Tittle: THINK ME
Genre:
YAOI
Author:
Shella Rizal a.k.a Park Sooji
Idea story: Ingar Park
Cast:
Yunjae and other
Length:
ONESHOOT
Rating:
hurt-friendship-galau mampus
WARNING:
BOY x BOY! Yg ga suka YAOI mending cabut aja dari sini, cos author Cinta damai~
*kibar2
kutang Jae umma*
-------
“Apa yang kau pikirkan eh? Tanganmu terlalu bagus untuk menolong orang
yang sudah tidak menganggapmu ada”
.
.
.
“Kumohon..Jangan acuhkan aku..”
Namja cantik itu bergumam pelan seraya
menyentuh dada kirinya.
Ia meringis.
Merasakan tetes bening yang hangat itu
mulai membasahi wajahnya.
Sepasang mata bulatnya mengerjap pelan,
menatap sendu sosok hangat yang baru saja melewati dirinya.
Sosok lelaki yang sudah dianggap sebagai
Hyungnya.
Yang selalu melindungi dirinya ketika
semua orang menghujat dirinya.
Yang selalu ada disaat ia sepi.
Yang selalu ada disaat ia butuh.
Tapi kini sosok itu terasa asing.
Bahkan untuk sekedar menatap dan
menyapanya saja ia tak sudi.
“Hahh..”
Jaejoong kembali mendudukkan dirinya di
kursi kantin.
Mencengkram erat gelas orange juice yang ada di genggamannya.
Berusaha menahan bulir bening
selanjutnya yang akan kembali menetes.
Mata beningnya kini bergerak pelan.
Menerawang masa lalu, dimana ketika
mereka masih bersenda gurau bersama.
Saling membalas lelucon konyol yang
mampu membuat keduanya tertawa.
Huh.
Tapi sekarang semuanya berbeda.
Berubah.
Segala hal yang dulunya indah telah hilang.
“Appo Jessie ah..Jeongmall..” Bisik Jaejoong lirih.
Mengangkat wajahnya menatap sesosok
gadis cantik berambut blonde yang duduk di hadapannya.
Jessica Jung menghela nafas pendek.
“Sudahlah Joongie, lupakan saja orang seperti dia, tak ada yang perlu
kau tangisi”
Cih.
Namja cantik itu meringis pelan.
Ia tersenyum kecut seraya mengusap
wajahnya.
“Siapa yang menangis?” Balasnya pelan.
Nyaris tidak terdengar.
Kemudian ia mempoutkan bibir cherrynya
manja.
Membuat Jessica tidak bisa menahan senyum
manisnya kali ini.
Ia tahu..
Ia tahu segala hal tentang namja cantik
ini..
-------
“KIM JAEJOONG! KEMBALIKAN BUKU HARIANKU!”
“Hahahaha! Ambil kalau kau bisa, Jessie~!”
“AISH!!”
Yeoja
cantik berambut blonde itu meringis kesal.
Dahinya
mengerut tidak senang.
Ia
semakin mempercepat langkah kaki jenjangnya mengejar Jaejoong yang sedang kumat
usilnya hari ini.
Ck.
Seharusnya
ia merantai buku bodoh itu tadi!
“Eoh??”
Yeoja
cantik itu membesarkan mata sipitnya ketika ia tidak sengaja melirik cermin
pantulan yang ada di setiap sudut lorong sekolah.
Jessica
segera menghentikan larinya dan berteriak lantang dengan kedua telapak tangan
yang membentuk segitiga di depan mulutnya.
“JAEJOONGIEEE~! AWAAASSS!!” Jeritnya panik.
BRUKK!
Namja
cantik itu meringis seraya menyentuh punggungnya pelan.
Ia
mengerutkan dahinya menahan sakit.
Gosh,
punggungnya menabrak dinding sekolah asal kau tahu itu.
“Mianhae! Aku tidak melihatmu!”
DEG!
Sontak mata bening itu terbuka lebar.
