This zone is only YunJae Fanfictions and this is our world

Minggu, 12 Mei 2013

FF/YAOI/YUNJAE/ONESHOOT/LOST


Tittle: LOST

Genre: YAOI

Author: Shella Rizal a.k.a Park Sooji

Cast: Yunjae and other

Length: ONESHOOT

Rating: family-romance-hurt-mpreg-incest

WARNING: BOY x BOY! Yg ga suka YAOI mending cabut aja dari sini, cos author Cinta damai~
*kibar2 kutang Jae umma*

CAUTION: JUNG JAEHO DAN JUNG JUNHON MILIK AUTHOR SETANGKAI!


-------


  “Jaejae hanya ingin Appa kembali!”

.
.
.

  “Hnngghh~”

Sosok cantik itu tampak menggeliat pelan dari tidurnya.
Ia meregangkan tubuhnya seraya mengerang manja.
Perlahan kedua mata beningnya yang indah terbuka memandang sang suami yang masih terlelap dalam tidurnya.

Ah.


Jaejoong menarik senyum manisnya.
Ia mengerling jahil dan menggeser tubuhnya hingga berada di atas tubuh kekasihnya.
Satu telunjuknya menelusuri hidung Yunho dengan lambat.
Sementara satu tangannya yang bebas mengusap-usap sayang poni cokelat namja tampan itu ke belakang.

Jaejoong memejamkan kedua mata beningnya.
Seraya mengecup-kecup lembut bibir tebal Yunho.
Sesekali ia mengapitnya dalam dan menariknya dengan kedua bibir ranum miliknya.

Nafas Yunho menderu tidak tenang.
Membuat Jaejoong hampir terkekeh karenanya.

  “Aww~!”

Namja cantik itu memekik kaget ketika bibirnya digigit keras oleh Yunho.
Sontak ia menjauhkan wajahnya dan memicing menatap mata musang yang kini terbuka itu.
Tampak menyipit karena tawanya yang pelan.

  “Dasar beruang!” Gerutu Jaejoong manja.

  “Siapa yang lebih dulu mengganggu tidurku hum?” Balas Yunho geli.

Namja cantik itu mencibir seraya menarik gemas hidung kekasihnya.
Kemudian ia segera beranjak bangun dan mengambil piyama miliknya yang tergeletak di lantai karena Yunho semalam.

  “Dimana celanaku?” Gumam Jaejoong mengerutkan dahinya.

Yunho mengangkat bahunya seraya kembali memejamkan mata.
Seulas senyum usil terukir di bibirnya.
Aish.
Jaejoong memutar bola matanya dan memutuskan untuk beranjak menuju kamar mandi tanpa menggunakan celananya.

Ia lupa betapa ganasnya Yunho semalam, hingga pakaian mereka berserakan tak tahu arah.

Ck, jeongmall.

  “Jung Yunho, awas saja kalau kau berani memejamkan mata lagi! Hari ini kau memiliki rapat penting ania?!” Bentak Jaejoong dari balik pintu kamar mandi.

Yunho mendesah pendek.
Ia mengangguk tanpa menyahut.
Tetap membiarkan kedua mata musangnya terpejam damai.


-------


  “UMMA! APPA!”

Suara derap langkah kaki terdengar menderu keras dari setiap anak tangga yang berputar itu.
Jaejoong tertawa kecil mendengar suara teriakan kedua putra kembarnya.
Sementara Yunho yang baru saja meneguk coffee latte-nya meletakkan cangkir tersebut.

  “Kemarin Appa pulang telat! Dan Appa sama sekali tidak mengunjungi kamar kami!” Ujar Jaeho seraya menaiki kaki Yunho.

Hingga ia berhasil duduk di pangkuan namja tampan itu.

  “Padahal Appa sudah janji akan menonton film animasi 4D bersama di kamar!” Junhon memberengut.

Jaejoong kembali terkekeh mendengarnya.
Ia memicingkan matanya memandang sang kekasih.
Yunho hanya tersenyum disana.

  “Sorry boys, kemarin Appa bertemu dengan seorang bidadari, dan ia memerangkap Appa untuk tidak pergi” Ujar Yunho pelan.

Kedua mata musang Jaeho berbinar.
Ia menatap tidak percaya Appanya.

  “Jeongmall? Apakah ia cantik?” Tanya namja almond itu penasaran.

  “Bahkan ia butuh kata pujian lebih dari sekedar cantik, Jaejae” Sahut Yunho.

Aish.
Jaejoong memutar bola matanya malu sekarang.

  “Apa yang bidadari itu lakukan, Appa?” Kali ini Junhon bertanya.

  “Humm, kau bisa tanyakan hal itu pada Ummamu, sayang, karena ia yang lebih tahu dari pada Appa” Kekeh Yunho.

Junhon menoleh memandang sang Umma yang kini tertawa geli.
Ia merentangkan kedua tangan mungilnya dan menyentuh bahu Jaejoong saat namja cantik itu menggendongnya.

  “Bidadari itu membersihkan pikiran uri Appa yang begitu nakal, sayang” Ucap Jaejoong seraya mendudukkan namja cherry itu di kursinya.

Jaeho dan Junhon tertawa bersama.
Mereka mengambil roti selai cokelat yang diberikan sang Umma dan mulai melahapnya.

Ah, benar-benar gambaran sebuah keluarga yang sangat bahagia ania?


-------


  “Aku pulang”

Namja tampan itu melepas jasnya dan melepas sepatunya.
Lalu ia memasuki ruang tengah dimana kedua putranya yang masih berumur 6 tahun tampak sedang duduk di sofa bersama istrinya.
Yunho tersenyum dan meletakkan tasnya di atas meja.
Lalu ia merebahkan tubuhnya di samping Junhon.

  “Appa!” Pekik namja cherry itu senang.

Jung Junhon segera berguling menaiki paha Yunho dan memeluk erat leher Appanya.
Diikuti Hyungnya yang kini hampir berhasil menyentuh tengkuk Yunho.
Jaejoong tersenyum melihatnya.

  “Uri Appa belum mandi, babies, ia masih sangat bau” Ujar Jaejoong.

  “Honchan suka bau Appa~” Sahut Junhon cepat.

Eoh?

Yunho tertawa mendengarnya.
Ia mengecup lembut rambut cokelat Junhon yang sama seperti miliknya.
Kemudian ia menepuk lembut punggung Jaeho.

  “Aku juga suka baumu, bear, tapi bukan bau seperti ini, kau mengerti maksudku ania?” Ujar Jaejoong menaikkan alisnya.

Yunho mengangguk.
Ia segera melepaskan pelukan kedua putranya dan berdiri dari duduknya.

  “Well, kalau begitu aku akan segera mandi sekarang, kau mau ikut, Boo?” Balas Yunho mengedipkan matanya.

Aish.
Jaejoong menutup mulutnya menahan tawa.
Wajah cantiknya tampak merona sekarang.
Ia mengangguk dan membantu Yunho membawakan tas kantornya.
Meninggalkan kedua putra mereka disana setelah memberi mereka peringatan untuk tidak beranjak kemana-mana.


CKLEK.

Namja cantik itu menutup pintu kamar dengan pelan.
Yunho sudah melepaskan dasinya.
Ia berbalik dan memandang Jaejoong yang sedang membuka kausnya disana.

  “Butuh bantuan, tuan mesum?” Ejek Jaejoong menaikkan alisnya.

Yunho tertawa seraya mengangguk.
Mengundang Jaejoong untuk berjalan mendekatinya dan membantunya melepaskan kancing-kancing kemeja putih itu dengan gerakan yang sedikit sensual.

  “Baru kali ini aku merasa sangat tidak sabar untuk mandi, Boo” Ujar Yunho tersenyum.

Jaejoong menundukkan wajahnya.
Menatap sesuatu yang terbangun di bawah sana.
Ia tertawa.

  “Aku baru membuka kemejamu, bear

  “Tunggu sampai kau melakukan yang lebih dari itu”

  “Hahahaha”

Namja cantik itu memekik kaget ketika mendadak Yunho menariknya cepat memasuki kamar mandi.
Dan, well, setelah menghabiskan tiga jam untuk sesuatu yang tidak dapat disebut mandi, mereka masuk ke dalam bathtup bersama.

Namja cantik itu menyandarkan punggungnya di dada bidang Yunho.
Mencoba mengatur nafasnya yang masih berkejaran.
Sementara Yunho melingkupi tubuhnya dengan kedua lengan kekarnya.

  “Kau tidak tahu sebesar apa rasa cintaku padamu, sayang” Desis Yunho seraya mengecupi pinggiran dahi Jaejoong lembut.

Namja cantik itu melenguh pelan.
Ia tersenyum bahagia di celah rona pipinya yang merambat.

  “Kau berkata seolah akan meninggalkan aku, Yunnie ah” Gumam Jaejoong pelan.

  “Hmm? Kenapa kau bisa berpikiran seperti itu eoh? Kau tahu itu hal paling mustahil yang bisa kulakukan di dunia ini”

  “Entahlah, aku hanya mengatakan apa yang kurasakan saat ini”

  “Lalu, kalau seandainya pikiranmu memang benar adanya, apa yang akan kau lakukan?”

Jaejoong terdiam.
Ia mengerutkan dahinya.

Lama keheningan melanda keduanya.

Sampai kemudian namja cantik itu mendongakkan wajahnya dan mengecup lembut bibir tebal Yunho seraya berbisik.

  “Aku akan berusaha membuatmu kembali kepadaku, kepada Jaeho dan Junhon, apa pun yang terjadi”


-------


  “Umma, kenapa Appa lama sekali? Ini sudah jam lima” Adu Junhon mempoutkan bibirnya kesal.

Namja cantik itu menoleh memandang jam antik yang tergeletak di tengah ruangan.
Ia mendesah pendek dan kembali memandang putra bungsunya.

  “Mungkin Appa lembur? Kita tidak tahu hm?”

Jaeho mendesis sebal.
Jemari mungilnya mencengkram erat DVD film animasi kesayangannya itu.
Beberapa hari yang lalu Yunho mengingkari janjinya untuk menonton film itu bersama.
Ia tidak akan senang kalau namja tampan itu melakukan hal yang sama untuk hari ini.

  “Bagaimana kalau Umma buatkan susu sementara kita menunggu Appa?”

Jaeho menoleh.
Memandang Jaejoong yang menatap dirinya dan Junhon.
Kedua namja itu mengangguk kompak.
Jaejoong segera tersenyum dan beranjak menuju dapur.

Ia mengambil sekotak susu cair dari lemari pendingin dan dua gelas berwarna sama dari lemari atas.
Namja cantik itu baru saja akan menuangkan susunya, namun mendadak gerakannya terhenti ketika ponselnya bergetar panjang dari dalam saku.

Aish.

Jaejoong merutuk pelan.
Ia meletakkan kotak susu itu dan segera meraih ponsel layar sentuhnya.
Dahinya mengerut menatap nama kekasihnya yang berkedip di layar.
Ia segera mengangkat telepon itu.

  “Ne Yunnie ah? Waeyo?”
 
  “Mianhae, apakah anda keluarga dari Jung Yunho?

  “N-Ne, aku istrinya, waeyo?”

  “Saya dari kepolisian pusat, dan sebaiknya anda segera menyusul ke rumah sakit Seoul sekarang juga

DEG.

Mata bening Jaejoong bergerak gelisah.
Mendadak tubuhnya terasa dingin.

  “Ru-rumah sakit?”

  “Suami anda baru saja mengalami kecelakaan di putaran Namsan, ia sedang dioperasi saat ini


BRUKK!

Jaeho dan Junhon saling menatap kompak satu sama lain.
Mereka mengerutkan dahi mendengar suara hantaman dari arah dapur.
Jaeho segera melompat dari sofa diikuti adiknya.

Mereka berlari menyusul Jaejoong.

  “Umma?!” Jerit keduanya lantang.

Namja almond itu mengerutkan dahinya.
Memandang Jaejoong yang terduduk lemas di lantai.
Jemarinya bergetar hebat.
Tatapan matanya kosong.
Dengan air mata yang mengalir dalam tempo lambat.


-------


Namja cantik itu terlihat sangat kacau saat ini.
Ia tidak berhenti untuk terisak sejak tiba di rumah sakit.
Jaejoong mencengkram kedua tangannya yang saling terkepal erat.
Tangisnya terus mengalir tanpa diperintah.
Wajahnya tampak sembab dan basah.

Ia menoleh memandang Jaeho dan Junhon yang saling berpegangan tangan di dekat pintu ICU, namja kembar itu menangis histeris.

Hati Jaejoong terasa sakit.
Ia mengatupkan kedua tangannya berharap Tuhan akan mendengar doanya.

  [ “Ia menabrak pohon setelah menerobos pembatas jalan untuk menghindari remaja yang membawa motor dengan sangat kencang” ]

  “..Hiks..”

  [ “Keadaannya kritis, kami akan berusaha semampunya” ]

  “Hiks..Hiks..”

  [ “Pasien tidak mengalami kerusakan fatal apa pun pada tubuhnya, hanya saja, kepalanya terbentur dengan sangat keras saat kecelakaan” ]

  “..Yunho ah..Hiks..Yunnie..”

  [ “Jung Yunho kami nyatakan amnesia saat ini, dan ia tidak boleh mendapatkan tekanan atau paksaan akan ingatan masa lalunya, karena itu dapat membuat kesehatannya menurun” ]

  “APPPPAAAAAA~~!!”

Jaejoong membuka kedua matanya yang membengkak.
Jaeho dan Junhon kini menjerit histeris.

Tuhan, tolong kuatkan aku.


-------


  “Unngh”

Mata musang itu terbuka secara perlahan.
Membuat sosok cantik yang duduk di sampingnya terkejut.
Dadanya berdebar kencang.
Suhu tubuhnya meningkat dalam sekejap.

  “Ka-kau sudah sadar?” Lirih Jaejoong berusaha menahan tangisnya.

Yunho mengerutkan dahinya.
Lama ia terdiam seraya mengerjapkan kedua mata musangnya.
Sampai kemudian ia menarik nafas panjang dan menoleh memandang Jaejoong yang tersenyum lembut kepadanya.

  “Kau hilang ingatan, kecelakaan itu membuatmu terbentur keras” Jelas Jaejoong hati-hati.

DEG.

Yunho tertegun.
Hilang ingatan?
Ia?

  “Namamu Jung Yunho, dan aku Jung Jaejoong” Sambung Jaejoong.

Hah?
Namja tampan itu mengerutkan dahinya memandang namja cantik itu.

  “Jung? Kenapa marga kita sama?” Tanya Yunho bingung.

Oh gosh.
Tetes bening itu mengalir membasahi pipi Jaejoong.
Namja cantik itu terisak seraya meraih jemari Yunho.
Ia bisa merasakan namja tampan itu tersentak kaget akan perbuatannya.

Jaejoong mengusap jari manis Yunho dengan lembut.
Lalu ia mendongak memandang langsung mata musang yang tajam itu.

  “Cincin ini, kita sudah menikah, Yunho ah..Kau dan aku, kita saling memiliki satu sama lain”

DEG!

Jaejoong membulatkan mata beningnya.
Ia terhenyak ketika mendadak Yunho menghempaskan tangannya kasar.
Namja cantik itu menatap mata Yunho.
Dan dalam sekejap ia merasakan tenggorokannya tercekat.
Hatinya sakit.

Demi Tuhan, tatapan macam apa itu? Jerit Jaejoong dalam hatinya.

  “Maaf..” Lirih Yunho pelan.

Jaejoong terdiam.
Merapatkan bibirnya yang bergetar hebat.

  “Bisakah kau meninggalkan aku sendiri saat ini?” Bisik namja tampan itu.

Jaejoong mengerjapkan kedua matanya.
Kemudian ia berusaha memaksakan senyumnya.
Sebelum benar-benar beranjak keluar dari kamar rawat kekasihnya.


-------


Kesehatan Yunho mulai membaik hari demi hari.
Namja tampan itu sudah diizinkan oleh pihak rumah sakit untuk kembali ke rumahnya.
Dan Yunho menyetujui permohonan Jaejoong untuk tinggal bersamanya.
Well, kalau pun ia menolak, dimana ia akan tinggal hm?

CKLEK.

Pintu rumah besar itu terbuka.
Jaejoong tersenyum manis membiarkan Yunho memasuki rumah mereka.
Gurat lelah dan duka tercetak jelas di wajah cantiknya.
Kedua mata besarnya yang selalu memancarkan semangat dan keceriaan, kini meredup dan sayu.

  “Bolehkah aku---”

  “Silahkan, kau bebas berjalan, Yunho ah, rumah ini milik kita berdua”

Yunho mengangguk pelan.
Ia melepas sepatunya dan melangkah memasuki rumah mewah itu.

Pandangan matanya tertuju pada sebuah nakas panjang yang memajang ratusan foto keluarga mereka disana.
Yunho menahan nafasnya.
Jantungnya mulai berdebar perlahan.

Ia melihat banyak foto dirinya, bersama namja cantik yang mengaku kekasihnya.
Dan, dua namja berwajah sama yang terlihat mirip dengan mereka.

  “Yang kiri bernama Jung Jaeho, dan yang kanan adalah Jung Junhon”

DEG!

Yunho tertegun kaget.
Jaejoong telah berdiri di sampingnya entah sejak kapan.
Namja tampan itu menoleh.
Memandang wajah cantik Jaejoong yang menyiratkan luka.

  “Mereka putra kita, Yunho ah” Desis Jaejoong lirih.

Nyaris tidak terdengar.

Tangis Jaejoong mengalir semakin tidak terkendali.
Ia terisak hebat.
Emosinya pecah.
Tubuhnya bergetar.
Ia tidak sanggup menahan perasaan ini.

Namja cantik itu terduduk lemah di atas lantai.
Berusaha menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangan.
Suara isak tangisnya terdengar sangat memilukan.
Membuat Yunho terhenyak cukup lama.

Dan kemudian ia berinisiatif untuk berlutut di samping Jaejoong dan menggerakkan lengannya ragu-ragu untuk merengkuh pundak Jaejoong yang bergetar.

  “Kenapa harus kau? Hiks..Kenapa bukan orang lain? Hiks..Kenapa? Kenapa Yunnie ah? Hiks..”

Jaejoong menjerit histeris.
Membuat Yunho semakin erat merengkuh tubuh rapuhnya.
Namja tampan itu mengusap lembut punggungnya.
Kemudian ia menyentuh leher Jaejoong pelan.

  “Tenanglah, jangan seperti ini..Maafkan aku..” Ujar Yunho.

Jaejoong menggeleng.
Ia menggigit erat bibir bawahnya.
Kepalanya terasa sangat sakit.
Pelipisnya berdenyut hebat.

Namja cantik itu mengerang lirih tanpa suara.
Ia mengerjapkan kedua matanya yang terasa berat.
Hingga akhirnya ia hanya bisa merasakan gelap.


-------


Namja tampan itu melahap rotinya pelan pagi ini.
Ia hanya bisa menundukkan wajahnya sejak tadi.
Berusaha tidak memikirkan mengapa Jaejoong mendadak bersikap biasa saja hari ini.

  “Coffee latte kesukaanmu, Yunnie ah” Ujar Jaejoong tersenyum.

Yunho mengangkat wajahnya.
Ia balas mengangguk dan kembali melahap sarapannya.
Sekilas pandangannya tertuju pada sosok almond yang duduk di seberang kursinya.
Hatinya mencelos.
Anak itu, menatapnya dengan tatapan yang tidak bisa diartikan.

Pandangannya terasa sangat tajam dan menusuk.

Membuat Yunho harus mengakui kalau ia merasa sedikit takut dan tidak nyaman dengan bocah kecil itu.

  “Junhon, kenapa diam saja um? Nanti rotinya dingin, sayang”

Yunho menggerakkan mata musangnya.
Memperhatikan sosok cherry yang duduk di samping Hyung kembarnya.
Jung Junhon tampak tidak bersemangat sama sekali hari ini.
Membuat Yunho merasa iba pada namja mungil itu.

   “Hon mau Appa..” Lirih Junhon terisak.

DEG.

Jaejoong tertegun.

  “Uri Appa ada disini, Hon ah” Ujarnya tersenyum.

Junhon menggeleng.
Tangisnya pecah.

  “Uri Appa tidak disini..Hiks..Hon mau Appa!”

  “Honchan”

  “Hiks”

Jaeho menghela nafas pendek.
Ia merengkuh tubuh adiknya dan mengajaknya masuk ke dalam kamar.
Junhon menurut.
Ia mengusap wajahnya dan balas menggenggam erat jemari Jaeho.

Meninggalkan Jaejoong dan Yunho yang kini saling terdiam di posisi masing-masing.

  “Aku sudah selesai” Ucap Yunho.

Jaejoong mengangguk.
Ia segera membereskan sisa peralatan makan yang ada di atas meja.

Namja cantik itu menghembuskan nafasnya berusaha kuat.
Ia mengerjapkan matanya berkali-kali.
Tidak, ia tidak boleh menangis lagi.
Ia harus berusaha bertahan sampai Yunho terbiasa akan keadaannya.
Sampai Yunho mendapatkan ingatannnya.


TREK.

Jaejoong menyusul Yunho menuju kamar mereka setelah ia selesai membersihkan dapur.
Namja cantik itu membuka pintu kamar dan menutupnya kembali.
Mata beningnya menangkap sosok tampan yang sedang berdiri di beranda.

  “Dulu..Aku orang yang seperti apa?” Tanya Yunho saat menyadari namja cantik itu telah berdiri di sisinya.

Jaejoong menoleh.
Kemudian ia kembali mendongak memandang langit pagi yang cerah.
Tersenyum kecil tanpa sadar.

  “Kau adalah sosok yang tegas, angkuh, disiplin, berwibawa, bijaksana, manja, menyebalkan, usil, dan penyayang disaat yang bersamaan..Hmp..Kau adalah sosok suami sekaligus Appa terbaik yang pernah ada, bear” Desis Jaejoong lembut.

Yunho tertegun.
Mata musangnya mengerjap pelan.
Bergerak berusaha mencari kepingan dirinya yang telah hilang dalam ingatannya.

Namja tampan itu menatap Jaejoong yang kini menghadap ke arahnya.
Mengunci tatapannya dengan mata besar yang terlihat sayu itu.
Pelan, Jaejoong menyentuh lengan kekasihnya.

Tidak adanya perlawanan dari namja tampan itu membuat Jaejoong memberanikan diri untuk menjinjitkan kakinya.
Mengendus leher Yunho dan mengecupnya lembut.
Kemudian perlahan ia menelusuri rahang tegas Yunho dengan hidung bangirnya.
Mengecupi sisi dagu namja tampan itu.

Hingga sedetik kemudian bibir cherry-nya telah menyatu dengan bibir Yunho.
Namja tampan itu terdiam.
Tubuhnya terasa tegang.
Kedua matanya tertarik untuk terpejam ketika ia merasakan bibir ranum itu telah melumat bibirnya dengan penuh kasih.

Yunho sadar, kalau Jaejoong sedang mengalami masa terberat dalam hidupnya saat ini.
Ia kehilangan sosok suaminya.
Sosok Appa dari putranya.
Dan sosok tiang untuk sandarannya.

Namja tampan itu hanya bisa berharap, agar Jaejoong merasa lebih baik setelah ini.
Jadi ia memutuskan untuk diam.
Membiarkan Jaejoong melakukan apa pun yang diinginkannya terhadap bibir tebal itu.

  “Mmpck..”

  “Kau kelelahan..”

Jaejoong mengangkat wajahnya.
Memandang dalam mata musang yang tajam itu.
Yunho mengusap lembut poni almond kekasihnya.
Kemudian ia menggendong Jaejoong dan merebahkannya di atas ranjang.

Oh, perlakuan manisnya cukup untuk membuat Jaejoong terkejut.

  “Istirahatlah..” Bisik Yunho tersenyum.

Relung hati Jaejoong terasa menghangat.
Seulas senyum manis menghiasi wajah cantiknya yang kini tampak merona.
Namja cantik itu memejamkan kedua mata beningnya.

  “Aku mencintaimu, Yunnie ah..Jeongmall” Lirihnya manis.


-------


Yunho sudah mulai terbiasa berinteraksi dengan istrinya belakangan ini.
Bahkan tak jarang keduanya terhanyut dalam ciuman manis yang memabukkan.
Namja tampan itu sadar, kalau pun ingatannya tak akan kembali, ia tetap harus melaksanakan perannya dalam keluarga ini.

Ia takkan menolak.
Bagaimana bisa ia meninggalkan kekasih yang sangat penyabar dan lembut seperti namja cantik itu?
Ah, Yunho tak tahu apa yang telah dilakukannya sebelum ia hilang ingatan, hingga ia bisa menikahi sosok mengagumkan itu.

  “Jaejae”

Namja almond itu mengacuhkan panggilan Yunho.
Ia lebih memilih berlari menuju taman belakang dan menaiki ayunan matic miliknya dan Junhon.
Tidak, Jaeho tidak membenci Appanya.
Sama sekali tidak.

Ia hanya tidak bisa menerima sosok asing yang kini ada dalam diri Appanya.

Jung Junhon melangkah pelan menghampiri Hyungnya.
Sudah hampir tiga bulan, ia tidak hanya kehilangan sosok Yunho.
Tapi juga sosok Hyungnya.

Jaeho menundukkan wajahnya saat ini.
Kedua jemari mungilnya memutar-mutar kotak DVD film animasi 4D kesayangannya.
Mereka belum sempat menontonnya bersama Yunho sampai sekarang.

  “Hyung” Panggil Junhon menaiki ayunan itu.

Jaeho menghembuskan nafas panjang.
Dahinya mengerut tidak senang.

  “Jangan seperti ini..Hon takut” Bisik Junhon lirih.

Jaeho mengangkat wajahnya memandang Junhon.
Ia menaikkan alisnya.
Kemudian ia menggeleng dan memeluk erat tubuh kembarannya.
Mencium dahinya berkali-kali.

  “Jangan takut, Hyung ada disini” Balas Jaeho berbisik.

Kedua namja berwajah sama itu terus bersama menaiki ayunan itu.
Mengacuhkan Jaejoong yang memandang mereka dari jendela dapur.
Namja cantik itu menghela nafas panjang.

Ia berbalik dan menghampiri Yunho yang masih terduduk di sofa ruang tengah.

  [ “Honchan suka bau Appa~” ]

Yunho meringis.
Ada sesuatu.
Sesuatu yang terus terngiang di kepalanya sejak tadi.

  [ “Kau berkata seolah akan meninggalkan aku, Yunnie ah..” ]

Rasanya sakit.

  [ “Kau tidak tahu sebesar apa rasa cintaku padamu” ]

  “Yunnie? Gwenchanika?”

Jaejoong mengerutkan dahinya.
Ia berlutut di hadapan Yunho.
Mengusap lembut jemari namja tampan itu berusaha memberinya kenyamanan.

  “Kau berkeringat, apa yang terjadi?” Tanya Jaejoong khawatir.

Yunho tidak menyahut.
Ia hanya meringis keras.
Sesekali menarik panjang nafasnya.

  “Aku tidak apa..Sungguh” Bisik Yunho memaksakan senyumnya.

Tangis Jaejoong menggenang dengan cepat.
Rasa takut menyergap perasaannya.

  “Jadi kita tidak akan menonton film itu lagi, Hyung?”

DEG.

Jaejoong menoleh.
Memandang kedua putranya yang hendak berjalan menaiki tangga menuju kamar.

  “Jaejae! Tolong ambilkan kotak obat, uri Appa kesakitan!” Ujar Jaejoong lantang.

Namja almond itu mengendus.

  “Untuk apa? Uri Appa belum tentu akan sembuh ania?”

  “Jaeho?”

  “Biarkan saja seperti itu!”

  “JAEJAE!”

GREPP.

Jaejoong tertegun.
Ia baru saja akan beranjak untuk memarahi putranya, namun Yunho sudah lebih dulu mencengkram pergelangan tangannya masih meringis. Namja cantik itu semakin ketakutan sekarang.

  “Jaejae! Ambilkan kotak obat!”

  “Tidak mau! Tidak kalau obat-obatan itu tidak membantunya!”

  “Jung Jaeho?!”

  “Jaejae hanya ingin Appa kembali!”

DEG.

  “Jaejae tidak mau kalau Appa semakin berubah jika ia meminum obatnya!”

Jaejoong terdiam disela tangisnya yang mengalir.
Jaeho mengusap matanya yang berair.
Junhon meringis merasakan matanya memanas.
Sementara Yunho merintih karena sakit yang mendera kepalanya.

  “Jae..hh..hh”

Jaejoong tersentak kaget.
Ia segera menoleh memandang Yunho.
Namja tampan itu berusaha membuka matanya menatap Jaejoong.

  “Jangan membentak Jaeho seperti itu..hh”

Eoh?
Namja cantik itu mengerutkan dahinya mendengar ucapan Yunho yang nyaris tidak terdengar,
Yunho mengerang mencengkram rambut cokelatnya.
Kepalanya serasa akan meledak!
Rasanya benar-benar menyiksa.

  “Yu-Yunnie ah!” Jerit Jaejoong panik.

Ia segera menangkup wajah Yunho yang terlihat pucat.
Kedua mata musangnya terpejam.
Suhu tubuhnya terasa sangat panas.


-------


Namja tampan itu mendesah lirih dalam baringnya.
Mata musangnya bergerak pelan sebelum terbuka.
Ia mengerutkan dahinya lama.

  “Yunnie ah!”

Yunho menoleh.
Mendapati kekasihnya yang menggenggam jemarinya erat.
Wajahnya benar-benar menyiratkan letih.
Membuat Yunho mengernyit bingung.

  “Kau kenapa, sayang?” Tanya Yunho nyaris berbisik.

DEG.

Jaejoong terpaku.
Sementara Jaeho dan Junhon saling menatap satu sama lain.

Yunho menyentuh pelipisnya yang berkeringat.
Ia beranjak duduk dari baringnya.

  “Jangan bilang kalau anak-anak berulah lagi selama aku tertidur, aigoo” Ujar Yunho mengusap lembut wajah istrinya.

  “A-Appa?” Panggil Jaeho dan Junhon kompak.

Yunho menoleh.
Menaikkan alis menatap putra kembarnya yang terlihat kaget.

  “Omo! Kita belum menonton film animasi itu ani? Aigoo, maafkan Appa, seharusnya kita menontonnya bersama kemarin, tapi pekerjaan Appa benar-benar menumpuk” Ujar namja tampan itu berusaha menjelaskan.

Jaeho mengernyitkan dahinya selama beberapa detik.
Sampai kemudian ia tersadar dan melompat ke atas ranjang.
Memeluk erat leher Appanya.

  “APPPPAAA!!” Jerit Jaeho dan Junhon kompak.

Yunho  kembali memasang raut bingung seraya terkekeh geli.
Namja tampan itu baru saja akan menoleh menatap kekasihnya.
Namun mendadak ia tertegun mendapati namja cantik itu sedang terisak hebat di sampingnya.

  “BooJae? Kenapa kau menangis?”

  “Huks..O-Oppssoyo..Huks..”

  “Bukankah sudah kukatakan padamu, jangan pernah lagi menonton opera sabun itu eoh? Lihat, sekarang mata indahmu terlihat membengkak dan---”

GREPP!

Yunho sontak memutuskan kalimatnya.
Mata musangnya mengerjap kaget menatap Jaejoong yang menghambur ke pelukannya dan segera menyambar bibir tebalnya.

  “Mmph..Boo..mmpckk..A..Ada JaeHon..mmpph”

Namja cantik itu tidak peduli.
Ia hanya ingin mengungkapkan rasa senangnya saat ini.
Demi Tuhan, ia benar-benar kaget dan bahagia!

Yunhonya, Yunhonya telah kembali.

Jaeho dan Junhon menutup mata mereka dengan kedua tangan yang masih melingkupi tubuh Yunho.
Tersenyum kecil merasakan genggaman tangan Jaejoong yang melingkar di tengkuk Yunho pada tangan mungil mereka.

  “Aku mencintaimu bear, sungguh, aku benar-benar mencintaimu” Ungkap Jaejoong setelah ia menjauhkan wajahnya.

Yunho tersenyum manis mendengarnya.
Walau ia masih tidak mengerti dengan apa yang terjadi saat ini.

  “Nee, aku juga mencintaimu, sayang, kka, berhentilah menangis”

Jaejoong mengangguk seraya mengusap wajahnya.
Ia tersenyum bahagia melirik kedua putranya yang balas tersenyum senang kepadanya.

Uri Appa, uri Appa kembali.
Dan semua hal yang telah terjadi sebelum ini akan menjadi rahasia kita bertiga.

Uri Appa tidak perlu tahu ne?

END.

2 komentar:

  1. Hweeee.. terharu bacanya.. :'(
    Jj tetep setia sama yun.. tetap tegar..
    Gomawo nee

    BalasHapus