar buah apel ketiganya dengan tangan.

Yoochun mengernyit.

  “Aku tahu Junsu tidak suka padaku, tapi aku tidak menyangka kalau ia akan bersikap seperti ini, kau tahu. Jae Hyung dan Yunho Hyung saja bisa akur untuk sementara waktu, kenapa kami tidak?” Sahutnya.

  “Apa maksudmu dengan sementara waktu, Park Yoochun?” Seru Jaejoong menaikkan alisnya.

Dan Changmin hanya bisa tertawa geli di kursinya.


-------


Seoul, 2005.

  “Jaejoong! Gerakanmu menghambat yang lain!”

Kelima pemuda tampan itu menghentikan tarian mereka.
Peluh membasahi pakaian kelimanya, terlihat jelas kalau koreografi untuk album Rising Sun ini sungguh menguras tenaga.
Pelatih koreo yang bernama Jisung itu memukul bahu Jaejoong dengan gulungan majalah yang ada di tangannya.
Merasa gerah dengan kesalahan yang terus diperbuat namja cantik itu.

Jaejoong menundukkan wajahnya.

  “Mianhae, Hyung, aku tidak bisa berkonsentrasi penuh, aku kurang istirahat” Ujar Jaejoong pelan.

PLAKK!

Namja cantik itu berjengit, Jisung memukulnya dengan keras di bagian siku kali ini.

  “Kau pikir hanya kau saja yang lelah eoh? Kalau begitu berhenti saja jadi artis!” Teriak Jisung lantang.

Membuat Jaejoong semakin menundukkan wajahnya.
Koreo bertubuh tinggi itu menghela nafas panjang.
Ia melempar gulungan majalahnya dan berjalan keluar ruangan.
Meninggalkan mereka berlima di dalam sana.
Jaejoong mengusap sikunya yang memerah, ia mengangkat wajahnya, dan mendapati Yunho yang sudah berdiri di hadapannya.

Oh—tidak lagi, please.

  “Kenapa kau manja sekali, Kim Jaejoong?” Desis namja tampan itu kesal.

  “Kau pikir aku robot?! Aku juga butuh istirahat!” Pekik Jaejoong marah.

  “Kita bersama-sama di dalam sini, Jae, kami semua juga sama lelahnya denganmu, tapi kami tidak mengeluh!”

  “Jadi ini semua salahku eoh?!”

  “Menurutmu salah siapa lagi? Aku?”

  “Hanya karena kau belum membuat kesalahan sejauh ini bukan berarti kau bisa bersikap sombong, Jung Yunho! Kekanak-kanakan!”

  “Mwo? Kau sebut aku apa?”

  “Kau seperti anak-anak! Puas?”

  “Dan kau seperti wanita yang sedang periode!”

Junsu memekik dengan wajah yang basah akan air mata ketika Jaejoong refleks melayangkan tinjunya kepada Yunho.
Membuat namja yang tidak siap itu terhuyung ke belakang.
Mata sipitnya melebar dengan sorot penuh emosi.
Ia hendak bergerak untuk membalas tindakan Jaejoong, tapi Yoochun dan Changmin sudah lebih dulu menahan kedua lengannya.

  “Hyung! Tahan emosimu! Jisung Hyung akan segera kembali!” Seru Yoochun panik.

  “Lepaskan aku, Park Yoochun! Namja berwajah wanita ini harus kuberi pelajaran!” Teriak Yunho murka.

Jaejoong mendengus marah.
Wajahnya yang pucat kini tampak memerah padam penuh emosi.
Ia ingin sekali memukul mulut pedas itu sekarang juga.
Aish!

CKLEK.

Kelima namja tampan itu menoleh dengan kompak, memandang Jisung yang sudah kembali dengan sekaleng kopi dingin di tangannya.
Namja atletis itu mengernyitkan dahinya.

  “Apa yang sedang kalian lakukan?” Tanyanya curiga.

Yoochun dan Changmin segera melepaskan pegangan mereka di lengan Yunho.
Namja tampan itu mendecih dan segera bersiap di posisinya.
Melihat Yunho, keempat anggota yang lain juga bergerak mengambil posisi.
Jisung tidak akan senang melihat mereka berleha-leha, promosi album akan dilakukan dalam waktu dekat.

Tidak ada waktu untuk bersantai.

  In one, two, three!” Seru Jisung yang kemudian menghidupkan musik.

Namja atletis itu terus memantau gerakan koreo kelima namja yang ada di hadapannya.
Ia mengangguk-angguk pelan melihat penampilan mereka yang meningkat dengan pesat.
Changmin dan Yoochun saling melirik saat Jaejoong hendak melangkah bertukar posisi dengan Junsu di tengah.
Yunho yang sudah tahu akan hal itu sengaja memutar tubuhnya dengan cepat, ia bergeser dan menjegal kaki Jaejoong dengan gerakan yang kasat mata.

BRUKK!

  “Jae Hyung!”

Yoochun, Junsu, dan Changmin refleks berhenti menari dan menghampiri namja cantik itu.
Jaejoong terjatuh dengan posisi vital, lutut kanannya membentur lantai ruangan dengan suara yang amat keras.
Jisung yang melihat itu melebarkan matanya, ia segera mematikan musik dan berlutut di samping namja cantik itu.

  “AAHH!!” Jaejoong tidak bisa menahan jeritannya ketika ia mencoba menggeser kakinya.

Namja cantik itu meringis, keringat membanjiri wajah dan lehernya.
Mata besarnya memejam ketika ia merasakan celananya basah.
Dan Yunho membelalak menyadari lutut lead vocal-nya merembeskan darah.

  “Kajja! Kita harus membawanya ke rumah sakit!” Teriak Junsu ketakutan.

Jisung mengambil alih, ia segera memapah Jaejoong dengan bantuan Yoochun, kemudian mereka bergegas keluar dari ruangan.
Semuanya begitu panik.
Sampai tidak mengacuhkan sang leader yang terpaku di tempatnya.
Yunho terdiam.

Tenggorokannya tercekat.
Jantungnya berdebar dengan sangat kencang.

Ya Tuhan, apa yang telah dilakukannya?
.
.
.
Dokter memvonis bahwa lutut Jaejoong cedera, dan ia harus menggunakan kruk penyangga selama beberapa minggu.
Hal itu membuat Jaejoong sungguh kesal.
Ia telah menghabiskan hari-harinya dengan berlatih koreo dan sekarang ia sama sekali tidak dibolehkan untuk menari.
Padahal mereka akan melakukan konser.

Damn.

  “Hyung, biar aku saja yang masak, Hyung istirahat saja” Ujar Junsu yang masih sibuk dengan buku resep masakannya.

Jaejoong menghela nafas.
Ia bersandar di kursi sofa.

  “Lebih baik pesan diluar saja, aku tidak mau sakit perut” Celetuk Changmin mengusap perutnya.

Junsu melotot.

  “Tidak ada yang boleh pesan makanan hari ini! Aku yang memasak!” Serunya.

  “Yang kau bisa hanya merebus ramen, nopeee, aku masih sayang dengan nyawaku” Balas Changmin menjulurkan lidahnya.

  “Yaish! Kau ini sama sekali tidak menghargai orang yang lebih tua, ya?!”

  “Jadi kau ingin kuhargai? Baiklah, 2000 Won cukup?”

  “SHIM CHANGMIIIIIN!”

Tawa Changmin meledak ketika Junsu menjerit dengan penuh emosi.
Wajah imutnya tampak memerah padam.
Namja berwajah kekanakan itu segera menyelamatkan dirinya saat Junsu berlari mengejarnya dengan spatula milik Jaejoong.
Yoochun dan Yunho yang baru saja memasuki ruang tengah menaikkan alis mereka.

Ck, lagi-lagi kedua anggota itu bersikap seperti bocah.

  “Jae Hyung, kau ingin makan apa?” Tanya Yoochun yang sudah duduk di samping Jaejoong.

  “Aku ingin tidur saja, lututku terus berdenyut-denyut hari ini” Sahut Jaejoong menghela nafasnya.

Namja cantik itu meraih kruk penyangganya.
Ia bahkan menolak untuk melirik Yunho yang berdiri di sana.
Jaejoong memasuki kamar dan segera berbaring di atas ranjangnya dengan susah payah.
Ck. Namja cantik itu menggertakkan giginya.

Ia tahu ini semua adalah perbuatan Yunho.
Jaejoong sadar kalau waktu itu Yunho menjegal kakinya.

  “Sungguh kekanak-kanakan!” Desis Jaejoong memejamkan matanya dengan dahi mengernyit.

Tapi ia sama sekali tidak menyalahkan Yunho.
Ia juga tahu kalau waktu itu ia yang memulai semuanya.
Kalau saja ia bisa menjaga emosinya, tentu kakinya tidak akan seperti ini sekarang.
Fuh.
Tapi semuanya sudah berlalu, lebih baik jalani saja.

Dan Jaejoong pun jatuh tertidur.
.
.
.
Barangkali karena merasa bersalah, Yunho mengabaikan rasa gengsinya.
Leader tampan itu meminta Changmin untuk bertukar posisi dengannya, karena ia ingin menjaga Jaejoong dari belakang setiap kali mereka naik panggung.
Jaejoong tidak menolak, ia membiarkan Yunho menjalankan tanggung jawabnya.
Ada bagusnya juga Yunho sadar untuk melakukan hal itu, lututnya tidak berdenyut-denyut lagi belakangan ini.

Yunho selalu menyangga tubuhnya di saat ia tidak sanggup lagi untuk berdiri.

Dan hal itu mengubah segalanya.

Changmin tidak lagi mendapati kedua Hyungnya bertengkar seperti dulu.
Jaejoong dan Yunho juga sudah jarang untuk mendebatkan hal-hal yang sepele.
Mereka terlihat dekat sejak Yunho menjaga Jaejoong sampai ke dapur dan terbiasa menemani namja cantik itu memasak.

  [  Ketika memasak, garam dan sinar matahari sangat penting, tetapi Yunho juga sangat penting!  ]

Changmin ingin tertawa kalau mengingat ucapan Jaejoong kepada penggemar mereka.
Ia juga menyadari kalau belakangan ini Junsu dan Yoochun sudah mulai berdamai.
Hubungan keduanya berubah semenjak Junsu jatuh sakit setelah kesembuhan Yoochun, dan
Yunho membawa namja imut itu ke rumah sakit, kemudian Yoochun selalu ada di sana untuk menjaga namja imut itu.
Secara tidak langsung Yoochun ingin memberitahu Junsu kalau seharusnya mereka saling membantu di saat salah satu dari mereka jatuh sakit.
Yah, itu juga tindakan terselubung Yoochun agar Junsu berhenti membencinya.

Namja chubby itu sadar kalau hanya Junsu yang sebaya dengannya, dan ia tidak bisa mengganggu Jaejoong terus-menerus dengan curhatan-curhatan konyolnya.
Posisi Junsu cocok untuk menjadi sahabatnya. Dan juga sebagai pawang dunia crybaby-nya.
Karena Junsu tahu benar bagaimana seharusnya menghibur seseorang yang menangis.

Hari ini kelima anggota menghadiri acara pertemuan penggemar.
Mereka duduk berjejer dengan posisi Yunho yang bertukar dengan Changmin.
Suara jeritan-jeritan dari fans terdengar memekakkan telinga, tapi mereka sudah terbiasa.
Dan cahaya kamera dari jepretan para wartawan yang berkumpul juga sama sekali tidak mengganggu pandangan kelimanya.

Sesi wawancara adalah sesi penutup untuk jadwal mereka hari ini.
Dan wartawan yang memiliki kesempatan terakhir untuk bertanya memilih Changmin sebagai narasumbernya.
Wanita itu menanyakan tentang hadiah apa yang Changmin inginkan untuk hadiah tahun baru yang akan datang.
Membuat namja berwajah kekanakan itu tidak bisa menahan senyum manisnya.

  “Satu-satunya saat ini yang benar-benar kuinginkan adalah agar lutut Jaejoong Hyung bisa segera sembuh” Ucapnya tulus.

Junsu tahu kalau di antara mereka berlima, Jaejoonglah yang paling sulit mengungkapkan tangisannya.
Tapi di hari itu, ia melihat Jaejoong menundukkan wajahnya menahan tangis.

Setengah jam kemudian acara telah selesai.
Mereka bisa beristirahat setelah ini, tapi Jaejoong bersikeras untuk mengurung dirinya di ruang vokal dan melatih nyanyiannya.
Hanya ini yang bisa ia lakukan selama lututnya cedera.
Tapi Yunho membantah.
Namja tampan itu meminta Jaejoong untuk banyak beristirahat karena kakinya.

Mendengar hal tersebut Jaejoong pun tersenyum lucu.
Ia menaikkan alisnya dan menepuk pipi Yunho.

