Tittle:
JUNG YUNHO’S CHALLENGE—4WALLS EPILOG—
Genre:
YAOI
Author:
Shella Rizal a.k.a Park Sooji
Cast:
Yunjae and other
Length:
ONESHOOT
Rating:
family-romance-posessive-hurt-friendship
WARNING:
BOY x BOY! Yg ga suka YAOI mending cabut aja dari sini, cos author Cinta damai~
*kibar2
kutang Jae umma*
-------
Monday,
Tuesday, it’s raining
Wednesday,
Thursday, even though it continues to rain
Friday,
Saturday, Sunday, sunshine appears from a break in the clouds
Everyday
you’re in my heart
.
.
.
“Lagi?”
Jaejoong mengernyitkan dahinya mendapati
kiriman bunga dan cokelat di ruang tunggunya siang ini.
Oh—tentu saja ia tidak perlu terkejut
kalau itu bukan dari mantan suaminya.
Ini sudah hampir satu bulan setelah
perceraian mereka, dan sampai hari ini pula pria tampan itu mengiriminya bunga
dan cokelat setiap siang.
Awalnya Jaejoong mengira kalau Yunho
mengirimkan benda-benda tersebut untuknya karena merasa bersalah sudah membuat
dirinya dimarahi Heechul habis-habisan setelah konferensi pers beberapa waktu
lalu.
Tapi Yoochun berkata lain, pria itu
bilang Yunho sudah menyadari kebodohannya.
Changmin juga bilang begitu.
Membuat namja cantik itu bertanya-tanya
bingung.
Kebodohan seperti apa sampai membuat
dirinya sampai harus dihujani dengan berbagai hadiah ini eoh?
“Jangan lupa sampaikan ucapan terima kasih untuknya” Tegur Yoochun yang
sedang merapikan kemejanya.
Jaejoong mengangguk, ia menaikkan alis
menatap Yoochun.
“Kau mau ke mana?” Tanya pria cantik itu penasaran.
“Makan siang bersama Changmin dan Kyuhyun, ikut?” Balas Yoochun balik
bertanya.
“Bisa? Aku kan masih ada jadwal”
“Ini masih jam 1, jadwal syutingmu dimulai jam 3 sore”
“IKUT!”
Namja cantik itu segera meraih jaket dan
masker mulutnya, kemudian ia berjalan cepat menyusul Yoochun.
Sudah lama sekali ia tidak memiliki
waktu senggang seperti ini.
“Chun, kita makan Katsudon, ya?”
“Sayangnya seseorang sudah memesan tempat di restoran Italia untuk kita”
“Eoh? Seseorang? Ada tambahan ya? Siapa?”
Yoochun mengangkat bahu.
Ia hanya tersenyum simpul seraya
menggiring Jaejoong untuk masuk ke dalam
mobil.
Pria cantik itu menempelkan dahinya di
jendela, memperhatikan ratusan penggemarnya yang duduk berjejer di pintu masuk
agensi.
“Padahal mereka semua masih pelajar, apa tidak apa-apa terus duduk di
sana?” Gumam aktor cantik itu khawatir.
“Yah, itu sudah menjadi resiko penggemar, kau belum pernah melihat
penggemarnya Changmin dan Kyuhyun, kan?” Ujar Yoochun yang duduk di jok depan.
Jaejoong menggeleng.
Yoochun hanya tertawa.
“Chun, restorannya masih jauh tidak? Aku sudah sangat lapar”
“Tidak jauh dari sini kok, nah, itu dia!”
Namja cantik itu segera memakai
jaketnya.
Menatap kagum bangunan mewah ala Eropa
melalui jendela mobilnya.
Yoochun segera membukakan pintu mobil
bagian Jaejoong setelah ia beranjak turun terlebih dahulu.
Pria cantik itu segera berjalan di
samping manajernya.
Mata besar Jaejoong bergerak-gerak penuh
kagum—memandangi ornamen cantik yang menghiasi gedung mewah tersebut.
“Jae!”
Atensi Jaejoong segera beralih menatap
Changmin yang melambai kepadanya.
Ia tersenyum manis.
Kemudian matanya beralih menatap Kyuhyun
dan—Yunho?
“Jadi yang akan mentraktir kita hari ini mantan suamiku eh?” Gumam
Jaejoong melebarkan senyumnya.
Pria tampan yang sedari tadi tidak
melepaskan pandangannya dari aktor cantik itu tersenyum kecil.
Menahan sesak di dadanya karena Jaejoong
terlihat begitu bersinar hari ini.
Yunho menggertakkan giginya dalam diam.
Sial. Jantungnya tidak bisa diajak
berkompromi!
“Terima kasih untuk bunga dan cokelatnya, Yun, kau tidak perlu melakukan
itu, sebenarnya” Ujar Jaejoong setelah ia duduk di samping Yunho.
Sementara Changmin, Kyuhyun, dan Yoochun
sudah sibuk melihat-lihat isi menu.
“Bagus kalau kau suka” Balas Yunho singkat.
Jaejoong menaikkan alisnya.
Ia meletakkan tangannya di atas tangan
Yunho yang terasa sangat dingin.
“Kau baik-baik saja, Yun?” Bisik Jaejoong khawatir.
DEG!
Darah Yunho berdesir hebat—seperti air keran
yang baru saja dibuka.
Pria tampan itu membalikkan posisi
tangannya menjadi ia yang menggenggam Jaejoong.
Kemudian ia tersenyum manis.
“Gwenchana”
Jaejoong mengangguk.
Ia masih tersenyum—hanya saja sudah
melepaskan tangannya dari tangan Yunho.
Kemudian pria cantik itu menyibukkan
diri dengan buku menu yang dipegang Yoochun.
