This zone is only YunJae Fanfictions and this is our world

Senin, 04 April 2016

FF/YAOI/YUNJAE/CHAPTER/VERTIGO/PART 5 *END*



In your arms, in this long darkness, I have fallen deeply.
Cause I’ve been waiting for you and you’ve been waiting for me.

PART 5.

  “Ju Nuna punya pacar!”

Eoh?
Namja cantik itu mengalihkan atensinya kepada anak-anaknya yang baru saja kembali dari sekolah.
Ia sedang membuat kue kering untuk cemilan sore nanti.
Jung Junhon—si bungsu—melompat-lompat di depan Jaejoong.

  “Hon lihat Juju Nuna berduaan dengan Hyung tampan Umma, Hyung itu rambutnya warna biru keputihan!” Pekik Junhon lagi.

Mata besar Jaejoong beralih kepada kembaran Junhon—Jung Jaeho—yang melepas dasinya dan melemparnya sembarangan, kemudian ia duduk di kursi piano dan memainkan tangannya di atas tuts.
Aish.
Bocah itu, berapa kali harus diingatkan untuk berganti pakaian terlebih dahulu eoh?


  “Hon juga mau punya rambut seperti pacar Nuna!” Pekik si kecil Junhon lagi.

Pintu depan terbanting kasar.
Ju Hee berjalan masuk melewati dapur seraya mendengus kesal.

  “Konyol!” Desisnya menggertak.

Kemudian gadis gothic itu sudah beranjak menaiki tangga.

  “Honchan, kenapa belakangan ini kau suka sekali membuat Nunamu marah hm? Itu tidak baik” Tegur Jaejoong memperhatikan para pelayan yang sudah menyusun kue kering buatannya ke dalam toples.

  “Tapi Hon tidak bohong” Rengut bocah cherry itu menghentakkan kakinya.

  “Hmm? Yun Yun Hyung mana?”

  “Yun Hyung masih di sekolah, katanya rapat OSIS”

  “Kalau begitu Hon ganti baju sekarang, ajak Jaejae Hyung juga”

  “Arasseo”

Namja manis itu segera berlari menghampiri Jaehon yang sudah terlarut dalam permainan pianonya.
Kemudian ia menarik tangan Jaeho dan menyeretnya menaiki tangga.
Membuat Jaejoong tersenyum tipis dan menghela nafas.

Ah.
Anak-anaknya sudah besar sekarang.
Rasanya baru kemarin ia menikahi pria arogan itu.

Yunjaeyun sudah kelas 1 sekolah menengah atas, Ju Hee masih di kelas 1 sekolah menengah pertama.
Dan si kembar yang paling terakhir Jaejoong lahirkan sudah duduk di bangku sekolah dasar.
Tapi tetap saja Juju merupakan gadis kesukaan keluarga Kim karena ia cucu perempuan satu-satunya.
Keluarga Jung kan sudah punya Chang Gyu.

Bertahun-tahun sudah ia menikah dengan pria super arogan bernama Jung Yunho itu.
Tapi tidak ada perubahan signifikan dari karakter pria itu seiring berjalannya waktu.
Bahkan Yunho semakin protektif hari ke hari.
Sampai pria tampan itu membangun sekolah khusus dengan tiga jenjang pendidikan yang berbeda dalam satu lingkup yang penuh dengan kualitas terbaik juga perlindungan dari media massa hanya untuk anak-anaknya.

Tentu saja ide gila ini disetujui oleh Hangeng dan Jinki.
Keamanan keluarga adalah yang nomor satu.
Lagipula mereka bisa mendapatkan keuntungan dari anak-anak lain yang juga bersekolah di sana.
Mengingat keluarga Jung dan Kim yang tersohor itu menyekolahkan cucu mereka di sana tentu membuat orang-orang berpengaruh di negeri ginseng ini ingin menaikkan pamor.

Karena segalanya tidak hanya tentang uang.
Sekolah yang dibangun oleh keluarga fenomenal itu sangat menjunjung tinggi keberhasilan para muridnya.
Hingga sekolah tersebut mendapat predikat sebagai tempat di mana calon-calon pemimpin negeri ditempa.

DDRRTT...DDRRTTT...

Jaejoong menunduk, melihat ponselnya yang bergetar ringan di atas meja dapur.
Kemudian ia mengambilnya dengan cepat setelah melihat nama yang muncul di layar ponsel.

  “Ne Yunnie, waeyo?” Tanya Jaejoong setelah ia mengelap tangannya dan beranjak menuju sofa ruang tengah.

  Aku akan menjemputmu jam 8 nanti malam, ada pesta penting” Suara Yunho terdengar dingin.

Jaejoong menaikkan alisnya.

  “Ne, arasseo, anak-anak ikut?”

  Tidak, pastikan mereka sudah tidur sebelum aku pulang

Sambungan telepon itu terputus bahkan sebelum Jaejoong mengeluarkan protesnya.
Tidur sebelum jam 8 malam?
Apa Yunho sudah gila?
Anak-anaknya tidak akan menurut patuh! Memangnya mereka masih bocah 3 tahun eh?

  “Ada masalah, Umma?”

DEG.

