This zone is only YunJae Fanfictions and this is our world

Selasa, 22 Maret 2016

FF/YAOI/YUNJAE/CHAPTER/4 WALLS/PART 4 *END*



And I had the answers now but now they mean nothing because these walls caught me here with something

FOURTH WALL—SOMETHING—

Go Ahra hanya diam memperhatikan Jaejoong yang tampak pucat.
Seolah-olah seluruh darah di wajahnya terkuras habis.
Mata sipit gadis cantik itu bergerak pelan, memperhatikan namja berwajah manis yang masih berdiri di samping Jaejoong.
Pria berambut hitam itu bersidekap santai.

  “Kudengar kau bercerai, setelah menikah tanpa mengundangku” Ujar pria manis itu.

Jaejoong masih membeku.
Jemari pria cantik itu bergetar pelan.
Ia menelan salivanya.
Kibum melihat semuanya dengan cukup jelas.
Dan itu sedikit membuatnya puas.

  “Kenapa kau bercerai secepat ini? Apakah suamimu ternyata mencintai orang lain?” Sambung namja manis itu lagi.


Jaejoong semakin pucat.
Ia merasa akan pingsan kapan saja.
Jantungnya berdebar dengan sangat kencang.
Mata besarnya bergerak.
Memandang wajah Ahra yang kentara sekali memperlihatkan raut bingung.

  “Apakah memang sesulit itu? Membuat orang-orang mencintaimu? Atau ada sesuatu yang salah pada dirimu? Sesuatu yang kita bertiga tahu, bahwa wajah cantikmu menyimpan racun”

DEG.

Ahra terkejut.
Wanita cantik itu membulatkan mata sipitnya memperhatikan wajah Jaejoong yang kaku.
Pria cantik itu merasakan nafasnya tersendat.
Kedua mata besarnya terasa panas dan basah.
Tidak—ia tidak boleh menangis di sini.

  “Yah, orang-orang bilang kau banyak berubah belakangan ini. Tapi menurutku tidak, kau masih sama menjijikkannya”

DEG.

Jaejoong tidak tahan lagi.
Ia sungguh ingin menghilang saat ini juga.
Pria cantik itu menahan nafas ketika air matanya jatuh.
Kim Kibum tersenyum puas.

  “Nona, maafkan aku, tapi bisakah kau memberikan waktu untuk kami berdua? Ada hal penting yang harus kubicarakan dengan Jaejoong” Ujar pemuda manis itu sopan.

Gadis cantik itu mengangguk kaku.
Ia segera berdiri lalu membungkuk sopan dan segera beranjak pergi dari cafe.
Sesekali ia berbalik memastikan Jaejoong dalam keadaan baik-baik saja.
Ahra menghela nafas panjang.

Menebak-nebak siapa pemuda manis tadi.

Perlukah ia memberitahu Yunho?
.
.
.
  “K—kenapa kau ada di sini? Kita sudah sepakat untuk—”

  “Berpisah? Tidak saling bertemu lagi sampai maut datang?”

Jaejoong baru saja ingin mengangguk.
Tapi Kibum sudah lebih dulu menamparnya dengan sangat keras.
Hingga membuat beberapa pengunjung cafe melirik ke arah mereka berdua.
Tapi orang-orang segera sibuk kembali dengan urusan mereka masing-masing.
Sementara Jaejoong terdiam kaku.

  “Beritahu aku, bagaimana bisa aku tidak melihatmu lagi sementara kau ada di mana-mana hampir 5 tahun ini!” Seru Kibum marah.

Wajah pria manis itu memerah.
Mata bulatnya melotot marah.
Deru nafasnya terdengar kencang.
Jemarinya sampai bergetar karena emosinya yang pecah.

  “Kenapa kau mengambil tawaran itu?! Itu bukan debutmu! Kau seharusnya mundur dari dunia hiburan! Seharusnya kau tahu diri!” Desis Kibum menggertakkan giginya.

Air mata Jaejoong jatuh.
Pria cantik itu menoleh, memberanikan diri menatap langsung wajah merah Kibum.

  “A—Aku tidak bisa..Aku tidak bisa kehilangannya..Itu impian Hyungie..” Bisik Jaejoong tercekat.

  “Bahkan akupun termasuk ke dalam impiannya” Potong Kibum cepat.

Jaejoong tersentak.
Memperhatikan mata besar Kibum yang sudah memerah dan basah.
Ya Tuhan—tidak—ia sama sekali belum siap untuk ini.

  “Kau memang tinggal bersama Siwon selama bertahun-tahun sampai kontrak debut dari agensi kalian datang. Tapi Siwon hanya mencintaiku. Hanya aku, Kim Jaejoong!”

  “Hyung bilang padaku kalau ia tidak bisa memilih di antara kau dan aku! Dia juga mencintaiku! Dia membangun rumah itu untukku!”

  “Oh—sepertinya kau tidak tahu, ya?”

DEG.

Jaejoong mencengkram pinggiran meja.
Menatap takut-takut seringai culas di bibir Kibum.

  “T—Tahu apa?”

  “Siwon memang membangun rumah itu untukmu. Tapi itu aku yang meminta, agar dia bisa meninggalkanmu sendirian di sana dan kau tidak akan marah karena Siwon memutuskan untuk menikahiku setelah debut pertamanya”

DEG.

  “A—Apa?”

  “Siwon memang tidak bisa memilih di antara kita, tapi diam-diam ia melamarku dan memintaku untuk menikahinya. Awalnya ia ingin memberitahumu secara baik-baik agar kau mengerti. Tapi kau terlalu egois, Kim Jaejoong! Kau membunuhnya!”

  “Aku tidak membunuhnya!”

Kibum mengigit bibirnya.
Mengusap air matanya yang telah jatuh.
Ia sungguh tidak tahan dengan pembicaraan ini.
Kalau saja ada bukti yang cukup, ia tidak akan menunda waktu untuk memasukkan Jaejoong ke penjara.

Jaejoong menahan nafasnya.
Menatap mata Kibum yang masih menatap lurus mata bulatnya.

  “Aku tidak membunuhnya, Kibum..Malam itu aku tahu Hyung telah melamarmu. Aku melihat cincinnya..Aku marah padanya, kenapa dia tidak menjelaskan apapun kepadaku, kenapa ia menyusun pakaiannya ke dalam koper dan hendak pergi meninggalkanku..”

  “...”

  “Kami bertengkar selagi dia menyetir dan—dan kecelakaan itu terjadi..”

  “Lalu setelah itu Park Yoochun datang menemuiku, memintaku untuk berdamai denganmu dan pergi dari Korea..Tapi ternyata aku terlalu naif—aku tidak tahu kalau itu adalah idemu—dan dua tahun kemudian aku melihatmu di televisi! Kau debut dengan kontrak yang seharusnya menjadi milik Siwon!”

  “Aku—”

  “Dan kau tidak tahu, kan? Alasan mengapa ia pergi malam itu? Malam di mana kecelakaan itu terjadi?”

Jaejoong menggeleng.
Merasakan jantungnya yang semakin berdebar-debar kencang melihat senyum sinis Kibum.
Pria manis itu mencondongkan tubuhnya ke depan dan berbisik tepat di wajah Jaejoong.

  “Karena di pagi harinya ia melihatmu menyimpan botol Aphrodisiac di lemari dapur, ia tahu kau merencanakan sesuatu yang kotor, kemudian ia segera menghubungiku di sore hari dan melamarku dengan cincin yang kau lihat..Ia memberitahuku kalau kau sangat menjijikkan, egois, dan—”

BRAK!

Ucapan Kibum terhenti begitu saja saat Jaejoong berdiri dengan kasar hingga menggebrak meja tanpa sadar.
Tubuhnya menggigil.
Pria cantik itu mengambil tasnya dan segera berlari meninggalkan Kibum.

Pemuda manis itu menghela nafas.
Ia tersenyum kecut seraya bersandar pada sandaran kursi.

  “Ternyata aku juga sama menjijikkannya..” Bisiknya lirih.
.
.
.
Yunho pulang cepat hari ini.
Ia pusing dengan celotehan-celotehan Changmin yang tidak berhenti memarahinya dan sindiran-sindiran Yoochun untuknya.
Peduli setan dengan ibu dan mantan mertuanya yang masih di rumah sakit.
Ia butuh istirahat sekarang.

Rasanya sedikit menyesal kenapa ia tidak menyuruh Jaejoong berhenti saja dari dunia hiburan untuk selama-lamanya sebagai syarat pernikahan mereka dulu.

Ia benci wartawan.
Ia benci reporter.
Dan ia benci acara gosip!

BRAKK!

DEG!

Yunho terkejut.
Ia baru saja akan berbaring nyaman di atas ranjang dan tiba-tiba suara pintu yang terbanting menyapa telinganya.
Namja tampan itu segera memakai kemeja yang sempat dilepasnya dan terburu-buru berlari menuruni tangga.
Direktur tampan itu terkejut setengah mati mendapati mantan istrinya yang sedang menyeret tongkat baseball besi miliknya ke ruang tengah.

Yunho membulatkan mata musangnya melihat apa yang dilakukan Jaejoong detik berikutnya.

  “JAEJOONG!!” Teriak Yunho lantang.

PRANGG!!

BRUKK!

Yunho menggertakkan giginya ketika bahunya terbentur lantai.
Yang ia tahu ia refleks melompat dari tangga dan melindungi Jaejoong dari pecahan kaca.
Pria tampan itu masih memejamkan mata musangnya erat.
Setelah beberapa saat ia baru berani membuka matanya.

Yunho terkejut.
Memandang jendela kaca besar yang selama ini menjadi bagian kesukaan Jaejoong di rumah tersebut telah pecah berkeping-keping.
Namja tampan itu tersadar dari kagetnya ketika ia merasakan suara nafas yang menderu kencang di dadanya.

Yunho menunduk.
Melihat Jaejoong yang tampak begitu kacau.
Tangis namja cantik itu pecah.
Ia menangis tersedu-sedu hingga Yunho segera memeluknya erat agar ia tenang.

Pria tampan itu mendesah melihat pecahan kaca yang berserakan di mana-mana dan tongkat miliknya yang jatuh keluar jendela.

  “Kau tidak terluka, kan?” Bisik Yunho bergetar.

Jaejoong tidak menyahut.
Ia masih menangis dengan sedih.
Membuat Yunho mengusap-usap kepala mantan istrinya dan mengecup puncak kepalanya lembut.
Berusaha membuat Jaejoong merasa nyaman.

Pria tampan itu beranjak bangun dengan Jaejoong yang masih dalam pelukannya.
Ia menggendong Jaejoong yang masih saja menangis di dadanya.
Sedikit meringis ketika ia hendak menaiki tangga, kakinya terasa basah.
Sial.
Ia menginjak pecahan kaca.

Yunho tidak berani meninggalkan Jaejoong sendirian, tapi ia masih saja khawatir dengan pecahan kaca yang berserakan di lantai bawah.
Pria tampan itu membaringkan Jaejoong di ranjang dan kembali memeluknya, sementara tangan yang satunya sudah mengambil ponsel dan menelepon Changmin agar datang bersama Hyunjoong dan Yoochun untuk membereskan kekacauan di ruang tengah.

Yunho menghela nafas panjang.
Ia menatap Jaejoong yang sudah terlelap dalam tangisnya.

  “Apa yang sudah terjadi padamu, Jae?” Bisiknya lirih.
.
.
.
  “Terima kasih”

Ketiga pemuda tampan itu hanya mengangguk kompak saat Yunho meletakkan empat minuman kaleng di atas meja.
Pria tampan itu duduk di seberang keempat pemuda tersebut dan mendesah lega melihat kakinya yang baru saja diperban oleh Yoochun.

  “Ia masih tidur?” Tanya Hyunjoong pelan.

Yunho mengangguk.
Ia bahkan sudah mencabut kunci kamar mereka untuk berjaga-jaga.
Changmin menghela nafas panjang.
Ia bersandar pada sandaran sofa dan menatap jendela besar yang kini hanya menyisakan sedikit pinggiran kaca yang retak dan tajam.

Yoochun bahkan mengusap lengannya yang dingin karena angin malam yang berhembus kencang dari jendela tersebut.

  “Ahra menghubungiku kalau ia bertemu Jaejoong tadi sore dan juga seorang laki-laki berwajah manis dengan rambut berwarna hitam” Ujar Yunho membuka suara.

Hyunjoong, Changmin, dan Yoochun terkejut mendengarnya.
Mereka saling menatap dan mendesah panjang.
Membuat Yunho mengerutkan dahinya.

  “Kalian tahu sesuatu, kan?” Desis Yunho geram.

Changmin mengangguk.
Ia memijat pelipisnya.

  “Kami berempat berteman saat masih masa trainee” Ujarnya.

  “Dan seseorang bernama Choi Siwon” Sambung Hyunjoong.

DEG.

Yunho membulatkan mata musangnya.

  “Choi Siwon? Ia sudah meninggal, kan?” Cetusnya kaget.

  “Kau tahu?” Tanya Yoochun menaikkan alisnya.

  “Aku pernah mengikuti Jaejoong beberapa hari yang lalu..Ia pergi ke sana..Dan kupikir—mereka—mereka saling mencintai..Apakah aku benar?”

Changmin meneguk minumnya.
Ia mengangkat bahu.

  “Ya, tapi kemudian Siwon mencintai orang lain lagi, seseorang bernama Kibum” Sahutnya pelan.

  “Cinta segitiga” Ujar Hyunjoong ikut bersandar.

Yunho mengerjapkan mata musangnya.
Sesuatu terlintas di benaknya.
Suara Jaejoong.

  [ “Cinta segitiga itu konyol sekali, kan? Menyebalkan” ]

  “Awalnya Siwon tidak bisa memilih, tapi akhirnya ia memutuskan untuk bersama Kibum. Pria itu berencana meninggalkan Jaejoong begitu saja tanpa memberikan penjelasan apapun, tapi mereka bertengkar dan mengalami kecelakaan, Jaejoong hanya luka ringan, tapi Siwon kritis” Yoochun menghela nafas.

Changmin mengalihkan pandangannya, memandang isi rumah yang besar itu.

  “Siwon membangun rumah ini untuk Jaejoong. Mereka memang sudah tinggal bersama sejak awal kami berkenalan, bisa dibilang—rumah ini adalah satu-satunya penghubung di antara mereka berdua” Sambungnya.

  “Lalu—pria itu—Kibum, bagaimana dengannya?” Tanya Yunho menaikkan alisnya.

  “Aku memintanya untuk menjauhi Jaejoong, memintanya untuk memaafkan keegoisan Jaejoong dan dia setuju, tapi aku sama sekali tidak menyangka kalau pada akhirnya dia kembali ke sini” Ujar Yoochun.

  “Sepertinya ada sesuatu yang pria itu katakan sampai Jaejoong bisa seperti ini, maksudku—rumah ini adalah segalanya untuknya” Gumam Changmin.

Yunho tidak berkomentar lagi.
Pria tampan itu diam.
Menatap jendela yang sudah hancur itu.
Terutama di bagian tempat Yunho melihat bekas tulisan Jaejoong.

Ia terlalu terkejut.

Awalnya Yunho pikir Jaejoong hanya sekedar menyimpan kesedihan karena ditinggal pergi oleh orang yang ia cintai.
Tapi ternyata semuanya sangat rumit.
Dahi Yunho mengernyit.

Pria tampan itu beranjak dari duduknya hingga membuat ketiga pemuda yang ada di hadapannya refleks mendongak memandangnya.

  “Kalian menginap saja di kamar tamu, aku akan kembali menemani Jaejoong” Ujarnya.

Ketiga pemuda itu mengangguk setuju.
Yunho tersenyum tipis dan segera melangkah menaiki tangga.
.
.
.
Pemuda cantik itu mengerjapkan mata besarnya yang membengkak dan sedikit merah ketika ia terbangun.
Menghembuskan nafas panjang menyadari kalau kini ia sedang bersandar di atas dada bidang mantan suaminya yang masih terjaga.
Tangan Yunho yang awalnya hanya sekedar menahan kepala Jaejoong agar tidak jatuh segera bergerak mengusap-usap lembut rambut namja cantik itu.

Jaejoong kembali mengerjap.
Memperhatikan suasana kamar yang remang-remang.
Sudah tengah malam.
Pria cantik itu berbisik pelan.

  “Kenapa kau belum tidur?”

Yunho menarik nafas.
Ia masih menatap langit-langit kamar.

  “Aku menjagamu”

  “Kenapa harus?”

  “Aku khawatir”

Jaejoong tersenyum kecut.

  “Seharusnya kau tetap menjauhiku seperti dulu”

  “Diamlah”

  “Kau benar, Yunho..Aku ini sungguh menjijikkan, iya kan?”

  “Itu sama sekali tidak benar, aku menarik kembali perkataanku”

  “Kenapa tidak? Aku kan orang jahat. Aku sudah memisahkan dua orang yang saling mencintai karena keegoisanku..Pantas saja—”

Jaejoong terkejut.
Matanya membesar mendapati Yunho yang menarik wajahnya mendongak dan menutup mulutnya dengan bibir namja tampan itu.
Ia bisa merasakan Yunho melakukan sesuatu di mulutnya.
Dan hal itu membuatnya perlahan-lahan memejamkan mata.

Membiarkan Yunho mengambil alih dirinya.

  “Baiklah, kau memang jahat. Tapi itu semua hanyalah masa lalu. Menyakiti dirimu sendiri tidak akan membuat Hyungmu kembali” Bisik Yunho setelah ia melepaskan ciuman mereka dan mengembalikan posisi Jaejoong seperti semula.

Pria cantik itu tidak menyahut.
Ia hanya terdiam dan menggigit bibirnya yang berdenyut-denyut basah.

  “Tidurlah, jangan pikirkan hal lain”

  “Ya”

Yunho mendesah pendek.
Mengamati deru nafas Jaejoong yang perlahan menjadi teratur.
Tidak butuh waktu lama agar namja cantik itu terlelap.
Meninggalkan Yunho yang merenung dalam diam.

Jantungnya tidak berhenti berdebar kencang sejak ia memeluk Jaejoong dalam posisi yang sungguh intim seperti ini.
Rasanya sudah lama sekali ia tidak bersentuhan dengan orang lain.
Yunho jadi memikirkan pertanyaan-pertanyaan konyol yang terus berputar-putar di kepalanya.

Mengapa ia harus menceraikan Jaejoong?
Seharusnya ia bisa bersabar sedikit lagi.

Hanya sedikit saja kesabaran.

Karena saat ini ia begitu berdebar hingga rasanya mau hilang saja.
Perasaannya bercampur aduk antara ingin melindungi Jaejoong atau melepaskannya.
Dan entah sejak kapan ia lupa bahwa pernah ada seseorang yang mengisi hatinya sebelum ia bertemu dengan Jaejoong.

Ia tidak lagi menyadari keberadaan Ahra sejak Jaejoong mengambil alih pikirannya.
Ia juga diam-diam cemburu pada Choi Siwon yang sudah berhasil membuat Jaejoong jatuh cinta sampai seperti ini.

Ck.

Yunho menjilat bibirnya.


-------


  “Puh—itu hal terkonyol yang pernah aku dengar”

Changmin berdecak. Model pro itu masih berguling-guling di atas hambal apertemennya sementara Hyungnya duduk manis di atas sofa.
Ia masih sendirian sejak pagi tadi karena Kyuhyun—kekasihnya—memiliki jadwal yang sungguh padat untuk minggu ini.
Sungguh sial, padahal ini jatah liburnya.
Tapi ia harus menghabiskan waktu senggangnya untuk mendengar cerita dari pria super kaku itu.
Yunho mendadak mendatangi apertemennya setelah memastikan Yoochun dapat mengawasi Jaejoong selama kepergiannya.

  “Kenapa mendadak sekali? Kenapa tidak dari dulu saja?” Keluh Changmin merengut menatap wajah tampan Hyungnya.

Yunho menghela nafas.
Ia berbaring di atas sofa seraya melirik Changmin yang masih menatapnya.

  “Aku juga tidak tahu, kenapa aku harus jatuh cinta padanya setelah perceraian itu dilakukan? Aku bingung”

  “Hm, kita harus kehilangan dulu agar kita tahu kalau sesuatu itu berharga”

  “Menyontek dari mana kau?”

  “Aku lupa, tapi itu kalimat yang bagus kan?”

Yunho memutar bola matanya jengah.
Tidak berapa lama kemudian Changmin bertelungkup dan menatap jahil Hyung tampannya.

  “Wah, jadi sekarang kau harus mengejar lagi, ya? Bedanya kali ini kau mengejar orang yang berbeda”

  “Mulutmu itu—”

  “Kenapa dengan mulutku? Masih bisa makan kok”

Aish.
Yunho mengulurkan tangannya dan memukul kepala Changmin.
Kemudian ia kembali menghela nafas panjang dan memperhatikan langit-langit ruangan.
Sampai kemudian suara Changmin kembali terdengar menyapa telinganya.

  “Hyung”

  “Apa?”

  “Kurasa kau harus tahu kalau sejak kami saling mengenal, Jaejoong selalu menjadikanku tong sampahnya sama sepertimu”

  “Apa?! Kenapa kau tidak pernah memberitahuku? Apa saja yang ia bilang tentangku eoh?”

Changmin meregangkan tubuhnya.
Ia mengubah posisinya menjadi duduk bersila berhadapan dengan Yunho yang masih betah tiduran di sofa.
Namja berwajah kekanakan itu memperlihatkan raut wajah yang sangat serius.
Membuat Yunho mau tidak mau harus kembali menoleh dan memperhatikan wajah adiknya.

  “Jaejoong itu walaupun hatinya rapuh, walaupun ia sering menangis karena perbuatanmu, tapi tidak sedikitpun ia mencintaimu, Hyung. Aku mendengarnya langsung dari Jaejoong, kalau seandainya ia berbohong pun aku tahu”

DEG.

Yunho terdiam.
Mengerjapkan mata musangnya cepat.
Sial—barusan itu—jantungnya serasa diremas.
Sakit sekali.
Kenapa Changmin harus sejujur ini eoh?

  “Aku tidak peduli” Ketus Yunho menajamkan matanya.

Pria tampan itu mengubah posisi baringnya membelakangi Changmin.
Membuat pria berwajah kekanakan itu berdecih dan kembali bertelungkup di atas hambal.

Yunho menarik nafas panjang.
Dadanya sakit sekali.
Kim Jaejoong sialan.
Jadi hanya ia yang berdebar-debar tidak menentu sejak ciuman mereka kemarin malam?
Yang benar saja.


-------


  “Oh—kau sudah pulang?”

Yunho terkejut ketika ia membuka pintu kamarnya dan mendapati sang penyanyi terkenal—Kim Hyunjoong—yang sedang memindahkan barang-barang yang ada di atas meja nakas ke dalam kotak.

  “Jaejoong sedang mengurus kontraknya bersama Yoochun, kurasa akan ada konferensi pers siang nanti. Jadi dia menyuruhku untuk mengambil barang-barangnya di sini. Maaf ya, aku masuk tanpa izin darimu” Ujar Hyunjoong menggaruk tengkuknya.

Namja tampan itu bergeming.
Lalu ia mengangguk pelan.
Mengepalkan tangannya melihat Hyunjoong yang sudah kembali memindahkan barang-barang Jaejoong.
Sial. Jadi pria cantik itu serius untuk pergi dari rumah ini eoh?
Setelah ia berhasil membuat Yunho tidak ingin melepasnya.

  “Konferensi pers? Aku tidak tahu” Gumam Yunho seraya duduk di pinggir ranjang.

  “Memang mendadak sih, aku juga baru tahu tadi” Sahut Hyunjoong seraya memasukkan beberapa novel milik Jaejoong ke dalam kotak.

Yunho tahu itu.
Novel berseri yang sedang dibaca Jaejoong.

  “Yang itu jangan”

  “Eh?”

  “Novel-novel itu—kembalikan saja ke atas meja”

Hyunjoong mengerutkan dahinya bingung.

  “Aku ingin membacanya—nanti biar Jaejoong saja yang mengambilnya sendiri”

Pria badung itu menaikkan alisnya.
Kemudian ia segera tersenyum jahat.
Melemparkan novel Jaejoong ke atas meja dan berkacak pinggang di hadapan Yunho.

  “Hoo~ Ada yang sedang jatuh cinta rupanya” Gumamnya menyeringai.

  “Mwo? Bicara apa kau!” Ketus Yunho kaget.

Hyunjoong tertawa.
Ia menunjuk-nunjuk novel yang sudah ia kembalikan ke atas meja.

  “Membaca apanya? Kau hanya ingin Jaejoong kembali ke sini kan? Kau merindukannya!”

  “Aku—”

  “Kau tidak bisa melepas Jaejoong! Duh—padahal kau yang menceraikannya, penyesalan memang selalu datang terlambat, ya? Hahaha”

  “Ya sekya! Tutup mulutmu!”

Hyunjoong tidak mengacuhkan teriakan Yunho.
Ia malah sudah menertawai wajah merah namja tampan itu.
Lucu sekali, pikirnya.
Pria itu baru jatuh cinta setelah mereka berpisah.

  “Ini sungguh menarik” Gumam Hyunjoong tersenyum lebar.

  “Menarik apanya hah? Segera selesaikan urusanmu di rumahku dan pergi dari sini!” Balas Yunho kesal.

  “Kau serius? Padahal aku baru saja memutuskan untuk mendukungmu”

Yunho mengepalkan tangannya.
Dan Hyunjoong melihat itu.

  “Jadi...Ini saatnya di mana seorang Jung Yunho harus berjuang sekuat tenaga untuk mengembalikan apa yang seharusnya terjadi, eh? Membuat Jaejoong kembali menikahinya dan jatuh cinta kepadanya?” Ujar Hyunjoong menaikkan alisnya.

Yunho tidak menyahut.
Ia menggertakkan giginya kesal.

  “Kau sudah tahu jalan ceritanya” Desisnya tajam.

Hyunjoong kembali tertawa.
.
.
.
  “Jae, kau baik-baik saja?”

Pria cantik itu mengangguk.
Ia menghela nafas panjang membiarkan penata rias menata rambutnya.

  “Sebenarnya aku masih ingin bersantai. Tapi hatiku tidak bisa berdamai. Aku butuh kesibukan sampai aku lupa kalau aku masih punya hati” Ujar pria cantik itu tersenyum tipis.

Yoochun bersidekap.
Memandang wajah cantik Jaejoong yang sudah dirias melalui cermin.

  “Aku sudah memberitahu Hyunjoong, Changmin, dan Kyuhyun tentang konferensi pers untuk comeback-ku”

  “Bagaimana dengan Yunho?”

Jaejoong diam.
Yoochun mengerutkan dahinya.

  “Kau tidak memberitahunya?”

  “Untuk apa? Ia bukan siapa-siapaku lagi sekarang. Jangan mengira aku sudah lupa akan sikap buruknya terhadapku selama ini, ya, Park Yoochun”

  “Tapi kupikir kalian sudah berdamai, kau memecahkan kaca rumah yang sudah kau berikan untuknya beberapa waktu yang lalu”

  “Itu balasan yang setimpal untuknya setelah selama ini membuatku membuang-buang makanan”

Yoochun tertawa kecil.
Ia mengangguk dan menepuk kepala Jaejoong dengan tangannya.
Membuat pria cantik itu mencebilkan bibirnya yang sudah dipoles pewarna.

  “Ayo, lima menit lagi” Ujar Yoochun menarik tangan Jaejoong.

Pria cantik itu mengangguk.
Ia memperhatikan penampilannya untuk yang terakhir kalinya dan segera beranjak mengikuti Yoochun.

Mereka menelusuri koridor gedung agensi dan berhenti tepat di hadapan sebuah pintu besar berkenop dua.
Yoochun membukakan pintu tersebut untuk Jaejoong dan pria cantik itu segera memasuki ruangan konferensi yang sudah dijejali oleh puluhan wartawan dan reporter.
Jaejoong membungkuk, lalu tersenyum sopan dan segera duduk di kursi yang disediakan.

  “Selamat siang, semuanya. Terima kasih sudah memenuhi undangan untuk acara konferensi pers hari ini. Aktor di bawah agensiku, Kim Jaejoong—telah memutuskan untuk kembali ke dunia hiburan setelah vakumnya selama tiga bulan terakhir. Sesi tanya jawab akan kita mulai sekarang” Ujar direktur agensi yang menaungi Jaejoong.

Suara kamera kembali terdengar riuh dan semuanya berfokus kepada aktor terkenal itu.

  “Untuk comeback ini, apakah ada kontrak film yang sudah anda tanda tangani?”

Jaejoong mengangguk.

  “Ya, untuk saat ini aku sudah menandatangani 3 film dan 7 iklan, serta 1 rekaman untuk music video dari Kim Hyunjoong”

  “Mengenai Kim Hyunjoong, apakah selama masa vakum kalian masih berhubungan?”

  “Ini pertanyaan yang lucu, tentu saja kami masih berhubungan. Pria itu adalah teman baikku, begitu juga dengan Changmin dan Kyuhyun”

  “Bisakah kami mendengar pendapat anda mengenai drama yang terakhir anda perankan?”

  “Tentu saja. Itu drama yang sangat menarik. Ini pertama kalinya aku bekerja sama dengan Hyunjoong. Kalian bisa melihat aktingnya yang luar biasa, padahal selama ini ia selalu menyanyi”

  “Ada bocoran dari kru bahwa bagian akhir dari naskah mendapati pengubahan langsung dari anda, apakah itu benar?”

  “Ya, benar sekali. Aku berkonsultasi dengan Changmin terlebih dahulu sebelum melakukannya. Ia mendukung ideku untuk kebaikan jalan cerita”

  “Kebaikan jalan cerita? Apakah drama itu berhubungan dengan kisah nyata?”

Jaejoong mengangguk.
Ia membenarkan, dan suara kamera semakin terdengar riuh.

  “Cinta segitiga tidak pernah menyenangkan” Ujarnya tersenyum.

  “Jika anda berpendapat seperti itu, apakah ini artinya seseorang pernah melukai hati anda?”

  “Hati? Aku tidak punya hati”

Para wartawan dan reporter tertawa mendengar jawaban Jaejoong.
Pria itu khas sekali.
Tidak pernah mengubah jawabannya untuk yang satu itu.

  “Baiklah, konferensi pers akan segera kita akhiri. Apakah ada pertanyaan terakhir?” Yoochun yang sejak tadi diam kini bersuara.

Seorang wartawan mengangkat tangan.
Jaejoong tersenyum ramah kepada wanita cantik itu.

  “Mengenai kehidupan pernikahan anda yang sungguh singkat, apakah Jung Yunho telah menyakiti hati anda sehingga kalian berpisah?”

Jaejoong menaikkan alisnya.
Melihat para reporter juga mengangguk setuju akan pertanyaan tersebut.
Namja cantik itu tersenyum manis.
Ia mendekatkan bibirnya kepada mikrofon.

  “Jung Yunho? Ya, aku pernah menikah dengannya. Tapi sekarang kami sudah bercerai, katanya dia sedang mengejar cinta pertamanya yang menolaknya waktu itu. Eoh? Sakit hati? Tidak, sama sekali tidak”

Direktur agensi segera menutup acara konferensi pers dan menggiring Jaejoong keluar dari ruangan.
Meninggalkan puluhan kamera yang terus mengabadikan punggung Jaejoong sampai akhir.
Namja cantik itu menghela nafas puas setelah menyelesaikan jadwalnya untuk hari ini.

Ia melirik Yoochun dan tersenyum tipis.

Karena untuk apa sakit hati kepada hal yang bahkan tidak pernah mengetuk hatimu sedikit saja?

END.

-F(x), 4 Walls-

11 komentar:

  1. shelllaaaaaa serius ini ENd???
    kenapa gantung banget
    masih penasaran sama lanjutan kisah cinta YunJae
    Epiloge/sekuel please!!!!!!!!!

    BalasHapus
  2. Ada sequelnya...??? :/
    Gak ada juga gak masalah sech... :)

    Menurutku tergantung sudut pandang pembaca...
    Kalau endingnya gantung kayak gini...
    Cuma ada 3 jawaban...
    Pada akhirnya balik bersama,,atau jaejoong pilih kehidupannya.ndiri dan yunho yang tetep berusaha bikin jaejoong balik lagi,,atau yang terakhir mereka berdua memilih melanjutkan hidup.masing-masing... :)
    Hehehe :p

    Tapi ceritanya bagus...
    Cinta segitiga itu emang menyakitkan...
    Lebih menyakitkan daripada mencintai seseorang yang tidak mencintai kita tapi masih berada disekeliling kita...
    Wkwkwkwk XD

    BalasHapus
  3. Jarang ni shella bikin ending begini, serius yunjae ngga bersatu?

    BalasHapus
  4. Ceritanya seru bnget tapi masih penasaran sama endingnya

    BalasHapus
  5. Tidak ada solusi utk cinta segitiga kecuali ada yg akhirnya mau merelakan...

    BalasHapus
  6. Seriusan end?? Pdhal kirain baru pro klimaks cerita Yg nnti'y yunho ngejar2 jae 😐 ditunggu sequel'y yaa shella 😉

    BalasHapus
  7. Ini ff pertama yg kubaca dgn ending jaejoong tdk jatuh cinta sama yunho. Yun, selamat bertepuk sebelah tangan.. 😂 Memang kisah cinta segitiga itu konyol, kalau memilih salahsatu pihak, akan sangat sakit pihak yg tak dipilih 😭

    Aku suka kata ini "Karena untuk apa sakit hati kepada hal yang bahkan tidak pernah mengetuk hatimu sedikit saja?"

    BalasHapus
  8. seriusan end???
    npa ngegantung amat

    BalasHapus
  9. jinca? beneran jae ga berdebar2?

    BalasHapus
  10. Cinta segitiga..
    lah skrg udah jd segi empat YunJaeSibum.
    wajarlah ya namanya jg manusia. Udh tau bertepuk sbelah tangan tp pura2 ga tau dn ttp egois.
    Slalu dh ff shella bikin baper..
    ending suka bikin greget.
    Yuk ahh lanjut ke epilog

    BalasHapus