This zone is only YunJae Fanfictions and this is our world

Selasa, 05 Maret 2013

FF/YAOI/YUNJAE/ONESHOOT/SECRET DIARY


Tittle: SECRET DIARY

Genre: YAOI

Author: Shella Rizal a.k.a Park Sooji

Cast: Yunjae and other

Length: ONESHOOT

Rating: family-hurt-friendship-fantasy

WARNING: BOY x BOY! Yg ga suka YAOI mending cabut aja dari sini, cos author Cinta damai~
*kibar2 kutang Jae umma*


-------


  “Kau ingin aku melakukan apa?”

.
.
.

  Pudding cake~!

Hmp.
Namja cantik itu tidak bisa menahan senyumnya kali ini.
Mata beningnya bergerak lucu melirik Changmin yang baru saja mengucapkan mantra di sampingnya.

  “Minnie ah, kau penyihir yang sangat hebat, sayang sekali kalau hanya kau gunakan untuk menciptakan makanan” Ujar namja cantik itu manis.

Eoh?


Namja berwajah kekanakan itu terkekeh geli.
Ia mengangguk dan melahap pudding cake miliknya.

  “Appa bilang lebih baik aku melakukan hal yang aku suka Hyung ah”

  “Tapi bukan berarti kau harus melakukannya setiap saat”

  “Perutku yang memintanya”

  “Hahaha, arasseo”

Namja berwajah kekanakan itu kembali melakukan sihirnya.
Menciptakan satu batang permen Lollipop rasa jeruk dan melahapnya.
Membuat Jaejoong menghela nafas melihatnya.

Well, namja cantik ini benar kau tahu itu?
Changmin adalah penyihir yang berbakat di sekolah ini.
Tapi sayang, namja itu lebih memilih untuk bersenang-senang dengan kemampuannya dari pada mempelajari mantra-mantra yang rumit dan aneh.

  “Ck, sebentar lagi ujian meramu” Ujar Jaejoong menggumam.

Namja cantik itu menghembuskan nafas panjang.
Oh well.
Bersekolah di sekolah sihir terbaik dan memiliki kemampuan masing-masing bukan berarti tidak membutuhkan ujian kelulusan ania?

Jaejoong adalah salah satu dari seluruh penyihir yang ada.
Well, mungkin ia tergolong spesial.
Karena tidak semua penyihir bisa meraih nilai tertinggi saat musim ujian dimulai.

  Strawberry cake

Jaejoong melirik Changmin yang masih ingin makan.
Ia mendesah dan menatap lekat kue itu.

  Worms” Bisiknya jahil.


BRAKK!

Changmin memekik kaget seraya membanting kuenya ke atas meja.
Membuat Jaejoong tidak bisa menahan tawanya.
Aigoo~
Wajah panik bercampur kaget itu terlihat sangat lucu!

  “Hyung!!” Jerit Changmin kesal.

Jaejoong tidak merespon.
Ia masih sibuk tertawa.

Cih.

Changmin mendengus kesal seraya melenyapkan kue yang kini digeluti banyak cacing itu.
Menjijikkan.
Nafsu makannya hilang entah kemana sekarang.

  “Jae Hyung! Changmin!”

Kedua penyihir muda itu menolehkan wajah mereka.
Memandang Junsu yang berlari menuju mereka.

  “Otte? Kau berhasil mengubah tanaman ogre menjadi buah Apel?” Tanya Jaejoong tersenyum.

Junsu tersenyum ceria.
Ia menyibakkan jubah hitamnya yang menggantung di kerah kemeja hitamnya.
Ah, mereka semua memakainya.
Seragam kebanggaan DongBang Wizards School.

  “Aku sangat takut! Ujian praktek untuk tahun ini semakin sulit dari yang sebelumnya!” Cerocos Junsu.

  “Tapi sepertinya Changmin sama sekali tidak khawatir, ia sibuk mengisi perutnya sejak tadi” Kekeh Jaejoong geli.

Membuat namja berwajah kekanakan itu mengerucutkan bibirnya.

  “Jja, Hyung, aku harus segera melanjutkan ujian di ruang enam!” Ujar Junsu tersenyum.

Namja cantik itu menganggukkan wajahnya.
Sementara Changmin tampak menggumam tidak jelas.
Memikirkan makanan apa yang akan ia makan kali ini.


-------


Namja cantik itu menghela nafasnya.
Ia baru saja kembali dari sekolah.
Sekarang ia berada di asrama.

