Tittle:
THE WAY YOU ARE
Author:
Shella Rizal a.k.a Park Sooji
Cast:
YUNJAE
Length:
ONESHOOT
Rating:
family-funny-fluffy-romance-friendship
WARNING:
BOY x BOY! Yg ga suka YAOI mending cabut aja dari sini, cos author Cinta damai~
*kibar2
kutang Jae umma*
-------
I
didn’t believe in love at first sight, till the day we met.
I
didn’t realize how easy it was to change the way I feel.
.
.
.
“Tuan muda, sudah saatnya anda berangkat ke sekolah”
Pria cantik bernama Kim Jaejoong itu
mengerutkan dahinya dengan mata yang mengerjap.
Ia refleks menghalangi sinar matahari
yang menyeruak masuk dengan lengan kirinya ketika kepala pelayan menarik gorden
yang menutupi jendela besar di kamarnya itu dengan sekali sentak.
Jaejoong mengeluh.
Ia beranjak duduk setelah meregangkan
tubuhnya.
Choi Jisung—sang kepala pelayan—hanya
tersenyum simpul seperti biasa mendapati ekspresi menggemaskan dari tuan muda
tunggalnya ini.
Oh—lihatlah wajah cantik yang sedang
merengut dengan mata terpejam itu.
Kim Jaejoong adalah keindahan dari
segala keindahan yang ada.
Mata bulatnya yang terlihat seperti
kelereng, hidung bangirnya yang tegas, kulit putihnya yang halus, dan rambut
hitamnya yang lembut.
Sempurna.
Kepala pelayan Choi segera menjentikkan
jarinya dan membiarkan para maid
berjejer memasuki kamar super luas itu dengan rapi.
Dua dari mereka membantu Jaejoong untuk
bangun dari duduk malasnya.
Sementara sisanya menyiapkan kamar mandi
dan merapikan ranjang pria cantik itu.
Jaejoong menguap, ia menutup pintu kamar
mandi dan segera menyiram tubuhnya dengan shower.
Namja cantik itu beranjak keluar dari
kamar mandi setelah ia menyelesaikan ritual paginya.
Ia mendudukkan dirinya di kursi meja
rias dan membiarkan para maid bekerja
seperti biasanya.
Mereka mengeringkan rambut hitam
Jaejoong dan menyiapkan pakaian yang akan dipakai oleh namja cantik itu.
Jaejoong segera mengulurkan tangannya
dan menunjuk apapun yang ingin ia kenakan pagi ini.
Dimulai dari lemari pakaiannya yang
terbuka, lalu lemari celananya, kemudian lemari sepatu dan aksesoris cartier-nya.
“Tuan dan Nyonya sudah menunggu di ruang makan, Tuan Muda” Ujar Kepala
pelayan Choi sopan.
Jaejoong mengangguk.
Mengecek penampilannya untuk yang
terakhir kalinya dan tersenyum puas.
Oh—ia sungguh menikmati kesehariannya
sebagai putra tunggal terkaya di negeri ginseng ini.
“Pagi Umma, Appa” Sapa Jaejoong seraya tersenyum manis dan mencium kedua
pipi orang tuanya.
Hangeng Kim dan Kim Heechul membalas
sapaan putra kesayangan mereka dengan senyuman manis.
Jaejoong segera menenggak susunya ketika
ia duduk di kursinya.
“Siang ini Appa dan Umma akan berangkat ke Paris” Ujar Hangeng
memberitahu.
Jaejoong mengangguk.
Ia melahap sarapannya tanpa terganggu.
“Ya, bawakan Joongie miniatur menara Eiffel”
Ujarnya santai.
“Bagaimana dengan kegiatan sekolahmu, sayang? Apakah ada masalah?”
Heechul angkat bicara.
Jaejoong menggeleng.
Ia masih fokus dengan sarapan lezatnya
yang khusus dimasak oleh koki terbaik di negara ini.
“Oh—Umma hampir saja lupa. Kim Hyunjoong, Choi Seunghyun, dan Jung
Eunjae mengirimkan buket bunga lagi untukmu, sayang, Umma meletakkannya di
ruang tamu kalau kau ingin lihat”
“Hmm, suruh saja maid
menatanya di sana seperti biasa, rumah kita akan terlihat lebih segar dengan
bunga-bunga itu”
“Seunghyun menitipkan gelang cartier
edisi bulan ini di buket bunganya untukmu”
Jaejoong meletakkan sendoknya.
Ia mengelap bibir cherry-nya dan tersenyum manis kepada Ummanya.
“Simpan di kamarku, Umma” Ujarnya senang.
Hangeng dan Heechul saling melirik satu
sama lain.
Kemudian mereka menggeleng pelan.
“Jaejoongie, kau punya banyak sekali penggemar sejak kau masih sangat
kecil, sayang. Tidak adakah satupun yang menarik di hatimu? Umma lihat Kim
Hyunjoong adalah kandidat terbaik sejauh ini” Komentar Heechul seraya menaruh
tangannya di atas meja.
Menatap putra cantiknya dengan kedua
mata bulatnya yang indah.
“Tidak, tidak ada satupun dari mereka yang berhasil membuatku jatuh
cinta” Balas Jaejoong singkat.
Oh—Heechul mendesah pendek.
Ia melirik suaminya yang kini mengangkat
bahu.
Jaejoongnya adalah pria tercantik yang
pernah ada.
Semua orang memujanya, bahkan ia punya
ratusan fans di luar sana yang tergila-gila kepadanya.
Tapi tidak satupun yang bisa membuat
Jaejoong berdiam diri untuk berdebar-debar.
Apa yang salah? Pikir Heechul bingung.
Jujur saja, ia cukup khawatir dengan
percintaan putra kesayangannya ini.
Jaejoong sudah hampir 18 tahun, dan ia
masih sendiri.
Maksudku—remaja lainnya bahkan sudah
memulai kisah cinta mereka di usia sebelas tahun.
Apa mungkin karena namja cantik itu
memiliki kriteria yang terlalu tinggi?
Entahlah.
“Joongie berangkat” Ujar Jaejoong beranjak dari duduknya.
Ia mencium pipi kedua orang tuanya dan
segera berjalan menuju pintu depan dengan iringan maid yang membawakan tas Louis
Vitton-nya.
CKLEK.
Kepala pelayan Choi membukakan pintu
untuk Tuan Mudanya dan Jaejoong segera berjalan keluar setelah sekali lagi memastikan
penampilannya.
“Oh—maaf”
Namja cantik itu mendongakkan wajahnya
ketika seseorang meminta maaf setelah tidak sengaja menyenggol sepatu mahalnya
dengan kotak paket berwarna cokelat.
DEG!
Namja cantik itu membesarkan kedua mata
bulatnya ketika pandangannya bertemu dengan sepasang mata musang tajam yang
menatapnya dengan ramah.
Jantungnya perlahan-lahan mulai berdebar
kencang dan semakin kencang.
Lalu mata bulat itu bergerak pelan,
menelusuri wajah kecil yang OH—WOW.
Sungguh sempurna! Seru Jaejoong dalam
hatinya.
Hidung mancung, bibir seksi, rambut
cokelat—Jaejoong merasakan perutnya melilit.
Membuatnya harus menggigit bibir agar ia
tidak bersuara.
“Paket untuk Tuan Hangeng Kim sudah tiba dan stempel sudah diberikan,
terima kasih atas perhatiannya” Ujar namja tampan itu kepada kepala pelayan
Choi yang dibalas dengan senyuman ramah oleh pria paruh baya itu.
Jaejoong melirik kepala pelayan Choi
dengan tatapan kesal.
“Aku permisi, sampai jumpa, Tuan Muda” Sapa namja tampan itu membungkuk
sopan.
Kemudian ia berbalik dan berjalan jauh
mengambil sepeda motornya yang terdapat keranjang kain penyimpan paket di
dalamnya.
Meninggalkan tokoh utama kita dengan
jantung yang tidak bisa berhenti berdebar kencang sejak tadi.
Oh—bahkan kupu-kupu pun sudah terbang
bebas di perutnya!
“Paman Choi!” Seru Jaejoong tercekat.
“Ya, Tuan?” Sahut kepala pelayan Choi sopan.
Jaejoong menoleh, menatap pria paruh baya
itu dengan wajah yang merona hebat.
“Cari tahu tentang namja itu dan berikan laporannya kepadaku malam ini!”
-------
Namja tampan itu menghentikan kayuhan
sepeda tuanya tepat di depan sebuah rumah kumuh yang terlihat akan roboh jika
terkena badai.
Pria itu melepaskan tas ranselnya yang
penuh tambalan dan membungkuk sopan kepada seorang pria tua yang sedang
menyiram bunga di depan rumah tersebut.
Tanpa mengacuhkan ketiga pemuda yang
sedang mengawasi gerak-geriknya dari dalam mobil mewah yang kini sedang
dikerumuni oleh penduduk setempat yang terpesona.
“Jadi namanya Jung Yunho, hmmm” Gumam Park Yoochun—sahabat
Jaejoong—dengan gaya misteriusnya.
“Pemuda super miskin yang gila bekerja agar dapat makan daging bakar di
hari ulang tahunnya setahun sekali, hmmm” Sambung Shim Changmin—sahabat
Jaejoong—seraya menggeleng-gelengkan kepalanya.
“Omo Jae! Setahun sekali! Untuk daging bakar yang bahkan sudah bosan
dimakan oleh Changmin!” Pekik Yoochun histeris.
Jaejoong mendengus.
“Sepertinya ada yang salah dengan kepalamu, Hyung, Kim Hyunjoong, Choi
Seunghyun, Jung Eunjae, dan masih banyak lagi! Tapi—tapi—demi dewa burger! Kau
jatuh cinta pada namja super miskin itu?! Yang bahkan mengontrak di rumah rapuh
itu saja ia hanya bisa bayar setengahnya?! Tampar aku sekarang!” Teriak
Changmin ikut histeris.
PLAKK!
“AW! KENAPA KAU MENAMPARKU, IDIOT?!”
Teriak namja berwajah kekanakan itu mengusap pipinya.
“Tapi kau bilang tampar aku?” Balas Yoochun dengan wajah bodohnya.
PLAKK!
“AAW! Kenapa kau menamparku?!” Teriak
Yoochun melotot.
Changmin menjulurkan lidahnya.
“Kau barusan bilang tampar aku” Balas namja berwajah kekanakan itu
mengejek.
Yoochun sudah akan mencekik Changmin
kalau saja Jaejoong tidak menghentikan tingkah konyol mereka dan menempelkan
wajah mereka berdua di jendela mobil.
“YUNHO HYUUUNG~~”
Jaejoong memicingkan mata bulatnya,
menatap sesosok namja imut berseragam sekolah yang berlari menuju pintu rumah
tua itu dari jendela mobil.
“Junchan, sekolahmu sudah selesai? Tidak ada kelas tambahan hari ini?”
Tanya Yunho yang sedang melepaskan sepatunya.
“Tidak, guru sedang rapat tahunan! Hyung malam ini sibuk, tidak?” Sahut
Junsu tersenyum lebar.
Yunho menggeleng, ia tersenyum seraya
mengacak rambut Junsu.
“Asyik! Kita main kartu ya? Ya ya ya ?” Ujar Junsu secerah matahari.
Membuat Yunho tertawa akan tingkahnya
dan tidak bisa menolak untuk menganggukkan kepalanya.
“Itu Kim Junsu, anak pemilik kontrakan yang Yunho sewa dengan harga
potongan” Gumam Changmin menaikkan alisnya.
Jaejoong dan Yoochun mengangguk.
Sementara Changmin kembali menghela
nafasnya.
“Kontras sekali ya Hyung, Yunho tinggal di tempat yang kandang
Mandoongieku saja ratusan kali lebih baik darinya tapi kau tinggal di rumah
super besar yang memiliki Moldir dan Coffee
Cojje sendiri khusus untukmu seorang”
PLAKK!
Changmin menjerit ketika Jaejoong
memukul kepala jeniusnya.
Namja berwajah kekanakan itu
mengerucutkan bibirnya sedangkan Jaejoong hanya menghela nafas kesal menatap
sahabat akselerasinya itu.
Oh
Tuhan.
Kenapa
kau harus semiskin itu, Jung Yunho?
-------
Namja tampan bernama Jung Yunho itu
tampak sedang mengendarai motor paketnya menuju kawasan kediaman mewah milik
keluarga Kim.
Ia berjalan sehati-hati mungkin agar
tidak menyiprat genangan air bekas hujan semalam.
Yunho menaikkan alisnya ketika ia
melihat sebuah mobil mewah melaju dari arah yang berlawanan, ia segera membawa
motornya menyingkir dari jalanan dan terkejut ketika mobil mewah itu melaju
dengan kencang dan menyipratkan air hingga membasahi celananya.
“YYAH!” Pekik Yunho marah.
Dasar orang kaya! Seenaknya saja! Maki
Yunho dalam hatinya.
Pemuda tampan itu menepuk-nepuk
celananya dan kembali melajukan motornya.
Ia menghela nafas kesal dan kembali
meneruskan perjalanannya.
Pagi yang buruk, gerutunya.
Yunho menghentikan sepeda motornya di
depan gerbang raksasa yang lima hari ini selalu didatangi olehnya.
Ia mengeluarkan kotak paket dari dalam
kantung kainnya dan segera berdiri di depan interkom berlayar itu.
“Selamat siang, aku Jung Yunho, pengantar paket untuk tuan Kim” Ujarnya
sopan.
Suara konfirmasi terdengar dan gerbang
besar itu terbuka dengan sendirinya.
Hal yang tidak pernah berhenti membuat
Yunho kagum.
Namja tampan itu segera menghidupkan
motornya dan memasuki halaman super luas itu dengan motornya.
Oh—rumah ini bahkan memiliki dua ekor
jerapah dan satu anak gajah yang berkeliaran bebas di halaman rumah! Bisa kau
bayangkan betapa kayanya tuan Kim itu?
“Yunho! Kau datang!”
Namja tampan itu terkejut ketika ia
hendak memarkirkan motornya di samping teras sebuah suara ceria menyapa
telinganya.
Ia berbalik dan mengangguk sopan kepada
tuan muda cantik itu.
“Ya, Tuan Muda, paket untukmu lagi” Ujar Yunho tersenyum.
Pipi Jaejoong merona manis melihat
senyum indah itu.
Ia segera menuruni tangga kecil yang
menjadi penghubung antara pintu rumahnya dengan teras dan segera berdiri
menghampiri Yunho.
“Panggil aku Joongie, Yunho ah, bukankah sudah pernah kukatakan?” Ucap
namja cantik itu masih dengan senyumannya.
“Maaf” Sahut Yunho pelan.
“Ani, bukan masalah, ah, ngomong-ngomong, ini paket dari siapa?”
“Shim Changmin, sepertinya ia penggemar beratmu ya? Setiap hari selalu
mengirimkan paket untukmu”
Jaejoong merasakan pipinya sakit karena
senyum paksanya.
Mendadak ia teringat bagaimana lucunya
wajah Changmin saat ia mengancam akan menutup akses restoran di rumahnya khusus
untuk pria berwajah kekanakan itu kalau Changmin tidak mau membantunya.
Paket itu berisi boneka-boneka milik
Jaejoong—anyways—.
“Hm, bisa dibilang begitu, tapi aku sama sekali tidak tertarik
kepadanya” Ucap Jaejoong seraya menerima paketnya.
Yunho tersenyum tipis sebelum ia
menunduk dan menuliskan keterangan di kertas bukti paket milik namja cantik
itu.
“Oh! Yunho! Aku memesan kue lezat dari Italia kemarin! Kau harus
mencobanya!” Pekik Jaejoong kemudian.
“Mungkin lain kali, Jae, aku masih harus mengantarkan paket yang
lainnya” Balas Yunho pelan.
Sungguh tawaran yang menarik, pikir
Yunho dalam hatinya.
“Salah satu pesuruh keluargaku akan melakukan pekerjaanmu dalam waktu
satu jam! Sebagai gantinya kau harus menemaniku makan kue, ya ya ya?” Pinta
Jaejoong memohon.
Namja tampan itu bergeming.
Ia mendesah pendek dan menatap Jaejoong
yang terlihat sangat berharap kepadanya.
Jujur saja, perutnya sudah keroncongan
sejak semalam.
Ia kehabisan stok makanan dan mie.
Junsu memang sudah menawarkan nasi, tapi
Yunho menolak.
Ia merasa tidak enak terus-terusan
merepotkan namja imut itu.
Lagi pula mereka sama-sama miskin.
Membantu apanya?
“Yunho!”
DEG!
“Kau melamun!” Dengus Jaejoong dengan pout lucunya.
Namja tampan itu tersenyum kikuk dan
menggaruk tengkuknya.
“Hmm, Yoochun pernah bilang kalau diam itu artinya setuju, baiklah,
sekarang kau ikut aku!” Ujar Jaejoong seraya menarik jaket Yunho.
Namja tampan itu mengerjapkan mata
musangnya.
Ia hendak menarik kembali tangannya,
tapi kemudian ia memutuskan untuk pasrah.
“Lihat! Kita akan makan di situ!” Ujar Jaejoong tersenyum cerah.
Omo!
Mata musang Yunho mengerjap-kerjap
bodoh.
