And I had the
answers now but now they mean nothing because these walls caught me here with
something
FOURTH
WALL—SOMETHING—
Go Ahra hanya diam memperhatikan
Jaejoong yang tampak pucat.
Seolah-olah seluruh darah di wajahnya terkuras
habis.
Mata sipit gadis cantik itu bergerak
pelan, memperhatikan namja berwajah manis yang masih berdiri di samping
Jaejoong.
Pria berambut hitam itu bersidekap
santai.
“Kudengar kau bercerai, setelah menikah tanpa mengundangku” Ujar pria
manis itu.
Jaejoong masih membeku.
Jemari pria cantik itu bergetar pelan.
Ia menelan salivanya.
Kibum melihat semuanya dengan cukup
jelas.
Dan itu sedikit membuatnya puas.
“Kenapa kau bercerai secepat ini? Apakah suamimu ternyata mencintai
orang lain?” Sambung namja manis itu lagi.
Jaejoong semakin pucat.
Ia merasa akan pingsan kapan saja.
Jantungnya berdebar dengan sangat
kencang.
Mata besarnya bergerak.
Memandang wajah Ahra yang kentara sekali
memperlihatkan raut bingung.
“Apakah memang sesulit itu? Membuat orang-orang mencintaimu? Atau ada
sesuatu yang salah pada dirimu? Sesuatu yang kita bertiga tahu, bahwa wajah
cantikmu menyimpan racun”
DEG.
Ahra terkejut.
Wanita cantik itu membulatkan mata
sipitnya memperhatikan wajah Jaejoong yang kaku.
Pria cantik itu merasakan nafasnya
tersendat.
Kedua mata besarnya terasa panas dan
basah.
Tidak—ia tidak boleh menangis di sini.
“Yah, orang-orang bilang kau banyak berubah belakangan ini. Tapi
menurutku tidak, kau masih sama menjijikkannya”
DEG.
Jaejoong tidak tahan lagi.
Ia sungguh ingin menghilang saat ini
juga.
Pria cantik itu menahan nafas ketika air
matanya jatuh.
Kim Kibum tersenyum puas.
“Nona, maafkan aku, tapi bisakah kau memberikan waktu untuk kami berdua?
Ada hal penting yang harus kubicarakan dengan Jaejoong” Ujar pemuda manis itu
sopan.
Gadis cantik itu mengangguk kaku.
Ia segera berdiri lalu membungkuk sopan
dan segera beranjak pergi dari cafe.
Sesekali ia berbalik memastikan Jaejoong
dalam keadaan baik-baik saja.
Ahra menghela nafas panjang.
Menebak-nebak siapa pemuda manis tadi.
Perlukah ia memberitahu Yunho?
.
.
.
“K—kenapa kau ada di sini? Kita sudah sepakat untuk—”
“Berpisah? Tidak saling bertemu lagi sampai maut datang?”
Jaejoong baru saja ingin mengangguk.
Tapi Kibum sudah lebih dulu menamparnya
dengan sangat keras.
Hingga membuat beberapa pengunjung cafe
melirik ke arah mereka berdua.
Tapi orang-orang segera sibuk kembali
dengan urusan mereka masing-masing.
Sementara Jaejoong terdiam kaku.
“Beritahu aku, bagaimana bisa aku tidak melihatmu lagi sementara kau ada
di mana-mana hampir 5 tahun ini!” Seru Kibum marah.
Wajah pria manis itu memerah.
Mata bulatnya melotot marah.
Deru nafasnya terdengar kencang.
Jemarinya sampai bergetar karena
emosinya yang pecah.
“Kenapa kau mengambil tawaran itu?! Itu bukan debutmu! Kau seharusnya
mundur dari dunia hiburan! Seharusnya kau tahu diri!” Desis Kibum menggertakkan
giginya.
Air mata Jaejoong jatuh.
Pria cantik itu menoleh, memberanikan
diri menatap langsung wajah merah Kibum.
“A—Aku tidak bisa..Aku tidak bisa kehilangannya..Itu impian Hyungie..”
Bisik Jaejoong tercekat.
“Bahkan akupun termasuk ke dalam impiannya” Potong Kibum cepat.
Jaejoong tersentak.
Memperhatikan mata besar Kibum yang
sudah memerah dan basah.
Ya Tuhan—tidak—ia sama sekali belum siap
untuk ini.
