This zone is only YunJae Fanfictions and this is our world

Selasa, 22 Desember 2015

FF/YAOI/YUNJAE/ONESHOOT/GREEN SCARF (AN EPILOG)




Tittle: GREEN SCARF (AN EPILOG OF R E D SHAWL)

Author: Shella Rizal a.k.a Park Sooji

Cast: YUNJAE

Length: ONESHOOT

Rating: family-hurt-romance-friendship-

WARNING: BOY x BOY! Yg ga suka YAOI mending cabut aja dari sini, cos author Cinta damai~
*kibar2 kutang Jae umma*

Pada akhirnya seorang penulis akan tunduk pada pembacanya.
Karena merekalah pemegang kendali yang sesungguhnya.
#eamantap(y)


-------


Cinta memang tidak selamanya harus saling memiliki.
Tapi cinta juga berhak untuk bahagia.
Karena pengorbanan saja tidaklah cukup.
.
.
.
  “Joongie Sam! Lihat! Akira membuat kue mangkuk untuk Joongie Sam!”

Pria cantik dengan syal merahnya itu tersenyum manis hingga memperlihatkan gigi rapinya.
Ia berlutut di samping bocah berambut hitam itu dan mengusap kepalanya lembut.

  “Akira baik sekali, kuenya terlihat lezat” Ujar namja cantik itu lembut.

Membuat bocah bernama Akira itu terkikik senang seraya meletakkan kue mangkuk yang dibuatnya dari cetakan tanah.

  “Akira juga bikin permen untuk Taemin!”

  “Oh ya? Apa Taemin suka?”

  “Akira tidak tahu, Akira belum bertemu Taemin”

  “Oh, Sam lihat Taemin sudah ada di kelas tadi, mau bertemu dengannya?”


Akira mengangguk.
Bocah berbaju putih itu segera mengambil permen yang dibuatnya dari plastisin warna-warni dan berlari menuju ruang kelas.
Meninggalkan Jaejoong yang tersenyum tipis melihatnya.
Pria cantik itu menghela nafasnya dan memutuskan untuk duduk di kursi panjang yang tersedia di bawah pohon rindang.

Ah—sudah dua tahun berlalu.

Ia sudah lulus dari universitas dan bekerja sebagai salah satu pengajar di tempat penitipan anak paling terkenal di Seoul saat ini.
Jaejoong memotong rambutnya dan mengecatnya menjadi cokelat almond.
Hanya satu yang tidak berubah darinya.

Syal merah rajutnya yang panjang.

Hanya saja ia tidak lagi memakainya rapat-rapat.
Cukup untuk menutupi bekas lukanya saja.
Ia juga sudah bisa membuka diri terhadap orang lain sekarang.
Buktinya ia berteman dekat dengan Kibum dan Yorin di tempat ini.

  “Pagi Jae!”

Pria cantik itu mengangkat wajahnya.
Menoleh ke sumber suara dan tersenyum kepada Choi Siwon—salah satu donatur untuk tempat penitipan—yang menggandeng tangan seorang bocah perempuan yang lucu.

  “Pagi juga, wah, hari ini Fany Fany tidak terlambat!” Seru Jaejoong tersenyum ramah kepada anak perempuan yang memakai gaun selutut itu.

  “Ya, hari ini Samchon sudah bangun saat Fany dan Mommy datang ke rumahnya, hihihi~” Sahut gadis kecil itu.

Siwon tersenyum geli.
Ia mencubit gemas pipi keponakan lucunya dan menyuruhnya untuk masuk ke dalam kelas.

  “Kibum mana, Jae?” Tanya Siwon berbisik.

Aih.
Pria cantik itu berbalik dan menunjuk seorang laki-laki berkulit salju yang sedang merapikan sepatu anak-anak di dalam loker terbuka.

  “Titip salam untuknya, ya?” Ujar Siwon dengan senyuman mematikannya.

Jaejoong mengangguk.
Ia membungkuk sopan membalas Siwon dan memperhatikan punggung tegap itu hingga pria berlesung pipi itu memasuki mobilnya.

  “Songsaenim! Taemin mau menggambar!” Teriak bocah berambut jamur dari jendela yang terbuka.

Jaejoong melambaikan tangannya.

  “Ne, arasseo!” Serunya seraya mempercepat langkahnya.
.
.
.
Eksekutif muda itu masih berdiam diri di dalam mobilnya sejak tadi.
Ia bahkan tidak mengacuhkan supirnya yang mungkin bosan menunggunya sejak tadi.
Yunho tidak memberikan perintah apapun kepada supirnya selain menyuruhnya memarkir mobil di samping pagar masuk tempat penitipan anak itu.

Mata musang Yunho bergerak pelan, masih memperhatikan sosok cantik bersyal merah itu hingga pria cantik itu menghilang di balik pintu kelas.
Kemudian ia bersandar dan menghela nafasnya.
Memijat pelipisnya yang terasa berat.

Sudah lewat dua tahun, dan perpisahan terakhir yang Yunho berikan adalah sebuah tamparan yang seharusnya tidak ia lakukan pada mantan kekasihnya.
Ia terlalu egois.
Hanya memikirkan perasaannya yang terluka tanpa memperhatikan Jaejoong.

Seharusnya ia tidak lupa tentang pria cantik itu.
Tentang Kim Jaejoong yang selalu tulus dalam melakukan segala hal.
Kim Jaejoong yang sangat payah dalam hal berbohong.
Yunho mendesah pendek.

Ia baru teringat untuk mengunjungi ibu Jaejoong yang tinggal di daerah Jeollado beberapa waktu lalu.
Dan jawaban atas semua pertanyaannya dulu telah terjawab di hari itu.
Bahwa ibunya adalah sutradara di balik ini semua.
Sial.

Seharusnya ia dan Jaejoong bisa hidup bahagia sekarang.

  “Jalan” Ujar Yunho singkat.

Supir itu segera menghidupkan mesin dan melajukan mobil mewah tersebut.


-------


Jaejoong berjalan kaki di trotoar malam ini.
Ia sedang malas menggunakan bus.
Lagipula tempat penitipan anak itu hanya 10 menit berjalan kaki ke apertemennya.
Namja cantik itu menaikkan syalnya hingga sebatas hidung dan merapatkan tangannya ke dalam saku jaket tebalnya.

Malam ini dingin sekali, sudah mendekati waktu natal.

  The Jung’s telah membuka cabang perusahaan di Tokyo pagi ini di atas kepemimpinan pewaris Jung. Jung Yunho menginformasikan bahwa dalam waktu dekat The Jung’s akan kembali membuka cabang di Sydney di mana adiknya Jung Changmin—ilmuwan metafisika yang terkenal—membangun laboratorium di sana

Jaejoong berhenti melangkah.
Ia berdiam diri di hadapan gedung tinggi yang memiliki layar televisi raksasa di atasnya.
Pria cantik itu mendongak dan menatap kagum layar yang kini memperlihatkan foto Yunho dan Changmin di sana.
Ia tersenyum tipis.

  “Dari awal dunia kita memang sangat jauh berbeda” Bisiknya entah pada siapa.

Pria cantik itu kembali melanjutkan langkah kakinya santai.
Sedikit banyak ia menikmati kesendiriannya selama ini.

  “Selamat malam, paman” Sapa Jaejoong membungkuk sopan.

Petugas keamanan apertemen itu membalas sapaan Jaejoong dengan ramah.
Ia tersenyum.

   “Jangan terlalu sering berjalan kaki, Jaejoong ah, nanti kau bisa sakit. Udara semakin tidak bersahabat menjelang natal”

  “Ya Paman, besok aku akan naik bus”

Namja cantik itu segera memasuki lobi apertemen dan menunggu lift terbuka di hadapannya.
Sepertinya ini hari keberuntungan Jaejoong, karena pintu tersebut terbuka setelah beberapa saat ia menunggu.
Biasanya ia harus menunggu lama agar benda persegi itu sampai ke lantai dasar.
Jaejoong segera memasuki lift dan memencet tombol lantainya.

Ah, ia lelah sekali hari ini.

Ada anak yang berulang tahun tadi siang, membuatnya dan pengajar lain sibuk mengatur hadiah untuk dibagikan.
Jaejoong mendesah lega ketika pintu lift terbuka.
Ia segera melangkah cepat menuju kamarnya.

Namun kemudian langkah kakinya berhenti ketika mata besarnya menangkap sesosok namja tampan yang sedang bersandar di depan pintu kamarnya.

Oh—tubuh tegap itu dan rambut cokelatnya—Jaejoong mencengkram kepalan tangannya tanpa sadar.
Kakinya bergetar ringan.
Tidak—ia tidak siap.
Ini terlalu mendadak setelah sekian lama mereka berpisah.

Namja cantik itu berbalik dan akan melarikan diri dari sana.
Tapi sebuah panggilan dari suara bariton yang sudah sangat dikenalnya itu berseru mengisi keheningan koridor.

  “Kim Jaejoong!”

DEG.

Namja cantik itu menahan nafasnya.
Ia tidak sanggup untuk berbalik dan bertemu lagi dengan sepasang mata musang yang tajam itu.
Tapi bukan Kim Jaejoong namanya apabila ia melarikan diri ketika dirinya sudah ditemukan.
Pria bersyal merah itu berbalik seperti posisi awalnya dan mematung di sana.

Yunho sudah tidak bersandar.
Tapi pria tampan itu berdiri dengan kedua tangan yang tersembunyi di dalam saku celananya.

Oh—sejak kapan Yunho tumbuh setinggi ini? Gumam Jaejoong dalam hatinya.

  “Y—Ya” Sahut Jaejoong lirih, nyaris tidak terdengar jika Yunho tidak fokus kepadanya.

Namja cantik itu menggerakkan kakinya yang terasa berat.
Ia menelan salivanya dan berusaha mengatur agar dirinya tidak terlihat terpengaruh akan kemunculan tiba-tiba Yunho di hadapannya setelah sekian lama.

  “Kau baru pulang bekerja?” Tanya Yunho masih menatap wajah cantik itu.

Jaejoong mengangguk.

  “Ya..Aku lelah sekali” Ujar namja cantik itu pelan, bermaksud mengusir Yunho dengan halus.

Tapi sepertinya pria tampan itu tidak tertarik untuk mengikuti permainan Jaejoong.
Tidak, hari ini adalah skenarionya.
Gilirannya.

  “Aku juga lelah sekali, kudengar sup ginseng bisa mengurangi pegal” Ujar namja tampan itu santai.

  “Hmm..Kau bisa membelinya di restoran” Ujar Jaejoong kembali mencoba.

Yunho mendekat, hingga membuat pria cantik itu mundur selangkah.

  “Atau—kau bisa membuatnya untuk kita makan bersama”

  “A—Apa?”

Jaejoong terkejut saat Yunho menarik tangannya dan membawanya berdiri di depan pintu apertemennya.

  “Buka” Perintah Yunho tegas.

  “Yunho—”

  “Ini tidak hanya sekedar sup ginseng, BooJae, kau tahu itu. Kita berdua perlu bicara”

DEG.

Jaejoong tertegun.
Mata besarnya mengerjap tidak percaya.
Ya Tuhan—panggilan itu.

  “Kupikir pembicaraan kita sudah selesai waktu itu, setelah kau menamparku dan meninggalkanku seorang diri” Lirih Jaejoong mendongakkan wajahnya.

Menantang mata musang itu dengan sepasang mata besarnya yang berkaca-kaca.
Rahang Yunho mengeras.
Ia menatap tajam mata bulat tersebut dan mengerutkan dahinya.

  “Jangan membuatku mendobrak pintu sialan ini, Jae” Desisnya kesal.

Jaejoong mengalihkan pandangannya.
Lalu ia segera merogoh kantongnya dan membuka pintu platinum tersebut.
Membiarkan Yunho mengikutinya di belakang.
Namja cantik itu mendengar suara pintu yang tertutup dan kunci yang terputar otomatis.
Ia hendak membuka jaketnya, namun tubuhnya membeku ketika pria tampan itu memeluknya dengan erat dari belakang.

Ya Tuhan—ia bisa merasakan hembusan nafas Yunho yang hangat tepat di telinganya.

  “Aku merindukanmu BooJae..Sangat merindukanmu hingga rasanya aku bisa gila” Bisik Yunho mempererat pelukannya.

DEG DEG DEG.

  “Yun—”

Suara Jaejoong tercekat ketika pria tampan itu menyurukkan wajahnya di bahu Jaejoong.
Jemarinya bergerak naik melepaskan syal rajut tersebut.

  “Hngh!” Lenguh Jaejoong kaget.

Yunho berhasil membuat syal merah itu bergulung di atas lantai.
Ia menyurukkan wajahnya di lekukan leher namja cantik itu.
Mengecup lembut bekas luka yang menonjol dari permukaan kulit Jaejoong.
Bekas jahitan yang membentuk garis panjang dari bahunya.

  “Yunho, lepaskan” Bisik Jaejoong bergetar.

Namja tampan itu semakin mengeratkan pelukannya setiap kali Jaejoong meronta.

  “Maafkan aku Jae..Aku telah melukaimu..Seharusnya aku tidak meninggalkanmu setelah apa yang sudah kau lakukan untukku”

  “Berhenti berbicara Jung Yunho, hentikan!”

  “Berhentilah berpura-pura Kim Jaejoong..Aku sudah tahu semuanya”

DEG.

Jaejoong terkesiap.
Ia berhenti meronta.
Mata besarnya mengerjap-kerjap tidak percaya.
Sedetik kemudian ia baru menyadari nafas Yunho yang tersengal di sampingnya.
Dan basah di bahunya.

Ya Tuhan—
 
  “Maafkan aku BooJae..”

Namja cantik itu mengulurkan tangannya melepaskan rengkuhan Yunho yang melemah.
Ia berbalik dan menggigit bibir bawahnya dengan air mata yang mengalir jatuh melihat Yunho yang menunduk di hadapannya.
Hati Jaejoong seakan tercubit melihat wajah tampan yang basah itu.

  “Pulanglah Yunho, kau benar, kita berdua butuh istirahat”

Yunho terkejut.
Ia mendongak dan menatap tidak percaya mata bulat itu.

  “Jae—”

  “Pulanglah, kumohon”

Yunho tidak bisa melawan saat Jaejoong mendorong tubuhnya dengan kedua tangannya yang bergetar.
Pria cantik itu tampak begitu rapuh ketika ia melakukannya.
Membuat Yunho tidak tahan dan memutuskan untuk menuruti perkataan Jaejoong kepadanya.
Ia mengusap pipinya yang basah dan menatap dalam mata bulat yang basah itu.

  “Aku akan datang lagi” Bisiknya lirih.

Kemudian ia menghilang di balik pintu platinum itu.
Meninggalkan Jaejoong yang terduduk lemas di atas lantai.
Oh—ini terlalu mendadak untuknya.
Jaejoong mengusap wajahnya.

Apa yang telah terjadi? Pikirnya kalut.


-------


   [ “Hari itu Jaejoong ingin memberikan syal hijau ini untukmu, tapi kecelakaan itu mengubah segalanya” ]

Yunho menatap cermin besar yang ada di hadapannya dengan tatapan yang tidak bisa diartikan.
Ia mengulurkan tangannya, menyentuh syal berwarna hijau yang diserahkan oleh ibunya Jaejoong ketika pria tampan itu datang menemuinya.
Kemudian bayangan wajah Jaejoong yang terluka ketika ia menamparnya di hari itu kembali terlintas di benaknya.

  [ “Tidak peduli sejauh dan selama apapun, cintaku akan tetap sama saat kita bertemu lagi nanti” ]

Yunho mengepalkan tangannya.
 
  “Aku akan membuktikan janjiku, BooJae” Bisiknya lirih.

TOK TOK TOK.

Namja tampan itu beralih menuju pintu kamarnya.
Ia membuka kenop dan menatap Jung Keybum yang tersenyum kepadanya.
Wanita cantik itu menurunkan pandangannya, memandang syal berwarna hijau yang melingkar di leher Yunho.

  “Waktunya sarapan, Yun” Ujar Keybum lembut.

Yunho tidak menyahut.
Ia hanya mengangguk singkat dan berjalan mendahului wanita cantik itu.

  “Syal yang cantik” Puji Keybum masih tersenyum.

Namja tampan itu berhenti melangkah.
Ia menghela nafas dan menoleh menatap Ummanya.

  “Ya, ini dari kekasihku” Sahutnya pelan.

DEG.

Keybum terkejut.
Kekasih?
Tapi setahunya Yunho tidak sedang dekat dengan siapapun saat ini.
Yunho melanjutkan langkahnya, ia menghampiri meja makan dan segera duduk di samping adiknya.

  “Bagaimana dengan proyekmu Min?” Tanya Yunho seraya mengoleskan selai pada rotinya.

  “Hmm, tinggal sedikit lagi dan—hatchii~!” Seru Changmin memundurkan tubuhnya.

Jung Jinki mengangkat kepalanya.
Ia mengernyit kepada putra bungsunya itu.

  “Changmin ah, jangan bersin di meja makan, kau ini” Gerutu pria bermata bulan sabit itu.

Changmin mendengus.
Ia mengambil tissue dan menyumpal hidungnya.

  “Hyung! Kau pakai syal? Tumben sekali, cuaca hari ini sangat dingin, Hyung, aku boleh pinjam tidak?” Ujar Changmin heboh.

Yunho memicingkan mata musangnya.
Ia menggeleng.

  “Kalau ada benda yang tidak akan pernah kupinjamkan kepadamu, itu berarti syal ini”

  “Pelit! Kau kaya tapi pelit!”

  “Kau masih bocah, tidak akan mengerti”

Uh.
Changmin menjepit hidung merahnya, menahan bersin yang akan keluar atau ia ditendang Jinki dari meja makan pagi ini.
Mata bambi itu memandang Ummanya yang sudah duduk di hadapan Yunho.
Ia meringis.

  “Kau pikir aku murid sekolah dasar? Aku tahu syal itu pasti dari pacarmu kan? Menyebalkan!” Gerutu Changmin kesal.

Yunho mengangguk.
Ia mengangkat wajahnya dan menatap sepasang mata kucing Keybum yang terus memperhatikannya sejak tadi.

  “Ya, ini dari Jaejoong” Ujar Yunho dengan nada menantang.

DEG.

Keybum membulatkan mata kucingnya.
Ia mencengkram sendoknya tanpa sadar.
Yunho menenggak cokelat hangatnya, kemudian ia menatap nyalang mata kucing ibunya sebelum berdiri dan meninggalkan ruang makan.

  “Sebaiknya Umma menemui Jaejoong dan meminta maaf kepadanya” Desis Yunho tajam.

Wanita cantik itu melepaskan cengkramannya pada sendok selainya.
Ia terduduk lemas di kursinya.
Menatap tidak percaya punggung tegap putranya yang sudah menghilang dari balik ruang makan.
Keybum melirik suaminya, tapi pria tampan itu masih sibuk dengan sarapannya, seolah-olah ia tidak mendengar apapun sejak tadi.

Sementara Changmin sudah mengganti tissue di hidungnya.

  “Eoh? Jaejoong? Sepertinya aku pernah dengar” Gumam Changmin memiringkan kepalanya lucu.


-------


  “Sampai jumpa Joongie Songsaenim~!”

  “Bummie Saenim anyeoong~!”

Jaejoong dan Kibum tersenyum manis seraya melambai kepada Akira dan Taemin yang sudah dijemput oleh orang tua mereka.

  “Siwon memberitahuku kalau hari ini Fany Fany akan terlambat dijemput” Ujar Kibum seraya menggandeng lengan Jaejoong.

  “Menyenangkan sekali bisa bertukar pesan setiap hari” Ujar Jaejoong tersenyum tipis.

  “Yah, Jaejoong ah, jangan menggodaku~~”

  “Eoh? Siapa yang menggodamu? Aigoo”

  “Aish, kau ini”

  “Yah, dari pada menggangguku lebih baik kau merapikan kelas, hari ini giliranmu kan?”

Uh.
Namja berkulit salju itu mengerucutkan bibir ranumnya dan segera melepaskan tangannya dari lengan Jaejoong.
Ia berjalan seraya menghentak-hentakkan kakinya di atas salju.
Lucu sekali, pikir Jaejoong tersenyum.

  “Joongie Saeniimm~~~!”

Eoh?
Namja cantik itu berbalik dan menaikkan alisnya mendapati Fany Fany yang sedang berlari ke arahnya.
Wajah cantik itu tampak menggemaskan dengan rona merah di pipi gembulnya.

  “Ada apa hm? Samchon belum datang kan?”

  “Ani, bukan itu Saenim, Fany tadi sedang bermain di dekat gerbang, terus Fany bertemu dengan Ahjussi yang sangat tampan!”

  “Mwo? Ahjussi? Fany kenal?”

Gadis cantik itu menggeleng lucu.
Membuat Jaejoong membulatkan mata besarnya.

  “Omo! Itu mungkin saja penculik atau orang jahat! Fany yah, bukankah Saenim sudah pernah bilang jangan berbicara dengan orang asing eoh?” Ujar Jaejoong panik.

Bocah kecil itu menggembungkan pipinya.
Ia menunjuk-nunjuk wajah cantik Jaejoong dengan jari telunjuknya yang kecil.

  “Fany memang tidak kenal, tapi Ahjussi tampan itu menyebut-nyebut nama Saenim! Ummm~ Ahjussi itu bertanya apakah Saenim sudah pulang atau belum, kalau belum ia akan menunggu, ya, seperti itu~!” Cerocos bibir tipis bocah cantik itu.

DEG.

Jaejoong tertegun.
Ia segera mengalihkan pandangannya ke arah gerbang.

  “Hai Jae! Keponakan cantikku tidak menangis kan?”

Ah, itu Siwon.
Dan tidak ada orang lain di sana.
Jaejoong menghela nafasnya kecewa.

Tunggu—

Kecewa?

Yang benar saja!

  “Samchon nakal! Fany bukan gadis cengeng!” Pekik bocah cantik itu kesal.

Membuat Siwon tertawa dan segera menggendong keponakan kesayangannya.
Tepat di saat yang bersamaan Kibum keluar dari lobi gedung.
Mereka saling menyapa dan tersenyum satu sama lain.
Kemudian Siwon segera menggandeng tangan Kibum.

  “Eoh?” Gumam Jaejoong menaikkan alisnya melihat hal tersebut.

Namja berlesung pipi itu tersenyum lebar hingga memperlihatkan gigi rapinya.
Sementara Kibum sudah tersenyum-senyum tidak jelas.

  “Kami akan makan malam bersama, Jae, duluan ya?” Ujar Kibum senang.

Namja cantik itu mengangguk.
Ia ikut tersenyum senang melihat kedekatan Siwon dan sahabatnya.
Ah, sepertinya hanya tinggal menunggu undangan, eh.
Jaejoong meregangkan tubuhnya.

Tinggal ia dan beberapa pengajar lagi yang belum pulang.
Namja cantik itu segera masuk ke dalam kelas dan mengambil tasnya setelah melepaskan rompi seragamnya.

  “Yorin, aku duluan ya” Ujar Jaejoong melambaikan tangannya kepada gadis cantik yang sedang merapikan mainan di ruang sebelah.

Gadis itu mengangguk.
Jaejoong segera memakai tas ranselnya dan membenarkan gulungan syal merahnya di leher.
Kemudian ia melangkah keluar dari gedung.
Namja cantik itu baru saja akan melewati gerbang, namun kakinya berhenti bergerak ketika mata bulatnya menangkap sosok laki-laki tampan yang sedang bersandar di depan pintu mobil mewahnya.

Pria itu memakai setelan armani berwarna hitam dengan syal berwarna hijau yang melingkari lehernya.

DEG.

Mata besar Jaejoong mengerjap tidak percaya.
Oh—tidak.
Ia mengenal syal hijau itu!
Bagaimana bisa benda itu ada di tangan Yunho eoh?!
Seingatnya ia meninggalkan syal itu di rumahnya di Jeolla—

  [ “—aku sudah tau semuanya” ]

Oh shit.

Pria tampan itu menemui ibunya ternyata.
Jaejoong memalingkan wajahnya dan kembali melangkah, namun baru beberapa jarak ia berjalan, seseorang menarik tangannya.

  “Lepaskan, Yunho” Ujar Jaejoong menampik tangannya.

Namja tampan itu tidak mengacuhkan Jaejoong, ia malah mengeratkan cengkramannya pada jemari namja cantik itu dan membawanya mendekati mobil mewahnya.
Jaejoong melebarkan matanya melihat seorang pria berseragam hitam sudah membuka pintu mobil bagian belakang dengan lebar.

  “Yunho! Apa-apaan kau! Lepaskan aku!” Seru Jaejoong panik.

Tidak, ia tidak boleh masuk ke dalam mobil itu!
Atau ia akan kalah oleh perasaannya!

  “Masuk” Perintah Yunho tegas.

Pria tampan itu mendorong Jaejoong ke dalam mobil diikuti langkahnya dan ia segera menutup pintu mobil.

  “Jalan!” Perintah Yunho kepada sang supir yang baru saja masuk ke dalam mobil.

Jaejoong menoleh menatap Yunho.
Dahinya mengerut tidak senang.

  “Apa yang rencanakan, Jung Yunho? Kau membuat semuanya semakin rumit!” Ujar Jaejoong bergetar.

Yunho menghela nafasnya.
Ia duduk menghadap Jaejoong dan menggenggam tangan dingin itu.

  “Aku sedang melakukan sesuatu yang seharusnya kulakukan sejak dulu”

  “Tapi kau tidak bisa! Aku tidak mau!”

  “Kenapa Jae? Beritahu aku”

Jaejoong menggigit bibirnya erat.
Mata besarnya sudah berkaca-kaca.
Ia menahan nafasnya dan melepaskan genggaman tangan Yunho.
Pria cantik itu menoleh menatap jendela mobil.

  “Karena kita tidak seharusnya bersama, Yun..” Bisik Jaejoong lirih.

Yunho menatap Jaejoong dengan pandangan terluka.
Ia bergerak merapatkan tubuhnya dengan Jaejoong.
Menyurukkan hidungnya di rambut namja cantik itu dan memeluk Jaejoong erat.

  “Aku hanya akan menjadi benalu untukmu, Jung Yunho..” Bisik Jaejoong menyerah.

Pipinya telah basah.
Dan Jaejoong sama sekali tidak berniat untuk menyeka air matanya yang terus berjatuhan.
Lalu Yunho beralih menarik dagunya hingga membuat wajah mereka saling menatap.

  “Kau tahu itu hal yang paling mustahil dalam hidupku, justru kau adalah penentu arahku, BooJae” Bisik Yunho lembut—menyadari bahwa Jaejoong tidak lagi melawan.

Namja cantik itu menggeleng.
Hidungnya mengerut dengan warna merah.

  “Aku tidak sekuat yang kau bayangkan, Yunho..Aku tidak sanggup jika harus menghadapi ibumu lagi” Desis pria cantik itu sedih.

Yunho segera menangkup wajah Jaejoong dan menyeka air matanya dengan ibu jari.
Ia mendekatkan wajah mereka dan menyatukan dahinya dengan dahi Jaejoong.

  “Kali ini aku akan berada di sampingmu, Boo..Aku tidak akan membiarkan kesalahan yang sama terulang dua kali”

  “Aku cacat, Yunho, bekas luka ini—“

  “Ini bukan tentang masa lalu, ini tentang kita yang sekarang. Persetan dengan semua yang telah terjadi, yang aku inginkan adalah kau! Sempurna atau tidaknya dirimu, hanya kau, Kim Jaejoong!”

Namja cantik itu tersentak kaget.
Mata besarnya membulat.

  “Aku masih mencintaimu, BooJae, tidak peduli waktu dan jarak telah mengikis segalanya, cintaku padamu masih sama seperti dulu..Tidak tergantikan..” Bisik Yunho di bibir ranum itu.

Yunho bisa merasakan bibir Jaejoong yang bergetar ringan.
Ia memiringkan wajahnya dan membuka mulutnya, memasukkan bibir ranum tersebut ke dalam dirinya dan melumatnya dengan lembut.
Tubuh Jaejoong tersentak.
Yunho segera meraih lengan Jaejoong dan membawanya melingkar di atas syal hijaunya.

Ia mendorong Jaejoong perlahan, hingga tengkuk pria cantik itu bersandar di pintu mobil.
Yunho menyelipkan satu tangannya di bagian tersebut dan menariknya sedikit.
Berusaha agar kepala Jaejoong tidak terantuk dengan pintu mobil.
Namja tampan itu berjengit saat jemari Jaejoong berulah—meremas-remas rambut rapinya hingga berantakan.

Ia menarik syal merah Jaejoong dan segera menghujani leher jenjang itu dengan hisapan-hisapan dalamnya.
Membuat Jaejoong semakin rapat kepadanya.
Kemudian Yunho menjauhkan wajahnya dan menarik Jaejoong agar pria cantik itu duduk seperti semula.

Ia mengulurkan ibu jarinya mengusap bibir ranum yang bengkak dan basah itu.

 “Kita akan menghadapi ibuku bersama-sama” Ujar Yunho.

Jaejoong bergeming.
Ia menatap Yunho dengan bibir yang terbuka mencari nafas.

  “Dan kali ini aku akan ada untuk melindungimu..Karena sebuah pengorbanan saja tidaklah cukup, dibutuhkan tangan yang saling menggenggam untuk menghadapi semua masalah yang ada..”

Yunho menunduk, mengecup bibir Jaejoong sekali lagi.

  “Karena tidak selamanya cinta tidak bisa bersatu” Bisik Jaejoong lirih.

Namja tampan itu tersenyum.
Ia mengusap lembut tengkuk Jaejoong dan membawa namja cantik itu masuk ke dalam pelukannya.

  “Katakan kau mencintaiku”

  “Aku mencintaimu..Yunnie ah..Tidak tergantikan”

Supir pribadi namja tampan itu mendesah lega.
Ia tersenyum tipis masih mengemudikan mobil mewah tersebut.

Ah, percintaan tuan mudanya cukup rumit ternyata.

END.

Alright, nggak seharusnya aku ingkar kata. Tapi teror untuk epilog terlalu banyak LOL
Memang YunJae itu kalo nggak hepi ending nggak maknyus iya kan? Wkwkwkwk <3

5 komentar:

  1. yeay ad sequelnya, gomawo untuk sequelny kak Shella ^^ ffny keren"

    BalasHapus
  2. Hahaha iyaa kalo ngga happy ending ngga maknyus. Syukurlaahh terbalaskan gregetnya dengan adanya epilog ini hahaha xD
    Mereka emang udah ditakdirkan bersama. Terbuktikan ujungnya emang harus bersama hahaha #apasih
    Good job deh ya, thor! ^^

    BalasHapus
  3. Scarf Couple :') *so sweet
    Daebak !

    BalasHapus
  4. Hehe thx utk epilog nya akhirnya yunjae happy ending. Iya kan gak lucu kl slh paham selama nya Dan untung nya yunho msh mengesampingkan ego nya utk mencari tau kebenaran nya gak nelen bulat2 omongan jae. Inti nya yunho amat sangat mengenal kepribadian jae.

    BalasHapus
  5. Hahhh.. ff eonnie memang yg terbaik.. Mau baca berpuluh-puluh kali tetep aja nggak bosen.. ff terbaik lah^^

    BalasHapus