This zone is only YunJae Fanfictions and this is our world

Rabu, 20 Januari 2016

FF/YAOI/YUNJAE/CHAPTER/VERTIGO/PART 1



Tittle: VERTIGO

Genre: YAOI

Author: Shella Rizal a.k.a Park Sooji

Cast: Yunjae and other

Length: CHAPTER

Rating: family-romance-hurt-posessive-mpreg-incest for the twin-friendship

WARNING: BOY x BOY! Yg ga suka YAOI mending cabut aja dari sini, cos author Cinta damai~
*kibar2 kutang Jae umma*

CAUTION: JUNG JAEHO, JUNG JUNHON, JUNG YUNJAEYUN, DAN JUNG JU HEE  ARE MINE CAST!


-------


In your arms, in this long darkness, I have fallen deeply.
Cause I’ve been waiting for you and you’ve been waiting for me.


PART 1.

  Tepat pukul delapan pagi pesawat pribadi dari Osaka telah mendarat di bandara Incheon. Putra bungsu dari keluarga konglomerat Kim yang selama ini menetap di Tokyo telah memutuskan untuk kembali ke negeri kelahirannya setelah bertahun-tahun tinggal di negeri saku—

KLIK.

Pria cantik itu menghela nafas pelan setelah ia mematikan aplikasi radio yang terdapat di dalam ponsel canggihnya.
Ia melepaskan headset yang menempel di telinga kanannya dan mengalihkan pandangannya ke jendela mobil.
Seoul berubah banyak—untuk 10 tahun silam setelah kepergiannya—.

Sepasang mata bulat itu mengerjap ketika ia tanpa sengaja melihat kedai yang menjual gulali warna-warni.
Namun dengan cepat pula ia menguasai dirinya.
Ck, ia sudah dewasa sekarang.
Tidak pantas lagi untuk memegang gula-gula kapas itu.

  “Kita sudah sampai, Tuan Muda”


Suara celetukan sang supir membangunkan pria cantik itu—Kim Jaejoong—dari lamunannya.
Ia melirik jendela dan memperhatikan para reporter dan wartawan yang sudah berkerumun di belakang pita pembatas yang sudah diamankan oleh beberapa pengawal dari keluarganya.
Kemudian pintu Lamborghini Murchielago itu terbuka dari luar oleh sang supir.
Jaejoong segera beranjak keluar dari dalam mobil mewah tersebut dan segera dihujani oleh kilatan blitz dari kamera-kamera yang ada.

Pria cantik itu memakai kacamata hitamnya dan berjalan memasuki lobi gedung raksasa itu diiringi oleh dua pengawalnya.
Tidak mengacuhkan pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan oleh reporter di sepanjang langkah kakinya.
Suasana mendadak hening ketika Jaejoong berhasil melewati pintu putar yang terbuat dari kaca tebal itu.

Ia membuka kacamatanya dan memandang beberapa orang penting di negeri ini tampak sedang berdiskusi di sofa yang terdapat di ujung lobi gedung.
Beberapa pria berjas mahal dan wanita dengan pakaian formalnya beriringan memasuki lift dengan tab di tangan mereka.
Lalu Jaejoong melirik lima wanita cantik yang berdiri di balik meja resepsionis.

  “Selamat datang, Tuan Muda Kim, mari ikuti saya” Ujar salah seorang dari wanita-wanita cantik tersebut.

Jaejoong segera melangkahkan kakinya mengikuti wanita dengan rok pendek tersebut.

  “Silahkan masuk, Tuan Muda Kim” Ujar wanita tersebut setelah mereka sampai di depan sebuah pintu yang terbuat dari kaca berwarna hitam dengan kenop platinum yang indah.

CKLEK.

Pintu tersebut terbuka oleh seorang pengawal yang berdiri di samping Jaejoong.
Pria cantik itu segera melesat masuk ke dalam ruangan minimalis tersebut.
Ia menaikkan alisnya, menatap dua lemari buku yang didesain sedemikian rupa hingga buku-buku tersebut tampak berjejer miring dalam setiap celah.
Hitam dan putih.
Eoh, buku-buku tersebut sepertinya hanya penghias ruangan saja.

  “Perfeksionis sekali” Gumam pria cantik itu pelan.

  “Oh, itu dia putraku”

Pria cantik itu menolehkan wajahnya ketika ia mendengar suara ayahnya.
Sepasang mata bulat yang besar itu menatap intens sosok seorang pria tampan yang berdiri di samping Hangeng Kim—ayah dari Jaejoong—.
Oh—setelan armani berwarna hitam yang sangat pas di tubuh tegapnya, sepatu pentofel kualitas terbaik yang khusus dipesan dari Italia, jam tangan yang tidak bisa kau bayangkan harganya, dan satu earphone yang terpasang di telinga kiri pria tampan tersebut.
Jaejoong menaikkan alisnya, kemudian ia mengalihkan pandangannya lebih ke atas.

DEG.

Ya Tuhan, wajah yang sungguh tampan.
Mata musangnya begitu tajam, dan bibir seksinya yang menyunggingkan seringai sombong.

  “Puas mengamatiku, Tuan Muda Kim?” Ujar namja tampan itu pelan.

Jaejoong tertegun, pipi apelnya merona segar.
Ia segera membungkuk sopan.

  “Kim Jaejoong imnida”

Pria tampan itu mengangguk.

  “Jung Yunho imnida”

   “Jaejoong baru saja kembali dari Jepang, ia sudah menyelesaikan program percepatannya di sana”

Yunho segera mengalihkan atensinya kepada Hangeng yang berbicara.
Pria paruh baya itu sudah menyuruh Jaejoong untuk duduk di sampingnya.
Jaejoong hanya mengangguk patuh.

  “Oh ya? Jurusan apa yang kau ambil, Jaejoongie?”

  “Bisnis”

  “Menarik sekali”

  “Kenapa? Tidak cocok dengan penampilanku hn?”

  “Aku tidak bilang begitu”

Hangeng Kim mengamati dengan cermat kedua pemuda yang ada di dekatnya.
Ia menyunggingkan senyum manis dan bersidekap sombong kepada Yunho.

  “Jaejoong adalah putra kesayanganku, Tuan Muda Jung. Kakak perempuannya telah mengecewakanku dengan menolak untuk menjadi pewarisku” Ujar Hangeng pelan.

Yunho menaikkan alisnya.

  “Anda bisa meminta cucu pertama anda untuk—”

  “Sayangnya Yorin sudah memutuskan untuk memakai hak waris dari keluarga pihak suaminya”

  “Hm, aku bisa mengerti kedua keluarga yang sama-sama memiliki pengalaman pertama dalam hal cucu”

Jaejoong menghela nafas.
Ia mulai bosan dengan pembicaraan ini.

  “Kalau begitu, hak waris sudah pasti akan jatuh kepada anak kami, iya kan?” Tanya Yunho dengan seringai culasnya.

Hangeng menarik lebar senyumnya.

  “Kami?” Gumam Jaejoong bingung.

  “Sudah menjadi rahasia umum bahwa putra kesayanganku ini sungguh istimewa” Komentar Hangeng seraya meraih wine-nya.

  “Sungguh kebetulan yang tidak mungkin, Tuan Besar Kim—oh, mungkin seharusnya aku mulai memanggilmu Aboji” Balas Yunho congkak.

Jaejoong mengerutkan dahinya.

  “Appa, apa yang—”

  “Ya, kebetulan yang tidak mungkin mengingat tawaran dari kedua orang tuamu untuk menikahkan kalian”

  “Appa!”

Bibir Hangeng berkedut.
Ia melirik Jaejoong.

  “Appa tidak pernah mengajarkanmu untuk bersikap tidak sopan seperti itu, Joongie” Tegurnya.

  “Mianhae” Bisik Jaejoong lirih.

Yunho hanya diam.
Memperhatikan dengan penuh minat wajah cantik yang menunduk itu.
Cantik sekali.
Pria tampan itu menggertakkan giginya menahan bibirnya yang berkedut.

Kim Jaejoong adalah miliknya.

Miliknya.

  “Jaejoong baru saja sampai, Aboji. Ia tidak tahu tentang ini sama sekali, mungkin lebih baik Aboji melangsungkan pertemuan direksi yang tertunda sementara aku akan menjelaskan semuanya kepada Jaejoong” Ujar Yunho tidak sabar.

Ah.
Hangeng Kim mengangguk pelan.
Ia berdiri dari duduknya dan menepuk pelan bahu calon menantunya.
Kemudian mengecup pipi putra kesayangannya dan beranjak meninggalkan ruangan mewah itu.
Jaejoong mengangkat wajahnya.
Menatap langsung sepasang mata musang yang tajam itu.

  “Kita akan menikah?” Gumam Jaejoong menaikkan alisnya.

Yunho mengangguk.
Memperhatikan Jaejoong yang berdecih dan bertindak seolah ia akan meninggalkan ruangan tersebut.
Yunho segera menarik pria cantik itu dan mendekapnya dengan erat.
Membuat Jaejoong terkejut dan refleks meronta.

Ia mencengkram lengan Yunho yang melingkar dari belakang berusaha melepaskan dirinya dari namja tampan itu.

  “Jung Yunho! Neo micheosseo?!” Pekik Jaejoong panik.

Yunho semakin mempererat cengkramannya.
Ia menyeringai lebar.

  “Kau milikku! Suka atau tidak kau tetap akan menikah denganku dan mengandung anak-anakku, Jae!” Desis Yunho puas.

Jaejoong meringis.
Semakin ia memberontak semakin Yunho mengeratkan pelukannya.
Membuat nafasnya terasa sesak.
Hingga akhirnya Jaejoong menyerah.

Pria cantik itu menyandarkan tubuh lemasnya kepada Yunho.
Ia menarik nafas dengan rakus.
Tidak mengacuhkan air matanya yang menetes membasahi pipi pucatnya.
Yunho merenggangkan pelukannya, oh—ia suka sekali Jaejoong yang bersandar penuh  kepadanya.

Seakan-akan pria cantik itu tidak bisa berdiri sendiri tanpanya.

  “Baiklah..Aku akan menikah denganmu..Tapi dengan syarat..” Bisik Jaejoong lirih.

Yunho mengangguk di atas kepala Jaejoong.
Ia membalikkan tubuh pria cantik itu dan mengusap air mata yang berjatuhan di pipi namja cantik itu dengan ibu jarinya.

  “Aku harus menjadi yang satu-satunya..” Bisik Jaejoong tajam.

Namja tampan itu bergeming.
Masih menatap tajam mata basah itu.
Ia bisa merasakan jemari Jaejoong yang kini sudah mencengkram erat lengannya.

  “Dan kebahagiaanku harus berada di atas segalanya” Desis Jaejoong menggertakkan giginya.

Pria arogan itu menyeringai.
Ia menarik wajah Jaejoong mendekat kepadanya dengan sekali sentak.
Merasakan nafas hangat Jaejoong di atas kulitnya.
Ia suka.

  “Aku bersumpah” Bisik pria tampan itu intens.

Namja cantik itu terkejut ketika Yunho menarik tengkuknya dan mencuri ciuman pertamanya dengan cara yang begitu sensual.
Hingga membuat kedua kakinya melemas sampai ia harus kembali bersandar sepenuhnya pada namja arogan itu.
Jantung Jaejoong berdebar kencang.

Ia memberanikan jemarinya yang bergetar hebat untuk bergerak memeluk leher Yunho.
Membuat pria arogan itu semakin merapatkan tubuh mereka dengan menarik pinggangnya.

Hari kebebasanku yang pertama.
Dan kau merenggutnya tanpa sisa.


-------


  “Hyung, gwenchana?”

