This zone is only YunJae Fanfictions and this is our world

Senin, 22 April 2013

FF/YAOI/YUNJAE/CHAPTER/LET ME/PART 4



PART 4.

Tiffany Hwang tampak menghembuskan nafas panjang.
Oh well.
Atau lebih tepatnya helaan penuh frustasi.
Kepalanya benar-benar sakit saat ini.

Yeoja cantik itu sengaja mematikan ponselnya agar manajernya yang cerewet itu tidak bisa mengganggunya saat ini.
Tiffany mendongakkan wajahnya.
Memperhatikan ruang ICU yang tertutup itu.

Hahhh.

Ia terpaksa datang kesini saat sahabat modelnya yang bernama Shim Changmin meneleponnya dan mengabari dirinya kalau ia mengalami kecelakaan.
Namja berwajah kekanakan itu sebatang kara.
Ia sangat dekat dengan Tiffany.
Hingga menaruh nama yeoja itu pada panggilan daruratnya.


  “Aku sudah bisa melihatnya?” Tanya Tiffany saat seorang suster keluar dari sana.

Suster itu mengangguk.
Ia tersenyum gugup menyadari bahwa gadis yang ada di hadapannya saat ini adalah seorang model terkenal.

TAP TAP TAP!

Tiffany segera memasuki ruangan itu.
Ia membesarkan matanya menatap Changmin yang terlihat rapuh disana.

  “Min ah, daijoubu desuka? *gwenchana?*” Tanyanya pelan.

Shim Changmin tersenyum lemah.

  “Aku hanya luka ringan, Fany, hanya keadaanku saja yang terlihat begitu menyedihkan” Adunya.

  Geez! Bagaimana bisa kau tidak berhati-hati eoh?”

  “Seorang anak kecil berlari menerobos lampu merah, aku terlalu kaget saat itu”

  “Hahh, untung saja kau tidak menabrak anak itu”

  “Omo, aku belum tahu bagaimana anak itu dan nona yang bersamanya!”

  “Mwo?”

  “Ne, Fany ah, nona yang mendorong anak itu terbentur mobilku, kurasa ia ummanya”

Tiffany mengerutkan dahinya.
Memperhatikan raut wajah Changmin yang terlihat sangat bersalah saat ini.

  “Aku ingin melihat mereka, dokter bilang mereka juga masih disini” Ujar Changmin seraya memaksakan dirinya untuk bangun.

SRET.

Namja berwajah kekanakan itu mendongak.
Menatap sahabatnya yang menahan bahunya.

  “Biar aku saja, kau masih sakit” Gumamnya pelan.

Ah.
Changmin mengangguk patuh.

Tiffany tersenyum seraya membelai lembut wajah Changmin.
Yeoja cantik itu berjalan keluar ruangan.
Ia mendatangi meja resepsionis rumah sakit dan bertanya mengenai pasien yang baru saja masuk bersama Changmin.

  “Hmm, kamar 9095” Gumamnya pelan.

Yeoja cantik itu menaikkan alisnya setelah menemukan pintu yang dicarinya.
Tiffany membuka pintu itu perlahan.

  “Gomen---”

DEG.

Mata sipit Tiffany membulat dalam sekejap.
Jantungnya berdebar kencang.
Memandang tidak percaya sosok cantik yang terbaring lemah di ranjangnya.

Gosh.

Yeoja cantik itu melangkahkan kakinya mendekat.
Tubuhnya terasa kaku.
Matanya bergerak pelan memperhatikan wajah Jaejoong yang terlihat sangat pucat saat ini.

  “Ja—Jaejoong?” Lirihnya lemah.

Huh.
Tiffany tersenyum kecut.
Mendadak hatinya merasakan miris yang luar biasa.
Ada rasa bersalah yang menghimpit dadanya mengingat bentakan adik kecilnya tadi siang.

Dan sekarang rasa itu semakin menggebu-gebu ketika ia menatap langsung wajah Jaejoong.

  “…”

Tanpa suara, Tiffany mendudukkan dirinya di kursi yang berada di samping ranjang itu.
Suara monitor pendeteksi detak jantung itu terdengar nyaring memenuhi ruangan.
Yeoja cantik itu meremas jemarinya yang saling bertaut.
Menahan air mata yang menggenang di pelupuk matanya.

  “Kenapa harus kau?” Gumamnya miris.

Tiffany menundukkan wajahnya.

  “Kenapa harus kau yang lebih dulu menikah dengan Yunho?” Sambungnya mulai terisak.

Hening.
Tiffany terisak menumpahkan tangisnya.
Wajah cantiknya tampak memerah sendu.
Ia menggigit bibir tipisnya.

  “AKU JUGA MENCINTAI YUNHO, JAEJOONG AH!!” Teriaknya emosi.

GREPP!

SRETT!!

Yeoja cantik itu mencengkram pergelangan tangan Jaejoong dan mencabut paksa infuse-nya.
Tubuh Jaejoong terlonjak kaget.
Kedua matanya bergerak tidak nyaman.
Namun ia masih belum kuat untuk sadar sepenuhnya.

  “Hiks..Hiks..Aku membencimu!!” Teriak Tiffany lantang.

Yeoja cantik itu mengacuhkan lengannya yang ikut terciprat darah pergelangan tangan Jaejoong.
Ia menyeka air matanya memperhatikan darah segar yang merembes membasahi pinggir ranjang.

DEG.

Tiffany tersentak kaget.
Ia tersengguk melihat tetesan bening yang mengalir dari sudut mata Jaejoong.
Yeoja cantik itu seakan tersadar dari emosinya.
Ia merogoh tasnya dengan panik dan mengambil saputangan sutranya.
Kemudian ia mengikat kencang pergelangan tangan Jaejoong agar berhenti mengeluarkan darah.

  “..Gomen..”

DEG.

Tiffany menoleh.
Membesarkan matanya memandang Jaejoong yang kini menatapnya.
Namja cantik itu juga menangis.
Sama seperti dirinya.

  “Gomenne” Ulang Jaejoong lemah.

  “Hiks..”

Tiffany tidak tahu harus bersikap seperti apa.
Ia hanya diam di tempatnya.
Jaejoong mendesah lirih dan mengulurkan tangannya yang tidak berdarah hendak menyentuh Tiffany.
Namun yeoja cantik itu sudah terlebih dulu memeluk erat dirinya.

Jaejoong tertegun.

Kemudian ia tersenyum kecil.
Mata besarnya terpejam pelan.
Membiarkan Tiffany menumpahkan tangisnya di pelukannya.

  “S..Seharusnya aku yang minta maaf..Hiks..”

  “Gwenchana..”

  “..Hiks..Hiks..”

  “Fany ah..Kumohon..Jaga Yunho dengan baik setelah kalian menikah..Ne?”

Yeoja cantik itu menggeleng keras.
Ia mencengkram punggung Jaejoong.

  “I-Ini salah Jae ah..Hiks..Aku merusak semuanya..Maafkan aku..”

  “Aku sudah merelakanmu bersama Yun---”

  “Aku lebih memilih Jessica..Hiks..Hanya dia satu-satunya keluarga yang aku miliki..Aku tidak ingin ia membenciku lebih dari ini..Hiks..”

Jaejoong terdiam.
Matanya mengerjap lemah.
Perlahan Tiffany melepaskan pelukannya.
Ia meraih tangan Jaejoong dan menyentuhkannya ke wajahnya sendiri.

  “Tampar aku, Jae ah..Hiks..Pukul aku..Aku pantas mendapatkannya..Hiks..” Isaknya sedih.

Jaejoong tersenyum mendengarnya.
Namja cantik itu mengusap lembut pipi Tiffany.
Ia berbisik pelan.

  “Wanita, adalah satu-satunya ciptaan Tuhan yang tidak pantas untuk menerima kekerasan, Fany ah..Aku tidak ingin melukaimu, kau memiliki wajah yang cantik”

Tiffany tertawa kecil mendengarnya.
Ia mengusap wajahnya dan kembali memeluk Jaejoong.
Namja cantik itu balas mengusap lembut punggung yeoja cantik itu.

Dan kemudian ia melepasnya saat pintu ruangan itu dibuka oleh seorang dokter berambut ikal.


-------


Yunho berjalan cepat dan sedikit berlari kecil memasuki lobi rumah sakit itu.
Pelipisnya berkeringat.
Ia menarik nafas panjang mengingat telepon dari Tiffany beberapa menit yang lalu.

Jaejoong.

Jaejoong kecelakaan.

CKLEK!

Namja tampan itu segera membuka pintu ruangan itu dengan tidak sabar.
Ia terdiam menatap Jaejoong yang tersentak kaget.
Namja cantik itu balas menatap dirinya dengan mata bulatnya yang besar.

Bibir cherry Jaejoong bergetar pelan.
Kedua matanya mulai berkaca-kaca.
Namun ia tetap berusaha memasang wajah datarnya.

  “Kau baik-baik saja?”

Yunho berjalan menghampiri ranjang Jaejoong dan duduk disana.
Menghadap namja cantik yang masih bungkam itu.

Mata musangnya bergerak pelan.
Memandangi wajah Jaejoong yang sangat pucat.

  “BooJae..”

Hati Jaejoong sesak.
Mendengar panggilan manis itu terucap begitu lirih.
Begitu penuh dengan kasih sayang yang tulus di dalamnya.
Yunho mengelus lembut wajah Jaejoong.

Pandangan matanya menyiratkan kekhawatiran yang sangat besar.
Sungguh.
Ia benar mencintai namja cantik ini.

Dan ia sadar.
Keputusannya untuk berpisah dengan Jaejoong beberapa waktu yang lalu, adalah kesalahan terbodoh yang pernah dilakukan olehnya.

Jaejoong menolehkan wajahnya.
Menghindar dari belaian lembut Yunho pada pipinya.
Air matanya menetes begitu saja saat bibir cherrynya terbuka untuk berucap lirih.

  “Kalau waktu itu aku tidak hamil..Apakah..Apakah kau tetap akan bersikap seperti ini, Yun ah?”

  “…”

  “Hiks..Aku sudah tahu apa jawabanmu..Hiks..Bahkan tanpa perlu memberitahuku pun aku sudah tahu..”

GREPP!

DEG!

  “Tidak, kau tidak tahu, Jung Jaejoong..”

Jaejoong tertegun.
Kedua mata beningnya membesar.
Nafasnya tercekat tidak percaya.
Yunho memeluknya dengan erat.
Menenggelamkan hidung mancungnya di bahu Jaejoong.

Tangis Jaejoong semakin tumpah.
Ia meringis seraya mencengkram erat punggung Yunho.

Jung Jaejoong huh?

Kau masih menganggapku sebagai seorang Jung?

  “Aku mencintaimu dengan segenap hatiku, BooJae ah..Aku sangat sangat mencintaimu..Aku..Aku bahkan mencintaimu lebih dari yang kau tahu..”

Hening.
Ruangan itu hanya terisi oleh suara isak tangis Jaejoong yang tersakiti.
Dadanya terasa semakin sesak oleh bisikan termanis yang pernah dilayangkan Yunho kepadanya.
Sungguh.

  “Berikan aku kesempatan, kesempatan untuk kembali berada di sampingmu, melindungimu, bersamamu, setia terhadapmu, dan mendampingimu bahkan setelah anak kita membuka matanya melihat dunia..”

  “..Hiks..”

Yunho melonggarkan pelukannya.
Ia menunduk dan menyatukan tangannya dengan jemari Jaejoong.
Namja cantik itu segera mencengkram tautan jemarinya.
Membuatnya tidak dapat menahan diri untuk tidak tersenyum.

Kemudian Yunho menyeka air mata Jaejoong dengan satu tangannya yang bebas.
Lalu ia mendekatkan wajahnya, mengecup lembut bibir cherry Jaejoong.
Setelah itu ia kembali menunduk.
Mengusap lembut perut mantan kekasihnya dan mengecup hangat bagian itu.
Seolah ingin menyapa anaknya di dalam sana.

Tangis Jaejoong semakin pecah saat Yunho melakukan itu.
Ia tidak berkata apa pun.
Hanya semakin mempererat genggaman tangannya dan Yunho.

DDRRTTT…DDRRRTTT…

Yunho terkejut saat ponselnya bergetar.
Ia segera merogoh saku celananya dan mengambil ponsel itu.

  “Ne Umma? Ah, ne, arasseo”

Namja tampan itu kembali memasukkan ponselnya ke dalam saku.
Ia tersenyum lembut kepada Jaejoong dan mengecup manis dahinya.

  “Aku akan menjemput Umma, ia merindukanmu, sayang”

Jaejoong hanya bungkam.
Tidak sedikit pun ia bersuara, kecuali suara isak tangisnya.

Yunho menghela nafas pelan dan melepaskan tautan tangan mereka dengan sangat hati-hati.
Ia membantu Jaejoong untuk berbaring terlebih dahulu sebelum beranjak keluar ruangan.

CKLEK.

Namja tampan itu menutup pintu kamar rawat Jaejoong dan hendak melangkahkan kakinya.
Namun gerakannya terhenti seketika saat seorang yeoja berambut ikal menahan dirinya.
Seorang yeoja berwajah cantik dengan jas dokternya.

  “Apakah kau kekasihnya?”

Yunho tertegun.
Mata musangnya mengerjap pelan.

  “Ah, ne Uisa, aku suaminya..uhm” Yunho agak berdehem setelah mengucapkan kata ‘suami’.

Dokter cantik itu tersenyum lega.
Well, akhirnya ia bertemu dengan keluarga sah dari Jaejoong hm?

  “Bisakah kau ikut aku sebentar? Ada yang ingin kubicarakan denganmu” Ujarnya.

  “Mengenai Jaejoong?” Sahut Yunho menaikkan alisnya.

  “Ne, dan ini sangat penting”


-------


  “Pelan-pelan, sayang”

  “Aish, kau tahu kan kalau Changmin itu sudah kuanggap seperti saudaraku sendiri?”

  “Tapi kalau seperti ini bisa-bisa kau juga ikut berbaring disampingnya, Jessie”

  “Kau berlebihan, Yon! Aku hanya berjalan sedikit lebih cepat, bukan mengebut di jalanan dengan mobilmu!”

Taecyon tertawa geli mendengarnya.
Ia hanya mengangguk membenarkan.
Namun kemudian ia mengulurkan satu tangannya ke depan dan meraih jemari kekasihnya dengan erat.

Membuat Jessica tersentak dan mengerucutkan bibirnya kesal.
Ia tahu ia harus menurut pada Taecyon sekarang.

  “Changmin kecelakaan, Yon ah!” Erangnya tidak senang.

  “Dan kamarnya hanya beberapa lantai lagi, Jess, ia tidak akan mati kalau kau terlambat, bukankah Fany Nuna bilang ia baik-baik saja?” Jelas Taecyon pelan.

Uh.
Yeoja blonde itu mendadak merapatkan bibir tipisnya.
Ia menundukkan wajahnya dan menggerakkan bola matanya yang indah.

Mendengar nama Unnienya disebut seperti itu membuatnya merasa kalut.
Ia tahu ia telah membentak unnienya kemarin.
Dan ia juga tahu kalau Tiffany sudah merasa cukup bersalah padanya.
Tapi tetap saja..

Aish!

Ia tidak tahu harus bersikap seperti apa!

  “Buka pintunya”

Jessica mendongakkan wajahnya terkejut.
Taecyon tertawa sekali lagi mendapati reaksi menggelikan dari istrinya itu.
Yeoja blonde itu menatap pintu kamar rawat yang ada di hadapannya dan tersadar dari lamunannya.

Mereka sudah sampai.

CKLEK.

Jessica baru saja akan membuka lebar pintu platinum itu.
Namun gerakannya sontak terhenti ketika ia menangkap sosok kakak kandungnya di dalam sana.
Tiffany.
Sedang duduk di pinggir ranjang Changmin seraya menyuapkannya beberapa potongan buah Apel segar.

  “Sayang?”

  “Sshh!”

Oh well.
Ok Taecyon hanya bisa memutar bola matanya seraya mendengus kesal.
Beberapa saat yang lalu Jessicanya terlihat seperti orang yang sangat panik mengenai Changmin.
Dan sekarang ia melarangnya masuk setelah mereka sampai tepat di hadapan pintu kamar Changmin.

Aigoo.

  “Sudah kuduga..” Gumam Jessica pelan.

Yeoja blonde itu hanya diam memperhatikan Changmin dan Tiffany yang sedang tertawa bersama mengenai sebuah lelucon.
Ah, ada perasaan lega melihat Unnienya tertawa lepas seperti itu.
Setidaknya rasa bersalahnya sedikit mereda sekarang.

Dan..

Ia tidak bisa menahan diri untuk menyadari arti dari setiap tatapan Changmin pada Unnienya saat ini.
Jessica sudah menebak dari dulu.
Kalau namja berwajah kekanakan itu memiliki rasa terhadap Unnienya.

  “Yon, kau lihat itu?”

  “Mmm”

  “Apakah kita memikirkan hal yang sama saat ini?”

  “Mmm”

Geez.
Yeoja blonde itu menoleh ke belakang.
Menatap langsung wajah tampan suaminya.

  “Apa yang kau pikirkan?” Tanyanya kesal.

Taecyon menaikkan alisnya.

  “Changmin menyukai Nuna, apa lagi memangnya?” Sahutnya lugu.

Hmp.
Jessica tersenyum puas.
Ia bahkan hampir tertawa sekarang.

  “Changmin ah! Kudengar kau kecelakaan!” Teriaknya seraya membuka lebar pintu itu.

Tiffany dan Changmin tertegun.
Mereka menoleh menatap pintu secara kompak.


-------


  “Apa yang ingin kau bicarakan, Uisa?”

Dokter ber-name tag Park Sooji itu tersenyum kecil.
Ia menghembuskan nafas pendek dan mengambil surat keterangan dari laci mejanya.
Kemudian ia menyerahkan berkas itu kepada Yunho.

  “Aku turut menyesal, Tuan Jung, kecelakaan itu membuatnya terbentur keras pada bagian perut”

DEG.

Mata musang Yunho melebar.
Membaca keterangan yang tercetak jelas dalam surat itu.

  “Istri anda mengalami keguguran, kami sudah mengeluarkan janinnya saat ia tiba kemarin”

Jantung Yunho berdebar kencang.
Jemarinya bergetar hebat.
Bola matanya bergerak gelisah.

Tampak air mata menggenang di pelupuk matanya.

Ia menatap dokter itu.

  “A-Apakah Jaejoong sudah tahu?” Bisiknya lirih.

Park Sooji mengangguk pelan.

  “Aku sudah memberitahunya saat ia sadar”

Tangis Yunho turun tanpa diperintah.
Namja tampan itu merasakan bagian dari hatinya terluka.

Ia terlihat shock.

  [ “Kalau waktu itu aku tidak hamil..Apakah..Apakah kau tetap akan bersikap seperti ini, Yun ah?” ]

  [ “…dan mendampingimu bahkan setelah anak kita membuka matanya melihat dunia..” ]

Jaejoong tidak bersuara saat itu.
Ia merapatkan bibirnya.
Bungkam.
Hanya membiarkan tangisnya memperlihatkan emosinya saat itu.

Yunho meringis.
Jaejoong pasti merasa sangat terluka dengan perkataannya.

  “Istri anda mengalami tekanan yang berlebihan setelah mengetahui bayinya telah tiada, Tuan Jung, kuharap anda bisa membantuku dengan membuatnya lupa akan bayinya, jika tidak, hal itu akan sangat berpengaruh pada psikisnya”

Yunho terdiam.

TBC.

:D

2 komentar:

  1. hohoho....
    yunpa nyesel tuh...
    mian baru bisa komen
    aku belum minta izin buat ngubek2 ni blog
    padahal udah aku ubek2 dari kemaren2...hehehehe

    BalasHapus
  2. Yun sama tiffany harus menderita, kasihan jae mulu yg menderita. Segitu gampangnya yun dan tiffany bahagia kezel

    BalasHapus