This zone is only YunJae Fanfictions and this is our world

Kamis, 24 Maret 2016

FF/YAOI/YUNJAE/ONESHOOT/JUNG YUNHO’S CHALLENGE



Tittle: JUNG YUNHO’S CHALLENGE—4WALLS EPILOG—

Genre: YAOI

Author: Shella Rizal a.k.a Park Sooji

Cast: Yunjae and other

Length: ONESHOOT

Rating: family-romance-posessive-hurt-friendship

WARNING: BOY x BOY! Yg ga suka YAOI mending cabut aja dari sini, cos author Cinta damai~
*kibar2 kutang Jae umma*


-------


Monday, Tuesday, it’s raining
Wednesday, Thursday, even though it continues to rain
Friday, Saturday, Sunday, sunshine appears from a break in the clouds

Everyday you’re in my heart
.
.
.
  “Lagi?”

Jaejoong mengernyitkan dahinya mendapati kiriman bunga dan cokelat di ruang tunggunya siang ini.
Oh—tentu saja ia tidak perlu terkejut kalau itu bukan dari mantan suaminya.
Ini sudah hampir satu bulan setelah perceraian mereka, dan sampai hari ini pula pria tampan itu mengiriminya bunga dan cokelat setiap siang.
Awalnya Jaejoong mengira kalau Yunho mengirimkan benda-benda tersebut untuknya karena merasa bersalah sudah membuat dirinya dimarahi Heechul habis-habisan setelah konferensi pers beberapa waktu lalu.

Tapi Yoochun berkata lain, pria itu bilang Yunho sudah menyadari kebodohannya.
Changmin juga bilang begitu.
Membuat namja cantik itu bertanya-tanya bingung.
Kebodohan seperti apa sampai membuat dirinya sampai harus dihujani dengan berbagai hadiah ini eoh?

  “Jangan lupa sampaikan ucapan terima kasih untuknya” Tegur Yoochun yang sedang merapikan kemejanya.

Jaejoong mengangguk, ia menaikkan alis menatap Yoochun.


  “Kau mau ke mana?” Tanya pria cantik itu penasaran.

  “Makan siang bersama Changmin dan Kyuhyun, ikut?” Balas Yoochun balik bertanya.

  “Bisa? Aku kan masih ada jadwal”

  “Ini masih jam 1, jadwal syutingmu dimulai jam 3 sore”

  “IKUT!”

Namja cantik itu segera meraih jaket dan masker mulutnya, kemudian ia berjalan cepat menyusul Yoochun.
Sudah lama sekali ia tidak memiliki waktu senggang seperti ini.

  “Chun, kita makan Katsudon, ya?”

  “Sayangnya seseorang sudah memesan tempat di restoran Italia untuk kita”

  “Eoh? Seseorang? Ada tambahan ya? Siapa?”

Yoochun mengangkat bahu.
Ia hanya tersenyum simpul seraya menggiring Jaejoong untuk masuk  ke dalam mobil.
Pria cantik itu menempelkan dahinya di jendela, memperhatikan ratusan penggemarnya yang duduk berjejer di pintu masuk agensi.

  “Padahal mereka semua masih pelajar, apa tidak apa-apa terus duduk di sana?” Gumam aktor cantik itu khawatir.

  “Yah, itu sudah menjadi resiko penggemar, kau belum pernah melihat penggemarnya Changmin dan Kyuhyun, kan?” Ujar Yoochun yang duduk di jok depan.

Jaejoong menggeleng.
Yoochun hanya tertawa.

  “Chun, restorannya masih jauh tidak? Aku sudah sangat lapar”

  “Tidak jauh dari sini kok, nah, itu dia!”

Namja cantik itu segera memakai jaketnya.
Menatap kagum bangunan mewah ala Eropa melalui jendela mobilnya.
Yoochun segera membukakan pintu mobil bagian Jaejoong setelah ia beranjak turun terlebih dahulu.
Pria cantik itu segera berjalan di samping manajernya.

Mata besar Jaejoong bergerak-gerak penuh kagum—memandangi ornamen cantik yang menghiasi gedung mewah tersebut.

  “Jae!”

Atensi Jaejoong segera beralih menatap Changmin yang melambai kepadanya.
Ia tersenyum manis.
Kemudian matanya beralih menatap Kyuhyun dan—Yunho?

  “Jadi yang akan mentraktir kita hari ini mantan suamiku eh?” Gumam Jaejoong melebarkan senyumnya.

Pria tampan yang sedari tadi tidak melepaskan pandangannya dari aktor cantik itu tersenyum kecil.
Menahan sesak di dadanya karena Jaejoong terlihat begitu bersinar hari ini.
Yunho menggertakkan giginya dalam diam.
Sial. Jantungnya tidak bisa diajak berkompromi!

  “Terima kasih untuk bunga dan cokelatnya, Yun, kau tidak perlu melakukan itu, sebenarnya” Ujar Jaejoong setelah ia duduk di samping Yunho.

Sementara Changmin, Kyuhyun, dan Yoochun sudah sibuk melihat-lihat isi menu.

  “Bagus kalau kau suka” Balas Yunho singkat.

Jaejoong menaikkan alisnya.
Ia meletakkan tangannya di atas tangan Yunho yang terasa sangat dingin.

  “Kau baik-baik saja, Yun?” Bisik Jaejoong khawatir.

DEG!

Darah Yunho berdesir hebat—seperti air keran yang baru saja dibuka.
Pria tampan itu membalikkan posisi tangannya menjadi ia yang menggenggam Jaejoong.
Kemudian ia tersenyum manis.