Hahh.

Jaejoong melepas jubah hitamnya dan menggantungnya.
Kemudian ia merebahkan dirinya di atas ranjang dan mendesah pendek.

  Violins” Gumam Jaejoong seraya memejamkan matanya.

Kepulan asap tipis berwarna ungu menyeruak di udara.
Perlahan membentuk dua pasang biola yang saling menggesek merdu.
Memainkan satu lagu Lullaby menemani Jaejoong tidur.
Ah, namja cantik itu tidak bisa terlelap pulas tanpa musik yang mengalun.

Kedua mata bening itu terpejam damai.
Nafas Jaejoong menderu teratur secara perlahan.

Membuatnya segera memasuki dunia mimpi.


SSRAK!

Namja cantik itu terkejut.
Tapi ia sadar.
Jaejoong sudah terbiasa terjatuh ke dalam dunia mimpinya sendiri.

Hei, disini bukan seperti di duniamu yang menikmati mimpi dengan mengeluh manja pada bantal.
Tapi ikut bermain dalam mimpimu sendiri.


TAP TAP TAP.

Jaejoong menoleh.
Memandang dua penyihir muda yang berjalan menelusuri lorong sekolah mereka yang berbentuk kastil.
Ah, dan tentu saja.
Selama berada di dalam dunia mimpi, tidak ada yang bisa menyentuhmu atau bahkan melihatmu.

  “Kau mendengarnya kan?”

Jaejoong menaikkan alisnya.
Menatap seorang penyihir yang terlihat manis.

  “Ne Taeminnie, aku mendengarnya” Sahut namja bermata kucing yang berjalan di samping Taemin.

Jaejoong memutuskan untuk mengikuti mereka berdua.

  “Suara gaungan iblis itu benar-benar menakutkan” Bisik Taemin lirih.

Membuat Key tersenyum kecil.

  “Yeah, kita beruntung ketua senat sekolah berhasil menangkap iblis itu dan mengurungnya, kalau tidak sekolah ini akan ditutup” Sahutnya.

Mwo?
Jaejoong menaikkan alisnya.
Apa?
Iblis??

Mendadak jantung namja cantik itu berdebar ringan.
Keringat dinginnya menetes perlahan.
Gosh.

Iblis adalah satu-satunya yang ditakuti para penyihir!

  “Menurutmu tidak akan terjadi sesuatu yang lebih mengerikan dari pada ini?”

  “Apa maksudmu, Taemin ah?”

  “Tadi pagi patung penyihir yang ada di belakang sekolah terbakar dengan sendirinya, aku takut, benda itu seolah memperingatkan kita akan petaka yang menunggu”

  “Hush! Jangan berpikir yang tidak-tidak! Lebih baik kau fokus, sebentar lagi ujian praktek akan segera dimulai Taemin ah!”

Namja berkulit susu itu mengangguk pasrah.
Ia menghela nafasnya dan merapatkan tubuhnya pada Key.
Ia terlalu takut.
Karena suara gaungan dari seorang iblis, akan terus menghantuimu sampai mati.
Kecuali jika kau memiliki mantra yang cukup kuat untuk menahannya.

Jaejoong mendesah pendek.
Ia mengerutkan dahinya.
Namja cantik itu melupakan sesuatu.
Ia belum melihat tahun berapa mimpinya kali ini.

Jaejoong berlari kecil menuju lemari kaca yang tergeletak di sudut lorong kastil.
Ia mengedarkan pandangannya menatap piala-piala tahunan itu.

  “Mwo??”

Mata bening Jaejoong membulat.
Berarti ini adalah 210 tahun yang lalu?

  “AKU INGIN KAU SEGERA MELENYAPKANNYA, JONGHYUN AH!”


DEG!

Jaejoong terkejut.
Ia menoleh dan mendekati pintu pohon ek itu.
Kemudian ia menembus masuk menatap dua penyihir senior yang dikenalnya.

Kim Jonghyun sang ketua senat dan Lee Jinki, ketua dewan sekolah.

  “Kau tahu butuh pengorbanan yang besar untuk melenyapkan seorang iblis, Jinki” Sahut Jonghyun datar.

  “Kita tidak bisa menunggu lama! Bagaimana kalau tiba-tiba iblis itu melepaskan diri dan menghisap roh para murid?” Ujar Jinki.

  “Kau hanya terlalu takut, Jinki ah” Balas Jonghyun mendengus.

Jaejoong menahan nafasnya.
Barusan ia merasakan sesuatu yang membuat tubuhnya merinding.

Namja cantik itu mendengar suara bisikan nakal yang merasuk.

Ya tuhan.


TAP TAP TAP.

Jaejoong tidak mengerti.
Kakinya bergerak sendiri.
Membawanya masuk menembus pintu besi tua yang ada di dekat Jinki dan Jonghyun.


DEG!!

Nafas Jaejoong tercekat.
Mata beningnya terpaku.
Tubuhnya tidak bisa bergerak.

Jantungnya berdebar sangat kencang.
Ketakutan.
Menatap sesosok iblis yang sedang duduk bersandar di ambang jendela yang sudah tersihir.
Leher iblis itu dirantai agar ia tidak lari.

Iblis itu menyeringai.
Ia menolehkan wajahnya menatap Jaejoong yang terdiam disana.


SSRAK!

Jaejoong tidak bisa menggerakkan tubuhnya.
Ia dikendalikan.
Matanya menatap sang iblis yang menyeruakkan kedua sayapnya yang berwarna hitam.
Mata merah itu berkilat-kilat tajam.

Jaejoong menelan salivanya.

  “Aku sudah lama menunggumu, BooJae” Bisik Iblis itu.

Jemarinya menyentuh wajah Jaejoong.
Mengusap dagunya lembut.

  “Butuh waktu lama bagiku untuk menunggu kehadiranmu, menunggu waktu yang sudah kusegel untuk memerangkapmu dalam mimpi ini” Ucap Iblis itu lagi.

Jaejoong mengerutkan dahinya.
Ia merasakan perasaan aneh yang merasukinya saat semakin menatap dalam mata musang yang tajam itu.

  “Ke..Kenapa..” Lirih Jaejoong tercekat.

Sang Iblis terdiam.

  “Kenapa..Kenapa aku? Kenapa harus aku?” Balas Jaejoong memberanikan diri.

Heh.
Iblis itu terkekeh lirih.

Ia mengendus lembut leher jenjang Jaejoong.

  “Karena hatiku yang memilihmu, bola ramalan mengungkapkannya kepadaku”

  “Apa yang kau inginkan?”

  “Bebaskan aku”

  “Bagaimana aku bisa membantu seorang iblis eoh?”

  “Karena bukan aku yang melakukannya, bukan aku”

  “A-Apa maksudmu?!”

Iblis itu menatap dalam mata bening Jaejoong.
Seolah ingin menyampaikan sesuatu yang tertahan.

Namun mendadak Jaejoong merasakan dunianya limbung.
Waktu seolah menyedotnya.
Namja cantik itu meringis.

  “Ngie..Jaejoongie, Jaejoongie ireona!”


DEG!!

Mata bening yang terpejam itu terbuka mendadak.
Jaejoong terkejut.
Nafasnya menderu kencang.
Wajah dan lehernya basah oleh keringat.

Ya tuhan.

Mimpi apa itu?

  “Akhirnya kau bangun juga, kau baik-baik saja?” Tanya Yoochun menaikkan alisnya.

Namja cantik itu menoleh.
Menatap teman sekamarnya yang bernama Park Yoochun.

  “Ne..Gwenchana” Sahut Jaejoong lirih.

Yoochun mendesah pendek.
Ia menepuk lembut bahu namja cantik itu.

  “Kau terus mengigau tidak jelas, kupikir kau dalam bahaya, lain kali ucapkan mantra agar kau terbangun saat bahaya mengancam dari mimpimu, aku tidak ingin kau mati konyol karena mimpimu seperti Tiffany”

  “Ne, arasseo..”

Yoochun mendesah pendek.
Ia segera beranjak dan melepas jubah hitamnya.
Kemudian ia menyibukkan diri dengan buku sihirnya.

Mengacuhkan Jaejoong yang kini termenung di ranjangnya.


-------


  “Iblis?”

Changmin dan Junsu membulatkan mata mereka.
Menatap Jaejoong yang menunduk lesu.

  “Lalu, apa yang diinginkannya?” Tanya namja berwajah kekanakan itu.

  “Ia ingin aku melepaskannya, kau tahu, ia bilang bukan ia pelakunya” Sahut Jaejoong lirih.

Junsu mengernyitkan dahinya.

  “Pelakunya? Maksudmu?”

  “Aku sendiri tidak mengerti, sepertinya ada sesuatu yang terjadi 210 tahun yang lalu, dan ada yang menjebaknya”

  “Iblis menjebak iblis?”