  “Seharusnya kau yang butuh istirahat banyak, aku tahu lambungmu sensitif, dan kau belum makan siang hari ini”

Yunho mengerjapkan mata musangnya.
Ia tertegun.


-------


Seoul, 2006.

Junsu dan Changmin sedang bermain game di ruang tengah saat ini.
Mereka begitu berisik hingga Yoochun terpaksa mengentikan tidur siangnya dan memilih untuk menonton aksi mereka di atas sofa.
Sementara Jaejoong sedang bereksperimen di dapur.
Namja chubby itu meregangkan tubuhnya, dan tanpa disengaja pandangannya jatuh kepada sebuah penghargaan musik yang mereka dapatkan tahun lalu.

  [  Ini pialanya Jaejoong  ]

Itu yang Yunho ucapkan kepada penggemar waktu itu.
Yoochun tersenyum tipis.
Ia menepuk kepala Junsu mengganggu namja imut itu.

  “Yaa! Park Yoochun! Jauhkan tangan berkumanmu itu! Aish! Kau berkomplot dengan Changmin ya supaya aku kalah?!” Jerit Junsu heboh.

Yoochun tertawa, sementara Changmin sudah berdiri dari duduknya dengan aksi serius memegang stik.

  “WOHOO~! AKU MENAAANG~!” Teriak namja berwajah kekanakan itu lantang.

Junsu memasang wajah masam.
Sementara Changmin sudah berlari-lari mengelilingi ruang tengah.
Yunho yang baru saja keluar dari kamar menggeleng pelan melihat tingkah para dongsaeng-nya itu.
Ia melangkahkan kakinya memasuki dapur.
Dan tersenyum lebar menemukan semangkuk sup berwarna hijau yang ditata sedemikian rupa oleh Jaejoong.

Namja tampan itu segera mengambil sendok sup, ia gemas dengan kumpulan sayur cantik yang ada di tengah mangkuk, sehingga Yunho tidak bisa menahan dirinya lebih lama lagi untuk tidak mengaduk sup hijau itu.

  “AAAAHH!!” Jaejoong menjerit kaget saat ia berbalik dan mendapati Yunho dengan asyiknya mengaduk sup cantiknya.

  “Apa yang kau lakukan, Jung Yunhoooooo?!” Pekik namja cantik itu dengan wajah yang memerah padam.

Yunho segera memasukkan sesendok penuh sup ke dalam mulutnya sebelum Jaejoong memukul tangannya.
Tapi namja tampan itu tidak mendapati pukulan apapun, sebaliknya, ia malah terkejut melihat Jaejoong yang berdiri diam di sana.
Dengan air mata yang sudah mengalir membasahi pipinya.

  “Ja-Jae, aku minta maaf, aku tidak tahan melihat supnya begitu cantik” Bujuk Yunho segera menghampiri namja cantik itu.

Tapi Jaejoong tidak peduli.
Perasaannya sungguh tersakiti melihat perbuatan bar-bar Yunho.
Ia menutup matanya dan menangis keras-keras.
Membuat Yunho kelabakan menghibur namja cantik itu.

Yoochun yang tidak sengaja memperhatikan keduanya sejak tadi tidak bisa menahan tawanya lebih lama lagi.
Ia tergelak di atas sofa melihat kelakuan konyol kedua Hyungnya.

Ah.

Ia bahkan tidak menyadari, kalau asrama ini sudah jauh berbeda dengan yang dulu.
Sekarang segalanya terasa hangat.
Membuatnya lupa akan kerinduan dengan keluarganya.
Mereka bahkan memiliki jadwal rutin untuk berperang selimut dan bantal setiap kali akan tidur.
.
.
.
  “Jadi mulai hari ini semuanya adalah milik kita bersama, apapun itu. Tidak ada lagi benda yang terasingkan, arasseo?”

Yunho bersidekap, mengultimatum keempat anggotanya yang ribut karena barang-barang mereka tertukar dan bercampur.
Jaejoong merengut.

  “Ini tidak adil~! Aku tidak bisa lagi menjaga koleksi aksesorisku dengan benar kalau ada tangan mereka~!” Ucapnya.

Changmin menaikkan alisnya.

  “Asal kau tahu saja, tidak ada yang tertarik dengan kalung-kalung dan gelangmu itu Hyung. Kami semua alergi dengan barang murah” Sahutnya.