  “Gwenchana”

Jaejoong mengangguk.
Ia masih tersenyum—hanya saja sudah melepaskan tangannya dari tangan Yunho.
Kemudian pria cantik itu menyibukkan diri dengan buku menu yang dipegang Yoochun.
Namja tampan itu menghembuskan nafas pelan.
Jantungnya tidak bisa berhenti berdetak kencang.
Yunho menolehkan pandangannya dan detik itu juga ia mengutuk dirinya sendiri.
Ketika matanya bertemu pandang dengan raut wajah Changmin yang sungguh menyebalkan di hadapannya.

Kentara sekali pria berwajah kekanakan itu sedang meledek Hyungnya melalui raut wajahnya.

  “Aku makan carbonara pasta saja” Gumam Jaejoong kepada sang pelayan.

  “Kedengaran lezat, samakan saja untuk semua” Potong Changmin cepat.

Pelayan tersebut mengangguk patuh.
Lalu ia beranjak meninggalkan meja berisikan 5 pria tampan itu.

  “Jadi, bagaimana kabarmu?” Jaejoong membuka suara, memandang Yunho yang sedang meneguk anggurnya.

  “Hampir baik, rumah itu terasa begitu sepi sejak kau pergi” Balas Yunho tersenyum.

  “Oh, Ahra?”

  “Keluarga kekasihnya meminta agar mereka melangsungkan pernikahan di Jepang beberapa waktu yang lalu”

  “Jadi? Dia sudah menikah?”

  “Ya, kurasa mereka sedang berlibur saat ini”

  “Wah, aku ketinggalan banyak informasi ternyata, jadwalku sungguh padat”

  “Yang terpenting jangan sampai lupa untuk istirahat”

Jaejoong mengangguk.
Ia menoleh kepada Changmin dan Kyuhyun.

  “Kita juga sudah lumayan lama tidak bertemu, ya? Kudengar kalian bekerjasama untuk lagu baru Kyu”

Changmin mengindikkan bahunya.

  “Aku hanya menjadi model untuk music video-nya” Ujar pria berwajah kekanakan itu.

  “Sebenarnya kami berakting berdua, lagu ini—yah, sedikitnya mengambil kisah nyata” Ucap Kyuhyun tersenyum simpul.

  “Oh—aku mengerti. Semoga kalian cepat menikah” Balas Jaejoong tertawa kecil.

Kelima pria itu saling bercerita satu sama lain.
Tidak mempedulikan pengunjung lain dan pegawai restoran yang memandang kagum kepada mereka.
Well, tidak setiap hari, kan? Bisa mendapatkan sang aktor terkenal, model pro, manajer tampan, penyanyi internasional, dan seorang direktur muda yang sangat tampan sedang makan siang bersama seperti saat ini.
Terutama melihat mantan kekasih yang sempat menghebohkan Asia beberapa waktu lalu itu.

Sayang sekali tempat ini tertutup untuk publik.

Jadi wartawan atau reporter tidak akan bisa memuat berita apapun tentang pertemuan kelimanya hari ini.

  “Sepertinya aku sudah harus kembali” Ujar Jaejoong melihat jam tangannya.

Yoochun mengangguk.
Manajer chubby itu sudah berdiri dari duduknya.

  “Aku akan mengambil mobil” Ujarnya.

Changmin dan Kyuhyun ikut berdiri, kemudian disusul oleh Yunho.
Pria tampan itu hanya diam memperhatikan Jaejoong dan kedua sahabatnya bercengkrama sesaat sebelum pria cantik itu harus pergi.
Dan setelah memastikan Jaejoong sudah selesai dengan Changmin dan Kyuhyun, Yunho segera menarik tangan pria cantik itu menuju toilet.

Membuat pria cantik itu mengernyitkan dahinya bingung.

  “Ada apa, Yu—Ah!”

Mata besar Jaejoong mengerjap cepat ketika mereka memasuki pintu toilet dan Yunho segera memeluk erat dirinya.
Pria cantik itu memperhatikan dua pria lain yang sedang mencuci tangan segera beranjak keluar dari sana meninggalkan mereka berdua.
Jaejoong mengerutkan dahinya.

Ia mencengkram sisi jas Yunho.

  “Yunho—”

  “Sebentar saja, Jae, rasanya sudah lama sekali aku tidak melihatmu. Kau sungguh sibuk, ya?”

  “Uhm, iya”

Pria cantik itu hanya bisa merapatkan bibirnya membiarkan mantan suaminya mempererat pelukan mereka dan menyurukkan wajah tampannya di leher Jaejoong.
Membuat aktor terkenal itu berjengit geli saat merasakan Yunho menghirup aroma dirinya di sana.
Sampai beberapa saat kemudian pelukan itu terlepas.

Jaejoong bisa melihat wajah Yunho yang terlihat lebih rileks daripada saat mereka makan bersama tadi.

  “Ada apa? Sesuatu mengganggumu?” Tanya Jaejoong menaikkan alisnya.

Yunho mengangguk.
Ia menunduk sedikit, mengusap pipi halus Jaejoong dengan kedua tangannya.

  “Aku hanya merindukanmu”

  “—Rindu?”

  “Ya, rasanya asing tidak melihatmu di sekitarku lagi”

  “Tentu saja, kita kan sudah bercerai”

  “Jae”

  “Iya, Yunho”

  “Tidak bisakah kau kembali ke rumah itu?”

DEG.

Namja cantik itu terkejut.
Mata besarnya mengerjap cepat.
Menatap Yunho bingung.

  “Aku tidak bohong tentang betapa sepinya rumah itu sekarang, jadi—”

  “Kupikir tempat itu memang tidak pernah terasa ramai. Bertahun-tahun sejak Hyung pergi, tidak pernah ada lagi kehangatan yang tersisa di rumah itu..”

  “Jae”

  “Maafkan aku, Yunho. Aku tidak bisa memenuhi permintaanmu”

Yunho tersentak.
Pria tampan itu refleks mencengkram bahu Jaejoong.
Ia mengerutkan dahinya memandang wajah cantik Jaejoong.
Sementara pria cantik itu menghela nafas panjang.

  “Kenapa? Apakah karena Siwon—”

  “Itu hanya salah satu alasanku, ada banyak alasan lainnya untukku, salah satunya adalah karena kita memang tidak bisa tinggal bersama lagi. Kita sudah bercerai, Yunho”

  “Kalau begitu menikah lagi saja denganku!”

  “Mwo?”

Mata Jaejoong membesar kaget.
Melihat Yunho yang sedang menjilat bibirnya sendiri.
Pria itu tampak gugup.

  “Menikahlah denganku sekali lagi, Kim Jaejoong. Aku bersungguh-sungguh. Kali ini aku tidak akan pernah membiarkanmu bersedih lagi”

Suara Yunho bergetar.
Ia begitu ingin memukuli dirinya sendiri saat menyadari di mana mereka sedang berada.
For god sake, ini di toilet!
Langkah pertama saja kau sudah gagal, Jung Yunho! Teriak pria tampan itu di dalam hatinya.

Mata musang Yunho bergerak gugup, memperhatikan Jaejoong yang terdiam di hadapannya.
Detik berikutnya Jaejoong tersenyum simpul hingga membuat Yunho takut.
Yunho takut tentu saja, karena—

  “Aku tidak bisa, Yunho”

DEG.

Karena Jaejoong akan menolaknya.
Shit.

  “K—kenapa? Apakah karena aku tidak melamarmu dengan romantis?” Tuntut Yunho tercekat.

Suaranya terdengar parau sekarang.
Sial.
Apa ia terlalu terburu-buru?

  “Yunho, untuk menikah itu perlu cinta. Kau tahu mengapa pernikahan kita gagal? Itu karena tidak ada cinta di dalamnya” Ujar Jaejoong lirih.

Yunho mengerutkan dahinya.
Ia menangkup wajah Jaejoong dengan tangannya yang terasa dingin.

  “Kalau begitu kau harus tahu, Jaejoong! Aku mencintaimu! Aku jatuh cinta kepadamu setelah perceraian kita! Bisa kau bayangkan betapa menderitanya aku? Aku ingin memilikimu di saat kau tidak lagi menjadi milikku!” Seru Yunho marah.

Jaejoong terkejut.
Mata besarnya bergerak-gerak memandang sepasang mata musang mantan suaminya yang berkaca-kaca.
Membuatnya merasa bersalah.
Dan detik berikutnya pria cantik itu menyadari maksud dari perkataan Changmin dan Yoochun.

Inikah kebodohan yang telah Yunho lakukan?
Mencintainya ketika ikatan mereka telah terlepas?

  “Tapi aku tidak mencintaimu..” Bisik Jaejoong sepelan mungkin.

Seolah takut untuk membuat Yunho terluka lebih dari ini.
Jaejoong merasakan jantungnya berdebar takut ketika Yunho mencengkram bahunya begitu erat hingga membuatnya meringis.
Ia bisa melihat kemarahan yang amat sangat menguar dari dalam diri Yunho.
Pria tampan itu menggertakkan giginya.

Aktor cantik itu memejamkan mata bulatnya takut kalau-kalau mantan suaminya ini memukulnya seperti yang pernah pria itu lakukan dulu kepadanya.
Tapi beberapa saat terpejam Jaejoong merasakan bahunya bebas hingga ia membuka kembali kedua matanya dalam sekejap.
Menatap Yunho yang memunggungi dirinya.

Jaejoong merasa lidahnya kelu.
Ia tidak tahu harus mengucapkan apa lagi.
Pria cantik itu merasa begitu canggung hingga rasanya ia ingin tenggelam saja saat ini.
Tapi detik berikutnya ponselnya bergetar panjang.

Yoochun menelepon.

Dan ia tidak pernah merasa selega ini sebelumnya.
Pria cantik itu meraih kenop pintu toilet, melirik Yunho dari bahunya.

  “S-Sudah waktunya aku untuk pergi, Yun..” Ujar Jaejoong pelan.

Yunho masih berdiam diri darinya.
Jaejoong menelan salivanya.
Ia membuka pintu toilet dan hendak beranjak pergi dari sana.
Tapi belum ia menggerakkan kakinya, suara bariton Yunho yang parau menusuk telinganya hingga membuatnya terkejut.

  “Choi Siwon tidak akan pernah kembali, Jae..Jangan pernah lupakan itu”

Jaejoong berbalik, dan air matanya jatuh begitu saja.
Ia menatap Yunho dengan tatapan yang tidak bisa diartikan.
Yunho berbalik dan segera berjalan meninggalkan Jaejoong yang tidak bergerak dari tempatnya.
Pria tampan itu menutup mulutnya dengan kepalan tangan.
Ia tahu ia sudah keterlaluan, tapi Jaejoong harus disadarkan.

Bahwa dirinya masih ada di sini.
Ia bernafas dan mencintai pria cantik itu.


-------


Jaejoong menutup pintu kamar mandi dan melepas baju handuknya.
Kemudian ia berdiri di hadapan cermin memperhatikan bahunya.
Memar akibat cengkraman erat Yunho waktu itu sudah hampir hilang.
Pria cantik itu menghela nafas.
Ia segera memakai piyamanya dan menjatuhkan diri di atas ranjang.

