This zone is only YunJae Fanfictions and this is our world

Selasa, 22 Desember 2015

FF/YAOI/YUNJAE/ONESHOOT/THE WAY YOU ARE



Tittle: THE WAY YOU ARE

Author: Shella Rizal a.k.a Park Sooji

Cast: YUNJAE

Length: ONESHOOT

Rating: family-funny-fluffy-romance-friendship

WARNING: BOY x BOY! Yg ga suka YAOI mending cabut aja dari sini, cos author Cinta damai~
*kibar2 kutang Jae umma*


-------


I didn’t believe in love at first sight, till the day we met.
I didn’t realize how easy it was to change the way I feel.
.
.
.
  “Tuan muda, sudah saatnya anda berangkat ke sekolah”

Pria cantik bernama Kim Jaejoong itu mengerutkan dahinya dengan mata yang mengerjap.
Ia refleks menghalangi sinar matahari yang menyeruak masuk dengan lengan kirinya ketika kepala pelayan menarik gorden yang menutupi jendela besar di kamarnya itu dengan sekali sentak.
Jaejoong mengeluh.
Ia beranjak duduk setelah meregangkan tubuhnya.

Choi Jisung—sang kepala pelayan—hanya tersenyum simpul seperti biasa mendapati ekspresi menggemaskan dari tuan muda tunggalnya ini.
Oh—lihatlah wajah cantik yang sedang merengut dengan mata terpejam itu.
Kim Jaejoong adalah keindahan dari segala keindahan yang ada.
Mata bulatnya yang terlihat seperti kelereng, hidung bangirnya yang tegas, kulit putihnya yang halus, dan rambut hitamnya yang lembut.

Sempurna.


Kepala pelayan Choi segera menjentikkan jarinya dan membiarkan para maid berjejer memasuki kamar super luas itu dengan rapi.
Dua dari mereka membantu Jaejoong untuk bangun dari duduk malasnya.
Sementara sisanya menyiapkan kamar mandi dan merapikan ranjang pria cantik itu.
Jaejoong menguap, ia menutup pintu kamar mandi dan segera menyiram tubuhnya dengan shower.

Namja cantik itu beranjak keluar dari kamar mandi setelah ia menyelesaikan ritual paginya.
Ia mendudukkan dirinya di kursi meja rias dan membiarkan para maid bekerja seperti biasanya.
Mereka mengeringkan rambut hitam Jaejoong dan menyiapkan pakaian yang akan dipakai oleh namja cantik itu.
Jaejoong segera mengulurkan tangannya dan menunjuk apapun yang ingin ia kenakan pagi ini.

Dimulai dari lemari pakaiannya yang terbuka, lalu lemari celananya, kemudian lemari sepatu dan aksesoris cartier-nya.

  “Tuan dan Nyonya sudah menunggu di ruang makan, Tuan Muda” Ujar Kepala pelayan Choi sopan.

Jaejoong mengangguk.
Mengecek penampilannya untuk yang terakhir kalinya dan tersenyum puas.

Oh—ia sungguh menikmati kesehariannya sebagai putra tunggal terkaya di negeri ginseng ini.

  “Pagi Umma, Appa” Sapa Jaejoong seraya tersenyum manis dan mencium kedua pipi orang tuanya.

Hangeng Kim dan Kim Heechul membalas sapaan putra kesayangan mereka dengan senyuman manis.
Jaejoong segera menenggak susunya ketika ia duduk di kursinya.

  “Siang ini Appa dan Umma akan berangkat ke Paris” Ujar Hangeng memberitahu.

Jaejoong mengangguk.
Ia melahap sarapannya tanpa terganggu.

  “Ya, bawakan Joongie miniatur menara Eiffel” Ujarnya santai.

  “Bagaimana dengan kegiatan sekolahmu, sayang? Apakah ada masalah?” Heechul angkat bicara.

Jaejoong menggeleng.
Ia masih fokus dengan sarapan lezatnya yang khusus dimasak oleh koki terbaik di negara ini.

  “Oh—Umma hampir saja lupa. Kim Hyunjoong, Choi Seunghyun, dan Jung Eunjae mengirimkan buket bunga lagi untukmu, sayang, Umma meletakkannya di ruang tamu kalau kau ingin lihat”

  “Hmm, suruh saja maid menatanya di sana seperti biasa, rumah kita akan terlihat lebih segar dengan bunga-bunga itu”

  “Seunghyun menitipkan gelang cartier edisi bulan ini di buket bunganya untukmu”

Jaejoong meletakkan sendoknya.
Ia mengelap bibir cherry-nya dan tersenyum manis kepada Ummanya.

  “Simpan di kamarku, Umma” Ujarnya senang.

Hangeng dan Heechul saling melirik satu sama lain.
Kemudian mereka menggeleng pelan.

  “Jaejoongie, kau punya banyak sekali penggemar sejak kau masih sangat kecil, sayang. Tidak adakah satupun yang menarik di hatimu? Umma lihat Kim Hyunjoong adalah kandidat terbaik sejauh ini” Komentar Heechul seraya menaruh tangannya di atas meja.

Menatap putra cantiknya dengan kedua mata bulatnya yang indah.

  “Tidak, tidak ada satupun dari mereka yang berhasil membuatku jatuh cinta” Balas Jaejoong singkat.

Oh—Heechul mendesah pendek.
Ia melirik suaminya yang kini mengangkat bahu.

Jaejoongnya adalah pria tercantik yang pernah ada.
Semua orang memujanya, bahkan ia punya ratusan fans di luar sana yang tergila-gila kepadanya.
Tapi tidak satupun yang bisa membuat Jaejoong berdiam diri untuk berdebar-debar.
Apa yang salah? Pikir Heechul bingung.

Jujur saja, ia cukup khawatir dengan percintaan putra kesayangannya ini.
Jaejoong sudah hampir 18 tahun, dan ia masih sendiri.
Maksudku—remaja lainnya bahkan sudah memulai kisah cinta mereka di usia sebelas tahun.
Apa mungkin karena namja cantik itu memiliki kriteria yang terlalu tinggi?
Entahlah.

  “Joongie berangkat” Ujar Jaejoong beranjak dari duduknya.

Ia mencium pipi kedua orang tuanya dan segera berjalan menuju pintu depan dengan iringan maid yang membawakan tas Louis Vitton-nya.

CKLEK.

Kepala pelayan Choi membukakan pintu untuk Tuan Mudanya dan Jaejoong segera berjalan keluar setelah sekali lagi memastikan penampilannya.

  “Oh—maaf”

Namja cantik itu mendongakkan wajahnya ketika seseorang meminta maaf setelah tidak sengaja menyenggol sepatu mahalnya dengan kotak paket berwarna cokelat.

DEG!

Namja cantik itu membesarkan kedua mata bulatnya ketika pandangannya bertemu dengan sepasang mata musang tajam yang menatapnya dengan ramah.
Jantungnya perlahan-lahan mulai berdebar kencang dan semakin kencang.
Lalu mata bulat itu bergerak pelan, menelusuri wajah kecil yang OH—WOW.
Sungguh sempurna! Seru Jaejoong dalam hatinya.

Hidung mancung, bibir seksi, rambut cokelat—Jaejoong merasakan perutnya melilit.
Membuatnya harus menggigit bibir agar ia tidak bersuara.

  “Paket untuk Tuan Hangeng Kim sudah tiba dan stempel sudah diberikan, terima kasih atas perhatiannya” Ujar namja tampan itu kepada kepala pelayan Choi yang dibalas dengan senyuman ramah oleh pria paruh baya itu.

Jaejoong melirik kepala pelayan Choi dengan tatapan kesal.
   
  “Aku permisi, sampai jumpa, Tuan Muda” Sapa namja tampan itu membungkuk sopan.

Kemudian ia berbalik dan berjalan jauh mengambil sepeda motornya yang terdapat keranjang kain penyimpan paket di dalamnya.
Meninggalkan tokoh utama kita dengan jantung yang tidak bisa berhenti berdebar kencang sejak tadi.
Oh—bahkan kupu-kupu pun sudah terbang bebas di perutnya!

  “Paman Choi!” Seru Jaejoong tercekat.

  “Ya, Tuan?” Sahut kepala pelayan Choi sopan.

Jaejoong menoleh, menatap pria paruh baya itu dengan wajah yang merona hebat.

  “Cari tahu tentang namja itu dan berikan laporannya kepadaku malam ini!”


-------


Namja tampan itu menghentikan kayuhan sepeda tuanya tepat di depan sebuah rumah kumuh yang terlihat akan roboh jika terkena badai.
Pria itu melepaskan tas ranselnya yang penuh tambalan dan membungkuk sopan kepada seorang pria tua yang sedang menyiram bunga di depan rumah tersebut.
Tanpa mengacuhkan ketiga pemuda yang sedang mengawasi gerak-geriknya dari dalam mobil mewah yang kini sedang dikerumuni oleh penduduk setempat yang terpesona.

  “Jadi namanya Jung Yunho, hmmm” Gumam Park Yoochun—sahabat Jaejoong—dengan gaya misteriusnya.

  “Pemuda super miskin yang gila bekerja agar dapat makan daging bakar di hari ulang tahunnya setahun sekali, hmmm” Sambung Shim Changmin—sahabat Jaejoong—seraya menggeleng-gelengkan kepalanya.

  “Omo Jae! Setahun sekali! Untuk daging bakar yang bahkan sudah bosan dimakan oleh Changmin!” Pekik Yoochun histeris.

Jaejoong mendengus.

  “Sepertinya ada yang salah dengan kepalamu, Hyung, Kim Hyunjoong, Choi Seunghyun, Jung Eunjae, dan masih banyak lagi! Tapi—tapi—demi dewa burger! Kau jatuh cinta pada namja super miskin itu?! Yang bahkan mengontrak di rumah rapuh itu saja ia hanya bisa bayar setengahnya?! Tampar aku sekarang!” Teriak Changmin ikut histeris.

PLAKK!

  “AW! KENAPA KAU MENAMPARKU, IDIOT?!” Teriak namja berwajah kekanakan itu mengusap pipinya.

  “Tapi kau bilang tampar aku?” Balas Yoochun dengan wajah bodohnya.

PLAKK!

  “AAW! Kenapa kau menamparku?!” Teriak Yoochun melotot.

Changmin menjulurkan lidahnya.

  “Kau barusan bilang tampar aku” Balas namja berwajah kekanakan itu mengejek.

Yoochun sudah akan mencekik Changmin kalau saja Jaejoong tidak menghentikan tingkah konyol mereka dan menempelkan wajah mereka berdua di jendela mobil.

  “YUNHO HYUUUNG~~”

Jaejoong memicingkan mata bulatnya, menatap sesosok namja imut berseragam sekolah yang berlari menuju pintu rumah tua itu dari jendela mobil.

  “Junchan, sekolahmu sudah selesai? Tidak ada kelas tambahan hari ini?” Tanya Yunho yang sedang melepaskan sepatunya.

  “Tidak, guru sedang rapat tahunan! Hyung malam ini sibuk, tidak?” Sahut Junsu tersenyum lebar.

Yunho menggeleng, ia tersenyum seraya mengacak rambut Junsu.

  “Asyik! Kita main kartu ya? Ya ya ya ?” Ujar Junsu secerah matahari.

Membuat Yunho tertawa akan tingkahnya dan tidak bisa menolak untuk menganggukkan kepalanya.

  “Itu Kim Junsu, anak pemilik kontrakan yang Yunho sewa dengan harga potongan” Gumam Changmin menaikkan alisnya.

Jaejoong dan Yoochun mengangguk.
Sementara Changmin kembali menghela nafasnya.

  “Kontras sekali ya Hyung, Yunho tinggal di tempat yang kandang Mandoongieku saja ratusan kali lebih baik darinya tapi kau tinggal di rumah super besar yang memiliki Moldir  dan Coffee Cojje sendiri khusus untukmu seorang”

PLAKK!

Changmin menjerit ketika Jaejoong memukul kepala jeniusnya.
Namja berwajah kekanakan itu mengerucutkan bibirnya sedangkan Jaejoong hanya menghela nafas kesal menatap sahabat akselerasinya itu.

Oh Tuhan.
Kenapa kau harus semiskin itu, Jung Yunho?


-------


Namja tampan bernama Jung Yunho itu tampak sedang mengendarai motor paketnya menuju kawasan kediaman mewah milik keluarga Kim.
Ia berjalan sehati-hati mungkin agar tidak menyiprat genangan air bekas hujan semalam.
Yunho menaikkan alisnya ketika ia melihat sebuah mobil mewah melaju dari arah yang berlawanan, ia segera membawa motornya menyingkir dari jalanan dan terkejut ketika mobil mewah itu melaju dengan kencang dan menyipratkan air hingga membasahi celananya.

  “YYAH!” Pekik Yunho marah.

Dasar orang kaya! Seenaknya saja! Maki Yunho dalam hatinya.
Pemuda tampan itu menepuk-nepuk celananya dan kembali melajukan motornya.
Ia menghela nafas kesal dan kembali meneruskan perjalanannya.
Pagi yang buruk, gerutunya.

Yunho menghentikan sepeda motornya di depan gerbang raksasa yang lima hari ini selalu didatangi olehnya.
Ia mengeluarkan kotak paket dari dalam kantung kainnya dan segera berdiri di depan interkom berlayar itu.

  “Selamat siang, aku Jung Yunho, pengantar paket untuk tuan Kim” Ujarnya sopan.

Suara konfirmasi terdengar dan gerbang besar itu terbuka dengan sendirinya.
Hal yang tidak pernah berhenti membuat Yunho kagum.
Namja tampan itu segera menghidupkan motornya dan memasuki halaman super luas itu dengan motornya.
Oh—rumah ini bahkan memiliki dua ekor jerapah dan satu anak gajah yang berkeliaran bebas di halaman rumah! Bisa kau bayangkan betapa kayanya tuan Kim itu?

  “Yunho! Kau datang!”

Namja tampan itu terkejut ketika ia hendak memarkirkan motornya di samping teras sebuah suara ceria menyapa telinganya.
Ia berbalik dan mengangguk sopan kepada tuan muda cantik itu.

  “Ya, Tuan Muda, paket untukmu lagi” Ujar Yunho tersenyum.

Pipi Jaejoong merona manis melihat senyum indah itu.
Ia segera menuruni tangga kecil yang menjadi penghubung antara pintu rumahnya dengan teras dan segera berdiri menghampiri Yunho.

  “Panggil aku Joongie, Yunho ah, bukankah sudah pernah kukatakan?” Ucap namja cantik itu masih dengan senyumannya.

  “Maaf” Sahut Yunho pelan.

  “Ani, bukan masalah, ah, ngomong-ngomong, ini paket dari siapa?”

  “Shim Changmin, sepertinya ia penggemar beratmu ya? Setiap hari selalu mengirimkan paket untukmu”

Jaejoong merasakan pipinya sakit karena senyum paksanya.
Mendadak ia teringat bagaimana lucunya wajah Changmin saat ia mengancam akan menutup akses restoran di rumahnya khusus untuk pria berwajah kekanakan itu kalau Changmin tidak mau membantunya.
Paket itu berisi boneka-boneka milik Jaejoong—anyways—.

  “Hm, bisa dibilang begitu, tapi aku sama sekali tidak tertarik kepadanya” Ucap Jaejoong seraya menerima paketnya.

Yunho tersenyum tipis sebelum ia menunduk dan menuliskan keterangan di kertas bukti paket milik namja cantik itu.

  “Oh! Yunho! Aku memesan kue lezat dari Italia kemarin! Kau harus mencobanya!” Pekik Jaejoong kemudian.

  “Mungkin lain kali, Jae, aku masih harus mengantarkan paket yang lainnya” Balas Yunho pelan.

Sungguh tawaran yang menarik, pikir Yunho dalam hatinya.

  “Salah satu pesuruh keluargaku akan melakukan pekerjaanmu dalam waktu satu jam! Sebagai gantinya kau harus menemaniku makan kue, ya ya ya?” Pinta Jaejoong memohon.

Namja tampan itu bergeming.
Ia mendesah pendek dan menatap Jaejoong yang terlihat sangat berharap kepadanya.
Jujur saja, perutnya sudah keroncongan sejak semalam.
Ia kehabisan stok makanan dan mie.
Junsu memang sudah menawarkan nasi, tapi Yunho menolak.

Ia merasa tidak enak terus-terusan merepotkan namja imut itu.
Lagi pula mereka sama-sama miskin.
Membantu apanya?

  “Yunho!”

DEG!

  “Kau melamun!” Dengus Jaejoong dengan pout lucunya.

Namja tampan itu tersenyum kikuk dan menggaruk tengkuknya.

  “Hmm, Yoochun pernah bilang kalau diam itu artinya setuju, baiklah, sekarang kau ikut aku!” Ujar Jaejoong seraya menarik jaket Yunho.

Namja tampan itu mengerjapkan mata musangnya.
Ia hendak menarik kembali tangannya, tapi kemudian ia memutuskan untuk pasrah.

  “Lihat! Kita akan makan di situ!” Ujar Jaejoong tersenyum cerah.

Omo!
Mata musang Yunho mengerjap-kerjap bodoh.
Menatap penuh kekaguman gazebo yang dibangun di atas kolam teratai yang indah.
Ia bisa melihat tiga maid berjejer rapi di dalam gazebo tersebut.
Kue-kue cantik dan menggiurkan tersedia bersama cinnamon tea.
Namja tampan itu menelan salivanya dan menahan nafasnya.

Ia memperhatikan Jaejoong yang sudah duduk di kursi dan memanggilnya agar ia duduk di hadapan namja cantik itu.

  “Kajja!” Ujar Jaejoong seraya meminum tehnya.

Yunho kembali menelan salivanya.
Mata musangnya mengagumi keindahan seni dari krim berbentuk bunga mawar yang ada di atas kue mangkuk itu.
Ia tidak berani membayangkan berapa harga satu mangkuk kue kecil ini.
Mungkin gajinya selama satu tahun saja tidak akan cukup.

  “Bagaimana? Enak sekali bukan? Apalagi kau makannya di gazebo atas air seperti ini! Keindahan bunga teratainya membuat apapun makanan menjadi lezat!” Ujar Jaejoong puas setelah Yunho menggigit kue mangkuk itu.

Namja tampan itu mengangguk.
Ia mencoba menahan perasaannya sekuat tenaga agar tidak menangis.
Rasa dari kue ini benar-benar lezat. Krim cokelatnya meleleh di mulutnya.
Tapi yang membuatnya merasa sedih adalah, ia tidak pernah makan makanan seperti ini seumur hidupnya.

Sementara Jaejoong hanya tinggal menjentikkan jarinya dan ia mendapatkan segalanya.

Kenapa hidup ini tidak adil?

  “Yunho, aku bertanya padamu enak tidak? Aku memesan kue itu khusus dari chef terkenal di Italia lho, Changmin saja tidak kuberi walau ia merengek kepadaku”

  “Apa kau sengaja memberiku kue ini untuk memamerkannya kepadaku?”

EH?

Jaejoong terdiam.
Ia mengerjapkan mata bulatnya.
Yunho menatapnya dengan tatapan yang tidak bisa diartikan.
Tapi Jaejoong bisa melihat luka di sana.

  “Aku tahu aku orang miskin, aku mungkin tidak akan pernah bisa makan makanan seperti ini kalau bukan karena kau yang meminta” Ujar Yunho mengerutkan dahinya.

Jantung Jaejoong seolah diremas-remas.
Pria cantik itu mendadak gelisah dan berdiri dari duduknya.

  “B-Bukan itu maksudku, Yunho ya! Aku hanya—”

  “Maaf, aku harus kembali bekerja, terima kasih atas jamuan mewahnya”

Jaejoong membelalak ngeri ketika pria tampan itu beranjak pergi dari gazebo meninggalkannya.
Namja cantik itu memanggil Yunho dengan lantang, tapi pria tampan itu tidak menggubrisnya.
Ia terduduk lemas di atas kursinya dan menggigit bibir bawahnya menahan tangis.

  “Buang semua kue itu! Buang!” Teriak Jaejoong marah.

Maid yang berdiri di belakangnya tersentak kaget.
Mereka segera mengangkat piring-piring berisi kue cantik itu dan membawanya pergi dari hadapan Jaejoong.
Oh—tokoh utama kita terluka.
.
.
.
Kim Heechul mendesah pendek di depan pintu kamar putra tunggalnya.
Jaejoong tidak keluar untuk menyambut kepulangannya dan Hangeng dari Paris.
Padahal biasanya pria cantik itu akan langsung meminta oleh-olehnya.
Apakah terjadi sesuatu selama ia dan suaminya pergi?

  “Nyonya, Tuan Choi Siwon datang berkunjung, ia ingin menemui Tuan Muda” Lapor kepala pelayan Choi menghampiri Heechul.

Wanita cantik itu menoleh, ia mengangguk dan mengetuk pintu kamar besar itu.

  “Joongie sayang, temanmu Siwon datang bertamu” Ujar Heechul lembut.

  “Suruh dia pulang! Joongie sedang tidak ingin bertemu dengan siapapun!” Balas Jaejoong dari dalam.

Heechul melirik kepala pelayan Choi.
Membuat pria paruh baya itu berdehem sopan.

  “Tuan Choi tidak akan pulang sebelum ia bertemu dengan Tuan Muda, Nyonya” Lapor pria paruh baya itu lagi.

  “Jaejoongie, kau dengar itu, sayang? Temanmu tidak akan pulang sebelum ia bertemu denganmu”

  “Usir dia, Umma!”

Aigoo.
Wanita cantik itu mendesah pendek.
Ia mengetuk pintu kamar putranya itu dan menaikkan intonasi suaranya.

  “Joongie! Umma tidak pernah mengajarimu berperilaku tidak sopan seperti itu! Keluar sekarang juga dan temui Choi Siwon!”

Heechul menghela nafas.
Ia mendengar suara bantingan benda dari dalam kamar dan langkah kaki yang menghentak-hentak.
Kemudian ia tersenyum tipis kepada kepala pelayan Choi yang masih setia di sampingnya.

CKLEK!

Pintu itu terbuka kasar.
Menampilkan sosok Jaejoong dengan wajah yang merengut kesal.
Heechul mengecup manis pipi putranya dan segera meninggalkan namja cantik itu.
Jaejoong mendengus, ia berjalan menuju ruang tamu dengan langkah kaki yang menghentak keras.
Kentara sekali perasaannya sedang kesal.

  “Oh! Jaejoongie!” Seru Siwon beranjak dari duduknya.

Ia tersenyum manis yang diabaikan oleh namja cantik itu.
Jaejoong berjalan menuju pintu rumah hingga membuat pria berlesung pipi itu bangkit dari duduknya dan berjalan mengikuti Jaejoong.
Oh—apakah namja cantik itu akan mengajaknya duduk di gazebo atas air? Kalau iya, menyenangkan sekali!
Siwon sudah menantikan hal ini sejak lama!

  “Aku sedang tidak mood, Siwon” Ujar Jaejoong datar.

  “Aku membawakanmu bunga Lily kesukaanmu, Joongie” Ujar Siwon tersenyum tipis.

Jaejoong mengerutkan dahinya.

  “Vas bunga di rumahku sudah penuh dengan bunga pemberian darimu” Ketusnya.

  “Oh, aku juga bawa cincin cartier edisi terbaru—”

  “Terima kasih”

BLAM!

DEG!

Choi Siwon terkejut setengah mati ketika pria cantik itu menutup pintu rumahnya dengan kasar setelah ia merebut kotak cincin itu.
Namja berlesung pipi itu menaikkan alisnya.
Hmm.
Jaejoong bilang ia sedang tidak mood.

Mungkin ia sedang periode, pikir Siwon memiringkan kepalanya.


-------


  “Hyung, kau tidak bekerja?”

Yunho yang sedang menjemur pakaiannya menoleh, memandang Junsu si cerewet yang mendudukkan diri di teras belakang rumahnya.
Namja tampan itu menggeleng, tersenyum kepada Junsu.

  “Hari ini cafe tutup, jadi aku memanfaatkan waktu untuk menyuci baju”

  “Tapi ini sudah malam, Hyung, nanti kau bisa flu”

Yunho kembali tersenyum tanpa menghentikan pekerjaannya.

  “Bagaimana dengan sekolahmu, Junchan?” Tanya Yunho setelah ia selesai menjemur pakaian terakhir.

  “Membosankan, seperti biasa” Sahut namja imut itu asal.

Ia bersekolah di sekolah elit karena beasiswa.
Dan karena ia memang mampu untuk berprestasi, tidak ada yang melakukan bully terhadapnya.
Tambahan, wajahnya sangat imut untuk ukuran rakyat jelata.

  “Carilah kekasih yang kaya, kau bisa hidup enak dan tidak perlu tinggal di rumah seperti ini”

  “Seperti ini? Yah Hyung! Kau mau bilang kalau rumahku ini jelek, tua, dan mengenaskan ya?!”

  “Wow, bukan aku yang bicara seperti itu”

  “Akan kuadukan kau pada Appa! Seenaknya saja, huh!”

Aigoo, Yunho terkikik geli dibuatnya.

  “Ah, tadi di sekolah ada yang memanggilku Hyung, kalau tidak salah nama mereka Yoochun dan Chang—”

  “JUNG YUNHO!”

Eoh?

Yunho dan Junsu refleks berdiri dan menatap bingung kepada dua orang pemuda yang berjalan cepat memasuki pagar bobrok itu.
Kedua pria itu bergidik ketika melewati pagar.
Aih, disenggol sedikit saja maka akan jatuh semua.

  “Apa yang sudah kau lakukan pada sahabat kami hah?! Ia tidak mau makan sejak kemarin!” Pekik seorang pria berpipi chubby.

  “Kau membuat orang tuanya susah karena ulahmu itu! Aku tidak akan memaafkanmu kalau kau membuatnya terus bersedih sepanjang waktu! Sialan! Padahal kau cukup tampan walau tidak setampan aku!” Seru pemuda berwajah kekanakan di sebelahnya.

Junsu mengerjap-kerjapkan matanya seraya memiringkan kepalanya bingung.

  “Yoochun? Changmin?” Ujarnya lugu.

Oh—perhatian kedua pemuda itu segera jatuh kepada Junsu yang memandang mereka polos.
Namja berpipi chubby itu segera tersenyum manis melupakan hidungnya yang kembang kempis karena emosi.

  “Oh, hai Junsu, selamat malam” Sapanya sopan.

Yunho semakin mengerutkan dahinya.

   “Maaf, apa aku mengenal kalian?” Tanyanya bingung.

Changmin mendelik.

  “Kenal?! Kenal kau bilang?! Kami ini sahabatnya Kim Jaejoong, asal kau tahu saja!” Ujar namja berwajah kekanakan itu marah.

OH.

Yunho mengangguk.
Masih memperhatikan kedua pemuda yang mengenakan coat panjang berbahan wool asli itu.
Pasti mahal. Pikirnya.

  “Kau keterlaluan pada Jaejoong! Kau membuatnya menangis seharian dan menolak untuk makan, sebenarnya apa masalahmu, hah?” Ucap Yoochun mendadak teringat tujuannya dan Changmin.

  “Bagian mananya yang keterlaluan? Ia menjamuku dan aku menolaknya, selesai” Ujar pria tampan itu.

Changmin menggertakkan giginya.
Sial, untung saja ia cukup tampan, kalau tidak Changmin sudah memakunya ke dinding.

  “Dengar, aku tidak tahu apa yang telah kau katakan sehingga sahabatku menjadi sangat sedih seperti itu. Tapi aku ingin kau kembali dan meminta maaf kepadanya, ini sudah keterlaluan, Jaejoong butuh makan” Ucap Yoochun menghela nafas.

Yunho bergeming.
Changmin baru saja akan membuka mulutnya kembali, namun matanya mendadak berbinar dengan mulut yang setengah terbuka ketika mata bambinya tidak sengaja menatap sepiring ubi bakar yang masih mengepul hangat di samping Junsu.

  “Punya siapa itu? Aku mau!” Jerit namja berwajah kekanakan itu lupa diri.

Yoochun memukul kepalanya hingga ia mengaduh kesakitan.
Mereka berdua mulai terlihat seperti pelawak di acara komedi sekarang, pikir Yunho kembali bingung.

  “Itu ubi bakarku, untuk makan malam” Ujar Yunho kalem.

Eoh?
Changmin menaikkan alisnya dan segera menarik piring plastik itu mendekat kepadanya.

  “Aku akan membayar untuk ubi lezat ini, kau bisa pesan makanan apapun yang kau inginkan di restoran milik keluargaku” Sahut Changmin yang sudah menyentuh ubi bakar tersebut.

PLAKK!

Namja berwajah kekanakan itu terkejut dengan suara pekikan saat Yunho memukul tangannya dengan keras.

  “Tidak bisakah kau meminta dengan sopan? Lagipula kau punya banyak uang, kau bisa membeli gerobaknya sekalian kalau kau mau” Ketus Yunho mengerutkan dahinya.

Changmin memutar bola matanya. Ia mulai berkacak pinggang.

  “Dengar ya, tuan-penghancur-hati-Kim-Jaejoong-, aku bahkan bisa membeli seluruh daerah ini kalau aku mau, sayangnya aku masih memiliki hati nurani yang bersih, kenapa kau pelit sekali? Itu hanya sebuah ubi bakar!” Protes Changmin kesal.

Oh! Mendengar nama Jaejoong disebut membuatnya dan Yoochun kembali teringat akan misi kedatangan mereka ke sini! Aigoo!

  “Yah! Kami tidak mau tahu, pokoknya kau harus minta maaf pada sahabat kami!” Ujar Yoochun seraya menunjuk-nunjuk wajah tampan Yunho.

Junsu menyenggol lengan namja tampan itu, ia melotot.

  “Jangan sampai Appa mengusirmu dari sini karena keributan dua orang ini, Hyung” Ujarnya.

  “Kau dengar Junsu? Jangan sampai kau diusir!” Seru Changmin ikut-ikutan.

Yunho menatap Changmin yang sedang mengunyah, kemudian ia melotot.

  “UBI BAKARKU!” Teriaknya tidak terima.

  “JUNG YUNHO! JANGAN BERISIK!”

DEG!

Keempat pemuda tersebut terkejut setengah mati ketika suara Appa Junsu menggelegar di tengah keributan.
Yoochun dan Changmin refleks berlari kencang meninggalkan kontrakan tersebut dengan diikuti Yunho dan Junsu di belakang mereka.

  “Yah! Kenapa kalian mengikuti kami?!” Teriak Changmin dengan nafas terputus-putus.

  “Kembalikan ubiku!” Balas Yunho berteriak.

  “Hyung! Hentikan! Aku capek!” Seru Junsu dengan suara cemprengnya karena kehabisan nafas.

Yoochun segera berhenti dan menjatuhkan diri di pinggir jalanan.
Ia meluruskan kakinya dan sibuk mencari nafas.
Mata sipitnya melirik ketiga pemuda yang juga berhenti di sekitarnya.
Mereka semua sesak nafas.

  “Ubi sialan” Maki Yoochun kesal.


-------


Yunho tidak bisa berhenti memikirkan tentang pemuda super kaya itu sampai hari ini.
Sejak hari terakhir ia bertemu dengan Yoochun dan Changmin, segalanya mulai terasa rumit.
Mereka bilang Jaejoong jatuh cinta padanya.
Cinta?
Yang benar saja.

Mereka bukan Romeo dan Juliet.

  “Ini sudah hampir seminggu, masa iya dia belum makan sampai hari ini? Aku tidak percaya” Gumam Yunho menghela nafasnya.

Namja tampan itu sedang memasukkan paket-paket yang akan ia antarkan untuk hari ini.
Namun mendadak gerakannya tehenti ketika ia melihat sebuah paket berukuran sedang dengan kertas bergambar gajah.
Lucu sekali.

  “Eoh?”

Yunho menaikkan alisnya membaca alamat yang tertulis di dalam paket tersebut.

  “Kepada Kim Jaejoong—Untuk Kim Jaejoong? Apa namja itu sudah gila?” Gumam Yunho menggelengkan kepalanya.

Puh, ini lucu sekali, pikir Yunho dengan senyuman gelinya.
Namja tampan itu segera memasukkan paket terakhir ke dalam kantung kainnya dan segera melajukan motor bututnya.
.
.
.
  “Selamat Siang, aku Jung Yunho, pengantar paket untuk tuan Kim”

Pintu gerbang itu terbuka lebar dan Yunho segera masuk ke dalam dengan motornya.
Lagi-lagi matanya menatap kagum Jerapah dan Gajah yang sedang berkeliaran bebas itu.
Yunho menghela nafas dan memarkirkan motornya di depan teras.
Lalu ia melangkah mendekati pintu dengan paket di tangannya.

CKLEK.

Yunho mengerjapkan mata musangnya ketika matanya bertemu dengan sepasang mata bulat dari Kim Heechul.
Ia segera membungkuk sopan dan tersenyum tipis.

  “Selamat siang, Nyonya, paket untuk—”

  “Kau Jung Yunho kan?”

Eh?
Namja tampan itu menaikkan alisnya, tapi kemudian ia mengangguk.
Membuat senyuman di bibir tipis Heechul melebar sempurna.

  “Sudah lama aku penasaran akan wajah yang membuat putra manjaku jatuh cinta, ternyata kau cukup tampan” Ujar Heechul seraya menilai penampilan Yunho.

Pemuda miskin itu tersenyum kikuk.
Ia menundukkan wajahnya.

  “Boleh aku minta waktumu?”

  “E—Eh?”

  “Sebentar saja, ayo”

Yunho mengangguk pasrah dan mengikuti langkah kaki Heechul.
Wanita cantik itu membawanya menuju gazebo atas air.
Tempat terakhir kali ia bertemu dengan pemuda cantik itu.
Mata musang Yunho mengerjap memperhatikan ada maid yang berjejer rapi di sana.
Persis seperti waktu itu.

Eoh, jangan bilang kalau wanita cantik ini juga akan menghinanya seperti yang Jaejoong lakukan kepadanya.

  “Duduklah, ada yang ingin kubicarakan denganmu” Seru Heechul lembut.

Yunho mengangguk.
Memandangi kue-kue kering yang mengepulkan asap hangat di atas piring.
Oh—Yunho berani bertaruh kalau rasa dari kue kering ini akan sangat lezat.
Sial, air liurnya hampir menetes.

  “Silahkan dimakan” Ujar Heechul tersenyum geli.

  “Tidak, terima kasih, apa yang ingin anda bicarakan denganku?” Sahut Yunho sopan.

  “Oh, ini mengenai putraku, Jaejoong—”

  “Anda ingin memintaku untuk menemuinya dan meminta maaf? Atau memintaku untuk menjauhinya?”

Mata bulat Heechul membesar lucu.
Detik berikutnya wanita cantik itu tertawa seraya menutupi mulutnya dengan punggung tangan.
Membuat Yunho menatapnya bingung.

  “Kau sungguh pemuda yang menarik, Jung Yunho!” Ujar Heechul masih tertawa.

  “Uhm, aku anggap itu pujian” Bisik Yunho pelan.

  “Sebelumnya, boleh aku bertanya mengenai keluargamu?”

  “Ya, tentu saja”

  “Apa aku boleh tahu pekerjaan Ibu dan Ayahmu?”

  “Mereka sudah lama pergi, aku sebatangkara sejak sekolah menengah pertama”

Oh.
Heechul mendesah pendek.

  “Maafkan aku” Gumamnya pelan.

  “Tidak apa, itu sudah lama sekali” Balas Yunho pelan.

  “Hmm, aku ingin bertanya lagi, tapi ini mengenai putraku”

  “Ya, tentu saja Nyonya”

Heechul menggigit bibir bawahnya menahan senyuman.
Ia menatap lekat-lekat pria tampan itu.

  “Apakah ia cantik?”

  “Mwo?”

Yunho membesarkan mata musangnya tidak percaya.
Pertanyaan macam apa itu eoh?

  “Maksudku, apakah putraku menarik? Bagaimana pendapatmu?” Tanya Heechul penasaran.

Uh—um.
Yunho mengalihkan pandangannya.
Mendadak ia merasa gugup.
Ia sama sekali tidak menyangka kalau Heechul akan menanyakan hal seperti ini kepadanya.
Kenapa wanita itu tidak langsung menyuruhnya meminta maaf saja?

  “Mmm...Ya...Ia—cantik..” Sahut Yunho ragu-ragu.

Heechul mencondongkan tubuhnya ke depan, menatap antusias wajah tampan itu.

  “Cantik, menarik...dan...manis” Sambung Yunho semakin pelan.

OH!

Heechul menepuk tangannya, membuat Yunho terlonjak kaget dan segera memperbaiki posisi duduknya.

  “Jadi kalau dinikahkan dengan Jaejoong kau tidak akan keberatan bukan?”

DEG.

  “M—MWO?” Pekik Yunho membulatkan mata musangnya tidak percaya.

Heechul tersenyum manis, memperlihatkan deretan gigi rapinya.

  “Anakku seratus persen jatuh cinta kepadamu, ia bahkan rela tidak makan berhari-hari hanya karena memikirkan dirimu, aduh, itu romantis sekali, iya kan?” Ujar Heechul gemas.

Yunho mengerutkan dahinya.

  “T—tapi—aku tidak punya apa-apa, lagipula aku sudah menyakiti perasaannya, dan aku—”

  “Kau ini korban cerita roman ya? Suamiku sudah setuju untuk menyekolahkanmu ke luar negeri jika kau mau menikahi putraku dan membahagiakannya”

  “Nyonya—tunggu dulu, pernikahan itu sesuatu yang sakral, bagaimana bisa anda mengatakannya dengan gampang seperti itu, lagipula—apa anda tidak mau bertanya terlebih dahulu tentang perasaanku?”

  “Oh—jadi kau tidak menyukai anakku?”

  “Tentu saja aku menyukainya, tapi—”

  “Bagus! Aku ingin kau datang menemui suamiku besok sore dan membicarakan tentang pernikahan kalian!”

Yunho baru saja akan membuka mulutnya lagi, namun seorang maid sudah mendahuluinya memberitahukan Heechul kalau sudah waktunya wanita itu merangkai bunga.
Heechul segera beranjak dari duduknya dan meninggalkan Yunho setelah tersenyum manis kepada pemuda tampan itu.

Namja tampan itu menghela nafas panjang dan bersandar pada kursi marmer itu.
Ia mengusap wajahnya dan menatap kue kering yang masih mengepul itu.

Aish, ia masih saja tidak mengerti dengan jalan pikiran orang kaya.

Yunho mengambil sepotong kue kering dan memasukkannya ke dalam mulut.

  “Enak tidak kuenya?”

DEG!

  “UHUK UHUK!”

Pemuda tampan itu menepuk-nepuk dadanya dengan keras karena tersedak kue kering.
Ia terbatuk-batuk dan segera mengambil jus jeruk yang tersedia di atas meja.
Mata musangnya memerah dan pedih.
Ia berbalik hendak memarahi orang yang sudah mengagetkannya.

Namun niatnya menghilang ketika mata musangnya menatap sosok cantik Kim Jaejoong yang berdiri di sana.

Tersenyum tipis kepadanya.

  “Oh—hai” Sapa Yunho seraya berdiri dari duduknya.

  “Hai juga” Balas Jaejoong mendekat.

Mereka berdua saling melirik satu sama lain.
Sampai kemudian Yunho menunduk untuk mengambil tas kainnya dan mengeluarkan kotak paket bergambar gajah.

  “Ini paket untukmu, dari Jaejoong untuk—Jaejoong?” Ujar Yunho dengan suara yang mengecil di akhir.

Jaejoong terkikik geli dan mengambil paket itu dari tangan Yunho.

  “Aku mendapat hadiah dari diriku sendiri, lucu sekali bukan?” Ucap namja cantik itu tersenyum manis.

Yunho mengangguk.
Ia ikut tersenyum.

  “Aku ingin minta maaf atas kejadian waktu itu, aku sama sekali tidak bermaksud membuatmu sedih, hanya saja aku merasa kalau kau—”

  “Tidak apa, itu juga salahku sudah membuatmu tersinggung”

  “Apa—kau makan dengan baik akhir-akhir ini?”

Jaejoong terkejut.
Mata besarnya membulat lucu dengan pipinya yang merona.

  “Kau—khawatir padaku?” Gumamnya malu.

  “Ya, Yoochun dan Changmin menemuiku, mereka bilang kau tidak makan sampai seminggu”

  “MWO?!”

Jaejoong mendelik kaget mendengarnya.
Hilang sudah rona merah di pipinya.
Ia mengerutkan dahi dengan rasa malu yang menyergap dirinya.
Dasar dua kutu sialan! Makinya dalam hati.

  “Aku hanya melewatkan makan malam satu kali! Tidak sampai seminggu!” Pekik namja cantik itu malu.

Eoh?

Yunho tersenyum geli mendengarnya.
Jaejoong menggeram kesal.

  “Mereka mengerjaimu! Kenapa aku harus berlebihan seperti itu eoh? Mereka terlalu sering menonton drama!”

  “Kalau begitu syukurlah, jangan sering-sering melewatkan makan lagi ya? Nanti kau bisa sakit”

BLUSH.

Pipi Jaejoong kembali merona hebat.
Ia menggigit bibir bawahnya dan meremas tangannya.
Namja cantik itu mengambil sepotong kue kering dan memasukkannya ke dalam mulut, berusaha bersikap normal di hadapan Yunho.

  “Ummamu bilang ia akan menikahkan kita berdua”

  “UHUK UHUK!”

Pria cantik itu refleks menepuk-nepuk dadanya dan melotot ngeri kepada Yunho.
Ia segera mengelap mulutnya dengan serbet dan berdiri di hadapan namja tampan itu.

  “Umma tidak memaksamu kan?! Ya Tuhan! Kenapa aku dikelilingi oleh orang-orang memalukan eoh?” Seru Jaejoong dengan wajah merona.

Yunho tertawa melihatnya.

  “Orang-orang memalukan itu memberitahuku kalau kau jatuh cinta kepadaku” Ujarnya santai.

Aduh—Jaejoong sudah tidak bisa lagi menahan wajahnya yang merona hebat.
Bahkan telinganya sudah merah padam.
Menggemaskan sekali.

  “I—Iya, memang benar..Tapi—kau tidak perlu memaksakan diri, kita—bisa memulainya dengan pelan, eh, maksudku, kalau kau ingin, kita bisa berkenalan dulu..” Ujar Jaejoong terbata-bata.

  “Kenapa kau bisa suka padaku? Aku hanya orang miskin, aku tidak punya apa-apa untuk membahagiakanmu” Tanya Yunho lembut.

Jaejoong menggigit bibir bawahnya erat.
Ia menatap Yunho malu-malu.

  “Aku tidak tahu, tapi..Hanya mendengar namamu saja jantungku sudah berdebar kencang..Aku—bisa berbicara denganmu seperti ini saja sudah sangat bahagia”

Yunho tidak bisa berhenti menatap pipi yang merona merah itu.
Ia mengulurkan tangannya dan mencubit kencang pipi kanan Jaejoong.

  “AW! Kenapa kau mencubitku?!” Pekik Jaejoong kaget.

Ia segera mengusap-usap pipinya yang sakit.
Mata besarnya melotot menatap Yunho.

  “Kau lucu sekali, aku tidak tahan” Ujar Yunho tersenyum gemas.

BLUSH.

Jaejoong sesak nafas.
Jantungnya sudah tidak bisa diselamatkan lagi.
Aih!

  “Ka—kalau begitu, dicubit lagipun tidak apa” Gumamnya lirih.

Yunho menahan tawanya.
Menggemaskan sekali pria di hadapannya ini.

  “Jadi kau akan menerimaku apa adanya?” Tanya Yunho tersenyum.

Jaejoong mengangguk.

  “Kalau begitu kita berkenalan setelah menikah tidak apa kan?” Tanya Yunho lagi.

DEG!

Jaejoong membesarkan mata bulatnya.
Menatap tidak percaya kepada Yunho yang mencubit pipinya sekali lagi.

  “Kurasa tidak susah untuk membuatku menyukaimu juga, kau lucu sekali sih”

  “Y—Yunho”

  “Ya?”

  “Yang ini cubit juga”

Eoh?
Yunho tersenyum geli.
Ia segera menjepit kedua pipi Jaejoong.
 
  “Yah! Tidak sekeras itu juga! Appo!” Jerit Jaejoong kesakitan.

Namja tampan itu tertawa.
Ia menjauhkan tangannya dari wajah Jaejoong dan bersandar di sandaran kursi marmernya.
Sementara Jaejoong menatap tidak percaya wajah tampan itu.
Mata bulatnya berkedip-kedip lucu.

Ia akan segera menikah dengan pria ini!

Aduh, dicubit berkali-kalipun Jaejoong rela.

END.

-DBSK, The Way You Are-

5 komentar:

  1. Jaejoong saking senengny mnta d cubit mulu, ciee yg mau nikah hehehe

    BalasHapus
  2. Aigooo hahahaha imut banget...
    Ceritanya ringan tapi ngena xD
    Seneng kalo cinta mereka ngga pake hambatan kayak jalan tol kekekeke xD

    BalasHapus
  3. Bkinin sekuel ny dong shella-ssi.....

    BalasHapus
  4. Seneng bat dah kalo org tuanya jga gak mandang status wkwk

    BalasHapus