“Kau memang tinggal bersama Siwon selama bertahun-tahun sampai kontrak
debut dari agensi kalian datang. Tapi Siwon hanya mencintaiku. Hanya aku, Kim
Jaejoong!”
“Hyung bilang padaku kalau ia tidak bisa memilih di antara kau dan aku!
Dia juga mencintaiku! Dia membangun rumah itu untukku!”
“Oh—sepertinya kau tidak tahu, ya?”
DEG.
Jaejoong mencengkram pinggiran meja.
Menatap takut-takut seringai culas di
bibir Kibum.
“T—Tahu apa?”
“Siwon memang membangun rumah itu untukmu. Tapi itu aku yang meminta,
agar dia bisa meninggalkanmu sendirian di sana dan kau tidak akan marah karena
Siwon memutuskan untuk menikahiku setelah debut pertamanya”
DEG.
“A—Apa?”
“Siwon memang tidak bisa memilih di antara kita, tapi diam-diam ia
melamarku dan memintaku untuk menikahinya. Awalnya ia ingin memberitahumu
secara baik-baik agar kau mengerti. Tapi kau terlalu egois, Kim Jaejoong! Kau
membunuhnya!”
“Aku tidak membunuhnya!”
Kibum mengigit bibirnya.
Mengusap air matanya yang telah jatuh.
Ia sungguh tidak tahan dengan
pembicaraan ini.
Kalau saja ada bukti yang cukup, ia
tidak akan menunda waktu untuk memasukkan Jaejoong ke penjara.
Jaejoong menahan nafasnya.
Menatap mata Kibum yang masih menatap
lurus mata bulatnya.
“Aku tidak membunuhnya, Kibum..Malam itu aku tahu Hyung telah melamarmu.
Aku melihat cincinnya..Aku marah padanya, kenapa dia tidak menjelaskan apapun
kepadaku, kenapa ia menyusun pakaiannya ke dalam koper dan hendak pergi
meninggalkanku..”
“...”
“Kami bertengkar selagi dia menyetir dan—dan kecelakaan itu terjadi..”
“Lalu setelah itu Park Yoochun datang menemuiku, memintaku untuk
berdamai denganmu dan pergi dari Korea..Tapi ternyata aku terlalu naif—aku
tidak tahu kalau itu adalah idemu—dan dua tahun kemudian aku melihatmu di
televisi! Kau debut dengan kontrak yang seharusnya menjadi milik Siwon!”
“Aku—”
“Dan kau tidak tahu, kan? Alasan mengapa ia pergi malam itu? Malam di
mana kecelakaan itu terjadi?”
Jaejoong menggeleng.
Merasakan jantungnya yang semakin
berdebar-debar kencang melihat senyum sinis Kibum.
Pria manis itu mencondongkan tubuhnya ke
depan dan berbisik tepat di wajah Jaejoong.
“Karena di pagi harinya ia melihatmu menyimpan botol Aphrodisiac di lemari dapur, ia tahu kau
merencanakan sesuatu yang kotor, kemudian ia segera menghubungiku di sore hari
dan melamarku dengan cincin yang kau lihat..Ia memberitahuku kalau kau sangat
menjijikkan, egois, dan—”
BRAK!
Ucapan Kibum terhenti begitu saja saat
Jaejoong berdiri dengan kasar hingga menggebrak meja tanpa sadar.
Tubuhnya menggigil.
Pria cantik itu mengambil tasnya dan
segera berlari meninggalkan Kibum.
Pemuda manis itu menghela nafas.
Ia tersenyum kecut seraya bersandar pada
sandaran kursi.
“Ternyata aku juga sama menjijikkannya..” Bisiknya lirih.
.
.
.
Yunho pulang cepat hari ini.
Ia pusing dengan celotehan-celotehan
Changmin yang tidak berhenti memarahinya dan sindiran-sindiran Yoochun
untuknya.
Peduli setan dengan ibu dan mantan
mertuanya yang masih di rumah sakit.
Ia butuh istirahat sekarang.
Rasanya sedikit menyesal kenapa ia tidak
menyuruh Jaejoong berhenti saja dari dunia hiburan untuk selama-lamanya sebagai
syarat pernikahan mereka dulu.
Ia benci wartawan.
Ia benci reporter.
Dan ia benci acara gosip!
BRAKK!
DEG!
Yunho terkejut.
Ia baru saja akan berbaring nyaman di
atas ranjang dan tiba-tiba suara pintu yang terbanting menyapa telinganya.
Namja tampan itu segera memakai kemeja
yang sempat dilepasnya dan terburu-buru berlari menuruni tangga.
Direktur tampan itu terkejut setengah
mati mendapati mantan istrinya yang sedang menyeret tongkat baseball besi
miliknya ke ruang tengah.
Yunho membulatkan mata musangnya melihat
apa yang dilakukan Jaejoong detik berikutnya.
“JAEJOONG!!” Teriak Yunho lantang.
PRANGG!!
BRUKK!
Yunho menggertakkan giginya ketika
bahunya terbentur lantai.
Yang ia tahu ia refleks melompat dari
tangga dan melindungi Jaejoong dari pecahan kaca.
Pria tampan itu masih memejamkan mata
musangnya erat.
Setelah beberapa saat ia baru berani
membuka matanya.
Yunho terkejut.
Memandang jendela kaca besar yang selama
ini menjadi bagian kesukaan Jaejoong di rumah tersebut telah pecah
berkeping-keping.
Namja tampan itu tersadar dari kagetnya
ketika ia merasakan suara nafas yang menderu kencang di dadanya.
Yunho menunduk.
Melihat Jaejoong yang tampak begitu
kacau.
Tangis namja cantik itu pecah.
Ia menangis tersedu-sedu hingga Yunho
segera memeluknya erat agar ia tenang.
Pria tampan itu mendesah melihat pecahan
kaca yang berserakan di mana-mana dan tongkat miliknya yang jatuh keluar
jendela.
“Kau tidak terluka, kan?” Bisik Yunho bergetar.
Jaejoong tidak menyahut.
Ia masih menangis dengan sedih.
Membuat Yunho mengusap-usap kepala
mantan istrinya dan mengecup puncak kepalanya lembut.
Berusaha membuat Jaejoong merasa nyaman.
Pria tampan itu beranjak bangun dengan
Jaejoong yang masih dalam pelukannya.
Ia menggendong Jaejoong yang masih saja
menangis di dadanya.
Sedikit meringis ketika ia hendak
menaiki tangga, kakinya terasa basah.
Sial.
Ia menginjak pecahan kaca.
Yunho tidak berani meninggalkan Jaejoong
sendirian, tapi ia masih saja khawatir dengan pecahan kaca yang berserakan di
lantai bawah.
Pria tampan itu membaringkan Jaejoong di
ranjang dan kembali memeluknya, sementara tangan yang satunya sudah mengambil
ponsel dan menelepon Changmin agar datang bersama Hyunjoong dan Yoochun untuk
membereskan kekacauan di ruang tengah.
Yunho menghela nafas panjang.
Ia menatap Jaejoong yang sudah terlelap
dalam tangisnya.
“Apa yang sudah terjadi padamu, Jae?” Bisiknya lirih.
.
.
.
“Terima kasih”
Ketiga pemuda tampan itu hanya
mengangguk kompak saat Yunho meletakkan empat minuman kaleng di atas meja.
Pria tampan itu duduk di seberang
keempat pemuda tersebut dan mendesah lega melihat kakinya yang baru saja
diperban oleh Yoochun.
“Ia masih tidur?” Tanya Hyunjoong pelan.
Yunho mengangguk.
Ia bahkan sudah mencabut kunci kamar
mereka untuk berjaga-jaga.
Changmin menghela nafas panjang.
Ia bersandar pada sandaran sofa dan
menatap jendela besar yang kini hanya menyisakan sedikit pinggiran kaca yang
retak dan tajam.
Yoochun bahkan mengusap lengannya yang
dingin karena angin malam yang berhembus kencang dari jendela tersebut.
“Ahra menghubungiku kalau ia bertemu Jaejoong tadi sore dan juga seorang
laki-laki berwajah manis dengan rambut berwarna hitam” Ujar Yunho membuka
suara.
Hyunjoong, Changmin, dan Yoochun
terkejut mendengarnya.
Mereka saling menatap dan mendesah
panjang.
Membuat Yunho mengerutkan dahinya.
“Kalian tahu sesuatu, kan?” Desis Yunho geram.
Changmin mengangguk.
Ia memijat pelipisnya.
“Kami berempat berteman saat masih masa trainee” Ujarnya.
“Dan seseorang bernama Choi Siwon” Sambung Hyunjoong.
DEG.
Yunho membulatkan mata musangnya.
“Choi Siwon? Ia sudah meninggal, kan?” Cetusnya kaget.
“Kau tahu?” Tanya Yoochun menaikkan alisnya.
“Aku pernah mengikuti Jaejoong beberapa hari yang lalu..Ia pergi ke sana..Dan
kupikir—mereka—mereka saling mencintai..Apakah aku benar?”
Changmin meneguk minumnya.
Ia mengangkat bahu.
“Ya, tapi kemudian Siwon mencintai orang lain lagi, seseorang bernama
Kibum” Sahutnya pelan.
“Cinta segitiga” Ujar Hyunjoong ikut bersandar.
Yunho mengerjapkan mata musangnya.
Sesuatu terlintas di benaknya.
Suara Jaejoong.
[
“Cinta segitiga itu konyol sekali, kan?
Menyebalkan” ]
“Awalnya Siwon tidak bisa memilih, tapi akhirnya ia memutuskan untuk
bersama Kibum. Pria itu berencana meninggalkan Jaejoong begitu saja tanpa
memberikan penjelasan apapun, tapi mereka bertengkar dan mengalami kecelakaan,
Jaejoong hanya luka ringan, tapi Siwon kritis” Yoochun menghela nafas.
Changmin mengalihkan pandangannya,
memandang isi rumah yang besar itu.
“Siwon membangun rumah ini untuk Jaejoong. Mereka memang sudah tinggal
bersama sejak awal kami berkenalan, bisa dibilang—rumah ini adalah satu-satunya
penghubung di antara mereka berdua” Sambungnya.
“Lalu—pria itu—Kibum, bagaimana dengannya?” Tanya Yunho menaikkan
alisnya.
“Aku memintanya untuk menjauhi Jaejoong, memintanya untuk memaafkan
keegoisan Jaejoong dan dia setuju, tapi aku sama sekali tidak menyangka kalau
pada akhirnya dia kembali ke sini” Ujar Yoochun.
“Sepertinya ada sesuatu yang pria itu katakan sampai Jaejoong bisa
seperti ini, maksudku—rumah ini adalah segalanya untuknya” Gumam Changmin.
Yunho tidak berkomentar lagi.
Pria tampan itu diam.
Menatap jendela yang sudah hancur itu.
Terutama di bagian tempat Yunho melihat
bekas tulisan Jaejoong.
Ia terlalu terkejut.
Awalnya Yunho pikir Jaejoong hanya
sekedar menyimpan kesedihan karena ditinggal pergi oleh orang yang ia cintai.
Tapi ternyata semuanya sangat rumit.
Dahi Yunho mengernyit.
Pria tampan itu beranjak dari duduknya
hingga membuat ketiga pemuda yang ada di hadapannya refleks mendongak
memandangnya.
“Kalian menginap saja di kamar tamu, aku akan kembali menemani Jaejoong”
Ujarnya.
Ketiga pemuda itu mengangguk setuju.
Yunho tersenyum tipis dan segera
melangkah menaiki tangga.
.
.
.
Pemuda cantik itu mengerjapkan mata
besarnya yang membengkak dan sedikit merah ketika ia terbangun.
Menghembuskan nafas panjang menyadari
kalau kini ia sedang bersandar di atas dada bidang mantan suaminya yang masih
terjaga.
Tangan Yunho yang awalnya hanya sekedar
menahan kepala Jaejoong agar tidak jatuh segera bergerak mengusap-usap lembut
rambut namja cantik itu.
Jaejoong kembali mengerjap.
Memperhatikan suasana kamar yang
remang-remang.
Sudah tengah malam.
Pria cantik itu berbisik pelan.
“Kenapa kau belum tidur?”
Yunho menarik nafas.
Ia masih menatap langit-langit kamar.
“Aku menjagamu”
“Kenapa harus?”
“Aku khawatir”
Jaejoong tersenyum kecut.
“Seharusnya kau tetap menjauhiku seperti dulu”
“Diamlah”
“Kau benar, Yunho..Aku ini sungguh menjijikkan, iya kan?”
“Itu sama sekali tidak benar, aku menarik kembali perkataanku”
“Kenapa
tidak? Aku kan orang jahat. Aku sudah memisahkan dua orang yang saling
mencintai karena keegoisanku..Pantas saja—”
Jaejoong terkejut.
Matanya membesar mendapati Yunho yang
menarik wajahnya mendongak dan menutup mulutnya dengan bibir namja tampan itu.
Ia bisa merasakan Yunho melakukan
sesuatu di mulutnya.
Dan hal itu membuatnya perlahan-lahan
memejamkan mata.
Membiarkan Yunho mengambil alih dirinya.
“Baiklah, kau memang jahat. Tapi itu semua hanyalah masa lalu. Menyakiti
dirimu sendiri tidak akan membuat Hyungmu kembali” Bisik Yunho setelah ia
melepaskan ciuman mereka dan mengembalikan posisi Jaejoong seperti semula.
Pria cantik itu tidak menyahut.
Ia hanya terdiam dan menggigit bibirnya
yang berdenyut-denyut basah.
“Tidurlah, jangan pikirkan hal lain”
“Ya”
Yunho mendesah pendek.
Mengamati deru nafas Jaejoong yang
perlahan menjadi teratur.
Tidak butuh waktu lama agar namja cantik
itu terlelap.
Meninggalkan Yunho yang merenung dalam
diam.
Jantungnya tidak berhenti berdebar
kencang sejak ia memeluk Jaejoong dalam posisi yang sungguh intim seperti ini.
Rasanya sudah lama sekali ia tidak
bersentuhan dengan orang lain.
Yunho jadi memikirkan
pertanyaan-pertanyaan konyol yang terus berputar-putar di kepalanya.
Mengapa ia harus menceraikan Jaejoong?
Seharusnya ia bisa bersabar sedikit
lagi.
Hanya sedikit saja kesabaran.
Karena saat ini ia begitu berdebar
hingga rasanya mau hilang saja.
Perasaannya bercampur aduk antara ingin
melindungi Jaejoong atau melepaskannya.
Dan entah sejak kapan ia lupa bahwa
pernah ada seseorang yang mengisi hatinya sebelum ia bertemu dengan Jaejoong.
Ia tidak lagi menyadari keberadaan Ahra sejak
Jaejoong mengambil alih pikirannya.
Ia juga diam-diam cemburu pada Choi
Siwon yang sudah berhasil membuat Jaejoong jatuh cinta sampai seperti ini.
Ck.
Yunho menjilat bibirnya.
-------
“Puh—itu hal terkonyol yang pernah aku dengar”
Changmin berdecak. Model pro itu masih
berguling-guling di atas hambal apertemennya sementara Hyungnya duduk manis di
atas sofa.
Ia masih sendirian sejak pagi tadi
karena Kyuhyun—kekasihnya—memiliki jadwal yang sungguh padat untuk minggu ini.
Sungguh sial, padahal ini jatah
liburnya.
Tapi ia harus menghabiskan waktu
senggangnya untuk mendengar cerita dari pria super kaku itu.
Yunho mendadak mendatangi apertemennya
setelah memastikan Yoochun dapat mengawasi Jaejoong selama kepergiannya.
“Kenapa mendadak sekali? Kenapa tidak dari dulu saja?” Keluh Changmin
merengut menatap wajah tampan Hyungnya.
Yunho menghela nafas.
Ia berbaring di atas sofa seraya melirik
Changmin yang masih menatapnya.
“Aku juga tidak tahu, kenapa aku harus jatuh cinta padanya setelah
perceraian itu dilakukan? Aku bingung”
“Hm, kita harus kehilangan dulu agar kita tahu kalau sesuatu itu berharga”
“Menyontek dari mana kau?”
“Aku lupa, tapi itu kalimat yang bagus kan?”
Yunho memutar bola matanya jengah.
Tidak berapa lama kemudian Changmin
bertelungkup dan menatap jahil Hyung tampannya.
“Wah, jadi sekarang kau harus mengejar lagi, ya? Bedanya kali ini kau
mengejar orang yang berbeda”
“Mulutmu itu—”
“Kenapa dengan mulutku? Masih bisa makan kok”
Aish.
Yunho mengulurkan tangannya dan memukul
kepala Changmin.
Kemudian ia kembali menghela nafas
panjang dan memperhatikan langit-langit ruangan.
Sampai kemudian suara Changmin kembali
terdengar menyapa telinganya.
“Hyung”
“Apa?”
“Kurasa kau harus tahu kalau sejak kami saling mengenal, Jaejoong selalu
menjadikanku tong sampahnya sama sepertimu”
“Apa?! Kenapa kau tidak pernah memberitahuku? Apa saja yang ia bilang
tentangku eoh?”
Changmin meregangkan tubuhnya.
Ia mengubah posisinya menjadi duduk
bersila berhadapan dengan Yunho yang masih betah tiduran di sofa.
Namja berwajah kekanakan itu
memperlihatkan raut wajah yang sangat serius.
Membuat Yunho mau tidak mau harus
kembali menoleh dan memperhatikan wajah adiknya.
“Jaejoong itu walaupun hatinya rapuh, walaupun ia sering menangis karena
perbuatanmu, tapi tidak sedikitpun ia mencintaimu, Hyung. Aku mendengarnya
langsung dari Jaejoong, kalau seandainya ia berbohong pun aku tahu”
DEG.
Yunho terdiam.
Mengerjapkan mata musangnya cepat.
Sial—barusan itu—jantungnya serasa
diremas.
Sakit sekali.
Kenapa Changmin harus sejujur ini eoh?
“Aku tidak peduli” Ketus Yunho menajamkan matanya.
Pria tampan itu mengubah posisi
baringnya membelakangi Changmin.
Membuat pria berwajah kekanakan itu
berdecih dan kembali bertelungkup di atas hambal.
Yunho menarik nafas panjang.
Dadanya sakit sekali.
Kim Jaejoong sialan.
Jadi hanya ia yang berdebar-debar tidak
menentu sejak ciuman mereka kemarin malam?
Yang benar saja.
-------
“Oh—kau sudah pulang?”
Yunho terkejut ketika ia membuka pintu
kamarnya dan mendapati sang penyanyi terkenal—Kim Hyunjoong—yang sedang
memindahkan barang-barang yang ada di atas meja nakas ke dalam kotak.
“Jaejoong sedang mengurus kontraknya bersama Yoochun, kurasa akan ada
konferensi pers siang nanti. Jadi dia menyuruhku untuk mengambil
barang-barangnya di sini. Maaf ya, aku masuk tanpa izin darimu” Ujar Hyunjoong menggaruk
tengkuknya.
Namja tampan itu bergeming.
Lalu ia mengangguk pelan.
Mengepalkan tangannya melihat Hyunjoong
yang sudah kembali memindahkan barang-barang Jaejoong.
Sial. Jadi pria cantik itu serius untuk
pergi dari rumah ini eoh?
Setelah ia berhasil membuat Yunho tidak
ingin melepasnya.
“Konferensi pers? Aku tidak tahu” Gumam Yunho seraya duduk di pinggir
ranjang.
“Memang mendadak sih, aku juga baru tahu tadi” Sahut Hyunjoong seraya
memasukkan beberapa novel milik Jaejoong ke dalam kotak.
Yunho tahu itu.
Novel berseri yang sedang dibaca
Jaejoong.
“Yang itu jangan”
“Eh?”
“Novel-novel itu—kembalikan saja ke atas meja”
Hyunjoong mengerutkan dahinya bingung.
“Aku ingin membacanya—nanti biar Jaejoong saja yang mengambilnya
sendiri”
Pria badung itu menaikkan alisnya.
Kemudian ia segera tersenyum jahat.
Melemparkan novel Jaejoong ke atas meja
dan berkacak pinggang di hadapan Yunho.
“Hoo~ Ada yang sedang jatuh cinta rupanya” Gumamnya menyeringai.
“Mwo? Bicara apa kau!” Ketus Yunho kaget.
Hyunjoong tertawa.
Ia menunjuk-nunjuk novel yang sudah ia
kembalikan ke atas meja.
“Membaca apanya? Kau hanya ingin Jaejoong kembali ke sini kan? Kau
merindukannya!”
“Aku—”
“Kau tidak bisa melepas Jaejoong! Duh—padahal kau yang menceraikannya,
penyesalan memang selalu datang terlambat, ya? Hahaha”
“Ya sekya! Tutup mulutmu!”
Hyunjoong tidak mengacuhkan teriakan
Yunho.
Ia malah sudah menertawai wajah merah
namja tampan itu.
Lucu sekali, pikirnya.
Pria itu baru jatuh cinta setelah mereka
berpisah.
“Ini sungguh menarik” Gumam Hyunjoong tersenyum lebar.
“Menarik apanya hah? Segera selesaikan urusanmu di rumahku dan pergi
dari sini!” Balas Yunho kesal.
“Kau serius? Padahal aku baru saja memutuskan untuk mendukungmu”
Yunho mengepalkan tangannya.
Dan Hyunjoong melihat itu.
“Jadi...Ini saatnya di mana seorang Jung Yunho harus berjuang sekuat
tenaga untuk mengembalikan apa yang seharusnya terjadi, eh? Membuat Jaejoong
kembali menikahinya dan jatuh cinta kepadanya?” Ujar Hyunjoong menaikkan
alisnya.
Yunho tidak menyahut.
Ia menggertakkan giginya kesal.
“Kau sudah tahu jalan ceritanya” Desisnya tajam.
Hyunjoong kembali tertawa.
.
.
.
“Jae, kau baik-baik saja?”
Pria cantik itu mengangguk.
Ia menghela nafas panjang membiarkan
penata rias menata rambutnya.
“Sebenarnya aku masih ingin bersantai. Tapi hatiku tidak bisa berdamai.
Aku butuh kesibukan sampai aku lupa kalau aku masih punya hati” Ujar pria
cantik itu tersenyum tipis.
Yoochun bersidekap.
Memandang wajah cantik Jaejoong yang
sudah dirias melalui cermin.
“Aku sudah memberitahu Hyunjoong, Changmin, dan Kyuhyun tentang
konferensi pers untuk comeback-ku”
“Bagaimana dengan Yunho?”
Jaejoong diam.
Yoochun mengerutkan dahinya.
“Kau tidak memberitahunya?”
“Untuk apa? Ia bukan siapa-siapaku lagi sekarang. Jangan mengira aku
sudah lupa akan sikap buruknya terhadapku selama ini, ya, Park Yoochun”
“Tapi kupikir kalian sudah berdamai, kau memecahkan kaca rumah yang
sudah kau berikan untuknya beberapa waktu yang lalu”
“Itu balasan yang setimpal untuknya setelah selama ini membuatku
membuang-buang makanan”
Yoochun tertawa kecil.
Ia mengangguk dan menepuk kepala
Jaejoong dengan tangannya.
Membuat pria cantik itu mencebilkan
bibirnya yang sudah dipoles pewarna.
“Ayo, lima menit lagi” Ujar Yoochun menarik tangan Jaejoong.
Pria cantik itu mengangguk.
Ia memperhatikan penampilannya untuk
yang terakhir kalinya dan segera beranjak mengikuti Yoochun.
Mereka menelusuri koridor gedung agensi
dan berhenti tepat di hadapan sebuah pintu besar berkenop dua.
Yoochun membukakan pintu tersebut untuk
Jaejoong dan pria cantik itu segera memasuki ruangan konferensi yang sudah
dijejali oleh puluhan wartawan dan reporter.
Jaejoong membungkuk, lalu tersenyum
sopan dan segera duduk di kursi yang disediakan.
“Selamat siang, semuanya. Terima kasih sudah memenuhi undangan untuk
acara konferensi pers hari ini. Aktor di bawah agensiku, Kim Jaejoong—telah
memutuskan untuk kembali ke dunia hiburan setelah vakumnya selama tiga bulan
terakhir. Sesi tanya jawab akan kita mulai sekarang” Ujar direktur agensi yang
menaungi Jaejoong.
Suara kamera kembali terdengar riuh dan
semuanya berfokus kepada aktor terkenal itu.
“Untuk comeback ini, apakah
ada kontrak film yang sudah anda tanda tangani?”
Jaejoong mengangguk.
“Ya, untuk saat ini aku sudah menandatangani 3 film dan 7 iklan, serta 1
rekaman untuk music video dari Kim
Hyunjoong”
“Mengenai Kim Hyunjoong, apakah selama masa vakum kalian masih
berhubungan?”
“Ini pertanyaan yang lucu, tentu saja kami masih berhubungan. Pria itu
adalah teman baikku, begitu juga dengan Changmin dan Kyuhyun”
“Bisakah kami mendengar pendapat anda mengenai drama yang terakhir anda
perankan?”
“Tentu saja. Itu drama yang sangat menarik. Ini pertama kalinya aku
bekerja sama dengan Hyunjoong. Kalian bisa melihat aktingnya yang luar biasa,
padahal selama ini ia selalu menyanyi”
“Ada bocoran dari kru bahwa bagian akhir dari naskah mendapati pengubahan
langsung dari anda, apakah itu benar?”
“Ya, benar sekali. Aku berkonsultasi dengan Changmin terlebih dahulu
sebelum melakukannya. Ia mendukung ideku untuk kebaikan jalan cerita”
“Kebaikan jalan cerita? Apakah drama itu berhubungan dengan kisah nyata?”
Jaejoong mengangguk.
Ia membenarkan, dan suara kamera semakin
terdengar riuh.
“Cinta segitiga tidak pernah menyenangkan” Ujarnya tersenyum.
“Jika anda berpendapat seperti itu, apakah ini artinya seseorang pernah
melukai hati anda?”
“Hati? Aku tidak punya hati”
Para wartawan dan reporter tertawa
mendengar jawaban Jaejoong.
Pria itu khas sekali.
Tidak pernah mengubah jawabannya untuk
yang satu itu.
“Baiklah, konferensi pers akan segera kita akhiri. Apakah ada pertanyaan
terakhir?” Yoochun yang sejak tadi diam kini bersuara.
Seorang wartawan mengangkat tangan.
Jaejoong tersenyum ramah kepada wanita
cantik itu.
“Mengenai kehidupan pernikahan anda yang sungguh singkat, apakah Jung
Yunho telah menyakiti hati anda sehingga kalian berpisah?”
Jaejoong menaikkan alisnya.
Melihat para reporter juga mengangguk
setuju akan pertanyaan tersebut.
Namja cantik itu tersenyum manis.
Ia mendekatkan bibirnya kepada mikrofon.
“Jung Yunho? Ya, aku pernah menikah dengannya. Tapi sekarang kami sudah
bercerai, katanya dia sedang mengejar cinta pertamanya yang menolaknya waktu
itu. Eoh? Sakit hati? Tidak, sama sekali tidak”
Direktur agensi segera menutup acara
konferensi pers dan menggiring Jaejoong keluar dari ruangan.
Meninggalkan puluhan kamera yang terus
mengabadikan punggung Jaejoong sampai akhir.
Namja cantik itu menghela nafas puas
setelah menyelesaikan jadwalnya untuk hari ini.
Ia melirik Yoochun dan tersenyum tipis.
Karena
untuk apa sakit hati kepada hal yang bahkan tidak pernah mengetuk hatimu
sedikit saja?
END.
-F(x),
4 Walls-
shelllaaaaaa serius ini ENd???
BalasHapuskenapa gantung banget
masih penasaran sama lanjutan kisah cinta YunJae
Epiloge/sekuel please!!!!!!!!!
Ada sequelnya...??? :/
BalasHapusGak ada juga gak masalah sech... :)
Menurutku tergantung sudut pandang pembaca...
Kalau endingnya gantung kayak gini...
Cuma ada 3 jawaban...
Pada akhirnya balik bersama,,atau jaejoong pilih kehidupannya.ndiri dan yunho yang tetep berusaha bikin jaejoong balik lagi,,atau yang terakhir mereka berdua memilih melanjutkan hidup.masing-masing... :)
Hehehe :p
Tapi ceritanya bagus...
Cinta segitiga itu emang menyakitkan...
Lebih menyakitkan daripada mencintai seseorang yang tidak mencintai kita tapi masih berada disekeliling kita...
Wkwkwkwk XD
Jarang ni shella bikin ending begini, serius yunjae ngga bersatu?
BalasHapusCeritanya seru bnget tapi masih penasaran sama endingnya
BalasHapusSequel,, juseyo,,
BalasHapusTidak ada solusi utk cinta segitiga kecuali ada yg akhirnya mau merelakan...
BalasHapusSeriusan end?? Pdhal kirain baru pro klimaks cerita Yg nnti'y yunho ngejar2 jae 😐 ditunggu sequel'y yaa shella 😉
BalasHapusIni ff pertama yg kubaca dgn ending jaejoong tdk jatuh cinta sama yunho. Yun, selamat bertepuk sebelah tangan.. 😂 Memang kisah cinta segitiga itu konyol, kalau memilih salahsatu pihak, akan sangat sakit pihak yg tak dipilih 😭
BalasHapusAku suka kata ini "Karena untuk apa sakit hati kepada hal yang bahkan tidak pernah mengetuk hatimu sedikit saja?"
seriusan end???
BalasHapusnpa ngegantung amat
jinca? beneran jae ga berdebar2?
BalasHapusCinta segitiga..
BalasHapuslah skrg udah jd segi empat YunJaeSibum.
wajarlah ya namanya jg manusia. Udh tau bertepuk sbelah tangan tp pura2 ga tau dn ttp egois.
Slalu dh ff shella bikin baper..
ending suka bikin greget.
Yuk ahh lanjut ke epilog