Memperhatikan langit-langit kamar seraya mengingat pertemuannya dengan Hyunjoong sore tadi.
Pria tampan itu bilang kalau ia bertemu dengan Kim Kibum dan membicarakan banyak hal.
Termasuk tentang dirinya.

Ia harus berterima kasih pada pria bengal itu karena sudah membuat Kibum akhirnya menerima permintaan maafnya.
Amarah yang tersimpan selama bertahun-tahun akhirnya padam.
Kibum bilang kalau ia merasa pertemuannya dengan Jaejoong beberapa waktu lalu sudah cukup impas baginya.

Pria berwajah manis itu memutuskan untuk berdamai dengan hatinya dan menerima kondisinya saat ini.
Lantas, bagaimana denganku? Haruskah aku—melakukan hal yang sama? Pikir Jaejoong dalam hatinya.

Namja cantik itu menoleh menatap vas bunga yang ia letakkan di luar jendela.
Ia beranjak bangkit dari ranjang dan berjalan membuka jendela kamarnya.
Mengambil bunga Lili yang ia letakkan di dalam sana dan menghirup aroma segar yang masih terasa.
Bunga pemberian Yunho.

Jaejoong mendesah pendek dan menutup jendela kamarnya setelah ia mengembalikan bunga tersebut.
Kemudian ia meraih ponselnya dan menghubungi Yoochun.
Meminta satu hari kosong untuknya esok hari.
.
.
.
Yunho bersidekap.
Memasang wajah dingin memperhatikan pria yang dicintainya dari kejauhan.
Jaejoong sedang meletakkan karangan bunga kecil di atas makam Siwon.
Yoochun memberitahunya kalau Jaejoong akan bertemu dengan Hyungnya hari ini.
Dan ia segera saja mengikuti pria cantik itu sejak pagi tadi.

Namja tampan itu punya banyak orang yang mendukung perasaannya akan Jaejoong.
Tapi si tokoh utama itu sendiri tampaknya butuh banyak dorongan dari berbagai pihak agar ia membuka hatinya.

Mata musang Yunho bergerak pelan, menatap sosok Jaejoong yang kini duduk di samping Siwon.
Pria cantik itu tidak terlihat melakukan apapun—bahkan berbicarapun tidak.
Ia hanya duduk diam di sana.
Memeluk lututnya memandangi ukiran nama Hyungnya di palang nisan.

Dua jam berlalu dan Yunho merasa gerah.
Ingin sekali ia menarik Jaejoong pergi dari sana.
Tapi ia tidak bisa.
Pria cantik itu akan membencinya kalau ia melakukan hal itu.
Jadi yang bisa Yunho lakukan saat ini adalah menambah kesabarannya untuk berdiam diri di dalam mobil.

Namja tampan itu tersentak saat Jaejoong tiba-tiba beranjak pergi dari sana.
Yunho terus berdiam diri memastikan Jaejoong sudah benar-benar menjauh dari lokasi pemakaman.
Setelah itu ia beranjak keluar dari mobil dan berjalan cepat menghampiri Siwon.
Menatap nyalang buket bunga dari Jaejoong di atas rerumputan tersebut.

  “Kau seharusnya tahu diri, Tuan Choi. Bertahun-tahun sudah kau pergi, setidaknya biarkan Jaejoong lepas darimu sekarang, karena sudah ada aku yang akan menjaganya” Desis Yunho kesal.

Direktur tampan itu berdecak.
Ia berbalik dan hendak melangkah menuju mobil mewahnya yang terparkir di ujung jalan.
Namun belum jauh ia melangkah ia merasakan kepalanya basah.
Yunho mendongak.

Menatap tetesan hujan yang jatuh dengan cepat.
Dan dalam sekejap hujan tersebut menjadi deras diiringi suara petir yang menggelegar.

Sial!
Apakah ini karena ia mengasari pria yang sudah tidak ada itu tadi, eoh?!
.
.
.
  “Hatchii~!”

Yunho mengelap hidungnya yang memerah dengan tissue.
Ia merasakan kepalanya berat dan matanya berkunang-kunang.
Ini hari terburuk dalam hidupnya.
Sejak dulu ia memang tidak pernah tahan terhadap hujan.

Namja tampan itu beranjak menuruni tangga dengan bersin-bersin yang semakin kencang.
Ia menggosok matanya yang gatal dan berjalan memasuki dapur.
Sesekali pria itu terbatuk dengan tubuhnya yang menggigil.
Sial sekali mendapati ibunya sedang keluar kota untuk menenangkan diri di saat ia sedang sakit seperti ini.

CKLEK.

Yunho mengerutkan dahinya.
Ia mendengar suara pintu yang terbuka dan langkah kaki yang mendekat.

  “Umma? Kaukah itu? Hatchii!” Sengau Yunho masih sibuk dengan tissuenya.

Ia bertumpu di konter dapur sekarang.

  “Kepalaku sakit sekali, aku benci flu dan aku lapar. Bisa Umma masakkan sesuatu untukku?” Suara sengau Yunho kembali terdengar.

Pria tampan itu kembali bersin dan mengerang kesal.

  “Yunho, seharusnya kau beristirahat di kamar”

DEG.

Yunho sontak berbalik ketika telinganya mendengar suara yang sudah tidak asing lagi baginya.
Ia terkejut mendapati sosok Jaejoong yang berdiri di hadapannya saat ini.

Oh—ia lupa kalau pria cantik itu masih memegang kunci rumah.

  “Changmin memberitahuku kalau kau sakit” Ujar Jaejoong seraya meletakkan tasnya di atas meja makan.