Menatap sosok tampan yang sedang
mengulurkan tangannya kepada Jaejoong.
“Gwenchana, aku juga salah, seharusnya aku tidak berlari sekencang itu
tadi” Sahut Jaejoong tersenyum kecil.
Namja tampan itu tertawa kecil.
Ia mengangguk dan mengusap rambut
cokelatnya.
“Apa kau tahu dimana ruang kepala sekolah?”
Ah.
Jaejoong segera mengangguk masih dengan
senyum manisnya.
Namja cantik itu menunjuk koridor depan
dan menatap mata musang yang tajam itu.
“Lurus saja, lalu belok kanan” Sahutnya sedikit meringis merasakan
punggungnya yang berdenyut pelan.
Shit.
Sepertinya ia harus me-rontgen punggungnya setelah ini.
“Ah, gomawo”
Namja tampan itu menganggukkan wajahnya.
Kemudian ia kembali berlari.
AH!
Namja tampan itu melambatkan larinya dan
menoleh ke belakang.
Kemudian ia berteriak lantang.
“NAMAKU JUNG YUNHO!”
Jessica menaikkan alisnya.
Ini pertama kalinya ia melihat orang
yang mengajak orang yang telah menabraknya berkenalan.
Oh well.
Dan Jaejoong hanya acuh.
Ia lebih memilih untuk menundukkan
wajahnya yang mendadak memerah padam.
Gosh, demi apa.
Pipinya terasa panas!
Namja cantik itu meracau tidak jelas.
Ia merutuki kebodohannya yang berlari
tanpa melihat situasi.
Aish.
Sedetik kemudian ia tersadar dan segera
menoleh menatap sahabatnya yang berambut blonde itu.
Jessica ikut berdiri di sampingnya
seraya menyodorkan sebotol air mineral dari dalam tas sekolahnya.
Hmp.
Jaejoong mengulurkan tangannya mengusap
pelan rambut blonde yeoja cantik itu.
Membuat Jessica Jung menaikkan alisnya.
“Kenapa kau tersenyum eoh?” Tanya yeoja blonde itu.
Jaejoong tidak menyahut.
Namja cantik itu hanya menggeleng pelan
seraya masih tersenyum manis.
Sangat manis.
Seolah memperlihatkan kepada semua orang
bahwa ia sedang senang saat ini.
-------
Ahhh~
Pagi ini namja cantik itu terlihat
malas-malasan.
Ia menenggelamkan kepalanya di antara
kedua lengannya yang bertumpu di meja.
Matanya terasa sangat berat untuk
terbuka.
Hmp.
Mengantuk eh?
Sampai namja cantik itu mengacuhkan
suara teriakan dan jeritan yang mendadak muncul dari teman-teman sekelasnya
ketika pintu kelas dibuka oleh Minho Songsaenim.
“Well, kau bisa duduk disana” Ujar namja bermata kodok itu kepada sosok
tampan yang berdiri di sampingnya.
Siswa baru itu mengangguk.
Ia tersenyum kecil saat matanya
menangkap sosok cantik itu.
Sementara itu, Jessica yang duduk di
samping segera Jaejoong menyenggol lengan namja cantik itu bermaksud untuk
membangunkannya dari tidur.
Jaejoong tersentak kaget.
Ia segera membuka kedua mata beningnya
dan mengerjapkan keduanya pelan.
“Anyeong”
DEG.
Jaejoong tertegun.
Ia menatap polos senyuman manis yang
dilayangkan siswa baru itu padanya.
Omo.
Omo!
“Mianhae untuk tabrakan waktu itu, apa punggungmu masih sakit?” Tanya Yunho yang kemudian mengulurkan
tangannya.
Hmp.
Namja cantik itu tidak menyahut.
Ia hanya tersenyum simpul seraya balas
menggenggam uluran tangan dari namja tampan itu.
Membuat namja tampan itu menaikkan
alisnya dan duduk di seberang kursi Jaejoong.
