And I had the
answers now but now they mean nothing because these walls caught me here with
something
SECOND
WALL—BECOME SOMETHING—
Jaejoong bosan.
Sangat bosan.
Hari-harinya selalu dipenuhi dengan
jadwal yang sungguh padat hingga untuk bernafas saja ia sesak.
Tapi justru itu menariknya, dan sekarang
ia harus terpaksa tinggal di rumah dan menghabiskan waktunya dengan menonton
televisi yang menayangkan berita tentang vakumnya dari dunia hiburan.
Pria cantik itu menghela nafas panjang.
“Akur apanya, yang beruang jahat itu bisa lakukan selama ini hanya
bersikap kasar kepadaku dan masakanku” Gerutu pria cantik itu kesal.
Sudah jam 5 sore, sebentar lagi namja
tampan itu akan pulang.
Hih, menyebalkan sekali.
CKLEK.
Ah, baru saja disumpahi, pria itu sudah
masuk ke dalam rumah.
“Setidaknya ucapkan aku pulang kalau datang” Ujar Jaejoong menatap Yunho
kesal.
Namja tampan itu tidak mengacuhkan
istrinya.
Ia malah berjalan menaiki tangga menuju
kamar mereka.
Jaejoong menghela nafas.
Ia bersandar pada sofa putihnya dan
memperhatikan langit senja yang sangat indah sore ini.
Mata besarnya mengerjap, dalam beberapa
detik pria cantik itu sudah tenggelam dalam lamunannya.
TAP
TAP TAP.
“Eoh?”
Yunho menaikkan alisnya ketika ia
menuruni tangga masih dengan kemeja kantornya ia malah mendapati Jaejoong
sedang memeluk lututnya di atas sofa seraya memperhatikan pemandangan dari
jendela besar itu.
Sejak mereka tinggal bersama Yunho
setidaknya tahu beberapa kebiasaan aneh namja cantik itu.
Terutama melamun di depan jendela besar
tersebut.
“Kau tidak memasak?”
Jaejoong tersentak.
Ia berbalik dan menatap Yunho yang
sedang membuka pintu kulkas.
Pria cantik itu berjalan menuju dapur
dan membuka tutup microwave.
Yunho melirik namja cantik itu dalam
diam.
Jaejoong meletakkan mangkuk hangatnya di
atas meja makan dan memakan nasi karinya dengan lahap.
Tidak mengacuhkan Yunho yang sudah
bersidekap kepadanya.
“Mana bagianku?” Tanya namja tampan itu mengerutkan dahinya.
Jaejoong mengangkat wajahnya.
Menatap kesal namja tampan itu.
“Kenapa tiba-tiba kau bertanya? Selama ini aku selalu membuang bagianmu
karena kau menolaknya, jadi kupikir lebih baik aku memikirkan diriku sendiri
saja dari pada terus membuang-buang makanan” Sahut Jaejoong panjang.
Dahi Yunho berkedut.
Ia menatap tajam pria cantik itu.
“Istri macam apa kau ini? Aku menikahimu bukan untuk diabaikan seperti
ini!” Seru namja tampan itu marah.
Jaejoong menghentak sendoknya.
Ia balas menatap dingin mata musang itu.
“Seharusnya itu pertanyaanku! Suami macam apa kau ini?! Tidak pernah
sekalipun bersikap manis kepada istrimu! Kau pikir kau itu hebat eoh? Bahkan
gajiku saja lebih besar dari pada gajimu!”
PLAKK!
DEG.
Jaejoong terkejut.
Bola matanya membesar tidak percaya.
Ia menatap Yunho yang menamparnya dengan
keras.
Mata Jaejoong terasa panas.
Selama ini tidak pernah ada yang
menyakitinya hingga seperti ini.
Air mata Jaejoong jatuh tanpa sadar.
“Atas dasar apa kau menamparku eoh!? Berani sekali kau melakukannya,
dasar bajingan!” Teriak Jaejoong marah.
“Tutup mulutmu! Kau pikir aku bahagia dengan pernikahan sialan ini?! Aku
mengutukmu setiap hari! Seharusnya aku tidak pernah menikahimu!” Balas Yunho
dengan wajahnya yang merah.
Jaejoong terkejut.
Ia sudah tahu dari awal kalau Yunho
tidak pernah menerima pernikahan ini.
Tapi tidak bisakah pria itu menjaga
mulutnya?
“Kalau begitu hentikan saja semua ini! Bukan hanya kau yang tersiksa di
sini! Aku bahkan lebih menderita harus hidup bersama bajingan seperti dirimu!
Cih, menjaga kekasihmu sendiri saja kau tidak bisa, masih berani memukul orang
lain, berkacalah!” Teriak Jaejoong serak.
Pria cantik itu melempar mangkuk nasi
karinya ke arah Yunho hingga namja tampan itu terkejut akan rasa panas kari
yang membakar kakinya.
Jaejoong segera berlari mengambil kunci
mobilnya dan membanting pintu rumah dengan kasar.
Meninggalkan Yunho yang masih mengaduh
di dapur.
.
.
.
Pintu mobil itu tertutup pelan.
Jaejoong keluar dari dalam mobilnya
seraya menghela nafas panjang.
Hari sudah gelap dan udara mulai dingin.
Tapi setidaknya itu bisa membantu
Jaejoong meredakan amarahnya.
Pria cantik itu mengusap pipinya yang
masih berdenyut menyakitkan.
Langkah kakinya berjalan memasuki taman
kota yang cukup ramai malam ini.
Kemudian ia duduk di atas kursi panjang
yang tersedia.
Pria cantik itu kembali menghela nafas
panjang hingga asap tebal mengepul dari bibirnya.
Jaejoong bersandar pada sandaran kursi
dan memejamkan mata besarnya.
Sampai kapan ia harus hidup seperti ini?
Jaejoong lelah.
Ia ingin masa lalunya—ia hanya ingin
kesendiriannya.
“Omo! Itu Jaejoong bukan? Kim Jaejoong!”
Namja cantik itu terkejut.
Ia membuka matanya dan mendapati
beberapa orang sedang menunjuk-nunjuk dirinya.
Oh sial, Jaejoong lupa kalau ia masih
terkenal.
Pria cantik itu segera bangkit dari
duduknya dan berlari memasuki mobil.
Mungkin lebih baik ia menginap di
apertemen Hyunjoong saja.
Namja cantik itu segera melajukan
Lambhorgini-nya membelah malam.
Mata besarnya menyipit mencari-cari
letak gedung mewah tempat sahabatnya itu tinggal.
Ah! Itu dia!
Pria itu segera memarkirkan mobilnya dan
berlari memasuki gedung.
Semoga saja Hyunjoong sudah pulang.
TING
TONG~
CKLEK!
“Lama sekali delivery-nya
sampai, aku sudah la—Jaejoong?”
Pria cantik itu mengerucutkan bibirnya ketika
Hyunjoong membulatkan mata kaget mendapati dirinya.
Jaejoong segera menerobos masuk ke dalam
apertemen dan membaringkan dirinya di atas sofa.
Sementara penyanyi terkenal itu
mengikuti langkahnya dan duduk di sofa sebelah.
“Ada apa denganmu?”
“Jung Yunho sialan itu menamparku”
“APA?!”
“Bajingan sekali, kan? Biasanya pria berotak udang sepertinya hanya bisa
menyakiti orang lain saja, pantas saja kekasihnya tidak tahan bersamanya”
“Aih aih, mulutmu itu”
“Mwo? Apa yang salah dengan mulutku?”
“Ani”
Jaejoong mendengus.
“Ambilkan aku makanan, aku lapar”
“Memangnya apa yang terjadi dengan masakanmu?”
“Aku melemparnya ke kaki Yunho”
“Woah, panas?”
“Aku baru mengeluarkannya dari microwave,
bagaimana menurutmu?”
“Hahahaha~! Itu lucu!”
Jaejoong kembali mendengus, tapi kali
ini bibir ranumnya menyunggingkan senyuman tipis.
Ah, berbicara dengan Hyunjoong selalu
berhasil mengembalikan mood-nya.
Mata besar Jaejoong bergerak pelan, memperhatikan
Hyunjoong yang sudah beranjak menuju dapur.
Baguslah, Jaejoong sudah sangat lapar.
Masalah Yunho—cih, biarkan saja pria
menyebalkan itu sendirian sampai besok.
-------
“Aku pulang”
Sunyi.
Tidak ada orang, ya? Gumam Jaejoong
dalam hatinya.
Pria cantik itu menutup pintu depan dan
berjalan memasuki rumah putihnya.
Namja cantik itu berdiam diri di depan
pilar menuju ruang tengah.
Lengannya bersidekap.
Punggungnya bersandar pada dinding.
Menatap ruangan luas itu dengan penuh
kerinduan.
Seharusnya Yunho sadar.
Seharusnya Yunho peka.
Alasan mengapa Jaejoong bersikeras tidak
ingin pergi meninggalkan rumah besar ini.
Ada terlalu banyak kenangan yang tidak
pernah ingin Jaejoong lepaskan.
Kenangan tentang masa lalunya.
Jaejoong mengerjapkan matanya.
Hatinya terasa hangat.
Ia seolah bisa melihat kilasan-kilasan
menyenangkan di seluruh matanya memandang.
Ah, ia rindu.
“Kupikir kau sudah lupa jalan pulang”
DEG.
Jaejoong terkejut.
Ia refleks menoleh menatap tangga dan
mendapati suaminya berdiri di sana.
Menatap tajam kepadanya.
Jaejoong menghela nafas.
Ia lupa kalau ini hari libur, Yunho
sudah tentu tidak bekerja.
“Apa yang kau lakukan? Melamun lagi?” Tanya Yunho kembali melanjutkan
langkahnya.
Jaejoong mengangkat bahu.
Ia masih tidak ingin berbicara dengan
pria ini.
Karena setiap kali mereka bertatap muka
hanya pertengkaran saja yang ada.
“Aku mau mandi” Gumam Jaejoong melewati Yunho.
Pria tampan itu berbalik, menatap
punggung Jaejoong yang menjauh darinya.
Kemudian ia mendengus dan berjalan
memasuki ruang tengah.
Yunho mengernyitkan dahinya.
Bukan sekali dua kali ia mendapati
Jaejoong sedang melamun di ruang tengah atau menatap setiap bagian dari rumah
ini dengan tatapan penuh kerinduan.
Ada sesuatu yang Jaejoong sembunyikan.
Sesuatu yang tidak satupun yang tahu.
Dan Yunho entah mengapa penasaran akan
hal tersebut.
TING
TONG~
Yunho beranjak menuju pintu depan.
Sedikit mempercepat langkahnya karena ia
tahu siapa yang datang.
CKLEK.
“Aku tidak akan berlama-lama, mana jaketku?”
Go Ahra berdiri di sana.
Dengan tatapan jengah menatap Yunho yang
malah tersenyum kepadanya.
Ck, kalau bukan karena jaketnya itu limited edition ia tidak akan mau
mendatangi rumah namja tampan ini.
“Masuklah dulu”
Ahra baru saja akan menolak, tapi Yunho
sudah lebih dulu menarik tangannya hingga ia terpaksa harus menurut.
Yeoja cantik itu menelusuri setiap sudut
rumah dengan pandangan kagum tanpa sadar.
Rumah yang sangat indah.
Gadis itu menahan bibirnya yang berkedut
ingin tersenyum ketika ia mengingat bahwa rumah ini juga milik idolanya.
Sang aktor terkenal yang tidak perlu
diragukan lagi kemampuan aktingnya.
“Oh, maaf, aku tidak tahu kalau ada tamu”
Gadis cantik itu segera menoleh ke arah
tangga dan bersemu malu menatap Jaejoong yang hanya mengenakan celana selutut
dengan kaus putih.
“Maaf merepotkan” Ujarnya sopan.
Jaejoong tersenyum.
Ia mengulurkan tangannya kepada gadis
cantik yang kini semakin merona itu.
“Jung Jaejoong”
“Go Ahra imnida”
“Kau temannya Yunho ya?”
“Ne, aku datang untuk mengambil barangku yang pernah ketinggalan
padanya”
“Hm, mau minum apa? Ah, lebih baik kau memilih sendiri, aku punya banyak
jus di kulkas”
“Ternyata benar yang ada di majalah, kau selalu minum banyak jus”
Pria cantik itu tertawa malu.
Ia membuka pintu kulkasnya dan
membiarkan Ahra mengambil sendiri botol jus yang ada.
Kemudian ia membantu gadis itu
menuangkannya ke dalam gelas.
“Kupikir kau kekasihnya Yunho, tapi ternyata hanya temannya ya” Ujar
Jaejoong membuka percakapan.
“Eh, itu—hahaha, iya aku kekasihnya, tapi itu dulu” Sahut Ahra canggung.
Jaejoong menaikkan alisnya.
“Jadi kalian sudah putus? Tapi seingatku Yunho masih menganggapmu
kekasihnya”
“Semua orang juga menganggapnya begitu, maaf ya, aku merasa ini agak
memalukan sebenarnya”
“Kurasa sebaiknya kau segera mengambil tindakan tegas kalau tidak ingin
lagi bersama dengan Yunho, membiarkannya berlarut-larut seperti ini hanya akan
menyakiti banyak hati yang ada”
“Termasuk hatimu?”
Eoh?
Jaejoong menaikkan alisnya.
Ia tersenyum lucu.
“Kenapa harus hatiku? Aku tidak punya hati” Sahutnya retoris.
Ahra tertawa lucu.
Ia tersenyum penuh kagum menatap
Jaejoong yang ikut meminum jus.
“Ada satu artikel di majalah, dan kau juga menjawab hal yang sama saat
wartawan menanyakan tentang kehidupan cintamu”
“Wah, kau fansku ternyata”
“Iya, aku tidak pernah melewatkan drama dan film yang kau perankan”
“Terima kasih sudah menontonku”
Ahra mengangguk.
Gadis berambut hitam itu baru saja akan
menanyai Jaejoong tentang kelanjutan artikel majalah yang ia bicarakan, tapi
suara bariton Yunho sudah lebih dulu menginterupsi percakapan mereka.
“Akrab sekali, tidak seperti saat berhadapan denganku” Sindir Yunho
seraya memberikan jaket milik Ahra kepada gadis itu.
Ahra tersenyum kecut.
“Kalau kau bisa bersikap menyenangkan seperti istrimu kurasa aku bisa
melakukannya kepadamu” Sahutnya sinis.
Gadis cantik itu membungkuk kepada
Jaejoong dan segera berjalan menuju pintu depan.
Yunho segera mengejar gadis tersebut.
Meninggalkan Jaejoong seorang diri di
dapur.
Pria cantik itu tersenyum kecil.
“Cinta segitiga memang selalu menyebalkan” Gumamnya lucu.
-------
Jaejoong baru saja pulang berbelanja.
Pria cantik itu melepaskan masker dan
topinya, kemudian ia menghela nafas lega.
Popularitasnya sangat mengerikan,
orang-orang masih saja mengenalinya walaupun ia sudah seperti ini.
Jaejoong meletakkan bungkusan
belanjaannya di meja dapur dan segera menyusunnya dengan rapi.
Mata besar Jaejoong memperhatikan
jendela dapur yang terbuka.
Mendung, sepertinya akan turun hujan.
Pikirnya menatap langit.
Suasana yang sangat cocok untuk membuat
cokelat panas.
Jaejoong tersenyum manis dan segera
melelehkan cokelat batangan yang ia simpan di dalam kulkas.
Yunho masih lama di kantor, jadi ia bisa
menikmati kesendiriannya ini dengan puas.
Pria cantik itu segera membawa secangkir
cokelatnya ke ruang tengah, menggeser sofa hingga berhadapan dengan jendela besar
tanpa gorden itu dan duduk menekuk kakinya di atas sofa.
Memperhatikan rintik-rintik gerimis yang
sudah jatuh membasahi bumi.
Ah, Jaejoong selalu suka saat-saat
seperti ini.
Dulu sekali—ada banyak hari-hari seperti
ini di hidupnya.
Mungkin karena itu bulan hujan, pikir
Jaejoong tersenyum lucu.
“Aku rindu..” Bisik Jaejoong lirih.
Berusaha menahan suasana hatinya agar
tidak sesak.
Pria cantik itu menelan cokelat panasnya
setiap kali matanya akan mengeluarkan air mata.
Suara petir terdengar menggelegar.
Tapi Jaejoong masih bertahan di
tempatnya.
Sampai kemudian suara seseorang
mengejutkan dirinya.
“Kau ingin tersambar petir dari sana?”
Jaejoong refleks berbalik.
Membulatkan mata besarnya menatp Yunho
yang sedang membuka jas armaninya.
“Kenapa kau pulang?”
“Kau tidak senang aku pulang?”
“Ini bukan waktunya kau pulang”
“Jaringan di kantor terhambat karena petir, tidak ada yang bisa
dilakukan selain menunggu teknisi selesai memperbaikinya”
Jaejoong mengangguk.
Kemudian ia kembali duduk seperti
semula.
“Apa yang kau minum?”
“Cokelat panas”
“Aku mau, buatkan aku satu”
Namja cantik itu mengernyitkan dahinya.
Tapi ia tetap melaksanakan perintah
Yunho.
Sementara Yunho sudah menggulung lengan
kemejanya sampai siku.
Lalu ia memutar sofa hingga kembali
menghadap televisi dan menyilangkan kakinya.
Beberapa menit kemudian Jaejoong kembali
dengan segelas cangkir cokelat panas dan memberikannya kepada Yunho.
Pria cantik itu mengambil cangkirnya
sendiri dan duduk di samping namja tampan itu.
Jaejoong tertegun.
Kalau dipikir-pikir ini pertama kalinya
mereka duduk bersama seperti ini.
Ternyata tidak buruk, gumam namja cantik
itu dalam hatinya.
“Ini drama terakhirmu, kan?” Tanya Yunho ketika ia mengganti chanel dan
mendapati drama yang sedang berlangsung di sana.
“Iya, aku bermain dengan adikmu dan Hyunjoong” Sahut Jaejoong meminum
cokelatnya.
Yunho meletakkan remote di atas meja.
Kemudian ia bersandar nyaman di sandaran
sofa dan menatap layar televisi dengan fokus.
“Tentang apa ceritanya?”
“Cinta segitiga”
“Klasik”
Jaejoong mengangkat bahunya.
Ia kembali melanjutkan.
“Aku dan Hyunjoong sudah lama bersahabat, lalu kemudian Changmin datang
sebagai tetanggaku”
“Lalu Changmin jatuh cinta kepadamu dan kau bingung memilih keduanya?”
“Tidak juga, pada akhirnya aku memutuskan untuk tidak memilih siapa pun
sampai akhirnya mereka berdua menyerah dan meninggalkanku seorang diri”
“Kenapa mendadak sedih?”
“Yah, aku meminta sutradara untuk sedikit mengubah jalan ceritanya”
Yunho meletakkan cangkirnya di atas
meja.
Ia menoleh menatap Jaejoong.
Untuk yang pertama kalinya tanpa ada
niatan untuk menyakiti namja cantik itu.
Jaejoong menghela nafas.
Ia tersenyum tipis.
“Apa alasannya? Bukankah lebih baik kalau memilih salah satu?”
“Hm, karena jika satu pihak memilih, maka sisanya akan tersakiti bukan?
Jadi lebih baik kalau tidak ada yang terpilih dan semua akan bahagia dengan
caranya masing-masing”
“Tapi bukankah seharusnya yang diperebutkan itu akan tersakiti dengan
cara seperti itu? Kau pasti menyukai salah satu dari Changmin dan Hyunjoong,
kan?”
“Lebih baik aku yang tersakiti daripada aku harus menyakiti orang lain,
karena rasa sakitnya tidak sama, percayalah”
Yunho terdiam.
Pria itu memperhatikan Jaejoong yang
kembali meneguk cokelat panasnya.
Kemudian ia menghembuskan nafas pendek
dan kembali fokus menonton televisi.
“Jawaban yang cukup bagus” Gumam Yunho pelan.
Dan Jaejoong mendengarnya.
Pria cantik itu tersenyum tipis.
-------
“Kita sudah membicarakan ini, Go Ahra! Kau dan pria sialan itu tidak
akan pergi ke mana pun!”
Jaejoong mengernyitkan dahinya ketika ia
membuka pintu kamar dan mendapati suaminya sedang marah-marah di telepon.
Padahal semalam Yunho masih baik-baik
saja.
Namja cantik itu mengangkat bahu dan
berjalan mendekati ranjang, memperbaiki selimut dan bantal yang masih
berantakan.
“Kau akan menyesal kalau tetap keras kepala!” Teriak Yunho seraya
mematikan ponselnya.
Namja tampan itu mendengus keras.
Ia membanting ponselnya di atas ranjang
hingga membuat Jaejoong yang sedang merapikan selimut terkejut karenanya.
“Ini semua karena kau! Karena pernikahan terkutuk ini!” Seru Yunho
marah.
Jaejoong tidak menyahut.
Ia masih tetap melakukan pekerjaannya.
“Aku masih bisa meyakinkan Ahra untuk tidak meninggalkanku kalau saja
aku tidak menikah denganmu! Aish!”
“Yunho, jangan berbicara seolah-olah hanya kau yang terkena sial di
sini”
“Memang itu yang sedang terjadi! Gadis itu cinta pertamaku dan sekarang
ia ingin pergi dariku!”
“Ya sudah kalau begitu lepaskan saja, mengikatnya terlalu erat hanya
akan membuatnya semakin membencimu”
“Tahu apa kau eh?!”
Jaejoong terkejut ketika Yunho
mendorongnya keras hingga ia terduduk di ranjang.
Mata besar pria cantik itu mengerjap
takut memandang wajah Yunho yang memerah dengan rahang yang mengeras.
Pria cantik itu segera menundukkan
wajahnya berusaha menyelamatkan pipinya agar tidak terkena tamparan Yunho
seperti waktu itu.
“Maaf” Ujar Jaejoong pelan.
Yunho semakin mendengus.
Ia mengusap wajahnya dan menendang kesal
pinggiran ranjang.
“Satu-satunya cara agar semuanya kembali seperti semula adalah dengan
perceraian” Desis Yunho tajam.
DEG.
Jaejoong terkejut.
Pria cantik itu segera mengangkat
wajahnya.
Perceraian? Yang benar saja! Orang
tuanya sudah berharap banyak akan pernikahan ini!
Ia tidak akan sanggup melihat wajah
kecewa Heechul dan Hangeng kalau sampai hal itu terjadi.
“Kita tidak bisa bercerai begitu saja, Yunho, orang tuaku akan marah
kepadaku, setidaknya kita harus menunggu sampai bulan kelima pernikahan kita”
“Bulan kelima? Kau bercanda! Ini pasti hanya akal-akalanmu saja kan agar
tidak berpisah denganku? Jangan bilang kau sudah jatuh cinta kepadaku, Jaejoong,
demi Tuhan, itu menjijikkan!”
“Tidak bisakah kau tidak menyumpahiku sebentar saja, Yunho ah?! Percaya
diri sekali kau kalau aku akan jatuh cinta kepada pria pemarah sepertimu, lebih
baik aku mati!”
“Ya, ide bagus! Kenapa kau tidak mati saja agar hidupku kembali lancar
seperti semula?!”
DEG.
Mata besar Jaejoong mengerjap.
Menatap tidak percaya wajah marah Yunho.
Apa?
Apa katanya tadi?
“Kau menyuruhku mati? Yang benar saja!”
“Kenapa? Kau takut? Atau kau ingin aku untuk membantumu?”
“YUNHO! Dinginkan kepalamu! Kau gila!”
“Kau yang gila! Bagaimana bisa kau tidak membantah akan pernikahan
sialan ini eoh?! Setidaknya aku sudah berusaha menolaknya kepada Ummaku!”
“Ini semua tentang—”
“Orang tuamu? Perasaan mereka? Yang benar saja! Itu hanya alasanmu
karena selama kau hidup tidak pernah ada cinta yang datang kepadamu! Kau
terlalu menjijikkan untuk dicintai orang-orang! Ide yang cukup bagus Ommonim
menyuruhmu untuk vakum!”
“CUKUP JUNG YUNHO!”
Jaejoong berdiri dari duduknya.
Ia menatap tajam mata musang Yunho
dengan kedua mata besarnya yang sudah menjatuhkan air mata.
Nafasnya menderu kencang penuh emosi.
Yunho sungguh keterlaluan, pria itu
sudah melewati batas.
Jaejoong mendorong Yunho dengan keras
dan berlari keluar kamar.
Persetan dengan hujan yang masih deras
di luar sana!
Ia tidak bisa serumah dengan Yunho malam
ini!
Terlalu menjijikkan untuk dicintai
orang-orang?
Puh.
Jaejoong tersenyum sinis.
Ia mengusap kasar air matanya yang jatuh.
“Sialan, baru kali ini pria brengsek itu mengatakan hal yang benar
tentangku” Desisnya serak.
.
.
.
Yunho masih dalam keadaan yang penuh
dengan emosi.
Sial.
Semuanya bermula dari telepon Ahra yang
memberitahunya kalau wanita itu akan pindah ke Jepang bersama simpanan
sialannya.
Aish!
Yunho menendang pintu dengan kesal.
Ia berjalan menuruni tangga dan
menyadari di luar masih hujan deras melalui jendela besar tanpa gorden itu.
Rembesan air terlihat menempel di kaca
karena tiupan angin yang begitu kencang.
Namja tampan itu berjalan menuju sofa
putih yang selalu tertata apik di sana.
Ia mendorong sofa itu hingga menghadap
jendela dan duduk diam di sana.
Mata musangnya memperhatikan titik-titik
air yang berubah seperti embun dari dalam jendela.
Mungkin karena cuaca begitu dingin
karena pengaruh hujan.
Yunho mendesah, ke mana Jaejoong pergi
dengan keadaan cuaca buruk seperti ini?
Semoga saja tidak terjadi sesuatu apa
pun terhadap pria cantik itu.
Keybum dan Heechul bisa membunuhnya
kalau sampai hal itu terjadi.
Yunho mengusap wajahnya untuk yang
kesekian kalinya.
Namja tampan itu menghela nafas panjang
dan kembali memandangi titik-titik air yang semakin tebal.
Cukup tebal untuk membuat mata musang
Yunho membesar sempurna ketika pandangannya terhenti pada sudut jendela yang memiliki
bekas telunjuk yang membentuk sebuah tulisan di sana.
Pria tampan itu terlonjak dari duduknya.
Ia mendekati jendela yang berembun itu
dan mengerutkan dahinya memperhatikan bekas tersebut.
Dilihat dari bentuknya sepertinya tulisan
ini sudah sangat lama menempel di jendela besar ini, pikir Yunho bingung.
Mendadak pria itu teringat akan
kebiasaan Jaejoong yang suka melamun terutama di depan jendela besar ini.
DEG
DEG DEG.
Jantung Yunho berdetak kencang.
Mengingat penolakan-penolakan Jaejoong
yang cukup keras untuk tidak meninggalkan rumah ini di awal pernikahan mereka.
Ternyata benar dugaan Yunho.
Ada sesuatu, sesuatu yang disembunyikan
Jaejoong rapat-rapat dari semua orang.
Mata Yunho bergerak pelan, kembali
membaca tulisan yang menempel di jendela tersebut.
Ia menahan nafas.
‘Na do saranghae, Hyung..’
Hyung?
Yunho mengernyitkan dahinya.
Siapa?
ff baru yuhuu~Disini mulutnya yunho tajam bgt 😒 buat sakit hati.. Penasaran kira" kenangan masalalu jae apa dan sama siapa ??
BalasHapusLanjut updatenya !! Fighting..
Ditunggu juga kelanjutan vertigonya 😊
Wuaaaaah jae punya kenangan apa itu??? ff nya selalu buat penasaran jalan ceritanya ga gampang ketebak...suka banget
BalasHapushyung????siapa ya???jadi penasaran.....semangat eon~~~~
BalasHapusSuka bgt klaw jae tuh di sakitin 🙊 tpi brharap nnti yunho dpet Yg setimpal krna udh nyakitin jae ...
BalasHapusKeep writing kak! 😉
Wah.. apa nih masa lalu jae ? Jadi penasaran :D
BalasHapusLanjut kakak
yuno kasar bgt sih
BalasHapusjaejae kabur kmana lg tuh?
apa yg trjadi d masalalu jaejae?
nah loh nah loh, udah mulai
BalasHapusnah loh nah loh, udah mulai
BalasHapus