Pria cantik itu merogoh isi tasnya dan segera memakai masker mulutnya dengan cepat.

  “Aku sudah membawakan bubur buatanku dan obat untukmu, kkaja, aku akan membantumu kembali ke kamar” Ujar pria cantik itu seraya memeluk Yunho dari samping.

Pria cantik itu segera berjengit mendapati tubuh Yunho yang terasa sangat panas.
Yunho tidak melawan.
Ia hanya menyeretkan kakinya pasrah mengikuti langkah Jaejoong dengan bersin-bersinnya yang tidak hilang.

Namja cantik itu membuka pintu kamar dan membantu Yunho berbaring di atas ranjang.
Ia menghela nafas di balik masker mulutnya dan menyetel penghangat ruangan agar suhu cukup untuk Yunho.

  “Aku akan mengompresmu dulu, tunggu sebentar, ya?” Ujar pria cantik itu seraya beranjak meninggalkan ruangan.

Yunho menyahut dengan bersinnya.
Tidak berapa lama kemudian Jaejoong kembali dengan baskom berisikan air dan handuk kecil berwarna putih.
Ia segera berlutut di pinggir ranjang dan mencelupkan handuk tersebut, memerasnya, kemudian meletakkan benda basah tersebut di dahi Yunho.

  “Ah!” Keluh Yunho berjengit.

  “Ssh, tidak apa-apa, ini akan membantu menurunkan panasmu” Ucap namja cantik itu lembut.

Yunho menghela nafas.
Ia mengangguk dan memejamkan matanya yang terasa berat.

  “Tidurlah sebentar, aku akan memanaskan bubur dan menyiapkan obatmu”

Namja cantik itu segera beranjak keluar kamar dan berjalan menuruni tangga.
Ia membuka masker mulutnya dan menghela nafas panjang.
Keadaan Yunho ternyata lebih parah dari yang dibayangkan olehnya.
Namja cantik itu hendak beranjak masuk ke dalam dapur.

Namun kemudian langkahnya terhenti ketika sesuatu menarik perhatiannya.

Ia berbalik dan berjalan menuju ruang tengah.
Mata besarnya mengerjap.
Memandang jendela kaca bening yang seharusnya ada di sana telah tergantikan dengan jendela kaca berwarna hitam gelap.
Sangat gelap hingga hanya bayangan dirinya dan pantulan dapur yang terlihat di sana.
Tidak ada lagi pemandangan lapangan dan danau yang biasanya ia lihat dari sini.

Jaejoong duduk di atas sofa dan memandangi jendela tersebut.
Mencari-cari bekas masa lalunya yang tersisa.
Tapi tidak ada.
Ia tidak mendapat apapun.
Karena Yunho sudah menggantinya dengan yang baru.

Namja cantik itu menoleh dan terkejut melihat foto pernikahan mereka dulu tergantung di atas televisi.
Ia mencengkram sofa tanpa sadar.
Kenapa Yunho melakukan itu? Mereka sudah bercerai!

DRRTT...DDRRTT...

Jaejoong tersentak dari lamunannya saat ponselnya bergetar panjang di dalam sakunya.
Ia segera meraih benda tersebut dan menaikkan alisnya.
Itu Ummanya.

  “Yeoboseyo?”

  Joongie, Umma dengar dari Changmin kalau Hyungnya sedang sakit, kau ada di mana sekarang?

  “Eoh, aku di rumah—maksudku, rumah kami dulu. Yunho sedang tidur sekarang”

  Oh—syukurlah. Itu kabar baik, Umma cukup khawatir karena Keybum tidak bisa merawat Yunho karena ia sedang di Gwangju

  “Ne, arasseo”

  Rawat Yunho dengan baik, arasseo? Ia selalu sendirian karena adiknya sibuk dan jauh dari orang tuanya, kalau bisa kau tidur saja dengannya agar ia cepat sembuh, tertular sedikit tidak apa kok, hihihi

  “YA! UMMA!”

KLIK.

Jaejoong mengerutkan dahinya.
Ia berdecak.
Apa-apaan itu? Aish.

Namja cantik itu melemparkan ponselnya ke sofa dan segera berjalan memasuki dapur seperti niat awalnya.
Ia memanaskan bubur untuk Yunho dan menyiapkan obat beserta segelas air mineral.
Setelah semuanya siap ia kembali memakai masker mulutnya agar tidak tertular flu Yunho dan membawa nampan tersebut ke kamar mereka dulu.

  “Ireonasseo?” Gumam Jaejoong menaikkan alis mendapati Yunho yang sedang menatap langit-langit kamar dalam diam.

Pria tampan itu menoleh.
Tersenyum tipis kepada Jaejoong yang sedang meletakkan nampan yang dibawanya di atas meja nakas.

  “Hm, tidur sebentar membuatku merasa sedikit lebih baik. Setidaknya bersinku berkurang” Ujar Yunho sengau.

Jaejoong balas tersenyum—walau tidak terlihat dari maskernya.
Ia mengganti kompres Yunho dan memastikan suhu tubuh namja tampan itu dengan termometer yang juga dibawanya di dalam nampan.

  “Hm, 38 derajat celcius bukan angka yang cukup baik untukmu bergerak banyak. Kau harus makan bubur sekarang, minum obat, dan kembali tidur” Ujar Jaejoong cekatan.

Namja tampan itu beringsut duduk bersandar di kepala ranjang dan mengusap hidungnya dengan tissue.
Membuka mulutnya ketika Jaejoong menyuapkan sesendok bubur abalon yang masih hangat itu.

  “Enak” Gumam Yunho dalam kunyahannya.

Jaejoong kembali tersenyum.
Ia terus menyuapi Yunho hingga mangkuk bubur itu kosong dan memberikan dua butir obat untuk Yunho.

  “Seharusnya aku tidak pernah membuatmu membuang-buang makanan” Ujar Yunho setelah ia meminum obatnya.

  “Sudahlah, Yun” Balas Jaejoong seraya membantu Yunho untuk kembali berbaring.

Rasanya seperti ditarik jatuh mendadak—Jaejoong membulatkan matanya kaget ketika Yunho menarik tangannya dan mencium bibir Jaejoong dari balik maskernya.
Jaejoong tidak berkutik.
Ia masih tidak percaya dengan apa yang dilakukan Yunho saat ini.

Mata musang Yunho terpejam—dan Jaejoong melihatnya dengan sangat jelas.
Ia bisa merasakan nafas Yunho yang hangat di maskernya hingga membuat bibirnya terasa lembab.
Jaejoong tidak yakin apakah ia bernafas ketika pria tampan itu—entah bagaimana—menggigit bibir bawahnya dari luar masker dan menariknya erat.

DEG DEG DEG.

Demi Tuhan—Yunho benar-benar gila!
Jaejoong tidak pernah lagi merasakan debaran kekagetan sejenis ini sejak bertahun-tahun yang lalu!
Dan pria itu baru saja melakukannya!

Yunho menjauhkan wajahnya.
Tersenyum tipis mendapati bagian lembab dari masker mulut mantan istrinya.
Namja tampan itu menarik turun masker Jaejoong dan menyentuhkan bibirnya yang hangat dengan bibir Jaejoong yang lembab.
Ia membuka mulutnya dan melumat bibir Jaejoong dengan intens—nyaris seperti tidak ada hari esok untuk memakan bibir mantan istrinya.

Jaejoong terkejut saat lidah panas Yunho sudah menyapa lidahnya dan menariknya sedikit keluar hingga namja tampan itu bisa membuka mulutnya lebih lebar untuk menghisap lidah Jaejoong dengan kuat hingga Jaejoong refleks mencengkram bahu Yunho.
Tautan mulut mereka terlepas menyisakan benang-benang saliva yang segera dibersihkan Yunho dengan cepat.

Pria tampan itu tersenyum tipis.
Kemudian ia kembali berbaring dan memejamkan mata musangnya seolah tidak terjadi apapun.
Tidak mengacuhkan Jaejoong yang membeku dengan wajahnya yang memerah tomat.
Pria cantik itu bergetar.

Ia mengulurkan tangannya menyentuh dada kirinya dengan sedikit menekan.

Ya Tuhan—apakah itu jantungnya?
Kenapa terasa seperti sesuatu yang berdetak sangat kencang seolah ingin keluar dari tempatnya?

DEG!

Jaejoong kembali terkejut saat Yunho menggenggam tangannya yang bebas.
Ia menunduk.
Menatap wajah tampan yang masih terpejam itu.

  “Tidurlah di sampingku, kau juga harus istirahat” Gumam pria tampan itu sedikit serak.

Alis Jaejoong mengernyit.
Tapi ia tidak menolak.
Pria cantik itu beringsut menaiki ranjang dan segera berbaring di samping Yunho.
Ia masih menahan dada kirinya yang berdegup cepat dan memiringkan tubuhnya membelakangi Yunho.

Mata Jaejoong refleks terpejam erat saat pria tampan itu memeluknya dari belakang.
Panas yang menguar dari tubuh dan nafas Yunho justru membuatnya semakin tidak karuan.

  “Yu—Yunho..Kompresmu..” Bisik Jaejoong seakan tidak bersuara.

Pria tampan itu mengecup lembut tengkuk Jaejoong hingga namja cantik itu berjengit kaget.

  “Tidak apa..Biarkan saja..” Balas Yunho serak.

Tangan Jaejoong mencengkram bantal tanpa sadar.
Ia tidak tahu harus bersikap seperti apa.
Hingga pada akhirnya ia memaksakan dirinya untuk terpejam dan tenggelam dalam tidur.
.
.
.
  “Hatchii~! Hatchii~!”

Sepasang mata musang itu terbuka dengan dahi yang mengernyit.
Pria tampan itu terkejut mendapati sosok cantik mantan istrinya yang sedang duduk bersandar di kepala ranjang di sampingnya.
Yunho refleks ikut duduk dan memandang Jaejoong yang sedang sibuk dengan tissue-tissuenya.

  “Ja—Jae?” Panggil Yunho ragu.

  “Oh! Akhirnya kau bangun juga! Hatchii~! Terima kasih sudah menularkan flumu kepadaku!” Gerutu Jaejoong kembali bersin.

Yunho terdiam.
Ia menaikkan alisnya.

  “Menularkan?”

  “Apa? Jangan bilang kau lupa, Jung Yunho!”

  “Tapi aku—yang aku tahu aku sakit kemarin—lalu—”

  “Lalu apa?! Hatchii~!”

  “Uh—kau datang dan aku tidur?”

BUKK!

Yunho terkejut ketika pria cantik itu melemparinya dengan bantal.
Jaejoong tampak kacau dengan hidungnya yang merah.
Namja tampan itu mengerutkan dahinya.
Kemudian ia melihat bibir Jaejoong yang bengkak.

Oh—

Pria tampan itu tersenyum ragu.

  “Kita berciuman sampai kau tertular, ya?”

BUKK!

  “Bodoh! Hatchii~!”

Mata musang Yunho mengerjap cepat melihat reaksi Jaejoong yang berlebihan.
Kentara sekali pria cantik itu malu dengannya.
Ia bisa melihat kini rona merah sudah menyebar di wajah aktor terkenal itu.
Yunho beringsut dari ranjang.

Membuat Jaejoong menatapnya bingung.

  “Aku akan membuat roti bakar dan mengambilkan obat untukmu”

  “Kenapa jadi terbalik?”

  “Karena kau yang sakit sekarang”

Jaejoong mendengus.
Menatap Yunho yang sudah menghilang dari dalam kamar.
Pria tampan itu merasakan kepalanya masih pusing.
Tapi tidak separah kemarin.

Ia melangkahkan kaki menuruni tangga dan tidak sengaja mendapati ponsel Jaejoong yang sedang bergetar-getar panjang di atas sofa.
Namja tampan itu menaikkan alisnya.
Ia melihat nama Yoochun tertulis di sana.

Pria tampan itu tersenyum licik.
Ia mencabut baterai ponsel Jaejoong dan segera mengunci pintu rumahnya.
Kemudian ia kembali menuju dapur dan menyiapkan sarapan serta obat untuk mereka berdua.

  “Hatchii~!”

Jaejoong masih saja bersin saat Yunho sudah kembali dengan senampan roti bakar hangat bersama obat.
Pria cantik itu beringsut menuju pinggir ranjang dan mengambil air mineral hangat yang Yunho sediakan untuknya.

  “Uhm—enak sekali” Gumam namja cantik itu setelah ia mengunyah roti bakarnya.

Yunho tersenyum tipis.
Ia duduk di samping Jaejoong dan merapikan poni Jaejoong yang menutupi wajah pria cantik itu.
Jaejoong tidak protes saat Yunho sudah menjepit rambutnya ke belakang dengan jepitan miliknya yang masih Yunho simpan di meja.

  “Hari ini tidak usah bekerja, ya? Kau masih sakit” Ujar namja tampan itu mengusap pipi Jaejoong.

  “Aku juga tidak sanggup bekerja dengan kondisi seperti ini” Keluh namja cantik itu meminum obatnya.

Jaejoong merebahkan dirinya kembali di atas bantal setelah menyelesaikan sarapannya.
Namja cantik itu baru saja akan memejamkan matanya kembali kalau saja ia tidak menyadari Yunho yang menaiki tubuhnya.

  “Y-Yah! Apa yang—”

Jaejoong tercekat ketika ia menyadari bahwa pria tampan itu kini sudah sepenuhnya menindih dirinya.
Ia bisa merasakan wajahnya panas, karena selama ini tidak pernah ada yang melihat wajahnya dalam kondisi terparah seperti saat ini.
Mata besar Jaejoong mengamati Yunho dengan rambutnya yang berantakan.
Pria itu terlihat ratusan kali lipat lebih tampan dengan penampilan seperti ini.

Dan Jaejoong berani bertaruh kalau tidak ada juga yang pernah melihat Yunho dalam keadaan seperti ini selain dirinya.

Entah mengapa Jaejoong merasa senang akan pemikirannya tersebut.

  “Apa kau sudah memikirkannya?” Tanya Yunho nyaris berbisik.

Dahi Jaejoong mengernyit.
Sejujurnya ia tidak bisa mencerna dengan baik maksud Yunho saat ini.
Pikirannya kacau—yang ada di kepalanya hanya bagaimana intimnya mereka saat ini ditambah dengan angin yang masuk dari jendela kamar yang terbuka membuat rambut Yunho bergoyang pelan.
UH—ia dan Yunho tidak pernah sekalipun berada dalam posisi seperti ini dimulai sejak pertama kali mereka bertemu, lalu masa pernikahan mereka yang sungguh singkat, dan sampai detik ini.

Apa yang harus ia lakukan?!

  “Jae”

DEG.

Jaejoong tersentak kaget saat bibir Yunho sudah berada di rahangnya.
Ia bisa merasakan nafas Yunho yang hangat.
Ya Tuhan—

  “A-Apa tadi?” Gumam Jaejoong mengernyitkan dahinya.

Yunho mengangkat wajahnya.
Menatap mata besar Jaejoong dengan mata musangnya yang tajam.

  “Tentang kita Jae, apakah kau sudah memutuskan?”

  “Yunho, aku—”

  “Aku sudah memberitahumu untuk melepaskan Hyungmu, kan?”

  “...”

  “Kita bisa menjual rumah ini dan pindah ke tempat lain kalau itu diperlukan untuk membuatmu melupakan Siwon”

Yunho bisa melihat Jaejoong yang mengerutkan hidungnya yang merah.
Dan detik berikutnya mata bulat itu tampak berkaca-kaca.
Sial.
Apa ia terlihat seperti orang jahat sekarang?

Yunho segera bangun dari posisinya.
Ia duduk di pinggir ranjang dan mengusap wajahnya.
Membelakangi Jaejoong yang masih tidak bergerak dari baringnya.

  “Apakah cukup sulit untukmu? Apakah sesulit itu membiarkan dirimu melepaskan yang sudah pergi dan menerima yang jelas-jelas ada di sini di hadapanmu, Jae?” Ujar Yunho nyaris putus asa.

Pria tampan itu menghela nafas panjang.
Ia baru saja akan beranjak dari posisinya, namun Jaejoong sudah lebih dulu duduk di belakangnya dan memeluk erat dirinya.
Yunho terkejut.
Ia ingin menoleh—tapi mungkin lebih baik agar dirinya tetap seperti ini saja.

  “Maafkan aku. Hyungie sudah cukup lama menemani hari-hariku dulu. Ia selalu ada di sisiku kapanpun aku membutuhkannya”

  “Aku juga bisa melakukannya! Aku bahkan bisa melakukan lebih! Kau hanya perlu membuka hatimu, Jae!”

