Tittle: TUKAR NASIB
Genre:
YAOI
Author:
Shella Rizal a.k.a Park Sooji
Cast:
Yunjae and other
Length:
ONESHOOT
Rating:
family-romance-LOL-incest-gelundungan di sawah XD
CAUTION: JUNG JAEHO, JUNG JUNHON, JUNG JU HEE, DAN JUNG YUNJAEYUN MILIM
AUTHOR SETANGKAI!
WARNING:
BOY x BOY! Yg ga suka YAOI mending cabut aja dari sini, cos author Cinta damai~
*kibar2
kutang Jae umma*
-------
“Kau tidak
mencintaiku lagi!!”
.
.
.
Suara denting sendok dan garpu perak itu terdengar
membentuk sebuah harmoni.
Tampak sosok cantik yang sedang menyesap jus jeruknya.
Sang kepala keluarga yang sedang memeriksa ponselnya.
Dan 4 orang anak mereka yang menghabiskan sarapan
dengan santai.
“Sayang, aku
akan ke Jepang hari ini” Ujar Yunho pelan.
Um.
Jaejoong menoleh melirik suaminya.
Kemudian ia mengangguk.
“Arasseo”
Namja cantik itu meletakkan gelasnya dan menoleh
memanggil maid yang ada di dekatnya
untuk menyuruh yeoja itu mempersiapkan keperluan kekasihnya.
“Appa, belikan
gitar listrik warna hotpink untukku”
Ucap Ju Hee menatap Appanya.
“Kau sudah
punya banyak gitar, Jung Ju Hee” Sahut Yunho pelan.
Ck.
Yeoja gothic
itu mendengus kesal.
Ia membanting kasar sumpit peraknya.
“Baiklah, Appa
akan transfer uangnya nanti” Ujar Yunho cepat.
Namja tampan itu menghela nafas pendek.
Ia tentu tidak ingin putri tempramentalnya itu
mengamuk ania?
Ini masih terlalu pagi untuk sebuah keributan yang
membuatnya pusing.
Sementara itu Jaejoong menoleh menatap Junhon kecil
yang menarik-narik lengan kausnya.
“Umma, Hon
juga minta PSP baru” Ujarnya lucu.
Eoh?
Namja cantik itu terkekeh pelan.
Ia mengangguk dan mengecup lembut dahi putra
bungsunya.
Membuat Yunjaeyun memicingkan mata musangnya.
“Aku juga
ingin I-Pad cadangan, jaga-jaga kalau
I-Pad-ku rusak” Serunya.
Yunho meletakkan ponselnya.
Ia mengangkat wajah menatap keempat anaknya.
“Tidak bisakah
kalian menahan keinginan setiap kali ada yang memohon? Kebiasaan seperti itu
sangat tidak baik!” Ujarnya kesal.
Jaeho memutar bola matanya.
“Bilang saja
Appa pelit”
“Bukan itu
maksud Appa! Appa hanya tidak ingin kalian menjadi anak-anak yang boros dan
tidak menghargai uang!”
“Kalau begitu
aku juga minta PSP yang sama seperti Honchan”
Aish.
Yunho menahan nafasnya.
Dahinya mengerut kesal.
Raut wajahnya cukup memperlihatkan betapa emosinya ia
sekarang.
Namja tampan itu beranjak dari duduknya.
Ia kehilangan nafsu makan sekarang.
Anak-anaknya membuatnya pusing.
“Yunnie”
Panggil Jaejoong pelan.
Namja cantik itu ikut bangun mendekati suaminya yang
kini duduk di sofa ruang tengah.
Jaejoong mengusap lembut rambut cokelat kekasihnya dan
tersenyum manis.
“Maafkan
mereka ne? Mereka masih belum mengerti hal seperti itu, sayang” Bisiknya
lembut.
Yunho mendesah pendek.
Ia menoleh memandang wajah cantik yang selalu membuatnya
tergila-gila.
Namja tampan itu balas tersenyum kecil dan mengecup
lembut hidung bangir namja cantik itu.
“Mereka sudah
SMP sayang, cukup besar untuk mengerti kehidupan”
“Bagiku mereka
masih sangat kecil, bear”
“Kau ini,
tidak bisakah sekali saja berhenti memanjakan mereka semua hm?”
“Aku tidak
bisa, beruang besar, karena mereka adalah anakmu”
Yunho tertawa kecil.
Ia menyatukan dahi mereka dan mengusap lembut pipi
Jaejoong.
“Aku
mencintaimu, Boo”
“Dan aku juga
akan mencintaimu kalau kau membelikan aku spatula perak yang baru”
“Eoh?”
“Hehehe,
bercanda, sayang”
Yunho tersenyum.
Ia mengecup lembut bibir cherry Jaejoong dan beranjak dari duduknya.
Mengambil tas kerjanya dan memeluk erat kekasih cantiknya.
“Aku
berangkat”
“Hati-hati,
sayang”
Yunho mengangguk.
Sekilas ia melirik keempat anaknya yang masih duduk di
meja makan.
Lalu ia menghela nafas panjang.
Ah, menjadi bagian dari keluarga terkaya di Seoul
membuat mereka menjadi tidak menghargai nilai mata uang hm?
-------
“Juju, kau
lihat Umma?”
“Arisan”
Yunjaeyun menaikkan alisnya.
Ia menghela nafas pendek dan mengambil tempat di
samping adiknya.
Namja cool
itu meraih remote dan mencari siaran
yang menarik.
Mengacuhkan Ju Hee yang masih sibuk mengutak-atik
gitar listrik terbarunya.
JREEENGG~!!
Yeoja gothic
itu tersenyum kecil.
Ah, suaranya bagus.
Ju Hee memainkan beberapa nada sederhana seraya
melirik pik gitarnya yang juga baru.
Tanpa menyadari Yunjaeyun yang memandang kesal ke
arahnya.
“YAA! Kalau
kau hanya ingin merusak telingaku lebih baik masuk ke kamarmu!”
Yeoja gothic
itu menoleh menatap Oppanya yang emosi.
Ia tersenyum remeh dan memetik nada panjang yang
mengikis telinga dari senar gitarnya.
Membuat Yunjaeyun berdiri dari duduknya.
“JUNG JU HEE!!
HENTIKAN!!” Teriaknya marah.
“Aku tidak
mau~ Hahahaha~” Tawa Ju Hee mengejek.
Namja cool
itu mengulurkan tangannya memukul kepala adiknya.
Membuat Ju Hee melotot dan hendak membanting gitarnya
ke atas kepala Yunjaeyun.
Untung saja Yunho tidak sengaja melewati ruang tengah
dan melihat mereka.
“JUJU! Kau
bisa melukai Oppamu!”
“Yun Yun
menggangguku, Appa!!”
“Tapi kau bisa
membuatnya masuk rumah sakit dengan gitarmu itu! Turunkan!”
BRAKK!
Yeoja gothic
itu menendang kasar meja kecil yang ada di samping sofa.
Membuat lampion kaca kesayangan Jaejoong yang berdiri
manis di sana terjatuh membentur lantai.
Namun Ju Hee tidak peduli.
Ia sudah lebih dulu meraih gitarnya dan berlari
menaiki tangga dan memasuki kamarnya.
Meninggalkan Yunjaeyun yang terdiam bersama Yunho yang
sedang mengusapi wajahnya.
Ya Tuhan.
Apa yang harus dikatakannya pada gajah cantik itu
nanti?
“OMOO! Appa
merusak lampion milik Umma!”
Yunho membuka matanya.
Ia menoleh menatap Junhon yang berlari menuruni
tangga.
Namja cherry
itu mendekati Yunjaeyun dan melirik kepingan kristal dari lampion itu.
“Aigoo, di mana
Umma kalian?” Tanya Yunho berdesah.
“Arisan” Sahut
Yunjaeyun santai.
Namja tampan itu melirik jam antik yang ada di pinggir
ruangan.
Ia segera meraih ponselnya dan menghubungi asistennya.
Menyuruh namja tinggi itu untuk segera mencari
pengganti lampion kesayangan Jaejoong secepatnya.
“Appa, bisa kirimkan
uang lagi untukku?”
Mata bulat Junhon mengerjap.
Menatap Hyung kembarnya yang sedang berjalan menuruni
tangga dengan pandangan menatap Yunho.
Namja tampan itu menaikkan alisnya.
“Bukankah Appa
baru saja mengirimkan uang untukmu kemarin lusa eoh?”
“Sudah habis,
aku mentraktir teman-temanku makan”
“Kenapa kau harus
mentraktir mereka? Mereka memiliki uang sendiri ania?”
“CK! Terserah
aku! Kenapa harus Appa yang mengatur-ngatur eoh? Mereka teman-temanku!”
“Jaejae, kalau
yang seperti itu namanya bukan teman, mereka hanya menyukai uangmu”
“Aku tidak
peduli! 2 juta won harus ada di rekeningku nanti sore! Atau kukatakan pada Umma
kalau lampionnya pecah karena Appa!”
Aigoo.
Yunho menghembuskan nafas sekarang.
Dimana letak kesalahannya?
Apakah ia terlalu sibuk untuk mengawasi anak-anaknya
eoh?
Namja tampan itu tidak bisa mengandalkan Jaejoong
untuk urusan yang satu ini.
Ia tahu kalau Jaejoong tidak akan bisa membantah
anak-anaknya.
Namja cantik itu terlalu memanjakan mereka berempat.
Ck.
-------
CKLEK.
Yunho mengangkat wajahnya.
Menatap Jaejoong yang baru saja kembali.
Namja cantik itu menutup pintu kamar mereka dan duduk
di pinggir ranjang seraya membuka sweater
putihnya dan berganti memakai piyama.
Kemudian ia memasuki selimut dan bersandar di samping
Yunho.
Mata beningnya bergerak pelan.
Melirik data perusahaan yang sedang dikerjakan Yunho
melalui I-Pad-nya.
“Yunnie bear”
“Hmm?”
“Bisa kau
jelaskan padaku, kenapa kau mengganti lampion yang ada di meja ruang tengah
hm?”
DEG.
Namja tampan itu meletakkan gadget-nya.
Ia menoleh menghadap kekasihnya.
Mengusap senyum Jaejoong yang terulas disana.
“Kenapa kau
bisa tahu?”
Namja cantik itu terkekeh pelan.
Ia mengecup lembut jemari Yunho yang bergerak di
wajahnya.
“Karena aku
mengukir inisial nama kita di pinggirannya, sayang”
“Aish,
seharusnya aku tahu hal itu”
“Hehehehe,
jadi, kenapa hmm?”
“Uri Juju
bertengkar dengan Yun Yun, dan ia hendak memukul kepala namja itu dengan
gitarnya”
“Omo, lalu,
apa Yun Yun terluka?”
“Aku melerai
mereka dan, yah, Juju menendang meja itu”
Mata bening Jaejoong mengerjap pelan.
Ia mengusap lembut pipi Yunho.
Nafasnya menderu sedikit kencang.
“Mereka tidak
pernah bisa akur” Bisiknya pelan.
“Bukan
salahmu, sayang” Balas Yunho ikut berbisik.
Namja cantik itu menggeser tubuhnya ke dalam pelukan
Yunho.
Ia menghirup wangi maskulin dari leher namja tampan
itu dan memejamkan matanya nyaman.
“Aku
mencintaimu” Ujarnya pelan.
Yunho tidak menyahut.
Ia hanya tersenyum kecil seraya mengusap lembut
punggung Jaejoong.
Pandangan matanya fokus ke depan.
Sepertinya ia memiliki rencana bagus untuk memberi
anak-anaknya pelajaran.
Oh well, dan juga istrinya, agar mereka mulai
menghargai arti dari uang, kasih sayang, dan kehidupan.
Menurutmu?
-------
Namja almond
itu mengernyitkan dahinya.
Menatap bingung orang-orang yang ada di sekitar rumah
besarnya.
Sementara Ju Hee mendengus kesal.
Ia tidak suka dengan orang asing.
Apa lagi dalam jumlah yang sebanyak ini.
“Apa yang
dilakukan orang-orang ini disini?” Tanya Yunjaeyun yang baru saja menuruni
tangga.
Jaeho mengangkat bahunya.
Ia memeluk pundak Junhon yang berdiri di depannya.
Namja almond
itu menoleh, mendapati Ummanya yang baru saja keluar dari kamar dan memasang
tampang kaget.
“Yun Yun?
Waeyo? Siapa mereka?” Tanya Jaejoong bingung.
“Eoh? Kami
pikir mereka kenalan Umma” Sahut Yunjaeyun ikut bingung.
Jaejoong mengedarkan pandangannya.
Namja cantik itu menatap kekasihnya yang sedang
berbicara dengan seseorang di pintu depan.
Yunho balas menatap ke arah istrinya.
Ia tersenyum dan menghampiri keluarganya.
“Appa, waeyo?”
Tanya Junhon mengerucutkan bibirnya lucu.
Yunho mengacak gemas rambut putra bungsunya itu.
“Appa
mendaftarkan keluarga kita dalam sebuah acara televisi, sayang” Sahutnya
santai.
Mwo?!
Jaejoong dan Ju Hee menatap kaget namja tampan itu.
Jeongmall, yang benar saja!
“Acara apa?
Dokumentasi kehidupan keluarga Jung sehari-hari eoh?” Ujar Jaeho menaikkan
alisnya.
Ah-ah.
Yunho tersenyum kecil menggeleng.
“Tukar nasib”
Ujarnya pelan.
“TUKAR NASIB?!
KAU BERCANDA YUN?!” Jerit Jaejoong histeris.
Namja cantik itu menatap ngeri kepada Yunho.
Diikuti anak-anaknya yang ikut kaget.
“Apa salah
kami? Appa membenci kami?” Tanya Yun Yun bingung.
“Atau Appa
ingin membalas dendam karena aku minta gitar baru?” Ujar Ju Hee sarkastik.
“Honchan minta
maaaaaffff..Huweeeee…Hiks..Hiks..” Jerit Junhon menangis.
“Ini tidak
adil! Aku tidak setuju! Appa tidak bisa mengambil keputusan sendiri!!” Erang
Jaeho tidak senang.
Yunho menghela nafasnya.
Ia menoleh menatap Jaejoong yang balas menatapnya
iritasi.
“Kau kejam, bear” Ujar Jaejoong lirih.
Aigoo.
Yunho mengusap wajahnya.
Ia sama sekali tidak menyangka kalau reaksi
keluarganya akan seperti ini.
“Dengar, Appa
melakukan ini bukan karena benci atau apa pun itu, sama sekali bukan” Ucap
Yunho mencoba menjelaskan.
“Jadi?” Sahut
Ju Hee mengerutkan dahinya.
“Appa hanya
ingin agar keluarga kita lebih dekat satu sama lain, sayang”
GREPP!
Yunho menaikkan alisnya.
Menatap Ju Hee yang segera memeluk Yunjaeyun.
“Appa lihat?
Kami sangat dekat!” Ujar yeoja gothic
itu.
“Ne! Tidak ada
yang bisa menandingi kedekatan kami” Ucap Yunjaeyun ikut-ikutan.
Junhon tersenyum kecil melirik Nuna dan Hyungnya.
Aigoo.
Yunho menggeleng pelan.
Ia tersenyum kecil.
“Bukan, bukan
kedekatan seperti ini, Juju, Yun Yun, percaya pada Appa, kalian akan mengerti
nantinya”
Jaejoong menghela nafas panjang.
Ia meringis.
“Lalu, dengan
keluarga mana kita akan bertukar nasib, Yun?” Tanyanya lesu.
“Keluarga
Park, mereka menjual keripik ulat kering untuk menghidupi kehidupan mereka
sehari-hari”
Kelima Jung itu membulatkan mata mereka.
Menatap tidak percaya wajah Yunho.
“MWOYA?!
KERIPIK ULAT?!”
-------
“Kita akan
segera sampai, jadi semua benda elektronik harus dikumpulkan untuk disimpan
sampai acara selesai” Ujar Park Sooji tersenyum.
Ju Hee mendesah pendek.
Ia meraih ponsel kesayangannya dan memasukkannya ke
dalam kantung yang dijulurkan gadis manis itu.
Jaeho dan Junhon menyerahkan PSP dan ponsel mereka.
Sementara Yunjaeyun memasukkan ponsel dan Music Player-nya.
Yeoja ikal yang bertugas sebagai pembawa acara itu
masih tersenyum manis.
Ia berterima kasih dan kembali duduk dengan benar.
“Ini semua
salah Appa! Bagaimana aku bisa menghubungi teman-teman band-ku nanti eoh!” Kesal yeoja gothic
itu.
“Padahal game Honchan tinggal satu level
lagiiiii..Huks..Appa nappeun~!” Erang Junhon merengek.
“Dan aku tidak
akan bisa mengaktifkan jejaring sosial untuk 3 hari kedepan!” Potong Jaeho
tidak senang.
“Aku tidak
bisa membayangkan bagaimana anggota OSIS mengurus sekolah tanpa aku, kuharap
mereka tidak akan mengacaukan segalanya hanya karena tidak bisa menghubungi
ponselku” Ujar Yunjaeyun lesu.
Yunho hanya diam sejak tadi.
Namja tampan itu melirik Jaejoong yang memandangnya
tajam.
Yunho menelan salivanya takut.
Ia tahu Jaejoong tidak akan memaafkannya untuk yang
satu ini.
“Kita sudah
sampai!” Ujar Sooji riang.
CKLEK!
Pintu mobil terbuka, keluarga Jung segera turun dari
sana.
Mereka terperangah.
Menatap sebuah gubuk kecil yang ada di sekeliling
hutan.
Jaejoong menatap tajam suaminya.
Seolah mengatakan –apa-apaan-ini-eoh?!-
Namun Yunho mencoba untuk tidak menggubris kekasihnya.
Ia berterima kasih kepada staff acara dan segera masuk ke dalam gubuk itu.
“Menjijikkan!”
Komentar Ju Hee pedas.
Yeoja gothic
itu bergidik melirik lantai yang langsung dari tanah.
Aigoo, sepertinya keluarga yang memiliki rumah ini
benar-benar miskin ania?
“Ummaaaaa~!
Ada kecoaaaaa~!!” Jerit Junhon seraya berlari memeluk Jaejoong.
Namja cantik itu merinding mendengarnya.
Ia balas memeluk putra bungsunya dan melirik-lirik
sekeliling ruangan.
Hanya ada satu kamar di gubuk ini.
“Bagaimana
caranya mereka have sex kalau sekamar
dengan anak-anaknya?” Gumam Yunho bingung.
Jaejoong memutar bola matanya.
“Aku mau
pulang!” Teriak Jaeho kesal.
Namja almond
itu menatap memohon pada Ummanya.
Namun Jaejoong hanya bisa balas memandangnya dengan
tatapan yang sama.
Jaeho tahu kalau mereka tetap harus menyelesaikan
acara konyol yang diinginkan oleh Yunho kali ini.
Fuck.
-------
“WUUUUAAAHHHH!! INI BUKAN RUMAH! INI ISTANA!!” Jerit Changmin dan
Kyuhyun kompak.
Junsu dan Yoochun tertawa geli mendengarnya.
Mereka menyusul kedua putra mereka memasuki rumah
keluarga Jung itu.
Staff acara sudah memberitahu mereka sebelumnya, kalau
mereka bisa memiliki segala yang ada dalam waktu 3 hari ke depan.
“Chunnie~! Ada
lampion kaca! Omoooo~!” Jerit Junsu histeris.
Yoochun tertawa kecil.
Ia mengangguk dan mengedarkan pandangannya.
Mengagumi ukiran dedaunan yang ada di pilar ruangan.
“Umma! Ada
banyak kamar!” Jerit Kyuhyun lantang.
Namja evil itu berlari kencang menaiki tangga.
Diikuti adik kecilnya yang bernama Changmin.
Mereka berlarian seraya membuka pintu kamar yang
pertama.
“Jung
Yunjaeyun” Ujar Kyuhyun seraya membaca papan nama yang ada di pintu.
Namja evil itu melirik ke dalam dan membulatkan
matanya.
Bersih dan rapi.
Ada sebuah laptop perak yang tergeletak di atas meja
yang bersandar dengan jendela kaca.
Dan dua I-Pad
disana.
Omo.
Tumpukan album lagu para penyanyi papan atas juga
tersedia di bar musik.
Ranjangnya besar sekali!
“Hyung!
Lihat!!”
Kyuhyun menoleh.
Ia menutup pintu kamar itu dan menyusul adiknya yang
sedang berdiri di hadapan pintu kamar berwarna hotpink keras bergaris hitam yang ditaburi glitter.
“WUOOOHHH”
Kyuhyun membuka mulutnya kagum.
Mata sipitnya mengerjap menatap kamar terhebat yang
pernah ada itu.
Langit-langit ruangannya dipenuhi berbagai macam
gantungan.
Berbentuk boneka voodoo
dan pernak-pernik halloween.
Dan bermacam-macam jenis gitar berwarna warni di sudut
ruangan yang diatur seperti tempat penyimpanan alat musik.
Ranjang yang ditutupi dengan kain berjaring berwarna
hitam.
Lantai yang ditutupi dengan karpet berbulu lembut berwarna
hitam dengan aksen hijau stabilo membuat suasana kamar terasa hidup.
“Pasti wanita
yang menempati kamar ini” Ujar Changmin tersenyum senang.
“Kka, masih
ada satu kamar lagi” Ucap Kyuhyun seraya menarik tangan adiknya.
CKLEK!
Mereka berdua mengerjapkan mata masing-masing.
Menatap dua buah ranjang yang bergantung di ruangan.
Kedua pinggir ranjang itu diikat dengan tali tambang
yang dicat putih.
“Ranjang
ayunan!” Gumam Kyuhyun kagum.
Omo.
Ini benar-benar keren!
“Hyung,
semuanya serba dua” Ujar Changmin pelan.
Namja evil itu mengedarkan pandangannya.
Changmin benar.
Semuanya ada dua.
Meja belajar yang sama, lemari pakaian, televisi, dan
lainnya.
Yang berbeda hanya satu buah grand piano di sudut ruangan dan biola perak yang tergeletak di
sisinya.
“Kita tidur
disini!” Ujar Kyuhyun dan Changmin kompak.
Sementara itu, Yoochun dan Junsu melangkah memasuki
kamar utama yang ada.
Junsu membuka kenop pintu dan mengerjapkan mata
sipitnya.
Yoochun terperangah.
Menatap kamar yang cukup luas itu.
Gorden panjang dari kain linen mahal berwarna putih
menyelipi sisi jendela kaca yang besar itu.
Meja rias yang ditata sedemikian rupa dengan
botol-botol parfum yang mahal.
Ranjang berukuran King
Size dengan selimut tebal berwarna putih.
Dan ruang ganti pakaian yang ada.
“Chunie,
lihat” Ujar Junsu berbisik.
Ia menunjuk sebuah bingkai raksasa yang ada di tengah
ruangan.
Ada sebuah potret disana.
Potret pernikahan sepasang kekasih yang terlihat
sangat serasi.
Mereka saling tersenyum manis.
Sang pengantin pria memeluk erat pinggang ramping
mempelai wanita.
“Indah sekali”
Gumam namja imut itu iri.
Yoochun yang mendengarnya hanya tersenyum kecil.
Ia menarik istrinya untuk duduk di ranjang dan
menangkup wajahnya.
“Suie, aku
tahu kau menyesaliku yang tidak bisa mencukupi kehidupan kita, tapi satu yang
perlu kau tahu, aku sama sekali tidak menyesal, karena sudah mendapatkan
malaikat terindah dari Tuhan..”
“Chunnie..Kenapa kau berkata seperti itu? Aku sama sekali tidak
menyesal”
“Benarkah?”
“Walaupun kita
miskin, tapi kita bahagia ania? Anak-anak kita akur, dan kita saling dekat satu
sama lain”
“Aku
mencintaimu, sayang”
“Aku lebih
mencintaimu, Chunnie”
Namja imut itu tersenyum manis setelahnya.
Ia mengecup lembut dahi Yoochun dan berbaring di
samping suaminya.
“Ranjangnya
empuk sekali ania? Sepertinya tidurku akan sangat nyenyak malam ini” Kekeh
Junsu geli.
Yoochun ikut tertawa.
Ia mematikan lampu kamar dan terkejut saat melihat
lampu indikator berwarna biru gelap yang muncul dari bingkai foto raksasa itu.
Keren.
-------
“Ngghh..”
“Bangun
sayang, sudah pagi”
Mata bening Jaejoong terbuka perlahan.
Ia mengerutkan dahinya merasakan punggungnya sakit.
Ranjang ini sama sekali tidak empuk!
Bagaimana bisa empuk? Benda ini dilapisi papan kayu
yang keras!
Aish.
Jaejoong mengurut tengkuknya pelan.
Baru kali ini ia menghabiskan malam bersama keempat
anaknya yang ikut tidur di ranjang.
Namja cantik itu menghela nafas.
Menatap tajam Yunho yang sudah berdiri di dekatnya.
“BooJae”
“…”
“Kau masih
marah padaku?”
“…”
“Sayang”
Uh.
Jaejoong mempoutkan bibir cherry-nya.
Mata beningnya terlihat berkaca-kaca sekarang.
Ia semakin menatap tajam mata musang kekasihnya.
“Kau tidak
mencintaiku lagi!!”
Mwo?
Mata musang Yunho membesar mendengarnya.
Ia segera menangkup wajah cantik istrinya yang telah
basah karena air mata.
Demi Tuhan, Yunho tidak pernah melihat Jaejoongnya
menangis kecuali saat melahirkan keempat anaknya.
“Bagaimana
bisa kalimat tabu itu keluar dari bibirmu, sayang? Aku sangat mencintaimu, kau
tahu itu” Bisik Yunho lembut.
Jaejoong meringis.
Ia menepuk bahu Yunho.
“Aku tidak
senang dengan keadaan ini bear! Hiks..Aku
mau pulang..Hiks..Aku ingin kamar kita, ranjang kita..Hiks..”
“Ssshh..Maafkan aku Boo, hanya untuk 3 hari nee? Setelah itu aku akan
memberikan apa pun yang kau inginkan”
“Hiks..Hiks..”
“Aku
mencintaimu, Jaejoongie, berhentilah menangis nee?”
“Hiks..Ne..”
“Kka,
bangunkan mereka, kita akan bermain di ladang hari ini”
Eoh?
Mata bening Jaejoong mengerjap cepat.
Mencerna ucapan kekasihnya.
Bermain di ladang?
-------
“AKU
MEMBENCIMU APPA!!” Jerit Ju Hee histeris.
Yunho hanya tertawa geli mendengarnya.
Ia menatap putrinya lucu.
“Jangan sampai
ulatnya lepas, sayang”
“AAAAHHHHH!!”
Yeoja gothic
itu melompat saat seekor ulat lengket di kaki mulusnya.
Ju Hee berlari mendekati Oppanya dan memeluk Yunjaeyun
erat.
“Selamatkan
aku, Yun!” Jeritnya lantang.
Yunjaeyun tertawa.
Ia menepuk sayang kepala Ju Hee dan kembali memunguti
ulat-ulat yang bergeliat di batang pohon kering itu.
Mata musangnya melirik Jaeho dan Junhon yang
berjongkok di sisi seberang.
“Hyung,
ulatnya banyak sekali” Ujar Junhon seraya menatap kembarannya.
Jaeho mengangguk membenarkan.
“Kasihan kalau
semuanya dibuat keripik ania?”
Jaeho kembali mengangguk.
Yunho menyeka keringatnya.
Ia mengerutkan dahinya menyadari matahari yang sudah
semakin tinggi.
Kemudian ia menoleh.
Menatap kekasihnya yang berdiri di kejauhan.
“Kka, Boo,
kesini!” Ajak Yunho tersenyum.
Jaejoong menggeleng kencang.
Ia memejamkan matanya erat.
Namja tampan itu berjalan mendekati kekasihnya dan
menyeretnya mendekati tempat kerjanya tadi.
Jaejoong menjerit-jerit histeris memeluk Yunho.
Ia merinding melihat ulat-ulat gemuk dan putih itu
bergeliat.
Jaeho dan Yunjaeyun tertawa lantang.
Mengejek Jaejoong yang ingin menangis sekarang.
“Appa,
sepertinya sudah cukup” Ujar Yunjaeyun seraya menatap hasil tangkapannya.
Yunho mengangguk.
Ia menunduk dan mengangkat embernya yang berisi ulat.
Jaejoong kembali berteriak dan berlari menjauhi
kekasihnya.
“Ummaaaa~!”
Namja cherry
itu ikut berlari.
Mengejar Ummanya di depan.
Jaeho hanya tersenyum kecil melihatnya.
“Setelah ini
apa yang akan kita lakukan, Appa?” Tanya Yunjaeyun menatap Yunho.
“Menangkap
ikan dan udang untuk makan malam di sungai” Sahut namja tampan itu tersenyum.
Jaejoong dan Ju Hee tinggal di gubuk.
Ditemani dua namja berwajah sama itu.
Mereka akan membuat keripik ulat sekarang.
Jaejoong memanaskan api di tungku dekat gubuk.
Merebus ulat-ulat itu sampai airnya mendidih.
Kemudian Jaeho dan Junhon menjemur ulat-ulat itu
hingga kering di halaman gubuk.
Ju Hee bahkan membutuhkan perjuangan untuk menaburi
garam dan gula setelah proses pengeringan yang kedua.
Kemudian mereka membungkusnya bersama.
“Umma, ini
enak” Ujar Junhon tertawa kecil.
Jaejoong menaikkan alisnya.
Ia mengambil satu ulat yang telah menjadi keripik itu
dan melahapnya.
“Honchan
benar, ini enak” Kekeh Jaejoong geli.
Setelah menghabiskan waktu 3 jam untuk membungkus
keripik-keripik itu, Jaejoong dan Ju Hee memutuskan untuk berjalan berkeliling
sekitar daerah situ untuk menjual keripik ulatnya.
Yeoja gothic
itu tidak berhenti menggerutu saat orang-orang yang membeli keripik mereka
hanya membayar dengan recehan yang menurutnya sama sekali tidak ada harga.
“Yang penting
kita bisa membeli beras ania?” Bujuk Jaejoong tersenyum.
Ju Hee meringis.
Ia melirik sekantung kecil beras yang ada di genggaman
Ummanya.
Yeoja cantik itu mendengus.
“Tapi sama
sekali tidak pantas dengan hasil jerih payah kita, Umma! Beras segitu belum
tentu cukup untuk kita berenam!” Ucapnya kesal.
Jaejoong kembali tersenyum.
-------
“Lezat
sekaliiii~”
Junsu tersenyum kecil melihat Changminnya yang melahap
banyak makanan enak sejak tadi.
Ah, mereka sedang dimanjakan oleh para maid yang ada saat ini.
Namja imut itu menoleh.
Menatap Kyuhyun yang sedang mencoba memainkan gitar
listrik milik Ju Hee di sofa.
Sementara Yoochun sedang menonton televisi di
sampingnya.
Yunho sudah menyuruh sekretarisnya untuk mengurus
perusahaan selama ia tidak ada untuk mengantisipasi keadaan sebelumnya.
Jadi Yoochun hanya bersantai saja di rumah.
“Umma, hidup
seperti ini enak sekali ania?” Ucap Changmin tersenyum lebar.
Junsu mengangguk.
Ia balas tersenyum.
“Tapi
kebanyakan orang-orang kaya yang hidup seperti ini tidak mengenal apa arti dari
uang, kasih sayang, dan kebersamaan, sayang”
“Kalau begitu
aku lebih suka hidup miskin dari pada kaya!”
“Hehehehe,
tapi Umma tidak bilang semua orang ania?”
Changmin mengangguk.
Ia meraih ayam panggang miliknya dan kembali
mengunyah.
Mata sipitnya melirik Hyungnya yang sedang memainkan
nada sederhana dari alat musik itu.
“Appa, aku
juga ingin yang seperti ini, bisa kita membelinya kalau ada uang?” Tanya
Kyuhyun menatap Yoochun.
Namja chubby itu tersenyum.
Ia mengangguk dan mengusap sayang kepala Kyuhyun-nya.
“Aku janji
akan belajar dengan baik, dan aku akan sukses ketika dewasa nanti, jadi kita
bisa hidup enak, Appa”
“Itu bagus,
berpegang teguhlah pada mimpimu, ne?”
“Um!”
BRUKK.
Namja chubby itu menoleh menatap Junsu dan Changmin
yang duduk di sampingnya.
Ia mengecup lembut pipi Junsu dan mengacak rambut
Changmin.
“Tidak terasa
sudah 3 hari ania? Aku merindukan keripik ulat kita, hehehehe” Kekeh Junsu
geli.
Yoochun balas tertawa.
Ia mengangguk.
“Kyunnie,
Minnie, kalian tidak akan sedih kan, kalau kita tidak tinggal di rumah ini lagi
mulai besok?” Tanya Yoochun menatap kedua putranya.
Um-um.
Kyuhyun dan Changmin menggeleng kompak.
Mereka tersenyum manis.
“Tentu saja
Appa, ini bukan rumah kita, ini rumah milik keluarga Jung”
-------
Malam ini adalah malam terakhir mereka menjalani
kehidupan keluarga Park.
Mulai besok mereka sudah kembali ke kehidupan normal.
Jadi Yunho memutuskan untuk mengumpulkan seluruh
keluarganya di kamar kecil itu.
Ia mengedarkan pandangannya.
Menatap mereka yang duduk patuh di depannya.
Menatap mereka yang duduk patuh di depannya.
Kecuali Ju Hee yang menunduk, ia memainkan kedua
tangannya seolah sedang bermain gitar.
Yunho tersenyum kecil.
“Tidak terasa
sudah 3 hari kita disini ne?” Ujar namja tampan itu pelan.
Jaejoong mengangguk.
Ia balas tersenyum.
“Beritahu
Appa, apa saja yang sudah kalian pelajari selama kita tinggal di rumah ini hm?”
Junhon mengacungkan tangannya.
Ia tersenyum manis.
“Juu Nuna
tidak pernah bertengkar lagi dengan Yun Yun Hyungie~” Ujarnya lucu.
Eoh?
Ju Hee dan Yunjaeyun saling melirik satu sama lain.
Kemudian mereka tertawa bersama.
“Aku juga
menyadari kalau mencari uang ternyata sangat sulit, masa keripik ulat yang kita
kerjakan dengan susah payah hanya dibayar dengan recehan?” Ucap Ju Hee
mendengus.
“Aku paling
suka saat kita berburu ulat di ladang, kita tidak pernah bermain seperti itu
selama ini” Sambung Jaeho terkekeh.
Yunho ikut tersenyum simpul.
Ia menoleh, menatap Jaejoong.
“Pada
akhirnya, yang terpenting adalah kebersamaan dan rasa kekeluargaan yang utuh
ania?” Bisik namja cantik itu pelan.
“Aku
mencintaimu, sayang” Balas Yunho berbisik.
Ia mengecup lembut dahi Jaejoong.
“Appa, besok
kita akan bertemu dengan keluarga Park ania?” Tanya Ju Hee menaikkan alisnya.
Um, Yunho mengangguk membenarkan.
“Aku akan
memberikan satu dari gitarku untuk putra mereka” Ujarnya tersenyum.
Omo.
Jaejoong menoleh menatap Ju Hee.
Yeoja cantik itu menjulurkan lidahnya malu.
“Kka, kita
tidur sekarang” Ajak Yunho seraya mematikan lilin.
Jaejoong mengambil posisi di samping Yunho-nya.
Sementara keempat anak mereka berbaring sejajar.
Jaeho dan Junhon saling berpelukan satu sama lain.
Tidak lama kemudian, mereka semua terlelap pulas.
“Yunjae”
“Hm”
“Kau belum
tidur?”
“Kenapa?”
“Aku minta
maaf, aku hampir saja memecahkan kepalamu dengan gitarku waktu itu”
“Tidak
masalah, aku memaafkanmu”
“Gomawo”
“Kka,
tidurlah, Umma bisa marah kalau kita bangun terlambat besok pagi”
“Arasseo,
Oppa..”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar