This zone is only YunJae Fanfictions and this is our world

Selasa, 05 Maret 2013

FF/YAOI/YUNJAE/ONESHOOT/TUKAR NASIB/NOTAG


Tittle: TUKAR NASIB

Genre: YAOI

Author: Shella Rizal a.k.a Park Sooji

Cast: Yunjae and other

Length: ONESHOOT

Rating: family-romance-LOL-incest-gelundungan di sawah XD

CAUTION: JUNG JAEHO, JUNG JUNHON, JUNG JU HEE, DAN JUNG YUNJAEYUN MILIM AUTHOR SETANGKAI!


WARNING: BOY x BOY! Yg ga suka YAOI mending cabut aja dari sini, cos author Cinta damai~
*kibar2 kutang Jae umma*


-------


  “Kau tidak mencintaiku lagi!!”

.
.
.

Suara denting sendok dan garpu perak itu terdengar membentuk sebuah harmoni.
Tampak sosok cantik yang sedang menyesap jus jeruknya.
Sang kepala keluarga yang sedang memeriksa ponselnya.
Dan 4 orang anak mereka yang menghabiskan sarapan dengan santai.

  “Sayang, aku akan ke Jepang hari ini” Ujar Yunho pelan.

Um.
Jaejoong menoleh melirik suaminya.
Kemudian ia mengangguk.

  “Arasseo”

Namja cantik itu meletakkan gelasnya dan menoleh memanggil maid yang ada di dekatnya untuk menyuruh yeoja itu mempersiapkan keperluan kekasihnya.

  “Appa, belikan gitar listrik warna hotpink untukku” Ucap Ju Hee menatap Appanya.

  “Kau sudah punya banyak gitar, Jung Ju Hee” Sahut Yunho pelan.


Ck.
Yeoja gothic itu mendengus kesal.
Ia membanting kasar sumpit peraknya.

  “Baiklah, Appa akan transfer uangnya nanti” Ujar Yunho cepat.

Namja tampan itu menghela nafas pendek.
Ia tentu tidak ingin putri tempramentalnya itu mengamuk ania?
Ini masih terlalu pagi untuk sebuah keributan yang membuatnya pusing.

Sementara itu Jaejoong menoleh menatap Junhon kecil yang menarik-narik lengan kausnya.

  “Umma, Hon juga minta PSP baru” Ujarnya lucu.

Eoh?
Namja cantik itu terkekeh pelan.
Ia mengangguk dan mengecup lembut dahi putra bungsunya.
Membuat Yunjaeyun memicingkan mata musangnya.

  “Aku juga ingin I-Pad cadangan, jaga-jaga kalau I-Pad-ku rusak” Serunya.

Yunho meletakkan ponselnya.
Ia mengangkat wajah menatap keempat anaknya.

  “Tidak bisakah kalian menahan keinginan setiap kali ada yang memohon? Kebiasaan seperti itu sangat tidak baik!” Ujarnya kesal.

Jaeho memutar bola matanya.

  “Bilang saja Appa pelit”

  “Bukan itu maksud Appa! Appa hanya tidak ingin kalian menjadi anak-anak yang boros dan tidak menghargai uang!”

  “Kalau begitu aku juga minta PSP yang sama seperti Honchan”

Aish.
Yunho menahan nafasnya.
Dahinya mengerut kesal.
Raut wajahnya cukup memperlihatkan betapa emosinya ia sekarang.

Namja tampan itu beranjak dari duduknya.
Ia kehilangan nafsu makan sekarang.
Anak-anaknya membuatnya pusing.

  “Yunnie” Panggil Jaejoong pelan.

Namja cantik itu ikut bangun mendekati suaminya yang kini duduk di sofa ruang tengah.
Jaejoong mengusap lembut rambut cokelat kekasihnya dan tersenyum manis.

  “Maafkan mereka ne? Mereka masih belum mengerti hal seperti itu, sayang” Bisiknya lembut.

Yunho mendesah pendek.
Ia menoleh memandang wajah cantik yang selalu membuatnya tergila-gila.
Namja tampan itu balas tersenyum kecil dan mengecup lembut hidung bangir namja cantik itu.

  “Mereka sudah SMP sayang, cukup besar untuk mengerti kehidupan”

  “Bagiku mereka masih sangat kecil, bear

  “Kau ini, tidak bisakah sekali saja berhenti memanjakan mereka semua hm?”

  “Aku tidak bisa, beruang besar, karena mereka adalah anakmu”

Yunho tertawa kecil.
Ia menyatukan dahi mereka dan mengusap lembut pipi Jaejoong.

  “Aku mencintaimu, Boo”

  “Dan aku juga akan mencintaimu kalau kau membelikan aku spatula perak yang baru”

  “Eoh?”

  “Hehehe, bercanda, sayang”

Yunho tersenyum.
Ia mengecup lembut bibir cherry Jaejoong dan beranjak dari duduknya.
Mengambil tas kerjanya dan memeluk erat kekasih cantiknya.

  “Aku berangkat”

  “Hati-hati, sayang”

Yunho mengangguk.
Sekilas ia melirik keempat anaknya yang masih duduk di meja makan.
Lalu ia menghela nafas panjang.

Ah, menjadi bagian dari keluarga terkaya di Seoul membuat mereka menjadi tidak menghargai nilai mata uang hm?


-------


  “Juju, kau lihat Umma?”

  “Arisan”

Yunjaeyun menaikkan alisnya.
Ia menghela nafas pendek dan mengambil tempat di samping adiknya.
Namja cool itu meraih remote dan mencari siaran yang menarik.
Mengacuhkan Ju Hee yang masih sibuk mengutak-atik gitar listrik terbarunya.


JREEENGG~!!

Yeoja gothic itu tersenyum kecil.
Ah, suaranya bagus.
Ju Hee memainkan beberapa nada sederhana seraya melirik pik gitarnya yang juga baru.
Tanpa menyadari Yunjaeyun yang memandang kesal ke arahnya.

  “YAA! Kalau kau hanya ingin merusak telingaku lebih baik masuk ke kamarmu!”

Yeoja gothic itu menoleh menatap Oppanya yang emosi.
Ia tersenyum remeh dan memetik nada panjang yang mengikis telinga dari senar gitarnya.
Membuat Yunjaeyun berdiri dari duduknya.

  “JUNG JU HEE!! HENTIKAN!!” Teriaknya marah.

  “Aku tidak mau~ Hahahaha~” Tawa Ju Hee mengejek.

Namja cool itu mengulurkan tangannya memukul kepala adiknya.
Membuat Ju Hee melotot dan hendak membanting gitarnya ke atas kepala Yunjaeyun.
Untung saja Yunho tidak sengaja melewati ruang tengah dan melihat mereka.

  “JUJU! Kau bisa melukai Oppamu!”

  “Yun Yun menggangguku, Appa!!”

  “Tapi kau bisa membuatnya masuk rumah sakit dengan gitarmu itu! Turunkan!”


BRAKK!

Yeoja gothic itu menendang kasar meja kecil yang ada di samping sofa.
Membuat lampion kaca kesayangan Jaejoong yang berdiri manis di sana terjatuh membentur lantai.
Namun Ju Hee tidak peduli.
Ia sudah lebih dulu meraih gitarnya dan berlari menaiki tangga dan memasuki kamarnya.

Meninggalkan Yunjaeyun yang terdiam bersama Yunho yang sedang mengusapi wajahnya.

Ya Tuhan.
Apa yang harus dikatakannya pada gajah cantik itu nanti?

  “OMOO! Appa merusak lampion milik Umma!”

Yunho membuka matanya.
Ia menoleh menatap Junhon yang berlari menuruni tangga.
Namja cherry itu mendekati Yunjaeyun dan melirik kepingan kristal dari lampion itu.

  “Aigoo, di mana Umma kalian?” Tanya Yunho berdesah.

  “Arisan” Sahut Yunjaeyun santai.

Namja tampan itu melirik jam antik yang ada di pinggir ruangan.
Ia segera meraih ponselnya dan menghubungi asistennya.
Menyuruh namja tinggi itu untuk segera mencari pengganti lampion kesayangan Jaejoong secepatnya.

  “Appa, bisa kirimkan uang lagi untukku?”

Mata bulat Junhon mengerjap.
Menatap Hyung kembarnya yang sedang berjalan menuruni tangga dengan pandangan menatap Yunho.
Namja tampan itu menaikkan alisnya.

  “Bukankah Appa baru saja mengirimkan uang untukmu kemarin lusa eoh?”

  “Sudah habis, aku mentraktir teman-temanku makan”

  “Kenapa kau harus mentraktir mereka? Mereka memiliki uang sendiri ania?”

  “CK! Terserah aku! Kenapa harus Appa yang mengatur-ngatur eoh? Mereka teman-temanku!”

  “Jaejae, kalau yang seperti itu namanya bukan teman, mereka hanya menyukai uangmu”

  “Aku tidak peduli! 2 juta won harus ada di rekeningku nanti sore! Atau kukatakan pada Umma kalau lampionnya pecah karena Appa!”

Aigoo.
Yunho menghembuskan nafas sekarang.
Dimana letak kesalahannya?
Apakah ia terlalu sibuk untuk mengawasi anak-anaknya eoh?

Namja tampan itu tidak bisa mengandalkan Jaejoong untuk urusan yang satu ini.
Ia tahu kalau Jaejoong tidak akan bisa membantah anak-anaknya.
Namja cantik itu terlalu memanjakan mereka berempat.

Ck.


-------


CKLEK.

Yunho mengangkat wajahnya.
Menatap Jaejoong yang baru saja kembali.
Namja cantik itu menutup pintu kamar mereka dan duduk di pinggir ranjang seraya membuka sweater putihnya dan berganti memakai piyama.

Kemudian ia memasuki selimut dan bersandar di samping Yunho.
Mata beningnya bergerak pelan.
Melirik data perusahaan yang sedang dikerjakan Yunho melalui I-Pad-nya.

  “Yunnie bear

  “Hmm?”

  “Bisa kau jelaskan padaku, kenapa kau mengganti lampion yang ada di meja ruang tengah hm?”


DEG.

Namja tampan itu meletakkan gadget-nya.
Ia menoleh menghadap kekasihnya.
Mengusap senyum Jaejoong yang terulas disana.

  “Kenapa kau bisa tahu?”

Namja cantik itu terkekeh pelan.
Ia mengecup lembut jemari Yunho yang bergerak di wajahnya.

  “Karena aku mengukir inisial nama kita di pinggirannya, sayang”

  “Aish, seharusnya aku tahu hal itu”

  “Hehehehe, jadi, kenapa hmm?”

  “Uri Juju bertengkar dengan Yun Yun, dan ia hendak memukul kepala namja itu dengan gitarnya”

  “Omo, lalu, apa Yun Yun terluka?”

  “Aku melerai mereka dan, yah, Juju menendang meja itu”

Mata bening Jaejoong mengerjap pelan.
Ia mengusap lembut pipi Yunho.
Nafasnya menderu sedikit kencang.

  “Mereka tidak pernah bisa akur” Bisiknya pelan.

  “Bukan salahmu, sayang” Balas Yunho ikut berbisik.

Namja cantik itu menggeser tubuhnya ke dalam pelukan Yunho.
Ia menghirup wangi maskulin dari leher namja tampan itu dan memejamkan matanya nyaman.

  “Aku mencintaimu” Ujarnya pelan.

Yunho tidak menyahut.
Ia hanya tersenyum kecil seraya mengusap lembut punggung Jaejoong.
Pandangan matanya fokus ke depan.
Sepertinya ia memiliki rencana bagus untuk memberi anak-anaknya pelajaran.

Oh well, dan juga istrinya, agar mereka mulai menghargai arti dari uang, kasih sayang, dan kehidupan.

Menurutmu?


-------


Namja almond itu mengernyitkan dahinya.
Menatap bingung orang-orang yang ada di sekitar rumah besarnya.
Sementara Ju Hee mendengus kesal.
Ia tidak suka dengan orang asing.
Apa lagi dalam jumlah yang sebanyak ini.

  “Apa yang dilakukan orang-orang ini disini?” Tanya Yunjaeyun yang baru saja menuruni tangga.

Jaeho mengangkat bahunya.
Ia memeluk pundak Junhon yang berdiri di depannya.
Namja almond itu menoleh, mendapati Ummanya yang baru saja keluar dari kamar dan memasang tampang kaget.

  “Yun Yun? Waeyo? Siapa mereka?” Tanya Jaejoong bingung.

  “Eoh? Kami pikir mereka kenalan Umma” Sahut Yunjaeyun ikut bingung.

Jaejoong mengedarkan pandangannya.
Namja cantik itu menatap kekasihnya yang sedang berbicara dengan seseorang di pintu depan.
Yunho balas menatap ke arah istrinya.
Ia tersenyum dan menghampiri keluarganya.

  “Appa, waeyo?” Tanya Junhon mengerucutkan bibirnya lucu.

Yunho mengacak gemas rambut putra bungsunya itu.

  “Appa mendaftarkan keluarga kita dalam sebuah acara televisi, sayang” Sahutnya santai.

Mwo?!
Jaejoong dan Ju Hee menatap kaget namja tampan itu.
Jeongmall, yang benar saja!

  “Acara apa? Dokumentasi kehidupan keluarga Jung sehari-hari eoh?” Ujar Jaeho menaikkan alisnya.

Ah-ah.
Yunho tersenyum kecil menggeleng.
 
  “Tukar nasib” Ujarnya pelan.

  “TUKAR NASIB?! KAU BERCANDA YUN?!” Jerit Jaejoong histeris.

Namja cantik itu menatap ngeri kepada Yunho.
Diikuti anak-anaknya yang ikut kaget.

  “Apa salah kami? Appa membenci kami?” Tanya Yun Yun bingung.

  “Atau Appa ingin membalas dendam karena aku minta gitar baru?” Ujar Ju Hee sarkastik.

  “Honchan minta maaaaaffff..Huweeeee…Hiks..Hiks..” Jerit Junhon menangis.

  “Ini tidak adil! Aku tidak setuju! Appa tidak bisa mengambil keputusan sendiri!!” Erang Jaeho tidak senang.

Yunho menghela nafasnya.
Ia menoleh menatap Jaejoong yang balas menatapnya iritasi.

  “Kau kejam, bear” Ujar Jaejoong lirih.

Aigoo.
Yunho mengusap wajahnya.
Ia sama sekali tidak menyangka kalau reaksi keluarganya akan seperti ini.

  “Dengar, Appa melakukan ini bukan karena benci atau apa pun itu, sama sekali bukan” Ucap Yunho mencoba menjelaskan.

  “Jadi?” Sahut Ju Hee mengerutkan dahinya.

  “Appa hanya ingin agar keluarga kita lebih dekat satu sama lain, sayang”


GREPP!

Yunho menaikkan alisnya.
Menatap Ju Hee yang segera memeluk Yunjaeyun.

  “Appa lihat? Kami sangat dekat!” Ujar yeoja gothic itu.

  “Ne! Tidak ada yang bisa menandingi kedekatan kami” Ucap Yunjaeyun ikut-ikutan.

Junhon tersenyum kecil melirik Nuna dan Hyungnya.
Aigoo.

Yunho menggeleng pelan.
Ia tersenyum kecil.

  “Bukan, bukan kedekatan seperti ini, Juju, Yun Yun, percaya pada Appa, kalian akan mengerti nantinya”

Jaejoong menghela nafas panjang.
Ia meringis.

  “Lalu, dengan keluarga mana kita akan bertukar nasib, Yun?” Tanyanya lesu.

  “Keluarga Park, mereka menjual keripik ulat kering untuk menghidupi kehidupan mereka sehari-hari”

Kelima Jung itu membulatkan mata mereka.
Menatap tidak percaya wajah Yunho.

  “MWOYA?! KERIPIK ULAT?!”


-------


  “Kita akan segera sampai, jadi semua benda elektronik harus dikumpulkan untuk disimpan sampai acara selesai” Ujar Park Sooji tersenyum.

Ju Hee mendesah pendek.
Ia meraih ponsel kesayangannya dan memasukkannya ke dalam kantung yang dijulurkan gadis manis itu.
Jaeho dan Junhon menyerahkan PSP dan ponsel mereka.
Sementara Yunjaeyun memasukkan ponsel dan Music Player-nya.

Yeoja ikal yang bertugas sebagai pembawa acara itu masih tersenyum manis.
Ia berterima kasih dan kembali duduk dengan benar.

  “Ini semua salah Appa! Bagaimana aku bisa menghubungi teman-teman band-ku nanti eoh!” Kesal yeoja gothic itu.

  “Padahal game Honchan tinggal satu level lagiiiii..Huks..Appa nappeun~!” Erang Junhon merengek.

  “Dan aku tidak akan bisa mengaktifkan jejaring sosial untuk 3 hari kedepan!” Potong Jaeho tidak senang.

  “Aku tidak bisa membayangkan bagaimana anggota OSIS mengurus sekolah tanpa aku, kuharap mereka tidak akan mengacaukan segalanya hanya karena tidak bisa menghubungi ponselku” Ujar Yunjaeyun lesu.

Yunho hanya diam sejak tadi.
Namja tampan itu melirik Jaejoong yang memandangnya tajam.
Yunho menelan salivanya takut.
Ia tahu Jaejoong tidak akan memaafkannya untuk yang satu ini.

  “Kita sudah sampai!” Ujar Sooji riang.


CKLEK!

Pintu mobil terbuka, keluarga Jung segera turun dari sana.
Mereka terperangah.
Menatap sebuah gubuk kecil yang ada di sekeliling hutan.

Jaejoong menatap tajam suaminya.
Seolah mengatakan –apa-apaan-ini-eoh?!-
Namun Yunho mencoba untuk tidak menggubris kekasihnya.
Ia berterima kasih kepada staff acara dan segera masuk ke dalam gubuk itu.

  “Menjijikkan!” Komentar Ju Hee pedas.

Yeoja gothic itu bergidik melirik lantai yang langsung dari tanah.
Aigoo, sepertinya keluarga yang memiliki rumah ini benar-benar miskin ania?

  “Ummaaaaa~! Ada kecoaaaaa~!!” Jerit Junhon seraya berlari memeluk Jaejoong.

Namja cantik itu merinding mendengarnya.
Ia balas memeluk putra bungsunya dan melirik-lirik sekeliling ruangan.
Hanya ada satu kamar di gubuk ini.

  “Bagaimana caranya mereka have sex kalau sekamar dengan anak-anaknya?” Gumam Yunho bingung.

Jaejoong memutar bola matanya.

  “Aku mau pulang!” Teriak Jaeho kesal.

Namja almond itu menatap memohon pada Ummanya.
Namun Jaejoong hanya bisa balas memandangnya dengan tatapan yang sama.
Jaeho tahu kalau mereka tetap harus menyelesaikan acara konyol yang diinginkan oleh Yunho kali ini.

Fuck.


-------


  “WUUUUAAAHHHH!! INI BUKAN RUMAH! INI ISTANA!!” Jerit Changmin dan Kyuhyun kompak.

Junsu dan Yoochun tertawa geli mendengarnya.
Mereka menyusul kedua putra mereka memasuki rumah keluarga Jung itu.
Staff acara sudah memberitahu mereka sebelumnya, kalau mereka bisa memiliki segala yang ada dalam waktu 3 hari ke depan.

  “Chunnie~! Ada lampion kaca! Omoooo~!” Jerit Junsu histeris.

Yoochun tertawa kecil.
Ia mengangguk dan mengedarkan pandangannya.
Mengagumi ukiran dedaunan yang ada di pilar ruangan.

  “Umma! Ada banyak kamar!” Jerit Kyuhyun lantang.

Namja evil itu berlari kencang menaiki tangga.
Diikuti adik kecilnya yang bernama Changmin.
Mereka berlarian seraya membuka pintu kamar yang pertama.

  “Jung Yunjaeyun” Ujar Kyuhyun seraya membaca papan nama yang ada di pintu.

Namja evil itu melirik ke dalam dan membulatkan matanya.
Bersih dan rapi.
Ada sebuah laptop perak yang tergeletak di atas meja yang bersandar dengan jendela kaca.
Dan dua I-Pad disana.
Omo.
Tumpukan album lagu para penyanyi papan atas juga tersedia di bar musik.

Ranjangnya besar sekali!

  “Hyung! Lihat!!”

Kyuhyun menoleh.
Ia menutup pintu kamar itu dan menyusul adiknya yang sedang berdiri di hadapan pintu kamar berwarna hotpink keras bergaris hitam yang ditaburi glitter.

  “WUOOOHHH” Kyuhyun membuka mulutnya kagum.

Mata sipitnya mengerjap menatap kamar terhebat yang pernah ada itu.
Langit-langit ruangannya dipenuhi berbagai macam gantungan.
Berbentuk boneka voodoo dan pernak-pernik halloween.
Dan bermacam-macam jenis gitar berwarna warni di sudut ruangan yang diatur seperti tempat penyimpanan alat musik.

Ranjang yang ditutupi dengan kain berjaring berwarna hitam.
Lantai yang ditutupi dengan karpet berbulu lembut berwarna hitam dengan aksen hijau stabilo membuat suasana kamar terasa hidup.

  “Pasti wanita yang menempati kamar ini” Ujar Changmin tersenyum senang.

  “Kka, masih ada satu kamar lagi” Ucap Kyuhyun seraya menarik tangan adiknya.


CKLEK!

Mereka berdua mengerjapkan mata masing-masing.
Menatap dua buah ranjang yang bergantung di ruangan.
Kedua pinggir ranjang itu diikat dengan tali tambang yang dicat putih.

  “Ranjang ayunan!” Gumam Kyuhyun kagum.

Omo.
Ini benar-benar keren!

  “Hyung, semuanya serba dua” Ujar Changmin pelan.

Namja evil itu mengedarkan pandangannya.
Changmin benar.
Semuanya ada dua.
Meja belajar yang sama, lemari pakaian, televisi, dan lainnya.

Yang berbeda hanya satu buah grand piano di sudut ruangan dan biola perak yang tergeletak di sisinya.

  “Kita tidur disini!” Ujar Kyuhyun dan Changmin kompak.

Sementara itu, Yoochun dan Junsu melangkah memasuki kamar utama yang ada.
Junsu membuka kenop pintu dan mengerjapkan mata sipitnya.
Yoochun terperangah.

Menatap kamar yang cukup luas itu.
Gorden panjang dari kain linen mahal berwarna putih menyelipi sisi jendela kaca yang besar itu.
Meja rias yang ditata sedemikian rupa dengan botol-botol parfum yang mahal.
Ranjang berukuran King Size dengan selimut tebal berwarna putih.
Dan ruang ganti pakaian yang ada.

  “Chunie, lihat” Ujar Junsu berbisik.

Ia menunjuk sebuah bingkai raksasa yang ada di tengah ruangan.
Ada sebuah potret disana.
Potret pernikahan sepasang kekasih yang terlihat sangat serasi.
Mereka saling tersenyum manis.
Sang pengantin pria memeluk erat pinggang ramping mempelai wanita.

  “Indah sekali” Gumam namja imut itu iri.

Yoochun yang mendengarnya hanya tersenyum kecil.
Ia menarik istrinya untuk duduk di ranjang dan menangkup wajahnya.

  “Suie, aku tahu kau menyesaliku yang tidak bisa mencukupi kehidupan kita, tapi satu yang perlu kau tahu, aku sama sekali tidak menyesal, karena sudah mendapatkan malaikat terindah dari Tuhan..”

  “Chunnie..Kenapa kau berkata seperti itu? Aku sama sekali tidak menyesal”

  “Benarkah?”

  “Walaupun kita miskin, tapi kita bahagia ania? Anak-anak kita akur, dan kita saling dekat satu sama lain”

  “Aku mencintaimu, sayang”

  “Aku lebih mencintaimu, Chunnie”

Namja imut itu tersenyum manis setelahnya.
Ia mengecup lembut dahi Yoochun dan berbaring di samping suaminya.

  “Ranjangnya empuk sekali ania? Sepertinya tidurku akan sangat nyenyak malam ini” Kekeh Junsu geli.

Yoochun ikut tertawa.
Ia mematikan lampu kamar dan terkejut saat melihat lampu indikator berwarna biru gelap yang muncul dari bingkai foto raksasa itu.
Keren.


-------


  “Ngghh..”

  “Bangun sayang, sudah pagi”

Mata bening Jaejoong terbuka perlahan.
Ia mengerutkan dahinya merasakan punggungnya sakit.
Ranjang ini sama sekali tidak empuk!
Bagaimana bisa empuk? Benda ini dilapisi papan kayu yang keras!

Aish.

Jaejoong mengurut tengkuknya pelan.
Baru kali ini ia menghabiskan malam bersama keempat anaknya yang ikut tidur di ranjang.
Namja cantik itu menghela nafas.
Menatap tajam Yunho yang sudah berdiri di dekatnya.

  “BooJae”

  “…”

  “Kau masih marah padaku?”

  “…”

  “Sayang”

Uh.
Jaejoong mempoutkan bibir cherry-nya.
Mata beningnya terlihat berkaca-kaca sekarang.
Ia semakin menatap tajam mata musang kekasihnya.

  “Kau tidak mencintaiku lagi!!”

Mwo?
Mata musang Yunho membesar mendengarnya.
Ia segera menangkup wajah cantik istrinya yang telah basah karena air mata.
Demi Tuhan, Yunho tidak pernah melihat Jaejoongnya menangis kecuali saat melahirkan keempat anaknya.

  “Bagaimana bisa kalimat tabu itu keluar dari bibirmu, sayang? Aku sangat mencintaimu, kau tahu itu” Bisik Yunho lembut.

Jaejoong meringis.
Ia menepuk bahu Yunho.

  “Aku tidak senang dengan keadaan ini bear! Hiks..Aku mau pulang..Hiks..Aku ingin kamar kita, ranjang kita..Hiks..”

  “Ssshh..Maafkan aku Boo, hanya untuk 3 hari nee? Setelah itu aku akan memberikan apa pun yang kau inginkan”

  “Hiks..Hiks..”

  “Aku mencintaimu, Jaejoongie, berhentilah menangis nee?”

  “Hiks..Ne..”

  “Kka, bangunkan mereka, kita akan bermain di ladang hari ini”

Eoh?

Mata bening Jaejoong mengerjap cepat.
Mencerna ucapan kekasihnya.
Bermain di ladang?


-------


  “AKU MEMBENCIMU APPA!!” Jerit Ju Hee histeris.

Yunho hanya tertawa geli mendengarnya.
Ia menatap putrinya lucu.

  “Jangan sampai ulatnya lepas, sayang”

  “AAAAHHHHH!!”

Yeoja gothic itu melompat saat seekor ulat lengket di kaki mulusnya.
Ju Hee berlari mendekati Oppanya dan memeluk Yunjaeyun erat.

  “Selamatkan aku, Yun!” Jeritnya lantang.

Yunjaeyun tertawa.
Ia menepuk sayang kepala Ju Hee dan kembali memunguti ulat-ulat yang bergeliat di batang pohon kering itu.
Mata musangnya melirik Jaeho dan Junhon yang berjongkok di sisi seberang.

  “Hyung, ulatnya banyak sekali” Ujar Junhon seraya menatap kembarannya.

Jaeho mengangguk membenarkan.

  “Kasihan kalau semuanya dibuat keripik ania?”

Jaeho kembali mengangguk.

Yunho menyeka keringatnya.
Ia mengerutkan dahinya menyadari matahari yang sudah semakin tinggi.
Kemudian ia menoleh.
Menatap kekasihnya yang berdiri di kejauhan.

  “Kka, Boo, kesini!” Ajak Yunho tersenyum.

Jaejoong menggeleng kencang.
Ia memejamkan matanya erat.
Namja tampan itu berjalan mendekati kekasihnya dan menyeretnya mendekati tempat kerjanya tadi.

Jaejoong menjerit-jerit histeris memeluk Yunho.
Ia merinding melihat ulat-ulat gemuk dan putih itu bergeliat.
Jaeho dan Yunjaeyun tertawa lantang.
Mengejek Jaejoong yang ingin menangis sekarang.

  “Appa, sepertinya sudah cukup” Ujar Yunjaeyun seraya menatap hasil tangkapannya.

Yunho mengangguk.
Ia menunduk dan mengangkat embernya yang berisi ulat.
Jaejoong kembali berteriak dan berlari menjauhi kekasihnya.

  “Ummaaaa~!”

Namja cherry itu ikut berlari.
Mengejar Ummanya di depan.
Jaeho hanya tersenyum kecil melihatnya.

  “Setelah ini apa yang akan kita lakukan, Appa?” Tanya Yunjaeyun menatap Yunho.

  “Menangkap ikan dan udang untuk makan malam di sungai” Sahut namja tampan itu tersenyum.

Jaejoong dan Ju Hee tinggal di gubuk.
Ditemani dua namja berwajah sama itu.
Mereka akan membuat keripik ulat sekarang.

Jaejoong memanaskan api di tungku dekat gubuk.
Merebus ulat-ulat itu sampai airnya mendidih.
Kemudian Jaeho dan Junhon menjemur ulat-ulat itu hingga kering di halaman gubuk.

Ju Hee bahkan membutuhkan perjuangan untuk menaburi garam dan gula setelah proses pengeringan yang kedua.
Kemudian mereka membungkusnya bersama.

  “Umma, ini enak” Ujar Junhon tertawa kecil.

Jaejoong menaikkan alisnya.
Ia mengambil satu ulat yang telah menjadi keripik itu dan melahapnya.

  “Honchan benar, ini enak” Kekeh Jaejoong geli.

Setelah menghabiskan waktu 3 jam untuk membungkus keripik-keripik itu, Jaejoong dan Ju Hee memutuskan untuk berjalan berkeliling sekitar daerah situ untuk menjual keripik ulatnya.
Yeoja gothic itu tidak berhenti menggerutu saat orang-orang yang membeli keripik mereka hanya membayar dengan recehan yang menurutnya sama sekali tidak ada harga.

  “Yang penting kita bisa membeli beras ania?” Bujuk Jaejoong tersenyum.

Ju Hee meringis.
Ia melirik sekantung kecil beras yang ada di genggaman Ummanya.
Yeoja cantik itu mendengus.

  “Tapi sama sekali tidak pantas dengan hasil jerih payah kita, Umma! Beras segitu belum tentu cukup untuk kita berenam!” Ucapnya kesal.

Jaejoong kembali tersenyum.


-------


  “Lezat sekaliiii~”

Junsu tersenyum kecil melihat Changminnya yang melahap banyak makanan enak sejak tadi.
Ah, mereka sedang dimanjakan oleh para maid yang ada saat ini.
Namja imut itu menoleh.
Menatap Kyuhyun yang sedang mencoba memainkan gitar listrik milik Ju Hee di sofa.
Sementara Yoochun sedang menonton televisi di sampingnya.

Yunho sudah menyuruh sekretarisnya untuk mengurus perusahaan selama ia tidak ada untuk mengantisipasi keadaan sebelumnya.

Jadi Yoochun hanya bersantai saja di rumah.

  “Umma, hidup seperti ini enak sekali ania?” Ucap Changmin tersenyum lebar.

Junsu mengangguk.
Ia balas tersenyum.

  “Tapi kebanyakan orang-orang kaya yang hidup seperti ini tidak mengenal apa arti dari uang, kasih sayang, dan kebersamaan, sayang”

  “Kalau begitu aku lebih suka hidup miskin dari pada kaya!”

  “Hehehehe, tapi Umma tidak bilang semua orang ania?”

Changmin mengangguk.
Ia meraih ayam panggang miliknya dan kembali mengunyah.
Mata sipitnya melirik Hyungnya yang sedang memainkan nada sederhana dari alat musik itu.

  “Appa, aku juga ingin yang seperti ini, bisa kita membelinya kalau ada uang?” Tanya Kyuhyun menatap Yoochun.

Namja chubby itu tersenyum.
Ia mengangguk dan mengusap sayang kepala Kyuhyun-nya.

  “Aku janji akan belajar dengan baik, dan aku akan sukses ketika dewasa nanti, jadi kita bisa hidup enak, Appa”

  “Itu bagus, berpegang teguhlah pada mimpimu, ne?”

  “Um!”


BRUKK.

Namja chubby itu menoleh menatap Junsu dan Changmin yang duduk di sampingnya.
Ia mengecup lembut pipi Junsu dan mengacak rambut Changmin.

  “Tidak terasa sudah 3 hari ania? Aku merindukan keripik ulat kita, hehehehe” Kekeh Junsu geli.

Yoochun balas tertawa.
Ia mengangguk.

  “Kyunnie, Minnie, kalian tidak akan sedih kan, kalau kita tidak tinggal di rumah ini lagi mulai besok?” Tanya Yoochun menatap kedua putranya.

Um-um.
Kyuhyun dan Changmin menggeleng kompak.
Mereka tersenyum manis.

  “Tentu saja Appa, ini bukan rumah kita, ini rumah milik keluarga Jung”


-------


Malam ini adalah malam terakhir mereka menjalani kehidupan keluarga Park.
Mulai besok mereka sudah kembali ke kehidupan normal.
Jadi Yunho memutuskan untuk mengumpulkan seluruh keluarganya di kamar kecil itu.
Ia mengedarkan pandangannya.
Menatap mereka yang duduk patuh di depannya.

Kecuali Ju Hee yang menunduk, ia memainkan kedua tangannya seolah sedang bermain gitar.

Yunho tersenyum kecil.

  “Tidak terasa sudah 3 hari kita disini ne?” Ujar namja tampan itu pelan.

Jaejoong mengangguk.
Ia balas tersenyum.

  “Beritahu Appa, apa saja yang sudah kalian pelajari selama kita tinggal di rumah ini hm?”

Junhon mengacungkan tangannya.
Ia tersenyum manis.

  “Juu Nuna tidak pernah bertengkar lagi dengan Yun Yun Hyungie~” Ujarnya lucu.

Eoh?
Ju Hee dan Yunjaeyun saling melirik satu sama lain.
Kemudian mereka tertawa bersama.

  “Aku juga menyadari kalau mencari uang ternyata sangat sulit, masa keripik ulat yang kita kerjakan dengan susah payah hanya dibayar dengan recehan?” Ucap Ju Hee mendengus.

  “Aku paling suka saat kita berburu ulat di ladang, kita tidak pernah bermain seperti itu selama  ini” Sambung Jaeho terkekeh.

Yunho ikut tersenyum simpul.
Ia menoleh, menatap Jaejoong.
 
  “Pada akhirnya, yang terpenting adalah kebersamaan dan rasa kekeluargaan yang utuh ania?” Bisik namja cantik itu pelan.

  “Aku mencintaimu, sayang” Balas Yunho berbisik.

Ia mengecup lembut dahi Jaejoong.

  “Appa, besok kita akan bertemu dengan keluarga Park ania?” Tanya Ju Hee menaikkan alisnya.

Um, Yunho mengangguk membenarkan.

  “Aku akan memberikan satu dari gitarku untuk putra mereka” Ujarnya tersenyum.

Omo.
Jaejoong menoleh menatap Ju Hee.
Yeoja cantik itu menjulurkan lidahnya malu.
 
  “Kka, kita tidur sekarang” Ajak Yunho seraya mematikan lilin.

Jaejoong mengambil posisi di samping Yunho-nya.
Sementara keempat anak mereka berbaring sejajar.
Jaeho dan Junhon saling berpelukan satu sama lain.

Tidak lama kemudian, mereka semua terlelap pulas.

  “Yunjae”

  “Hm”

  “Kau belum tidur?”

  “Kenapa?”

  “Aku minta maaf, aku hampir saja memecahkan kepalamu dengan gitarku waktu itu”

  “Tidak masalah, aku memaafkanmu”

  “Gomawo”

  “Kka, tidurlah, Umma bisa marah kalau kita bangun terlambat besok pagi”

  “Arasseo, Oppa..”


END.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar