This zone is only YunJae Fanfictions and this is our world

Rabu, 20 Januari 2016

FF/YAOI/YUNJAE/ONESHOOT/SKOOL LUV AFFAIR



Tittle: SKOOL LUV AFFAIR

Genre: YAOI

Author: Shella Rizal a.k.a Park Sooji

Cast: Yunjae and other

Length: ONESHOOT

Rating: family-romance-hurt-funny-friendship

WARNING: BOY x BOY! Yg ga suka YAOI mending cabut aja dari sini, cos author Cinta damai~
*kibar2 kutang Jae umma*


-------


  “Sial. Ini cinta!”
.
.
.
Kim Jaejoong bukan anak orang kaya.
Dia juga bukan si culun yang biasanya dikerjai.
Pemuda cantik itu hanya seorang siswa biasa yang mendapatkan beasiswa di sekolah elit sekorea selatan ini.
Biasanya Jaejoong menyembunyikan dirinya dari kehebohan sekolah ketika ada fesival atau perlombaan.

Jaejoong hanya ingin hidup tenang.
Sungguh.

Makanya ketika Shim Changmin—si jenius kaya itu—ribut memintanya membawa bekal dua kotak untuknya ia pasrah saja.
Jaejoong tidak pernah makan di kantin sekolah karena mahal sekali.
Kasihan uangnya kalau ia jajan ramyun yang hanya seribu won di supermarket dekat rumah.
Karena Jaejoong selalu makan bekal di halaman belakang sekolah, Shim Changmin penasaran.

Pria berwajah kekanakan itu tidak sengaja menemukan Jaejoong yang sedang menyendiri di balik pohon akasia sekolah dan segera saja merampok bekal namja cantik itu.
Dan ternyata aksi perampokan itu telah mengikatnya menjadi sahabat terdekat dari pemuda super miskin yang cantik ini.
Tapi walaupun cantik Changmin tidak tertarik kok.


Dia kan sudah bertunangan dengan Cho Kyuhyun.
Si cerewet dari kelas sebelah.

Pria berkulit pucat yang hampir saja membakar ruang kepala sekolah ketika ia tidak ditempatkan di kelas yang sama dengan Changmin.
Duh, cintanya.
Tapi Changmin segera menjelaskan kepada Kyuhyun kalau mereka berpisah kelas itu lebih gampang untuk mereka bersaing kepintaran.
Dasar pasangan aneh. Itu yang Jaejoong pikirkan ketika ia mendengar cerita lengkapnya dari bibir Changmin yang selalu kering.

  “Hyung, sudah bikin tugas belum?”

Lupa, Changmin itu masih 15 tahun.
Dia akselerasi ke kelas 3 kompakan dengan Kyuhyun.
Jodoh memang nggak kemana.

  “Sudah, kau pasti mau mencontek” Komentar Jaejoong pedas.

Changmin menyengir.
Ia mengambil buku Jaejoong dan segera membukanya sementara pemuda cantik itu menidurkan kepalanya di atas meja.
Ia ngantuk sekali, semalam untuk yang pertama kalinya supermarket tempatnya bekerja buka 24 jam.

  “Duh, Hyung, banyak salahnya daripada yang benar” Keluh Changmin mengerutkan dahinya.

  “Sudah salin saja, jangan lupa perbaiki punyaku” Balas Jaejoong malas.

Changmin mendengus.

  “Ini sih bukan mencontek lagi namanya, tapi perbudakan!”

  “Itu kau tahu”

  “Dasar nenek sihir!”

  “Nenek sihir yang selalu kau rampok telur gulungnya”

  “Iya, telur gulung buatanmu kesukaanku sih, coba saja Kyu pandai masak”

  “Korea bakal gempa bumi”

Changmin tertawa.

  “Hyung, tadi pagi di koridor aku dengar teman sebangkumu akan masuk sekolah lagi setelah di skors dua minggu” Ujar pria berwajah kekanakan itu.

Jaejoong membuka matanya yang terpejam.
Ia mengerutkan dahinya.

  “Hah? Kenapa cepat sekali? Aku masih betah sendirian”

  “Yah! Jaga mulutmu! Kalau sampai dia dengar kau tidak akan punya mulut lagi!”

  “Apa dia memang sebengal itu? Mengerikan sekali sekolah elit ini sampai bisa memiliki murid seperti dirinya”

  “Dia yang paling kaya di antara kita semua, mana mungkin sekolah menendangnya”

  “Tapi kan tetap saja dia hanya anak nakal yang hobi berkelahi dan melawan guru”

  “Dan menyiksa siapa saja yang mengganggunya tentu saja”

  “Kalau begitu aku harus pakai mantel ajaibnya Harry Potter, iya kan? Atau jurus ninjanya Naruto”

  “Kepalamu terbentur tiang listrik sebelum ke sekolah ya?”

  “Sepertinya”

Changmin memutar bola matanya.

  “Yang jelas kau harus jauh-jauh dari anak nakal itu, kalau kau tidak bisa menghilangkan dirimu di matanya, pilihan terbaiknya adalah pindah sekolah”

  “Aku pindah besok”

  “YAH! Lalu bekalku bagaimana eoh?!”

Jaejoong mendengus.
Ia kembali menenggelamkan wajahnya di balik lengan yang bertumpu pada meja.
Changmin memukul kepala Jaejoong dengan buku tugas namja cantik itu.
Tapi tetap saja ia membawanya ke mejanya yang ada di baris depan dan memperbaiki tugas milik Jaejoong.

Bel masuk berbunyi nyaring.
Hari ini ada rapat guru di jam pertama, jadi tidak masalah kalau Jaejoong tetap melanjutkan tidurnya.
Seisi kelas terkejut setengah mati ketika pintu kelas mendadak terbuka dan menampakkan sesosok pemuda super tampan dari sana.
Laki-laki berwajah kecil dengan sepasang mata musang yang tajam.

Mata yang selalu berhasil menyingkirkan pengganggunya hanya dalam sekali lirik.

Pria dengan plester luka di dahinya itu menaikkan alisnya ketika ia mendapati seseorang sedang tidur di samping kursinya.
Namja tampan itu berdecih.
Ia menendang kursinya hingga pemuda yang masih menyembunyikan wajahnya itu tersentak.

  “Yah! Micheosseo?!” Pekik Jaejoong refleks terbangun dan berteriak marah kepada siapapun yang mengusik tidurnya.

Mata bulatnya tampak merah karena ngantuk.
Menatap tajam wajah dingin pemuda tampan yang ada di hadapannya.
Satu kelas termasuk Shim Changmin menelan saliva mereka.
Berdoa dalam hati semoga Jaejoong tidak tewas hari ini juga.
Besok hari bunga sedunia, akan susah mencari bunga bakung untuk meja namja cantik itu.

  “Pindah dari sini, aku biasa duduk sendiri” Ujar namja tampan itu dingin.

Yah, Jaejoong sebenarnya duduk di depan juga seperti Changmin.
Tapi karena teman sebangkunya mendadak pindah ke luar negeri, wali kelas menyuruhnya duduk di samping kursi Yunho agar ia tidak sendirian.

  “Kau saja yang pindah, aku juga terbiasa duduk sendiri di sini. Siapa suruh kau skorsing sampai dua minggu hah?” Balas Jaejoong kesal.

Eoh?
Namja tampan itu menaikkan alisnya.
Mengamati raut wajah Jaejoong yang sama sekali tidak ada takutnya.
Cih, badung apanya, dia cuma anak manja yang haus kasih sayang, maki Jaejoong dalam hatinya.
Sepertinya pria cantik itu masih tidak sadar dari kantuknya.

Kalau tidak ia pasti sudah ambil langkah seribu dari sini.

  “Jae Hyung! Pindah saja ke sampingku! Nanti aku kasih tau Minho Sam deh supaya Chansung yang pindah ke tempatmu!” Teriak Changmin dari kursinya.

Aish, bocah itu.
Mengorbankan Chansung yang penakut.
Dasar tidak setia.

  “Tidak mau, Tuan Muda Jung ini saja yang pindah” Ketus Jaejoong kembali duduk di kursinya dan menenggelamkan wajahnya di balik lengan.

Yunho berdecih.
Ia menendang kursi itu sekali lagi hingga Jaejoong hampir saja jatuh.
Untung ia refleks mencengkram meja.
Pria cantik itu melotot.
Wajahnya sungguh merah.

  “Sekali lagi kau melakukannya akan kubuat kau menyesal, Jung Yunho!” Teriak Jaejoong lantang.

Changmin sudah berdoa agar masih bisa memakan bekal Jaejoong nanti siang.

  “Menyesal? Memangnya apa yang bisa kau lakukan hingga aku menyesal eoh, kitty?”

  “Penasaran huh? Kenapa tidak kau cari tahu saja sendiri? Siapa tahu dengan begitu otakmu yang tumpul bisa menjadi tajam”

Yunho menaikkan alisnya.
Pemuda cantik di hadapannya ini tidak ada takutnya sama sekali.
Padahal kalau dilihat dari segi fisik Jaejoong sudah pasti harus dioperasi kalau Yunho menendangnya sekali.
Tapi ternyata kepalanya sekeras baja.

Hmf.

Yunho tersenyum tipis.
Menarik. Pikirnya.
Pria tampan itu mendudukkan dirinya di samping Jaejoong dan menaikkan kakinya ke atas meja.
Membuat Jaejoong mendengus kasar dan kembali duduk untuk yang kesekian kalinya dan segera membuat dirinya tertidur lagi.

Hanya saja kali ini wajahnya ia palingkan ke arah yang berlawanan dengan kursi Yunho.

Ck.
Terserah pemuda bengal itu mau berbuat apa, yang terpenting saat ini adalah kebutuhan tidurnya sebelum Choi Minho si galak itu masuk lagi ke kelas.
.
.
.
Bel istirahat berdering nyaring, membuat seisi kelas XII-3 itu tersenyum cerah.
Anak-anak kaya itu segera melesat menuju kantin super mahal milik sekolah mereka.
Termasuk Changmin yang sudah menjemput Kyuhyun di kelas sebelah.
Hanya Jaejoong dan Yunho yang masih tinggal di dalam kelas.

Sebenarnya Jaejoong mau keluar juga dan makan bekal seperti biasa.
Tapi pria tampan sialan ini masih menaruh kakinya di atas meja hingga ia tidak bisa keluar.

  “Minggir, Jung Yunho” Ujar Jaejoong datar.

Yunho tidak menoleh.
Ia masih sibuk memainkan ponselnya.
Membuat Jaejoong mendesah kesal.
Lihat, pria bengal yang tidak mengancingkan kemeja seragamnya hingga memperlihatkan kaus hitam bergambar miliknya itu sungguh menyebalkan.

Siswa macam apa dia?

  “Tidak mau, kalau kau tidak suka cari saja cara lain agar bisa keluar” Balas Yunho tidak acuh.

Aish.
Jaejoong mendesah kesal sekali lagi.
Ia menaiki kursinya dan melompat ke atas meja dan segera melangkahi kaki Yunho yang masih berada di atas meja.
Membuat pria bengal di dekatnya itu membulatkan mata musangnya kaget.
Apa ia baru saja melihat Kim Jaejoong melangkahi kaki dan mejanya?
Omo!

  “Apa yang kau lakukan?!” Teriak Yunho marah.

Tidak ada yang pernah berani seketerlaluan itu kepadanya.
Biasanya semua orang takut.
Biasanya semua orang berusaha menghindar darinya.
Tapi Jaejoong berbeda.
Pria cantik itu malah dengan santainya melompat ke atas lantai dan menjulurkan lidahnya kepada Yunho.

  “Tapi kau bilang cari cara lain? Kepala pintarku baru saja memberitahu cara yang paling efektif selain meminta dengan sopan kepadamu!”

Yunho berdiri dari duduknya.
Tapi Jaejoong sudah lebih dulu berlari keluar kelas.
Meninggalkan Yunho berdecak kesal.
Sial.
Ia tidak pernah dipermalukan seperti ini!
.
.
.
  “APA?! KAU MELANGKAHI JUNG YUNHO?! KAU SUDAH BOSAN HIDUP YA?!” Teriak Changmin kaget.

Ia, Jaejoong dan Kyuhyun sedang makan siang di balik pohon akasia kesukaan Jaejoong saat ini.
Namja berkulit pucat itu menatap kagum Jaejoong yang memakan bekalnya dengan santai.
Changmin sudah meminum jus kalengnya.

  “Apa sih yang harus ditakutkan dari anak manja seperti itu?” Keluh Jaejoong menutup kotak bekalnya setelah ia menghabiskan telur gulungnya yang terakhir.

Sebenarnya ia buat banyak telur, tapi pasangan evil di depannya ini sudah merampok sebagiannya.
Padahal Jaejoong sudah membuatkan mereka berdua bekal dengan isi yang sama.
Tentu saja tidak gratis, jangan lupa, Jaejoong itu kan super miskin.
Changmin dan Kyuhyun membayar uang belanja untuk bekal mereka setiap hari ketika sekolah usai.

  “Anak manja itu akan membuatmu kehilangan nyawamu!” Protes Changmin keras.

Jaejoong mendengus.

  “Matipun tidak masalah, aku tidak takut. Siapa sih yang akan kehilangan?” Balas Jaejoong tidak acuh.

Changmin dan Kyuhyun terdiam seketika.
Pasangan binal itu saling melirik satu sama lain dan berdehem sebelum meminum jus kaleng mereka.
Jaejoong yang mengintip keduanya dari balik jus kalengnya tersenyum tipis.

  “Aku selesai, aku ke kelas duluan, masih ingin tidur. Kalian kalau mau di sini ya tinggal saja, asal jangan sampai berbuat mesum” Ujar Jaejoong seraya bangkit dari duduknya dan membawa kotak bekalnya yang tertutup rapi.

  “Kau akan menamai anak kami besok, Hyung” Balas Kyuhyun terkikik geli.

Jaejoong tersenyum tipis namun ia tetap memutarkan bola matanya jengah.
Kemudian membawa langkah kakinya menjauh dari halaman belakang sekolah menuju ruang kelasnya.

  “Mi-Mianhae! Kumohon lepaskan aku!”

Eoh?
Jaejoong menoleh, menaikkan alisnya menatap sekelompok pemuda yang sedang mengeroyoki satu siswa yang Jaejoong tebak adalah murid beasiswa yang super culun.
Untung saja ia pandai tidak berpenampilan seperti itu.
Kalau tidak dalam sekejap ia akan menjadi korban tetap dari kelompok badung itu.

  “Yah! Kitty! Pasti kau sedang mencari cara untuk membebaskan anak ini, iya kan?” Tegur Jung Yunho ketika ia menyadari teman sebangkunya sedang memergoki perbuatannya dan teman-teman nakalnya.

  “Untuk apa? Aku tidak kenal anak itu” Sahut  Jarjoong menaikkan alisnya.

  “Wah, kau kejam sekali” Komentar Choi Siwon—salah satu dari kumpulan anak nakal itu—.

Jaejoong tersenyum tipis.

  “Kasihan anak itu, untuk makan hari ini saja mungkin ia susah, orang tuanya pasti menaruh harapan besar padanya agar ia lulus dengan baik di sekolah ini, tapi kalian yang kaya dan lebih pintar malah mengerjai anak seperti itu, sebenarnya siapa yang kejam eoh? Main keroyok lagi, tidak bisa ya satu lawan satu saja?” Ujarnya menghela nafas.

Dahi Yunho berkedut.
Kentara sekali wajahnya memerah karena marah dan malu.
Sial! Pemuda kurus ini sudah berani menghinanya!
Siwon, Jonghyun, Jiyong dan Donghae refleks mundur selangkah dari anak itu ketika Jaejoong selesai mengeluarkan pendapatnya.

Laki-laki cantik itu mengangkat bahunya dan kembali meneruskan langkahnya.

  “Akan kupatahkan lehernya!” Desis Yunho kesal.

Ia sudah menendang loker siswa hingga lemari besi itu rusak.

  “Sudahlah, ayo kita cari makan saja, aku lapar” Ujar Siwon berusaha menyelamatkan Jaejoong.

Ia sudah menarik bahu Yunho yang terus memaki Kim Jaejoong.
Siwon melirik ke belakang diam-diam.
Menatap koridor yang kosong, Jaejoong sudah tidak terlihat lagi.
Aduh, bagaimana ya?
Sepertinya ia suka dengan pria pemberani itu.
Baru kali ini ada orang yang berani melawan si tempramen Jung Yunho dan masih selamat.

Besok kirim surat cinta ah, pikir Siwon tersenyum lebar.
.
.
.
Jaejoong tidak masuk kelas sampai jam pelajaran berakhir.
Tidak peduli kalau Choi Minho yang galak itu akan memarahinya habis-habisan besok.
Keselamatannya lebih penting dari itu semua.
Sial. Kenapa ia bisa seember itu sampai melawan Jung Yunho sejauh itu eoh?
Kalau saja Siwon tidak mengalihkan perhatian ketua anak nakal itu ia pasti sudah masuk rumah sakit sekarang.

Iya kalau selamat, kalau koma?

Jaejoong memukul kepalanya.
Aish!
Ia sudah berjanji pada ibunya agar belajar dengan baik di sekolah dan tidak mencari masalah dengan siapapun.
Beasiswa ini suatu kesempatan emas untuk bisa memperbaiki masa depannya.

Ia akan menjadi dokter yang hebat dan kaya dalam sekejap sehingga tidak perlu bekerja tiga kali sehari untuk bisa makan.

  “Sepertinya sudah aman” Gumam Jaejoong lirih.

Ia keluar dari pintu atap sekolah dan memasuki lift untuk turun ke lantai tiga di mana kelasnya berada.
Ia sudah memantau semua siswa yang pulang ke rumah masing-masing.
Sekolah sudah sepi.
Semoga saja Jung Yunho itu juga sudah pu—

  “Akhirnya kau kembali juga”

FAK!
Jaejoong menggigit lidahnya.
Ia meringis di depan pintu kelas.
Yunho menyeringai kepadanya dan melemparkan tas pemuda cantik itu di kaki pemiliknya.
Membuat Jaejoong refleks menunduk dan mengambil tasnya.

  “Apa melarikan diri dariku selama empat jam cukup untuk meredakan ketakutanmu, eh?” Ujar Yunho menaikkan alisnya.

Jaejoong mengerutkan dahinya.
Ia benar-benar tidak punya nyali.
Sekolah sudah sepi.
Tidak akan ada yang menolongnya jika Yunho sampai mencelakainya di sini.

Aduh.
Jaejoong ingin pipis.

  “Dengar ya, Kim Jaejoong, kau ini sungguh berotak udang! Kau pikir aku tidak tahu kalau kau juga murid beasiswa seperti anak tadi itu eoh? Sudah miskin sok berani pula! Apa kau sangat ingin kupatahkan kakimu hah?” Ujar Yunho seraya menoyor dahi Jaejoong keras.

Pria cantik itu menahan nafasnya.
Berusaha keras untuk tidak menyahuti Yunho.
Ingat Jaejoong, sekolah sudah sepi.
Tidak akan ada yang datang untuk menolong.

  “Orang tuamu pasti sama bodohnya sepertimu! Memasukkan anak mereka ke sekolah elit seperti ini! Ibumu tidak sadar ya kalau tempat ini bukan untuk orang miskin sepertimu? Ah, mana mungkin ia sadar, wanita itu pasti terlalu sibuk menjajakan dirinya eoh? Ibumu itu jalang, kan, Kim Jaejoong?”

DEG.

Jaejoong terkejut.
Dahinya mengernyit menatap Yunho.
Tanpa sadar air matanya menetes jatuh membasahi pipi tirusnya.
Berjatuhan dengan banyak hingga membuat pandangannya mengabur.
Bibir ranumnya bergetar, wajahnya memerah sampai telinga.

Membuat Yunho menaikkan alisnya.
Memandang tidak percaya kepada Jaejoong yang menangis tiba-tiba.

  “Menangis? Kau benar-benar—”

  “Tahu apa kau tentang orang tuaku, eh? Tentang ibuku?” Desis Jaejoong bergetar.

  “Penting untukku untuk tahu? Tidak perlu dicari tahupun sudah pasti ibumu itu—”

PLAKK!

Yunho terkejut.
Menatap tidak percaya Jaejoong yang baru saja menamparnya.
Pria cantik itu segera memakai tasnya dan berlari meninggalkan ruangan sepi itu.
Jung Yunho menggeram, ia melangkahkan kakinya hendak mengejar Jaejoong, tapi gerakannya terhenti ketika sepasang tangan menarik tangannya dengan kuat.

Pemuda bengal itu berbalik dan menaikkan alisnya menatap Changmin dan Kyuhyun yang menatapnya tajam.

  “Tidak bisakah kau berhenti menyakiti seseorang satu hari saja, Tuan Muda Jung? Selama ini aku takut kepadamu, kami berdua berusaha untuk tidak terlihat di matamu. Tapi ternyata tidak ada yang perlu kutakutkan dari dirimu, kau hanya anak manja yang brengsek!” Ujar Changmin marah.

Yunho menggertakkan giginya.
Pemuda tampan itu baru saja akan melayangkan tinjunya, tapi tendangan Kyuhyun di tulang keringnya yang lengah membuatnya terjatuh di atas lantai.
Pria berkulit pucat itu menarik kerah baju Yunho dengan penuh emosi.
Persetan dengan pembalasan Yunho esok hari, yang jelas ia harus menyadarkan pria sialan itu saat ini.

  “Sebaiknya kau ikut les tata krama, Jung Yunho! Kau sungguh keterlaluan kali ini! Jaejoong tidak pernah mengusik hidupmu selama ini kan? Kenapa kau begitu kejam padanya?” Desis Kyuhyun kesal.

Yunho mendengus.
Menatap tajam mata bulat Kyuhyun yang berkaca-kaca.

  “Kejam apanya? Perkataanku tadi? Cih, itu hanya kata-kata—”

  “Jaejoong tidak punya orang tua sepertimu asal kau tahu saja! Ibunya baru saja meninggal karena kecelakaan lalu lintas! Tidak bisakah kau berbelas kasihan sedikit saja? Mengatai ibunya seperti itu—Apa kau tidak tahu kalau ibunya adalah wanita terbaik yang pernah ada eoh?! MICHIN SEKYA!!” Teriak Kyuhyun marah.

DEG.

Yunho terhenyak.
Ia membulatkan mata musangnya tidak percaya.
A—apa katanya?

  “Berani kau menganggu Jaejoong Hyung sekali lagi akan kupastikan skandal perselingkuhan ayahmu tersebar luas di media!” Ujar Changmin seraya menarik Kyuhyun agar lepas dari Yunho.

Pria tampan itu kembali terkejut.
Menatap dinding kosong karena dua pemuda itu sudah beranjak meninggalkannya seorang diri.
Mata musang Yunho mengerjap cepat.
Jantungnya berdetak tidak nyaman.

Ya Tuhan..

Oh tidak..

Apa yang telah dilakukannya?


-------


Ayahnya memang berselingkuh.
Pria itu menyakiti ibunya yang sangat baik hati dan lembut.
Apa sih yang kurang dari ibunya?
Yunho tidak pernah menemukan jawaban atas perselingkuhan Ayahnya.

Tapi ibunya memaafkan Ayahnya.
Wanita itu menerima pria yang menjadi suaminya itu dengan lapang dada.
Sementara Yunho masih menyimpan dendam karena pria brengsek itu sudah membuat ibunya menangis.

Makanya Yunho nakal.
Ia ingin membuat Ayahnya menanggung malu yang luar biasa karena memiliki anak nakal seperti dirinya.
Ini belum seberapa.
Ini masih belum seberapa.

Sampai kemudian Jaejoong muncul dan mengacaukan segalanya.

Yunho sangat mencintai ibunya.
Jika ia yang berada di posisi Jaejoong mungkin ia akan mematahkan tulang-tulang si penghina ibunya.
Tapi Jaejoong—

CKLEK.

