This zone is only YunJae Fanfictions and this is our world

Senin, 13 Mei 2013

FF/YAOI/YUNJAE/TWOSHOOT/SILENT!/PART 2*END*


PART 2.

Seoul, 2010.

Universitas Negeri Ginseng itu terlihat ramai hari ini.
Seperti biasa.
Para mahasiswa berlalu lalang di halaman gedung yang besar itu.

Tampak beberapa pria dan wanita yang saling tertawa satu sama lain membentuk kelompok.
Beberapa mahasiswa kutu buku dengan segala buku tebal berbau tuanya.
Dan beberapa dengan kesibukan masing-masing.


TAP TAP TAP.

BRUKK!

  “YYAA! Hati-hati kalau jalan, bisu!”

Sosok cantik itu menundukkan wajahnya.
Ia membungkuk sebagai permohonan maaf dan segera pergi setelah orang yang ditabraknya menghilang.

Namja cantik itu berjalan cepat dengan buku teks yang ada di pelukannya.
Ia tampak suram hari ini.
Celana berwarna abu-abu, dengan kaus berlengan panjang berwarna senada dan sebuah syal rajut berwarna hijau lumut bertengger membalut lehernya.

Aneh.

Padahal ini masih musim semi.

Tapi tidak ada yang peduli padanya.
Karena ia memang tidak pantas untuk dipedulikan.

Namja cantik itu terus melangkah menuju perpustakaan.
Tempatnya menyendiri.
Tempatnya hening tanpa gangguan.
Tempatnya menyesali arti hidup.

Mengacuhkan satu dua bekas siswa di SMA-nya dulu.
Mereka tidak pernah bisa berhenti menatap namja cantik yang sudah menghilang di balik gedung perpustakaan itu.
Mengasihani segala yang ada pada dirinya.

Tidak ada lagi Kim Jaejoong si populer karena teriakan lantangnya.
Tidak ada lagi Kim Jaejoong si ramah karena sikap manisnya.
Tidak ada lagi Kim Jaejoong si cerewet karena celotehannya.

Hilang.
Semuanya hilang, tidak berbekas.
Sejak namja tampan itu pergi meninggalkan dirinya.

Mereka tersenyum kecut.
Jaejoong yang sekarang, jauh berbeda dari Jaejoong yang dulu.
Ia pendiam.
Ia penyendiri.
Ia tidak bersahabat.

Selalu dijauhi oleh siapa pun.
Dan terkadang di bully tanpa pertolongan.

Hmp.

Siapa yang mau peduli?
Pada namja bisu seperti dirinya?
Bahkan mereka lupa seperti apa suara namja cantik itu sekarang.

4 tahun.

Ia mengunci mulutnya.


-------


  “Benarkah? Kau akan segera kembali? Kau tidak bohong kan buddy?”

TAP TAP TAP.

  “Hahahaha! Ini begitu surprise! Akhirnya aku bisa melihatmu lagi! Kau tahu? Banyak yang sudah berubah disini!”

Namja chubby dengan aura cassanova itu mendadak menghentikan langkahnya.
Ia tertegun.
Mengerjapkan kedua mata sipitnya memandang sosok cantik yang tidak asing baginya sedang duduk di pinggir danau yang ada di belakang universitas.

Hmp.

Yoochun menarik senyum kecutnya.

  “Benar-benar berubah, Yunho ah” Bisiknya pelan.

Yoochun memutuskan sambungan telepon.
Ia memasukkan ponselnya ke dalam saku dan berjalan mendekati namja cantik itu.
Alisnya terangkat.
Ia bisa merasakan bahu namja cantik itu bergetar.

DEG.

Yoochun mengepalkan kedua jemarinya.
Lagi-lagi seperti ini.
Lagi-lagi ia memergoki Jaejoong menangis dalam sepinya.
Tanpa suara.

  [ “Yasudah! Untukmu saja Chun Sunbae! Aku ke kelas dulu yaaa! Habiskan, arasseo?!” ]

Ah, Yoochun merindukan Jaejoong yang dulu.


-------


Namja cantik itu menenggelamkan bibirnya di balik syal.
Bahkan hidungnya hampir tertutup oleh syal tebal itu.
Jaejoong menggerakkan mata sayunya memperhatikan jalan.
Tapi tetap saja ia ceroboh, menabrak Kim Heechul tidak sengaja.

  “Apa selain bisu kau juga buta eoh?!” Bentak Heechul tidak senang.

Namja cantik itu terkejut.
Ia ketakutan.
Jaejoong memundurkan langkahnya hingga ia bersandar pada loker penyimpanan milik mahasiswa.

Mata bulatnya bergerak gelisah menatap Heechul yang menyudutkannya bersama sahabat-sahabatnya.

BRAKK!

DEG!

Jaejoong memejamkan kedua matanya erat.
Ketika namja berwajah angkuh itu meninju loker besi tepat di samping wajah Jaejoong.

  “Kenapa kau senang sekali mencari masalah denganku huh?” Desis Heechul kesal.

Jaejoong menggeleng.
Ia merapatkan bibirnya.

  “Jawab Heechul kalau ia berbicara, Kim!” Teriak Taemin emosi.

  “Ah, bagaimana bisa ia bersuara? Ia bisu! Hahahaha” Tawa mereka kompak.

Beberapa mahasiswa yang melewati koridor tersebut hanya acuh tak acuh.
Mereka tentu tidak ingin mencari masalah dengan Kim Heechul si putra rektor universitas.

  “Bakar bukunya” Ujar Heechul pelan.

Jaejoong tersentak ketika Donghae merebut tasnya dan menjatuhkan buku-bukunya ke lantai.
Minho mengeluarkan pemantik kesayangannya dan menjatuhkannya ke atas tumpukan buku tersebut.
Mata bulat Jaejoong bergerak pelan.
Memandang bukunya yang dilalap api merah.

  “Kau ingin mengatakan sesuatu, jalang bisu?” Senyum Heechul seraya menarik dagu Jaejoong.

Namja cantik itu menggeleng.
Ia menahan nafasnya.
Heechul tertawa kecil.
Ia memukul pipi namja cantik itu dan beranjak pergi bersama sahabat-sahabatnya.

Meninggalkan Jaejoong yang berjongkok memandangi bukunya yang hangus.
Ah, tugas kuliahnya.
Materi ujiannya.
Hilang sudah.

Namja cantik itu menundukkan wajahnya dalam.
Menenggelamkan sebagiannya di balik syal tersebut.
Berusaha menahan dirinya untuk tidak menangis.

Tanpa menyadari Yoochun yang memandangnya dari jauh.


-------


  “Kau sudah dengar? Tentang mahasiswa lulusan program percepatan universitas terbaik di London yang akan memberi materi di kampus kita?”

  “KKYYYAAA! Kudengar ia sangat tampan! Tesisnya benar-benar mengagumkan!”

  “Kalau tidak salah ia akan segera mengambil alih perusahaan-perusahaan ternama milik keluarganya, tapi ia lebih memilih untuk menetap sementara di kampus kita karena teman masa kecilnya”

  “Benarkah?”

Jaejoong mengerjapkan mata beningnya.
Terus menatap lurus meja miliknya.
Berusaha mengacuhkan pikiran-pikirannya yang mulai meracau setelah mendengar kata London.

Tidak, tidak mungkin.

  “Harap semuanya tenang, saya akan memperkenalkan pemateri sementara yang akan membagikan pengalamannya kepada kalian sekarang ini”

Jaejoong bisa mendengar suara dosennya disana.
Tapi ia masih menunduk.

  “Silahkan masuk, Tuan, jja, semuanya, beri hormat kepada Jung Yunho!”

DEG.

DEG DEG DEG.

Mata Jaejoong membelalak sempurna.
Sontak ia mengangkat wajahnya.
Menatap sosok tampan yang berdiri di depan sana.
Sosok tampan yang terlihat sangat dewasa saat ini.

Jung Yunho.

Yunho yang juga balas memandang tajam ke arahnya.

SSRAK!

Jaejoong segera membereskan barang-barangnya.
Ia meraih tas selempangnya dan berlari keluar kelas melalui pintu belakang.
Berusaha menetralkan jantungnya yang kembali berdebar kencang.
Setelah 4 tahun lamanya.

Namja cantik itu terus berlari.
Berlari sekencang yang ia bisa.
Pipinya basah.
Ia mencengkram ujung syalnya berusaha menarik nafas.

Jaejoong berhenti di dekat danau.
Ia mendudukkan dirinya disana dan menggigit bibir bawahnya erat.

Kenapa?
Kenapa sekarang?
Kenapa kau muncul sekarang?

Aku tidak ingin melihatmu.
Aku tidak ingin kau ada disini.
Kenapa kau harus kembali?

Jaejoong meringis.
Ia merasakan dadanya sesak.

Namja cantik itu mengerjapkan matanya berkali-kali.

  “BooJae”

DEG!!

Mata Jaejoong membulat sempurna.
Nafasnya tercekat.
Debaran di jantungnya semakin menggila.
Ia terdiam.

  [ “Aku akan memanggilmu Yunnie dan kau akan memanggilku BooJae! Otte? Sangat manis bukan?” ]

  “Jaejoong ah”

Namja cantik itu memundurkan tubuhnya saat Yunho hendak menyentuh bahunya.
Ia memberanikan diri untuk menatap tajam mata musang namja tampan itu.
Yunho tercekat.
Raut wajah macam apa itu eoh?

  “Apa yang terjadi? Kenapa kau hanya diam?” Tanya Yunho bingung.

Jaejoong masih tidak bersuara.
Ia menyeka air matanya mengacuhkan Yunho yang terus menatapnya.

Ada yang berbeda.
Ada yang tidak sama dengan namja cantik itu. Pikir Yunho.
Penampilannya.
Gayanya.
Sikapnya.
Semuanya.

Yunho tidak mengerti.

  “Jae---”

Jaejoong berlari meninggalkan Yunho.


-------


  “Kudengar ia menggores lehernya, berusaha memotong pita suaranya sendiri” Ujar Yoochun.

  “…” Yunho terdiam. Menatap tidak percaya namja chubby itu.

  “Well, ia tidak pernah bersuara lagi sejak saat itu..Sejak kau pergi begitu saja Yunho ah”

Yunho meringis.
Jemarinya bergetar.
Merasakan matanya panas.

Namja tampan itu mendongak menatap Yoochun, sahabatnya. Dengan tatapan penuh luka.

  “Padahal aku kembali karena merindukan dirinya, Chun ah..Aku ingin mendengar celotehannya lagi..Mendengar suaranya yang terus mengalun di sekitarku..”

  “Jaejoong yang sekarang bukan dirinya yang dulu, Yunho ah..Waktu mengubah segalanya”

  “Huh..Kupikir..Kupikir ia masih tetap sama seperti yang dulu, kupikir ia akan menyambutku saat aku pulang..”

Yoochun tersenyum kecut.
Membiarkan Yunho menumpahkan keluh kesahnya.

  “Banyak yang berubah, buddy. Aku sudah pernah bilang kan?” Bisiknya pelan.

  “…”

  “Haaahhh..Ia yang sekarang begitu rapuh dan menyedihkan Yunho ah..Sekarang giliranmu untuk membuatnya kembali, membuatnya tahu apa itu senyuman”

  “Maksudmu?”

  “Kalau kau benar-benar serius dengan perasaanmu padanya, buktikan. Buktikan kepadaku, dan juga padanya”

  “Bagaimana bisa? Kemarin saja ia menghindar saat aku menghampirinya”

  “Seharusnya kau belajar satu hal dari pengalamanmu yang dulu, Yunho ah..Jaejoong sangat gigih memperjuangkan cintanya padamu, kalau ia bisa, kenapa kau tidak?”

Yunho tertegun.
Kemudian ia mengangguk.

  “Kau benar Chun”


-------


  “BooJae, kau ada waktu? Temani aku makan siang otte?”

Jaejoong menundukkan wajahnya.
Berusaha mengacuhkan Yunho yang berjalan di sampingnya.

  “Bagaimana kalau kita makan di pinggir danau saja? Aku membuat banyak sandwich

  “…”

  “Well, sebenarnya aku tidak bisa memasak, atau apa pun itu, tapi aku berusaha keras belajar membuatkan sandwich yang lezat agar kau senang, Boo”

  “…”

  “Aku tidak tahu apa kesukaanmu, jadi aku membuat banyak isi, kau sudah lapar? Kita duduk disini sa---”

Yunho terdiam.
Merasakan hatinya sakit ketika Jaejoong menatapnya dengan tatapan risih.
Seperti inikah? Seperti inikah sakitnya saat Jaejoong diacuhkan olehnya dulu?

  “A-Aku akan membuka sodanya”

Namja tampan itu memberikan satu kaleng minuman soda untuk Jaejoong.
Namja cantik itu tidak menerimanya.
Hanya membiarkan Yunho menaruh minum itu di atas rumput.

Yunho sibuk berceloteh seraya membuka tutup kotak bekalnya yang berisi banyak sandwich.
Jaejoong mengeluarkan buku teksnya.
Ia menekuk lututnya dan mulai membaca.
Mengacuhkan Yunho yang terus bersuara sejak tadi.

  “BOOJAE!”

DEG!

Jaejoong terkejut.
Ia refleks menoleh ke samping.
Yunho memandangnya kesal.

  “Tidak bisakah kau perhatikan aku sebentar saja? Simpan buku itu!”

Jaejoong tidak mengindahkan perintah Yunho.
Ia kembali melanjutkan bacaannya.
Membuat namja tampan itu menghela nafasnya.

Yunho membiarkan hening sejenak mengisi ruang di antara mereka.
Sampai kemudian ia mendesah pendek dan mendongakkan wajahnya menatap langit.

  “Aku..Ingin sekali mendengar suaramu BooJae ah..Aku merindukan celotehanmu” Bisiknya pelan.

Jaejoong terkesiap.
Matanya bergerak tidak tenang.
Ia menatap risih namja tampan itu.

  “AH! Aku ingat! Kucingmu, Jiji! Bagaimana kabarnya sekarang? Apa ia masih jantan?” Ujar Yunho tersenyum lebar.

Jaejoong mengerutkan dahinya.
Ia menyobek buku tulisnya dan menuliskan sesuatu disana.
Kemudian ia menyerahkannya kepada Yunho sebelum pergi meninggalkan namja tampan itu.

Yunho menunduk.
Membaca tulisan Jaejoong disana.
Dalam sekejap ia terhenyak.

  “Jiji..Sudah mati?” Gumamnya lirih.


-------


Jaejoong tampak melamun saat ini.
Ia tidak memperhatikan Yunho yang berdiri di depan kelasnya memberikan arahan mengenai manajemen bisnis di London.
Namja cantik itu menelungkupkan kedua tangannya di atas meja.
Lalu ia menumpukan wajahnya disana.

Membiarkan kehangatan syal tersebut melingkupi sebagian wajah cantiknya.

Pelan, Jaejoong memejamkan kedua mata beningnya.

  [ “Yunnie! Sekarang kita adalah sepasang kekasih!” ]

Semilir angin terasa sangat lembut hari ini.

  [ “Yunnie, ini minum untukmu!” ]

Membelai lembut wajah cantiknya.

  [ “Bisakah kau diam?” ]

Kedamaian Jaejoong terusik.

  [ “Aku benci!” ]

DEG.

Jaejoong membuka kelopak matanya.
Basah.
Ia menangis.

Namja cantik itu mengusap wajahnya dan meraih tasnya.
Berjalan keluar kelas untuk yang kesekian kalinya.
Mengacuhkan Yunho yang terus memperhatikannya sejak tadi.

  “Hoi bisu! Belikan aku sekaleng jus jeruk dan bawa kesini!”

Jaejoong menoleh.
Memandang Minho yang berdiri tidak jauh darinya.
Namja cantik itu mengangguk.
Ia mendekati mesin jus dan memasukkan koinnya.

Namja cantik itu mengambil kaleng jus tersebut dan memberikannya untuk Minho.
Namja bermata kodok itu mengerutkan dahinya.

  “Kenapa kau ambil yang biasa? Aku lebih suka jus dingin, jalang bisu!” Maki Minho marah.

Jaejoong menggelengkan wajahnya berusaha mengatakan kalau ia tidak tahu.
Aish.
Choi Minho menendang namja cantik itu hingga ia terjatuh.
Heechul tertawa melihatnya.

Namja bermata kodok itu melempar kaleng itu tepat mengenai dahi Jaejoong.
Namja cantik itu meringis tanpa suara.
Ia mengusap dahinya.
Berusaha menahan tangis yang hampir tumpah.

  “Kau benar-benar tidak memiliki otak, Kim Jae---”

BUGGH!!

BRUKK!

Namja cantik itu tersentak kaget.
Sontak ia mengangkat wajahnya dan menatap tidak percaya Heechul yang terjatuh akibat pukulan Yunho di wajahnya.
Namja tampan itu mendengus keras.

Emosinya membludak tanpa arah.

Yunho mengambil kaleng yang ada di dekat Jaejoong dan menekannya dengan keras ke dahi Minho.
Membuat namja bermata kodok itu mengerang kesakitan.
Kaleng itu penyok, merembeskan isinya membasahi wajah Minho.

Taemin menjerit takut dan bersembunyi di balik Donghae.
Yunho mendecih kesal dan menarik Jaejoong untuk bangun dari duduknya.

  “KAU! KAU! KAU DAN KAU! AWAS SAJA KALAU  SAMPAI AKU MELIHAT KALIAN MENGGANGGU JAEJOONG LAGI! AKAN KUPATAHKAN LEHER KALIAN!!”

Jaejoong meringis saat Yunho menarik tangannya kasar.
Namja cantik itu berusaha melepaskan genggaman tangan Yunho yang sangat erat.
Namun Yunho jauh lebih kuat darinya.

Yunho membuka pintu ruang kesehatan.
Tidak ada siapa pun disana.
Namja tampan itu segera mendudukkan Jaejoong di atas ranjang dan berkacak pinggang di hadapannya.

  “Ada apa denganmu, Kim Jaejoong?! Kenapa kau diam saja saat mereka menghina dan mengasarimu?! Kemana Kim Jaejoong yang kuat itu? Yang tidak pernah menerima kata penindasan huh?!” Marah Yunho emosi.

Jaejoong menggigit bibir bawahnya.
Perasaan sakit yang telah lama hilang kini kembali menyeruak di dadanya.
Cukup.
Hentikan.
Jangan bersuara lagi.

  “AISH! Aku akan mengobati lukamu, dan lepaskan syal bodoh itu! Aku panas melihatnya! Apa kau tidak tahu kalau ini bukan musim dingin huh? Atau disana ada bekas luka dari namja-namja sialan tadi?!”

Jaejoong mengerutkan dahinya tidak suka ketika Yunho hendak menjulurkan tangannya menarik syal tersebut.
Namja tampan itu menggeram.
Ia benar-benar emosi saat ini.

  “Kenapa kau jadi seperti ini eoh?! Kenapa kau tidak bersuara seperti biasanya?!”

Yunho mendorong Jaejoong terjatuh ke atas ranjang.
Kemudian ia menarik paksa syal rajut tersebut.

DEG.

Namja tampan itu terdiam.
Mata musangnya bergerak pelan.
Menatap dalam bekas luka sayatan yang panjang di leher jenjang itu.
Tampak menonjol karena bekas jahitan.

Hening.

Yunho teringat akan perkataan Yoochun di kantin waktu itu mengenai goresan yang dilakukan Jaejoong pada lehernya.
Jadi, itu semua benar?

Sementara itu, Jaejoong membiarkan air matanya mengalir tanpa perintah.
Ia menahan nafas.
Dan kemudian berucap.

  “Karena orang yang kucintai, benci dengan suaraku!”

DEG.

  “Biarkan aku untuk menutup mulutku selamanya!”

Yunho tercekat.

  “Mengunci suaraku yang begitu dibencinya!”

Nafas Jaejoong tersengal.
Ia terisak keras disela tangisnya.
Membiarkan Yunho terkejut akan suara yang ternyata selama ini masih disimpan olehnya.

Lama namja tampan itu berdiam diri.
Ia merasakan kedua matanya panas.
Hatinya sakit.
Jadi karena itukah?

Jaejoong seperti ini karena dirinya?
Karena perkataannya waktu itu?

Yunho tidak tahu..
Kalau ia telah menyakiti Jaejoong sedemikian banyak.

Namja tampan itu mengusap lembut bekas goresan panjang di leher Jaejoong.
Mata musangnya berusaha menatap lembut mata bulat Jaejoong yang memancarkan rasa marah dan kecewa.
Yunho menundukkan wajahnya.

Membuat Jaejoong menahan nafas ketika ia mengecup lembut bekas luka tersebut.
Kedua tangan Jaejoong terkepal erat.
Ia terpaku saat Yunho mengecup-kecup sekitar lehernya dan terkadang menghisapnya pelan.

Rona merah menjalari wajahnya.
Air matanya berhenti menetes.
Jantungnya berpacu kencang.
Darahnya berdesir hangat.

Jaejoong memejamkan matanya meringis.

  “Jung Yunho yang dulu benar-benar bodoh..” Bisik Yunho tertahan.

  “…”

  “Ia orang yang kaku, tidak mengerti bagaimana berekspresi dan menghargai perasaan orang lain, penakut terhadap Appanya sendiri”

  “…”

  “Ia benar-benar tersiksa saat harus meninggalkan kekasihnya, disaat perasaan cintanya sedang meluap sebegitu besarnya”

DEG..

Jaejoong tertegun.
Ia membuka kedua matanya.
Memandang mata musang Yunho yang balas menatapnya dalam.

  “Dari awal kau tidak pernah menganggapku” Desis Jaejoong lirih.

Suaranya serak.
Karena ia terlalu lama diam.

  “Kau benar, tapi perlahan-lahan, kau mulai memasuki duniaku..Merenggut pikiran dan hatiku hanya untukmu” Balas Yunho berbisik.

Huh.

Jaejoong tersenyum kecut mendengarnya.

  “Aku bohong mengatakan kalau aku membenci suaramu, celotehanmu, dan segala tentangmu..Kenyataannya ada adalah, aku benar-benar menyukai semua yang ada pada dirimu Jae ah..”

  “…”

  “Waktu itu aku pikir, akan lebih baik kalau kau membenciku dan melupakan aku, karena aku tidak akan berada di sampingmu lagi, dan aku tidak ingin kau terluka”

  “..Hiks..”

Yunho menyatukan dahi mereka.
Menyentuhkan ujung hidung keduanya.
Membaurkan desahan nafas mereka menjadi satu.

Pelan, namja tampan itu mengusap rambut hitam Jaejoong.

  “Aku mencintaimu, Kim Jaejoong, dengan segenap hatiku..Dan aku, tergila-gila akan apa yang ada pada dirimu..” Bisiknya lirih.

Jaejoong semakin menumpahkan tangisnya.
Menatap Yunho dengan kedua mata basahnya.

  “Katakan kalau perasaanmu untukku tidak pernah berubah, BooJae”

  “..Hiks..Aku juga sangat mencintaimu Yunnie ah..Benar-benar mencintaimu..”

Yunho tersenyum lega mendengarnya.
Ia mengusap lembut dagu Jaejoong dan kemudian menempelkan bibir mereka dengan sangat pelan.
Membuat Jaejoong dapat merasakan bibir Yunho menekan lembut bibirnya.

Keduanya masih saling menatap satu sama lain.
Yunho membuka mulutnya.
Meraup bibir ranum itu dan menyesapnya manis.
Membuat rona merah dengan cepat merambat ke seluruh wajah Jaejoong.

Namja cantik itu masih berusaha menahan dirinya untuk balas menatap mata musang Yunho.

  “Umh..”

Jaejoong melenguh saat lidah Yunho menyusup masuk ke dalam rongga mulutnya.
Ia hendak memejamkan kedua matanya.
Namun Yunho mengusap kedua sisi pipinya dan menekan lembut kedua sudut mata besar itu.
Memaksa Jaejoong untuk tetap membuka kedua matanya dan balas menatapnya.

Tatapan Jaejoong berubah sayu saat ia kembali membuka mata.
Ia melihat Yunho yang sesekali mencoba melirik ke bawah.
Memperhatikan lidahnya yang bergerak keluar masuk dari mulut Jaejoong.
Jemari Jaejoong mencengkram erat lengan Yunho.
Ia mengeluarkan lidahnya, mencoba menyusupkannya ke dalam rongga mulut namja tampan itu.

Kemudian ia memejamkan matanya, memilih untuk memasrahkan diri sepenuhnya dan menikmati sensasi lembut dan hangat dari namja tampan itu.
Yunho ikut memejamkan matanya.
Ia memiringkan wajahnya dan secara tiba-tiba melepaskan ciumannya.
Segera mengecup leher Jaejoong dan menghirup wangi vanilla disana.

Mengacuhkan lelehan saliva mereka yang telah bercampur terjejak di dagu dan rahang namja cantik itu.

  “Jaejoong ah..hhh..hh..aku mencintaimu” Bisik Yunho tersengal.

Suhu tubuhnya meningkat dalam sekejap.
Jaejoong mengangguk dan memeluk punggung Yunho dengan erat.
Kemudian ia balas berbisik lembut.

  “Take me..Make me moan, without silence..

Yunho tersenyum manis.
Ia mengecup pinggir dahi Jaejoong sebagai jawaban.

END.

4 komentar:

  1. Saya nyari ff ini di ffn, tapi katanya udah dihapus. Untung ada yang ngasih tau tentang blog ini.
    Sakit banget pas baca cerita Jaejoong yang berubah selama 4 tahun semenjak kepergian Yunho. Saya sampe nangis. Tapi semuanya berakhir bahagia buat YunJae <3

    BalasHapus
  2. mewek ih bacanya. sedih banget ... syukurlah ga tambah miris krn dibuat happy ending.

    BalasHapus
  3. Sedihnya.. jj cinta banget sama yun sampe segitunya..
    Gomawo nee

    BalasHapus
  4. Sedihnya.. jj cinta banget sama yun sampe segitunya..
    Gomawo nee

    BalasHapus