This zone is only YunJae Fanfictions and this is our world

Selasa, 05 Maret 2013

FF/YAOI/YUNJAE/ONESHOOT/THINK ME


Tittle: THINK ME

Genre: YAOI

Author: Shella Rizal a.k.a Park Sooji

Idea story: Ingar Park

Cast: Yunjae and other

Length: ONESHOOT

Rating: hurt-friendship-galau mampus

WARNING: BOY x BOY! Yg ga suka YAOI mending cabut aja dari sini, cos author Cinta damai~
*kibar2 kutang Jae umma*


-------


  “Apa yang kau pikirkan eh? Tanganmu terlalu bagus untuk menolong orang yang sudah tidak menganggapmu ada”

.
.
.

  “Kumohon..Jangan acuhkan aku..”

Namja cantik itu bergumam pelan seraya menyentuh dada kirinya.
Ia meringis.
Merasakan tetes bening yang hangat itu mulai membasahi wajahnya.
Sepasang mata bulatnya mengerjap pelan, menatap sendu sosok hangat yang baru saja melewati dirinya.

Sosok lelaki yang sudah dianggap sebagai Hyungnya.
Yang selalu melindungi dirinya ketika semua orang menghujat dirinya.
Yang selalu ada disaat ia sepi.
Yang selalu ada disaat ia butuh.

Tapi kini sosok itu terasa asing.
Bahkan untuk sekedar menatap dan menyapanya saja ia tak sudi.


  “Hahh..”

Jaejoong kembali mendudukkan dirinya di kursi kantin.
Mencengkram erat gelas orange juice yang ada di genggamannya.
Berusaha menahan bulir bening selanjutnya yang akan kembali menetes.

Mata beningnya kini bergerak pelan.
Menerawang masa lalu, dimana ketika mereka masih bersenda gurau bersama.
Saling membalas lelucon konyol yang mampu membuat keduanya tertawa.
Huh.
Tapi sekarang semuanya berbeda.
Berubah.
Segala hal yang dulunya indah telah hilang.

  “Appo Jessie ah..Jeongmall..” Bisik Jaejoong lirih.

Mengangkat wajahnya menatap sesosok gadis cantik berambut blonde yang duduk di hadapannya.
Jessica Jung menghela nafas pendek.

  “Sudahlah Joongie, lupakan saja orang seperti dia, tak ada yang perlu kau tangisi”

Cih.
Namja cantik itu meringis pelan.
Ia tersenyum kecut seraya mengusap wajahnya.

  “Siapa yang menangis?” Balasnya pelan.

Nyaris tidak terdengar.
Kemudian ia mempoutkan bibir cherrynya manja.
Membuat Jessica tidak bisa menahan senyum manisnya kali ini.

Ia tahu..

Ia tahu segala hal tentang namja cantik ini..


-------


  “KIM JAEJOONG! KEMBALIKAN BUKU HARIANKU!”

  “Hahahaha! Ambil kalau kau bisa, Jessie~!”

  “AISH!!”

Yeoja cantik berambut blonde itu meringis kesal.
Dahinya mengerut tidak senang.
Ia semakin mempercepat langkah kaki jenjangnya mengejar Jaejoong yang sedang kumat usilnya hari ini.
Ck.
Seharusnya ia merantai buku bodoh itu tadi!

  “Eoh??”

Yeoja cantik itu membesarkan mata sipitnya ketika ia tidak sengaja melirik cermin pantulan yang ada di setiap sudut lorong sekolah.
Jessica segera menghentikan larinya dan berteriak lantang dengan kedua telapak tangan yang membentuk segitiga di depan mulutnya.

  “JAEJOONGIEEE~! AWAAASSS!!” Jeritnya panik.


BRUKK!

Namja cantik itu meringis seraya menyentuh punggungnya pelan.
Ia mengerutkan dahinya menahan sakit.
Gosh, punggungnya menabrak dinding sekolah asal kau tahu itu.

  “Mianhae! Aku tidak melihatmu!”


DEG!

Sontak mata bening itu terbuka lebar.
Menatap sosok tampan yang sedang mengulurkan tangannya kepada Jaejoong.

  “Gwenchana, aku juga salah, seharusnya aku tidak berlari sekencang itu tadi” Sahut Jaejoong tersenyum kecil.

Namja tampan itu tertawa kecil.
Ia mengangguk dan mengusap rambut cokelatnya.

  “Apa kau tahu dimana ruang kepala sekolah?”

Ah.
Jaejoong segera mengangguk masih dengan senyum manisnya.
Namja cantik itu menunjuk koridor depan dan menatap mata musang yang tajam itu.

  “Lurus saja, lalu belok kanan” Sahutnya sedikit meringis merasakan punggungnya yang berdenyut pelan.

Shit.
Sepertinya ia harus me-rontgen punggungnya setelah ini.

  “Ah, gomawo”

Namja tampan itu menganggukkan wajahnya.
Kemudian ia kembali berlari.

AH!

Namja tampan itu melambatkan larinya dan menoleh ke belakang.
Kemudian ia berteriak lantang.

  “NAMAKU JUNG YUNHO!”

Jessica menaikkan alisnya.
Ini pertama kalinya ia melihat orang yang mengajak orang yang telah menabraknya berkenalan.

Oh well.
Dan Jaejoong hanya acuh.
Ia lebih memilih untuk menundukkan wajahnya yang mendadak memerah padam.
Gosh, demi apa.

Pipinya terasa panas!

Namja cantik itu meracau tidak jelas.
Ia merutuki kebodohannya yang berlari tanpa melihat situasi.

Aish.

Sedetik kemudian ia tersadar dan segera menoleh menatap sahabatnya yang berambut blonde itu.

Jessica ikut berdiri di sampingnya seraya menyodorkan sebotol air mineral dari dalam tas sekolahnya.
Hmp.
Jaejoong mengulurkan tangannya mengusap pelan rambut blonde yeoja cantik itu.
Membuat Jessica Jung menaikkan alisnya.

  “Kenapa kau tersenyum eoh?” Tanya yeoja blonde itu.

Jaejoong tidak menyahut.
Namja cantik itu hanya menggeleng pelan seraya masih tersenyum manis.

Sangat manis.

Seolah memperlihatkan kepada semua orang bahwa ia sedang senang saat ini.


-------


Ahhh~

Pagi ini namja cantik itu terlihat malas-malasan.
Ia menenggelamkan kepalanya di antara kedua lengannya yang bertumpu di meja.
Matanya terasa sangat berat untuk terbuka.

Hmp.

Mengantuk eh?

Sampai namja cantik itu mengacuhkan suara teriakan dan jeritan yang mendadak muncul dari teman-teman sekelasnya ketika pintu kelas dibuka oleh Minho Songsaenim.

  “Well, kau bisa duduk disana” Ujar namja bermata kodok itu kepada sosok tampan yang berdiri di sampingnya.

Siswa baru itu mengangguk.
Ia tersenyum kecil saat matanya menangkap sosok cantik itu.

Sementara itu, Jessica yang duduk di samping segera Jaejoong menyenggol lengan namja cantik itu bermaksud untuk membangunkannya dari tidur.
Jaejoong tersentak kaget.
Ia segera membuka kedua mata beningnya dan mengerjapkan keduanya pelan.

  “Anyeong”


DEG.

Jaejoong tertegun.
Ia menatap polos senyuman manis yang dilayangkan siswa baru itu padanya.
Omo.
Omo!

  “Mianhae untuk tabrakan waktu itu, apa punggungmu masih sakit?”  Tanya Yunho yang kemudian mengulurkan tangannya.

Hmp.

Namja cantik itu tidak menyahut.
Ia hanya tersenyum simpul seraya balas menggenggam uluran tangan dari namja tampan itu.
Membuat namja tampan itu menaikkan alisnya dan duduk di seberang kursi Jaejoong.

  “Apa kau bisu? Kenapa kau hanya tersenyum eoh? Tidak bisakah kau mengatakan sesuatu?” Bisik Jessica seraya menyenggol lengan Jaejoong.

  “Aku sedang malas, Jessie” Lirih Jaejoong lesu.

Namja cantik itu menarik nafas dalam.
Ia menghembuskannya perlahan.
Mencoba menetralkan perasaan aneh yang menderanya saat ini.

Gosh.

Debaran-debaran mungil yang dulu pernah mampir waktu itu kini kembali menyeruak di dadanya.
Bahkan ratusan kupu-kupu yang telah menghilang muncul kembali sekarang.
Membuat Jaejoong merasa tersiksa.

Tersiksa?

Tentu saja.
Rasa ini mengingatkannya akan kenangan buruknya dulu.
Bersama Eunjae, sahabat terbaik yang pernah ia miliki selain Jessica.

Peralahan mata bening Jaejoong mengerjap pelan.
Menatap sendu papan tulis yang ada di depan kelas.
Ah, Jessica yang sudah mengetahui kebiasaan sahabatnya itu hanya menghela nafas panjang.

Ia tahu jika Jaejoong dan Eunjae adalah sahabat dekat sejak mereka berada di bangku sekolah dasar.
Dimana kau melihat Eunjae maka disana pasti ada sosok Jaejoong.
Namun sayang, namja cantik itu salah mengartikan kebaikan Eunjae selama ini.

Ia berpikir kalau Eunjae juga memiliki rasa yang sama dengannya.
Bukan.
Bukan rasa sebagai seorang sahabat atau pun seorang Hyung kepada Dongsaengnya.
Sama sekali bukan.

Tapi perasaan sayang yang menyeruak sebagai seorang lelaki.

Dan well, sejak namja hangat bernama Kim Eunjae itu mengetahui perasaan yang disimpan Jaejoong terhadapnya, ia mulai menjaga jarak.
Ia tak mau lagi berdekatan dengan namja cantik itu.
Eunjae mulai menjauhi Jaejoong dan selalu menatapnya dengan dingin setiap kali mata mereka bertemu.

Jauh.
Mereka telah jauh.
Rusak.
Ikatan hangat yang telah mereka bangun selama bertahun-tahun belakangan ini rusak begitu saja.
Hanya karena Eunjae tidak bisa menerima rasa sayang yang sedikit spesial dari sahabat sejatinya.


-------


  “Ya, apa kau memang selalu sendirian saat jam istirahat eoh?”

Ck.
Namja cantik itu menghela nafasnya.
Ia menoleh dan menatap malas Yunho yang sedang menatapnya saat ini.
Namja cantik itu memutar bola matanya.

  “Well, Jessica selalu bersama kekasihnya saat jam istirahat, ada masalah?” Sahut Jaejoong ketus.

Membuat namja tampan itu mengulas senyum manisnya.

  “Oke, mulai sekarang aku yang akan menemanimu” Ujar Yunho santai.

Namja tampan itu segera duduk tepat disamping Jaejoong.
Membuat namja cantik itu terkejut dan sontak berdiri dari duduknya.

  “YYA! Apa yang kau lakukan eoh?! Duduk disana!” Jerit Jaejoong seraya menunjuk kursi yang ada di seberangnya.

Raut wajah namja cantik itu sontak membuat Yunho terkekeh.
Ia tidak bisa menahan tawa gemasnya.
Aigoo.
Rona merah yang menyemburat dari kedua pipi Jaejoong membuatnya tampak semakin cantik.


-------


BRUKK!

  “KKYYYYAA!! EUNJAE OPPAAAA!”

Seluruh siswa yang ada di lapangan basket itu segera berlari menghampiri Eunjae yang terjatuh ketika bola besar itu mengenai kepalanya.

Termasuk Jaejoong yang berada di sana saat itu.
Jantungnya berdebar kencang.
Pelipisnya meneteskan keringat dingin.
Jaejoong sadar kalau rasa khawatirnya melebihi apa pun yang ada di dunia ini saat ini.

Tanpa pikir panjang Jaejoong berlari menghampiri Eunjae diikuti siswa lainnya.
Ia berlutut di samping namja hangat itu, mencoba membantunya untuk berdiri.
Namun namja hangat itu malah menepis kasar tangannya.
Eunjae mengerutkan dahinya dan menatap jijik namja cantik itu.

  “APA YANG KAU LAKUKAN EOH?! JANGAN BERANI MENYENTUHKU! MENJIJIKKAN!!” Teriak Eunjae lantang.

DEG!

Mata bening Jaejoong membesar.
Bergerak pelan menatap tidak percaya namja hangat itu.

Demi Tuhan, selama hampir 10 tahun mereka bersahabat, ini kali pertama namja hangat itu membentaknya dengan kasar.
Jemari Jaejoong terlihat bergetar pelan.
Ia menggigit bibir bawahnya berusaha menahan tetes bening yang menggenang di pelupuk matanya agar tidak jatuh.


GREPP!

Jaejoong tersentak kaget.
Merasakan lengannya ditarik paksa oleh seseorang agar berdiri dari duduknya.

  “Apa yang kau pikirkan eh? Tanganmu terlalu bagus untuk menolong orang yang sudah tidak menganggapmu ada”

Sontak Jaejoong mendongakkan wajahnya.
Menatap Yunho yang sedang menatap tajam mata sipit Eunjae.
Tanpa banyak bicara, namja tampan itu segera menarik Jaejoong menjauhi lapangan basket.
Tanpa menyadari namja hangat yang balas menatap benci ke arah mereka berdua.


TAP TAP TAP!

  “Hiks..Gomawo Yunho ah..” Bisik Jaejoong lirih.

Nyaris tidak terdengar.
Ia mengulurkan jemari lentiknya mengusap tetes beningnya yang sekarang mengalir bebas.

Namja tampan itu tidak menyahut.
Ia hanya menghela nafasnya.
Well, ia sudah tahu apa yang terjadi di antara Jaejoong dan Eunjae dari Jessica beberapa hari yang lalu.

Dan ia tahu, rasanya benar-benar menyakitkan ketika sahabat sejati yang selalu setia menemani, mendadak berbalik membenci hanya karena perbedaan kecil yang membatasi.

Yunho membawa Jaejoong ke taman belakang sekolah.
Satu-satunya tempat yang nyaman untuk menghilangkan segala penat yang melekat.
Hening.
Tak ada percakapan di antara mereka berdua.
Mereka hanya duduk diam disana, saling menyibukkan diri dengan pikiran masing-masing.

  “Sudahlah, lupakan saja namja brengsek itu, masih banyak orang yang menyayangimu ania?” Bisik Yunho mencoba menghibur Jaejoong.

Namja cantik itu meringis.
Ia mengangkat wajahnya.

  “Ta-Tapi..Hiks..Aku hanya punya Eunjae Hyung sejak kecil..Hiks..Dia sahabat sekaligus Hyung yang terbaik untukku..Hiks..Seandainya saja perasaan ini tidak mun---”

  “HENTIKAN!”


DEG!

Jaejoong tersentak kaget.
Ia menatap Yunho yang tersulut emosi.
Namja tampan itu menggeram kesal seraya menatap tajam mata bening Jaejoong.