Yunho menoleh dari baringnya, menatap Jung Keybum yang tersenyum lembut kepadanya.

  “Kapan kau akan kembali ke sekolah, Yunho?”

Namja tampan itu mendengus.
Ia masih tidak punya nyali untuk bertemu dengan Jaejoong.
Tidak setelah wajah menangis itu mengacaukan hari-harinya.
Ia tidak bisa memikirkan hal apapun selain mata bulat yang terluka itu.

  “Molla” Sahut Yunho singkat.

Wanita bermata kucing itu menghela nafas.
Ia hanya tersenyum tipis dan menutup pintu menjauhi kamar putra tunggalnya.
Meninggalkan Yunho yang kembali tenggelam dalam lamunannya.

  “AISH!”

Yunho meninju kasurnya.
Ia berguling-guling tidak jelas di sana.
Wajah menangis Jaejoong tidak pernah pergi dari kepalanya.
Jantungnya selalu berdenyut tidak nyaman setiap kali ia mengingat perbuatannya yang sudah menyakiti pemuda cantik itu.

Namja tampan itu melompat dari ranjang dan mengambil ponselnya, membaca pesan masuk dari Siwon.

  Jaejoong tidak masuk sekolah sampai hari ini. Yah, kalian janjian ya? Jangan-jangan sebenarnya kalian itu pasangan kekasih?! YA! CEPAT DATANG KE SEKOLAH DAN JELASKAN SEMUANYA, JUNG YUNHO!

Kekasih? Yunho mendengus.
.
.
.
DEG DEG DEG

Sial.
Ini kelakuan paling pengecut yang pernah Yunho lakukan selama ia berbuat nakal.
Membuntuti Kim Jaejoong dan mengawasinya diam-diam dari kejauhan sungguh sukses membuatnya tampak seperti seorang pecundang.
Yang lebih parahnya lagi jantungnya yang berdebar-debar tidak beraturan selama ia mengintili namja cantik itu.

Apakah ia sakit jantung?
Omo! Yunho refleks menunduk dan menyentuh dadanya.
Tapi ia tidak merasakan sakit.
Yang ia rasakan hanya—perasaan nyaman dan hangat—dan itu hanya terjadi setiap kali ia membayangkan wajah Jaejoong.

Baiklah, mungkin ia sudah gila.

  “Terima kasih, silahkan datang kembali~!”

Namja tampan itu mendengus.
Ini sudah hampir tengah malam, dan Jaejoong masih belum berhenti bekerja.
Ia sama sekali tidak menyangka kalau semua waktu Jaejoong selain bersekolah diisi dengan pekerjaan-pekerjaan yang cukup berat jika dilakukan bersamaan dalam waktu sehari.
Dan sepertinya Jaejoong tidak akan pulang sampai pagi tiba mengingat supermarket ini buka selama 24 jam.

Apa itu artinya pria cantik itu akan membolos lagi besok?
Tapi mereka sudah hampir seminggu menghilang dari sekolah.
Aish!
Yunho menghentakkan kakinya kesal dan berjalan memasuki supermarket tersebut dengan tidak acuh.

  “Selamat dat—” Jaejoong tercekat.

Menatap tidak percaya pemuda tampan yang melewati dirinya begitu saja.
Oh Tuhan!
Kim Jaejoong merasa dirinya seperti tersengat listrik dalam sekejap.
Ia menunduk dan mengotak-atik layar kamera pengawas yang ada di langit-langit supermarket.

Tidak salah lagi.
Pria itu memang Jung Yunho.
Si anak nakal yang ditakuti semua orang.

TREK.

Jaejoong terkejut ketika pria tampan itu tiba-tiba kembali menghampiri kasir dan meletakkan segelas susu hangat di sana.
Pemuda cantik itu segera memasukkan harganya dan menerima uang dari Yunho.
Ia terus menundukkan wajahnya berusaha tidak bertemu muka dengan Yunho.

  “Kembalilah ke sekolah besok”

DEG.

Jaejoong mengangkat wajahnya refleks.
Menatap langsung sepasang mata musang yang menatapnya tajam itu.

  “Aku minta maaf atas ucapanku waktu itu, kembalilah bersekolah besok, aku tidak akan mengganggumu lagi”

  “E—Eoh..Ne..” Sahut Jaejoong pelan.

Namja tampan itu menghela nafas.
Ia menyodorkan susu hangat itu ke dekat Jaejoong dan tersenyum tipis.

  “Ini untukmu, minumlah” Ucapnya seraya beranjak keluar dari supermarket.

Meninggalkan Jaejoong yang terbengong-bengong di tempat kerjanya.


-------


Aneh.
Ini sungguh aneh.
Jaejoong masih betah memandangi wajah Yunho yang terlihat datar sambil memainkan ponselnya.
Padahal jam pelajaran sedang berlangsung.
Duh, laki-laki nakal ini serius ya tidak akan menganggunya lagi?

Jaejoong senang sih, tapi dia juga kehilangan.

Padahal mereka belum lama bertemu.
Setiap kali bertatap muka selalu saja bertengkar.

  “Hei Yunho” Panggil Jaejoong masih menaruh dagunya di atas meja.

  “Hm” Dengung Yunho pelan.

Tetap tidak berminat menatap wajah cantik yang selalu mengisi kepalanya setiap hari.

  “Yunho, lihat aku” Ujar Jaejoong lagi.

Yunho menelan salivanya.
Ia menurunkan ponselnya dan menoleh memandangi wajah Jaejoong yang terlihat bingung.

  “Apa?” Ketus Yunho mengerutkan dahinya.

Sekya, jantungnya tidak bisa berkompromi!

  “Aku sudah memaafkanmu”

  “Oh ya? Baguslah”

  “Itu? Hanya itu reaksimu?”

  “Bicara sekali lagi kupatahkan hidungmu, Kim Jaejoong”

  “Nih, patahkan saja! Kau pasti tidak akan berani!”

Baru saja Jaejoong menyela, detik berikutnya ia sudah menyesali perbuatannya.
Yunho menyeringai, pria badung itu sudah menjepit hidung bangir Jaejoong dengan jarinya.
Mata musangnya berkilat, menikmati wajah takut Jaejoong yang lucu.
Kedua pemuda itu bahkan tidak menyadari kalau Minho si galak sudah berhenti mengajar dan kini bersidekap memperhatikan mereka berdua.

  “Ada kata-kata terakhir?” Bisik Yunho melebarkan seringainya.

  “I-itu—tanganmu—kenapa bergetar Yunho?” Ujar Jaejoong gugup.

DEG.

Yunho refleks menarik kembali tangannya dan berdecih.
Ia memalingkan wajahnya dan sedikit kaget mendapati Minho Songsaenim yang sudah bersandar pada papan tulis.

  “Sayang sekali, aku pikir kalian berdua akan berciuman setelah ini. Sudah puas mengganggu jam mengajarku, eh?” Tanya pria sadis itu tersenyum manis.

Jaejoong menggigit lidahnya, memperhatikan seisi kelas yang menatapnya dan Yunho.
Namja badung itu berdecih sekali lagi.
Ia membuka lagi ponselnya dan melanjutkan permainan yang tertunda karena teman sebangkunya.

  “Kim Jaejoong! Jung Yunho! Temui aku setelah sekolah usai!” Teriak Minho seraya menggebrak meja.

Changmin sampai tersedak keripik yang dimakannya diam-diam.
.
.
.
Pasangan binal itu saling melirik setelah hampir 15 menit mereka duduk di bawah pohon akasia dan Jaejoong terlihat seperti orang idiot.
Pria cantik itu hanya terbengong seharian dan bahkan tidak menyadari kalau sosis gorengnya sudah dirampok oleh Changmin dan Kyuhyun sejak tadi.

  “HYUNG!”

Jaejoong terkejut.
Ia mengerjapkan matanya dan menunduk menatap kotak bekalnya.
Kosong!
 
  “YAH! Aku belum makan dari semalam!” Teriak namja cantik itu kesal.

Changmin berdesah.
Sementara Kyuhyun sudah meletakkan sumpitnya.

  “Kau ini kenapa sih, Hyung? Sedang terlibat hutang, ya?” Tanya Kyuhyun bingung.

Jaejoong mencibir.

  “Hari ini kau tidak menghibur sama sekali, ada masalah apa memangnya? Air di rumahmu mati lagi? Terus kau tidak mandi? YAH! Kau belum mandi!” Teriak Changmin memundurkan pantatnya, Kyuhyun sampai ikut-ikutan.

Namja cantik itu menepuk kepala Changmin dan Kyuhyun dengan sumpitnya.
Ia melotot.

  “Aku sedang susah” Ujar Jaejoong bersandar pada batang pohon kesukaannya.

  “Kapan sih kau tidak susah?” Sahut Changmin cepat.

Jaejoong kembali melotot.

  “Aku—itu—aish, aku menonton film yang cukup aneh baru-baru ini..” Ucap Jaejoong pelan.

  “Memangnya kau punya televisi? Kau kan miskin” Ujar Kyuhyun menaikkan alisnya.

  “Iya, lagi pula susah dari mana setelah menonton film? Kecuali kau menonton film jorok dan tidak tahu cara menuntas—AW! Kenapa kau memukulku?!” Seru Changmin mengusap kepalanya.

Jaejoong menghela nafas panjang.
Sudah ia tebak, dua pemuda bar-bar ini tidak akan bisa membantunya.
Ck.

  “Jadi, bagaimana filmnya?” Celetuk Kyuhyun penasaran.

  “Hm, jadi—ada seorang la—perempuan, dia bertemu dengan pemuda yang..hmm..cukup tampan” Ucap Jaejoong ragu.

  “Si perempuan itu miskin dan si laki-lakinya kaya, cinta mereka terpisahkan oleh status dan akhirnya si perempuan bunuh diri” Potong Changmin tanpa dosa.

Tunangan Kyuhyun itu kembali menjerit karena Jaejoong memukul kepalanya dengan kotak bekal.

  “Perempuan itu memang miskin! Tapi ceritanya bukan seperti itu! Si perempuan dan laki-laki itu selalu bertengkar setiap kali mereka bertemu sampai akhirnya si laki-laki berjanji kalau dia tidak akan mengganggu perempuan itu lagi, tapi bukannya senang, perempuan itu malah kehilangan!” Seru Jaejoong kesal.

Changmin dan Kyuhyun mengerutkan dahi mereka.
Ups, Jaejoong menutup mulutnya.

  “Hyung, sepertinya cerita itu familiar..Jangan-jangan...”

Namja cantik itu menggigit lidahnya.
Changmin dan Kyuhyun menyipitkan mata mereka menatap Jaejoong curiga.

  “Jangan-jangan perempuan itu keterbelakangan mental!” Seru pasangan binal itu kompak.

Jaejoong segera memukul kepala mereka dengan kotak bekal.
Keduanya mengaduh kesakitan.

Ck, ternyata dua pemuda ini benar-benar tidak bisa diharapkan.

  “Hyung, apa si perempuan itu selalu berdebar-debar kalau bertemu dengan pria itu? Rasa kehilangannya seperti sangat-sangat tidak rela, ya?”

Jaejoong mengangkat wajahnya mendengar ucapan Kyuhyun.
Ia segera mengangguk antusias.

  “Oh, itu berarti perempuan itu juga sakit jantung, kasihan sekali” Ujar namja berkulit pucat itu mendesah.

Jaejoong memutar bola matanya jengah.
Ia berdiri dari duduknya dan beranjak meninggalkan Changmin dan Kyuhyun yang menatap punggungnya bingung.
.
.
.
Pria cantik itu menemukan Yunho yang sendirian di kelas ketika ia kembali.
Jaejoong menelan salivanya dan berjalan menuju mejanya.
Dan ajaib! Yunho bergeser tanpa perlu diminta!
Pria cantik itu terkejut melihatnya, tapi ia segera masuk melalui celah dan duduk di kursinya.

Jaejoong bertumpu di meja dengan kedua lengannya, sesekali mengintip Yunho yang terlihat frustasi.
Iyalah frustasi, Siwon baru saja menyesatkannya dengan mengatakan kalau ia mengidap penyakit kronis karena tidak bisa menghilangkan wajah seseorang dari kepalanya.

  “Haaahh”

Keduanya menghela nafas pendek.
Jaejoong mengerutkan dahinya sementara Yunho menenggelamkan wajahnya di balik lengan yang bertumpu di meja.

Eh—tunggu!

Jantung yang berdebar-debar setiap kali bertemu, wajah yang tidak terlupakan, hati yang selalu gelisah—duh,

Yunho dan Jaejoong mengangkat wajah mereka dan saling menatap.

  “Sial. Ini cinta!” Pekik keduanya kompak.

EEH?!

Wajah keduanya memerah sampai telinga.
Mereka saling mengalihkan wajah dan merutuk sial.
Tapi tidak lama keduanya kembali saling menatap satu sama lain dengan ragu.
Jaejoong menggigit bibir bawahnya.

  “Ini..Cinta, kan?” Bisik pria cantik itu malu-malu.

Yunho menahan nafasnya.
Ia memalingkan wajahnya yang merah.

  “Bukan! Ini bencana alam!” Teriaknya malu.

Duh, sepertinya jalan mereka masih panjang.
Tapi semester akhir tinggal dua bulan lagi kok.
Mungkin tidak akan terlalu panjang.

END.

13 komentar:

  1. Ih ih ih manisnya :v
    Squellll hohoho :D

    BalasHapus
  2. Ih ih ih manisnya :v
    Squellll hohoho :D

    BalasHapus
  3. Ahahaha Jae malah nyariin yun yg jail ketimbang yun yg kalem dan udh gak gangguin hdp nya

    BalasHapus
  4. Ahahahaha sial ini cinta wkwkwk suka banget kalimat itu hahaha

    BalasHapus
  5. Wahhh cerita km selalu keren, good story 😃

    BalasHapus
  6. Ngakak bacanya, bagus ini ceritanya

    BalasHapus
  7. Ngakak bacanya, bagus ini ceritanya

    BalasHapus
  8. Hahaha sial, cerita ini keren sekali xD
    Pasangan yang sweeett banget mereka ^^

    BalasHapus
  9. Hahaha sial, cerita ini keren sekali xD
    Pasangan yang sweeett banget mereka ^^

    BalasHapus
  10. oh sial! cerita ini bikin ngakak tengah malem gini wkwk
    keren kak ceritanya,

    BalasHapus
  11. Hahaha.... pasangan bodoh yang idiot. Hahaha....

    BalasHapus