Changmin menatap serius mata Jaejoong.
Ia berbisik.

  “Aku pernah mendengar dari penyihir yang sudah lulus beberapa waktu lalu, bahwa sekolah ini hampir ditutup 210 tahun yang lalu karena perbuatan seorang iblis”

Jaejoong dan Junsu terdiam.

  “Ia membakar patung penyihir dan memakan jiwa kepala sekolah terdahulu”

Mwo?

Setahu mereka kepala sekolah DongBang Wizards School adalah penyihir terkuat yang pernah ada.
Ia yang mendirikan sekolah penyihir ini sejak ratusan tahun yang lalu!

  “Lalu Jonghyun Hyung menangkap iblis itu”

  “Ia membunuhnya?”

  “Aku tidak tahu, tidak ada yang tahu, Jonghyun Hyung menghilang sejak saat itu”

Jaejoong menatap Junsu.
Namja imut itu mengusap lembut jemari sepupunya.

  “Mungkin ini memang takdirmu, Hyung”

  “…”

  “Kalau iblis yang ada di dalam mimpimu itu tidak berbohong, berarti saat ini ada seorang pengkhianat yang berbaur bersama kita”

  “Junsu?”

  “Aku terlalu takut untuk mengatakannya, tapi, mungkin saja iblis lain yang melakukan hal itu menyusup sebagai seorang penyihir untuk menunggu jiwa terkuat yang akan dilahapnya lagi”

Jaejoong menelan salivanya.


-------


  Violins

Jaejoong mendesah panjang.
Ia berbaring dan mencoba menyamankan dirinya dengan suara kedua biola yang mengalun merdu itu.
Namja cantik itu memejamkan kedua matanya dan bersiap memasuki mimpinya lagi.


SSRAK!

Jaejoong membuka kedua matanya.
Ia kembali.
Hm, sepertinya Iblis itu benar-benar mengikatnya dalam mimpi ini ania?

  “Kau masih disini?” Tanya Jaejoong pelan.

Iblis itu tersenyum.
Menyeringai mengangguk.

  “Jonghyun Hyung menghilang setelah menangkapmu, apa yang sebenarnya terjadi?”

  “Kau akan segera tahu setelah ini”

Jaejoong terkejut ketika mendadak pintu besi tua itu terbuka kasar.
Memperlihatkan sesosok penyihir yang menawan berjalan masuk.
Jonghyun menatap tajam mata Iblis itu.

  “Jinki memintaku untuk segera melenyapkanmu” Ujar Jonghyun pelan.

Iblis itu terkekeh geli.

  “Apa yang lucu?!” Jerit Jonghyun marah.

  “Kau yakin bisa melenyapkan seorang Iblis begitu saja? Dasar penyihir” Ledek Iblis itu.

Jonghyun menggeram.
Ia baru saja akan mengeluarkan mantranya.
Namun Iblis bermata musang itu sudah lebih dulu membuatnya tidak bisa bergerak.
Perlahan Iblis itu melayang menghampiri Jonghyun.
Kemudian ia menyentuh lembut dagunya.

  “Aku tidak akan membiarkan namaku disalah pahamkan oleh seluruh makhluk yang ada, bukan aku yang menghisap jiwa si tua itu” Bisik Iblis itu pelan.

Jonghyun menajamkan matanya.

  “I’ll suck your soul for the reality” Desis sang Iblis seraya membuka mulut Jonghyun.

Jaejoong melotot.
Ia bergetar hebat.
Matanya menangkap jelas roh Jonghyun yang dihisap oleh Iblis itu.


BRUKK!

Iblis itu berlutut.
Bibirnya meracaukan mantra yang tidak dikenal oleh Jaejoong.
Kemudian muncul sinar gelap yang menyelimuti dirinya.
Sampai kemudian Iblis itu menghilang.
Berganti menjadi sebuah buku yang tergeletak di tengah-tengah gelungan rantai.

Jaejoong terkejut saat merasakan tubuhnya hendak tersedot oleh sang waktu.
Gawat!
Ia akan segera bangun!

Namja cantik itu segera merebut buku itu tanpa pikir panjang dan memejamkan matanya erat.


DEG!

  “Hahhh..hhh…hhhhh”

Mata Jaejoong melebar.
Nafasnya menderu tidak teratur.
Namja cantik itu mengerjapkan matanya dan menunduk.

Kedua tangannya mendekap sebuah buku di dadanya.

Gosh..


-------


Ujian praktek pertahanan diri baru saja selesai.
Dan hari ini Jaejoong lebih memilih segera menyendiri di kamarnya.
Meninggalkan Changmin dan Junsu yang mungkin sedang menunggunya di perpustakaan.
Namja cantik itu menaikkan alisnya menyadari Yoochun tidak berada di sana.

Jaejoong melepas jubah hitamnya dan duduk di kursi meja belajarnya.
Ia mengeluarkan buku yang kemarin malam didapatkannya.

Namja cantik itu membuka halaman pertama.
Kosong.
Tidak ada tulisan apa pun disana.


SRET.

Jaejoong mengambil pena bulunya dan mencelupkannya ke dalam tinta.


CLUK.

Eoh?
Ia tidak salah lihat ania?
Tinta yang menetes dari ujung pen-nya hilang ditelan lembaran buku itu!

Jaejoong merasakan jantungnya berdebar-debar.
Ia memberanikan diri untuk menulis satu kalimat di atas halaman pertama itu.

  Apakah ini kau?

Tulisan itu segera menghilang tanpa bekas.
Jaejoong menahan nafasnya.
Menatap sebuah kalimat yang muncul membalas pertanyaannya.

  Kau pintar

Kemudian tulisan itu segera menghilang.
Jaejoong kembali mencelupkan penanya ke dalam tinta.
Lalu ia menulis kembali.

  Siapa namamu?

Kalimat Jaejoong menghilang.
Berganti menjadi tulisan lain yang menyeruak.

  Yunho

Mata Jaejoong mengerjap.
Ia menekan perutnya yang mendadak bergejolak.
Seakan ada ratusan kupu-kupu dari dalam sana.
Ya tuhan apa ini?

  Aku sudah memikirkan hal ini, apa yang harus kulakukan untuk membantumu?

Tulisan Jaejoong kembali hilang.
Yunho membalasnya.

  Bawa jiwaku bersamamu, temukan Iblis yang sudah berkhianat atas namaku

  Bagaimana caranya?

  Iblis yang menyamar menjadi seorang penyihir tidak akan berbentuk sempurna, ia meninggalkan tanda pada tubuhnya

  Tanda?

  Kau akan melihat lambang bulan sabit yang tersegel di atas kulitnya

Jaejoong meringis.
Mendadak kepalanya terasa sakit.
Ada sebuah ingatan yang meraung ketika ia membaca kalimat terakhir Yunho.

Bulan sabit yang tersegel.

Ia pernah melihat tanda itu sebelumnya!

Tapi..

Dimana?

  Jae? Kau baik-baik saja?

  “Uhhh…hhh”

Jaejoong mencengkram kepalanya kuat.
Ia tidak bisa memaksa ingatannya.
Namja cantik itu berusaha membalas pertanyaan Yunho.
Namun yang terjadi adalah jemarinya menggesek pena itu.
Membuat satu garis lurus yang menekan lembaran putih itu.

Namja cantik itu berteriak lantang.
Mengacuhkan sinar gelap yang menyeruak dari buku kosong itu.
Iblis tampan itu kembali ke wujud aslinya.

  “A-Appoo..Hhngkkh..”

Yunho segera memeluk Jaejoong dengan erat.
Ia mengecup lembut puncak kepala Jaejoong.
Menggumamkan mantra penyembuh dari bibirnya.

Perlahan suara rintihan Jaejoong lenyap.
Hanya terdengar suara deru nafasnya yang tidak teratur.

  “Seseorang..Seseorang menghapus ingatanku..” Bisik Jaejoong lirih.

Jemarinya mencengkram erat punggung Yunho.
Iblis itu terdiam.
Pengkhianat itu sudah tahu kalau ia telah memilih Jaejoong untuk menyelamatkannya.

  “Tenanglah, kau akan mengingatnya kembali” Balas Yunho pelan.

Jaejoong mendesah pendek.
Ia menundukkan wajahnya.
Namja tampan itu mengecup lembut dahi Jaejoong.
Kemudian ia menundukkan wajahnya seraya memiringkannya sedikit.

  “Akhirnya aku bertemu denganmu secara nyata” Lirih Yunho di atas bibir namja cantik itu.

Jaejoong menahan nafasnya.
Ia bisa merasakan bibirnya dihisap lembut.
Dengan gigitan nakal yang mendominasi.

Ya tuhan.

Ia membiarkan dirinya tenggelam dalam rengkuhan seorang Iblis yang dimusuhi kaumnya.


-------


  “Sejak kapan kau membawa-bawa buku diary?” Tanya Changmin menaikkan alisnya.

Jaejoong terkekeh kecil.
Ia menjulurkan lidahnya mengejek Changmin.

Jish -_-

  Chocolate Ice Cream!

  “Demi Neptunus, Changmin ah! Kapan kau akan berhenti memunculkan makanan dengan sihirmu?”

  “Aku lapar Hyung”

Jaejoong menggelengkan kepalanya.
Ia tersenyum kecil menghadapi kepolosan sahabatnya yang satu ini.
Aigoo.

  “Ah, Hyung, itu teman sekamarmu ania?”

Jaejoong menoleh.
Memandang Yoochun yang tampak menyendiri di sudut perpustakaan.
Namja cantik itu mengerjapkan mata beningnya.

  “Ne, kau benar”

  “Apa yang dilakukannya disana?”

  “Molla, kelihatannya itu bukan urusan kita ania?”

Changmin mengangguk.
Ia kembali melahap es krimnya.

  Blind fold

  “YAH! HYUNG!!”

Namja berwajah kekanakan itu menjerit seraya mengerucutkan bibirnya.
Membuat Jaejoong terkikik geli.
Namja cantik itu menyihir kedua mata Changmin agar tertutup rapat.
Jaejoong segera membuka buku diary rahasianya dan menuliskan sesuatu disana.

  Menurutmu Yoochun memiliki tanda itu?

Tulisan itu hilang dalam sekejap.
Berganti menjadi balasan.

  Aku tidak tahu, tapi aku bisa merasakan aura yang familiar saat ini

Ah.
Jaejoong mempoutkan bibir cherrynya lucu.
Ia masih membiarkan Changmin yang sedang terdiam memikirkan mantra apa yang akan ia gunakan untuk mematahkan sihir Jaejoong padanya.

  Apa yang sedang kau lakukan?

  Kau ingin aku melakukan apa?

Jaejoong terdiam.
Mata bulatnya menatap lurus lembaran kosong itu.
Beberapa detik kemudian ia tersenyum kecil dan kembali menulis.

  Menciumku

Namja cantik itu segera menutup buku diary itu sebelum tulisan Yunho muncul membalas.
Jaejoong terkikik dan menghilangkan penutup mata yang ia ciptakan.

  “Kau sungguh tidak berkepripenyihiran!” Jerit Changmin histeris.

Eoh?
Jaejoong menutup mulutnya menahan tawa.
Wajah Changmin benar-benar terlihat sangat menggemaskan.

  “Eodisseo?” Tanya namja berwajah kekanakan itu saat melihat Jaejoong beranjak dari duduknya.

  “Mengganti pakaian” Balas Jaejoong tersenyum.

Namja cantik itu segera melangkahkan kakinya.
Ia mendekap erat buku itu.
Mata beningnya memicing saat ia melewati Yoochun.


CKLEK.

Jaejoong membuka pintu asrama dan masuk ke dalam kamarnya.
Ia meletakkan buku itu di atas meja belajarnya.
Kemudian ia menghela nafas dan membuka kemeja hitamnya.


GREPP!

Namja cantik itu tersentak.
Merasakan dekapan erat seseorang di pinggangnya.
Ia meringis geli saat mendengar suara desahan nafas yang begitu memabukkan.

Jaejoong memiringkan wajahnya.
Mencoba membalikkan tubuhnya.

  “Yunho?” Lirihnya pelan.

Iblis tampan itu menyeringai kecil.
Ia mengendus lembut pinggiran dahi Jaejoong.

  “A-Apa yang kau lakukan?”

  “Menciummu”

Mata bening itu refleks terpejam ketika Yunho menempelkan bibirnya di atas bibir Jaejoong.
Iblis tampan itu merebahkan punggung telanjang namja cantik itu ke atas ranjangnya.
Ia memiringkan wajahnya, mencoba memperdalam ciuman mereka.

  “Mmh!”

Jaejoong mengerang tertahan saat ia merasakan tenaganya dihisap perlahan oleh Yunho.
Iblis itu berbisik lirih di telinganya.

  “Maaf, aku sedikit lapar saat ini”

Jaejoong tidak menyahut.
Ia terlalu terbuai untuk melawan.
Seolah seluruh sarafnya lumpuh oleh Yunho.