  “Mwoyaa? Semua itu kubeli dengan gajiku kau tahu! Dasar bocah!” Sewot Jaejoong melotot.

  “Hahaha~ Itu lucu~!” Kekeh Junsu seraya menepuk tangannya.

Yunho mengusap wajahnya.
Ia menepuk kepala Changmin yang suka sekali mengusili Hyung-hyungnya.

  “Baiklah, kita sepakat, mulai hari ini semua benda adalah milik bersama, dan aku melarang kepemilikan benda secara pribadi, arasseo?” Ujarnya tegas.

Keempat pemuda itu mengangguk patuh, sial, kepemimpinan Yunho semakin sulit dibantah saja setiap harinya.

  “Fuh, aku mandi duluan” Ucap Jaejoong seraya bangkit dari duduknya.

Namja cantik itu bersungut-sungut mengambil handuknya dan memasuki kamar mandi.
Changmin sudah mengganggu Junsu lagi setelah Jaejoong menghilang.
Sementara Yoochun dan Yunho memilih untuk mencari sereal di dalam lemari.
Namja tampan itu membuka pintu kulkas, dan kemudian ia mengernyitkan dahinya.
Aih, ia ingin buang air kecil sekarang.

Yunho berlari menuju kamar mandi, ia mengetuk pintu dari luar dan berteriak kesetanan.

  “Jaejoongie! Buka pintunya! Ini darurat!”

Jaejoong yang masih kesal dengan keputusan sepihak Yunho mengerutkan dahinya mendengar teriakan sang leader.
Ia mendengus.

  “Aku masih lama!”

  “Jae please! Aku butuh toilet sekarang jugaaa!”

  Nope

  “Aish! Apasih yang sedang kau lakukan di dalam sana?”

  “Aku sedang mencukur bulu kita, Yunho ah~~”

Mwo?

Yoochun, Junsu, dan Changmin meledakkan tawa mereka mendengar jawaban dari Jaejoong.
Changmin bahkan sampai berguling-guling di atas hambal memegang perutnya.

  “Yunho Hyung kena batunya! HAHAHA!” Seru namja berwajah kekanakan itu geli.

Yunho menggigit bibirnya seraya berjinjit, berusaha menahan rasa geli dan sakit di perutnya.
Aih, Peraturan sialan! Pekiknya dalam hati.
.
.
.
  “Yunho, kau masih lama?”

Yunho tidak menyahut.
Ia masih dendam kepada Jaejoong.
Namja cantik itu telah membuat celananya setengah basah.
Menyebalkan.

  “Kami berangkat duluan ya, Junhyung akan menjemputmu sebentar lagi, jangan habiskan satu album di sana, arasseo?”

Yunho masih tidak menyahut.
Dan Jaejoong memutuskan untuk segera bergegas menuju studio.
Ia mencari dongsaeng-nya yang sudah menghilang.
Ck, dasar bocah-bocah, kesal Jaejoong dalam hatinya.

  “Junsu! Changmin! Kita harus pergi sekarang!” Teriaknya.

  “Ya Hyuung~! Kami siaap~!” Sahut Junsu dan Changmin serentak.

  “Yoochun sudah menunggu di bawah, ppaliwa~!”

Mata bulat itu mengerjap mendapati Junsu dan Changmin yang selalu ribut keluar dengan damai dari pintu dapur.
Jaejoong tidak ambil pusing, ia segera menarik kedua tangan bocah itu dan membawanya keluar dari asrama.

CKLEK.

Yunho keluar dari kamar mandi setengah jam kemudian.
Ia mengusap rambutnya yang basah dengan handuk dan berjalan menuju dapur.
Ah, jus strawberry akan sangat segar diminum setelah mandi.

Eoh?

Namja tampan itu menaikkan alisnya ketika ia hendak membuka pintu kulkas dan mendapati dua memo yang tertempel di sana.
Dari Junsu dan Changmin.

  Jangan selalu lupa untuk makan hanya karena kerja –Changmin si jenius-

  Makanlah makanan pada waktunya! –Junchan-

Uh. Yunho kesulitan menahan senyum harunya.


-------


Seoul, 2007.

Mereka semua bisa bernafas lega setelah Yunho keluar dari rumah sakit karena keracunan jus yang dicampur dengan lem dari antifans.
Junsu menatap Jaejoong yang kehilangan banyak berat badan hingga ia terlihat begitu rapuh.
Namja cantik itu yang selalu menjaga Yunho selama Yunho dirawat intensif.
Ia ingin membalas jasa Yunho yang sudah begitu baik kepadanya saat lututnya cedera.
Lucu sekali, mengingat pertemuan mereka dulu dimana Jaejoong menyimpan rasa benci kepada namja tampan itu.