Namja tampan itu menghembuskan nafas
pelan.
Jantungnya tidak bisa berhenti berdetak
kencang.
Yunho menolehkan pandangannya dan detik
itu juga ia mengutuk dirinya sendiri.
Ketika matanya bertemu pandang dengan
raut wajah Changmin yang sungguh menyebalkan di hadapannya.
Kentara sekali pria berwajah kekanakan
itu sedang meledek Hyungnya melalui raut wajahnya.
“Aku makan carbonara pasta saja”
Gumam Jaejoong kepada sang pelayan.
“Kedengaran lezat, samakan saja untuk semua” Potong Changmin cepat.
Pelayan tersebut mengangguk patuh.
Lalu ia beranjak meninggalkan meja
berisikan 5 pria tampan itu.
“Jadi, bagaimana kabarmu?” Jaejoong membuka suara, memandang Yunho yang
sedang meneguk anggurnya.
“Hampir baik, rumah itu terasa begitu sepi sejak kau pergi” Balas Yunho
tersenyum.
“Oh, Ahra?”
“Keluarga kekasihnya meminta agar mereka melangsungkan pernikahan di
Jepang beberapa waktu yang lalu”
“Jadi? Dia sudah menikah?”
“Ya, kurasa mereka sedang berlibur saat ini”
“Wah, aku ketinggalan banyak informasi ternyata, jadwalku sungguh padat”
“Yang terpenting jangan sampai lupa untuk istirahat”
Jaejoong mengangguk.
Ia menoleh kepada Changmin dan Kyuhyun.
“Kita juga sudah lumayan lama tidak bertemu, ya? Kudengar kalian
bekerjasama untuk lagu baru Kyu”
Changmin mengindikkan bahunya.
“Aku hanya menjadi model untuk music video-nya” Ujar pria berwajah
kekanakan itu.
“Sebenarnya kami berakting berdua, lagu ini—yah, sedikitnya mengambil
kisah nyata” Ucap Kyuhyun tersenyum simpul.
“Oh—aku mengerti. Semoga kalian cepat menikah” Balas Jaejoong tertawa
kecil.
Kelima pria itu saling bercerita satu
sama lain.
Tidak mempedulikan pengunjung lain dan
pegawai restoran yang memandang kagum kepada mereka.
Well, tidak setiap
hari, kan? Bisa mendapatkan sang aktor terkenal, model pro, manajer tampan,
penyanyi internasional, dan seorang direktur muda yang sangat tampan sedang makan
siang bersama seperti saat ini.
Terutama melihat mantan kekasih yang
sempat menghebohkan Asia beberapa waktu lalu itu.
Sayang sekali tempat ini tertutup untuk
publik.
Jadi wartawan atau reporter tidak akan
bisa memuat berita apapun tentang pertemuan kelimanya hari ini.
“Sepertinya aku sudah harus kembali” Ujar Jaejoong melihat jam
tangannya.
Yoochun mengangguk.
Manajer chubby itu sudah berdiri dari
duduknya.
“Aku akan mengambil mobil” Ujarnya.
Changmin dan Kyuhyun ikut berdiri,
kemudian disusul oleh Yunho.
Pria tampan itu hanya diam memperhatikan
Jaejoong dan kedua sahabatnya bercengkrama sesaat sebelum pria cantik itu harus
pergi.
Dan setelah memastikan Jaejoong sudah
selesai dengan Changmin dan Kyuhyun, Yunho segera menarik tangan pria cantik
itu menuju toilet.
Membuat pria cantik itu mengernyitkan
dahinya bingung.
“Ada apa, Yu—Ah!”
Mata besar Jaejoong mengerjap cepat
ketika mereka memasuki pintu toilet dan Yunho segera memeluk erat dirinya.
Pria cantik itu memperhatikan dua pria
lain yang sedang mencuci tangan segera beranjak keluar dari sana meninggalkan
mereka berdua.
Jaejoong mengerutkan dahinya.
Ia mencengkram sisi jas Yunho.
“Yunho—”
“Sebentar saja, Jae, rasanya sudah lama sekali aku tidak melihatmu. Kau
sungguh sibuk, ya?”
“Uhm, iya”
Pria cantik itu hanya bisa merapatkan
bibirnya membiarkan mantan suaminya mempererat pelukan mereka dan menyurukkan
wajah tampannya di leher Jaejoong.
Membuat aktor terkenal itu berjengit
geli saat merasakan Yunho menghirup aroma dirinya di sana.
Sampai beberapa saat kemudian pelukan
itu terlepas.
Jaejoong bisa melihat wajah Yunho yang
terlihat lebih rileks daripada saat mereka makan bersama tadi.
“Ada apa? Sesuatu mengganggumu?” Tanya Jaejoong menaikkan alisnya.
Yunho mengangguk.
Ia menunduk sedikit, mengusap pipi halus
Jaejoong dengan kedua tangannya.
“Aku hanya merindukanmu”
“—Rindu?”
“Ya, rasanya asing tidak melihatmu di sekitarku lagi”
“Tentu saja, kita kan sudah bercerai”
“Jae”
“Iya, Yunho”
“Tidak bisakah kau kembali ke rumah itu?”
DEG.
Namja cantik itu terkejut.
Mata besarnya mengerjap cepat.
Menatap Yunho bingung.
“Aku tidak bohong tentang betapa sepinya rumah itu sekarang, jadi—”
“Kupikir tempat itu memang tidak pernah terasa ramai. Bertahun-tahun
sejak Hyung pergi, tidak pernah ada lagi kehangatan yang tersisa di rumah
itu..”
“Jae”
“Maafkan aku, Yunho. Aku tidak bisa memenuhi permintaanmu”
Yunho tersentak.
Pria tampan itu refleks mencengkram bahu
Jaejoong.
Ia mengerutkan dahinya memandang wajah
cantik Jaejoong.
Sementara pria cantik itu menghela nafas
panjang.
“Kenapa? Apakah karena Siwon—”
“Itu hanya salah satu alasanku, ada banyak alasan lainnya untukku, salah
satunya adalah karena kita memang tidak bisa tinggal bersama lagi. Kita sudah
bercerai, Yunho”
“Kalau begitu menikah lagi saja denganku!”
“Mwo?”
Mata Jaejoong membesar kaget.
Melihat Yunho yang sedang menjilat
bibirnya sendiri.
Pria itu tampak gugup.
“Menikahlah denganku sekali lagi, Kim Jaejoong. Aku bersungguh-sungguh.
Kali ini aku tidak akan pernah membiarkanmu bersedih lagi”
Suara Yunho bergetar.
Ia begitu ingin memukuli dirinya sendiri
saat menyadari di mana mereka sedang berada.
For
god sake, ini
di toilet!
Langkah pertama saja kau sudah gagal,
Jung Yunho! Teriak pria tampan itu di dalam hatinya.
Mata musang Yunho bergerak gugup,
memperhatikan Jaejoong yang terdiam di hadapannya.
Detik berikutnya Jaejoong tersenyum
simpul hingga membuat Yunho takut.
Yunho takut tentu saja, karena—
“Aku tidak bisa, Yunho”
DEG.
Karena Jaejoong akan menolaknya.
Shit.
“K—kenapa? Apakah karena aku tidak melamarmu dengan romantis?” Tuntut
Yunho tercekat.
Suaranya terdengar parau sekarang.
Sial.
Apa ia terlalu terburu-buru?
“Yunho, untuk menikah itu perlu cinta. Kau tahu mengapa pernikahan kita
gagal? Itu karena tidak ada cinta di dalamnya” Ujar Jaejoong lirih.
Yunho mengerutkan dahinya.
Ia menangkup wajah Jaejoong dengan
tangannya yang terasa dingin.
“Kalau begitu kau harus tahu, Jaejoong! Aku mencintaimu! Aku jatuh cinta
kepadamu setelah perceraian kita! Bisa kau bayangkan betapa menderitanya aku?
Aku ingin memilikimu di saat kau tidak lagi menjadi milikku!” Seru Yunho marah.
Jaejoong terkejut.
Mata besarnya bergerak-gerak memandang
sepasang mata musang mantan suaminya yang berkaca-kaca.
Membuatnya merasa bersalah.
Dan detik berikutnya pria cantik itu
menyadari maksud dari perkataan Changmin dan Yoochun.
Inikah kebodohan yang telah Yunho
lakukan?
Mencintainya ketika ikatan mereka telah
terlepas?
“Tapi aku tidak mencintaimu..” Bisik Jaejoong sepelan mungkin.
Seolah takut untuk membuat Yunho terluka
lebih dari ini.
Jaejoong merasakan jantungnya berdebar
takut ketika Yunho mencengkram bahunya begitu erat hingga membuatnya meringis.
Ia bisa melihat kemarahan yang amat
sangat menguar dari dalam diri Yunho.
Pria tampan itu menggertakkan giginya.
Aktor cantik itu memejamkan mata
bulatnya takut kalau-kalau mantan suaminya ini memukulnya seperti yang pernah
pria itu lakukan dulu kepadanya.
Tapi beberapa saat terpejam Jaejoong
merasakan bahunya bebas hingga ia membuka kembali kedua matanya dalam sekejap.
Menatap Yunho yang memunggungi dirinya.
Jaejoong merasa lidahnya kelu.
Ia tidak tahu harus mengucapkan apa
lagi.
Pria cantik itu merasa begitu canggung
hingga rasanya ia ingin tenggelam saja saat ini.
Tapi detik berikutnya ponselnya bergetar
panjang.
Yoochun menelepon.
Dan ia tidak pernah merasa selega ini
sebelumnya.
Pria cantik itu meraih kenop pintu
toilet, melirik Yunho dari bahunya.
“S-Sudah waktunya aku untuk pergi, Yun..” Ujar Jaejoong pelan.
Yunho masih berdiam diri darinya.
Jaejoong menelan salivanya.
Ia membuka pintu toilet dan hendak
beranjak pergi dari sana.
Tapi belum ia menggerakkan kakinya,
suara bariton Yunho yang parau menusuk telinganya hingga membuatnya terkejut.
“Choi Siwon tidak akan pernah kembali, Jae..Jangan pernah lupakan itu”
Jaejoong berbalik, dan air matanya jatuh
begitu saja.
Ia menatap Yunho dengan tatapan yang
tidak bisa diartikan.
Yunho berbalik dan segera berjalan
meninggalkan Jaejoong yang tidak bergerak dari tempatnya.
Pria tampan itu menutup mulutnya dengan
kepalan tangan.
Ia tahu ia sudah keterlaluan, tapi
Jaejoong harus disadarkan.
Bahwa dirinya masih ada di sini.
Ia bernafas dan mencintai pria cantik
itu.
-------
Jaejoong menutup pintu kamar mandi dan
melepas baju handuknya.
Kemudian ia berdiri di hadapan cermin memperhatikan
bahunya.
Memar akibat cengkraman erat Yunho waktu
itu sudah hampir hilang.
Pria cantik itu menghela nafas.
Ia segera memakai piyamanya dan
menjatuhkan diri di atas ranjang.
Memperhatikan langit-langit kamar seraya
mengingat pertemuannya dengan Hyunjoong sore tadi.
Pria tampan itu bilang kalau ia bertemu
dengan Kim Kibum dan membicarakan banyak hal.
Termasuk tentang dirinya.
Ia harus berterima kasih pada pria
bengal itu karena sudah membuat Kibum akhirnya menerima permintaan maafnya.
Amarah yang tersimpan selama
bertahun-tahun akhirnya padam.
Kibum bilang kalau ia merasa
pertemuannya dengan Jaejoong beberapa waktu lalu sudah cukup impas baginya.
Pria berwajah manis itu memutuskan untuk
berdamai dengan hatinya dan menerima kondisinya saat ini.
Lantas, bagaimana denganku? Haruskah
aku—melakukan hal yang sama? Pikir Jaejoong dalam hatinya.
Namja cantik itu menoleh menatap vas
bunga yang ia letakkan di luar jendela.
Ia beranjak bangkit dari ranjang dan
berjalan membuka jendela kamarnya.
Mengambil bunga Lili yang ia letakkan di
dalam sana dan menghirup aroma segar yang masih terasa.
Bunga pemberian Yunho.
Jaejoong mendesah pendek dan menutup
jendela kamarnya setelah ia mengembalikan bunga tersebut.
Kemudian ia meraih ponselnya dan
menghubungi Yoochun.
Meminta satu hari kosong untuknya esok
hari.
.
.
.
Yunho bersidekap.
Memasang wajah dingin memperhatikan pria
yang dicintainya dari kejauhan.
Jaejoong sedang meletakkan karangan
bunga kecil di atas makam Siwon.
Yoochun memberitahunya kalau Jaejoong
akan bertemu dengan Hyungnya hari ini.
Dan ia segera saja mengikuti pria cantik
itu sejak pagi tadi.
Namja tampan itu punya banyak orang yang
mendukung perasaannya akan Jaejoong.
Tapi si tokoh utama itu sendiri
tampaknya butuh banyak dorongan dari berbagai pihak agar ia membuka hatinya.
Mata musang Yunho bergerak pelan,
menatap sosok Jaejoong yang kini duduk di samping Siwon.
Pria cantik itu tidak terlihat melakukan
apapun—bahkan berbicarapun tidak.
Ia hanya duduk diam di sana.
Memeluk lututnya memandangi ukiran nama
Hyungnya di palang nisan.
Dua jam berlalu dan Yunho merasa gerah.
Ingin sekali ia menarik Jaejoong pergi
dari sana.
Tapi ia tidak bisa.
Pria cantik itu akan membencinya kalau
ia melakukan hal itu.
Jadi yang bisa Yunho lakukan saat ini
adalah menambah kesabarannya untuk berdiam diri di dalam mobil.
Namja tampan itu tersentak saat Jaejoong
tiba-tiba beranjak pergi dari sana.
Yunho terus berdiam diri memastikan
Jaejoong sudah benar-benar menjauh dari lokasi pemakaman.
Setelah itu ia beranjak keluar dari
mobil dan berjalan cepat menghampiri Siwon.
Menatap nyalang buket bunga dari
Jaejoong di atas rerumputan tersebut.
“Kau seharusnya tahu diri, Tuan Choi. Bertahun-tahun sudah kau pergi,
setidaknya biarkan Jaejoong lepas darimu sekarang, karena sudah ada aku yang
akan menjaganya” Desis Yunho kesal.
Direktur tampan itu berdecak.
Ia berbalik dan hendak melangkah menuju
mobil mewahnya yang terparkir di ujung jalan.
Namun belum jauh ia melangkah ia
merasakan kepalanya basah.
Yunho mendongak.
Menatap tetesan hujan yang jatuh dengan
cepat.
Dan dalam sekejap hujan tersebut menjadi
deras diiringi suara petir yang menggelegar.
Sial!
Apakah ini karena ia mengasari pria yang
sudah tidak ada itu tadi, eoh?!
.
.
.
“Hatchii~!”
Yunho mengelap hidungnya yang memerah
dengan tissue.
Ia merasakan kepalanya berat dan matanya
berkunang-kunang.
Ini hari terburuk dalam hidupnya.
Sejak dulu ia memang tidak pernah tahan
terhadap hujan.
Namja tampan itu beranjak menuruni
tangga dengan bersin-bersin yang semakin kencang.
Ia menggosok matanya yang gatal dan
berjalan memasuki dapur.
Sesekali pria itu terbatuk dengan
tubuhnya yang menggigil.
Sial sekali mendapati ibunya sedang
keluar kota untuk menenangkan diri di saat ia sedang sakit seperti ini.
CKLEK.
Yunho mengerutkan dahinya.
Ia mendengar suara pintu yang terbuka
dan langkah kaki yang mendekat.
“Umma? Kaukah itu? Hatchii!” Sengau Yunho masih sibuk dengan tissuenya.
Ia bertumpu di konter dapur sekarang.
“Kepalaku sakit sekali, aku benci flu dan aku lapar. Bisa Umma masakkan
sesuatu untukku?” Suara sengau Yunho kembali terdengar.
Pria tampan itu kembali bersin dan
mengerang kesal.
“Yunho, seharusnya kau beristirahat di kamar”
DEG.
Yunho sontak berbalik ketika telinganya
mendengar suara yang sudah tidak asing lagi baginya.
Ia terkejut mendapati sosok Jaejoong
yang berdiri di hadapannya saat ini.
Oh—ia lupa kalau pria cantik itu masih
memegang kunci rumah.
“Changmin memberitahuku kalau kau sakit” Ujar Jaejoong seraya meletakkan
tasnya di atas meja makan.
Pria cantik itu merogoh isi tasnya dan
segera memakai masker mulutnya dengan cepat.
“Aku sudah membawakan bubur buatanku dan obat untukmu, kkaja, aku akan
membantumu kembali ke kamar” Ujar pria cantik itu seraya memeluk Yunho dari
samping.
Pria cantik itu segera berjengit
mendapati tubuh Yunho yang terasa sangat panas.
Yunho tidak melawan.
Ia hanya menyeretkan kakinya pasrah
mengikuti langkah Jaejoong dengan bersin-bersinnya yang tidak hilang.
Namja cantik itu membuka pintu kamar dan
membantu Yunho berbaring di atas ranjang.
Ia menghela nafas di balik masker mulutnya
dan menyetel penghangat ruangan agar suhu cukup untuk Yunho.
“Aku akan mengompresmu dulu, tunggu sebentar, ya?” Ujar pria cantik itu
seraya beranjak meninggalkan ruangan.
Yunho menyahut dengan bersinnya.
Tidak berapa lama kemudian Jaejoong kembali
dengan baskom berisikan air dan handuk kecil berwarna putih.
Ia segera berlutut di pinggir ranjang
dan mencelupkan handuk tersebut, memerasnya, kemudian meletakkan benda basah
tersebut di dahi Yunho.
“Ah!” Keluh Yunho berjengit.
“Ssh, tidak apa-apa, ini akan membantu menurunkan panasmu” Ucap namja
cantik itu lembut.
Yunho menghela nafas.
Ia mengangguk dan memejamkan matanya
yang terasa berat.
“Tidurlah sebentar, aku akan memanaskan bubur dan menyiapkan obatmu”
Namja cantik itu segera beranjak keluar
kamar dan berjalan menuruni tangga.
Ia membuka masker mulutnya dan menghela
nafas panjang.
Keadaan Yunho ternyata lebih parah dari
yang dibayangkan olehnya.
Namja cantik itu hendak beranjak masuk
ke dalam dapur.
Namun kemudian langkahnya terhenti
ketika sesuatu menarik perhatiannya.
Ia berbalik dan berjalan menuju ruang
tengah.
Mata besarnya mengerjap.
Memandang jendela kaca bening yang
seharusnya ada di sana telah tergantikan dengan jendela kaca berwarna hitam
gelap.
Sangat gelap hingga hanya bayangan
dirinya dan pantulan dapur yang terlihat di sana.
Tidak ada lagi pemandangan lapangan dan
danau yang biasanya ia lihat dari sini.
Jaejoong duduk di atas sofa dan
memandangi jendela tersebut.
Mencari-cari bekas masa lalunya yang
tersisa.
Tapi tidak ada.
Ia tidak mendapat apapun.
Karena Yunho sudah menggantinya dengan
yang baru.
Namja cantik itu menoleh dan terkejut
melihat foto pernikahan mereka dulu tergantung di atas televisi.
Ia mencengkram sofa tanpa sadar.
Kenapa Yunho melakukan itu? Mereka sudah
bercerai!
DRRTT...DDRRTT...
Jaejoong tersentak dari lamunannya saat
ponselnya bergetar panjang di dalam sakunya.
Ia segera meraih benda tersebut dan
menaikkan alisnya.
Itu Ummanya.
“Yeoboseyo?”
“Joongie, Umma dengar dari
Changmin kalau Hyungnya sedang sakit, kau ada di mana sekarang?”
“Eoh, aku di rumah—maksudku, rumah kami dulu. Yunho sedang tidur
sekarang”
“Oh—syukurlah. Itu kabar baik,
Umma cukup khawatir karena Keybum tidak bisa merawat Yunho karena ia sedang di
Gwangju”
“Ne, arasseo”
“Rawat Yunho dengan baik, arasseo?
Ia selalu sendirian karena adiknya sibuk dan jauh dari orang tuanya, kalau bisa
kau tidur saja dengannya agar ia cepat sembuh, tertular sedikit tidak apa kok,
hihihi”
“YA! UMMA!”
KLIK.
Jaejoong mengerutkan dahinya.
Ia berdecak.
Apa-apaan itu? Aish.
Namja cantik itu melemparkan ponselnya
ke sofa dan segera berjalan memasuki dapur seperti niat awalnya.
Ia memanaskan bubur untuk Yunho dan
menyiapkan obat beserta segelas air mineral.
Setelah semuanya siap ia kembali memakai
masker mulutnya agar tidak tertular flu Yunho dan membawa nampan tersebut ke
kamar mereka dulu.
“Ireonasseo?” Gumam Jaejoong menaikkan alis mendapati Yunho yang sedang
menatap langit-langit kamar dalam diam.
Pria tampan itu menoleh.
Tersenyum tipis kepada Jaejoong yang
sedang meletakkan nampan yang dibawanya di atas meja nakas.
“Hm, tidur sebentar membuatku merasa sedikit lebih baik. Setidaknya
bersinku berkurang” Ujar Yunho sengau.
Jaejoong balas tersenyum—walau tidak
terlihat dari maskernya.
Ia mengganti kompres Yunho dan
memastikan suhu tubuh namja tampan itu dengan termometer yang juga dibawanya di
dalam nampan.
“Hm, 38 derajat celcius bukan angka yang cukup baik untukmu bergerak
banyak. Kau harus makan bubur sekarang, minum obat, dan kembali tidur” Ujar
Jaejoong cekatan.
Namja tampan itu beringsut duduk
bersandar di kepala ranjang dan mengusap hidungnya dengan tissue.
Membuka mulutnya ketika Jaejoong
menyuapkan sesendok bubur abalon yang masih hangat itu.
“Enak” Gumam Yunho dalam kunyahannya.
Jaejoong kembali tersenyum.
Ia terus menyuapi Yunho hingga mangkuk
bubur itu kosong dan memberikan dua butir obat untuk Yunho.
“Seharusnya aku tidak pernah membuatmu membuang-buang makanan” Ujar
Yunho setelah ia meminum obatnya.
“Sudahlah, Yun” Balas Jaejoong seraya membantu Yunho untuk kembali
berbaring.
Rasanya seperti ditarik jatuh
mendadak—Jaejoong membulatkan matanya kaget ketika Yunho menarik tangannya dan
mencium bibir Jaejoong dari balik maskernya.
Jaejoong tidak berkutik.
Ia masih tidak percaya dengan apa yang
dilakukan Yunho saat ini.
Mata musang Yunho terpejam—dan Jaejoong
melihatnya dengan sangat jelas.
Ia bisa merasakan nafas Yunho yang
hangat di maskernya hingga membuat bibirnya terasa lembab.
Jaejoong tidak yakin apakah ia bernafas
ketika pria tampan itu—entah bagaimana—menggigit bibir bawahnya dari luar
masker dan menariknya erat.
DEG
DEG DEG.
Demi Tuhan—Yunho benar-benar gila!
Jaejoong tidak pernah lagi merasakan
debaran kekagetan sejenis ini sejak bertahun-tahun yang lalu!
Dan pria itu baru saja melakukannya!
Yunho menjauhkan wajahnya.
Tersenyum tipis mendapati bagian lembab
dari masker mulut mantan istrinya.
Namja tampan itu menarik turun masker
Jaejoong dan menyentuhkan bibirnya yang hangat dengan bibir Jaejoong yang
lembab.
Ia membuka mulutnya dan melumat bibir
Jaejoong dengan intens—nyaris seperti tidak ada hari esok untuk memakan bibir
mantan istrinya.
Jaejoong terkejut saat lidah panas Yunho
sudah menyapa lidahnya dan menariknya sedikit keluar hingga namja tampan itu
bisa membuka mulutnya lebih lebar untuk menghisap lidah Jaejoong dengan kuat
hingga Jaejoong refleks mencengkram bahu Yunho.
Tautan mulut mereka terlepas menyisakan
benang-benang saliva yang segera dibersihkan Yunho dengan cepat.
Pria tampan itu tersenyum tipis.
Kemudian ia kembali berbaring dan
memejamkan mata musangnya seolah tidak terjadi apapun.
Tidak mengacuhkan Jaejoong yang membeku
dengan wajahnya yang memerah tomat.
Pria cantik itu bergetar.
Ia mengulurkan tangannya menyentuh dada
kirinya dengan sedikit menekan.
Ya Tuhan—apakah itu jantungnya?
Kenapa terasa seperti sesuatu yang
berdetak sangat kencang seolah ingin keluar dari tempatnya?
DEG!
Jaejoong kembali terkejut saat Yunho
menggenggam tangannya yang bebas.
Ia menunduk.
Menatap wajah tampan yang masih terpejam
itu.
“Tidurlah di sampingku, kau juga harus istirahat” Gumam pria tampan itu
sedikit serak.
Alis Jaejoong mengernyit.
Tapi ia tidak menolak.
Pria cantik itu beringsut menaiki
ranjang dan segera berbaring di samping Yunho.
Ia masih menahan dada kirinya yang
berdegup cepat dan memiringkan tubuhnya membelakangi Yunho.
Mata Jaejoong refleks terpejam erat saat
pria tampan itu memeluknya dari belakang.
Panas yang menguar dari tubuh dan nafas
Yunho justru membuatnya semakin tidak karuan.
“Yu—Yunho..Kompresmu..” Bisik Jaejoong seakan tidak bersuara.
Pria tampan itu mengecup lembut tengkuk
Jaejoong hingga namja cantik itu berjengit kaget.
“Tidak apa..Biarkan saja..” Balas Yunho serak.
Tangan Jaejoong mencengkram bantal tanpa
sadar.
Ia tidak tahu harus bersikap seperti
apa.
Hingga pada akhirnya ia memaksakan
dirinya untuk terpejam dan tenggelam dalam tidur.
.
.
.
“Hatchii~! Hatchii~!”
Sepasang mata musang itu terbuka dengan
dahi yang mengernyit.
Pria tampan itu terkejut mendapati sosok
cantik mantan istrinya yang sedang duduk bersandar di kepala ranjang di
sampingnya.
Yunho refleks ikut duduk dan memandang
Jaejoong yang sedang sibuk dengan tissue-tissuenya.
“Ja—Jae?” Panggil Yunho ragu.
“Oh! Akhirnya kau bangun juga! Hatchii~! Terima kasih sudah menularkan
flumu kepadaku!” Gerutu Jaejoong kembali bersin.
Yunho terdiam.
Ia menaikkan alisnya.
“Menularkan?”
“Apa? Jangan bilang kau lupa, Jung Yunho!”
“Tapi aku—yang aku tahu aku sakit kemarin—lalu—”
“Lalu apa?! Hatchii~!”
“Uh—kau datang dan aku tidur?”
BUKK!
Yunho terkejut ketika pria cantik itu
melemparinya dengan bantal.
Jaejoong tampak kacau dengan hidungnya
yang merah.
Namja tampan itu mengerutkan dahinya.
Kemudian ia melihat bibir Jaejoong yang
bengkak.
Oh—
Pria tampan itu tersenyum ragu.
“Kita berciuman sampai kau tertular, ya?”
BUKK!
“Bodoh! Hatchii~!”
Mata musang Yunho mengerjap cepat
melihat reaksi Jaejoong yang berlebihan.
Kentara sekali pria cantik itu malu
dengannya.
Ia bisa melihat kini rona merah sudah
menyebar di wajah aktor terkenal itu.
Yunho beringsut dari ranjang.
Membuat Jaejoong menatapnya bingung.
“Aku akan membuat roti bakar dan mengambilkan obat untukmu”
“Kenapa jadi terbalik?”
“Karena kau yang sakit sekarang”
Jaejoong mendengus.
Menatap Yunho yang sudah menghilang dari
dalam kamar.
Pria tampan itu merasakan kepalanya
masih pusing.
Tapi tidak separah kemarin.
Ia melangkahkan kaki menuruni tangga dan
tidak sengaja mendapati ponsel Jaejoong yang sedang bergetar-getar panjang di
atas sofa.
Namja tampan itu menaikkan alisnya.
Ia melihat nama Yoochun tertulis di
sana.
Pria tampan itu tersenyum licik.
Ia mencabut baterai ponsel Jaejoong dan
segera mengunci pintu rumahnya.
Kemudian ia kembali menuju dapur dan
menyiapkan sarapan serta obat untuk mereka berdua.
“Hatchii~!”
Jaejoong masih saja bersin saat Yunho
sudah kembali dengan senampan roti bakar hangat bersama obat.
Pria cantik itu beringsut menuju pinggir
ranjang dan mengambil air mineral hangat yang Yunho sediakan untuknya.
“Uhm—enak sekali” Gumam namja cantik itu setelah ia mengunyah roti
bakarnya.
Yunho tersenyum tipis.
Ia duduk di samping Jaejoong dan
merapikan poni Jaejoong yang menutupi wajah pria cantik itu.
Jaejoong tidak protes saat Yunho sudah
menjepit rambutnya ke belakang dengan jepitan miliknya yang masih Yunho simpan
di meja.
“Hari ini tidak usah bekerja, ya? Kau masih sakit” Ujar namja tampan itu
mengusap pipi Jaejoong.
“Aku juga tidak sanggup bekerja dengan kondisi seperti ini” Keluh namja
cantik itu meminum obatnya.
Jaejoong merebahkan dirinya kembali di
atas bantal setelah menyelesaikan sarapannya.
Namja cantik itu baru saja akan
memejamkan matanya kembali kalau saja ia tidak menyadari Yunho yang menaiki
tubuhnya.
“Y-Yah! Apa yang—”
Jaejoong tercekat ketika ia menyadari
bahwa pria tampan itu kini sudah sepenuhnya menindih dirinya.
Ia bisa merasakan wajahnya panas, karena
selama ini tidak pernah ada yang melihat wajahnya dalam kondisi terparah
seperti saat ini.
Mata besar Jaejoong mengamati Yunho
dengan rambutnya yang berantakan.
Pria itu terlihat ratusan kali lipat
lebih tampan dengan penampilan seperti ini.
Dan Jaejoong berani bertaruh kalau tidak
ada juga yang pernah melihat Yunho dalam keadaan seperti ini selain dirinya.
Entah mengapa Jaejoong merasa senang
akan pemikirannya tersebut.
“Apa kau sudah memikirkannya?” Tanya Yunho nyaris berbisik.
Dahi Jaejoong mengernyit.
Sejujurnya ia tidak bisa mencerna dengan
baik maksud Yunho saat ini.
Pikirannya kacau—yang ada di kepalanya
hanya bagaimana intimnya mereka saat ini ditambah dengan angin yang masuk dari
jendela kamar yang terbuka membuat rambut Yunho bergoyang pelan.
UH—ia dan Yunho tidak pernah sekalipun
berada dalam posisi seperti ini dimulai sejak pertama kali mereka bertemu, lalu
masa pernikahan mereka yang sungguh singkat, dan sampai detik ini.
Apa yang harus ia lakukan?!
“Jae”
DEG.
Jaejoong tersentak kaget saat bibir
Yunho sudah berada di rahangnya.
Ia bisa merasakan nafas Yunho yang
hangat.
Ya Tuhan—
“A-Apa tadi?” Gumam Jaejoong mengernyitkan dahinya.
Yunho mengangkat wajahnya.
Menatap mata besar Jaejoong dengan mata
musangnya yang tajam.
“Tentang kita Jae, apakah kau sudah memutuskan?”
“Yunho, aku—”
“Aku sudah memberitahumu untuk melepaskan Hyungmu, kan?”
“...”
“Kita bisa menjual rumah ini dan pindah ke tempat lain kalau itu
diperlukan untuk membuatmu melupakan Siwon”
Yunho bisa melihat Jaejoong yang
mengerutkan hidungnya yang merah.
Dan detik berikutnya mata bulat itu
tampak berkaca-kaca.
Sial.
Apa ia terlihat seperti orang jahat
sekarang?
Yunho segera bangun dari posisinya.
Ia duduk di pinggir ranjang dan mengusap
wajahnya.
Membelakangi Jaejoong yang masih tidak
bergerak dari baringnya.
“Apakah cukup sulit untukmu? Apakah sesulit itu membiarkan dirimu
melepaskan yang sudah pergi dan menerima yang jelas-jelas ada di sini di
hadapanmu, Jae?” Ujar Yunho nyaris putus asa.
Pria tampan itu menghela nafas panjang.
Ia baru saja akan beranjak dari
posisinya, namun Jaejoong sudah lebih dulu duduk di belakangnya dan memeluk
erat dirinya.
Yunho terkejut.
Ia ingin menoleh—tapi mungkin lebih baik
agar dirinya tetap seperti ini saja.