Menatap penuh kekaguman gazebo yang
dibangun di atas kolam teratai yang indah.
Ia bisa melihat tiga maid berjejer rapi di dalam gazebo
tersebut.
Kue-kue cantik dan menggiurkan tersedia
bersama cinnamon tea.
Namja tampan itu menelan salivanya dan
menahan nafasnya.
Ia memperhatikan Jaejoong yang sudah duduk
di kursi dan memanggilnya agar ia duduk di hadapan namja cantik itu.
“Kajja!” Ujar Jaejoong seraya meminum tehnya.
Yunho kembali menelan salivanya.
Mata musangnya mengagumi keindahan seni
dari krim berbentuk bunga mawar yang ada di atas kue mangkuk itu.
Ia tidak berani membayangkan berapa
harga satu mangkuk kue kecil ini.
Mungkin gajinya selama satu tahun saja
tidak akan cukup.
“Bagaimana? Enak sekali bukan? Apalagi kau makannya di gazebo atas air
seperti ini! Keindahan bunga teratainya membuat apapun makanan menjadi lezat!”
Ujar Jaejoong puas setelah Yunho menggigit kue mangkuk itu.
Namja tampan itu mengangguk.
Ia mencoba menahan perasaannya sekuat
tenaga agar tidak menangis.
Rasa dari kue ini benar-benar lezat.
Krim cokelatnya meleleh di mulutnya.
Tapi yang membuatnya merasa sedih
adalah, ia tidak pernah makan makanan seperti ini seumur hidupnya.
Sementara Jaejoong hanya tinggal
menjentikkan jarinya dan ia mendapatkan segalanya.
Kenapa hidup ini tidak adil?
“Yunho, aku bertanya padamu enak tidak? Aku memesan kue itu khusus dari chef terkenal di Italia lho, Changmin
saja tidak kuberi walau ia merengek kepadaku”
“Apa kau sengaja memberiku kue ini untuk memamerkannya kepadaku?”
EH?
Jaejoong terdiam.
Ia mengerjapkan mata bulatnya.
Yunho menatapnya dengan tatapan yang
tidak bisa diartikan.
Tapi Jaejoong bisa melihat luka di sana.
“Aku tahu aku orang miskin, aku mungkin tidak akan pernah bisa makan
makanan seperti ini kalau bukan karena kau yang meminta” Ujar Yunho mengerutkan
dahinya.
Jantung Jaejoong seolah diremas-remas.
Pria cantik itu mendadak gelisah dan
berdiri dari duduknya.
“B-Bukan itu maksudku, Yunho ya! Aku hanya—”
“Maaf, aku harus kembali bekerja, terima kasih atas jamuan mewahnya”
Jaejoong membelalak ngeri ketika pria
tampan itu beranjak pergi dari gazebo meninggalkannya.
Namja cantik itu memanggil Yunho dengan
lantang, tapi pria tampan itu tidak menggubrisnya.
Ia terduduk lemas di atas kursinya dan
menggigit bibir bawahnya menahan tangis.
“Buang semua kue itu! Buang!” Teriak Jaejoong marah.
Maid yang berdiri di
belakangnya tersentak kaget.
Mereka segera mengangkat piring-piring
berisi kue cantik itu dan membawanya pergi dari hadapan Jaejoong.
Oh—tokoh utama kita terluka.
.
.
.
Kim Heechul mendesah pendek di depan pintu
kamar putra tunggalnya.
Jaejoong tidak keluar untuk menyambut
kepulangannya dan Hangeng dari Paris.
Padahal biasanya pria cantik itu akan
langsung meminta oleh-olehnya.
Apakah terjadi sesuatu selama ia dan
suaminya pergi?
“Nyonya, Tuan Choi Siwon datang berkunjung, ia ingin menemui Tuan Muda”
Lapor kepala pelayan Choi menghampiri Heechul.
Wanita cantik itu menoleh, ia mengangguk
dan mengetuk pintu kamar besar itu.
“Joongie sayang, temanmu Siwon datang bertamu” Ujar Heechul lembut.
“Suruh dia pulang! Joongie sedang tidak ingin bertemu dengan siapapun!”
Balas Jaejoong dari dalam.
Heechul melirik kepala pelayan Choi.
Membuat pria paruh baya itu berdehem
sopan.
“Tuan Choi tidak akan pulang sebelum ia bertemu dengan Tuan Muda, Nyonya”
Lapor pria paruh baya itu lagi.
“Jaejoongie, kau dengar itu, sayang? Temanmu tidak akan pulang sebelum
ia bertemu denganmu”
“Usir dia, Umma!”
Aigoo.
Wanita cantik itu mendesah pendek.
Ia mengetuk pintu kamar putranya itu dan
menaikkan intonasi suaranya.
“Joongie! Umma tidak pernah mengajarimu berperilaku tidak sopan seperti
itu! Keluar sekarang juga dan temui Choi Siwon!”
Heechul menghela nafas.
Ia mendengar suara bantingan benda dari
dalam kamar dan langkah kaki yang menghentak-hentak.
Kemudian ia tersenyum tipis kepada
kepala pelayan Choi yang masih setia di sampingnya.
CKLEK!
Pintu itu terbuka kasar.
Menampilkan sosok Jaejoong dengan wajah
yang merengut kesal.
Heechul mengecup manis pipi putranya dan
segera meninggalkan namja cantik itu.
Jaejoong mendengus, ia berjalan menuju
ruang tamu dengan langkah kaki yang menghentak keras.
Kentara sekali perasaannya sedang kesal.
“Oh! Jaejoongie!” Seru Siwon beranjak dari duduknya.
Ia tersenyum manis yang diabaikan oleh
namja cantik itu.
Jaejoong berjalan menuju pintu rumah
hingga membuat pria berlesung pipi itu bangkit dari duduknya dan berjalan
mengikuti Jaejoong.
Oh—apakah namja cantik itu akan
mengajaknya duduk di gazebo atas air? Kalau iya, menyenangkan sekali!
Siwon sudah menantikan hal ini sejak
lama!
“Aku sedang tidak mood, Siwon”
Ujar Jaejoong datar.
“Aku membawakanmu bunga Lily kesukaanmu, Joongie” Ujar Siwon tersenyum
tipis.
Jaejoong mengerutkan dahinya.
“Vas bunga di rumahku sudah penuh dengan bunga pemberian darimu”
Ketusnya.
“Oh, aku juga bawa cincin cartier
edisi terbaru—”
“Terima kasih”
BLAM!
DEG!
Choi Siwon terkejut setengah mati ketika
pria cantik itu menutup pintu rumahnya dengan kasar setelah ia merebut kotak
cincin itu.
Namja berlesung pipi itu menaikkan alisnya.
Hmm.
Jaejoong bilang ia sedang tidak mood.
Mungkin ia sedang periode, pikir Siwon
memiringkan kepalanya.
-------
“Hyung, kau tidak bekerja?”
Yunho yang sedang menjemur pakaiannya
menoleh, memandang Junsu si cerewet yang mendudukkan diri di teras belakang
rumahnya.
Namja tampan itu menggeleng, tersenyum
kepada Junsu.
“Hari ini cafe tutup, jadi aku
memanfaatkan waktu untuk menyuci baju”
“Tapi ini sudah malam, Hyung, nanti kau bisa flu”
Yunho kembali tersenyum tanpa
menghentikan pekerjaannya.
“Bagaimana dengan sekolahmu, Junchan?” Tanya Yunho setelah ia selesai
menjemur pakaian terakhir.
“Membosankan, seperti biasa” Sahut namja imut itu asal.
Ia bersekolah di sekolah elit karena
beasiswa.
Dan karena ia memang mampu untuk
berprestasi, tidak ada yang melakukan bully
terhadapnya.
Tambahan, wajahnya sangat imut untuk
ukuran rakyat jelata.
“Carilah kekasih yang kaya, kau bisa hidup enak dan tidak perlu tinggal
di rumah seperti ini”
“Seperti ini? Yah Hyung! Kau mau bilang kalau rumahku ini jelek, tua,
dan mengenaskan ya?!”
“Wow, bukan aku yang bicara seperti itu”
“Akan kuadukan kau pada Appa! Seenaknya saja, huh!”
Aigoo, Yunho terkikik geli dibuatnya.
“Ah, tadi di sekolah ada yang memanggilku Hyung, kalau tidak salah nama
mereka Yoochun dan Chang—”
“JUNG YUNHO!”
Eoh?
Yunho dan Junsu refleks berdiri dan
menatap bingung kepada dua orang pemuda yang berjalan cepat memasuki pagar
bobrok itu.
Kedua pria itu bergidik ketika melewati
pagar.
Aih, disenggol sedikit saja maka akan
jatuh semua.
“Apa yang sudah kau lakukan pada sahabat kami hah?! Ia tidak mau makan
sejak kemarin!” Pekik seorang pria berpipi chubby.
“Kau membuat orang tuanya susah karena ulahmu itu! Aku tidak akan
memaafkanmu kalau kau membuatnya terus bersedih sepanjang waktu! Sialan!
Padahal kau cukup tampan walau tidak setampan aku!” Seru pemuda berwajah
kekanakan di sebelahnya.
Junsu mengerjap-kerjapkan matanya seraya
memiringkan kepalanya bingung.
“Yoochun? Changmin?” Ujarnya lugu.
Oh—perhatian kedua pemuda itu segera
jatuh kepada Junsu yang memandang mereka polos.
Namja berpipi chubby itu segera
tersenyum manis melupakan hidungnya yang kembang kempis karena emosi.
“Oh, hai Junsu, selamat malam” Sapanya sopan.
Yunho semakin mengerutkan dahinya.
“Maaf, apa aku mengenal kalian?” Tanyanya bingung.
Changmin mendelik.
“Kenal?! Kenal kau bilang?! Kami ini sahabatnya Kim Jaejoong, asal kau
tahu saja!” Ujar namja berwajah kekanakan itu marah.
OH.
Yunho mengangguk.
Masih memperhatikan kedua pemuda yang
mengenakan coat panjang berbahan wool asli itu.
Pasti mahal. Pikirnya.
“Kau keterlaluan pada Jaejoong! Kau membuatnya menangis seharian dan
menolak untuk makan, sebenarnya apa masalahmu, hah?” Ucap Yoochun mendadak
teringat tujuannya dan Changmin.
“Bagian mananya yang keterlaluan? Ia menjamuku dan aku menolaknya,
selesai” Ujar pria tampan itu.
Changmin menggertakkan giginya.
Sial, untung saja ia cukup tampan, kalau
tidak Changmin sudah memakunya ke dinding.
“Dengar, aku tidak tahu apa yang telah kau katakan sehingga sahabatku
menjadi sangat sedih seperti itu. Tapi aku ingin kau kembali dan meminta maaf
kepadanya, ini sudah keterlaluan, Jaejoong butuh makan” Ucap Yoochun menghela
nafas.
Yunho bergeming.
Changmin baru saja akan membuka mulutnya
kembali, namun matanya mendadak berbinar dengan mulut yang setengah terbuka
ketika mata bambinya tidak sengaja menatap sepiring ubi bakar yang masih
mengepul hangat di samping Junsu.
“Punya siapa itu? Aku mau!” Jerit namja berwajah kekanakan itu lupa
diri.
Yoochun memukul kepalanya hingga ia
mengaduh kesakitan.
Mereka berdua mulai terlihat seperti
pelawak di acara komedi sekarang, pikir Yunho kembali bingung.
“Itu ubi bakarku, untuk makan malam” Ujar Yunho kalem.
Eoh?