  “Hyung, hyung~~ Hihihi~”

Jaejoong melirik malas kedua dongsaeng-nya.
Ia sudah sangat mengenal jenis tawa itu.
Mereka pasti sedang melakukan kenakalan lagi.
Aigoo.

  “Yoochun Hyung akan segera kembali, kita akan menguncinya diluar, ia pasti akan menangis ketakutan karena ini sudah malam” Ujar Changmin dengan matanya yang berkilat jenaka.

Jaejoong menaikkan alisnya.
Kemudian ia mengangguk setuju.
Yoochun yang begitu cengeng pasti akan menjerit-jerit di luar sana, dan itu akan sangat lucu. Pikirnya geli.

TOK TOK TOK.

  “Aku pulaang!”

Itu Yoochun!
Jaejoong dan kedua dongsaeng-nya tidak menyahut, mereka bahkan mulai terkikik bersama sekarang.

  “Junchaaan! Buka pintunyaa!”

Changmin meringis, padahal rencana mereka belum sampai tujuan, tapi ia sudah merasa geli sendiri.

  “Yaah! Chwang! Buka pintunya! Dingin sekali di sini!” Jerit Yoochun kesal.

Ia terus mengetuk pintu dengan kencang.

TOK TOK TOK!

  “Jae Hyuung~! Pleaseee! Aku tahu kalian ada di dalam! Chwang bodoh! Suaramu terdengar sampai keluar! Apa lagi yang kalian rencanakan eoh?!”

  “HAHAHAHA~!”

Ketiga anggota itu malah meledakkan tawa mereka.
Junsu bahkan sudah berguling di atas hambal.
Suara Yoochun yang bergetar sungguh imut, pikirnya geli.

  “Buka pintunya”

DEG.

Ketiga namja itu terdiam ketika suara Yunho terdengar.
Jaejoong dan Junsu segera mendorong punggung Changmin tanpa peduli dengan pelototan namja berwajah kekanakan itu.
Changmin menelan salivanya, ia menahan nafas dan segera membuka pintu depan.
Kemudian ia berlari menyusul Jaejoong dan Junsu yang sudah duduk rapi di atas sofa, berpura-pura serius menonton televisi.

CKLEK.

Yunho memasuki asrama dengan wajah masam.
Ia berjalan melewati ruang tengah dan melirik ketiga anggotanya yang menonton televisi dengan kaku.
Namja tampan itu mendesah pendek, kemudian ia segera memasuki kamar.
Jaejoong, Junsu, dan Changmin saling melirik satu sama lain.
Raut wajah mereka sama tegangnya.

Aura Yunho sungguh membuat mereka sulit untuk berkutik.
Aigoo.

  “Kalian tega!” Jerit Yoochun yang baru saja masuk ke ruang tengah.

Melihat kedatangan Yoochun yang dipenuhi salju membuat ketiga namja itu tergelitik, kemudian mereka kembali tertawa lantang.


-------


Seoul, 2008.

Album mirotic laku keras.
Nama Dong Bang Shin Ki semakin terangkat ke atas setelah album tersebut merajai berbagai tangga musik.
Bahkan Jepang semakin mengelu-elukan mereka.
Tahun ini adalah tahun emas kelimanya.
Begitu menurut pendapat para netizen.

Cho Kyuhyun—anggota Super Junior sekaligus sahabat kental Shim Changmin—ikut menghadiri pertemuan penggemar Dong Bang Shin Ki  setelah mereka vakum beberapa waktu lamanya dan mengeluarkan album yang meledak di pasaran.
Bahkan beberapa artis SM Entertainment turut hadir untuk mendukung kelimanya.
Kelima pemuda itu tampak mengagumkan dengan penampilan baru mereka yang dewasa.

Yunho sedang berbicara saat ini.
Sementara keempat anggotanya duduk manis dan tersenyum menanggapi jepretan kamera dari para wartawan.

  “Bagaimana perasaan kalian mengenai album ini?”

Yunho tersenyum tipis.

  “Sungguh luar biasa, album ini adalah keberhasilan kami yang sesungguhnya, para anggota  telah bekerja keras untuk album kali ini” Sahutnya.

  “Dong Bang Shin Ki telah berhasil meraih puncak kejayaan setelah selama bertahun-tahun sejak debut, apa pendapat kalian mengenai grup ini?”

Yoochun dan Changmin menjawab dengan serentak.

  “Tanpa Yunho, tidak akan ada Dong Bang Shin Ki” Kemudian mereka tertawa.

  “Aku berharap bahwa para anggota akan selalu terus bersama. Sekarang, persahabatan kami sudah lebih kuat, bahkan sangat kuat. Tapi aku berharap di masa depan, kekuatan itu akan semakin tumbuh” Yunho menyahut.

Suara jepretan kamera semakin terdengar.

  “Jaejoong tidak banyak bicara sejak tadi, bagaimana pendapat kalian mengenai Jaejoong?”

Eoh?
Namja cantik itu menaikkan alisnya, ia tertawa menutupi mulutnya dengan punggung tangan.

  “Meskipun kadang-kadang ia bisa sedikit kasar, sebenarnya Jaejoong adalah salah satu anggota yang sangat mirip seperti seorang ibu. Dia adalah anggota yang paling lembut” Seru Yunho dengan tawanya yang khas.

Junsu mengangguk.

  “Jaejoong Hyung adalah anggota yang paling empatik dan peduli tentang orang lain ketika mereka sakit” Ujarnya.

  “Dia adalah orang yang bisa diandalkan, dan dia akan berdiri disisimu, dia adalah anggota dari anggota” Sambung Yoochun.

Changmin tersenyum.

  “Dia terlihat seperti orang yang dingin dari luar. Tapi sebenarnya ia adalah anggota yang sangat sensitif, karena itu terkadang ia terlihat feminim”

Jaejoong menatap Changmin dengan mata besarnya, tapi namja berwajah kekanakan itu malah tertawa.
Yunho berdehem, ia bersuara.

  “Dong Bang Shin Ki itu unik, kita bahkan sudah seperti keluarga, dengan aku sebagai ayahnya, Jaejoong berperan sebagai ibu, Changmin adalah anak bungsu, lalu Yoochun dan Junsu—”

  “Yoochun sebagai istriku!” Pekik Junsu dengan nada lucunya.

Mereka semua kembali tertawa.
Changmin melihat Kyuhyun dan anggota Super Junior yang lain melambai kepadanya.
Ia tersenyum lebar dan balas melambaikan tangannya.

  “Kita semua bertanya-tanya bagaimana kehidupan sehari-hari para anggota, tolong beritahu kami!”

Jaejoong berseru.

  “Oh! Oh! Aku dan Junsu memiliki sikat gigi dengan warna yang sama, dan kami selalu bertukar sikat gigi karena hal itu!”

  “Yunho Hyung ingin dianggap sebagai pemimpin yang baik, ia menciptakan aturan bahwa semua benda yang ada di asrama adalah milik bersama, dan ketika ia menemukan Jaejoong Hyung di dalam kamar mandi, Jae Hyung mengatakan bahwa ia sedang mencukur bulu kita! Hahahaha~!” Kekeh Changmin geli.

Yunho tersenyum kecil.

  “Peraturan itu menguntungkan bagiku, karena ketika kita tidak bisa menemukan pakaian dalam sendiri, kita bisa memakai pakaian dalam anggota yang lain” Sambung Jaejoong dengan polosnya.

Yoochun terkekeh geli, ia menggeleng pelan.

  “Baiklah, untuk pertanyaan terakhir, ini adalah pertanyaan yang serius, kami menginginkan jawaban yang sungguh-sungguh. Bagaimana jika seandainya Dong Bang Shin Ki tidak lagi utuh, apa pendapat Junsu dan Changmin?”

DEG.

Yunho, Jaejoong, Yoochun, Junsu, dan Changmin terdiam.
Raut wajah mereka berubah dalam sekejap.
Magnae bermata bambi itu mengalihkan pandangannya, melirik wajah Hyungnya satu persatu.

Junsu berdehem.
Mencoba untuk tersenyum seperti sebelumnya.

  “Jika salah satu anggota tim pergi, aku tidak akan tinggal di Dong Bang Shin Ki lagi” Sahutnya.

Changmin menunduk, kemudian ia menjawab.

  “Jika salah satu dari Dong Bang Shin Ki pergi, aku pasti akan kembali ke kehidupan sekolah biasa”

Suara jepretan kamera kembali mengisi keheningan ruangan.
Sampai kemudian acara ditutup oleh pembawa acara dan kelima anggota pun berjalan keluar ruangan.
Jaejoong tampak menundukkan wajahnya.
Sementara Yoochun dan Changmin terlihat kaku.

Mereka memasuki ruang tunggu dan duduk di kursi masing-masing.
Tidak ada yang bersuara satu sama lain.
Yunho mengepalkan jemarinya.
Berusaha mengontrol emosinya yang membuncah.

Mereka sudah mengetahui tentang hal ini jauh hari sebelumnya.
Rasanya tidak percaya ketika Jaejoong, Yoochun, dan Junsu memutuskan untuk keluar dari Dong Bang Shin Ki.
Setelah bertahun-tahun mereka menghabiskan waktu bersama.
Yunho tidak yakin ia bisa bertahan dengan perginya ketiga anggota.

  “Hei, kenapa murung?”

Leader tampan itu mengangkat wajahnya ketika suara merdu Jaejoong terdengar.
Namja cantik itu tersenyum dengan punggung yang menyandar di sandaran sofa.
Changmin menggigit bibir bawahnya.
Sementara Junsu dan Yoochun memandang Jaejoong dengan tatapan yang tidak bisa diartikan.

Mata bulat Jaejoong tampak berkaca-kaca.
Tapi ia masih bertahan dengan senyumannya.
Namja cantik itu mengambil minuman kaleng yang tersedia di atas meja.
Ia mengangkat kaleng tersebut dan tertawa.

  “Untuk keberhasilan kita!” Serunya.

Junsu tidak sanggup lagi menahan air matanya, sementara Yoochun sudah tenggelam ke dalam dunia crybaby-nya.
Mereka berdua mengambil minuman kaleng dan membenturkannya dengan kaleng Jaejoong.
Changmin yang melihat hal itu tersenyum miris.
Ia mengambil kalengnya dan mengikuti perbuatan Hyungnya.

Mereka berempat menatap Yunho yang masih berdiam diri dengan penuh harap.

Dan detik berikutnya Yunho mengangkat minuman kalengnya.
Mata musangnya terasa panas dan basah.
Tapi ia berusaha sekuat tenaga untuk tidak lemah.

  “Untuk keberhasilan kita!” Seru mereka berlima.

Kemudian mereka tertawa bersama, dengan wajah yang basah akan air mata.
.
.
.

Persahabatan kami lebih kuat dari pada kebanyakan orang karena kita berbicara dan bernafas di ruangan yang sama. Dan kita makan dan tidur di tempat yang sama.
—Kim Jaejoong—

Aku tak peduli seberapa banyak masalah dan seberapa besar kesulitan kita, kita akan selalu mengalahkan mereka bersama-sama. Sama seperti selama lima dari kita bersama, kita yang paling bahagia. Aku mencintai kalian berempat dengan sangat banyak.
—Jung Yunho—

Tidak hanya dua tahun, tapi bahkan sampai dua puluh, dua ratus, dua ribu tahun…Kita harus selalu bersama-sama.
—Park Yoochun—

Para anggota seperti saudara-saudaraku. Kami seperti satu keluarga.
—Kim Junsu—

Hanya ketika kami berlima bersama-sama, kami dipanggil DongBangShinKi.
—Shim Changmin—

END.

2 komentar:

  1. Duuhh mau nangis bacanya. Untung ngga sampe cerita yang paa mereka bener2 pisah. Bisa banjir air mata.
    Thor, buat behind the scene setelah mereka pisah doonggg xD
    Btw, selamat yaaa thor atas terpilihnya sebagai best author. Emang layak banget sebagai the best.
    Tetep semangat yaaa.. support you always *kisskiss* >.<

    BalasHapus
  2. pertama mo ucapin selamat utk shella yg sdh terpilih sebagai best favourite fanfiction author wow keren bgt kamu emg pantas menerima nya. Kamu jg author favo aku.selamat yah ㄟ(≧◇≦)ㄏ
    di akhir ff wlw sangat berat tp shella mengemas nya dgn suasana penyemangat gak bikin yg baca jadi baper, keren bgt! tp always keep the faith! Tidak ada yg tdk mungkin kl suatu hr nanti mrk akan kembali ber5.

    BalasHapus