This zone is only YunJae Fanfictions and this is our world

Minggu, 13 Maret 2016

FF/YAOI/YUNJAE/CHAPTER/4 WALLS/PART 2



And I had the answers now but now they mean nothing because these walls caught me here with something

SECOND WALL—BECOME SOMETHING—

Jaejoong bosan.
Sangat bosan.
Hari-harinya selalu dipenuhi dengan jadwal yang sungguh padat hingga untuk bernafas saja ia sesak.
Tapi justru itu menariknya, dan sekarang ia harus terpaksa tinggal di rumah dan menghabiskan waktunya dengan menonton televisi yang menayangkan berita tentang vakumnya dari dunia hiburan.
Pria cantik itu menghela nafas panjang.

  “Akur apanya, yang beruang jahat itu bisa lakukan selama ini hanya bersikap kasar kepadaku dan masakanku” Gerutu pria cantik itu kesal.

Sudah jam 5 sore, sebentar lagi namja tampan itu akan pulang.
Hih, menyebalkan sekali.

CKLEK.

Ah, baru saja disumpahi, pria itu sudah masuk ke dalam rumah.

  “Setidaknya ucapkan aku pulang kalau datang” Ujar Jaejoong menatap Yunho kesal.

Namja tampan itu tidak mengacuhkan istrinya.
Ia malah berjalan menaiki tangga menuju kamar mereka.
Jaejoong menghela nafas.
Ia bersandar pada sofa putihnya dan memperhatikan langit senja yang sangat indah sore ini.
Mata besarnya mengerjap, dalam beberapa detik pria cantik itu sudah tenggelam dalam lamunannya.

TAP TAP TAP.

 “Eoh?”


Yunho menaikkan alisnya ketika ia menuruni tangga masih dengan kemeja kantornya ia malah mendapati Jaejoong sedang memeluk lututnya di atas sofa seraya memperhatikan pemandangan dari jendela besar itu.
Sejak mereka tinggal bersama Yunho setidaknya tahu beberapa kebiasaan aneh namja cantik itu.
Terutama melamun di depan jendela besar tersebut.

  “Kau tidak memasak?”

Jaejoong tersentak.
Ia berbalik dan menatap Yunho yang sedang membuka pintu kulkas.
Pria cantik itu berjalan menuju dapur dan membuka tutup microwave.
Yunho melirik namja cantik itu dalam diam.

Jaejoong meletakkan mangkuk hangatnya di atas meja makan dan memakan nasi karinya dengan lahap.
Tidak mengacuhkan Yunho yang sudah bersidekap kepadanya.

  “Mana bagianku?” Tanya namja tampan itu mengerutkan dahinya.

Jaejoong mengangkat wajahnya.
Menatap kesal namja tampan itu.

  “Kenapa tiba-tiba kau bertanya? Selama ini aku selalu membuang bagianmu karena kau menolaknya, jadi kupikir lebih baik aku memikirkan diriku sendiri saja dari pada terus membuang-buang makanan” Sahut Jaejoong panjang.

Dahi Yunho berkedut.
Ia menatap tajam pria cantik itu.

  “Istri macam apa kau ini? Aku menikahimu bukan untuk diabaikan seperti ini!” Seru namja tampan itu marah.

Jaejoong menghentak sendoknya.
Ia balas menatap dingin mata musang itu.

  “Seharusnya itu pertanyaanku! Suami macam apa kau ini?! Tidak pernah sekalipun bersikap manis kepada istrimu! Kau pikir kau itu hebat eoh? Bahkan gajiku saja lebih besar dari pada gajimu!”

PLAKK!

DEG.

Jaejoong terkejut.
Bola matanya membesar tidak percaya.
Ia menatap Yunho yang menamparnya dengan keras.
Mata Jaejoong terasa panas.
Selama ini tidak pernah ada yang menyakitinya hingga seperti ini.

Air mata Jaejoong jatuh tanpa sadar.

  “Atas dasar apa kau menamparku eoh!? Berani sekali kau melakukannya, dasar bajingan!” Teriak Jaejoong marah.

  “Tutup mulutmu! Kau pikir aku bahagia dengan pernikahan sialan ini?! Aku mengutukmu setiap hari! Seharusnya aku tidak pernah menikahimu!” Balas Yunho dengan wajahnya yang merah.

Jaejoong terkejut.
Ia sudah tahu dari awal kalau Yunho tidak pernah menerima pernikahan ini.
Tapi tidak bisakah pria itu menjaga mulutnya?

  “Kalau begitu hentikan saja semua ini! Bukan hanya kau yang tersiksa di sini! Aku bahkan lebih menderita harus hidup bersama bajingan seperti dirimu! Cih, menjaga kekasihmu sendiri saja kau tidak bisa, masih berani memukul orang lain, berkacalah!” Teriak Jaejoong serak.

Pria cantik itu melempar mangkuk nasi karinya ke arah Yunho hingga namja tampan itu terkejut akan rasa panas kari yang membakar kakinya.
Jaejoong segera berlari mengambil kunci mobilnya dan membanting pintu rumah dengan kasar.
Meninggalkan Yunho yang masih mengaduh di dapur.
.
.
.
Pintu mobil itu tertutup pelan.
Jaejoong keluar dari dalam mobilnya seraya menghela nafas panjang.
Hari sudah gelap dan udara mulai dingin.
Tapi setidaknya itu bisa membantu Jaejoong meredakan amarahnya.
Pria cantik itu mengusap pipinya yang masih berdenyut menyakitkan.

Langkah kakinya berjalan memasuki taman kota yang cukup ramai malam ini.
Kemudian ia duduk di atas kursi panjang yang tersedia.
Pria cantik itu kembali menghela nafas panjang hingga asap tebal mengepul dari bibirnya.
Jaejoong bersandar pada sandaran kursi dan memejamkan mata besarnya.
Sampai kapan ia harus hidup seperti ini?

Jaejoong lelah.

Ia ingin masa lalunya—ia hanya ingin kesendiriannya.

  “Omo! Itu Jaejoong bukan? Kim Jaejoong!”

Namja cantik itu terkejut.
Ia membuka matanya dan mendapati beberapa orang sedang menunjuk-nunjuk dirinya.
Oh sial, Jaejoong lupa kalau ia masih terkenal.
Pria cantik itu segera bangkit dari duduknya dan berlari memasuki mobil.
Mungkin lebih baik ia menginap di apertemen Hyunjoong saja.

Namja cantik itu segera melajukan Lambhorgini-nya membelah malam.
Mata besarnya menyipit mencari-cari letak gedung mewah tempat sahabatnya itu tinggal.
Ah! Itu dia!
Pria itu segera memarkirkan mobilnya dan berlari memasuki gedung.
Semoga saja Hyunjoong sudah pulang.

TING TONG~

CKLEK!

  “Lama sekali delivery-nya sampai, aku sudah la—Jaejoong?”

Pria cantik itu mengerucutkan bibirnya ketika Hyunjoong membulatkan mata kaget mendapati dirinya.
Jaejoong segera menerobos masuk ke dalam apertemen dan membaringkan dirinya di atas sofa.
Sementara penyanyi terkenal itu mengikuti langkahnya dan duduk di sofa sebelah.

  “Ada apa denganmu?”

  “Jung Yunho sialan itu menamparku”

  “APA?!”

  “Bajingan sekali, kan? Biasanya pria berotak udang sepertinya hanya bisa menyakiti orang lain saja, pantas saja kekasihnya tidak tahan bersamanya”

  “Aih aih, mulutmu itu”

  “Mwo? Apa yang salah dengan mulutku?”

  “Ani”

Jaejoong mendengus.

  “Ambilkan aku makanan, aku lapar”

  “Memangnya apa yang terjadi dengan masakanmu?”

  “Aku melemparnya ke kaki Yunho”

  “Woah, panas?”

  “Aku baru mengeluarkannya dari microwave, bagaimana menurutmu?”

  “Hahahaha~! Itu lucu!”

Jaejoong kembali mendengus, tapi kali ini bibir ranumnya menyunggingkan senyuman tipis.
Ah, berbicara dengan Hyunjoong selalu berhasil mengembalikan mood-nya.
Mata besar Jaejoong bergerak pelan, memperhatikan Hyunjoong yang sudah beranjak menuju dapur.
Baguslah, Jaejoong sudah sangat lapar.
Masalah Yunho—cih, biarkan saja pria menyebalkan itu sendirian sampai besok.


-------


  “Aku pulang”

Sunyi.
Tidak ada orang, ya? Gumam Jaejoong dalam hatinya.
Pria cantik itu menutup pintu depan dan berjalan memasuki rumah putihnya.
Namja cantik itu berdiam diri di depan pilar menuju ruang tengah.
Lengannya bersidekap.
Punggungnya bersandar pada dinding.

Menatap ruangan luas itu dengan penuh kerinduan.

Seharusnya Yunho sadar.
Seharusnya Yunho peka.
Alasan mengapa Jaejoong bersikeras tidak ingin pergi meninggalkan rumah besar ini.
Ada terlalu banyak kenangan yang tidak pernah ingin Jaejoong lepaskan.
Kenangan tentang masa lalunya.

Jaejoong mengerjapkan matanya.
Hatinya terasa hangat.
Ia seolah bisa melihat kilasan-kilasan menyenangkan di seluruh matanya memandang.
Ah, ia rindu.

  “Kupikir kau sudah lupa jalan pulang”

DEG.

Jaejoong terkejut.
Ia refleks menoleh menatap tangga dan mendapati suaminya berdiri di sana.
Menatap tajam kepadanya.
Jaejoong menghela nafas.
Ia lupa kalau ini hari libur, Yunho sudah tentu tidak bekerja.

  “Apa yang kau lakukan? Melamun lagi?” Tanya Yunho kembali melanjutkan langkahnya.

Jaejoong mengangkat bahu.
Ia masih tidak ingin berbicara dengan pria ini.
Karena setiap kali mereka bertatap muka hanya pertengkaran saja yang ada.

  “Aku mau mandi” Gumam Jaejoong melewati Yunho.

Pria tampan itu berbalik, menatap punggung Jaejoong yang menjauh darinya.
Kemudian ia mendengus dan berjalan memasuki ruang tengah.
Yunho mengernyitkan dahinya.
Bukan sekali dua kali ia mendapati Jaejoong sedang melamun di ruang tengah atau menatap setiap bagian dari rumah ini dengan tatapan penuh kerinduan.

Ada sesuatu yang Jaejoong sembunyikan.
Sesuatu yang tidak satupun yang tahu.
Dan Yunho entah mengapa penasaran akan hal tersebut.

TING TONG~

Yunho beranjak menuju pintu depan.
Sedikit mempercepat langkahnya karena ia tahu siapa yang datang.

CKLEK.

  “Aku tidak akan berlama-lama, mana jaketku?”

Go Ahra berdiri di sana.
Dengan tatapan jengah menatap Yunho yang malah tersenyum kepadanya.
Ck, kalau bukan karena jaketnya itu limited edition ia tidak akan mau mendatangi rumah namja tampan ini.

  “Masuklah dulu”

Ahra baru saja akan menolak, tapi Yunho sudah lebih dulu menarik tangannya hingga ia terpaksa harus menurut.
Yeoja cantik itu menelusuri setiap sudut rumah dengan pandangan kagum tanpa sadar.
Rumah yang sangat indah.
Gadis itu menahan bibirnya yang berkedut ingin tersenyum ketika ia mengingat bahwa rumah ini juga milik idolanya.

Sang aktor terkenal yang tidak perlu diragukan lagi kemampuan aktingnya.

  “Oh, maaf, aku tidak tahu kalau ada tamu”

Gadis cantik itu segera menoleh ke arah tangga dan bersemu malu menatap Jaejoong yang hanya mengenakan celana selutut dengan kaus putih.

  “Maaf merepotkan” Ujarnya sopan.

Jaejoong tersenyum.
Ia mengulurkan tangannya kepada gadis cantik yang kini semakin merona itu.

  “Jung Jaejoong”

  “Go Ahra imnida”

  “Kau temannya Yunho ya?”

  “Ne, aku datang untuk mengambil barangku yang pernah ketinggalan padanya”

  “Hm, mau minum apa? Ah, lebih baik kau memilih sendiri, aku punya banyak jus di kulkas”

  “Ternyata benar yang ada di majalah, kau selalu minum banyak jus”

Pria cantik itu tertawa malu.
Ia membuka pintu kulkasnya dan membiarkan Ahra mengambil sendiri botol jus yang ada.
Kemudian ia membantu gadis itu menuangkannya ke dalam gelas.

  “Kupikir kau kekasihnya Yunho, tapi ternyata hanya temannya ya” Ujar Jaejoong membuka percakapan.

  “Eh, itu—hahaha, iya aku kekasihnya, tapi itu dulu” Sahut Ahra canggung.

Jaejoong menaikkan alisnya.

  “Jadi kalian sudah putus? Tapi seingatku Yunho masih menganggapmu kekasihnya”

  “Semua orang juga menganggapnya begitu, maaf ya, aku merasa ini agak memalukan sebenarnya”

  “Kurasa sebaiknya kau segera mengambil tindakan tegas kalau tidak ingin lagi bersama dengan Yunho, membiarkannya berlarut-larut seperti ini hanya akan menyakiti banyak hati yang ada”

  “Termasuk hatimu?”

Eoh?
Jaejoong menaikkan alisnya.
Ia tersenyum lucu.

  “Kenapa harus hatiku? Aku tidak punya hati” Sahutnya retoris.

Ahra tertawa lucu.
Ia tersenyum penuh kagum menatap Jaejoong yang ikut meminum jus.

  “Ada satu artikel di majalah, dan kau juga menjawab hal yang sama saat wartawan menanyakan tentang kehidupan cintamu”

  “Wah, kau fansku ternyata”

  “Iya, aku tidak pernah melewatkan drama dan film yang kau perankan”

  “Terima kasih sudah menontonku”

Ahra mengangguk.
Gadis berambut hitam itu baru saja akan menanyai Jaejoong tentang kelanjutan artikel majalah yang ia bicarakan, tapi suara bariton Yunho sudah lebih dulu menginterupsi percakapan mereka.

  “Akrab sekali, tidak seperti saat berhadapan denganku” Sindir Yunho seraya memberikan jaket milik Ahra kepada gadis itu.

Ahra tersenyum kecut.

  “Kalau kau bisa bersikap menyenangkan seperti istrimu kurasa aku bisa melakukannya kepadamu” Sahutnya sinis.

Gadis cantik itu membungkuk kepada Jaejoong dan segera berjalan menuju pintu depan.
Yunho segera mengejar gadis tersebut.
Meninggalkan Jaejoong seorang diri di dapur.
Pria cantik itu tersenyum kecil.

  “Cinta segitiga memang selalu menyebalkan” Gumamnya lucu.


-------


Jaejoong baru saja pulang berbelanja.
Pria cantik itu melepaskan masker dan topinya, kemudian ia menghela nafas lega.
Popularitasnya sangat mengerikan, orang-orang masih saja mengenalinya walaupun ia sudah seperti ini.
Jaejoong meletakkan bungkusan belanjaannya di meja dapur dan segera menyusunnya dengan rapi.

Mata besar Jaejoong memperhatikan jendela dapur yang terbuka.
Mendung, sepertinya akan turun hujan. Pikirnya menatap langit.
Suasana yang sangat cocok untuk membuat cokelat panas.
Jaejoong tersenyum manis dan segera melelehkan cokelat batangan yang ia simpan di dalam kulkas.

Yunho masih lama di kantor, jadi ia bisa menikmati kesendiriannya ini dengan puas.

Pria cantik itu segera membawa secangkir cokelatnya ke ruang tengah, menggeser sofa hingga berhadapan dengan jendela besar tanpa gorden itu dan duduk menekuk kakinya di atas sofa.
Memperhatikan rintik-rintik gerimis yang sudah jatuh membasahi bumi.
Ah, Jaejoong selalu suka saat-saat seperti ini.

Dulu sekali—ada banyak hari-hari seperti ini di hidupnya.
Mungkin karena itu bulan hujan, pikir Jaejoong tersenyum lucu.

  “Aku rindu..” Bisik Jaejoong lirih.

Berusaha menahan suasana hatinya agar tidak sesak.
Pria cantik itu menelan cokelat panasnya setiap kali matanya akan mengeluarkan air mata.
Suara petir terdengar menggelegar.
Tapi Jaejoong masih bertahan di tempatnya.

Sampai kemudian suara seseorang mengejutkan dirinya.

  “Kau ingin tersambar petir dari sana?”

Jaejoong refleks berbalik.
Membulatkan mata besarnya menatp Yunho yang sedang membuka jas armaninya.

  “Kenapa kau pulang?”

  “Kau tidak senang aku pulang?”

  “Ini bukan waktunya kau pulang”

  “Jaringan di kantor terhambat karena petir, tidak ada yang bisa dilakukan selain menunggu teknisi selesai memperbaikinya”

Jaejoong mengangguk.
Kemudian ia kembali duduk seperti semula.

  “Apa yang kau minum?”

  “Cokelat panas”

  “Aku mau, buatkan aku satu”

Namja cantik itu mengernyitkan dahinya.
Tapi ia tetap melaksanakan perintah Yunho.
Sementara Yunho sudah menggulung lengan kemejanya sampai siku.
Lalu ia memutar sofa hingga kembali menghadap televisi dan menyilangkan kakinya.

Beberapa menit kemudian Jaejoong kembali dengan segelas cangkir cokelat panas dan memberikannya kepada Yunho.
Pria cantik itu mengambil cangkirnya sendiri dan duduk di samping namja tampan itu.
Jaejoong tertegun.
Kalau dipikir-pikir ini pertama kalinya mereka duduk bersama seperti ini.

Ternyata tidak buruk, gumam namja cantik itu dalam hatinya.

  “Ini drama terakhirmu, kan?” Tanya Yunho ketika ia mengganti chanel dan mendapati drama yang sedang berlangsung di sana.

  “Iya, aku bermain dengan adikmu dan Hyunjoong” Sahut Jaejoong meminum cokelatnya.

Yunho meletakkan remote di atas meja.
Kemudian ia bersandar nyaman di sandaran sofa dan menatap layar televisi dengan fokus.

  “Tentang apa ceritanya?”

  “Cinta segitiga”

  “Klasik”

Jaejoong mengangkat bahunya.
Ia kembali melanjutkan.

  “Aku dan Hyunjoong sudah lama bersahabat, lalu kemudian Changmin datang sebagai tetanggaku”

  “Lalu Changmin jatuh cinta kepadamu dan kau bingung memilih keduanya?”

  “Tidak juga, pada akhirnya aku memutuskan untuk tidak memilih siapa pun sampai akhirnya mereka berdua menyerah dan meninggalkanku seorang diri”

  “Kenapa mendadak sedih?”

  “Yah, aku meminta sutradara untuk sedikit mengubah jalan ceritanya”

Yunho meletakkan cangkirnya di atas meja.
Ia menoleh menatap Jaejoong.
Untuk yang pertama kalinya tanpa ada niatan untuk menyakiti namja cantik itu.
Jaejoong menghela nafas.
Ia tersenyum tipis.

  “Apa alasannya? Bukankah lebih baik kalau memilih salah satu?”

  “Hm, karena jika satu pihak memilih, maka sisanya akan tersakiti bukan? Jadi lebih baik kalau tidak ada yang terpilih dan semua akan bahagia dengan caranya masing-masing”

  “Tapi bukankah seharusnya yang diperebutkan itu akan tersakiti dengan cara seperti itu? Kau pasti menyukai salah satu dari Changmin dan Hyunjoong, kan?”

  “Lebih baik aku yang tersakiti daripada aku harus menyakiti orang lain, karena rasa sakitnya tidak sama, percayalah”

Yunho terdiam.
Pria itu memperhatikan Jaejoong yang kembali meneguk cokelat panasnya.
Kemudian ia menghembuskan nafas pendek dan kembali fokus menonton televisi.

  “Jawaban yang cukup bagus” Gumam Yunho pelan.

Dan Jaejoong mendengarnya.
Pria cantik itu tersenyum tipis.


-------


  “Kita sudah membicarakan ini, Go Ahra! Kau dan pria sialan itu tidak akan pergi ke mana pun!”

Jaejoong mengernyitkan dahinya ketika ia membuka pintu kamar dan mendapati suaminya sedang marah-marah di telepon.
Padahal semalam Yunho masih baik-baik saja.
Namja cantik itu mengangkat bahu dan berjalan mendekati ranjang, memperbaiki selimut dan bantal yang masih berantakan.

  “Kau akan menyesal kalau tetap keras kepala!” Teriak Yunho seraya mematikan ponselnya.

Namja tampan itu mendengus keras.
Ia membanting ponselnya di atas ranjang hingga membuat Jaejoong yang sedang merapikan selimut terkejut karenanya.

  “Ini semua karena kau! Karena pernikahan terkutuk ini!” Seru Yunho marah.

Jaejoong tidak menyahut.
Ia masih tetap melakukan pekerjaannya.

  “Aku masih bisa meyakinkan Ahra untuk tidak meninggalkanku kalau saja aku tidak menikah denganmu! Aish!”

  “Yunho, jangan berbicara seolah-olah hanya kau yang terkena sial di sini”

  “Memang itu yang sedang terjadi! Gadis itu cinta pertamaku dan sekarang ia ingin pergi dariku!”

  “Ya sudah kalau begitu lepaskan saja, mengikatnya terlalu erat hanya akan membuatnya semakin membencimu”

  “Tahu apa kau eh?!”

Jaejoong terkejut ketika Yunho mendorongnya keras hingga ia terduduk di ranjang.
Mata besar pria cantik itu mengerjap takut memandang wajah Yunho yang memerah dengan rahang yang mengeras.
Pria cantik itu segera menundukkan wajahnya berusaha menyelamatkan pipinya agar tidak terkena tamparan Yunho seperti waktu itu.

  “Maaf” Ujar Jaejoong pelan.

Yunho semakin mendengus.
Ia mengusap wajahnya dan menendang kesal pinggiran ranjang.

  “Satu-satunya cara agar semuanya kembali seperti semula adalah dengan perceraian” Desis Yunho tajam.

DEG.

Jaejoong terkejut.
Pria cantik itu segera mengangkat wajahnya.
Perceraian? Yang benar saja! Orang tuanya sudah berharap banyak akan pernikahan ini!
Ia tidak akan sanggup melihat wajah kecewa Heechul dan Hangeng kalau sampai hal itu terjadi.

  “Kita tidak bisa bercerai begitu saja, Yunho, orang tuaku akan marah kepadaku, setidaknya kita harus menunggu sampai bulan kelima pernikahan kita”

  “Bulan kelima? Kau bercanda! Ini pasti hanya akal-akalanmu saja kan agar tidak berpisah denganku? Jangan bilang kau sudah jatuh cinta kepadaku, Jaejoong, demi Tuhan, itu menjijikkan!”

  “Tidak bisakah kau tidak menyumpahiku sebentar saja, Yunho ah?! Percaya diri sekali kau kalau aku akan jatuh cinta kepada pria pemarah sepertimu, lebih baik aku mati!”

  “Ya, ide bagus! Kenapa kau tidak mati saja agar hidupku kembali lancar seperti semula?!”

DEG.

Mata besar Jaejoong mengerjap.
Menatap tidak percaya wajah marah Yunho.
Apa?
Apa katanya tadi?

  “Kau menyuruhku mati? Yang benar saja!”

  “Kenapa? Kau takut? Atau kau ingin aku untuk membantumu?”

  “YUNHO! Dinginkan kepalamu! Kau gila!”

  “Kau yang gila! Bagaimana bisa kau tidak membantah akan pernikahan sialan ini eoh?! Setidaknya aku sudah berusaha menolaknya kepada Ummaku!”

  “Ini semua tentang—”

  “Orang tuamu? Perasaan mereka? Yang benar saja! Itu hanya alasanmu karena selama kau hidup tidak pernah ada cinta yang datang kepadamu! Kau terlalu menjijikkan untuk dicintai orang-orang! Ide yang cukup bagus Ommonim menyuruhmu untuk vakum!”

  “CUKUP JUNG YUNHO!”

Jaejoong berdiri dari duduknya.
Ia menatap tajam mata musang Yunho dengan kedua mata besarnya yang sudah menjatuhkan air mata.
Nafasnya menderu kencang penuh emosi.
Yunho sungguh keterlaluan, pria itu sudah melewati batas.
Jaejoong mendorong Yunho dengan keras dan berlari keluar kamar.

Persetan dengan hujan yang masih deras di luar sana!
Ia tidak bisa serumah dengan Yunho malam ini!

Terlalu menjijikkan untuk dicintai orang-orang?

Puh.
Jaejoong tersenyum sinis.
Ia mengusap kasar air matanya yang jatuh.

  “Sialan, baru kali ini pria brengsek itu mengatakan hal yang benar tentangku” Desisnya serak.
.
.
.
Yunho masih dalam keadaan yang penuh dengan emosi.
Sial.
Semuanya bermula dari telepon Ahra yang memberitahunya kalau wanita itu akan pindah ke Jepang bersama simpanan sialannya.
Aish!
Yunho menendang pintu dengan kesal.

Ia berjalan menuruni tangga dan menyadari di luar masih hujan deras melalui jendela besar tanpa gorden itu.
Rembesan air terlihat menempel di kaca karena tiupan angin yang begitu kencang.
Namja tampan itu berjalan menuju sofa putih yang selalu tertata apik di sana.

Ia mendorong sofa itu hingga menghadap jendela dan duduk diam di sana.
Mata musangnya memperhatikan titik-titik air yang berubah seperti embun dari dalam jendela.
Mungkin karena cuaca begitu dingin karena pengaruh hujan.
Yunho mendesah, ke mana Jaejoong pergi dengan keadaan cuaca buruk seperti ini?

Semoga saja tidak terjadi sesuatu apa pun terhadap pria cantik itu.

Keybum dan Heechul bisa membunuhnya kalau sampai hal itu terjadi.

Yunho mengusap wajahnya untuk yang kesekian kalinya.
Namja tampan itu menghela nafas panjang dan kembali memandangi titik-titik air yang semakin tebal.
Cukup tebal untuk membuat mata musang Yunho membesar sempurna ketika pandangannya terhenti pada sudut jendela yang memiliki bekas telunjuk yang membentuk sebuah tulisan di sana.

Pria tampan itu terlonjak dari duduknya.
Ia mendekati jendela yang berembun itu dan mengerutkan dahinya memperhatikan bekas tersebut.
Dilihat dari bentuknya sepertinya tulisan ini sudah sangat lama menempel di jendela besar ini, pikir Yunho bingung.
Mendadak pria itu teringat akan kebiasaan Jaejoong yang suka melamun terutama di depan jendela besar ini.

DEG DEG DEG.

Jantung Yunho berdetak kencang.
Mengingat penolakan-penolakan Jaejoong yang cukup keras untuk tidak meninggalkan rumah ini di awal pernikahan mereka.
Ternyata benar dugaan Yunho.
Ada sesuatu, sesuatu yang disembunyikan Jaejoong rapat-rapat dari semua orang.

Mata Yunho bergerak pelan, kembali membaca tulisan yang menempel di jendela tersebut.
Ia menahan nafas.

  Na do saranghae, Hyung..

Hyung?
Yunho mengernyitkan dahinya.

Siapa?

TBC :D

8 komentar:

  1. ff baru yuhuu~Disini mulutnya yunho tajam bgt 😒 buat sakit hati.. Penasaran kira" kenangan masalalu jae apa dan sama siapa ??
    Lanjut updatenya !! Fighting..
    Ditunggu juga kelanjutan vertigonya 😊

    BalasHapus
  2. Wuaaaaah jae punya kenangan apa itu??? ff nya selalu buat penasaran jalan ceritanya ga gampang ketebak...suka banget

    BalasHapus
  3. hyung????siapa ya???jadi penasaran.....semangat eon~~~~

    BalasHapus
  4. Suka bgt klaw jae tuh di sakitin 🙊 tpi brharap nnti yunho dpet Yg setimpal krna udh nyakitin jae ...
    Keep writing kak! 😉

    BalasHapus
  5. Wah.. apa nih masa lalu jae ? Jadi penasaran :D
    Lanjut kakak

    BalasHapus
  6. yuno kasar bgt sih

    jaejae kabur kmana lg tuh?

    apa yg trjadi d masalalu jaejae?

    BalasHapus