Tittle:
VERTIGO
Genre:
YAOI
Author:
Shella Rizal a.k.a Park Sooji
Cast:
Yunjae and other
Length:
CHAPTER
Rating:
family-romance-hurt-posessive-mpreg-incest for the
twin-friendship
WARNING:
BOY x BOY! Yg ga suka YAOI mending cabut aja dari sini, cos author Cinta damai~
*kibar2
kutang Jae umma*
CAUTION:
JUNG JAEHO, JUNG JUNHON, JUNG YUNJAEYUN, DAN JUNG JU HEE ARE MINE CAST!
-------
In your arms, in
this long darkness, I have fallen deeply.
Cause I’ve been
waiting for you and you’ve been waiting for me.
PART
1.
“Tepat
pukul delapan pagi pesawat pribadi dari Osaka telah mendarat di bandara
Incheon. Putra bungsu dari keluarga konglomerat Kim yang selama ini menetap di
Tokyo telah memutuskan untuk kembali ke negeri kelahirannya setelah bertahun-tahun
tinggal di negeri saku—”
KLIK.
Pria cantik itu menghela nafas pelan
setelah ia mematikan aplikasi radio yang terdapat di dalam ponsel canggihnya.
Ia melepaskan headset yang menempel di telinga kanannya dan mengalihkan
pandangannya ke jendela mobil.
Seoul berubah banyak—untuk 10 tahun
silam setelah kepergiannya—.
Sepasang mata bulat itu mengerjap ketika
ia tanpa sengaja melihat kedai yang menjual gulali warna-warni.
Namun dengan cepat pula ia menguasai
dirinya.
Ck, ia sudah dewasa sekarang.
Tidak pantas lagi untuk memegang
gula-gula kapas itu.
“Kita sudah sampai, Tuan Muda”
Suara celetukan sang supir membangunkan pria
cantik itu—Kim Jaejoong—dari lamunannya.
Ia melirik jendela dan memperhatikan
para reporter dan wartawan yang sudah berkerumun di belakang pita pembatas yang
sudah diamankan oleh beberapa pengawal dari keluarganya.
Kemudian pintu Lamborghini Murchielago itu terbuka dari luar oleh sang supir.
Jaejoong segera beranjak keluar dari
dalam mobil mewah tersebut dan segera dihujani oleh kilatan blitz dari kamera-kamera yang ada.
Pria cantik itu memakai kacamata
hitamnya dan berjalan memasuki lobi gedung raksasa itu diiringi oleh dua
pengawalnya.
Tidak mengacuhkan pertanyaan-pertanyaan
yang dilontarkan oleh reporter di sepanjang langkah kakinya.
Suasana mendadak hening ketika Jaejoong
berhasil melewati pintu putar yang terbuat dari kaca tebal itu.
Ia membuka kacamatanya dan memandang
beberapa orang penting di negeri ini tampak sedang berdiskusi di sofa yang
terdapat di ujung lobi gedung.
Beberapa pria berjas mahal dan wanita
dengan pakaian formalnya beriringan memasuki lift dengan tab di tangan
mereka.
Lalu Jaejoong melirik lima wanita cantik
yang berdiri di balik meja resepsionis.
“Selamat datang, Tuan Muda Kim, mari ikuti saya” Ujar salah seorang dari
wanita-wanita cantik tersebut.
Jaejoong segera melangkahkan kakinya
mengikuti wanita dengan rok pendek tersebut.
“Silahkan masuk, Tuan Muda Kim” Ujar wanita tersebut setelah mereka
sampai di depan sebuah pintu yang terbuat dari kaca berwarna hitam dengan kenop
platinum yang indah.
CKLEK.
Pintu tersebut terbuka oleh seorang
pengawal yang berdiri di samping Jaejoong.
Pria cantik itu segera melesat masuk ke
dalam ruangan minimalis tersebut.
Ia menaikkan alisnya, menatap dua lemari
buku yang didesain sedemikian rupa hingga buku-buku tersebut tampak berjejer
miring dalam setiap celah.
Hitam dan putih.
Eoh, buku-buku tersebut sepertinya hanya
penghias ruangan saja.