  “Sebegitu besarnya kah rasamu akan dirinya? Tidakkah kau ingat kalau ia telah membuangmu dari kehidupannya huh?! Sahabat seperti apa yang tidak mau mendengarkan sahabatnya eoh?! Hyung seperti apa yang menjauhi Dongsaengnya ketika muncul satu rasa yang berbeda?! Dia tidak pantas disebut sebagai seorang sahabat, atau bahkan seorang Hyung!! Apa kau benar-benar bodoh eh?!”


DEG!

Mata bening Jaejoong mengerjap cepat.
Terhenyak mendengar ucapan kasar Yunho.

Ia?
Dibuang?
Dilupakan?
Diacuhkan?

Oleh Eunjae?

Oleh namja yang selama ini selalu mengumbar janji setia dalam ikatan persahabatan mereka?

  “Kau tidak berhak untuk mengatakan hal yang seperti itu tentangnya, bahkan kau tidak mengenal baik dirinya..” Lirih Jaejoong seraya beranjak meninggalkan Yunho.

Hening.

Hanya terdengar semilir angin yang berhembus.
Menemani kesunyian yang mendera namja tampan itu.
Ia termenung.
Meresapi setiap kalimat yang ditorehkan Jaejoong pada telinganya.


-------


Sejak saat itu Jaejoong mulai menutup dirinya.
Ia merapatkan bibir dari orang-orang terdekatnya.
Bahkan dengan Jessica Jung-nya sekalipun.
Mungkinkah karena terlalu acuhnya namja cantik itu, hingga ia bahkan tidak menyadari bahwa selama dua hari ini Yunho tidak masuk ke sekolah?

Namja cantik itu bahkan mulai sering melamun setiap jam pelajaran berlangsung.
Tidak jarang saat jam istirahat bertengger sejenak.
Membuat Jessica memiliki tugas rutin untuk selalu menyenggol lengan sahabatnya kalau ia ingin berbicara dengan namja cantik itu.

  “Ya, kau tahu apa yang terjadi pada Yunho? Ia tidak masuk selama 2 hari ini” Bisik yeoja blonde itu seraya menyalin catatan.

Namja cantik itu tertegun.
Kemudian ia mengangkat wajahnya.
Mengedarkan pandangannya ke seluruh kelas setelah mendapati bahwa kursi yang ada di seberang bangkunya telah kosong.

  “Mungkin di kantin” Sahut Jaejoong asal.


PLAKK!

Namja cantik itu meringis dalam diam.
Merasakan pukulan Jessica di kepalanya.
Aish.
Kalau saja Minho Songsaenim tidak sedang menjelaskan teori Mekanika Kuantum di depan sana, yeoja blonde itu pasti sudah mati.

  “Teman seperti apa kau hah? Sejak kemarin ia tidak masuk sekolah, kau ini amnesia atau pura-pura lupa eoh?” Ujar Jessica kesal.


DEG.

Sejak kemarin?
Jeongmall?

Namja cantik itu mencengkram erat pensil beruang kesayangannya.
Gosh.
Ia mulai gelisah.
Ck.

Namja cantik itu menoleh memandang Jessica.
Menatap mata sipit yeoja blonde itu dengan tatapan yang tidak bisa diartikan.
Dan oh well, sayangnya Jessica mengerti maksud dari tatapan itu.
Hmp.
Yeoja cantik itu segera menyobek stick note warna pink kesayangannya dan menuliskan sesuatu disana.

Kemudian ia menyerahkan kertas itu kepada Jaejoong.

Namja cantik itu menurunkan pandangannya.
Bibir cherrynya bergerak lirih membaca tulisan tangan yeoja blonde itu.

  Purple Line House, nomor 12” Bisiknya lirih.


-------


Pandangan Jaejoong menyeluruh.
Memperhatikan rumah dengan desain minimalis itu.
Ia menghela nafasnya sejenak.
Namja cantik itu mengulurkan tangannya hendak memencet bel yang ada di samping pintu berwarna putih itu.

Namun kemudian ia segera mengurungkan niatnya.

Aish.

  “Apa yang harus kukatakan jika aku bertemu dengannya?” Lirih Jaejoong bingung.


CKLEK!

DEG!

Namja cantik itu tersentak kaget ketika pintu berwarna putih itu mendadak terbuka.
Ia mendongakkan wajahnya, menatap Yunho yang mengenakan jaket kulitnya yang berwarna hitam.
Namja cantik itu menundukkan wajahnya perlahan.
Tidak berani menatap langsung mata musang yang tajam itu.

  “Yu-Yunho ah..Aku ingin minta ma---”

  “Mau apa kau kesini eoh? Minggir! Jangan menghalangi jalanku!” Ketus Yunho.

  “Aku..Aku minta maaf, Yun!” Ujar Jaejoong lirih.


TAP.

Sontak namja tampan itu menghentikan langkahnya.
Kemudian ia menoleh menatap Jaejoong yang berdiri membelakanginya.
Yunho tahu kalau namja cantik itu masih tertunduk dengan air mata yang mengalir.
Terlihat jelas dari gerakan lengan Jaejoong yang menyapu kasar sudut matanya.

Hahhh.

Namja tampan itu menghela nafas panjang dan menatap sayang namja cantik itu.


GREPP!

Ia mendekap erat tubuh namja cantik itu dari belakang.
Bahkan ia bisa merasakan tubuh Jaejoong yang bergetar pelan sekarang, karena menahan isak tangisnya yang hendak tumpah.

Yunho memutar tubuh Jaejoong hingga mereka berhadapan.
Kemudian ia kembali memeluk namja cantik itu dan mengusap lembut punggungnya, berusaha menenangkan namja cantik itu.

Sampai kemudian ia merasakan namja cantik itu balas memeluk dirinya.
Beberapa menit kemudian, namja tampan itu membawa Jaejoong masuk ke dalam rumahnya.
Ia menyuruh Jaejoong duduk di sofa yang ada di ruang tengah.

  “Tunggu disini” Ujar Yunho lembut seraya beranjak memasuki dapur.

Jaejoong tidak menyahut.
Ia hanya mengangguk seraya mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan.
Memperhatikan setiap sudut rumah mewah itu.
Ah, bersih dan rapi.

  “Ka-Kau tinggal sendiri?” Tanya Jaejoong dengan suara serak yang khas karena baru saja menangis.


TAP TAP TAP.

  “Kedua orang tuaku bekerja di luar kota, mereka pulang sebulan sekali” Sahut Yunho seraya meletakkan segelas orange juice di atas meja.

Jaejoong masih diam di tempatnya.
Hanya menatap pergerakan tangan Yunho mengatur gelas itu, hingga kemudian namja tampan itu duduk di sampingnya.

  “Katakan, apa yang membuatmu mampir ke rumahku hm?” Ujarnya pelan.

Hening.
Tidak terdengar suara jawaban apa pun.
Namja cantik itu mengepalkan kedua tangannya dengan erat.
Berusaha menahan rasa gugup yang tiba-tiba mendera dirinya.

Oh gosh.

Jaejoong melirik Yunho dengan ragu.

  “Aku ingin minta maaf..Aku tahu aku salah..Kau benar, Eunjae Hyung tidak lagi menganggapku ada, ia menghilangkan aku dari pandangannya, padahal aku---”


DEG!

Mata bening Jaejoong mengerjap pelan.
Suaranya mendadak tercekat hingga terpaksa memutuskan kalimatnya begitu saja.
Namja cantik itu merasakan tenaganya berangsur hilang ketika sepasang mata musang Yunho menatap tajam mata beningnya dan mengunci pandangannya.

Namja tampan itu mendekatkan wajahnya dengan wajah namja cantik itu.
Hingga jarak yang ada di antara keduanya semakin menipis dan bibir keduanya menempel lembut.

Jaejoong tertegun.
Ia refleks memejamkan kedua mata beningnya dan mencengkram erat lengan Yunho.
Namja tampan itu mencium bibir ranum Jaejoong dan menggigitnya pelan, mengacuhkan ringisan manis yang ditimbulkan namja cantik itu.

  “Balas aku..” Bisik Yunho seraya melumat lembut bibir atas bawah Jaejoong.

Hingga tanpa sadar namja cantik itu mulai membalas lumatan manisnya.
Kedua lengan Jaejoong memeluk erat leher Yunho untuk memperdalam ciuman merela.

Cukup lama mereka saling menghisap dan melumat manis satu sama lain, sampai kemudian Jaejoong menepuk pelan dada bidang Yunho memberitahukan namja tampan itu bahwa ia butuh oksigen.

  “Hahhh.hh..hh..Ma..Maaf..hh..” Bisik Jaejoong terengah seraya masih memejamkan kedua matanya.


SRET!

Namja tampan itu kembali menarik tengkuk Jaejoong dan melanjutkan ciuman mereka.

   “Mmph..sudah..mmhngh..ckk”

Namja cantik itu berusaha memberontak dari ciuman kedua mereka yang terasa kasar.
Yunho meraup bibirnya dan menghisapnya dengan tidak sabaran.
Seolah menekankan seluruh emosinya yang terpendam disana.
Jaejoong meringis.

Ia mendorong kasar dada bidang namja tampan itu hingga punggung Yunho menabrak kasar sandaran sofa itu.

Jaejoong merasakan wajahnya merah padam.
Ia berusaha mengatur nafasnya yang menderu tidak teratur.

  “Maaf..”

Jaejoong segera bangkit dari duduknya dan beranjak dari rumah Yunho seraya mengusap kasar bibirnya.
Namja cantik itu berjalan tanpa arah disela rintikan bumi yang menangis dari balik awan.
Jaejoong meringis.
Perasaannya berkecamuk.
Membuatnya merasa muak dan depresi.

Antara senang dan sedih.

Hingga di persimpangan jalan yang cukup sepi Jaejoong duduk di pinggir trotoar.
Ia menutup wajahnya.
Berusaha menyamarkan suara isak tangisnya dari derasnya hujan yang mulai mengguyur.


-------


  “Jessie, ada yang ingin kutanyatakan padamu”

Hmp.
Yeoja blonde itu menaikkan alisnya menahan tawa.
Ia mengangguk dan menatap mengejek namja cantik itu.

  “Well, just tell me~ Lagi pula, sejak kapan kau meminta ijin jika ingin bertanya padaku huh?”

Ups.
Yeoja cantik itu segera memperlihatkan jari damainya ketika Jaejoong menatapnya dengan tatapan membunuh.

Aigoo~

Jaejoong menghela nafas panjang.
Ia mengerutkan dahinya dan memutuskan untuk berbisik di telinga yeoja cantik itu.
Memberitahu dirinya semua yang terjadi di antara ia dan Yunho kemarin sore.

Yeoja cantik itu sempat membulatkan matanya ketika mendengar bahwa Jaejoong dan Yunho berciuman dua kali.
Tapi kemudian ia tersenyum simpul ketika Jaejoong selesai bercerita.

  “Hei, apa kau berpikir kalau aku aneh dan menjijikkan? Lalu kau akan meninggalkanku sama seperti Eunjae?” Bisik Jaejoong lagi setelah melihat reaksi sahabatnya.

Yeoja blonde itu hanya menepuk pundak Jaejoong dua kali tanpa menyahut sepatah kata pun.
Ia masih tersenyum manis dan sesekali terkekeh geli.
Seolah menganggap pertanyaan serius dari Jaejoong kepadanya adalah sebuah banyolan yang lucu.

  “Jessie, apa..Apa aku boleh berharap? Berharap lebih kepadanya?” Tanya Jaejoong lagi.

  “Ck, untuk apa kau berharap huh? Kalau harapan yang lebih dulu menghampiri dirimu? Buka matamu, sayang~” Sahut yeoja blonde itu seraya beranjak meninggalkan Jaejoong yang tertegun di kursinya.

Namja cantik itu mengerjapkan mata beningnya pelan.
Mengumpulkan potongan-potongan kenangan manisnya bersama Yunho sejak pertama kali mereka bertemu.

  [ “NAMAKU JUNG YUNHO!” ]

Dan yeah, ia sudah merasakan debaran anehnya sejak pertama kali mendengar suara namja tampan itu.

  [ “Oke, mulai sekarang aku yang akan menemanimu” ]

Perlahan Jaejoong menyentuh dadanya, menyadari perasaan yang tertahan oleh Eunjae itu telah terisi sejak kehadiran Yunho di kehidupannya.
Kemudian dia menatap lekat tangan kanannya.

  [ “Tanganmu terlalu bagus untuk menolong orang yang sudah tidak menganggapmu ada” ]

  [ “Tidakkah kau ingat kalau ia telah membuangmu dari kehidupannya huh?!” ]

  [ “Mau apa kau kesini eoh? Minggir!! Jangan menghalangi jalanku!” ]

Dan entah kenapa ada rasa sakit yang menyeruak ketika Yunho membentaknya saat itu.
Tetesan bening itu perlahan mengalir mengingat betapa bodohnya ia telah mengacuhkan seseorang yang menyayanginya dengan tulus.

  “Yunho ah..”

Namja cantik itu beranjak dari duduknya dan berlari menyusuri setiap tempat dimana Yunho biasanya berada.
Kantin, perpustakaan, atap sekolah, dan oh shit, bahkan di ruang OSIS dan laboratorium pun ia tidak bisa menemukan sosok tampan itu.

  “E-Eodisseo? Hh..hh..hhh”

Namja cantik itu berhenti sejenak.
Berusaha mengatur nafasnya yang terasa sesak.
Sedetik kemudian mata beningnya mengerjap cepat.

Tempat itu, satu-satunya tempat yang belum ia datangi.


DRAP!

Jaejoong segera berlari kencang.
Mengacuhkan keringat yang membasahi pelipisnya.

Namja cantik itu mengedarkan pandangannya menatap taman belakang sekolah.

Hmp.
Tanpa sadar senyum manisnya terulas ketika menangkap sosok yang tidak asing lagi baginya sedang duduk di bawah pohon Maple.
Tempat mereka bertengkar waktu itu.


TAP TAP TAP.

Perlahan Jaejoong berjalan menghampiri Yunho.
Ia bisa melihat dengan jelas, namja tampan itu sedang memejamkan matanya menikmati alunan musik dari ponsel miliknya.


GREPP!

Yunho tersentak kaget.
Ketika ia merasakan sebuah pelukan hangat yang mendekap punggungnya.

Perlahan Jaejoong mendekatkan wajahnya dengan telinga Yunho, menggigit tali earphone berwarna putih yang tersemat di kedua sisi telinga Yunho dan menjatuhkannya ke bahu namja tampan itu.
Kemudian ia mengecup lembut pinggir dahi Yunho seraya berbisik lirih.

  “Maaf, untuk kata-kataku yang membekaskan luka dihatimu..Maaf, untuk penolakanku terhadap ciuman kedua darimu..Dan maaf, untuk kebodohanku selama ini, yang menutup mata akan kehadiranmu..”

Hmp.

Yunho memejamkan matanya pelan.
Ia mengulurkan tangannya menggenggam lembut jemari lentik Jaejoong yang mendekap tubuhnya.
Kemudian pejaman matanya kembali terbuka, ketika Jaejoong tersenyum manis dan menenggelamkan wajahnya di bahu Yunho sambil melanjutkan bisikan lirihnya.

  “Aku mencintaimu..”


END.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar