This zone is only YunJae Fanfictions and this is our world

Minggu, 12 Mei 2013

FF/YAOI/YUNJAE/TWOSHOOT/SILENT!/PART 1


Tittle: SILENT!

Genre: YAOI

Author: Shella Rizal a.k.a Park Sooji

Cast: Yunjae and other

Length: TWOSHOOT

Rating: romance-hurt-angst-friendship-garuk sawah~

WARNING: BOY x BOY! Yg ga suka YAOI mending cabut aja dari sini, cos author Cinta damai~
*kibar2 kutang Jae umma*


-------


  “Aku benci mendengar suaramu!”

  “Aku benci mendengar celotehanmu!”

  “Aku tidak ingin mendengar lagi segala tentangmu!”

-Jung Yunho-


-------


  “Karena orang yang kucintai, benci mendengar suaraku!”

  “Biarkan aku menutup mulutku selamanya!”

  “Mengunci suaraku yang begitu dibencinya!”

-Kim Jaejoong-


-------


Jika saat itu kau tidak melakukannya,
Jika saat itu kau tidak seperti itu,
Apa aku akan tetap di sisimu?
Apa aku tidak akan meninggalkanmu?

Tidak..

Semuanya akan tetap sama.
Aku akan pergi dari sisimu.
Aku akan pergi meninggalkanmu.
Karena meskipun kau bukan kau,

Meninggalkanmu adalah satu pilihan yang harus kuambil.

Tapi..

Meskipun aku pergi dari sisimu, cintaku tidak pernah pergi.
Meskipun aku pergi meninggalkanmu, hatiku tetap bersamamu.

Itu yang tidak kau ketahui hingga kini.

.
.
.

Seoul, 2007.

Seorang lelaki cantik tampak berlari kencang menelusuri koridor sekolahnya.
Seulas senyum ceria tidak pernah lepas dari sudut bibir ranumnya.
Hingga membuat kedua mata bulatnya yang indah tampak menyipit manis.

Ah, jemari lentiknya menggenggam sebuah kotak bekal yang dibungkus dengan kain berwarna merah.

  “Yunnie Sunbae!” Jeritnya lantang.

Namja tampan berkacamata itu membalikkan tubuhnya.
Menatap datar sosok Kim Jaejoong yang sedang terengah-engah di hadapannya saat ini.

  “A-Aku..hh..Bekal untukmu!” Ujar Jaejoong menarik nafas.

Park Yoochun yang berdiri di samping Yunho terkekeh kecil.
Ia tersenyum prihatin kepada Yunho seraya menepuk bahu namja tampan itu sebelum beranjak pergi meninggalkannya.
Aish.
Yunho mendesah pendek dan mengambil bekal itu dari tangan Jaejoong.

  “Sunbae! Ada yang ingin kukatakan padamu sebelum kau melahap bekal penuh cinta dariku!”

  “Apa itu, Kim Jaejoong?”

  “Aku mencintaimu Sunbae! Jadilah kekasihku!”

Eoh?

Mata musang Yunho mengerjap cepat.
Seolah mencerna kalimat yang baru saja terlontar dari bibir cherry itu.
Lama ia terdiam.
Memandang senyum manis Jaejoong kepadanya.

  “Sunbae! Kenapa lama sekali menjawabnya? Apa karena aku terlalu menyilaukan hari ini huh? Tapi aku pakai banyak sunblock kok” Celoteh Jaejoong tidak jelas.

Yunho memutar bola matanya dan berbalik kembali melanjutkan jalannya.
Mengacuhkan Jaejoong yang mengejarnya.

  “Sunbae! Kau diam saja! Itu berarti kau menerimaku, iya kan?! Aku benar kan?!” Jerit Jaejoong histeris.

Yunho merapatkan bibirnya.
Ia malas meladeni bocah itu.

  “KKKYYYYYAAAAA!! MULAI SEKARANG KITA ADALAH SEPASANG KEKASIH!!”

Jaejoong memekik begitu kencang.
Tanpa mempedulikan beberapa siswa-siswi yang berlalu lalang di sekitar mereka.

  “Kalau begitu, aku tidak akan memanggilmu dengan embel-embel Sunbae lagi, hihihi~ Aku akan memanggilmu Yunnie dan kau akan memanggilku BooJae! Otte? Sangat manis bukan?”

Hahh.
Yunho menghela nafasnya.

  “Mulai hari ini kita pulang bersama ya Sun—eh, Yunnie! Hehehehe, Yunnie~ Yunnie~ Yunniebun~ Yunnieku~ KKYYYYAAAAA!!”

  “Berisik!”

Jaejoong bukannya berhenti, ia malah melanjutkan banyolannya dengan kekehan kecil hingga memamerkan deretan giginya yang rapi.
Ah, jeongmall, setelah berbulan-bulan mengejar namja tampan itu, akhirnya mereka berpacaran!

Berpacaran..

Walaupun Yunho tidak menjawab pernyataan cintanya.

Iya kan?
Mereka..Berpacaran kan?


-------


  “Yunnie!!”

  “Yunho ah, pacarmu datang lagi”

Namja tampan itu tidak memalingkan wajahnya dari buku teks yang ada di atas meja.
Membiarkan Jaejoong masuk ke dalam kelasnya dan duduk tepat di sampingnya.
Ia bisa mendengar suara kekehan manis dari namja cantik itu sekarang.

  “Jja! Waktunya makan bekal~! Kau pasti lapar, aku sudah membuatkan banyak telur gulung madu untukmu, kudengar ini bagus untuk kesehatanmu Yunnie ah~ Aku tidak ingin kau sakit, jadi---”

SSRAK!

EH?

Mata bening Jaejoong mengerjap cepat menatap Yunho yang menyobek bungkusan roti dari kantungnya.
Namja cantik itu mengerutkan dahinya memandang Yunho yang telah melahap roti bungkus itu.

  “Yunnie~! Kenapa kau makan roti?! Aku sudah membuatkanmu bekal~!” Rajuk Jaejoong manja.

Yunho menoleh.
Menatap tajam namja cantik itu.

  “Aku tidak memintanya” Ujar Yunho ketus.

DEG.

Jaejoong terdiam.
Ia menghembuskan nafas perlahan-lahan seraya menarik senyum manis yang terlihat dipaksakan pada sudut bibirnya.
Namja cantik itu menundukkan wajahnya.
Memandang bekal itu dengan perasaan yang berkecamuk.

Sakit.

Kenapa hatinya terasa sakit?


-------


  “KKKYYYAAA!! YUNNIIIIIEEEEE!!”

Puluhan Yunho fansclub tampak risih memandangi Jaejoong yang kini berteriak-teriak memanggil nama kekasihnya di dekat mereka.
Oh well.
Saat ini SMA swasta tersebut mengadakan pertandingan basket antar sekolah.
Dan Yunho, adalah salah satu anggota disana.

Yoochun yang menjadi partner namja tampan itu kembali tertawa mengejek sahabatnya.
Ia menggeleng pelan merasa gemas dengan tingkah Jaejoong yang begitu tidak terduga.
See?
Namja cantik itu memakai ikat kepala bertuliskan nama Jung Yunho disana.
Ia membentangkan banner yang juga bertuliskan nama Yunho yang ditempeli dengan stiker warna-warni ber-glitter berbentuk hati.


PPPPRRRIIIITTTTT!!

Sorak kemenangan membahana di gedung olahraga DongBang High School itu.
Para anggota basket saling ber-high five dan berlari ke tempat masing-masing untuk mengambil botol minum.

Jaejoong tersenyum lebar.
Ia memandang Yunho yang berlari ke arahnya.
Omo, tubuh atletisnya yang berkilau karena keringat benar-benar terlihat seksi!

  “Yunnie, ini minumnya!” Ujar Jaejoong seraya menyerahkan sebotol penuh air mineral.

Yunho mengacuhkan namja cantik itu.
Ia mendahului Jaejoong dan merebut minum milik Yoochun.
Membuat namja chubby itu mendengus kesal.

  “YAH! Yunnie! Kenapa kau mengambil minum Yoochun Sunbae eoh? Kau tidak lihat aku membawa sebotol penuh minuman penuh cinta di sini?!” Omel Jaejoong kesal.

  “Aku tidak memintanya” Sahut Yunho datar.

  “Kau memang tidak memintanya, tapi aku yang memberikannya kepadamu!”


SRET!

Yoochun mengedipkan kedua mata sipitnya.
Menatap tidak percaya Yunho yang mendekati Jaejoong dan merebut botol minum itu dari tangan namja cantik itu.
Jaejoong segera tersenyum lebar saat Yunho membuka tutup botol itu dan menenggaknya dengan cepat.

  “Kau puas?” Desis Yunho seraya melempar botol kosong itu ke tempat sampah.

Jaejoong mengangguk antusias.
Ia merogoh tasnya dan mengeluarkan dua botol minum yang sama.

  “Aku tahu kau sangat kehausan, Yunnie ah, jja, ini semua untukmu!” Kekeh Jaejoong manis.

Yunho berdecak melihatnya.
Ia merebut botol-botol itu dan melemparnya untuk Yoochun.
Membuat namja chubby itu terkejut dan hampir saja menjatuhkan kedua botol tersebut.

  “Buang saja! Aku mau mandi!” Ketus Yunho berjalan meninggalkan mereka.

Yoochun mendesah sebal.
Ia mendecakkan lidahnya dan berbalik menatap Jaejoong.
Namun mendadak ia terpaku.
Hatinya terenyuh sakit.

Ia tidak pernah melihat ekspresi penuh luka itu di wajah Jaejoong selama ini.

Tidak..
 
  “Yasudah! Untukmu saja Chun Sunbae! Aku ke kelas dulu yaaa! Habiskan, arasseo?!” Ujar Jaejoong tiba-tiba.

Yoochun menelan salivanya.
Ia mengangguk dan mengeratkan pegangannya pada botol itu.

Pelan, ia bergumam.

  “Pasti sakit sekali hum?”


-------


Namja tampan itu merebahkan tubuhnya di atas ranjang.
Ia mendesah pelan seraya mengusap rambut cokelatnya.
Yunho menatap langit-langit kamarnya dalam diam.

Tidak terasa, Jaejoong selalu mengekorinya selama 3 bulan terakhir ini.

Dan perasaan risih serta tidak suka itu, lamban laun berganti menjadi letupan-letupan hangat setiap kali memandang senyuman Jaejoong.
Debaran menyenangkan saat mendengar celotehan Jaejoong.
Dan desiran panas ketika berinteraksi dengan Jaejoong.

Ah, jangan katakan kalau Tuan Muda Jung ini mulai tertarik kepada namja bawel itu.

  “Yunho ah, Appa memanggilmu”

Yunho menoleh.
Memandang Ummanya yang entah sejak kapan sudah berada di dalam kamarnya.
Uh, apakah ia melamun? Sampai tidak menyadari keberadaan yeoja bermata kucing itu?

  “Ne Umma”

Yunho tersenyum kecil.
Ia beranjak dari baringnya dan berjalan menyusul sang Umma menuju ruang tengah.
Mata musang Yunho bergerak pelan.
Mendapati Jung Jinki yang sedang melepas jasnya dan duduk bersandar di sofa.

  “Appa sudah mengurus semuanya, kau hanya perlu membereskan barang-barang yang ingin kau bawa saja, Yunho” Ujar Jinki mendadak.

Eoh?

Yunho mengerutkan dahinya bingung.
Ia duduk di samping namja bermata bulan sabit itu.

  “Apa maksudmu, Appa?”

  “Kau akan melanjutkan studi ke London, tiga hari lagi kau berangkat”


DEG.

M-mwo?

Tiga hari lagi?

London?

  “Tapi Appa, sebentar lagi ujian kenaikan kelas! Dan hanya perlu menunggu waktu setahun lagi agar aku selesai!”

  “Kau akan mengambil kelas percepatan bagian manajemen bisnis disana, Jung, mengulang segalanya dari awal tidak akan terlalu sulit untukmu”

  “Appa!”

  “Universitas terbaik di London menunggu kehadiranmu, Yunho”

Nafas Yunho menderu tidak tenang.
Bola matanya bergerak cepat tidak menentu.
Kedua tangannya bergetar hebat.

Gelisah.
Ragu.
Takut.
Bingung.

Ia bahkan tidak bisa memilih mana yang ada di benaknya sekarang.

  “Kau berani menolak Appa, Jung Yunho?” Desis Jinki menyadari keraguan putra tunggalnya.

Yunho tersentak.
Ia terdiam dalam bimbang.
Jantungnya berdebar kencang.

Tidak.

Seumur hidupnya, tidak mengindahkan segala tutur kata Jung Jinki adalah hal paling tabu yang ia tahu.
Appanya terlalu kuat.
Terlalu berkuasa.
Terlalu tegas dan angkuh.

Ia tidak akan bisa berkutik, lagi pula, ia hanya seorang siswa SMA biasa saat ini.

  “Ani Appa, aku akan ke London” Bisik Yunho pelan.

Hatinya terasa hampa.
Bibirnya bergetar pelan.
Ia memejamkan mata musangnya sejenak.

Dan kemudian ia tertegun.

Jaejoong.
Ia melupakan namja cantik itu.
Bagaimana bisa ia meninggalkan Jaejoong? Ketika ia baru saja menyadari letupan hangat yang selalu bermunculan di hatinya?
Menerima perasaan sukanya secara terbuka.
Dan menikmati debaran-debaran manis itu selama beberapa hari terakhir ini?

Tidak.

Ini sama sekali tidak adil.

Ia tidak bisa meninggalkan namja cantik itu.
Setelah ia baru saja akan memutuskan untuk membalas perasaan namja cantik itu.


-------


Park Yoochun tidak bersuara saat ini.
Ia hanya diam.
Melirik sahabatnya yang mengeluarkan aura tidak menyenangkan sejak pagi.

Apa yang terjadi eoh?

  “Yunho, ada yang ingin kau ceritakan padaku?”

Yunho menoleh.
Menatap tajam namja chubby itu.
Kemudian ia menggeleng dan menghela nafasnya.

  “Tidak”

Well.
Itu cukup untuk membuat Yoochun tidak akan mengulangi tawarannya lagi.

BRAKK!

Pintu kelas terbuka lantang.
Membuat para siswa-siswi yang ada di sana menolehkan pandangan mereka.
Ah, sudah menjadi pemandangan rutin untuk semuanya mengenai kedatangan namja cantik itu setiap kali jam istirahat.

  “Yunnie~! Kka, kita makan siang di halaman belakang! Aku membuat banyak cupcake untukmu bear!” Ujar Jaejoong ceria.

Namja cantik itu tersenyum manis dan menggelayut manja di lengan Yunho.

  “Kkajja Kkajja!!”

Yunho tidak menyahut.
Ia hanya diam membiarkan namja cantik itu menyeret lengannya dengan penuh semangat.
Meninggalkan Yoochun yang kini tersenyum kecil tanpa sadar.

TAP TAP TAP.

  “Yunnie, apa kau tahu? Kucingku yang bernama Jiji bau sekali kemarin malam! Jadi aku memutuskan untuk memandikannya segera, dan aku sangat kaget, mengetahui kalau kucing itu ternyata jantan!” Celoteh Jaejoong heboh.

Yunho melepaskan genggaman tangan Jaejoong pada tangannya.
Ia menyandarkan punggungnya pada pohon Apel yang kini tampak berbuah.
Menatap dalam Jaejoong yang berlutut di hamparan rumput seraya membuka kotak bekalnya.

  “Kupikir selama ini kalau Jiji adalah seekor betina, aigoo, ia pasti sangat tersiksa dengan kebiasaanku yang selalu memakaikan baju betina untuknya, ckckck, Yunnie, kau harus bertemu dengan Jiji! Dia benar-benar kucing yang sangat manis, dan hanya dia yang aku pun----”

  “Bisakah kau diam?”

DEG.

Nafas Jaejoong terhenti tiba-tiba.
Suaranya hilang begitu saja.
Ia menoleh, menatap Yunho yang balas memandangnya tajam.

  “Aku benci mendengar suaramu!”

DEG.

Jaejoong terhenyak.
Kedua matanya melebar sayu menatap Yunho.
Hatinya berdenyut sakit.
Ia kehilangan kata-kata.

  “Aku benci mendengar celotehanmu!”

DEG.

Jaejoong merasakan jemarinya bergetar.
Kedua matanya terasa panas.
Air matanya menggenang disana.

Ia beranjak bangun.
Hendak membuka mulutnya menyahut namja tampan itu.
Namun Yunho sudah lebih dulu berteriak di hadapannya.

  “Aku tidak ingin mendengar lagi segala tentangmu!”

Jaejoong tidak bisa menahannya lagi.
Tetes bening itu mengalir begitu saja dari matanya.
Hatinya benar-benar terasa sakit.
Seolah seluruh udara yang ada tertarik dari paru-parunya.

Sesak.

Ia melupakan cara untuk bernafas.

  “Maaf..” Bisik Jaejoong lirih. Dengan suara yang pecah karena tangis.

Namja cantik itu berlari meninggalkan Yunho.
Berlari dengan sangat kencang.
Seolah ingin melepaskan sedikit dari rasa sakitnya.

Yunho merosot di atas rerumputan.
Pandangan matanya terpaku kepada dua kotak bekal tersebut.
Ia terdiam.
Hening.

Lama ia diam.
Memikirkan bagaimana bisa mulutnya berkata sekeji itu?

  “Maafkan aku..” Lirih Yunho nyaris tidak terdengar.

Ia meremat dada kirinya.
Berusaha menghilangkan rasa sakit yang menyesakkan di dadanya.
Tidak ada jalan lain.
Ini satu-satunya cara agar Jaejoong melepasnya tanpa sedih.

Bagi Yunho, rasa benci, lebih baik dari pada tetesan air mata.


-------


Namja cantik itu membanting tubuhnya ke atas ranjang UKS dengan kasar.
Ia menarik kasar tirai yang ada untuk menutupi ruangan itu.
Jaejoong tersengal.
Nafasnya terputus.
Ia tersiksa.

Sakit.
Sakit.
Sakit!

Hatinya benar-benar terasa sakit.
Mencekat, seolah menarik seluruh rasa yang ada.

  “Hh..Hiks..Hiks..”

Namja cantik itu menggigit bibir bawahnya seraya menyampingkan tubuhnya.
Ia memeluk tubuhnya sendiri dengan kedua tangan.
Membiarkan tangisnya semakin pecah.

  [ “Aku benci mendengar suaramu! Aku benci mendengar celotehanmu! Aku tidak ingin mendengar lagi segala tentangmu!” ]

Jaejoong meringis perih.
Ia tidak akan pernah bisa melupakan raut wajah Yunho saat namja tampan itu berteriak padanya.

  “Maafkan aku..Hiks..Maafkan aku..Aku yang salah..Hiks..”

Namja cantik itu terus meracau tidak jelas.
Ia bahkan tidak peduli bel jam pelajaran telah berbunyi beberapa kali.
Yang ia tahu saat ini adalah, ia butuh ketenangan.

Sebentar saja.

  “Maafkan aku Yunnie ah..Hiks..”


-------


Jaejoong mendesah panjang saat ini.
Ia masih menundukkan wajahnya.
Menutupi wajahnya yang terlihat sangat kacau.
Hidungnya merah.
Kedua matanya membengkak dan sembab.

Pancaran ceria di matanya kini berganti menjadi kesedihan yang mendalam.

Namja cantik itu berhenti tepat di hadapan pintu kelas Yunho.
Aigoo.
Ia tidak ingin berhadapan dengan namja tampan itu secepat ini.
Tapi bagaimana pun juga, ia ingin meminta maaf padanya.
Dan juga, sekedar mengobati rasa rindunya yang tertahan.

Ah, fighting, Kim Jaejoong!

CKLEK.

Jaejoong tertegun.
Mata besarnya memandang kursi Yunho yang terlihat kosong disana.
Ia mengerutkan dahinya bingung.

Yunho tidak masuk?

  “Chun Sunbae, apa kau tahu kemana Yunnie?” Tanya Jaejoong saat melirik Yoochun.

Namja chubby itu membalikkan tubuhnya.
Namun dalam sekejap ia terkejut.
Mendapati kondisi Jaejoong yang sangat menyedihkan.

Omo.
Ia tidak pernah melihat Jaejoong selesu itu selama ini.

  “Ani, ia tidak masuk sekolah, dan tidak memberi kabar sama sekali”

  “Ung..Mungkin ia sakit..”

  “Datang saja ke rumahnya, mungkin firasatmu benar”

  “Boleh aku minta alamatnya?”

Mwo?
Yoochun menaikkan alisnya.
Menatap tidak percaya namja cantik itu.

  “Kau tidak tahu rumahnya dimana? Jeongmallyo?”

Jaejoong mengangguk polos.
Masih menatap mata sipit Yoochun dengan kedua mata sayunya.

  “Ini lucu sekali, kau berpacaran dengannya hampir 4 bulan, dan kau tidak tahu dimana ia tinggal, aigooo!”

DEG.

Mendadak Jaejoong terhenyak.
Pikirannya menerawang dalam hening.

Yoochun benar.

Yunho menutup diri darinya sementara ia membuka semuanya.
Tapi..Kenapa? Bukankah ia kekasihnya? Ia pacar Yunho kan?

Tidak, Tidak Kim Jaejoong.
Yunho tidak pernah memberimu jawaban waktu itu.

Kau ingat? Kau yang terlalu percaya diri memutuskan semuanya begitu saja.
Tanpa mengetahui apa yang ia pikirkan tentangmu.

  “..Joong..Jaejoong? Kau baik-baik saja?”

DEG!

Jaejoong tersentak kaget.
Ia mengerjapkan matanya dan mengangguk ragu.
Kemudian ia segera membungkukkan tubuh kepada Yoochun dan pergi begitu saja.

Namja cantik itu melangkah dengan pelan.
Wajahnya menunduk dalam.
Pikirannya berkecamuk.

Dari awal..

Mereka bukan sepasang kekasih bukan?
Ia bertepuk sebelah tangan.

Hmp.

Jaejoong tersenyum miris.
Berusaha menahan air matanya yang hendak jatuh.

Ia benar-benar bodoh.

Dan bahkan keesokan harinya Yunho tidak juga muncul.
Tidak ada kabar darinya.
Membuat Jaejoong bertanya-tanya kemana namja tampan itu.

Tapi pada hari berikutnya namja cantik itu mendapatkan jawabannya.
Yunho pindah.
Ia pergi ke London.
Tanpa kabar, tanpa pemberitahuan, tanpa apa pun.

Meninggalkan segalanya begitu saja.
Meninggalkan Jaejoong sendirian dalam renungannya.
Meninggalkan Jaejoong sendirian tanpanya.

  “Yunnie ah..Apakah kau pergi karena aku? Karena aku yang begitu berisik? Mengganggumu?” Lirih Jaejoong tidak terdengar.

Ia terisak lirih.
Memandang pisau silet yang tergenggam di jemarinya.
Tangisnya pecah.

Maafkan aku.

Maaf..

TBC :D

2 komentar:

  1. yunho bodoh!!!
    jae jadi salah paham n bunuh diri gara2 kamu gak jelasin semuanya....

    Please.. Jae jangan Mati... :(

    BalasHapus
  2. cediiiihhh.... jgn bilang joongie oppa mw buat dirinya sendiri bisu....
    T-T
    huaaaa..... asap yah cantikkk ....

    BalasHapus