And I had the
answers now but now they mean nothing because these walls caught me here with
something
THIRD
WALL—IT’S SOMETHING—
Namja tampan itu masih duduk diam di
kursi meja makan menatap punggung Jaejoong yang sedang memasak di hadapannya.
Pria cantik itu baru saja kembali tadi sore
dan segera berkecimpung di dapur.
Tidak mengacuhkan Yunho yang sedang
mencoba untuk meminta maaf atas apa yang terjadi tadi malam.
Jaejoong menghela nafasnya seraya
meletakkan dua piring spagetti di atas meja.
Ia duduk di hadapan Yunho dan menatap
mata musang itu.
“Pernikahan ini tidak akan pernah bisa berhasil kalau kita berdua masih
saja keras kepala” Ujarnya membuka suara.
Yunho menaikkan alisnya, melihat tidak
ada sedikit pun tanda-tanda kemarahan Jaejoong tentang yang semalam.
Pria tampan itu berdehem dan menyendok
spagettinya.
“Aku tetap pada pendirianku, aku tidak akan bisa jatuh cinta kepadamu
karena aku masih ingin berhubungan dengan gadis itu” Sahutnya tegas.
Jaejoong menaikkan alis.
Ternyata dugaannya tentang keluluhan
Yunho setelah pria itu membuatnya menangis salah total.
Namja cantik itu segera mengangkat
bahunya dan berkata dengan santai.
“Oh, baiklah, kalau begitu kita harus bercerai secepatnya. Aku tidak
ingin terlalu terlambat untuk membatalkan kontrak vakumku karena pernikahan
ini. Soal Umma dan Appa kau yang urus, ya?”
“Kenapa kau mendadak sesantai ini? Padahal semalam kau masih memikirkan
orang tuamu”
“Memang, tapi setelah berpikir berulang-ulang, aku sadar kalau ini
menyangkut hidupku sendiri, jadi yah, kenapa tidak? Jangan-jangan kau sudah
tidak ingin bercerai denganku ya?”
“Aku akan membawa pengacaraku besok”
Jaejoong mengangguk.
Ia mengambil gelasnya dan meneguk air
mineralnya.
Tanpa menyadari Yunho yang masih
memperhatikan gerak-geriknya dalam diam.
.
.
.
“Semalam kau menginap di mana?”
Namja cantik itu berhenti menelusuri
buku-buku yang berjejer di rak dekat lemari pakaian.
Ia menoleh menatap Yunho yang sudah
bersandar di kepala ranjang.
“Apertemen Hyunjoong”
“Sepertinya kau dekat sekali dengannya, ya?”
“Changmin, Kyuhyun, dan Yoochun juga ada di sana semalam”
“Benarkah? Padahal cuaca cukup buruk”
“Aku yang meminta mereka untuk berkumpul di sana”
“Sudah berapa lama kalian saling berteman?”
Jaejoong menghela nafas.
Ia kembali menyibukkan dirinya di rak
buku dan mengambil satu majalah dari sana kemudian melemparkannya kepada Yunho.
“Baca saja rubrik wawancaraku di dalam situ, kau akan tahu semua
tentangku”
“Aku lupa kalau kau seorang aktor”
“Maaf, aktor terkenal maksudmu”
“Ya, bagian itu juga aku lupa”
“Dasar pria tua”
Puh.
Yunho tersenyum tipis mendengarnya.
Menyadari bahwa ini kali pertama mereka
berinteraksi dengan santai dan penuh kedamaian.
Mungkin karena besok mereka akan
bercerai membuat mood Yunho berubah
cukup bagus.
Seolah-olah segala bebannya terangkat
begitu saja.
Well, Jaejoong itu
sebenarnya pria yang menarik untuk diajak berbicara.
Yunho mengakui hal itu.
“Apa yang kau cari?” Tanya Yunho melihat Jaejoong yang masih sibuk di
rak buku.
“Buku resep kue” Sahut Jaejoong tanpa berbalik.
“Kue? Kau ingin membuat kue?”
“Ya, sebenarnya hanya satu kue mangkuk saja sih, tapi aku lupa apa saja
yang diperlukan”
“Satu? Kenapa tidak buat banyak saja sekalian, sayang sekali kalau hanya
satu kue”
“Yah, perlunya hanya satu saja sih”
“Kalau begitu lebih baik beli di toko saja”
“Tidak boleh!”
“Eoh?”
Jaejoong menghela nafas.
Ia sudah menemukan buku yang ia cari dan
segera menariknya keluar dari dalam rak.
“Untuk yang satu ini aku harus membuatnya sendiri”
“Kenapa begitu?”
“Kau ini ternyata selain pemarah juga cerewet, ya?”
“Jawab saja pertanyaanku”
“Tentu saja aku harus membuatnya sendiri, dengan begitu perasaan yang
ada akan tersampaikan”
Yunho menaikkan alisnya.
Jaejoong baru saja berbicara tentang
perasaan.
Oh—apakah ini kue untuk seseorang yang
spesial?
Apakah selama ini Jaejoong memiliki
kekasih?
Jantung Yunho berdebar ringan.
Mata musangnya tidak lagi fokus menatap
majalah yang ada di pangkuannya.
Kini ia lebih sibuk memperhatikan pria
cantik yang akan bercerai dengannya esok hari.
Sial.
Yunho penasaran! Ia sungguh penasaran!
“Oh, ya, besok pengacaramu datangnya jam berapa?” Tanya Jaejoong
mengangkat wajahnya.
“Memangnya kenapa? Kau ingin pergi ke suatu tempat?” Balas Yunho balik
bertanya.
Jaejoong mengangguk.
“Mungkin sekitar jam 3 sore aku pergi, bisa tidak pengacaramu itu
datangnya di jam makan siang saja?”
“Baiklah, aku akan menghubunginya nanti”
Pria cantik itu beranjak menaiki
ranjang.
Ia menarik selimutnya hingga menutupi
pinggangnya dan mulai memilah-milah kue mangkuk jenis apa yang akan ia buat.
-------
Yunho mengawasi Jaejoong hari ini.
Pria tampan itu sudah cukup penasaran
mengapa Jaejoong harus membuat satu kue mangkuk kecil seorang diri.
Ditambah lagi ucapan namja cantik itu
yang memberitahunya kalau ia harus pergi sore nanti.
Apa lagi kalau bukan untuk memberikan
kue itu kepada seseorang eoh?
Namja tampan itu bersandar di pilar
dekat dapur.
Menatap punggung Jaejoong yang
bergerak-gerak mengolah bahan adonan.
Sesekali namja cantik itu bersenandung
pelan.
Sepertinya kegiatannya itu menyenangkan.
Jaejoong sudah memasukkan adonannya ke
dalam oven.
Kini ia sedang menyiapkan berbagai jenis
hiasan mungil yang tersusun rapi di atas nampan.
Sebelum mengolah adonan Jaejoong sudah
menyiapkan beberapa potong cokelat putih yang diberi pewarna dan dicetak dengan
banyak bentuk.
TING
TONG.
Yunho terkejut.
Pria tampan itu segera beranjak menuju
pintu depan dan membuka pintu tersebut.
Oh. Itu Kim Jonghyun—pengacaranya.
“Anyeong haseyo” Sapa pria berambut brunette
itu sopan.
Yunho mengangguk, segera mempersilahkan
Jonghyun untuk masuk ke dalam rumah.
Jaejoong keluar dari dapur.
Ia mengelap tangannya di apron depannya
dan tersenyum manis kepada pria berjas mewah tersebut.
“Ini berkas yang membutuhkan tanda tangan kalian dan ini dokumen
perceraiannya” Ujar Jonghyun seraya meletakkan beberapa berkas dari tasnya di
atas meja ruang tamu.
Jaejoong segera mengambil berkas
tersebut dan menandatanganinya.
Yunho memperhatikan calon mantan
istrinya dan segera meraih pulpennya.
Ia menghela nafas.
“Sudah semuanya, apakah kami sudah sah bercerai sekarang?” Tanya
Jaejoong meletakkan pulpennya.
“Secara teknis, ya, tapi masih ada persidangan yang harus dilakukan”
Jawab Jonghyun memeriksa berkasnya.
Jaejoong mengangguk.
“Manajerku akan mewakiliku di sana, otte Yunho? Kau senang? Ini kan
keinginanmu sejak awal?” Ujar namja cantik itu menatap Yunho.
Pria tampan itu tidak menyahut.
Hanya mata musangnya yang bergerak
pelan, memperhatikan Jaejoong yang seperti tidak memiliki beban sama sekali.
TING!
“Oh! Kueku!” Seru pria cantik itu beranjak dari duduknya dan berlari
memasuki dapur.
Jonghyun memasukkan kembali berkasnya ke
dalam tas dan segera undur diri dari kediaman serba putih itu.
“Bagaimana kuenya?”
Jaejoong menoleh, memandang Yunho yang
sudah mengantarkan pengacaranya ke pintu depan dan kembali memasuki dapur.
“Sempurna! Aku hanya tinggal menghiasnya sedikit lagi dan segera
bersiap-siap, setelah ini kau akan ke mana Yun? Di rumah saja atau tidak?”
“Kurasa aku akan tinggal di rumah saja”
Jaejoong mengangguk.
Pria cantik itu memasukkan kuenya yang
sudah dihias cantik ke dalam kotak kecil dan melepas apronnya.
Kemudian ia berjalan menaiki tangga dan
memasuki kamar mereka.
Sementara Yunho sudah berjalan menuju
gantungan penyimpanan kunci dan mengambil kunci mobilnya.
Tidak lama kemudian Jaejoong turun
dengan pakaian santainya seraya membawa masker dan kacamata yang akan
dipakainya nanti.
Ia melihat Yunho yang sedang menonton
televisi dan mengambil kue serta kunci mobilnya.
Beberapa saat kemudian pria cantik itu
sudah meninggalkan rumah mereka.
Yunho melompat dari sofa dan berlari
keluar rumah.
Namja tampan itu memasuki mobilnya dan
segera mengikuti Lambhorgini Jaejoong yang terlihat cukup jauh dari posisinya.
.
.
.
BLAM.
Yunho mengernyitkan dahinya seraya
menutup pintu mobil.
Ia menatap gerbang besar yang ada di
hadapannya dan bergumam tidak jelas.
“Pemakaman kota?”
Namja tampan itu berjalan mengikuti
langkah kaki Jaejoong yang ada di depannya.
Sampai kemudian namja cantik itu
berhenti di salah satu gundukan berumput dan berlutut di sana.
Yunho bersembunyi di gundukan berumput
tepat di samping Jaejoong.
Sesaat direktur tampan itu merasa konyol
karena sudah menunduk di balik tempat seperti itu.
Tapi kemudian perasaan gelinya lenyap
dalam sekejap ketika suara merdu Jaejoong terdengar.
“Happy Birthday, Hyung”
DEG.
Mata musang Yunho membulat.
Tanpa sadar ia mencengkram rumput yang
ada di bawahnya.
Hyung?
Pria tampan itu merasakan detak
jantungnya meningkat drastis.
Hyung—itu tulisan yang ada di jendela
rumah mereka!
“Sudah lama sekali kita tidak bertemu, ya? Aku cukup sibuk akhir-akhir
ini”
Yunho bersandar pada punggungnya.
Ia memasang telinga dengan baik.
“Aku sudah menikah dengan seorang pria pemarah yang dipilihkan ibuku,
Hyung, tapi kami baru saja bercerai tadi sore, hahaha, lucu ya?”
Namja tampan itu mengerutkan dahinya.
Ada perasaan tidak nyaman mendengar
ucapan mantan istrinya itu.
Telinga Yunho menangkap suara kotak kue
yang terbuka dan suara korek api yang dihidupkan.
Jaejoong menyalakan lilin di atas kue
mangkuknya dan meletakkannya di undakan nisan yang ada.
Kemudian pria cantik itu bernyanyi.
Lagu ulang tahun yang sangat gembira,
tapi pada bagian akhirnya tersendat oleh suara serak Jaejoong.
Yunho tahu.
Namja cantik itu menangis.
Bukan jenis tangis yang selama ini ia
lihat.
Pria cantik itu menunduk, mencengkram
rumput yang ada di sekitarnya dan menangis tersedu-sedu.
Ada rasa kehilangan yang sangat besar di
sana.
Suara isakan Jaejoong begitu menyayat
hati hingga membuat dada Yunho bergejolak.
Ia tidak sanggup membayangkan wajah
Jaejoong yang memerah dan penuh air mata saat ini.
“Kenapa kau meninggalkan aku, Hyungie? Kenapa kau membiarkanku seperti
ini? Hiks..Hiks..Kenapa kau mengecewakanku?” Bisik Jaejoong lirih.
Tapi hanya angin yang menjawab.
Jaejoong mengusap wajahnya yang basah.
Ia tersengguk tidak bisa menahan
perasaan sedihnya.
Seolah segala bebannya selama ini
ditumpahkan begitu saja.
“Kau harus tahu, kalau setiap menit, setiap detik, aku selalu berharap
kalau seandainya kita tidak pernah dipertemukan..Mungkin..Mungkin aku akan
bahagia saat ini..”
Yunho mengatupkan rahangnya.
Jadi inikah?
Inikah alasan dibalik semua lamunan pria
cantik itu?
Tapi mata besar itu selalu
memperlihatkan kerinduan yang dalam.
Sebuah perasaan yang membuat Yunho iri
karena ia tidak pernah merasakan hal yang seperti itu.
Jung Yunho tertegun.
Sama sekali tidak menyangka kalau
dibalik sikap santai itu ternyata Jaejoong menyimpan kesedihan yang mendalam.
Ia menyesal sudah menghina Jaejoong
malam itu.
Yunho tidak tahu kalau Jaejoong telah
mencintai seseorang.
Dan orang itu sudah tidak ada.
Ia tidak bisa membayangkan betapa
beratnya kesedihan yang Jaejoong tanggung di balik sikap tegarnya selama ini.
Punggung itu—menyimpan banyak kerapuhan.
Yunho menelan salivanya.
Tidak lama kemudian ia mendengar suara
langkah kaki Jaejoong yang menjauh.
Ia segera keluar dari tempat
persembunyiannya setelah memastikan Jaejoong tidak lagi berada di sana.
Mata musangnya dengan cepat beralih
kepada gundukan rumput yang ada di dekatnya.
Ia melihat lilin yang masih berasap di
atas kue mangkuk tersebut.
Kemudian matanya bergerak ke atas,
membaca tulisan yang ada di sana.
“Choi Siwon” Gumamnya sepelan angin.
.
.
.
“Neo wasseo?”
Namja cantik itu menatap mantan suaminya
yang masih duduk di sofa seperti yang ia lakukan tadi sore.
Jaejoong mengangguk.
Ia tersenyum tipis dan berjalan memasuki
dapur untuk minum.
Meninggalkan Yunho yang memperhatikan
punggungnya diam-diam.
Wajah sembab itu tidak bisa menipu.
Mata besar yang selalu terlihat indah
itu kini membengkak dan sedikit merah.
Yunho menghela nafasnya dalam diam.
“Yunho, Changmin sudah menemukan apertemen untukku, besok aku akan
pindah ke sana”
“Pindah? Tapi—”
“Rumah ini untukmu saja, kau lebih membutuhkannya dari pada aku”
“Kenapa begitu?”
“Setelah ini kau akan membawa Ahra kembali padamu, kan? Kalian bisa
tinggal bersama di rumah ini”
Yunho terdiam.
Tapi Jaejoong kembali tersenyum.
“Meskipun begitu, kunci milikku tetap kupegang, ya? Siapa tahu nanti aku
rindu dengan rumah ini”
“Um..Baiklah”
“Aku letih sekali, aku ingin istirahat”
“Ya, tidurlah”
“Selamat malam, Yunho”
“Selamat malam”
Namja tampan itu bersandar di sandaran
sofa.
Mendongakkan wajahnya menatap
langit-langit rumah.
Ia tersenyum kecut.
Membawa Ahra kembali?
Kenapa tidak terpikirkan olehnya?
Satu hari ini kepalanya hanya disibukkan
oleh Kim Jaejoong saja.
Aneh.
Yunho mengusap wajahnya.
-------
Perceraian yang mereka lakukan ternyata
tidak mudah.
Media dengan cepat mencium hal ini dan
dalam sekejap seluruh Asia dijejali oleh berita tentang berakhirnya rumah
tangga sang aktor terkenal Kim Jaejoong dan direktur muda Jung Yunho.
Banyak yang menyayangkan peristiwa ini
mengingat keduanya begitu cocok, pesta pernikahan yang sangat mewah, dan tidak
ada skandal yang menimpa keduanya selama mereka tinggal bersama.
Pernikahan fenomenal ini hanya bertahan
sampai bulan ketiga mereka bersama.
Umur yang masih sangat muda untuk
melakukan perceraian.
Kim Heechul dan Jung Keybum pingsan di
tempat ketika kabar ini sampai ke telinga mereka.
Hangeng dan Jinki sibuk merawat istri
mereka masing-masing dan mengusir para wartawan dan reporter yang menyerang
rumah mereka.
Sementara Yunho menutup diri di
kantornya, Kim Jaejoong malah berjalan-jalan bebas dengan penyamarannya yang
memakai seragam sekolah seperti saat ini.
Pria cantik itu merasa terhibur dengan
kehebohan yang ia dan Yunho ciptakan.
Jaejoong tidak ambil pusing—toh Yunho
sudah setuju akan mengurus orang tua mereka.
Biar saja pria pemarah itu mendapat
banyak cakaran dari Umma mereka.
Perceraian ini juga kan Yunho yang
meminta.
“Kau harus segera mengadakan konferensi pers untuk memuaskan media
massa, Hyung! Uri Umma masih diinfus sampai saat ini gara-gara kau!” Changmin
berseru kesal.
Model pro itu menggebrak meja kerja
Yunho dengan kasar.
Hingga membuat namja tampan itu
menghentikan pekerjaannya dan mendongak menatap adiknya.
“Kenapa tidak Jaejoong saja? Sekalian ia mengklarifikasi kontrak
vakumnya. Berita terakhir yang kudapat dari pria itu adalah ia akan bermain
film lagi dalam waktu dekat” Ujar Yunho santai.
Yoochun yang sedari tadi sibuk dengan
ponselnya yang terus bergetar panjang sontak menatap Yunho dengan kesal.
“Apa kau tidak pernah sekali saja menonton televisi, Jung Yunho?”
Desisnya kesal.
Changmin mendengus.
“Dia bohong, Hyung. Jae Hyung tidak pernah kembali ke agensi, aku
melihatnya sedang berjalan-jalan sendirian beberapa waktu lalu di taman,
sebenarnya apa yang sudah terjadi eoh?”
Yunho terkejut.
Ia membulatkan mata musangnya.
“Apa? Dia bohong?” Serunya tidak percaya.
Changmin dan Yoochun menghela nafas
panjang.
Sementara Yunho sudah tidak berminat
lagi melakukan pekerjaannya.
Pria bermata musang itu sudah berfokus
pada adiknya yang sudah duduk di samping Yoochun.
“Bagaimana bisa dia melakukan ini? Apa ia ingin balas dendam kepadaku
eoh?” Gerutu Yunho kesal.
“Itu urusanmu, yang jelas aku ingin klarifikasi secepatnya” Sahut
Changmin tidak acuh.
“Klarifikasi apanya? Kami memang benar-benar sudah bercerai”
“Apa?! Jadi itu benar?!”
Yoochun menutup telinganya, berusaha
tidak melibatkan diri dalam hal ini.
Tidak Jaejoong—kali ini ia tidak akan
mau ikut andil dalam kehidupanmu.
Changmin mendengus kasar, menatap benci
kakak sulungnya.
Jung Yunho itu bodoh atau apa sih?
Geramnya dalam hati.
Mata bulatnya memutar jengah
memperhatikan Yunho yang meraih ponselnya dan sibuk menghubungi Jaejoong—mantan
istrinya.
.
.
.
Pria cantik itu tersenyum geli.
Semua orang sedang sibuk membicarakan
tentang perceraiannya bersama Yunho.
Sampai-sampai mereka tidak menyadari
bahwa objek pembicaraan itu kini sedang berjalan bebas di pinggir jalanan
dengan penyamaran ala siswa sekolah.
Jaejoong menatap layar ponselnya yang
bergetar panjang.
Senyumnya semakin lebar.
“Yeoboseyo?”
“Yah! Eodisseo?! Kau berbohong
kepadaku! Kontrak film apanya hah! Dasar licik!”
“Hahaha, itu salahmu kenapa kau percaya kepadaku”
“Ya! Uri Umma masuk rumah sakit
dan belum keluar sampai sekarang! Temui aku di kantorku satu jam lagi arrasseo?”
“Mereka tidak akan mati hanya karena masuk rumah sakit, kau tidak pernah
mendengar tentang istilah terkejut, ya?”
“Yang jelas satu jam lagi aku
sudah harus melihat wajahmu di sini!”
“Kalau tidak? Kau tidak akan bisa menyakitiku lagi karena kita sudah
berpisah sekarang, aah, hidup ini ternyata cukup indah, ya, Jung Yunho?
Baiklah, selamat menikmati kehebohan ini”
“YA YA YA—”
KLIK.
Puh.
Jaejoong tertawa geli.
Ia menutup mulutnya dengan punggung
tangan dan kembali melangkah bebas berkeliling ke tempat yang ia suka.
Sudah lama sekali rasanya tidak
berjalan-jalan seperti ini.
“Jaejoong?”
Namja cantik itu menoleh, terkejut
karena ada seseorang yang mengenalinya.
Tapi detik berikutnya ia segera
tersenyum sopan.
Menatap gadis cantik yang berjalan
menghampirinya dengan pakaian santai yang sedikit kotor.
Sepertinya Ahra baru saja berbelanja
cat.
“Apa yang kau lakukan di sini? Kau tahu media sibuk mencarimu dan—”
“Bagaimana dengan secangkir kopi? Kau mau?”
Ah.
Wanita berambut hitam itu segera
tersenyum malu.
Ia mengangguk dengan pipinya yang
bersemu merah.
Ahra segera berjalan di samping Jaejoong
yang masih menenteng tas sekolahnya.
Ia tampak sepuluh tahun lebih muda
dengan penampilan seperti ini, pikir Ahra kagum.
Mereka berdua memasuki cafe yang ada di
seberang jalan dan segera duduk di kursi paling ujung dekat jendela.
“Kelihatannya semua baik-baik saja, apa—”
“Baik-baik saja? Kau tahu seluruh Asia membicarakanmu dan Yunho!”
“Apa Yunho tidak menghubungimu?”
Ahra terdiam.
Mengernyitkan dahinya memandang wajah
cantik Jaejoong.
“Sudah lama ia tidak menghubungiku lagi, kupikir ia sudah menyerah
mengejarku dan berpaling kepadamu” Dengus gadis cantik itu kemudian.
Jaejoong tersenyum.
“Kau tahu itu hal yang paling mustahil ia lakukan, aku tahu seberapa
besar cintanya untukmu”
“Tapi kau tidak tahu seberapa besar cintaku untuk kekasihku yang
sekarang”
“Well, aku kalah”
Ahra balas tersenyum.
“Hmm, ini sedikit aneh sebenarnya, mengapa ia tidak mengabarimu tentang
kabar perceraian kami dan memintamu kembali padanya”
“Aku tidak tahu, yang jelas aku sama sekali tidak berharap ia akan
melakukan hal itu”
“Kenapa? Bukankah sekarang Yunho sudah tidak terikat dengan siapapun
lagi?”
“Bukan itu, Jae, kau salah paham”
Eoh?
Namja cantik itu menaikkan alisnya.
Ia membenarkan posisi duduknya dan
menatap mata sipit Ahra serius.
“Aku tidak pernah ingin kembali kepadanya bukan hanya karena hal itu,
bukan karena ia sudah menikah. Tapi justru karena aku yang sebentar lagi akan
menikah dengan kekasihku” Ujar Ahra pelan.
Mwo?
Jaejoong membulatkan mata besarnya.
Menatap tidak percaya wajah cantik yang
kini merona itu.
“Kau tidak bisa melakukan itu! Kau dan Yunho—kalian belum selesai!
Maksudku—”
“Aku mengerti maksudmu, mungkin beberapa hari lagi aku akan berbicara
dengannya”
Jaejoong menghela nafas panjang.
Pria cantik itu mencondongkan tubuhnya
ke depan dan menatap serius wajah cantik Ahra.
Bibir cherry-nya berdesis pelan.
“Kalian berdua harus menyelesaikan hal ini hingga tuntas atau aku akan
mengacaukan pesta pernikahanmu dan
kekasihmu itu, arasseo?”
“Omo, kau tidak serius, kan?”
“Aku sangat serius, Go Ahra-ssi”
Ahra baru saja akan menyahut dengan
candaan khasnya, tapi kemudian ia mengurungkan niat setelah memperhatikan kali
ini aktor yang ada di hadapannya sedang benar-benar serius kepadanya.
Gadis berambut hitam itu tersenyum
tipis.
Ia balas menatap langsung mata bulat
Jaejoong yang besar.
“Kenapa kau bersikeras kalau kami berdua harus selesai, Jaejoong? Berikan
aku alasan yang tepat” Bisik wanita cantik itu menaikkan alisnya.
Jaejoong memundurkan tubuhnya sedikit.
Ia tersenyum tipis.
“Karena rasa sakit yang menjadi pihak yang tertinggal tanpa mendapatkan
penjelasan apa pun itu tidak ada obatnya, percayalah padaku” Sahutnya lirih.
Go Ahra terdiam.
Hanya mata sipitnya yang bergerak pelan
memperhatikan raut wajah Jaejoong yang sedikit berubah dari sebelumnya.
Tapi hanya sepersekian detik, karena
setelahnya Jaejoong segera kembali memasang wajah cerianya dan tersenyum manis.
Benar-benar aktor yang hebat—pikir Ahra
dalam diam.
Namja cantik itu bersandar pada sandaran
kursinya.
Ia menghela nafas pendek.
“Cinta segitiga itu selalu menyebalkan, ya?” Gumamnya pelan.
Ahra hanya tersenyum tipis mendengarnya.
Gadis cantik itu segera mengambil menu
yang tersedia di atas meja sejak awal mereka duduk dan membacanya.
“Menurutmu minuman apa yang paling enak di sini?” Tanya Jaejoong ikut
membaca buku menunya.
Ahra mengindikkan bahunya.
“Mungkin cokelat panas, aku suka itu”
“Kebetulan yang menarik, aku juga suka—”
“Minuman yang sama. Aku sudah baca artikelmu”
“Oh—ya, aku lupa kalau kau adalah penggemarku”
Mereka berdua tertawa.
Tapi tawa itu tidak berlangsung lama sampai
ketika seseorang menghampiri meja mereka dan tersenyum kepada sang aktor
terkenal.
“Awalnya aku ragu, tapi sekarang aku yakin kalau itu kau. Ternyata
benar. Sudah lama sekali, ya? Kim Jaejoong”
DEG.
Jaejoong membeku.
Darahnya seolah berhenti berdesir.
Jemarinya mengepal kaku tanpa sadar.
Tanpa menoleh pun Jaejoong tahu suara
siapa ini.
Seseorang yang tidak pernah ingin
ditemuinya lagi seumur hidup.
Tidak.
Itu Kim Kibum.
TBC
:D
ada apa sebenernya sama kimbum
BalasHapuswahh makin penasaran shella
menunggu lanjutannya!!
Jangan jangan gara gara kibum siwon mati :'(
BalasHapusDi tunggu next chap nya kak shell
Itu kibum ya? Akkhh prnasaraaaaaaaan
BalasHapuscinta segitiga kibum,siwon & jaejae?? penasaran!!
BalasHapusbatalin perceraiannya yun!