“Perfeksionis sekali” Gumam pria cantik itu pelan.
“Oh, itu dia putraku”
Pria cantik itu menolehkan wajahnya
ketika ia mendengar suara ayahnya.
Sepasang mata bulat yang besar itu menatap
intens sosok seorang pria tampan yang berdiri di samping Hangeng Kim—ayah dari
Jaejoong—.
Oh—setelan armani berwarna hitam yang sangat
pas di tubuh tegapnya, sepatu pentofel kualitas terbaik yang khusus dipesan
dari Italia, jam tangan yang tidak bisa kau bayangkan harganya, dan satu earphone yang terpasang di telinga kiri
pria tampan tersebut.
Jaejoong menaikkan alisnya, kemudian ia
mengalihkan pandangannya lebih ke atas.
DEG.
Ya Tuhan, wajah yang sungguh tampan.
Mata musangnya begitu tajam, dan bibir
seksinya yang menyunggingkan seringai sombong.
“Puas mengamatiku, Tuan Muda Kim?” Ujar namja tampan itu pelan.
Jaejoong tertegun, pipi apelnya merona
segar.
Ia segera membungkuk sopan.
“Kim Jaejoong imnida”
Pria tampan itu mengangguk.
“Jung Yunho imnida”
“Jaejoong baru saja kembali dari Jepang, ia
sudah menyelesaikan program percepatannya di sana”
Yunho segera mengalihkan atensinya
kepada Hangeng yang berbicara.
Pria paruh baya itu sudah menyuruh
Jaejoong untuk duduk di sampingnya.
Jaejoong hanya mengangguk patuh.
“Oh ya? Jurusan apa yang kau ambil, Jaejoongie?”
“Bisnis”
“Menarik sekali”
“Kenapa? Tidak cocok dengan penampilanku hn?”
“Aku tidak bilang begitu”
Hangeng Kim mengamati dengan cermat kedua
pemuda yang ada di dekatnya.
Ia menyunggingkan senyum manis dan
bersidekap sombong kepada Yunho.
“Jaejoong adalah putra kesayanganku, Tuan Muda Jung. Kakak perempuannya
telah mengecewakanku dengan menolak untuk menjadi pewarisku” Ujar Hangeng
pelan.
Yunho menaikkan alisnya.
“Anda bisa meminta cucu pertama anda untuk—”
“Sayangnya Yorin sudah memutuskan untuk memakai hak waris dari keluarga
pihak suaminya”
“Hm, aku bisa mengerti kedua keluarga yang sama-sama memiliki pengalaman
pertama dalam hal cucu”
Jaejoong menghela nafas.
Ia mulai bosan dengan pembicaraan ini.
“Kalau begitu, hak waris sudah pasti akan jatuh kepada anak kami, iya
kan?” Tanya Yunho dengan seringai culasnya.
Hangeng menarik lebar senyumnya.
“Kami?” Gumam Jaejoong bingung.
“Sudah menjadi rahasia umum bahwa putra kesayanganku ini sungguh
istimewa” Komentar Hangeng seraya meraih wine-nya.
“Sungguh kebetulan yang tidak mungkin, Tuan Besar Kim—oh, mungkin
seharusnya aku mulai memanggilmu Aboji” Balas Yunho congkak.
Jaejoong mengerutkan dahinya.
“Appa, apa yang—”
“Ya, kebetulan yang tidak mungkin mengingat tawaran dari kedua orang
tuamu untuk menikahkan kalian”
“Appa!”
Bibir Hangeng berkedut.
Ia melirik Jaejoong.
“Appa tidak pernah mengajarkanmu untuk bersikap tidak sopan seperti itu,
Joongie” Tegurnya.
“Mianhae” Bisik Jaejoong lirih.
Yunho hanya diam.
Memperhatikan dengan penuh minat wajah
cantik yang menunduk itu.
Cantik sekali.
Pria tampan itu menggertakkan giginya
menahan bibirnya yang berkedut.
Kim Jaejoong adalah miliknya.
Miliknya.