  “Aku juga mempertanyakan hal yang sama padanya dua hari yang lalu, tapi ia tidak menjawab, aku tidak mendengar jawaban apapun”

Yunho tertegun.
Ingatannya kembali di hari ia basah kuyup karena hujan.

  “Tentu saja ia tidak bisa menjawab. Ia sudah tidak ada. Tapi aku—aku bisa menjawabnya, Kim Jaejoong”

Namja cantik itu melepaskan pelukannya ketika Yunho berbalik untuk berhadapan dengan dirinya.
Mata besarnya bergerak pelan, menatap langsung sepasang mata musang yang tajam itu.

  “Lalu—Apa jawabanmu?”

  “Setiap hari berganti minggu, minggu berganti bulan, bulan berganti tahun, dan tahun terus bergulir, aku berjanji aku tidak akan pernah melepaskanmu seperti yang Hyungmu lakukan di masa lalu. Tidak akan ada lagi rasa sakit dan air mata, hanya kau dan aku, hanya kita berdua, Jae”

  “Itu sebuah janji yang sangat sulit untuk ditepati, iya kan?”

  “Sesulit apapun itu selama janjiku atas namamu itu semua tidak masalah, aku akan terus berusaha untuk membuatmu bahagia selamanya”

  “...”

  “Kita berdua adalah orang yang pernah ditinggalkan, Jae..Dan kita tahu sesakit apa rasanya menjadi pihak yang patah hati..Bukankah seharusnya kita bisa lebih saling menjaga karena pernah mengalami hal yang sama eoh?”

Yunho tersenyum tipis memandang air mata Jaejoong yang menetes jatuh.
Ia mengulurkan tangannya mengusap pipi basah pria cantik itu.

  “Tapi ini tidak adil—karena hanya kau yang merasakan cinta”

  “Kau pikir aku akan diam saja? Aku akan membuatmu jatuh cinta kepadaku! Lebih dalam dari yang pernah si Choi Siwon itu lakukan terhadapmu!”

  “Kenapa kau begitu percaya diri, eoh? Menyebalkan sekali!”

Air mata Jaejoong semakin banyak.
Bahkan suaranya mulai serak sekarang.
Tapi Yunho malah semakin melebarkan senyumannya.
Membuat pria cantik itu mengerutkan dahinya.

Mata basah Jaejoong membulat kaget ketika tiba-tiba namja tampan itu mendekatkan wajah mereka berdua hingga bibir keduanya nyaris bersentuhan.

  “Karena hanya dengan begini saja kau sudah bergetar” Bisik Yunho tersenyum penuh kemenangan.

Jaejoong berjengit saat pria tampan itu menyentuh dada kirinya.

  “Dan jantungmu berdebar begitu kencang—padahal bibir kita hanya bersentuhan seperti ini” Sambung pria tampan itu seraya meremas apa yang disentuhnya.

  “Ah!” Seru Jaejoong kaget.

Ia refleks mendorong Yunho dengan kedua tangannya.
Wajahnya merona hebat.
Pria cantik itu meringis.

  “Hatchii~!”

Yunho tertawa.
Melihat Jaejoong yang mengerutkan hidungnya dengan tissue.
Namja cantik itu lucu sekali—pikirnya.

Direktur tampan itu kembali mendekati Jaejoong dan mencuri satu kecupan di bibir ranum namja cantik itu.
Kemudian ia tersenyum miring.

  “Jadi bagaimana? Kita menikah lagi, ya?”

Jaejoong mengerutkan dahinya malu.
Ia mengalihkan wajahnya ke jendela.

Baiklah. Mungkin ini adalah saatnya ia berdamai dengan masa lalu dan melupakan yang dulu.

  “Ne, ayo kita menikah lagi” Angguk Jaejoong yakin.

Yunho berseru senang, pria tampan itu segera membungkus Jaejoong dengan pelukannya hingga mereka terjatuh di atas bantal.

  “Aku tidak akan pernah mengecewakanmu, aku berjanji” Ujar namja tampan itu dengan senyuman bahagianya.

Karena pada akhirnya hati yang penuh dengan keyakinan akan berhasil mengetuk hati yang telah tertutup rapat untuk terbuka dan menerima dengan senyuman.

END.

-SNSD, Everyday Love-

12 komentar:

  1. Cieeee.. yang balikkan cieeeee ehem :v
    Gomawo kak shell udah buat squel nya :D bagus banget aku sukaa :D

    BalasHapus
  2. Naah happy end jg kan,arigatou sequelnyaa

    BalasHapus
  3. Shella ngga pernah ngecewain, yunjae always happy ending! Ditunggu update story yg lain, semangat!!

    BalasHapus
  4. Buahahahaha si yunho parah dah jatuh cinta nya wkwkwk

    BalasHapus
  5. Sweettttt...... Bisa2 kena diabetes klaw liatin tingkah mreka trus 😍

    BalasHapus
  6. Balasan
    1. wohoho, tadi finish baca 4 walls. asli lah, jae beneeran ga jatuh cinta ma yun di 4 walls.
      keren2

      Hapus
  7. yeah yunjae bersatu,terimskasih authornim,ceritamu selalu memuaskan

    BalasHapus
  8. yeeahhh terimakasih
    kan bener kalo yunjae ga bersatu tu kurang makknyuusss

    BalasHapus
  9. Nah kn akhirnya perjuangan Yunho ga sia2.
    Omongan emaknya JJ terwujud, YunJae beebagi virus flu

    BalasHapus
  10. ka sella kapan update lagi? kangen.

    BalasHapus