Jaejoong terkejut ketika suara bariton yang mirip dengan Yunho itu menyapa telinganya.
Ia menoleh, menatap putra sulungnya yang berjalan menghampiri dirinya.
Yunjaeyun yang sungguh tampan.
Persis seperti Yunho ketika pria arogan itu remaja.

  “Appa menyuruh kalian untuk tidur sebelum ia pulang” Gumam namja cantik itu bersandar pada sandaran sofa.

Eoh?
Namja berambut cokelat itu mengerutkan dahinya.
Ia duduk di samping Jaejoong dan melepas dasi seragamnya.

  “Sebelum jam 8? Lalu tugas rumahku bagaimana? Aku juga harus merancang proposal lanjutan untuk festival sekolah nanti”

  “Hm, bagaimana kalau nanti kalian pura-pura tidur saja? Kalau Umma dan Appa sudah pergi baru kembali beraktifitas, otte?”

  “Terdengar payah, tapi tidak buruk”

Jaejoong tersenyum.

  “Appa sedang kesal ya, Umma? Tidak biasanya seperti ini”

  “Mungkin”

Pria cantik itu menggigit bibirnya.
Mendadak teringat akan intonasi suara Yunho yang begitu dingin dan datar.
Oh—sepertinya Yunjaeyun benar.

  “Gwenchana Umma, kalau Appa melakukan sesuatu yang buruk aku akan melindungi Umma” Ujar Yunjaeyun tersenyum.

Seakan-akan ia bisa membaca pikiran Jaejoong.
Pria cantik itu terkejut.
Ia menatap mata musang Yunjaeyun yang begitu mempesona.
Membuat pipinya sedikit menghangat karena teringat Yunho.

Yah, bukan tanpa alasan Yunjaeyun berkata seperti itu kepada Ummanya.
Ia pernah tidak sengaja mengintip dari balik pintu kamar orang tuanya yang terbuka sedikit saat si kembar masih berusia 5 tahun.
Dan apa yang dilihatnya sungguh mengubah pandangannya terhadap laki-laki tampan yang menjadi ayahnya itu.

Jaejoong disakiti.
Karena pria cantik itu tidak meminta izin dari Yunho untuk berkunjung ke rumah Samchon dan Imonya.

Sebenarnya tidak masalah karena Yunho tidak mungkin tahu kecuali ada yang mengadu.
Tapi wartawan dan akses internet yang sungguh cepat memberitahu semuanya.
Pria itu melihat berita tentang Jaejoong yang muncul di publik secara mendadak dan tanpa kekasihnya.

Yunho murka, tentu saja.

  “Umma, Taemin Songsaenim sudah datang?”

Jaejoong dan Yunjaeyun menoleh ke belakang.
Memandang si kembar yang berjalan menuruni tangga.

  “Belum, mungkin sebentar lagi” Ujar Pria cantik itu lembut.

Jaeho sudah menghampiri pianonya.
Ia harus menyelesaikan latihan kali ini agar Jimin Songsaenim tidak menghukumnya dengan tugas tambahan.
Sementara Junhon sudah mengambil biolanya yang tersimpan rapi di dekat jendela ruang tengah.
Satu jam setelah sekolah berakhir adalah jadwal anak-anak Jung untuk berlatih musik.

Biasanya Jaeho akan berlatih di ruang tengah ditemani Junhon yang mengiringi permainan pianonya.
Yunjaeyun akan bermain drum di ruang penyimpanan alat musik yang kedap suara.
Dan Ju Hee berlatih gitar di kamarnya.

Jaejoong menghela nafas ketika ia teringat akan putri tunggalnya.
Ju Heenya bukanlah gadis kecilnya yang manis lagi.
Yeoja itu sudah berubah.
Jung Ju Hee yang sekarang lebih senang menghabiskan waktu di kamarnya dan terlihat sedikit menjaga jarak dari Jaejoong.

Seolah ada luka yang tersembunyi di dalam diri Ju Hee terhadap Ummanya.

Ia bahkan melakukan segala hal yang dilarang pria cantik itu.
Ju Hee anggota band sekarang.
Ia sudah mengalihkan gitar akustiknya ke gitar listrik.
Dan yang paling sering membuat Jaejoong mengomel adalah gaya berpakaiannya yang total—sangat-tidak-manis—menurut pria cantik itu.

Tapi sekali lagi, selama Jung Yunho tidak mengeluarkan suara maka segalanya baik-baik saja.
.
.
.
  “Tuan Besar sudah menunggu, Ma’am

Jaejoong mengangguk pelan mendengar laporan dari pelayan di rumah besar itu.
Ia segera merapikan rambutnya untuk yang terakhir kali dan beranjak menemui Yunho di lantai bawah.

DEG.

Mata besar Jaejoong bergerak pelan, diiringi debaran jantung yang berdetak kencang.
Pipi apel itu merona segar.
Mengagumi sosok Yunho yang begitu tampan dan mempesona saat ini.
Ah, setelan serba hitam itu mengingatkannya akan hari pernikahan mereka.
Wajah Jaejoong semakin terasa panas ketika mendapati mata musang itu balas menatapnya dengan kekaguman.