“Jaejoong baru saja sampai, Aboji. Ia tidak tahu tentang ini sama
sekali, mungkin lebih baik Aboji melangsungkan pertemuan direksi yang tertunda
sementara aku akan menjelaskan semuanya kepada Jaejoong” Ujar Yunho tidak
sabar.
Ah.
Hangeng Kim mengangguk pelan.
Ia berdiri dari duduknya dan menepuk
pelan bahu calon menantunya.
Kemudian mengecup pipi putra
kesayangannya dan beranjak meninggalkan ruangan mewah itu.
Jaejoong mengangkat wajahnya.
Menatap langsung sepasang mata musang
yang tajam itu.
“Kita akan menikah?” Gumam Jaejoong menaikkan alisnya.
Yunho mengangguk.
Memperhatikan Jaejoong yang berdecih dan
bertindak seolah ia akan meninggalkan ruangan tersebut.
Yunho segera menarik pria cantik itu dan
mendekapnya dengan erat.
Membuat Jaejoong terkejut dan refleks
meronta.
Ia mencengkram lengan Yunho yang
melingkar dari belakang berusaha melepaskan dirinya dari namja tampan itu.
“Jung Yunho! Neo micheosseo?!” Pekik Jaejoong panik.
Yunho semakin mempererat cengkramannya.
Ia menyeringai lebar.
“Kau milikku! Suka atau tidak kau tetap akan menikah denganku dan
mengandung anak-anakku, Jae!” Desis Yunho puas.
Jaejoong meringis.
Semakin ia memberontak semakin Yunho
mengeratkan pelukannya.
Membuat nafasnya terasa sesak.
Hingga akhirnya Jaejoong menyerah.
Pria cantik itu menyandarkan tubuh
lemasnya kepada Yunho.
Ia menarik nafas dengan rakus.
Tidak mengacuhkan air matanya yang
menetes membasahi pipi pucatnya.
Yunho merenggangkan pelukannya, oh—ia
suka sekali Jaejoong yang bersandar penuh kepadanya.
Seakan-akan pria cantik itu tidak bisa
berdiri sendiri tanpanya.
“Baiklah..Aku akan menikah denganmu..Tapi dengan syarat..” Bisik
Jaejoong lirih.
Yunho mengangguk di atas kepala
Jaejoong.
Ia membalikkan tubuh pria cantik itu dan
mengusap air mata yang berjatuhan di pipi namja cantik itu dengan ibu jarinya.
“Aku harus menjadi yang satu-satunya..” Bisik Jaejoong tajam.
Namja tampan itu bergeming.
Masih menatap tajam mata basah itu.
Ia bisa merasakan jemari Jaejoong yang
kini sudah mencengkram erat lengannya.
“Dan kebahagiaanku harus berada di atas segalanya” Desis Jaejoong
menggertakkan giginya.
Pria arogan itu menyeringai.
Ia menarik wajah Jaejoong mendekat
kepadanya dengan sekali sentak.
Merasakan nafas hangat Jaejoong di atas
kulitnya.
Ia suka.
“Aku bersumpah” Bisik pria tampan itu intens.
Namja cantik itu terkejut ketika Yunho
menarik tengkuknya dan mencuri ciuman pertamanya dengan cara yang begitu
sensual.
Hingga membuat kedua kakinya melemas
sampai ia harus kembali bersandar sepenuhnya pada namja arogan itu.
Jantung Jaejoong berdebar kencang.
Ia memberanikan jemarinya yang bergetar
hebat untuk bergerak memeluk leher Yunho.
Membuat pria arogan itu semakin
merapatkan tubuh mereka dengan menarik pinggangnya.
Hari
kebebasanku yang pertama.
Dan
kau merenggutnya tanpa sisa.
-------
“Hyung, gwenchana?”
Pria cantik itu mengalihkan atensinya
kepada seorang pemuda berwajah kekanakan dengan postur tubuh yang tinggi.
Jung Changmin—putra bungsu keluarga
Jung—yang kini menatap khawatir calon kakak iparnya.
Jaejoong mengerjapkan mata bulatnya dan
menggeleng.
“Ambilkan aku minum, Changmin ah” Ujar Jaejoong lirih.
Changmin bisa melihat keringat yang
membasahi pelipis namja cantik itu.
Pria berwajah kekanakan itu mengangguk.
Ia segera beranjak menuju meja yang
berisi makanan dan minuman.
Oh—kedua keluarga fenomenal itu sedang
mengadakan pesta kebun untuk menyambut kepulangan Kim Jaejoong dari Jepang.
Namja cantik itu memijat pangkal
hidungnya dan mengernyit ketika kilatan lampu kamera yang memotretnya membias
dengan cepat.
GREPP!
DEG.
Jaejoong menoleh.
Menatap Yunho yang dengan sigap
menahannya dari belakang ketika ia hampir akan jatuh.
Namja tampan itu menatap tajam wajah
pucat calon istrinya.
Ia segera membawa Jaejoong untuk
bersandar kepadanya.
“Kau sakit? Kenapa tidak bilang?” Tanya Yunho kesal.
Jaejoong meringis.
Kepalanya terasa sangat sakit.
“Dari kemarin aku kurang istirahat..” Jawab Jaejoong lirih.
Yunho menghela nafas.
Ia memandang adiknya yang sudah
menghampiri Jaejoong dan memberikan segelas minuman untuk namja cantik itu.
“Gomawo Min ah” Ujar Jaejoong setelah ia menghabiskan minumnya.
Changmin hanya diam.
Melirik kakaknya sesekali—oh—ia sungguh
tahu watak Jung Yunho itu.
Jangan sampai pria arogan itu
membunuhnya hanya karena Jaejoong bersikap manis kepada dirinya.
Tapi sepertinya ia tidak perlu khawatir
terlalu banyak.
Karena Jaejoong sudah menolongnya dengan
merengek kepada namja tampan itu.
“Aku ingin tidur Yun ah..Badanku lemas sekali”
“Kau masih bisa jalan?”
Jaejoong menggeleng.
Ia sudah mengalungkan kedua tangannya
memeluk leher namja tampan itu.
Menjatuhkan dirinya sepenuhnya kepada
pria arogan itu.
Yunho tersenyum tipis.
Ia segera menyelipkan tangannya di bawah
lutut Jaejoong dan di balik punggungnya.
Kemudian ia membawa Jaejoong masuk ke
dalam rumah seraya menggendong namja cantik itu.
Tidak mengacuhkan puluhan reporter dan
wartawan yang sibuk mengabadikan moment tersebut.
“Wah, kakakmu gentle sekali
ya, aku suka”
Changmin mengerutkan dahinya.
Ia menatap Cho Kyuhyun—tunangannya—dan
segera menoyor dahi pria berkulit pucat itu.
Membuat Kyuhyun mengaduh kesakitan.
“Aku lebih gentle dari pada
Hyung” Ujar Changmin dengan nada sombongnya seperti biasa.
Kemudian pria berwajah kekanakan itu
merangkulkan lengannya di leher Kyuhyun dan menyeretnya menuju tempat di mana
anak-anak dari Kim Yorin—kakak perempuan Jaejoong—bermain dengan riang.
Ia suka sekali dengan anak-anak.
Ah, jadi tidak sabar menunggu
keponakannya sendiri.
.
.
.
“Yunho, apa Jaejoongie baik-baik saja?”
Pria tampan itu menoleh ke belakang
ketika suara manis yang familiar itu menyapa telinganya.
Ia berdiri dari duduknya seraya
memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana.
Menatap Go Ahra—wanita yang sejak dulu mengejarnya—sedang
berdiri dengan anggun di ambang pintu kamar.
Menatap penuh minat wajah pucat Jaejoong
yang tertidur di atas ranjang.
“Ya, sebaiknya kau kembali ke jamuan, Ahra, ia butuh istirahat” Ujar
Yunho dingin.
Oh—wanita cantik itu menaikkan alisnya.
Ia bersidekap, membuat syal bulu
putihnya merosot memperlihatkan bahu kanannya yang indah.
“Lalu kenapa kau masih berada di sini? Biarkan ia beristirahat seperti
yang kau bilang” Balas Ahra tersenyum.
“Jangan
membuatku mengulangi ucapanku, Nona Go” Desis Yunho dengan mata yang mengilat
kejam.
Ahra terkesiap.
Tubuhnya bergidik ketika mata musang itu
bertemu dengan mata bulatnya.
Ia tidak bodoh.
Wanita cantik itu tahu sekali apa arti
tatapan itu untuknya—dan untuk semua orang.
Yunho tidak akan segan untuk menumpahkan
darah jika ia mengeluarkan raut wajah sekejam itu.
“Arasseo” Gumam Ahra bergetar.
Ia segera merapatkan syal bulunya yang
berwarna putih dan berbalik meninggalkan ruangan.
Tidak mengacuhkan Yunho yang berdiri
diam di posisinya.
“Yun..”
Namja tampan itu berbalik, menatap
Jaejoong yang membuka matanya.
Pria tampan itu kembali duduk di
kursinya dan mengusap wajah cantik pria pujaannya.
“Aku lelah sekali, tapi pestanya—”
“Jangan khawatir, aku akan memberitahu mereka setelah kau tidur”
Jaejoong mengangguk.
Ia kembali memejamkan mata bulatnya dan
tertidur pulas dengan cepat.
Yunho bersandar pada sandaran kursinya.
Menatap penuh minat wajah cantik
tersebut.
“Cantik sekali..” Gumamnya lirih.
Kemudian ia menyunggingkan seringai
puas.
“Kau milikku, selamanya” Desisnya tajam.
-------
“Tidak bisakah semuanya berjalan dengan pelan saja? Kau membuatku
pusing” Ketus Jaejoong tidak senang.
Menatap Yunho yang masih sibuk dengan tab-nya sedari tadi.
Mereka berdua sedang berada di dalam
mobil milik namja tampan itu.
Rencananya mereka akan segera
mencocokkan baju untuk acara pernikahan nanti.
Tapi Yunho terlalu
terburu-buru—sepertinya.
Dan Jaejoong tidak senang.
Ia seperti tercekik oleh udara yang
dihirupnya sendiri.
“Kau harus menyesuaikan diri denganku, Jae, segalanya sudah tersusun
rapi dan aku tidak suka kalau ada yang harus melenceng dari apa yang sudah
teratur” Ujar Yunho tanpa melihat ke arah Jaejoong.
“Kau gila” Desis pria cantik itu bersidekap.
Yunho tidak menyahut.
Ia masih berkonsentrasi dengan
pekerjaannya.
“Kita sudah sampai, Tuan” Ujar Choi Minho—supir pribadi Yunho.
“Ingat, jangan jauh-jauh dariku, atau aku akan melukai siapapun yang
berani menyentuhmu!” Kecam Yunho seraya memegang erat lengan Jaejoong.
Namja cantik itu mendengus.
Ia mengangguk dan Yunho segera
membawanya keluar dari mobil tersebut bersama.
Ia segera memakai kacamata Gucci-nya seperti biasa untuk menghadapi
kilatan lampu kamera yang segera menyoroti mereka berdua.
Oh—pasangan kekasih yang fenomenal ini
akan segera menikah dalam waktu dekat!
Itu berita terpanas sepanjang tahun!
“Selamat datang, Tuan Muda Jung dan Tuan Muda Kim, mari ikuti saya” Ujar
seorang wanita cantik dengan sopan.
Yunho merangkul erat pinggang Jaejoong.
Ia berujar dengan cepat.
“30 menit dan kami akan segera pergi dari sini”
Wanita cantik itu mengangguk.
Sementara Jaejoong mengerutkan dahinya.
Setengah jam untuk mencocokkan baju? Itu
mustahil! Ketus Jaejoong dalam hatinya.
Aish, pria yang akan dinikahinya ini
benar-benar gila!
Terlalu
perfeksionis.
“Dan ingat, jangan berlama-lama menyentuhnya, aku tidak suka”
Oh,
good. Ia juga seorang psycho sepertinya.
“Bagaimana denganmu Yun? Kenapa kau malah duduk di sana?” Tanya Jaejoong
melihat Yunho yang sudah duduk di sofa.
“Pakaianku selalu dijahit oleh Kwon Jiyong karena ia satu-satunya
perancang yang teliti untuk hasil karyanya” Sahut Yunho datar.
“Tapi ini bukan tempatnya Tuan Kwon! Di sini tempatnya Nona Uee!” Seru
Jaejoong bingung.
“Kwon Jiyong sudah mengantarkan pakaianku ke sini dan kau sudah bisa
masuk ke dalam bilik untuk mengganti pakaianmu, Jae, 25 menit lagi”
Jaejoong menghela nafas.
Ia segera masuk ke dalam bilik dan
membuka pakaiannya.
“Oh—ini sangat indah” Gumam Jaejoong ketika ia selesai memakai
pakaiannya.
Wanita cantik bernama Uee itu segera
membuka pintu bilik Jaejoong dan terkesima akan keindahan yang ada di
hadapannya.
Ia tersenyum manis.
“Anda sangat mempesona” Ujar wanita cantik itu tulus.
Jaejoong memandang dirinya di cermin
dalam bilik.
Ia menyentuh cermin tersebut dengan
tatapan mengagumi.
Oh—ini tuksedo putih terindah sepanjang
masa, pikirnya.
Namja cantik itu menarik tangannya
kembali dan segera beranjak keluar dari bilik.
Ia baru saja akan memanggil Yunho.
Namun suaranya tercekat ketika mata
besarnya bertemu dengan sepasang mata musang yang tajam itu.
Jaejoong merasakan pipinya panas ketika
matanya menjelajahi tubuh Yunho yang kini terbalut oleh setelan tuksedo hitam
yang menawan.
“Kau—sangat tampan” Gumam Jaejoong seraya menyentuh dada bidang namja
tampan itu.
Membuat Yunho menyunggingkan seringai
sombongnya dan mencubit pelan pipi namja cantik itu.
“Kurasa kita harus segera ke gereja sekarang juga” Ujarnya arogan.
Pipi apel Jaejoong merona segar.
Kemudian pria cantik itu tertawa lepas.
Membuat jantung Yunho berdebar-debar
tanpa sadar.
Mata musangnya mengerjap memperhatikan
setiap gerakan namja cantik itu.
Tawa yang sangat indah, pikirnya.
Dan semua itu miliknya.
Yunho menyeringai tipis.
-------
“Wow, pesta yang mengagumkan” Ujar Kyuhyun seraya menggoyangkan gelas
anggurnya.
Changmin mengangguk, lalu ia tersenyum
sombong.
“Aku akan mengadakan pesta yang lebih mewah lagi daripada milik Hyung”
“Mustahil, kau tidak pernah bisa mengalahkan Yunho Hyung”
“Lihat saja nanti, akan ada saat di mana kau benar-benar memujaku tanpa
membandingkan aku dengan Hyung”
“Aku jadi tidak sabar”
Pria berwajah kekanakan itu tersenyum
tipis.
Ia merengkuh pinggang tunangannya dan
mengecup lembut pipi pucat itu.
“Dance with me?” Bisiknya
sensual.
Kyuhyun mengangguk tanpa ragu.
Ia segera meletakkan gelas anggurnya di
atas meja dan mengikuti langkah kaki pria berwajah kekanakan itu.
“Sepertinya Hyungmu sangat mencintai istrinya eoh? Pestanya baru saja
berlangsung tapi ia sudah membawa Jaejoong Hyung pergi dari sini” Komentar
Kyuhyun seraya mengalungkan lengannya di leher Changmin.
“Ya, Hyungku memang begitu sejak dulu. Ia tidak pernah mau berbagi”
Balas Changmin tertawa kecil.
“Padahal banyak tamu yang masih penasaran bagaimana penampilan Jaejoong
Hyung hari ini”
“Karena itu Hyung segera menyembunyikan istrinya. Ia tidak senang kalau
ada yang mengusik miliknya, kau juga, sayang, kuperingatkan untuk tidak pernah berdekatan
dengan Jaejoong Hyung di depan Hyungku”
“Hmm, atau?”
“Atau aku terpaksa harus menikahi mayatmu”
Puh.
Cho Kyuhyun melepaskan tawanya.
Ia meremas lembut tengkuk Changmin dan
menggigit bibirnya nakal.
“Kedengarannya menarik, hm?” Bisiknya sensual.
Changmin tertawa.
.
.
.
“Yunho, pestanya baru saja dimulai, kenapa kau malah membawaku kembali
ke kamar hotel?” Tanya Jaejoong bingung.
Ia bersidekap, menatap Yunho yang sudah
menutup pintu.
“Aku akan segera kembali, sebaiknya kau segera berganti pakaian” Balas
Yunho singkat.
“Kau berencana kembali tanpaku? Yunho, ini bukan pestamu seorang! Aku
juga terlibat di—AH!”
Pria cantik itu terkejut saat Yunho
menjatuhkannya di atas ranjang.
Mata bulatnya membulat ngeri menatap
raut wajah Yunho yang penuh kemarahan.
Ia berusaha menggerakkan tangannya yang
dicengkram Yunho, namun percuma.
Lelaki tampan itu memiliki tenaga yang
luar biasa.
“Ya, tentu saja kau terlibat, Jae, hanya saja waktumu sudah cukup. Aku
tidak bisa membagimu lebih dari ini” Desis Yunho kejam.
“M-mwo?” Gumam Jaejoong mengerutkan dahinya.
“Kau milikku seorang, sayang, mulai detik ini kau tidak boleh bertemu
dengan siapapun tanpa seizinku atau aku akan mencabik siapa saja yang berani
mengagumi dirimu!”
“Tapi Yun—”
“Aku akan menyediakan segala yang kau inginkan, kau hanya perlu
menungguku di rumah dan menyambut kepulanganku setiap harinya”
“Aku akan bosan! UH!”
Pria cantik itu berjengit kesakitan
ketika Yunho semakin mencengkram kedua tangannya.
Ia meringis.
Menatap takut sepasang mata musang yang
menggelap itu.
Yunho menyeringai dengan menakutkan di
hadapannya.
“Bukankah sudah kukatakan? Aku akan menyediakan segala yang kau inginkan,
dan kebahagiaanmu harus berada di atas segalanya bukan? Aku sedang melakukannya
dengan caraku”
Air mata Jaejoong jatuh mengenai
telinganya.
Namun bibir ranumnya merapat.
Menolak untuk menyahut namja tampan itu.
“Bebas, atau kurantai?” Bisik Yunho dingin.
“Bebas..” Lirih Jaejoong ketakutan.
Yunho menyeringai puas.
Ia menjepit dagu Jaejoong dengan tangan
kanannya dan mengecup lembut bagian tersebut.
“Aku sudah tidak sabar untuk bercinta denganmu”
DEG.
Jaejoong tercekat.
Ia mencengkram erat seprai yang ada di
bawahnya tanpa sadar.
“Tapi—masih ada pesta”
“Ya, kau benar. Aku akan kembali ke sana dan menyelesaikan pestanya. Dan
aku ingin di saat aku kembali kau sudah telanjang untukku agar aku bisa
menyetubuhimu segera”
Jaejoong menggigit bibir bawahnya.
Ia mengangguk dengan kaku.
Membuat Yunho mengecup basah bibirnya
dan mengusap rambut almond-nya.
“What a good boy you are” Puji
pria tampan itu puas.
Kemudian ia beranjak bangkit dan
berjalan meninggalkan kamar tersebut.
Tidak mengacuhkan Jaejoong yang sudah
lemas di atas ranjang.
I
am trapped.
In
a beast’s hands.
Jaejoong mengusap wajahnya.
TBC
:D
Kereenn..
BalasHapusDi tunggu next chap nee :D
Kereenn..
BalasHapusDi tunggu next chap nee :D
wuuuuaaaahh,,,,yunho posesif amat,kasian dong jae nya!
BalasHapusgenre favorit saya ini :'v daebak !
BalasHapusWowww amat posesif
BalasHapusYang beginian nih paporit daaaahhh xD
BalasHapusLanjuutttt
Katanya ff ini ada yunjayun, juju dan si kembar, aku langsung baca!! Let's go to the next chapter! Terima kasih selalu menulis cerita-cerita yunjae yg indah ini shella! Thank you so much
BalasHapusHhmm. Possesive yunho sexy dan hot bgt.
BalasHapus