“Apa kau bisu? Kenapa kau hanya tersenyum eoh? Tidak bisakah kau
mengatakan sesuatu?” Bisik Jessica seraya menyenggol lengan Jaejoong.
“Aku sedang malas, Jessie” Lirih Jaejoong lesu.
Namja cantik itu menarik nafas dalam.
Ia menghembuskannya perlahan.
Mencoba menetralkan perasaan aneh yang
menderanya saat ini.
Gosh.
Debaran-debaran mungil yang dulu pernah
mampir waktu itu kini kembali menyeruak di dadanya.
Bahkan ratusan kupu-kupu yang telah
menghilang muncul kembali sekarang.
Membuat Jaejoong merasa tersiksa.
Tersiksa?
Tentu saja.
Rasa ini mengingatkannya akan kenangan
buruknya dulu.
Bersama Eunjae, sahabat terbaik yang
pernah ia miliki selain Jessica.
Peralahan mata bening Jaejoong mengerjap
pelan.
Menatap sendu papan tulis yang ada di
depan kelas.
Ah, Jessica yang sudah mengetahui
kebiasaan sahabatnya itu hanya menghela nafas panjang.
Ia tahu jika Jaejoong dan Eunjae adalah
sahabat dekat sejak mereka berada di bangku sekolah dasar.
Dimana kau melihat Eunjae maka disana
pasti ada sosok Jaejoong.
Namun sayang, namja cantik itu salah
mengartikan kebaikan Eunjae selama ini.
Ia berpikir kalau Eunjae juga memiliki
rasa yang sama dengannya.
Bukan.
Bukan rasa sebagai seorang sahabat atau
pun seorang Hyung kepada Dongsaengnya.
Sama sekali bukan.
Tapi perasaan sayang yang menyeruak
sebagai seorang lelaki.
Dan well, sejak namja hangat bernama Kim
Eunjae itu mengetahui perasaan yang disimpan Jaejoong terhadapnya, ia mulai
menjaga jarak.
Ia tak mau lagi berdekatan dengan namja
cantik itu.
Eunjae mulai menjauhi Jaejoong dan
selalu menatapnya dengan dingin setiap kali mata mereka bertemu.
Jauh.
Mereka telah jauh.
Rusak.
Ikatan hangat yang telah mereka bangun
selama bertahun-tahun belakangan ini rusak begitu saja.
Hanya karena Eunjae tidak bisa menerima
rasa sayang yang sedikit spesial dari sahabat sejatinya.
-------
“Ya, apa kau memang selalu sendirian saat jam istirahat eoh?”
Ck.
Namja cantik itu menghela nafasnya.
Ia menoleh dan menatap malas Yunho yang
sedang menatapnya saat ini.
Namja cantik itu memutar bola matanya.
“Well, Jessica selalu bersama kekasihnya saat jam istirahat, ada
masalah?” Sahut Jaejoong ketus.
Membuat namja tampan itu mengulas senyum
manisnya.
“Oke, mulai sekarang aku yang akan menemanimu” Ujar Yunho santai.
Namja tampan itu segera duduk tepat
disamping Jaejoong.
Membuat namja cantik itu terkejut dan
sontak berdiri dari duduknya.
“YYA! Apa yang kau lakukan eoh?! Duduk disana!” Jerit Jaejoong seraya
menunjuk kursi yang ada di seberangnya.
Raut wajah namja cantik itu sontak
membuat Yunho terkekeh.
Ia tidak bisa menahan tawa gemasnya.
Aigoo.
Rona merah yang menyemburat dari kedua
pipi Jaejoong membuatnya tampak semakin cantik.
-------
BRUKK!
“KKYYYYAA!! EUNJAE OPPAAAA!”
Seluruh siswa yang ada di lapangan
basket itu segera berlari menghampiri Eunjae yang terjatuh ketika bola besar
itu mengenai kepalanya.
Termasuk Jaejoong yang berada di sana
saat itu.
Jantungnya berdebar kencang.
Pelipisnya meneteskan keringat dingin.
Jaejoong sadar kalau rasa khawatirnya
melebihi apa pun yang ada di dunia ini saat ini.
Tanpa pikir panjang Jaejoong berlari
menghampiri Eunjae diikuti siswa lainnya.
Ia berlutut di samping namja hangat itu,
mencoba membantunya untuk berdiri.
Namun namja hangat itu malah menepis
kasar tangannya.
Eunjae mengerutkan dahinya dan menatap
jijik namja cantik itu.
“APA YANG KAU LAKUKAN EOH?! JANGAN BERANI MENYENTUHKU! MENJIJIKKAN!!”
Teriak Eunjae lantang.
DEG!
Mata bening Jaejoong membesar.
Bergerak pelan menatap tidak percaya
namja hangat itu.
Demi Tuhan, selama hampir 10 tahun
mereka bersahabat, ini kali pertama namja hangat itu membentaknya dengan kasar.
Jemari Jaejoong terlihat bergetar pelan.
Ia menggigit bibir bawahnya berusaha
menahan tetes bening yang menggenang di pelupuk matanya agar tidak jatuh.
GREPP!
Jaejoong tersentak kaget.
Merasakan lengannya ditarik paksa oleh
seseorang agar berdiri dari duduknya.
“Apa yang kau pikirkan eh? Tanganmu terlalu bagus untuk menolong orang
yang sudah tidak menganggapmu ada”
Sontak Jaejoong mendongakkan wajahnya.
Menatap Yunho yang sedang menatap tajam
mata sipit Eunjae.
Tanpa banyak bicara, namja tampan itu
segera menarik Jaejoong menjauhi lapangan basket.
Tanpa menyadari namja hangat yang balas
menatap benci ke arah mereka berdua.
TAP
TAP TAP!
“Hiks..Gomawo Yunho ah..” Bisik Jaejoong lirih.
Nyaris tidak terdengar.
Ia mengulurkan jemari lentiknya mengusap
tetes beningnya yang sekarang mengalir bebas.
Namja tampan itu tidak menyahut.
Ia hanya menghela nafasnya.
Well, ia sudah tahu apa yang terjadi di
antara Jaejoong dan Eunjae dari Jessica beberapa hari yang lalu.
Dan ia tahu, rasanya benar-benar
menyakitkan ketika sahabat sejati yang selalu setia menemani, mendadak berbalik
membenci hanya karena perbedaan kecil yang membatasi.
Yunho membawa Jaejoong ke taman belakang
sekolah.
Satu-satunya tempat yang nyaman untuk
menghilangkan segala penat yang melekat.
Hening.
Tak ada percakapan di antara mereka
berdua.
Mereka hanya duduk diam disana, saling
menyibukkan diri dengan pikiran masing-masing.
“Sudahlah, lupakan saja namja brengsek itu, masih banyak orang yang
menyayangimu ania?” Bisik Yunho mencoba menghibur Jaejoong.
Namja cantik itu meringis.
Ia mengangkat wajahnya.
“Ta-Tapi..Hiks..Aku hanya punya Eunjae Hyung sejak kecil..Hiks..Dia sahabat
sekaligus Hyung yang terbaik untukku..Hiks..Seandainya saja perasaan ini tidak
mun---”
“HENTIKAN!”
DEG!
Jaejoong tersentak kaget.
Ia menatap Yunho yang tersulut emosi.
Namja tampan itu menggeram kesal seraya
menatap tajam mata bening Jaejoong.
“Sebegitu besarnya kah rasamu akan dirinya? Tidakkah kau ingat kalau ia
telah membuangmu dari kehidupannya huh?! Sahabat seperti apa yang tidak mau
mendengarkan sahabatnya eoh?! Hyung seperti apa yang menjauhi Dongsaengnya
ketika muncul satu rasa yang berbeda?! Dia tidak pantas disebut sebagai seorang
sahabat, atau bahkan seorang Hyung!! Apa kau benar-benar bodoh eh?!”
DEG!
Mata bening Jaejoong mengerjap cepat.
Terhenyak mendengar ucapan kasar Yunho.
Ia?
Dibuang?
Dilupakan?
Diacuhkan?
Oleh Eunjae?
Oleh namja yang selama ini selalu
mengumbar janji setia dalam ikatan persahabatan mereka?
“Kau tidak berhak untuk mengatakan hal yang seperti itu tentangnya,
bahkan kau tidak mengenal baik dirinya..” Lirih Jaejoong seraya beranjak
meninggalkan Yunho.
Hening.
Hanya terdengar semilir angin yang
berhembus.
Menemani kesunyian yang mendera namja
tampan itu.
Ia termenung.
Meresapi setiap kalimat yang ditorehkan
Jaejoong pada telinganya.
-------
Sejak
saat itu Jaejoong mulai menutup dirinya.
Ia
merapatkan bibir dari orang-orang terdekatnya.
Bahkan
dengan Jessica Jung-nya sekalipun.
Mungkinkah
karena terlalu acuhnya namja cantik itu, hingga ia bahkan tidak menyadari bahwa
selama dua hari ini Yunho tidak masuk ke sekolah?
Namja cantik itu bahkan mulai sering
melamun setiap jam pelajaran berlangsung.
Tidak jarang saat jam istirahat
bertengger sejenak.
Membuat Jessica memiliki tugas rutin
untuk selalu menyenggol lengan sahabatnya kalau ia ingin berbicara dengan namja
cantik itu.
“Ya, kau tahu apa yang terjadi pada Yunho? Ia tidak masuk selama 2 hari
ini” Bisik yeoja blonde itu seraya menyalin catatan.
Namja cantik itu tertegun.
Kemudian ia mengangkat wajahnya.
Mengedarkan pandangannya ke seluruh
kelas setelah mendapati bahwa kursi yang ada di seberang bangkunya telah
kosong.
“Mungkin di kantin” Sahut Jaejoong asal.
PLAKK!
Namja cantik itu meringis dalam diam.
Merasakan pukulan Jessica di kepalanya.
Aish.
Kalau saja Minho Songsaenim tidak sedang
menjelaskan teori Mekanika Kuantum di depan sana, yeoja blonde itu pasti sudah
mati.
“Teman seperti apa kau hah? Sejak kemarin ia tidak masuk sekolah, kau
ini amnesia atau pura-pura lupa eoh?” Ujar Jessica kesal.
DEG.
Sejak kemarin?
Jeongmall?
Namja cantik itu mencengkram erat pensil
beruang kesayangannya.
Gosh.
Ia mulai gelisah.
Ck.
Namja cantik itu menoleh memandang
Jessica.
Menatap mata sipit yeoja blonde itu
dengan tatapan yang tidak bisa diartikan.
Dan oh well, sayangnya Jessica mengerti
maksud dari tatapan itu.
Hmp.
Yeoja cantik itu segera menyobek stick note warna pink kesayangannya dan menuliskan sesuatu disana.
Kemudian ia menyerahkan kertas itu
kepada Jaejoong.
Namja cantik itu menurunkan
pandangannya.
Bibir cherrynya bergerak lirih membaca
tulisan tangan yeoja blonde itu.
“Purple Line House, nomor 12”
Bisiknya lirih.
-------
Pandangan Jaejoong menyeluruh.
Memperhatikan rumah dengan desain
minimalis itu.
Ia menghela nafasnya sejenak.
Namja cantik itu mengulurkan tangannya
hendak memencet bel yang ada di samping pintu berwarna putih itu.
Namun kemudian ia segera mengurungkan
niatnya.
Aish.
“Apa yang harus kukatakan jika aku bertemu dengannya?” Lirih Jaejoong
bingung.
CKLEK!
DEG!
Namja cantik itu tersentak kaget ketika
pintu berwarna putih itu mendadak terbuka.
Ia mendongakkan wajahnya, menatap Yunho
yang mengenakan jaket kulitnya yang berwarna hitam.
Namja cantik itu menundukkan wajahnya
perlahan.
Tidak berani menatap langsung mata
musang yang tajam itu.
“Yu-Yunho ah..Aku ingin minta ma---”
“Mau apa kau kesini eoh? Minggir! Jangan menghalangi jalanku!” Ketus
Yunho.
“Aku..Aku minta maaf, Yun!” Ujar Jaejoong lirih.
TAP.
Sontak namja tampan itu menghentikan
langkahnya.
Kemudian ia menoleh menatap Jaejoong
yang berdiri membelakanginya.
Yunho tahu kalau namja cantik itu masih
tertunduk dengan air mata yang mengalir.
Terlihat jelas dari gerakan lengan
Jaejoong yang menyapu kasar sudut matanya.
Hahhh.
Namja tampan itu menghela nafas panjang
dan menatap sayang namja cantik itu.
GREPP!
Ia mendekap erat tubuh namja cantik itu
dari belakang.
Bahkan ia bisa merasakan tubuh Jaejoong
yang bergetar pelan sekarang, karena menahan isak tangisnya yang hendak tumpah.
Yunho memutar tubuh Jaejoong hingga
mereka berhadapan.
Kemudian ia kembali memeluk namja cantik
itu dan mengusap lembut punggungnya, berusaha menenangkan namja cantik itu.
Sampai kemudian ia merasakan namja
cantik itu balas memeluk dirinya.
Beberapa menit kemudian, namja tampan
itu membawa Jaejoong masuk ke dalam rumahnya.
Ia menyuruh Jaejoong duduk di sofa yang
ada di ruang tengah.
“Tunggu disini” Ujar Yunho lembut seraya beranjak memasuki dapur.
Jaejoong tidak menyahut.
Ia hanya mengangguk seraya mengedarkan
pandangannya ke seluruh ruangan.
Memperhatikan setiap sudut rumah mewah
itu.
Ah, bersih dan rapi.
“Ka-Kau tinggal sendiri?” Tanya Jaejoong dengan suara serak yang khas
karena baru saja menangis.
TAP
TAP TAP.
“Kedua orang tuaku bekerja di luar kota, mereka pulang sebulan sekali”
Sahut Yunho seraya meletakkan segelas orange
juice di atas meja.
Jaejoong masih diam di tempatnya.
Hanya menatap pergerakan tangan Yunho
mengatur gelas itu, hingga kemudian namja tampan itu duduk di sampingnya.
“Katakan, apa yang membuatmu mampir ke rumahku hm?” Ujarnya pelan.
Hening.
Tidak terdengar suara jawaban apa pun.
Namja cantik itu mengepalkan kedua
tangannya dengan erat.
Berusaha menahan rasa gugup yang
tiba-tiba mendera dirinya.
Oh gosh.
Jaejoong melirik Yunho dengan ragu.
“Aku ingin minta maaf..Aku tahu aku salah..Kau benar, Eunjae Hyung tidak
lagi menganggapku ada, ia menghilangkan aku dari pandangannya, padahal aku---”
DEG!
Mata bening Jaejoong mengerjap pelan.
Suaranya mendadak tercekat hingga
terpaksa memutuskan kalimatnya begitu saja.
Namja cantik itu merasakan tenaganya
berangsur hilang ketika sepasang mata musang Yunho menatap tajam mata beningnya
dan mengunci pandangannya.
Namja tampan itu mendekatkan wajahnya
dengan wajah namja cantik itu.
Hingga jarak yang ada di antara keduanya
semakin menipis dan bibir keduanya menempel lembut.
Jaejoong tertegun.
Ia refleks memejamkan kedua mata
beningnya dan mencengkram erat lengan Yunho.
Namja tampan itu mencium bibir ranum
Jaejoong dan menggigitnya pelan, mengacuhkan ringisan manis yang ditimbulkan
namja cantik itu.
“Balas aku..” Bisik Yunho seraya melumat lembut bibir atas bawah
Jaejoong.
Hingga tanpa sadar namja cantik itu
mulai membalas lumatan manisnya.
Kedua lengan Jaejoong memeluk erat leher
Yunho untuk memperdalam ciuman merela.
Cukup lama mereka saling menghisap dan
melumat manis satu sama lain, sampai kemudian Jaejoong menepuk pelan dada
bidang Yunho memberitahukan namja tampan itu bahwa ia butuh oksigen.
“Hahhh.hh..hh..Ma..Maaf..hh..” Bisik Jaejoong terengah seraya masih
memejamkan kedua matanya.
SRET!
Namja tampan itu kembali menarik tengkuk
Jaejoong dan melanjutkan ciuman mereka.
“Mmph..sudah..mmhngh..ckk”
Namja cantik itu berusaha memberontak dari ciuman kedua mereka yang terasa kasar.
Yunho meraup bibirnya dan menghisapnya
dengan tidak sabaran.
Seolah menekankan seluruh emosinya yang
terpendam disana.
Jaejoong meringis.
Ia mendorong kasar dada bidang namja
tampan itu hingga punggung Yunho menabrak kasar sandaran sofa itu.
Jaejoong merasakan wajahnya merah padam.
Ia berusaha mengatur nafasnya yang
menderu tidak teratur.
“Maaf..”
Jaejoong segera bangkit dari duduknya dan beranjak dari rumah Yunho seraya mengusap kasar bibirnya.
Namja cantik itu berjalan tanpa arah disela
rintikan bumi yang menangis dari balik awan.
Jaejoong meringis.
Perasaannya berkecamuk.
Membuatnya merasa muak dan depresi.
Antara senang dan sedih.
Hingga di persimpangan jalan yang cukup
sepi Jaejoong duduk di pinggir trotoar.
Ia menutup wajahnya.
Berusaha menyamarkan suara isak
tangisnya dari derasnya hujan yang mulai mengguyur.
-------
“Jessie, ada yang ingin kutanyatakan padamu”
Hmp.
Yeoja blonde itu menaikkan alisnya
menahan tawa.
Ia mengangguk dan menatap mengejek namja
cantik itu.
“Well, just tell me~ Lagi
pula, sejak kapan kau meminta ijin jika ingin bertanya padaku huh?”
Ups.
Yeoja cantik itu segera memperlihatkan
jari damainya ketika Jaejoong menatapnya dengan tatapan membunuh.
Aigoo~
Jaejoong menghela nafas panjang.
Ia mengerutkan dahinya dan memutuskan
untuk berbisik di telinga yeoja cantik itu.
Memberitahu dirinya semua yang terjadi
di antara ia dan Yunho kemarin sore.
Yeoja cantik itu sempat membulatkan
matanya ketika mendengar bahwa Jaejoong dan Yunho berciuman dua kali.
Tapi kemudian ia tersenyum simpul ketika
Jaejoong selesai bercerita.
“Hei, apa kau berpikir kalau aku aneh dan menjijikkan? Lalu kau akan
meninggalkanku sama seperti Eunjae?” Bisik Jaejoong lagi setelah melihat reaksi
sahabatnya.
Yeoja blonde itu hanya menepuk pundak
Jaejoong dua kali tanpa menyahut sepatah kata pun.
Ia masih tersenyum manis dan sesekali
terkekeh geli.
Seolah menganggap pertanyaan serius dari
Jaejoong kepadanya adalah sebuah banyolan yang lucu.
“Jessie, apa..Apa aku boleh berharap? Berharap lebih kepadanya?” Tanya
Jaejoong lagi.
“Ck, untuk apa kau berharap huh? Kalau harapan yang lebih dulu
menghampiri dirimu? Buka matamu, sayang~” Sahut yeoja blonde itu seraya
beranjak meninggalkan Jaejoong yang tertegun di kursinya.
Namja cantik itu mengerjapkan mata
beningnya pelan.
Mengumpulkan potongan-potongan kenangan
manisnya bersama Yunho sejak pertama kali mereka bertemu.
[ “NAMAKU JUNG YUNHO!” ]
Dan yeah, ia sudah merasakan debaran
anehnya sejak pertama kali mendengar suara namja tampan itu.
[ “Oke, mulai sekarang aku yang
akan menemanimu” ]
Perlahan Jaejoong menyentuh dadanya,
menyadari perasaan yang tertahan oleh Eunjae itu telah terisi sejak kehadiran Yunho
di kehidupannya.
Kemudian dia menatap lekat tangan kanannya.
Kemudian dia menatap lekat tangan kanannya.
[ “Tanganmu terlalu bagus untuk menolong orang yang sudah tidak menganggapmu ada” ]
[ “Tidakkah kau ingat kalau ia
telah membuangmu dari kehidupannya huh?!” ]
[ “Mau
apa kau kesini eoh? Minggir!! Jangan menghalangi jalanku!” ]
Dan entah kenapa ada rasa sakit yang menyeruak ketika Yunho membentaknya saat itu.
Tetesan bening itu perlahan mengalir
mengingat betapa bodohnya ia telah mengacuhkan seseorang yang menyayanginya
dengan tulus.
“Yunho
ah..”
Namja cantik itu beranjak dari duduknya
dan berlari menyusuri setiap tempat dimana Yunho biasanya berada.
Kantin, perpustakaan, atap sekolah, dan
oh shit, bahkan di ruang OSIS dan laboratorium pun ia tidak bisa menemukan sosok
tampan itu.
“E-Eodisseo? Hh..hh..hhh”
Namja cantik itu berhenti sejenak.
Berusaha mengatur nafasnya yang terasa
sesak.
Sedetik kemudian mata beningnya
mengerjap cepat.
Tempat itu, satu-satunya tempat yang
belum ia datangi.
DRAP!
Jaejoong segera berlari kencang.
Mengacuhkan keringat yang membasahi
pelipisnya.
Namja cantik itu mengedarkan
pandangannya menatap taman belakang sekolah.
Hmp.
Tanpa sadar senyum manisnya terulas
ketika menangkap sosok yang tidak asing lagi baginya sedang duduk di bawah
pohon Maple.
Tempat mereka bertengkar waktu itu.
TAP
TAP TAP.
Perlahan Jaejoong berjalan menghampiri
Yunho.
Ia bisa melihat dengan jelas, namja
tampan itu sedang memejamkan matanya menikmati alunan musik dari ponsel
miliknya.
GREPP!
Yunho tersentak kaget.
Ketika ia merasakan sebuah pelukan
hangat yang mendekap punggungnya.
Perlahan Jaejoong mendekatkan wajahnya
dengan telinga Yunho, menggigit tali earphone
berwarna putih yang tersemat di kedua sisi telinga Yunho dan menjatuhkannya
ke bahu namja tampan itu.
Kemudian ia mengecup lembut pinggir dahi
Yunho seraya berbisik lirih.
“Maaf, untuk kata-kataku yang membekaskan luka dihatimu..Maaf, untuk
penolakanku terhadap ciuman kedua darimu..Dan maaf, untuk kebodohanku selama
ini, yang menutup mata akan kehadiranmu..”
Hmp.
Yunho memejamkan matanya pelan.
Ia mengulurkan tangannya menggenggam
lembut jemari lentik Jaejoong yang mendekap tubuhnya.
Kemudian pejaman matanya kembali
terbuka, ketika Jaejoong tersenyum manis dan menenggelamkan wajahnya di bahu
Yunho sambil melanjutkan bisikan lirihnya.
“Aku mencintaimu..”
END.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar