Tittle:
GREEN SCARF (AN EPILOG OF R E D SHAWL)
Author:
Shella Rizal a.k.a Park Sooji
Cast:
YUNJAE
Length:
ONESHOOT
Rating:
family-hurt-romance-friendship-
WARNING:
BOY x BOY! Yg ga suka YAOI mending cabut aja dari sini, cos author Cinta damai~
*kibar2
kutang Jae umma*
Pada akhirnya seorang penulis akan tunduk pada
pembacanya.
Karena merekalah pemegang kendali yang sesungguhnya.
#eamantap(y)
-------
Cinta
memang tidak selamanya harus saling memiliki.
Tapi
cinta juga berhak untuk bahagia.
Karena
pengorbanan saja tidaklah cukup.
.
.
.
“Joongie Sam! Lihat! Akira membuat kue mangkuk untuk Joongie Sam!”
Pria cantik dengan syal merahnya itu tersenyum
manis hingga memperlihatkan gigi rapinya.
Ia berlutut di samping bocah berambut
hitam itu dan mengusap kepalanya lembut.
“Akira baik sekali, kuenya terlihat lezat” Ujar namja cantik itu lembut.
Membuat bocah bernama Akira itu terkikik
senang seraya meletakkan kue mangkuk yang dibuatnya dari cetakan tanah.
“Akira juga bikin permen untuk Taemin!”
“Oh ya? Apa Taemin suka?”
“Akira tidak tahu, Akira belum bertemu Taemin”
“Oh, Sam lihat Taemin sudah ada di kelas tadi, mau bertemu dengannya?”
Akira mengangguk.
Bocah berbaju putih itu segera mengambil
permen yang dibuatnya dari plastisin warna-warni dan berlari menuju ruang
kelas.
Meninggalkan Jaejoong yang tersenyum
tipis melihatnya.
Pria cantik itu menghela nafasnya dan
memutuskan untuk duduk di kursi panjang yang tersedia di bawah pohon rindang.
Ah—sudah dua tahun berlalu.
Ia sudah lulus dari universitas dan bekerja
sebagai salah satu pengajar di tempat penitipan anak paling terkenal di Seoul
saat ini.
Jaejoong memotong rambutnya dan
mengecatnya menjadi cokelat almond.
Hanya satu yang tidak berubah darinya.
Syal merah rajutnya yang panjang.
Hanya saja ia tidak lagi memakainya
rapat-rapat.
Cukup untuk menutupi bekas lukanya saja.
Ia juga sudah bisa membuka diri terhadap
orang lain sekarang.
Buktinya ia berteman dekat dengan Kibum
dan Yorin di tempat ini.
“Pagi Jae!”
Pria cantik itu mengangkat wajahnya.
Menoleh ke sumber suara dan tersenyum
kepada Choi Siwon—salah satu donatur untuk tempat penitipan—yang menggandeng
tangan seorang bocah perempuan yang lucu.
“Pagi juga, wah, hari ini Fany Fany tidak terlambat!” Seru Jaejoong
tersenyum ramah kepada anak perempuan yang memakai gaun selutut itu.
“Ya, hari ini Samchon sudah bangun saat Fany dan Mommy datang ke
rumahnya, hihihi~” Sahut gadis kecil itu.
Siwon tersenyum geli.
Ia mencubit gemas pipi keponakan lucunya
dan menyuruhnya untuk masuk ke dalam kelas.
“Kibum mana, Jae?” Tanya Siwon berbisik.
Aih.
Pria cantik itu berbalik dan menunjuk
seorang laki-laki berkulit salju yang sedang merapikan sepatu anak-anak di
dalam loker terbuka.
“Titip salam untuknya, ya?” Ujar Siwon dengan senyuman mematikannya.
Jaejoong mengangguk.
Ia membungkuk sopan membalas Siwon dan
memperhatikan punggung tegap itu hingga pria berlesung pipi itu memasuki
mobilnya.
“Songsaenim! Taemin mau menggambar!” Teriak bocah berambut jamur dari
jendela yang terbuka.
Jaejoong melambaikan tangannya.
“Ne, arasseo!” Serunya seraya mempercepat langkahnya.
.
.
.
Eksekutif muda itu masih berdiam diri di
dalam mobilnya sejak tadi.
Ia bahkan tidak mengacuhkan supirnya
yang mungkin bosan menunggunya sejak tadi.
Yunho tidak memberikan perintah apapun
kepada supirnya selain menyuruhnya memarkir mobil di samping pagar masuk tempat
penitipan anak itu.
Mata musang Yunho bergerak pelan, masih
memperhatikan sosok cantik bersyal merah itu hingga pria cantik itu menghilang
di balik pintu kelas.
Kemudian ia bersandar dan menghela
nafasnya.
Memijat pelipisnya yang terasa berat.
Sudah lewat dua tahun, dan perpisahan
terakhir yang Yunho berikan adalah sebuah tamparan yang seharusnya tidak ia
lakukan pada mantan kekasihnya.
Ia terlalu egois.
Hanya memikirkan perasaannya yang
terluka tanpa memperhatikan Jaejoong.
Seharusnya ia tidak lupa tentang pria
cantik itu.
Tentang Kim Jaejoong yang selalu tulus
dalam melakukan segala hal.
Kim Jaejoong yang sangat payah dalam hal
berbohong.
Yunho mendesah pendek.
Ia baru teringat untuk mengunjungi ibu
Jaejoong yang tinggal di daerah Jeollado beberapa waktu lalu.
Dan jawaban atas semua pertanyaannya
dulu telah terjawab di hari itu.
Bahwa ibunya adalah sutradara di balik
ini semua.
Sial.
Seharusnya ia dan Jaejoong bisa hidup
bahagia sekarang.
“Jalan” Ujar Yunho singkat.
Supir itu segera menghidupkan mesin dan melajukan
mobil mewah tersebut.
-------
Jaejoong berjalan kaki di trotoar malam
ini.
Ia sedang malas menggunakan bus.
Lagipula tempat penitipan anak itu hanya
10 menit berjalan kaki ke apertemennya.
Namja cantik itu menaikkan syalnya
hingga sebatas hidung dan merapatkan tangannya ke dalam saku jaket tebalnya.
Malam ini dingin sekali, sudah mendekati
waktu natal.
“The Jung’s telah membuka cabang
perusahaan di Tokyo pagi ini di atas kepemimpinan pewaris Jung. Jung Yunho
menginformasikan bahwa dalam waktu dekat The Jung’s akan kembali membuka cabang
di Sydney di mana adiknya Jung Changmin—ilmuwan metafisika yang terkenal—membangun
laboratorium di sana”
Jaejoong berhenti melangkah.
Ia berdiam diri di hadapan gedung tinggi
yang memiliki layar televisi raksasa di atasnya.
Pria cantik itu mendongak dan menatap
kagum layar yang kini memperlihatkan foto Yunho dan Changmin di sana.
Ia tersenyum tipis.
“Dari awal dunia kita memang sangat jauh berbeda” Bisiknya entah pada
siapa.
Pria cantik itu kembali melanjutkan
langkah kakinya santai.
Sedikit banyak ia menikmati
kesendiriannya selama ini.
“Selamat malam, paman” Sapa Jaejoong membungkuk sopan.
Petugas keamanan apertemen itu membalas
sapaan Jaejoong dengan ramah.
Ia tersenyum.
“Jangan terlalu sering berjalan kaki, Jaejoong ah, nanti kau bisa sakit.
Udara semakin tidak bersahabat menjelang natal”
“Ya Paman, besok aku akan naik bus”
Namja cantik itu segera memasuki lobi
apertemen dan menunggu lift terbuka
di hadapannya.
Sepertinya ini hari keberuntungan
Jaejoong, karena pintu tersebut terbuka setelah beberapa saat ia menunggu.
Biasanya ia harus menunggu lama agar
benda persegi itu sampai ke lantai dasar.
Jaejoong segera memasuki lift dan memencet tombol lantainya.
Ah, ia lelah sekali hari ini.
Ada anak yang berulang tahun tadi siang,
membuatnya dan pengajar lain sibuk mengatur hadiah untuk dibagikan.
Jaejoong mendesah lega ketika pintu lift terbuka.
Ia segera melangkah cepat menuju
kamarnya.
Namun kemudian langkah kakinya berhenti
ketika mata besarnya menangkap sesosok namja tampan yang sedang bersandar di
depan pintu kamarnya.
Oh—tubuh tegap itu dan rambut
cokelatnya—Jaejoong mencengkram kepalan tangannya tanpa sadar.
Kakinya bergetar ringan.
Tidak—ia tidak siap.
Ini terlalu mendadak setelah sekian lama
mereka berpisah.
Namja cantik itu berbalik dan akan
melarikan diri dari sana.
Tapi sebuah panggilan dari suara bariton
yang sudah sangat dikenalnya itu berseru mengisi keheningan koridor.
“Kim Jaejoong!”
DEG.
Namja cantik itu menahan nafasnya.
Ia tidak sanggup untuk berbalik dan bertemu
lagi dengan sepasang mata musang yang tajam itu.
Tapi bukan Kim Jaejoong namanya apabila
ia melarikan diri ketika dirinya sudah ditemukan.
Pria bersyal merah itu berbalik seperti
posisi awalnya dan mematung di sana.
Yunho sudah tidak bersandar.
Tapi pria tampan itu berdiri dengan
kedua tangan yang tersembunyi di dalam saku celananya.
Oh—sejak kapan Yunho tumbuh setinggi
ini? Gumam Jaejoong dalam hatinya.
“Y—Ya” Sahut Jaejoong lirih, nyaris tidak terdengar jika Yunho tidak
fokus kepadanya.
Namja cantik itu menggerakkan kakinya
yang terasa berat.
Ia menelan salivanya dan berusaha
mengatur agar dirinya tidak terlihat terpengaruh akan kemunculan tiba-tiba
Yunho di hadapannya setelah sekian lama.
“Kau baru pulang bekerja?” Tanya Yunho masih menatap wajah cantik itu.
Jaejoong mengangguk.
“Ya..Aku lelah sekali” Ujar namja cantik itu pelan, bermaksud mengusir
Yunho dengan halus.
Tapi sepertinya pria tampan itu tidak
tertarik untuk mengikuti permainan Jaejoong.
Tidak, hari ini adalah skenarionya.
Gilirannya.
“Aku juga lelah sekali, kudengar sup ginseng bisa mengurangi pegal” Ujar
namja tampan itu santai.
“Hmm..Kau bisa membelinya di restoran” Ujar Jaejoong kembali mencoba.
Yunho mendekat, hingga membuat pria
cantik itu mundur selangkah.
“Atau—kau bisa membuatnya untuk kita makan bersama”
“A—Apa?”
Jaejoong terkejut saat Yunho menarik
tangannya dan membawanya berdiri di depan pintu apertemennya.
“Buka” Perintah Yunho tegas.
“Yunho—”
“Ini tidak hanya sekedar sup ginseng, BooJae, kau tahu itu. Kita berdua
perlu bicara”
DEG.
Jaejoong tertegun.
Mata besarnya mengerjap tidak percaya.
Ya Tuhan—panggilan itu.
“Kupikir pembicaraan kita sudah selesai waktu itu, setelah kau
menamparku dan meninggalkanku seorang diri” Lirih Jaejoong mendongakkan
wajahnya.
Menantang mata musang itu dengan
sepasang mata besarnya yang berkaca-kaca.
Rahang Yunho mengeras.
Ia menatap tajam mata bulat tersebut dan
mengerutkan dahinya.
“Jangan membuatku mendobrak pintu sialan ini, Jae” Desisnya kesal.
Jaejoong mengalihkan pandangannya.
Lalu ia segera merogoh kantongnya dan
membuka pintu platinum tersebut.
Membiarkan Yunho mengikutinya di
belakang.
Namja cantik itu mendengar suara pintu
yang tertutup dan kunci yang terputar otomatis.
Ia hendak membuka jaketnya, namun
tubuhnya membeku ketika pria tampan itu memeluknya dengan erat dari belakang.
Ya Tuhan—ia bisa merasakan hembusan
nafas Yunho yang hangat tepat di telinganya.
“Aku merindukanmu BooJae..Sangat merindukanmu hingga rasanya aku bisa
gila” Bisik Yunho mempererat pelukannya.
DEG
DEG DEG.
“Yun—”
Suara Jaejoong tercekat ketika pria
tampan itu menyurukkan wajahnya di bahu Jaejoong.
Jemarinya bergerak naik melepaskan syal
rajut tersebut.
“Hngh!” Lenguh Jaejoong kaget.
Yunho berhasil membuat syal merah itu
bergulung di atas lantai.
Ia menyurukkan wajahnya di lekukan leher
namja cantik itu.
Mengecup lembut bekas luka yang menonjol
dari permukaan kulit Jaejoong.
Bekas jahitan yang membentuk garis
panjang dari bahunya.
“Yunho, lepaskan” Bisik Jaejoong bergetar.
Namja tampan itu semakin mengeratkan
pelukannya setiap kali Jaejoong meronta.
“Maafkan aku Jae..Aku telah melukaimu..Seharusnya aku tidak
meninggalkanmu setelah apa yang sudah kau lakukan untukku”
“Berhenti berbicara Jung Yunho, hentikan!”
“Berhentilah berpura-pura Kim Jaejoong..Aku sudah tahu semuanya”
DEG.
Jaejoong terkesiap.
Ia berhenti meronta.
Mata besarnya mengerjap-kerjap tidak
percaya.
Sedetik kemudian ia baru menyadari nafas
Yunho yang tersengal di sampingnya.
Dan basah di bahunya.
Ya Tuhan—
“Maafkan aku BooJae..”
Namja cantik itu mengulurkan tangannya
melepaskan rengkuhan Yunho yang melemah.
Ia berbalik dan menggigit bibir bawahnya
dengan air mata yang mengalir jatuh melihat Yunho yang menunduk di hadapannya.
Hati Jaejoong seakan tercubit melihat
wajah tampan yang basah itu.
“Pulanglah Yunho, kau benar, kita berdua butuh istirahat”
Yunho terkejut.
Ia mendongak dan menatap tidak percaya
mata bulat itu.
“Jae—”
“Pulanglah, kumohon”
Yunho tidak bisa melawan saat Jaejoong
mendorong tubuhnya dengan kedua tangannya yang bergetar.
Pria cantik itu tampak begitu rapuh
ketika ia melakukannya.
Membuat Yunho tidak tahan dan memutuskan
untuk menuruti perkataan Jaejoong kepadanya.
Ia mengusap pipinya yang basah dan
menatap dalam mata bulat yang basah itu.
“Aku akan datang lagi” Bisiknya lirih.
Kemudian ia menghilang di balik pintu
platinum itu.
Meninggalkan Jaejoong yang terduduk
lemas di atas lantai.
Oh—ini terlalu mendadak untuknya.
Jaejoong mengusap wajahnya.
Apa yang telah terjadi? Pikirnya kalut.
-------
[ “Hari itu Jaejoong ingin
memberikan syal hijau ini untukmu, tapi kecelakaan itu mengubah segalanya”
]
Yunho menatap cermin besar yang ada di
hadapannya dengan tatapan yang tidak bisa diartikan.
Ia mengulurkan tangannya, menyentuh syal
berwarna hijau yang diserahkan oleh ibunya Jaejoong ketika pria tampan itu
datang menemuinya.
Kemudian bayangan wajah Jaejoong yang
terluka ketika ia menamparnya di hari itu kembali terlintas di benaknya.
[ “Tidak peduli sejauh dan selama
apapun, cintaku akan tetap sama saat kita bertemu lagi nanti” ]
Yunho mengepalkan tangannya.
“Aku akan membuktikan janjiku, BooJae” Bisiknya lirih.
TOK
TOK TOK.
Namja tampan itu beralih menuju pintu
kamarnya.
Ia membuka kenop dan menatap Jung Keybum
yang tersenyum kepadanya.
Wanita cantik itu menurunkan
pandangannya, memandang syal berwarna hijau yang melingkar di leher Yunho.
“Waktunya sarapan, Yun” Ujar Keybum lembut.
Yunho tidak menyahut.
Ia hanya mengangguk singkat dan berjalan
mendahului wanita cantik itu.
“Syal yang cantik” Puji Keybum masih tersenyum.
Namja tampan itu berhenti melangkah.
Ia menghela nafas dan menoleh menatap
Ummanya.
“Ya, ini dari kekasihku” Sahutnya pelan.
DEG.
Keybum terkejut.
Kekasih?
Tapi setahunya Yunho tidak sedang dekat
dengan siapapun saat ini.
Yunho melanjutkan langkahnya, ia
menghampiri meja makan dan segera duduk di samping adiknya.
“Bagaimana dengan proyekmu Min?” Tanya Yunho seraya mengoleskan selai
pada rotinya.
“Hmm, tinggal sedikit lagi dan—hatchii~!” Seru Changmin memundurkan
tubuhnya.
Jung Jinki mengangkat kepalanya.
Ia mengernyit kepada putra bungsunya
itu.
“Changmin ah, jangan bersin di meja makan, kau ini” Gerutu pria bermata
bulan sabit itu.
Changmin mendengus.
Ia mengambil tissue dan menyumpal
hidungnya.
“Hyung! Kau pakai syal? Tumben sekali, cuaca hari ini sangat dingin,
Hyung, aku boleh pinjam tidak?” Ujar Changmin heboh.
Yunho memicingkan mata musangnya.
Ia menggeleng.
“Kalau ada benda yang tidak akan pernah kupinjamkan kepadamu, itu
berarti syal ini”
“Pelit! Kau kaya tapi pelit!”
“Kau masih bocah, tidak akan mengerti”
Uh.
Changmin menjepit hidung merahnya,
menahan bersin yang akan keluar atau ia ditendang Jinki dari meja makan pagi
ini.
Mata bambi itu memandang Ummanya yang
sudah duduk di hadapan Yunho.
Ia meringis.
“Kau pikir aku murid sekolah dasar? Aku tahu syal itu pasti dari pacarmu
kan? Menyebalkan!” Gerutu Changmin kesal.
Yunho mengangguk.
Ia mengangkat wajahnya dan menatap
sepasang mata kucing Keybum yang terus memperhatikannya sejak tadi.
“Ya, ini dari Jaejoong” Ujar Yunho dengan nada menantang.
DEG.
Keybum membulatkan mata kucingnya.
Ia mencengkram sendoknya tanpa sadar.
Yunho menenggak cokelat hangatnya,
kemudian ia menatap nyalang mata kucing ibunya sebelum berdiri dan meninggalkan
ruang makan.
“Sebaiknya Umma menemui Jaejoong dan meminta maaf kepadanya” Desis Yunho
tajam.
Wanita cantik itu melepaskan
cengkramannya pada sendok selainya.
Ia terduduk lemas di kursinya.
Menatap tidak percaya punggung tegap
putranya yang sudah menghilang dari balik ruang makan.
Keybum melirik suaminya, tapi pria
tampan itu masih sibuk dengan sarapannya, seolah-olah ia tidak mendengar apapun
sejak tadi.
Sementara Changmin sudah mengganti
tissue di hidungnya.
“Eoh? Jaejoong? Sepertinya aku pernah dengar” Gumam Changmin memiringkan
kepalanya lucu.
-------
“Sampai jumpa Joongie Songsaenim~!”
“Bummie Saenim anyeoong~!”
Jaejoong dan Kibum tersenyum manis
seraya melambai kepada Akira dan Taemin yang sudah dijemput oleh orang tua mereka.
“Siwon memberitahuku kalau hari ini Fany Fany akan terlambat dijemput”
Ujar Kibum seraya menggandeng lengan Jaejoong.
“Menyenangkan sekali bisa bertukar pesan setiap hari” Ujar Jaejoong
tersenyum tipis.
“Yah, Jaejoong ah, jangan menggodaku~~”
“Eoh? Siapa yang menggodamu? Aigoo”
“Aish, kau ini”
“Yah, dari pada menggangguku lebih baik kau merapikan kelas, hari ini
giliranmu kan?”
Uh.
Namja berkulit salju itu mengerucutkan
bibir ranumnya dan segera melepaskan tangannya dari lengan Jaejoong.
Ia berjalan seraya menghentak-hentakkan
kakinya di atas salju.
Lucu sekali, pikir Jaejoong tersenyum.
“Joongie Saeniimm~~~!”
Eoh?
Namja cantik itu berbalik dan menaikkan
alisnya mendapati Fany Fany yang sedang berlari ke arahnya.
Wajah cantik itu tampak menggemaskan
dengan rona merah di pipi gembulnya.
“Ada apa hm? Samchon belum datang kan?”
“Ani, bukan itu Saenim, Fany tadi sedang bermain di dekat gerbang, terus
Fany bertemu dengan Ahjussi yang sangat tampan!”
“Mwo? Ahjussi? Fany kenal?”
Gadis cantik itu menggeleng lucu.
Membuat Jaejoong membulatkan mata
besarnya.
“Omo! Itu mungkin saja penculik atau orang jahat! Fany yah, bukankah
Saenim sudah pernah bilang jangan berbicara dengan orang asing eoh?” Ujar
Jaejoong panik.
Bocah kecil itu menggembungkan pipinya.
Ia menunjuk-nunjuk wajah cantik Jaejoong
dengan jari telunjuknya yang kecil.
“Fany memang tidak kenal, tapi Ahjussi tampan itu menyebut-nyebut nama
Saenim! Ummm~ Ahjussi itu bertanya apakah Saenim sudah pulang atau belum, kalau
belum ia akan menunggu, ya, seperti itu~!” Cerocos bibir tipis bocah cantik
itu.
DEG.
Jaejoong tertegun.
Ia segera mengalihkan pandangannya ke
arah gerbang.
“Hai Jae! Keponakan cantikku tidak menangis kan?”
Ah, itu Siwon.
Dan tidak ada orang lain di sana.
Jaejoong menghela nafasnya kecewa.
Tunggu—
Kecewa?
Yang benar saja!
“Samchon nakal! Fany bukan gadis cengeng!” Pekik bocah cantik itu kesal.
Membuat Siwon tertawa dan segera
menggendong keponakan kesayangannya.
Tepat di saat yang bersamaan Kibum
keluar dari lobi gedung.
Mereka saling menyapa dan tersenyum satu
sama lain.
Kemudian Siwon segera menggandeng tangan
Kibum.
“Eoh?” Gumam Jaejoong menaikkan alisnya melihat hal tersebut.
Namja berlesung pipi itu tersenyum lebar
hingga memperlihatkan gigi rapinya.
Sementara Kibum sudah tersenyum-senyum
tidak jelas.
“Kami akan makan malam bersama, Jae, duluan ya?” Ujar Kibum senang.
Namja cantik itu mengangguk.
Ia ikut tersenyum senang melihat
kedekatan Siwon dan sahabatnya.
Ah, sepertinya hanya tinggal menunggu
undangan, eh.
Jaejoong meregangkan tubuhnya.
Tinggal ia dan beberapa pengajar lagi
yang belum pulang.
Namja cantik itu segera masuk ke dalam
kelas dan mengambil tasnya setelah melepaskan rompi seragamnya.
“Yorin, aku duluan ya” Ujar Jaejoong melambaikan tangannya kepada gadis
cantik yang sedang merapikan mainan di ruang sebelah.
Gadis itu mengangguk.
Jaejoong segera memakai tas ranselnya
dan membenarkan gulungan syal merahnya di leher.
Kemudian ia melangkah keluar dari gedung.
Namja cantik itu baru saja akan melewati
gerbang, namun kakinya berhenti bergerak ketika mata bulatnya menangkap sosok
laki-laki tampan yang sedang bersandar di depan pintu mobil mewahnya.
Pria itu memakai setelan armani berwarna
hitam dengan syal berwarna hijau yang melingkari lehernya.
DEG.
Mata besar Jaejoong mengerjap tidak
percaya.
Oh—tidak.
Ia mengenal syal hijau itu!
Bagaimana bisa benda itu ada di tangan
Yunho eoh?!
Seingatnya ia meninggalkan syal itu di
rumahnya di Jeolla—
[ “—aku sudah tau semuanya” ]
Oh
shit.
Pria tampan itu menemui ibunya ternyata.
Jaejoong memalingkan wajahnya dan
kembali melangkah, namun baru beberapa jarak ia berjalan, seseorang menarik
tangannya.
“Lepaskan, Yunho” Ujar Jaejoong menampik tangannya.
Namja tampan itu tidak mengacuhkan
Jaejoong, ia malah mengeratkan cengkramannya pada jemari namja cantik itu dan
membawanya mendekati mobil mewahnya.
Jaejoong melebarkan matanya melihat
seorang pria berseragam hitam sudah membuka pintu mobil bagian belakang dengan
lebar.
“Yunho! Apa-apaan kau! Lepaskan aku!” Seru Jaejoong panik.
Tidak, ia tidak boleh masuk ke dalam
mobil itu!
Atau ia akan kalah oleh perasaannya!
“Masuk” Perintah Yunho tegas.
Pria tampan itu mendorong Jaejoong ke
dalam mobil diikuti langkahnya dan ia segera menutup pintu mobil.
“Jalan!” Perintah Yunho kepada sang supir yang baru saja masuk ke dalam
mobil.
Jaejoong menoleh menatap Yunho.
Dahinya mengerut tidak senang.
“Apa yang rencanakan, Jung Yunho? Kau membuat semuanya semakin rumit!”
Ujar Jaejoong bergetar.
Yunho menghela nafasnya.
Ia duduk menghadap Jaejoong dan
menggenggam tangan dingin itu.
“Aku sedang melakukan sesuatu yang seharusnya kulakukan sejak dulu”
“Tapi kau tidak bisa! Aku tidak mau!”
“Kenapa Jae? Beritahu aku”
Jaejoong menggigit bibirnya erat.
Mata besarnya sudah berkaca-kaca.
Ia menahan nafasnya dan melepaskan
genggaman tangan Yunho.
Pria cantik itu menoleh menatap jendela
mobil.
“Karena kita tidak seharusnya bersama, Yun..” Bisik Jaejoong lirih.
Yunho menatap Jaejoong dengan pandangan
terluka.
Ia bergerak merapatkan tubuhnya dengan
Jaejoong.
Menyurukkan hidungnya di rambut namja
cantik itu dan memeluk Jaejoong erat.
“Aku hanya akan menjadi benalu untukmu, Jung Yunho..” Bisik Jaejoong
menyerah.
Pipinya telah basah.
Dan Jaejoong sama sekali tidak berniat
untuk menyeka air matanya yang terus berjatuhan.
Lalu Yunho beralih menarik dagunya
hingga membuat wajah mereka saling menatap.
“Kau tahu itu hal yang paling mustahil dalam hidupku, justru kau adalah
penentu arahku, BooJae” Bisik Yunho lembut—menyadari bahwa Jaejoong tidak lagi
melawan.
Namja cantik itu menggeleng.
Hidungnya mengerut dengan warna merah.
“Aku tidak sekuat yang kau bayangkan, Yunho..Aku tidak sanggup jika
harus menghadapi ibumu lagi” Desis pria cantik itu sedih.
Yunho segera menangkup wajah Jaejoong
dan menyeka air matanya dengan ibu jari.
Ia mendekatkan wajah mereka dan
menyatukan dahinya dengan dahi Jaejoong.
“Kali ini aku akan berada di sampingmu, Boo..Aku tidak akan membiarkan
kesalahan yang sama terulang dua kali”
“Aku cacat, Yunho, bekas luka ini—“
“Ini bukan tentang masa lalu, ini tentang kita yang sekarang. Persetan
dengan semua yang telah terjadi, yang aku inginkan adalah kau! Sempurna atau
tidaknya dirimu, hanya kau, Kim Jaejoong!”
Namja cantik itu tersentak kaget.
Mata besarnya membulat.
“Aku masih mencintaimu, BooJae, tidak peduli waktu dan jarak telah
mengikis segalanya, cintaku padamu masih sama seperti dulu..Tidak
tergantikan..” Bisik Yunho di bibir ranum itu.
Yunho bisa merasakan bibir Jaejoong yang
bergetar ringan.
Ia memiringkan wajahnya dan membuka
mulutnya, memasukkan bibir ranum tersebut ke dalam dirinya dan melumatnya
dengan lembut.
Tubuh Jaejoong tersentak.
Yunho segera meraih lengan Jaejoong dan
membawanya melingkar di atas syal hijaunya.
Ia mendorong Jaejoong perlahan, hingga
tengkuk pria cantik itu bersandar di pintu mobil.
Yunho menyelipkan satu tangannya di
bagian tersebut dan menariknya sedikit.
Berusaha agar kepala Jaejoong tidak terantuk
dengan pintu mobil.
Namja tampan itu berjengit saat jemari
Jaejoong berulah—meremas-remas rambut rapinya hingga berantakan.
Ia menarik syal merah Jaejoong dan
segera menghujani leher jenjang itu dengan hisapan-hisapan dalamnya.
Membuat Jaejoong semakin rapat
kepadanya.
Kemudian Yunho menjauhkan wajahnya dan
menarik Jaejoong agar pria cantik itu duduk seperti semula.
Ia mengulurkan ibu jarinya mengusap
bibir ranum yang bengkak dan basah itu.
“Kita akan menghadapi ibuku bersama-sama” Ujar
Yunho.
Jaejoong bergeming.
Ia menatap Yunho dengan bibir yang
terbuka mencari nafas.
“Dan kali ini aku akan ada untuk melindungimu..Karena sebuah pengorbanan
saja tidaklah cukup, dibutuhkan tangan yang saling menggenggam untuk menghadapi
semua masalah yang ada..”
Yunho menunduk, mengecup bibir Jaejoong
sekali lagi.
“Karena tidak selamanya cinta tidak bisa bersatu” Bisik Jaejoong lirih.
Namja tampan itu tersenyum.
Ia mengusap lembut tengkuk Jaejoong dan
membawa namja cantik itu masuk ke dalam pelukannya.
“Katakan kau mencintaiku”
“Aku mencintaimu..Yunnie ah..Tidak tergantikan”
Supir pribadi namja tampan itu mendesah
lega.
Ia tersenyum tipis masih mengemudikan
mobil mewah tersebut.
Ah, percintaan tuan mudanya cukup rumit
ternyata.
END.
Alright, nggak seharusnya aku ingkar
kata. Tapi teror untuk epilog terlalu banyak LOL
Memang YunJae itu kalo
nggak hepi ending nggak maknyus iya kan? Wkwkwkwk <3
yeay ad sequelnya, gomawo untuk sequelny kak Shella ^^ ffny keren"
BalasHapusHahaha iyaa kalo ngga happy ending ngga maknyus. Syukurlaahh terbalaskan gregetnya dengan adanya epilog ini hahaha xD
BalasHapusMereka emang udah ditakdirkan bersama. Terbuktikan ujungnya emang harus bersama hahaha #apasih
Good job deh ya, thor! ^^
Scarf Couple :') *so sweet
BalasHapusDaebak !
Hehe thx utk epilog nya akhirnya yunjae happy ending. Iya kan gak lucu kl slh paham selama nya Dan untung nya yunho msh mengesampingkan ego nya utk mencari tau kebenaran nya gak nelen bulat2 omongan jae. Inti nya yunho amat sangat mengenal kepribadian jae.
BalasHapusHahhh.. ff eonnie memang yg terbaik.. Mau baca berpuluh-puluh kali tetep aja nggak bosen.. ff terbaik lah^^
BalasHapus