Changmin menaikkan alisnya dan segera
menarik piring plastik itu mendekat kepadanya.
“Aku akan membayar untuk ubi lezat ini, kau bisa pesan makanan apapun
yang kau inginkan di restoran milik keluargaku” Sahut Changmin yang sudah
menyentuh ubi bakar tersebut.
PLAKK!
Namja berwajah kekanakan itu terkejut
dengan suara pekikan saat Yunho memukul tangannya dengan keras.
“Tidak bisakah kau meminta dengan sopan? Lagipula kau punya banyak uang,
kau bisa membeli gerobaknya sekalian kalau kau mau” Ketus Yunho mengerutkan
dahinya.
Changmin memutar bola matanya. Ia mulai
berkacak pinggang.
“Dengar ya, tuan-penghancur-hati-Kim-Jaejoong-, aku bahkan bisa membeli
seluruh daerah ini kalau aku mau, sayangnya aku masih memiliki hati nurani yang
bersih, kenapa kau pelit sekali? Itu hanya sebuah ubi bakar!” Protes Changmin
kesal.
Oh! Mendengar nama Jaejoong disebut
membuatnya dan Yoochun kembali teringat akan misi kedatangan mereka ke sini!
Aigoo!
“Yah! Kami tidak mau tahu, pokoknya kau harus minta maaf pada sahabat
kami!” Ujar Yoochun seraya menunjuk-nunjuk wajah tampan Yunho.
Junsu menyenggol lengan namja tampan
itu, ia melotot.
“Jangan sampai Appa mengusirmu dari sini karena keributan dua orang ini,
Hyung” Ujarnya.
“Kau dengar Junsu? Jangan sampai kau diusir!” Seru Changmin ikut-ikutan.
Yunho menatap Changmin yang sedang mengunyah,
kemudian ia melotot.
“UBI BAKARKU!” Teriaknya tidak terima.
“JUNG YUNHO! JANGAN BERISIK!”
DEG!
Keempat pemuda tersebut terkejut
setengah mati ketika suara Appa Junsu menggelegar di tengah keributan.
Yoochun dan Changmin refleks berlari
kencang meninggalkan kontrakan tersebut dengan diikuti Yunho dan Junsu di
belakang mereka.
“Yah! Kenapa kalian mengikuti kami?!” Teriak Changmin dengan nafas
terputus-putus.
“Kembalikan ubiku!” Balas Yunho berteriak.
“Hyung! Hentikan! Aku capek!” Seru Junsu dengan suara cemprengnya karena
kehabisan nafas.
Yoochun segera berhenti dan menjatuhkan
diri di pinggir jalanan.
Ia meluruskan kakinya dan sibuk mencari
nafas.
Mata sipitnya melirik ketiga pemuda yang
juga berhenti di sekitarnya.
Mereka semua sesak nafas.
“Ubi sialan” Maki Yoochun kesal.
-------
Yunho tidak bisa berhenti memikirkan tentang
pemuda super kaya itu sampai hari ini.
Sejak hari terakhir ia bertemu dengan
Yoochun dan Changmin, segalanya mulai terasa rumit.
Mereka bilang Jaejoong jatuh cinta
padanya.
Cinta?
Yang benar saja.
Mereka bukan Romeo dan Juliet.
“Ini sudah hampir seminggu, masa iya dia belum makan sampai hari ini?
Aku tidak percaya” Gumam Yunho menghela nafasnya.
Namja tampan itu sedang memasukkan
paket-paket yang akan ia antarkan untuk hari ini.
Namun mendadak gerakannya tehenti ketika
ia melihat sebuah paket berukuran sedang dengan kertas bergambar gajah.
Lucu sekali.
“Eoh?”
Yunho menaikkan alisnya membaca alamat
yang tertulis di dalam paket tersebut.
“Kepada Kim Jaejoong—Untuk Kim Jaejoong? Apa namja itu sudah gila?”
Gumam Yunho menggelengkan kepalanya.
Puh, ini lucu sekali, pikir Yunho dengan
senyuman gelinya.
Namja tampan itu segera memasukkan paket
terakhir ke dalam kantung kainnya dan segera melajukan motor bututnya.
.
.
.
“Selamat Siang, aku Jung Yunho, pengantar paket untuk tuan Kim”
Pintu gerbang itu terbuka lebar dan
Yunho segera masuk ke dalam dengan motornya.
Lagi-lagi matanya menatap kagum Jerapah
dan Gajah yang sedang berkeliaran bebas itu.
Yunho menghela nafas dan memarkirkan
motornya di depan teras.
Lalu ia melangkah mendekati pintu dengan
paket di tangannya.
CKLEK.
Yunho mengerjapkan mata musangnya ketika
matanya bertemu dengan sepasang mata bulat dari Kim Heechul.
Ia segera membungkuk sopan dan tersenyum
tipis.
“Selamat siang, Nyonya, paket untuk—”
“Kau Jung Yunho kan?”
Eh?
Namja tampan itu menaikkan alisnya, tapi
kemudian ia mengangguk.
Membuat senyuman di bibir tipis Heechul
melebar sempurna.
“Sudah lama aku penasaran akan wajah yang membuat putra manjaku jatuh
cinta, ternyata kau cukup tampan” Ujar Heechul seraya menilai penampilan Yunho.
Pemuda miskin itu tersenyum kikuk.
Ia menundukkan wajahnya.
“Boleh aku minta waktumu?”
“E—Eh?”
“Sebentar saja, ayo”
Yunho mengangguk pasrah dan mengikuti
langkah kaki Heechul.
Wanita cantik itu membawanya menuju
gazebo atas air.
Tempat terakhir kali ia bertemu dengan
pemuda cantik itu.
Mata musang Yunho mengerjap
memperhatikan ada maid yang berjejer
rapi di sana.
Persis seperti waktu itu.
Eoh, jangan bilang kalau wanita cantik
ini juga akan menghinanya seperti yang Jaejoong lakukan kepadanya.
“Duduklah, ada yang ingin kubicarakan denganmu” Seru Heechul lembut.
Yunho mengangguk.
Memandangi kue-kue kering yang
mengepulkan asap hangat di atas piring.
Oh—Yunho berani bertaruh kalau rasa dari
kue kering ini akan sangat lezat.
Sial, air liurnya hampir menetes.
“Silahkan dimakan” Ujar Heechul tersenyum geli.
“Tidak, terima kasih, apa yang ingin anda bicarakan denganku?” Sahut
Yunho sopan.
“Oh, ini mengenai putraku, Jaejoong—”
“Anda ingin memintaku untuk menemuinya dan meminta maaf? Atau memintaku
untuk menjauhinya?”
Mata bulat Heechul membesar lucu.
Detik berikutnya wanita cantik itu
tertawa seraya menutupi mulutnya dengan punggung tangan.
Membuat Yunho menatapnya bingung.
“Kau sungguh pemuda yang menarik, Jung Yunho!” Ujar Heechul masih
tertawa.
“Uhm, aku anggap itu pujian” Bisik Yunho pelan.
“Sebelumnya, boleh aku bertanya mengenai keluargamu?”
“Ya, tentu saja”
“Apa aku boleh tahu pekerjaan Ibu dan Ayahmu?”
“Mereka sudah lama pergi, aku sebatangkara sejak sekolah menengah
pertama”
Oh.
Heechul mendesah pendek.
“Maafkan aku” Gumamnya pelan.
“Tidak apa, itu sudah lama sekali” Balas Yunho pelan.
“Hmm, aku ingin bertanya lagi, tapi ini mengenai putraku”
“Ya, tentu saja Nyonya”
Heechul menggigit bibir bawahnya menahan
senyuman.
Ia menatap lekat-lekat pria tampan itu.
“Apakah ia cantik?”
“Mwo?”
Yunho membesarkan mata musangnya tidak percaya.
Pertanyaan macam apa itu eoh?
“Maksudku, apakah putraku menarik? Bagaimana pendapatmu?” Tanya Heechul
penasaran.
Uh—um.
Yunho mengalihkan pandangannya.
Mendadak ia merasa gugup.
Ia sama sekali tidak menyangka kalau
Heechul akan menanyakan hal seperti ini kepadanya.
Kenapa wanita itu tidak langsung
menyuruhnya meminta maaf saja?
“Mmm...Ya...Ia—cantik..” Sahut Yunho ragu-ragu.
Heechul mencondongkan tubuhnya ke depan,
menatap antusias wajah tampan itu.
“Cantik, menarik...dan...manis” Sambung Yunho semakin pelan.
OH!
Heechul menepuk tangannya, membuat Yunho
terlonjak kaget dan segera memperbaiki posisi duduknya.
“Jadi kalau dinikahkan dengan Jaejoong kau tidak akan keberatan bukan?”
DEG.
“M—MWO?” Pekik Yunho membulatkan mata musangnya tidak percaya.
Heechul tersenyum manis, memperlihatkan
deretan gigi rapinya.
“Anakku seratus persen jatuh cinta kepadamu, ia bahkan rela tidak makan
berhari-hari hanya karena memikirkan dirimu, aduh, itu romantis sekali, iya
kan?” Ujar Heechul gemas.
Yunho mengerutkan dahinya.
“T—tapi—aku tidak punya apa-apa, lagipula aku sudah menyakiti
perasaannya, dan aku—”
“Kau ini korban cerita roman ya? Suamiku sudah setuju untuk
menyekolahkanmu ke luar negeri jika kau mau menikahi putraku dan
membahagiakannya”
“Nyonya—tunggu dulu, pernikahan itu sesuatu yang sakral, bagaimana bisa
anda mengatakannya dengan gampang seperti itu, lagipula—apa anda tidak mau
bertanya terlebih dahulu tentang perasaanku?”
“Oh—jadi kau tidak menyukai anakku?”
“Tentu saja aku menyukainya, tapi—”
“Bagus! Aku ingin kau datang menemui suamiku besok sore dan membicarakan
tentang pernikahan kalian!”
Yunho baru saja akan membuka mulutnya
lagi, namun seorang maid sudah mendahuluinya
memberitahukan Heechul kalau sudah waktunya wanita itu merangkai bunga.
Heechul segera beranjak dari duduknya
dan meninggalkan Yunho setelah tersenyum manis kepada pemuda tampan itu.
Namja tampan itu menghela nafas panjang
dan bersandar pada kursi marmer itu.
Ia mengusap wajahnya dan menatap kue
kering yang masih mengepul itu.
Aish, ia masih saja tidak mengerti
dengan jalan pikiran orang kaya.
Yunho mengambil sepotong kue kering dan
memasukkannya ke dalam mulut.
“Enak tidak kuenya?”
DEG!
“UHUK UHUK!”
Pemuda tampan itu menepuk-nepuk dadanya dengan
keras karena tersedak kue kering.
Ia terbatuk-batuk dan segera mengambil
jus jeruk yang tersedia di atas meja.
Mata musangnya memerah dan pedih.
Ia berbalik hendak memarahi orang yang
sudah mengagetkannya.
Namun niatnya menghilang ketika mata
musangnya menatap sosok cantik Kim Jaejoong yang berdiri di sana.
Tersenyum tipis kepadanya.
“Oh—hai” Sapa Yunho seraya berdiri dari duduknya.
“Hai juga” Balas Jaejoong mendekat.
Mereka berdua saling melirik satu sama lain.
Sampai kemudian Yunho menunduk untuk
mengambil tas kainnya dan mengeluarkan kotak paket bergambar gajah.
“Ini paket untukmu, dari Jaejoong untuk—Jaejoong?” Ujar Yunho dengan
suara yang mengecil di akhir.
Jaejoong terkikik geli dan mengambil
paket itu dari tangan Yunho.
“Aku mendapat hadiah dari diriku sendiri, lucu sekali bukan?” Ucap namja
cantik itu tersenyum manis.
Yunho mengangguk.
Ia ikut tersenyum.
“Aku ingin minta maaf atas kejadian waktu itu, aku sama sekali tidak
bermaksud membuatmu sedih, hanya saja aku merasa kalau kau—”
“Tidak apa, itu juga salahku sudah membuatmu tersinggung”
“Apa—kau makan dengan baik akhir-akhir ini?”
Jaejoong terkejut.
Mata besarnya membulat lucu dengan
pipinya yang merona.
“Kau—khawatir padaku?” Gumamnya malu.
“Ya, Yoochun dan Changmin menemuiku, mereka bilang kau tidak makan
sampai seminggu”
“MWO?!”
Jaejoong mendelik kaget mendengarnya.
Hilang sudah rona merah di pipinya.
Ia mengerutkan dahi dengan rasa malu
yang menyergap dirinya.
Dasar dua kutu sialan! Makinya dalam
hati.
“Aku hanya melewatkan makan malam satu kali! Tidak sampai seminggu!”
Pekik namja cantik itu malu.
Eoh?
Yunho tersenyum geli mendengarnya.
Jaejoong menggeram kesal.
“Mereka mengerjaimu! Kenapa aku harus berlebihan seperti itu eoh? Mereka
terlalu sering menonton drama!”
“Kalau begitu syukurlah, jangan sering-sering melewatkan makan lagi ya?
Nanti kau bisa sakit”
BLUSH.
Pipi Jaejoong kembali merona hebat.
Ia menggigit bibir bawahnya dan meremas
tangannya.
Namja cantik itu mengambil sepotong kue
kering dan memasukkannya ke dalam mulut, berusaha bersikap normal di hadapan
Yunho.
“Ummamu bilang ia akan menikahkan kita berdua”
“UHUK UHUK!”
Pria cantik itu refleks menepuk-nepuk
dadanya dan melotot ngeri kepada Yunho.
Ia segera mengelap mulutnya dengan
serbet dan berdiri di hadapan namja tampan itu.
“Umma tidak memaksamu kan?! Ya Tuhan! Kenapa aku dikelilingi oleh
orang-orang memalukan eoh?” Seru Jaejoong dengan wajah merona.
Yunho tertawa melihatnya.
“Orang-orang memalukan itu memberitahuku kalau kau jatuh cinta kepadaku”
Ujarnya santai.
Aduh—Jaejoong sudah tidak bisa lagi
menahan wajahnya yang merona hebat.
Bahkan telinganya sudah merah padam.
Menggemaskan sekali.
“I—Iya, memang benar..Tapi—kau tidak perlu memaksakan diri, kita—bisa
memulainya dengan pelan, eh, maksudku, kalau kau ingin, kita bisa berkenalan
dulu..” Ujar Jaejoong terbata-bata.
“Kenapa kau bisa suka padaku? Aku hanya orang miskin, aku tidak punya
apa-apa untuk membahagiakanmu” Tanya Yunho lembut.
Jaejoong menggigit bibir bawahnya erat.
Ia menatap Yunho malu-malu.
“Aku tidak tahu, tapi..Hanya mendengar namamu saja jantungku sudah
berdebar kencang..Aku—bisa berbicara denganmu seperti ini saja sudah sangat
bahagia”
Yunho tidak bisa berhenti menatap pipi
yang merona merah itu.
Ia mengulurkan tangannya dan mencubit
kencang pipi kanan Jaejoong.
“AW! Kenapa kau mencubitku?!” Pekik Jaejoong kaget.
Ia segera mengusap-usap pipinya yang
sakit.
Mata besarnya melotot menatap Yunho.
“Kau lucu sekali, aku tidak tahan” Ujar Yunho tersenyum gemas.
BLUSH.
Jaejoong sesak nafas.
Jantungnya sudah tidak bisa diselamatkan
lagi.
Aih!
“Ka—kalau begitu, dicubit lagipun tidak apa” Gumamnya lirih.
Yunho menahan tawanya.
Menggemaskan sekali pria di hadapannya
ini.
“Jadi kau akan menerimaku apa adanya?” Tanya Yunho tersenyum.
Jaejoong mengangguk.
“Kalau begitu kita berkenalan setelah menikah tidak apa kan?” Tanya
Yunho lagi.
DEG!
Jaejoong membesarkan mata bulatnya.
Menatap tidak percaya kepada Yunho yang
mencubit pipinya sekali lagi.
“Kurasa tidak susah untuk membuatku menyukaimu juga, kau lucu sekali
sih”
“Y—Yunho”
“Ya?”
“Yang ini cubit juga”
Eoh?
Yunho tersenyum geli.
Ia segera menjepit kedua pipi Jaejoong.
“Yah! Tidak sekeras itu juga! Appo!” Jerit Jaejoong kesakitan.
Namja tampan itu tertawa.
Ia menjauhkan tangannya dari wajah
Jaejoong dan bersandar di sandaran kursi marmernya.
Sementara Jaejoong menatap tidak percaya
wajah tampan itu.
Mata bulatnya berkedip-kedip lucu.
Ia akan segera menikah dengan pria ini!
Aduh, dicubit berkali-kalipun Jaejoong
rela.
END.
Jaejoong saking senengny mnta d cubit mulu, ciee yg mau nikah hehehe
BalasHapusAigooo hahahaha imut banget...
BalasHapusCeritanya ringan tapi ngena xD
Seneng kalo cinta mereka ngga pake hambatan kayak jalan tol kekekeke xD
Ckck tuan muda centil :D
BalasHapusBkinin sekuel ny dong shella-ssi.....
BalasHapusSeneng bat dah kalo org tuanya jga gak mandang status wkwk
BalasHapus