“Maafkan aku. Hyungie sudah cukup lama menemani hari-hariku dulu. Ia
selalu ada di sisiku kapanpun aku membutuhkannya”
“Aku juga bisa melakukannya! Aku bahkan bisa melakukan lebih! Kau hanya
perlu membuka hatimu, Jae!”
“Aku juga mempertanyakan hal yang sama padanya dua hari yang lalu, tapi
ia tidak menjawab, aku tidak mendengar jawaban apapun”
Yunho tertegun.
Ingatannya kembali di hari ia basah
kuyup karena hujan.
“Tentu saja ia tidak bisa menjawab. Ia sudah tidak ada. Tapi aku—aku
bisa menjawabnya, Kim Jaejoong”
Namja cantik itu melepaskan pelukannya
ketika Yunho berbalik untuk berhadapan dengan dirinya.
Mata besarnya bergerak pelan, menatap
langsung sepasang mata musang yang tajam itu.
“Lalu—Apa jawabanmu?”
“Setiap hari berganti minggu, minggu berganti bulan, bulan berganti
tahun, dan tahun terus bergulir, aku berjanji aku tidak akan pernah
melepaskanmu seperti yang Hyungmu lakukan di masa lalu. Tidak akan ada lagi
rasa sakit dan air mata, hanya kau dan aku, hanya kita berdua, Jae”
“Itu sebuah janji yang sangat sulit untuk ditepati, iya kan?”
“Sesulit apapun itu selama janjiku atas namamu itu semua tidak masalah,
aku akan terus berusaha untuk membuatmu bahagia selamanya”
“...”
“Kita berdua adalah orang yang pernah ditinggalkan, Jae..Dan kita tahu sesakit
apa rasanya menjadi pihak yang patah hati..Bukankah seharusnya kita bisa lebih
saling menjaga karena pernah mengalami hal yang sama eoh?”
Yunho tersenyum tipis memandang air mata
Jaejoong yang menetes jatuh.
Ia mengulurkan tangannya mengusap pipi
basah pria cantik itu.
“Tapi ini tidak adil—karena hanya kau yang merasakan cinta”
“Kau pikir aku akan diam saja? Aku akan membuatmu jatuh cinta kepadaku!
Lebih dalam dari yang pernah si Choi Siwon itu lakukan terhadapmu!”
“Kenapa kau begitu percaya diri, eoh? Menyebalkan sekali!”
Air mata Jaejoong semakin banyak.
Bahkan suaranya mulai serak sekarang.
Tapi Yunho malah semakin melebarkan
senyumannya.
Membuat pria cantik itu mengerutkan
dahinya.
Mata basah Jaejoong membulat kaget
ketika tiba-tiba namja tampan itu mendekatkan wajah mereka berdua hingga bibir
keduanya nyaris bersentuhan.
“Karena hanya dengan begini saja kau sudah bergetar” Bisik Yunho
tersenyum penuh kemenangan.
Jaejoong berjengit saat pria tampan itu
menyentuh dada kirinya.
“Dan jantungmu berdebar begitu kencang—padahal bibir kita hanya
bersentuhan seperti ini” Sambung pria tampan itu seraya meremas apa yang
disentuhnya.
“Ah!” Seru Jaejoong kaget.
Ia refleks mendorong Yunho dengan kedua
tangannya.
Wajahnya merona hebat.
Pria cantik itu meringis.
“Hatchii~!”
Yunho tertawa.
Melihat Jaejoong yang mengerutkan
hidungnya dengan tissue.
Namja cantik itu lucu sekali—pikirnya.
Direktur tampan itu kembali mendekati
Jaejoong dan mencuri satu kecupan di bibir ranum namja cantik itu.
Kemudian ia tersenyum miring.
“Jadi bagaimana? Kita menikah lagi, ya?”
Jaejoong mengerutkan dahinya malu.
Ia mengalihkan wajahnya ke jendela.
Baiklah. Mungkin ini adalah saatnya ia
berdamai dengan masa lalu dan melupakan yang dulu.
“Ne, ayo kita menikah lagi” Angguk Jaejoong yakin.
Yunho berseru senang, pria tampan itu
segera membungkus Jaejoong dengan pelukannya hingga mereka terjatuh di atas
bantal.
“Aku tidak akan pernah mengecewakanmu, aku berjanji” Ujar namja tampan
itu dengan senyuman bahagianya.
Karena
pada akhirnya hati yang penuh dengan keyakinan akan berhasil mengetuk hati yang
telah tertutup rapat untuk terbuka dan menerima dengan senyuman.
END.
Cieeee.. yang balikkan cieeeee ehem :v
BalasHapusGomawo kak shell udah buat squel nya :D bagus banget aku sukaa :D
Naah happy end jg kan,arigatou sequelnyaa
BalasHapusShella ngga pernah ngecewain, yunjae always happy ending! Ditunggu update story yg lain, semangat!!
BalasHapusBuahahahaha si yunho parah dah jatuh cinta nya wkwkwk
BalasHapusSweettttt...... Bisa2 kena diabetes klaw liatin tingkah mreka trus 😍
BalasHapusini sequel ff yg mana kak?
BalasHapus4 walls :D
Hapuswohoho, tadi finish baca 4 walls. asli lah, jae beneeran ga jatuh cinta ma yun di 4 walls.
Hapuskeren2
yeah yunjae bersatu,terimskasih authornim,ceritamu selalu memuaskan
BalasHapusyeeahhh terimakasih
BalasHapuskan bener kalo yunjae ga bersatu tu kurang makknyuusss
Nah kn akhirnya perjuangan Yunho ga sia2.
BalasHapusOmongan emaknya JJ terwujud, YunJae beebagi virus flu
ka sella kapan update lagi? kangen.
BalasHapus