Iblis tampan itu menurunkan kecupannya.
Menjilat nakal leher jenjang namja cantik itu dan menusukkan taringnya pelan.

  “Tidak hanya darahmu yang terasa manis, tapi juga jiwamu..” Bisik Yunho lembut.

Jaejoong kembali memejamkan matanya saat Yunho beranjak mencium bibirnya lagi.
Berbagi darah miliknya yang melekat di lidah basah Yunho.

  “Hahhh! Hhh..hh..hh..”

Suara desahan nafas terdengar jelas.
Namja cantik itu merasakan kepalanya pusing.
Ia menyentuh dahinya erat.

Mata beningnya menatap Yunho yang sudah menghilang.
Kembali berubah menjadi buku usang yang kosong itu.

Hmp.

Namja cantik itu tersenyum kecil tanpa sadar.
Ah, sepertinya ia telah jatuh cinta kepada iblis yang satu itu.


-------


Yoochun mengerutkan dahinya tidak mengerti.
Jaejoong mendadak menarik tangannya menuju halaman belakang kastil setelah pelajaran berakhir.

  “Kau orangnya kan?” Tanya Jaejoong berdesis.

  “Apa maksudmu Jae?” Balas Yoochun tidak mengerti.

Namja chubby itu mengerutkan dahinya.
Membuat Jaejoong mendesah lirih.

  “Aku melihat lambang bulan sabit yang tersegel di punggungmu semalam! Penyamaranmu ketahuan!” Ujar Jaejoong lantang.

Yoochun terdiam.
Mata sipitnya bergerak pelan.

  “Aku sama sekali tidak memiliki yang seperti itu di tubuhku, Jaejoongie! Ada apa denganmu eoh?”

  Crustacio!

  “AAAKKHH!”

Namja chubby itu terlempar.
Ia meringis merasakan saraf tubuhnya terjepit oleh sihir Jaejoong.
Yoochun memejamkan matanya erat.
Ia benar-benar tidak mengerti dengan apa yang dibicarakan namja cantik itu.

  “Jae..Hen..ti..kann..nngghh!” Yoochun tersiksa.

Namja chubby itu meneteskan darah dari hidungnya.
Sementara Jaejoong masih diam.

  “Hyung! Apa yang kau lakukan?!”

Jaejoong menoleh.
Menatap Changmin yang berlari ke arahnya.

  “Lebih baik kau menjauh Minnie ah!”

  “Mwo? Kenapa?”

  “Namja ini memiliki lambang bulan sabit yang tersegel di tubuhnya!”

  “Benarkah?!”

Jaejoong mengangguk.
Ia menahan nafasnya.
Mengacuhkan buku diary yang ada dalam dekapannya terlihat bergerak pelan.

  “Apakah lambangnya seperti ini?” Tanya Changmin terkekeh.


DEG!

Jaejoong tersentak kaget.
Mata beningnya membulat sempurna.
Menatap tidak percaya ukiran bulan sabit yang tersegel dengan warna merah menyala di lengan dalam Changmin.

Perlahan tubuh Jaejoong bergetar ringan.
Ia memundurkan langkahnya.

  “Ka-Kau? Jadi kau Iblis itu?” Lirih Jaejoong lemah.

Shim Changmin tertawa kecil.
Ia mengangkat bahunya.

  “Kau sengaja membuatku mencurigai Yoochun saat di perpustakaan!” Teriak Jaejoong meringis.

  “Aku hanya ingin bermain, bukankah ilusi yang kuciptakan di punggung Yoochun terlihat nyata ania? Hahaha” Tawa Changmin lantang.

Namja cantik itu terpaku.
Bola matanya bergerak pelan.
Tenggorokannya tercekat.

Ia benar-benar tidak menyangka, kalau sahabat baiknya yang selama ini berada di sampingnya, ternyata adalah jelmaan seorang Iblis jahat.
Tidak.
Sama sekali tidak.

  Tortruce” Desis Changmin lirih.


BRUKK!

Jaejoong terhempas.
Ia merintih, Changmin menyiksanya dengan mantra terlarang.
Perlahan tetes bening itu mengalir dari sudut mata Jaejoong.
Tubuhnya terasa terkikis secara perlahan.

  “Junsu benar, selama ini aku berdiam diri untuk menunggu jiwa terkuat yang akan membuatku abadi, jiwamu, Jaejoong Hyung, untung saja aku sempat menghapus ingatanmu saat kau melihat lenganku dulu” Ucap Changmin tersenyum kecil.


BRUKK!

Mendadak Changmin terhempas.
Yunho memperlihatkan wujud aslinya.
Ia menatap penuh amarah namja berwajah kekanakan itu.

  “KAU! MENGKHIANATIKU DENGAN MENCORENG NAMAKU!!” Marah namja tampan itu.

Changmin menyeringai.
Ia beranjak bangkit dari duduknya.

  “Aku selalu berharap agar Jonghyun berhasil membunuhmu waktu itu, dan selamanya hasil dari kejahatanku tertoreh padamu” Bisik Changmin pelan.

Yunho mengepalkan jemarinya erat.
Telinganya panas mendengar suara rintihan Jaejoong yang terhempas di dekatnya.

Namja tampan itu melesat menyerang Changmin.
Namun namja berwajah kekanakan itu berhasil menahannya.
Mereka saling mendorong satu sama lain seraya merapalkan mantra terlarang.

Jaejoong membuka matanya.
Ia menggeleng memandang aura gelap yang menyelubungi keduanya.

Tidak.
Tidak!
Yunho bisa ikut mati kalau ia menyelesaikan mantra terlarang itu!
Namja tampan itu akan mengunci jiwa Changmin ke dasar neraka!

  Cherry Pie..” Lirih Jaejoong berbisik.

Kepulan asap berwarna ungu yang muncul di udara membentuk sebuah pie cherry.
Benda itu melesat menuju kedua iblis yang sedang bertarung disana.

  “AH!”

Changmin memekik kaget ketika pie itu menabrak kepalanya.
Ia kehilangan konsentrasi, membuat seluruh mantranya lenyap begitu saja.
Yunho hampir menyelesaikan mantra terlarangnya, namun sebelum ia meng-atasnamakan mantra itu kepada Changmin, sebuah suara cempreng membuatnya terdiam.

  BOMBARDER!


BRUSHHH!

Kim Junsu terjatuh setelah merapalkan sihirnya.
Ia mengerahkan seluruh tenaganya untuk mengarahkan mantra terlarang itu kepada Changmin.

Iblis berwajah kekanakan itu remuk menjadi debu.
Tubuhnya terbakar api berwarna hijau.

Jaejoong terpaku di tempatnya.

  “Ch-Chunnie” Lirih Junsu terkaget.

Namja imut itu mendekati Yoochun yang sudah tidak sadarkan diri.
Ia meringis.

  “Ia hanya pingsan” Ujar Yunho.

Junsu mendesah panjang.
Ia benar-benar kelelahan.
Namja imut itu menoleh, menatap Jaejoong yang sedang dibantu oleh Yunho untuk bangun.

  “Yoochun menemuiku beberapa waktu yang lalu, ia ditugaskan oleh Jinki Hyung untuk mengawasi Changmin yang dicurigai sebagai Iblis yang menyamar karena ada seorang penyihir yang tidak sengaja melihat lambang bulan sabit tersegel itu di lengannya” Ujar Junsu terengah.

Mata bening Jaejoong mengerjap.
Ia benar-benar bodoh telah tertipu oleh namja berwajah kekanakan itu selama ini.
Gosh.

  Teleportation!

Junsu dan Yoochun menghilang.
Mereka berpindah ke ruang kesehatan sekolah.

Meninggalkan Yunho dan Jaejoong berdua.

  “Sebenarnya apa hubunganmu dan Changmin?” Tanya Jaejoong menaikkan alisnya.

  “Dia adikku” Sahut Yunho pelan.

Mwo?

Jaejoong melotot tidak percaya.

  “Aku benar-benar marah padanya waktu itu, karena ia menelan jiwa kepala sekolah tanpa membaginya denganku, terlebih lagi ia membuatku tertangkap dan memegang perbuatannya”

  “Kau beruntung bertemu denganku waktu itu!”

  “Itu karena aku sudah lebih dulu mengetahuinya dari bola ramal yang dimiliki keluargaku”

  “Aish”

Namja cantik itu menarik nafas panjang.
Ia mendongak menatap Yunho.

  “Lalu, apa yang akan kau lakukan setelah ini?” Tanyanya.

Namja tampan itu tersenyum kecil.
Ia mengusap lembut poni almond Jaejoong.

  “Kau ingin aku melakukan apa?”

  “Menikahiku”

Eoh?
Iblis tampan itu menaikkan alisnya dan terkekeh kecil.


END.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar