PART 2.
Seoul, 2010.
Universitas Negeri Ginseng itu terlihat ramai hari
ini.
Seperti biasa.
Para mahasiswa berlalu lalang di halaman gedung yang
besar itu.
Tampak beberapa pria dan wanita yang saling tertawa
satu sama lain membentuk kelompok.
Beberapa mahasiswa kutu buku dengan segala buku tebal
berbau tuanya.
Dan beberapa dengan kesibukan masing-masing.
TAP TAP TAP.
BRUKK!
“YYAA!
Hati-hati kalau jalan, bisu!”
Sosok cantik itu menundukkan wajahnya.
Ia membungkuk sebagai permohonan maaf dan segera pergi
setelah orang yang ditabraknya menghilang.
Namja cantik itu berjalan cepat dengan buku teks yang
ada di pelukannya.
Ia tampak suram hari ini.
Celana berwarna abu-abu, dengan kaus berlengan panjang
berwarna senada dan sebuah syal rajut berwarna hijau lumut bertengger membalut
lehernya.
Aneh.
Padahal ini masih musim semi.
Tapi tidak ada yang peduli padanya.
Karena ia memang tidak pantas untuk dipedulikan.
Namja cantik itu terus melangkah menuju perpustakaan.
Tempatnya menyendiri.
Tempatnya hening tanpa gangguan.
Tempatnya menyesali arti hidup.
Mengacuhkan satu dua bekas siswa di SMA-nya dulu.
Mereka tidak pernah bisa berhenti menatap namja cantik
yang sudah menghilang di balik gedung perpustakaan itu.
Mengasihani segala yang ada pada dirinya.
Tidak ada lagi Kim Jaejoong si populer karena teriakan
lantangnya.
Tidak ada lagi Kim Jaejoong si ramah karena sikap
manisnya.
Tidak ada lagi Kim Jaejoong si cerewet karena
celotehannya.
Hilang.
Semuanya hilang, tidak berbekas.
Sejak namja tampan itu pergi meninggalkan dirinya.
Mereka tersenyum kecut.
Jaejoong yang sekarang, jauh berbeda dari Jaejoong
yang dulu.
Ia pendiam.
Ia penyendiri.
Ia tidak bersahabat.
Selalu dijauhi oleh siapa pun.
Dan terkadang di bully
tanpa pertolongan.
Hmp.
Siapa yang mau peduli?
Pada namja bisu seperti dirinya?
Bahkan mereka lupa seperti apa suara namja cantik itu
sekarang.
4 tahun.
Ia mengunci mulutnya.
-------
“Benarkah? Kau
akan segera kembali? Kau tidak bohong kan buddy?”
TAP TAP TAP.
“Hahahaha! Ini
begitu surprise! Akhirnya aku bisa
melihatmu lagi! Kau tahu? Banyak yang sudah berubah disini!”
Namja chubby dengan aura cassanova itu mendadak menghentikan langkahnya.
Ia tertegun.
Mengerjapkan kedua mata sipitnya memandang sosok
cantik yang tidak asing baginya sedang duduk di pinggir danau yang ada di
belakang universitas.
Hmp.
Yoochun menarik senyum kecutnya.
“Benar-benar
berubah, Yunho ah” Bisiknya pelan.
Yoochun memutuskan sambungan telepon.
Ia memasukkan ponselnya ke dalam saku dan berjalan
mendekati namja cantik itu.
Alisnya terangkat.
Ia bisa merasakan bahu namja cantik itu bergetar.
DEG.
Yoochun mengepalkan kedua jemarinya.
Lagi-lagi seperti ini.
Lagi-lagi ia memergoki Jaejoong menangis dalam
sepinya.
Tanpa suara.
[ “Yasudah! Untukmu saja Chun Sunbae! Aku ke
kelas dulu yaaa! Habiskan, arasseo?!” ]
Ah, Yoochun merindukan Jaejoong yang dulu.
-------
Namja cantik itu menenggelamkan bibirnya di balik
syal.
Bahkan hidungnya hampir tertutup oleh syal tebal itu.
Jaejoong menggerakkan mata sayunya memperhatikan
jalan.
Tapi tetap saja ia ceroboh, menabrak Kim Heechul tidak
sengaja.
“Apa selain
bisu kau juga buta eoh?!” Bentak Heechul tidak senang.
Namja cantik itu terkejut.
Ia ketakutan.
Jaejoong memundurkan langkahnya hingga ia bersandar
pada loker penyimpanan milik mahasiswa.
Mata bulatnya bergerak gelisah menatap Heechul yang
menyudutkannya bersama sahabat-sahabatnya.
BRAKK!
DEG!
Jaejoong memejamkan kedua matanya erat.
Ketika namja berwajah angkuh itu meninju loker besi
tepat di samping wajah Jaejoong.
“Kenapa kau
senang sekali mencari masalah denganku huh?” Desis Heechul kesal.
Jaejoong menggeleng.
Ia merapatkan bibirnya.
“Jawab Heechul
kalau ia berbicara, Kim!” Teriak Taemin emosi.
“Ah, bagaimana
bisa ia bersuara? Ia bisu! Hahahaha” Tawa mereka kompak.
Beberapa mahasiswa yang melewati koridor tersebut
hanya acuh tak acuh.
Mereka tentu tidak ingin mencari masalah dengan Kim
Heechul si putra rektor universitas.
“Bakar
bukunya” Ujar Heechul pelan.
Jaejoong tersentak ketika Donghae merebut tasnya dan
menjatuhkan buku-bukunya ke lantai.
Minho mengeluarkan pemantik kesayangannya dan
menjatuhkannya ke atas tumpukan buku tersebut.
Mata bulat Jaejoong bergerak pelan.
Memandang bukunya yang dilalap api merah.
“Kau ingin
mengatakan sesuatu, jalang bisu?” Senyum Heechul seraya menarik dagu Jaejoong.
Namja cantik itu menggeleng.
Ia menahan nafasnya.
Heechul tertawa kecil.
Ia memukul pipi namja cantik itu dan beranjak pergi
bersama sahabat-sahabatnya.
Meninggalkan Jaejoong yang berjongkok memandangi
bukunya yang hangus.
Ah, tugas kuliahnya.
Materi ujiannya.
Hilang sudah.
Namja cantik itu menundukkan wajahnya dalam.
Menenggelamkan sebagiannya di balik syal tersebut.
Berusaha menahan dirinya untuk tidak menangis.
Tanpa menyadari Yoochun yang memandangnya dari jauh.
-------
“Kau sudah
dengar? Tentang mahasiswa lulusan program percepatan universitas terbaik di
London yang akan memberi materi di kampus kita?”
“KKYYYAAA!
Kudengar ia sangat tampan! Tesisnya benar-benar mengagumkan!”
“Kalau tidak
salah ia akan segera mengambil alih perusahaan-perusahaan ternama milik keluarganya,
tapi ia lebih memilih untuk menetap sementara di kampus kita karena teman masa
kecilnya”
“Benarkah?”
Jaejoong mengerjapkan mata beningnya.
Terus menatap lurus meja miliknya.
Berusaha mengacuhkan pikiran-pikirannya yang mulai
meracau setelah mendengar kata London.
Tidak, tidak mungkin.
“Harap
semuanya tenang, saya akan memperkenalkan pemateri sementara yang akan
membagikan pengalamannya kepada kalian sekarang ini”
Jaejoong bisa mendengar suara dosennya disana.
Tapi ia masih menunduk.
“Silahkan
masuk, Tuan, jja, semuanya, beri hormat kepada Jung Yunho!”
DEG.
DEG DEG DEG.
Mata Jaejoong membelalak sempurna.
Sontak ia mengangkat wajahnya.
Menatap sosok tampan yang berdiri di depan sana.
Sosok tampan yang terlihat sangat dewasa saat ini.
Jung Yunho.
Yunho yang juga balas memandang tajam ke arahnya.
SSRAK!
Jaejoong segera membereskan barang-barangnya.
Ia meraih tas selempangnya dan berlari keluar kelas
melalui pintu belakang.
Berusaha menetralkan jantungnya yang kembali berdebar
kencang.
Setelah 4 tahun lamanya.
Namja cantik itu terus berlari.
Berlari sekencang yang ia bisa.
Pipinya basah.
Ia mencengkram ujung syalnya berusaha menarik nafas.
Jaejoong berhenti di dekat danau.
Ia mendudukkan dirinya disana dan menggigit bibir
bawahnya erat.
Kenapa?
Kenapa sekarang?
Kenapa kau muncul sekarang?
Aku tidak ingin melihatmu.
Aku tidak ingin kau ada disini.
Kenapa kau harus kembali?
Jaejoong meringis.
Ia merasakan dadanya sesak.
Namja cantik itu mengerjapkan matanya berkali-kali.
“BooJae”
DEG!!
Mata Jaejoong membulat sempurna.
Nafasnya tercekat.
Debaran di jantungnya semakin menggila.
Ia terdiam.
[ “Aku akan memanggilmu Yunnie dan kau akan
memanggilku BooJae! Otte? Sangat manis bukan?” ]
“Jaejoong ah”
Namja cantik itu memundurkan tubuhnya saat Yunho
hendak menyentuh bahunya.
Ia memberanikan diri untuk menatap tajam mata musang
namja tampan itu.
Yunho tercekat.
Raut wajah macam apa itu eoh?
“Apa yang
terjadi? Kenapa kau hanya diam?” Tanya Yunho bingung.
Jaejoong masih tidak bersuara.
Ia menyeka air matanya mengacuhkan Yunho yang terus
menatapnya.
Ada yang berbeda.
Ada yang tidak sama dengan namja cantik itu. Pikir
Yunho.
Penampilannya.
Gayanya.
Sikapnya.
Semuanya.
Yunho tidak mengerti.
“Jae---”
Jaejoong berlari meninggalkan Yunho.
-------
“Kudengar ia
menggores lehernya, berusaha memotong pita suaranya sendiri” Ujar Yoochun.
“…” Yunho
terdiam. Menatap tidak percaya namja chubby itu.
“Well, ia
tidak pernah bersuara lagi sejak saat itu..Sejak kau pergi begitu saja Yunho
ah”
Yunho meringis.
Jemarinya bergetar.
Merasakan matanya panas.
Namja tampan itu mendongak menatap Yoochun,
sahabatnya. Dengan tatapan penuh luka.
“Padahal aku kembali
karena merindukan dirinya, Chun ah..Aku ingin mendengar celotehannya
lagi..Mendengar suaranya yang terus mengalun di sekitarku..”
“Jaejoong yang
sekarang bukan dirinya yang dulu, Yunho ah..Waktu mengubah segalanya”
“Huh..Kupikir..Kupikir
ia masih tetap sama seperti yang dulu, kupikir ia akan menyambutku saat aku
pulang..”
Yoochun tersenyum kecut.
Membiarkan Yunho menumpahkan keluh kesahnya.
“Banyak yang
berubah, buddy. Aku sudah pernah
bilang kan?” Bisiknya pelan.
“…”
“Haaahhh..Ia
yang sekarang begitu rapuh dan menyedihkan Yunho ah..Sekarang giliranmu untuk
membuatnya kembali, membuatnya tahu apa itu senyuman”
“Maksudmu?”
“Kalau kau
benar-benar serius dengan perasaanmu padanya, buktikan. Buktikan kepadaku, dan
juga padanya”
“Bagaimana
bisa? Kemarin saja ia menghindar saat aku menghampirinya”
“Seharusnya
kau belajar satu hal dari pengalamanmu yang dulu, Yunho ah..Jaejoong sangat
gigih memperjuangkan cintanya padamu, kalau ia bisa, kenapa kau tidak?”
Yunho tertegun.
Kemudian ia mengangguk.
“Kau benar
Chun”
-------
“BooJae, kau
ada waktu? Temani aku makan siang otte?”
Jaejoong menundukkan wajahnya.
Berusaha mengacuhkan Yunho yang berjalan di
sampingnya.
“Bagaimana
kalau kita makan di pinggir danau saja? Aku membuat banyak sandwich”
“…”
“Well,
sebenarnya aku tidak bisa memasak, atau apa pun itu, tapi aku berusaha keras
belajar membuatkan sandwich yang
lezat agar kau senang, Boo”
“…”
“Aku tidak
tahu apa kesukaanmu, jadi aku membuat banyak isi, kau sudah lapar? Kita duduk
disini sa---”
Yunho terdiam.
Merasakan hatinya sakit ketika Jaejoong menatapnya
dengan tatapan risih.
Seperti inikah? Seperti inikah sakitnya saat Jaejoong diacuhkan
olehnya dulu?
“A-Aku akan
membuka sodanya”
Namja tampan itu memberikan satu kaleng minuman soda
untuk Jaejoong.
Namja cantik itu tidak menerimanya.
Hanya membiarkan Yunho menaruh minum itu di atas
rumput.
Yunho sibuk berceloteh seraya membuka tutup kotak
bekalnya yang berisi banyak sandwich.
Jaejoong mengeluarkan buku teksnya.
Ia menekuk lututnya dan mulai membaca.
Mengacuhkan Yunho yang terus bersuara sejak tadi.
“BOOJAE!”
DEG!
Jaejoong terkejut.
Ia refleks menoleh ke samping.
Yunho memandangnya kesal.
“Tidak bisakah
kau perhatikan aku sebentar saja? Simpan buku itu!”
Jaejoong tidak mengindahkan perintah Yunho.
Ia kembali melanjutkan bacaannya.
Membuat namja tampan itu menghela nafasnya.
Yunho membiarkan hening sejenak mengisi ruang di
antara mereka.
Sampai kemudian ia mendesah pendek dan mendongakkan
wajahnya menatap langit.
“Aku..Ingin sekali
mendengar suaramu BooJae ah..Aku merindukan celotehanmu” Bisiknya pelan.
Jaejoong terkesiap.
Matanya bergerak tidak tenang.
Ia menatap risih namja tampan itu.
“AH! Aku
ingat! Kucingmu, Jiji! Bagaimana kabarnya sekarang? Apa ia masih jantan?” Ujar
Yunho tersenyum lebar.
Jaejoong mengerutkan dahinya.
Ia menyobek buku tulisnya dan menuliskan sesuatu
disana.
Kemudian ia menyerahkannya kepada Yunho sebelum pergi
meninggalkan namja tampan itu.
Yunho menunduk.
Membaca tulisan Jaejoong disana.
Dalam sekejap ia terhenyak.
“Jiji..Sudah
mati?” Gumamnya lirih.
-------
Jaejoong tampak melamun saat ini.
Ia tidak memperhatikan Yunho yang berdiri di depan
kelasnya memberikan arahan mengenai manajemen bisnis di London.
Namja cantik itu menelungkupkan kedua tangannya di
atas meja.
Lalu ia menumpukan wajahnya disana.
Membiarkan kehangatan syal tersebut melingkupi
sebagian wajah cantiknya.
Pelan, Jaejoong memejamkan kedua mata beningnya.
[ “Yunnie! Sekarang kita adalah sepasang
kekasih!” ]
Semilir angin terasa sangat lembut hari ini.
[ “Yunnie, ini minum untukmu!” ]
Membelai lembut wajah cantiknya.
[ “Bisakah kau diam?” ]
Kedamaian Jaejoong terusik.
[ “Aku benci!” ]
DEG.
Jaejoong membuka kelopak matanya.
Basah.
Ia menangis.
Namja cantik itu mengusap wajahnya dan meraih tasnya.
Berjalan keluar kelas untuk yang kesekian kalinya.
Mengacuhkan Yunho yang terus memperhatikannya sejak
tadi.
“Hoi bisu!
Belikan aku sekaleng jus jeruk dan bawa kesini!”
Jaejoong menoleh.
Memandang Minho yang berdiri tidak jauh darinya.
Namja cantik itu mengangguk.
Ia mendekati mesin jus dan memasukkan koinnya.
Namja cantik itu mengambil kaleng jus tersebut dan
memberikannya untuk Minho.
Namja bermata kodok itu mengerutkan dahinya.
“Kenapa kau
ambil yang biasa? Aku lebih suka jus dingin, jalang bisu!” Maki Minho marah.
Jaejoong menggelengkan wajahnya berusaha mengatakan
kalau ia tidak tahu.
Aish.
Choi Minho menendang namja cantik itu hingga ia
terjatuh.
Heechul tertawa melihatnya.
Namja bermata kodok itu melempar kaleng itu tepat
mengenai dahi Jaejoong.
Namja cantik itu meringis tanpa suara.
Ia mengusap dahinya.
Berusaha menahan tangis yang hampir tumpah.
“Kau
benar-benar tidak memiliki otak, Kim Jae---”
BUGGH!!
BRUKK!
Namja cantik itu tersentak kaget.
Sontak ia mengangkat wajahnya dan menatap tidak
percaya Heechul yang terjatuh akibat pukulan Yunho di wajahnya.
Namja tampan itu mendengus keras.
Emosinya membludak tanpa arah.
Yunho mengambil kaleng yang ada di dekat Jaejoong dan
menekannya dengan keras ke dahi Minho.
Membuat namja bermata kodok itu mengerang kesakitan.
Kaleng itu penyok, merembeskan isinya membasahi wajah
Minho.
Taemin menjerit takut dan bersembunyi di balik
Donghae.
Yunho mendecih kesal dan menarik Jaejoong untuk bangun
dari duduknya.
“KAU! KAU! KAU
DAN KAU! AWAS SAJA KALAU SAMPAI AKU
MELIHAT KALIAN MENGGANGGU JAEJOONG LAGI! AKAN KUPATAHKAN LEHER KALIAN!!”
Jaejoong meringis saat Yunho menarik tangannya kasar.
Namja cantik itu berusaha melepaskan genggaman tangan
Yunho yang sangat erat.
Namun Yunho jauh lebih kuat darinya.
Yunho membuka pintu ruang kesehatan.
Tidak ada siapa pun disana.
Namja tampan itu segera mendudukkan Jaejoong di atas
ranjang dan berkacak pinggang di hadapannya.
“Ada apa
denganmu, Kim Jaejoong?! Kenapa kau diam saja saat mereka menghina dan
mengasarimu?! Kemana Kim Jaejoong yang kuat itu? Yang tidak pernah menerima
kata penindasan huh?!” Marah Yunho emosi.
Jaejoong menggigit bibir bawahnya.
Perasaan sakit yang telah lama hilang kini kembali
menyeruak di dadanya.
Cukup.
Hentikan.
Jangan bersuara lagi.
“AISH! Aku
akan mengobati lukamu, dan lepaskan syal bodoh itu! Aku panas melihatnya! Apa
kau tidak tahu kalau ini bukan musim dingin huh? Atau disana ada bekas luka
dari namja-namja sialan tadi?!”
Jaejoong mengerutkan dahinya tidak suka ketika Yunho
hendak menjulurkan tangannya menarik syal tersebut.
Namja tampan itu menggeram.
Ia benar-benar emosi saat ini.
“Kenapa kau
jadi seperti ini eoh?! Kenapa kau tidak bersuara seperti biasanya?!”
Yunho mendorong Jaejoong terjatuh ke atas ranjang.
Kemudian ia menarik paksa syal rajut tersebut.
DEG.
Namja tampan itu terdiam.
Mata musangnya bergerak pelan.
Menatap dalam bekas luka sayatan yang panjang di leher
jenjang itu.
Tampak menonjol karena bekas jahitan.
Hening.
Yunho teringat akan perkataan Yoochun di kantin waktu
itu mengenai goresan yang dilakukan Jaejoong pada lehernya.
Jadi, itu semua benar?
Sementara itu, Jaejoong membiarkan air matanya
mengalir tanpa perintah.
Ia menahan nafas.
Dan kemudian berucap.
“Karena orang
yang kucintai, benci dengan suaraku!”
DEG.
“Biarkan aku untuk menutup mulutku selamanya!”
Yunho tercekat.
“Mengunci
suaraku yang begitu dibencinya!”
Nafas Jaejoong tersengal.
Ia terisak keras disela tangisnya.
Membiarkan Yunho terkejut akan suara yang ternyata
selama ini masih disimpan olehnya.
Lama namja tampan itu berdiam diri.
Ia merasakan kedua matanya panas.
Hatinya sakit.
Jadi karena itukah?
Jaejoong seperti ini karena dirinya?
Karena perkataannya waktu itu?
Yunho tidak tahu..
Kalau ia telah menyakiti Jaejoong sedemikian banyak.
Namja tampan itu mengusap lembut bekas goresan panjang
di leher Jaejoong.
Mata musangnya berusaha menatap lembut mata bulat
Jaejoong yang memancarkan rasa marah dan kecewa.
Yunho menundukkan wajahnya.
Membuat Jaejoong menahan nafas ketika ia mengecup
lembut bekas luka tersebut.
Kedua tangan Jaejoong terkepal erat.
Ia terpaku saat Yunho mengecup-kecup sekitar lehernya
dan terkadang menghisapnya pelan.
Rona merah menjalari wajahnya.
Air matanya berhenti menetes.
Jantungnya berpacu kencang.
Darahnya berdesir hangat.
Jaejoong memejamkan matanya meringis.
“Jung Yunho
yang dulu benar-benar bodoh..” Bisik Yunho tertahan.
“…”
“Ia orang yang
kaku, tidak mengerti bagaimana berekspresi dan menghargai perasaan orang lain,
penakut terhadap Appanya sendiri”
“…”
“Ia
benar-benar tersiksa saat harus meninggalkan kekasihnya, disaat perasaan
cintanya sedang meluap sebegitu besarnya”
DEG..
Jaejoong tertegun.
Ia membuka kedua matanya.
Memandang mata musang Yunho yang balas menatapnya
dalam.
“Dari awal kau
tidak pernah menganggapku” Desis Jaejoong lirih.
Suaranya serak.
Karena ia terlalu lama diam.
“Kau benar,
tapi perlahan-lahan, kau mulai memasuki duniaku..Merenggut pikiran dan hatiku
hanya untukmu” Balas Yunho berbisik.
Huh.
Jaejoong tersenyum kecut mendengarnya.
“Aku bohong
mengatakan kalau aku membenci suaramu, celotehanmu, dan segala
tentangmu..Kenyataannya ada adalah, aku benar-benar menyukai semua yang ada
pada dirimu Jae ah..”
“…”
“Waktu itu aku
pikir, akan lebih baik kalau kau membenciku dan melupakan aku, karena aku tidak
akan berada di sampingmu lagi, dan aku tidak ingin kau terluka”
“..Hiks..”
Yunho menyatukan dahi mereka.
Menyentuhkan ujung hidung keduanya.
Membaurkan desahan nafas mereka menjadi satu.
Pelan, namja tampan itu mengusap rambut hitam
Jaejoong.
“Aku
mencintaimu, Kim Jaejoong, dengan segenap hatiku..Dan aku, tergila-gila akan
apa yang ada pada dirimu..” Bisiknya lirih.
Jaejoong semakin menumpahkan tangisnya.
Menatap Yunho dengan kedua mata basahnya.
“Katakan kalau
perasaanmu untukku tidak pernah berubah, BooJae”
“..Hiks..Aku
juga sangat mencintaimu Yunnie ah..Benar-benar mencintaimu..”
Yunho tersenyum lega mendengarnya.
Ia mengusap lembut dagu Jaejoong dan kemudian
menempelkan bibir mereka dengan sangat pelan.
Membuat Jaejoong dapat merasakan bibir Yunho menekan
lembut bibirnya.
Keduanya masih saling menatap satu sama lain.
Yunho membuka mulutnya.
Meraup bibir ranum itu dan menyesapnya manis.
Membuat rona merah dengan cepat merambat ke seluruh
wajah Jaejoong.
Namja cantik itu masih berusaha menahan dirinya untuk
balas menatap mata musang Yunho.
“Umh..”
Jaejoong melenguh saat lidah Yunho menyusup masuk ke
dalam rongga mulutnya.
Ia hendak memejamkan kedua matanya.
Namun Yunho mengusap kedua sisi pipinya dan menekan
lembut kedua sudut mata besar itu.
Memaksa Jaejoong untuk tetap membuka kedua matanya dan
balas menatapnya.
Tatapan Jaejoong berubah sayu saat ia kembali membuka
mata.
Ia melihat Yunho yang sesekali mencoba melirik ke
bawah.
Memperhatikan lidahnya yang bergerak keluar masuk dari
mulut Jaejoong.
Jemari Jaejoong mencengkram erat lengan Yunho.
Ia mengeluarkan lidahnya, mencoba menyusupkannya ke
dalam rongga mulut namja tampan itu.
Kemudian ia memejamkan matanya, memilih untuk
memasrahkan diri sepenuhnya dan menikmati sensasi lembut dan hangat dari namja
tampan itu.
Yunho ikut memejamkan matanya.
Ia memiringkan wajahnya dan secara tiba-tiba
melepaskan ciumannya.
Segera mengecup leher Jaejoong dan menghirup wangi
vanilla disana.
Mengacuhkan lelehan saliva mereka yang telah bercampur
terjejak di dagu dan rahang namja cantik itu.
“Jaejoong
ah..hhh..hh..aku mencintaimu” Bisik Yunho tersengal.
Suhu tubuhnya meningkat dalam sekejap.
Jaejoong mengangguk dan memeluk punggung Yunho dengan
erat.
Kemudian ia balas berbisik lembut.
“Take me..Make me moan, without silence..”
Yunho tersenyum manis.
Ia mengecup pinggir dahi Jaejoong sebagai jawaban.
END.
Saya nyari ff ini di ffn, tapi katanya udah dihapus. Untung ada yang ngasih tau tentang blog ini.
BalasHapusSakit banget pas baca cerita Jaejoong yang berubah selama 4 tahun semenjak kepergian Yunho. Saya sampe nangis. Tapi semuanya berakhir bahagia buat YunJae <3
mewek ih bacanya. sedih banget ... syukurlah ga tambah miris krn dibuat happy ending.
BalasHapusSedihnya.. jj cinta banget sama yun sampe segitunya..
BalasHapusGomawo nee
Sedihnya.. jj cinta banget sama yun sampe segitunya..
BalasHapusGomawo nee