Rasanya sudah lama sekali—pikir pria cantik itu dalam hatinya.

  “Yunnie” Lirih Jaejoong seraya menyambut uluran tangan pria tampan itu.

Yunho hanya tersenyum tipis.
Tapi tetap saja hal itu tidak mengubah raut dinginnya.
Jaejoong mendesah pendek.
Yunho yang sedang seperti ini tidak pernah ia suka.
Pria kejam itu bisa melakukan hal-hal yang di luar batas jika seseorang mengusiknya sedikit saja ketika pria arogan itu sedang dalam keadaan marah seperti ini.

Jaejoong berjinjit, mengecup kilat bibir seksi Yunho hingga membuat pria tampan itu menaikkan alisnya tanpa sadar.

  “Bogoshippo” Bisik Jaejoong tersenyum.

Pria tampan itu mengusap lembut pipi istrinya.
Ia mengecup lembut pelipis Jaejoong dan menuntunnya beranjak keluar rumah dan memasuki mobil yang telah menunggu di teras depan.
Namja cantik itu menahan nafasnya.
Masih belum bisa menebak apa yang telah dialami Yunho seharian ini dan apa yang akan dilakukan namja tampan itu nanti.

Tidak biasanya Yunho mengajaknya keluar rumah.
Karena Yunho yang ia kenal sebisa mungkin akan menyimpan miliknya di balik pagar.

  “Siapa yang mengadakan pesta ini, Yun?” Tanya pria cantik itu penasaran ketika mobil mewah yang disupiri oleh Choi Minho itu berhenti di depan teras sebuah bangunan mewah.

  “Rekan kerjaku” Sahut Yunho singkat.

Jaejoong segera memeluk lengan Yunho ketika mereka sudah keluar dari dalam mobil.
Namja cantik itu mendongak memandang kekasihnya.

  “Apakah Appa juga diundang?”

  “Sepertinya, kkaja”

Jaejoong menghela nafas.
Yunho benar-benar dalam mood yang tidak bagus saat ini.
Jadi pria cantik itu memutuskan untuk berdiam diri saja kecuali jika suaminya yang membuka suara terlebih dahulu.

  “Oh!”

Pasangan fenomenal itu menoleh ke sumber suara yang kentara sekali kaget akan kedatangan mereka berdua.
Jaejoong segera tersenyum cantik.
Itu Choi Kibum—teman sekolahnya dulu.

  “Sudah lama sekali tidak melihatmu! Apa kabar?” Seru Kibum menyeret suaminya menyapa pasangan Jung tersebut.

  “Baik, kau sendiri?” Balas Jaejoong masih dengan senyumannya.

  “Luar biasa! Uri Fany baru saja menerima penghargaan dari perdana menteri Jepang karena aksi sosialnya!”

  “Oh—putri yang sungguh mengagumkan, ia sama sosialnya seperti dirimu”

Yunho dan Siwon saling menatap tidak mengacuhkan ocehan istri mereka.
Pria berlesung pipi itu tersenyum tipis—nyaris menyeringai kepada Yunho.
Kentara sekali ia tahu mengapa si dingin Jung itu membawa Jaejoongnya ke pesta ini.
Kibum selalu bercerita mengenai betapa posesifnya seorang Jung Yunho terhadap istrinya.

  “Terdengar sedikit aneh, bukan? Di usianya yang tak lagi muda Choi Seunghyun malah mengadakan pesta ulang tahun yang sungguh meriah—nyaris mengalahkan anak-anak kita” Komentar pria tinggi itu.

Yunho mengangguk.

  “Mengingat statusnya yang masih belum menikah sampai saat ini, ada kemungkinan ia sedang mencari bunga mawar yang segar” Balas pria tampan itu tersenyum miring.

Yunho dan Siwon tidak hanya sekedar rekan kerja biasa.
Mereka berdua nyaris setiap saat bertemu di pertemuan direksi perusahaan.
Hal itu pula yang membuat keduanya sedikit lebih dekat dari direktur lain.
Mengingat istri mereka berdua juga merupakan teman baik, yah—sekali jalan dua pulau terlampaui.

  “Oh—sayang sekali aku lebih menyukai bunga matahari yang cerah” Tawa Siwon ambigu.

  “Kalian membicarakan apa sih?” Seru Kibum mengernyit kesal.

Yunho dan Siwon menoleh—menatap kedua istri mereka yang terlihat bingung.

  “Bukan pembahasan yang cocok untuk pria manis sepertimu, sayang” Ujar Siwon tertawa geli.

Kibum mendengus dan mencubit kesal lengan suaminya.

  “Baiklah, sampai bertemu lagi nanti, Tuan dan Nyonya Jung” Ujar Siwon menunduk sopan yang segera diikuti Kibum.

Yunho dan Jaejoong mengangguk.
Kemudian pria cantik itu mendongak menatap Yunho.

  “Sepertinya Appa atau Aboji tidak datang ke pesta ini, Yun” Ujar pria cantik itu pelan.

Yunho mendengus.
Tentu saja mereka tidak datang.
Kedua pria angkuh itu hanya akan menghadiri acara-acara penting.
Bukan pesta ulang tahun yang konyol seperti saat ini.

Kalau saja Yunho tidak mendengar rumor mengenai Choi Seunghyun yang mengincar Jaejoongnya—ia tidak akan sudi menginjakkan kaki di hotel mewah ini.
Berani sekali pria dungu itu jatuh cinta pada kekasihnya.
Bahkan bersanding dengan Jaejoongnya saja ia tidak pantas.
Menggelikan—pikir Yunho.

Mata musang Yunho mengedar—memperhatikan puluhan wartawan yang juga mengisi acara mewah ini.
Ia tersenyum jahat dan membawa kekasihnya mendekati Choi Seunghyun.
Yunho akan menyadarkan pria dungu itu agar ia tahu di mana posisinya berada.

  “Selamat malam, Tuan dan Nyonya Jung yang cantik—sungguh kejutan bagiku melihat kalian menerima undangan pestaku yang sederhana ini” Sapa Seunghyun tersenyum.

Yunho menggeram tanpa suara.
Pria sialan itu menyapa mereka berdua, tapi matanya hanya tertuju pada Jaejoongnya.

  “Benar-benar sederhana, Tuan Choi. Jika putri kami ikut ke sini, mungkin ia akan tertawa” Sahut Yunho tersenyum miring.

Mata sipit Seunghyun membesar dalam sekejap—namun dengan cepat pula ia menguasai dirinya.
Pria itu mencengkram gelasnya tanpa sadar.

  “Maafkan aku, tapi suamiku ada benarnya. Mengingat uri Jung Ju Hee yang penuh dengan arogansi, darah memang selalu lebih kental dari pada air. Ne, Yunnie?” Senyum Jaejoong menatap suaminya.

Yunho mengangguk.
Ia memeluk pinggang Jaejoong erat.

  “Melihat bagaimana tak tersentuhnya putri kami, tentu kau mengerti bukan bagaimana dengan ibunya?” 

Eoh?

Jaejoong menaikkan alisnya.
Menatap Yunho yang menunduk kepadanya dan mengecup lembut dahinya.

  “Ia terlalu jauh untuk digapai orang-orang—terkecuali aku yang menjadi pilihannya” Sambung Yunho tersenyum congkak kepada Seunghyun.

Pria pemilik pesta itu tampak pucat.
Yunho memberi tatapan remeh melihat tangan yang memegang gelas itu bergetar penuh amarah.

  “Kehidupan keluarga kami sangat bahagia, Tuan Choi—nyaris tidak terusik oleh tangan-tangan dari luar. Bagaimana jika kau mulai berpikir untuk mengikuti jejak kami secepatnya? Atau jika kau tidak bisa mendapatkan yang kau mau, kencan buta bisa menjadi pilihan yang cukup menarik” Ujar Yunho arogan.

Seunghyun menggertakkan giginya.
Ia menatap penuh amarah mata musang itu.

  “Mendengar ucapanmu, aku jadi penasaran sebahagia apa Jaejoong hidup bersamamu yang penuh dengan kesombongan” Desis Seunghyun memandang si cantik Jaejoong.

Pria cantik itu tersenyum.
Rasanya ia mulai mengerti mengapa Yunho bersikeras mengajaknya ke pesta milik pria ini.

  “Tentu saja aku bahagia, Yunho tidak harus melangkahi siapapun untuk memilikiku, karena kami sama-sama saling mencintai” Bibir ranum Jaejoong bergerak tajam.

Membuat Seunghyun sangat terkejut karenanya.
Dunia mengenal Jaejoong sebagai seseorang yang penuh dengan kelembutan dan kesopanan yang tinggi.
Ini kali pertama namja cantik itu berkata penuh ironi.
Seunghyun telah dipermalukan di pestanya sendiri.

Ia menatap nyalang para wartawan yang tidak berhenti menyimak percakapan mereka sejak tadi.
Kemudian pria itu beranjak pergi dengan penuh kemarahan menjauhi pasangan fenomenal tersebut.

Jaejoong terkikik geli melihat kepergian Seunghyun.
Tapi tawanya tidak berlangsung lama karena Yunho sudah menarik dagunya dan menciumnya tepat di bibir.
Satu lagi makanan langka para wartawan yang ada di sana.
Dunia akan kembali heboh karena hal ini! Tidak hanya membawa kekasihnya keluar bersama, tapi pria arogan itu juga mencium istrinya di tempat umum.

  “Kau memang belahan jiwaku, ternyata” Bisik Yunho tersenyum sombong.

Jaejoong menaikkan alisnya.

  “Jadi selama ini kau meragukanku?” Ketusnya merengut.

Yunho tertawa pelan.
Ia menarik pinggang Jaejoong dan membawa pria cantik itu pergi dari pesta murahan Seunghyun.

  “Katakan padaku hadiah apa yang kau inginkan?” Tanya Yunho seiring dengan langkah kaki mereka.

  “Bagaimana kalau kita membuat acara barbecue besok sore di halaman belakang?” Balas Jaejoong balik bertanya.

Yunho tersenyum.

  “Apapun untukmu” Ucapnya seraya mengecup puncak kepala Jaejoong.


-------


  “Jung Yunjaeyun! Kembalikan komikku!”

  “Komik yang mana? Kau pikir hanya kau saja yang punya komik?”

  “Aish! Yang cover-nya hijau! Chang Gyu Onnie yang menjahitnya untukku!”

  “Oh—yang itu ya? Hahaha, panggil aku Oppa baru kukembalikan”

  “SIRHEO!”

Jaejoong menghela nafas mendengar teriakan anak-anaknya di lantai atas.
Pria cantik itu mengembalikan salad buah yang sedang disantapnya ke dalam kulkas.
Mata bulat pria cantik itu beralih kepada Junhon yang sedang berlari-lari di tangga sementara kembarannya—Jaeho tampak santai berjalan jauh di belakang adiknya.

  “Umma! Umma! Yun Hyung dan Juju Nuna bertengkar! Mereka melempar barang!” Jerit si kecil Junhon heboh.

  “Junhonchan! Jangan berlari-lari di tangga, kau bisa jatuh!” Pekik Jaejoong ngeri.

Bocah manja itu tidak mengacuhkan teriakan Ummanya.
Ia sudah melompati anak tangga terakhir dan beralih memeluk kaki pria cantik itu.

  “Jaejae! Kenapa kau tidak menjaga adikmu eoh? Kalau Hon jatuh otte?” Kesal Jaejoong menatap Jaeho.

Namja berambut almond itu tersenyum tipis.
Ia mengindikkan bahunya.

  “Kita semua tahu kalau Junhon tidak bisa dilarang” Sahutnya santai.

Jaejoong kembali menghela nafas.

  “Apa kakakmu sudah berhenti bertengkar?” Tanya Jaejoong seraya menggendong Junhon yang sedari tadi sibuk menarik-narik celananya.

  “Jae tidak tahu, sepertinya sudah. Mungkin Juju Nuna sedang sibuk merusak barang-barangnya sendiri di kamar” Jawab Jaeho memiringkan kepalanya.

Oh—tidak lagi.
Jaejoong melirik jam kuno yang ada di ruang tamu.
Satu jam lagi Yunho baru kembali.
Namja tampan itu sedang menghadiri rapat direksi di kantor.

Jung Ju Hee itu tempramental.
Ia akan menghancurkan apa saja yang ada di saat ia sedang marah.
Dan hanya Yunho yang bisa menjinakkannya kalau sudah seperti ini.

  “Umma tidak mau lihat Nuna?” Tanya Junhon penasaran.

  “Uhm, apa lebih baik kita tunggu Appa pulang saja?” Balas Jaejoong balik bertanya.

Jung Junhon mengerucutkan bibirnya lucu.
Membuat Jaejoong tidak tahan untuk tidak mencubit gemas bibir cherry itu.

  “Hon tidak pernah lihat Umma mendiamkan Nuna yang sedang marah. Ah! Jangan-jangan Umma tidak sayang Nuna yaa?” Cerocos bocah manja itu asal.

Jaeho tertawa mendengarnya.
Aish. Adiknya itu.

  “Mwo? Siapa yang bilang seperti itu? Nunamu itu terlalu keras, sama seperti uri Appa dan Haraboji, jadi yang lebih ahli tentu saja lebih mengerti” Sanggah Jaejoong mengerutkan dahinya.

  “Honchan tidak mengerti” Keluh bocah kecil itu semakin mengerucutkan bibirnya.

Jaejoong tersenyum.
Ia mengecup lembut pipi gembul Junhon dan memegang tangan Jaeho.

  “Umma, kenapa kita naik ke atas lagi? Jaejae baru saja turun, Jaejae capek” Gusar Jaeho mengernyitkan dahinya.

  “Temani Umma melihat kakakmu, hm?” Gumam Jaejoong lembut.

Jaeho mendesah walau pada akhirnya ia mengangguk pasrah.
Bocah tampan itu ikut berjalan di samping Jaejoong.
Mengikuti Ummanya memasuki kamar Hyungnya terlebih dahulu.
Yunjaeyun sedang berbaring di ranjangnya ketika Jaejoong membuka pintu.

  “Yun Yun, apa yang baru saja kau lakukan pada adikmu eoh?” Tanya Jaejoong seraya menurunkan Junhon dari gendongannya.

Bocah manja itu segera berlari menerjang Yunjaeyun.

  “Aku hanya bercanda dan sedikit menggodanya, Juju saja yang terlalu sensitif, mungkin ia sedang bulanan”

  “AKU SEDANG TIDAK PMS!”

Namja berambut cokelat itu tertawa mendengar teriakan Ju Hee dari kamar sebelah.
Aih, sepertinya gadis nakal itu menguping dari dinding pemisah kamar mereka.

  “Ummamu sudah tidak muda lagi, tolong jangan membuat Umma pusing dengan kenakalan kalian” Ujar Jaejoong berkacak pinggang.

  “Siapa yang bilang Umma tua? Teman-teman sekolahku saja mengira Umma adalah kakakku!” Potong Yunjaeyun cepat.

  “Appa akan marah mendengar Umma mengatai diri Umma sendiri, uri Appa selalu bilang kalau Umma sangat cantik” Celetuk Jaeho yang sudah duduk di samping kembarannya.

Uh.
Jaejoong tersenyum mendengar celotehan ketiga putranya.
Ia menghampiri si sulung Yunjaeyun dan menepuk kepala namja tampan itu.

  “Sekali lagi kau membuat Umma mendengar suara teriakanmu dan Juju, Umma ganti sarapanmu dengan biji cabai” Ancam Jaejoong main-main.

  “Itu tidak adil!” Seru Yunjaeyun merengut.

Pria cantik itu tertawa seraya beranjak meninggalkan kamar Yunjaeyun.
Jaeho sudah membuka laptop milik Hyungnya dan bermain game di sana.
Sementara si kecil Junhon sudah melompat dari ranjang dan berlari mengejar Ummanya.

  “Juju, buka pintunya” Ujar Jaejoong mengetuk pintu kamar putrinya.

  “Nuna buka! Hon mau masuk!” Jerit Junhon menggedor pintu Ju Hee dengan keras.

  “Hon, itu tidak sopan” Tegur Jaejoong melihat kelakuan Junhon.

Bocah kecil itu segera berhenti mengetuk dan berdiam diri layaknya patung.

CKLEK.

  “Kalau Umma hanya ingin memarahiku dan membela Yun Yun lebih baik Umma pergi” Ujar Ju Hee tepat ketika ia membuka pintu.

Jaejoong menaikkan alisnya.
Ia tersenyum.

  “Umma hanya ingin memastikan kamarmu masih rapi seperti sediakala dan tidak akan ada kurir yang keluar masuk kamarmu untuk mengganti barang-barang yang rusak”

  “Untuk apa? Aku tidak memecahkan apapun kali ini. Chwang Samchon bilang Appa bisa bangkrut kalau aku terus seperti itu setiap marah”

  “Oh—gadis kecilku sudah dewasa ternyata”

  “Umma!”

  “Sore ini kita akan mengadakan acara barbecue di halaman belakang, jadi Umma minta kalian semua untuk berganti pakaian dan turun ke bawah”

Eoh?
Ju Hee menaikkan alisnya.

  “Tumben sekali, baru kali ini kita—”

  “Bakar-bakar?! Umma serius?! Honchan mau sosis! Honchan mau sosis!”

  “Junhon, biarkan Nuna bicara”

  “Uh, mianhae”

Jaejoong mencubit pipi gembul Junhon.

  “Siapa saja yang datang?” Tanya Ju Hee penasaran.

  “Nenek dan kakekmu, Imo, Samchon, dan juga semua sepupu-sepupumu” Sahut Jaejoong seraya melirik ke dalam kamar Ju Hee, memastikan benar-benar tidak ada satupun barang yang rusak.

  “Oh! Kabar yang sangat bagus! Aku akan segera bersiap!”

  “Pakai baju yang normal, ya Ju! Jangan lupakan kakekmu yang pemarah itu!”

  “Yeah, Haraboji Jung sama cerewetnya dengan Umma”

  “YAH! Jung Ju—”

BLAM!

Aish. Jaejoong menatap kesal pintu kamar gadis cantik itu.
.
.
.
  “Tidak biasanya Yunho mau membuat acara seperti ini, Joongie” Komentar Keybum yang sangat mengenal watak putra sulungnya.

Jaejoong tertawa.
Ia mencomot sepotong sosis bakar dengan senyuman manis.

  “Ia akan melakukan apapun untuk kebahagiaanku, Ommonim”

  “Anak-anak terlihat sangat senang, jarang sekali mereka bisa berkumpul bersama sepupunya seperti saat ini” Ujar Heechul yang duduk di samping Keybum.

Wanita cantik itu melihat suaminya dan Jung Jinki yang sedang bermain catur bersama di bawah pohon akasia.
Sementara Yunho, Changmin dan Eunjae—suami Yorin—sibuk membicarakan sesuatu yang terlihat penting di dekat dua pria paruh baya itu.
Jaejoong beranjak bangun dari duduknya, ia menghampiri Yorin dan Kyuhyun yang sibuk memberitahu para maid untuk meratakan bumbu yang sudah selesai mereka kerjakan di atas panggangan.

Namja cantik itu menaikkan alisnya melihat Chansung, Chanjoo, dan Chansoo yang berjalan beriringan menuju pintu kaca pembatas rumah dengan halaman.

  “Eodisseo?” Tanya Jaejoong penasaran.

Si bungsu Chansoo segera tersenyum lebar.

  “Aku dan Chanjoo Hyung meminta Yun Hyung untuk bermain musik bersama yang lainnya. Juju Nuna bilang kami harus membawa keluar alat musiknya ke halaman belakang, tapi Chansung Hyung yang tahu di mana alat musiknya” Ujar si manis Chansoo.

Eoh?

Jaejoong menaikkan alisnya.
Ia segera menatap tajam putra sulungnya dan putri tunggalnya yang berpura-pura tidak melihatnya.
Yunjaeyun dan Ju Hee itu, aish! Mereka hanya kompak kalau untuk mengerjai sepupu-sepupunya saja! Geram Jaejoong dalam hatinya.
Yorin akan marah kalau ia tahu anak-anaknya diperintah seperti itu oleh anaknya.

  “Imo akan meminta pelayan untuk mengeluarkan alat musiknya, kalian kembali saja bermain” Ujar Jaejoong tersenyum.

  “Arasseo, Imo! Gomawo!” Seru Chanjoo tersenyum lebar.

Ia memang cukup malas untuk menyeret-nyeret drum milik Yunjaeyun yang berat itu.

  “Umma mau ke mana? Jae ikut”

Jaejoong menunduk, melihat Jaeho yang sudah menarik celananya.

  “Membantu Imomu, yakin mau ikut?”

  “Uhm, Jae tidak tahan mendengar suara cemprengnya Chansoo—ia terlalu berisik”

  “Jaejae tidak boleh seperti itu, Yorin Imo akan mencubit Jae kalau ia dengar”

  “Appa tidak akan membiarkan Imo menyentuh Jae, Umma tenang saja”

Eoh?
Jaejoong tertawa geli mendengar ucapan putra kecilnya.
Ia mengulurkan tangannya dan segera digenggam oleh Jaeho.

  “Ummaaa~! Hon ikut! Umma mau ke mana?” Pekik si manja Junhon seraya berlari menghampiri Jaejoong dan Jaeho.

  “Aih, kalian ini. Kka, pegang tangan Umma” Ujar Jaejoong mengulurkan tangannya yang bebas.

Junhon tersenyum secerah matahari.
Kembaran Jaeho itu segera menggenggam tangan Jaejoong dan mengintip Hyungnya.

  “Hyung, kita mau ke mana?” Tanyanya penasaran.

Jaejoong hanya tersenyum melihat kelakuan anaknya.

  “Membantu Imo, Hon tidak jadi menggambar dengan Minkyu?” Balas Jaeho balik bertanya.

Junhon mengerucutkan bibirnya.
Ia menggeleng.

  “Honchan mau ikut Hyung saja, Hon tidak suka jauh-jauh dari Hyung”

  “Baiklah, kita bisa makan ubi bakar bersama kalau sudah matang”

  “Hon dengar Yun Hyung, Ju Nuna, Gyu Nuna, dan Chansung Hyung mau main musik”

  “Kau mau ikut?”

  “Hyung ikut tidak? Honchan mau ikut kalau Jae Hyung ikut”

  “Ikut saja, sekalian latihan”

Jung Junhon mengangguk senang.
Ia melompat-lompat lucu selama berjalan di samping Jaejoong.
Membuat pria cantik itu terkikik geli melihat tingkah menggemaskan putra kecilnya.

  “Umma, ingat tidak di mana aku meletakkan buku musik yang diberikan guru lesku kemarin?” Ju Hee berlari menghampiri Jaejoong dan adik-adiknya.

  “Oh—yang sampulnya berwarna biru itu, ya? Kalau tidak salah ada di atas pianonya Jaeho” Sahut Jaejoong lembut.

  “Benar di sana? Nanti tidak ada”

  “Memangnya kapan Umma pernah berbohong? Lagi pula untuk apa buku itu?”

  “Gyu Onnie mau pinjam”

  “Langsung kembali ke sini, ya Ju, Halmonie ingin mengobrol denganmu”

  “Eoh? Halmonie yang mana? Yang cerewet, atau yang paling cerewet?”

Jaejoong tertawa.
Ia melepaskan genggamannya di tangan Jaeho dan menepuk kepala putri tunggalnya.

  “Yang paling cerewet” Sahutnya geli.

Ju Hee ikut tertawa sebelum ia berlari memasuki rumah.
Jaejoong kembali memegang tangan Jaeho dengan erat.

  “Jaejae Hyung, yang cerewet itu Halmonie Jung, kalau yang paling cerewet itu Halmonie Kim, ya?” Celetuk Junhon memiringkan kepalanya.

  “Sepertinya begitu” Gumam Jaeho mengerutkan dahinya bingung.

  “Siapa yang mengatai Halmonie cerewet, eh?”

Bocah kembar itu terkejut.
Mereka mendongak dan mendapati Kim Heechul yang bersidekap di depan mereka berdua.

  “JUJU NUNA!” Teriak keduanya kompak.

Yorin dan Kyuhyun yang sejak tadi mencuri dengar tertawa bersama.

  “Umma, kau menakuti mereka, Yunho tidak akan senang kalau ia tahu” Tegur Yorin tersenyum.

  “Ah, ayah yang protektif” Kesal Heechul menghela nafas.

Wanita cantik itu mencubit pipi Jaeho dan Junhon dengan gemas.
Ia sudah sering bertemu dengan tiga putra Yorin, berbanding terbalik dengan anak-anak Jaejoong.
Jadi ia ingin memanfaatkan kesempatan ini sebaik mungkin untuk menggoda si kembar yang polos ini.

  “Umma eodisseo?” Tanya Jaeho cepat melihat Jaejoong yang hendak beranjak dari sana.

  “Ke toilet sebentar, Jae di sini saja temani Halmoni” Ujar Jaejoong mengacak rambut putranya.

Pria cantik itu segera berjalan cepat memasuki rumah.
Ia memasuki dapur dan mencuci tangannya sebelum mengambil jus jeruk di kulkas.

  “Ah!”

Namja cantik itu berjengit kaget ketika sepasang lengan memeluknya dari belakang.
Jaejoong menghela nafas dan melanjutkan kegiatannya.

  “Ternyata acara seperti ini tidak buruk juga” Ujar Yunho di telinga kekasihnya.

Jaejoong tersenyum.

  “Yah, asal jangan sering-sering saja. Aku pusing melihat kelakuan anak-anak yang suka sekali mengerjai sepupu mereka, kau tahu vertigo? Kurang lebih seperti itu”  Ujar namja cantik itu meletakkan gelasnya di westafel.

  “Kalau begitu kau harus diobati agar sembuh hm?” Gumam Yunho meremas pinggang Jaejoong.

Mwo?

Namja cantik itu membulatkan mata besarnya.
Ia baru saja akan memberontak, namun Yunho sudah lebih dulu menekannya di pinggir westafel dan menarik kakinya untuk terbuka lebar.

  “Yunnie! Michesseo?!” Pekik Jaejoong kaget.

  “Bukankah ini menarik? Kita tidak tahu siapa yang memiliki kemungkinan terbesar untuk melihat apa yang kita lakukan” Bisik Yunho menyeringai.

Jaejoong menggeleng.

  “Aku sudah mengunci pintu kaca belakang, sayang, rileks”

  “Tapi tetap saja Yun—ini—a—ah!”

  “Kau masih bisa mendesah? What a bad kitty you are

Jaejoong meringis.
Ia mencengkram tangan Yunho yang tidak berhenti menelusuri pinggang rampingnya.
Namja cantik itu menahan nafas.
Semoga saja Yunho benar-benar sudah mengunci pintu kaca sialan itu.

Kalau tidak ia benar-benar akan vertigo berat.
Aish, ayah dan anak sama saja.
Sama-sama selalu membuatnya pusing.

Tapi Jaejoong suka.

Because in your arms, in this long darkness, I have fallen deeply.
Cause I’ve been waiting for you and you’ve been waiting for me.

END.

-TVXQ, Vertigo-

Akhirnya selesai juga wkwkwk makan waktu lama yak untuk chapter terakhirnya.
Bingung mau dibikin gimana soalnya.
Karena hampir semua chapter Yunho dan Jaejoong diundang ke acara pesta dan mereka datang.
Yosh—untuk ff kali ini karakter Ju Hee sedikit dipermanis, hahaha, capek juga liat Juju ngeselin terus. Yah—seenggaknya di sini jelas kenapa Jaejoong dan Ju Hee itu nggak dekat.

Uyey!

12 komentar:

  1. akhirr yang manisss
    shella itu selalu konsisten sam sifat2 tokoh2 di ff nya
    itu yang membuat aku seneng and nikmati ff2 kamu
    karena emang real nya merubah karakter seseorang itu g mudah

    terima kasih atas karyanya yang keren dan bagus bgt ini
    menunggu karya lainnya!!1

    BalasHapus
  2. Coba itu ank2 jae, kyu ma yorin jadiin band 😂

    BalasHapus
  3. Aku fans'mu ka tpi sayang qta gx bisa k'temu..😭

    BalasHapus
  4. ending :D
    good kak, tetep semangat terus nulis ff nya, hwaiting!

    BalasHapus
  5. Ahhh.. senangnya melihat juju yg "sedikit" manis dan gak egois hehe thx shella ats skp manis juju x ini, soalnya sk deg2an yah kl ada karakter juju nya *lebay -_-||
    Honchan selalu menjadi favo aku!!! Ihhh gemes bgt pengen nyubit! Aku bayanginnya joongie kecil
    Thx update nya shella, keren sprti biasa *^▁^*

    BalasHapus
  6. Ahhh.. senangnya melihat juju yg "sedikit" manis dan gak egois hehe thx shella ats skp manis juju x ini, soalnya sk deg2an yah kl ada karakter juju nya *lebay -_-||
    Honchan selalu menjadi favo aku!!! Ihhh gemes bgt pengen nyubit! Aku bayanginnya joongie kecil
    Thx update nya shella, keren sprti biasa *^▁^*

    BalasHapus
  7. Ff baru...
    Daddy tetep pemenangnya.
    Si Egois, diktator.
    tp tetep suka ama ini laki.
    smoga JJ ga cpt tua ngadepin klrg mcm gini.

    BalasHapus
  8. Yunho itu diktator bertangan seksi, jadi pantas saja jj pasrah dipenja oleh tuan jung bear yang tampan....
    Kalau anak jj kaya gini dijamin jj akan makan hati, gak anak gak bapak sama aja. Suka kok ada sequelnya gak?

    BalasHapus
  9. FF yang menarik dengan karakter para pemainNya yang tetap mempertahankan sifat masing2... goodjob#Semangat terus kak buat FF lagi ya :)

    BalasHapus
  10. Berakhir dgn selamat. Aku selalu suka sama style nulisnya author-nim. Maaf sebelum ini aku suka jadi silent reader. 😅😅
    Tetap semangat nulis ff yunjae ya, author-nim.

    BalasHapus