Pria cantik itu mengalihkan atensinya kepada seorang pemuda berwajah kekanakan dengan postur tubuh yang tinggi.
Jung Changmin—putra bungsu keluarga Jung—yang kini menatap khawatir calon kakak iparnya.
Jaejoong mengerjapkan mata bulatnya dan menggeleng.

  “Ambilkan aku minum, Changmin ah” Ujar Jaejoong lirih.

Changmin bisa melihat keringat yang membasahi pelipis namja cantik itu.
Pria berwajah kekanakan itu mengangguk.
Ia segera beranjak menuju meja yang berisi makanan dan minuman.
Oh—kedua keluarga fenomenal itu sedang mengadakan pesta kebun untuk menyambut kepulangan Kim Jaejoong dari Jepang.

Namja cantik itu memijat pangkal hidungnya dan mengernyit ketika kilatan lampu kamera yang memotretnya membias dengan cepat.

GREPP!

DEG.

Jaejoong menoleh.
Menatap Yunho yang dengan sigap menahannya dari belakang ketika ia hampir akan jatuh.
Namja tampan itu menatap tajam wajah pucat calon istrinya.
Ia segera membawa Jaejoong untuk bersandar kepadanya.

  “Kau sakit? Kenapa tidak bilang?” Tanya Yunho kesal.

Jaejoong meringis.
Kepalanya terasa sangat sakit.

  “Dari kemarin aku kurang istirahat..” Jawab Jaejoong lirih.

Yunho menghela nafas.
Ia memandang adiknya yang sudah menghampiri Jaejoong dan memberikan segelas minuman untuk namja cantik itu.

  “Gomawo Min ah” Ujar Jaejoong setelah ia menghabiskan minumnya.

Changmin hanya diam.
Melirik kakaknya sesekali—oh—ia sungguh tahu watak Jung Yunho itu.
Jangan sampai pria arogan itu membunuhnya hanya karena Jaejoong bersikap manis kepada dirinya.
Tapi sepertinya ia tidak perlu khawatir terlalu banyak.

Karena Jaejoong sudah menolongnya dengan merengek kepada namja tampan itu.

  “Aku ingin tidur Yun ah..Badanku lemas sekali”

  “Kau masih bisa jalan?”

Jaejoong menggeleng.
Ia sudah mengalungkan kedua tangannya memeluk leher namja tampan itu.
Menjatuhkan dirinya sepenuhnya kepada pria arogan itu.
Yunho tersenyum tipis.
Ia segera menyelipkan tangannya di bawah lutut Jaejoong dan di balik punggungnya.

Kemudian ia membawa Jaejoong masuk ke dalam rumah seraya menggendong namja cantik itu.
Tidak mengacuhkan puluhan reporter dan wartawan yang sibuk mengabadikan moment tersebut.

  “Wah, kakakmu gentle sekali ya, aku suka”

Changmin mengerutkan dahinya.
Ia menatap Cho Kyuhyun—tunangannya—dan segera menoyor dahi pria berkulit pucat itu.
Membuat Kyuhyun mengaduh kesakitan.

  “Aku lebih gentle dari pada Hyung” Ujar Changmin dengan nada sombongnya seperti biasa.

Kemudian pria berwajah kekanakan itu merangkulkan lengannya di leher Kyuhyun dan menyeretnya menuju tempat di mana anak-anak dari Kim Yorin—kakak perempuan Jaejoong—bermain dengan riang.
Ia suka sekali dengan anak-anak.
Ah, jadi tidak sabar menunggu keponakannya sendiri.
.
.
.
  “Yunho, apa Jaejoongie baik-baik saja?”

Pria tampan itu menoleh ke belakang ketika suara manis yang familiar itu menyapa telinganya.
Ia berdiri dari duduknya seraya memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana.
Menatap Go Ahra—wanita yang sejak dulu mengejarnya—sedang berdiri dengan anggun di ambang pintu kamar.
Menatap penuh minat wajah pucat Jaejoong yang tertidur di atas ranjang.

  “Ya, sebaiknya kau kembali ke jamuan, Ahra, ia butuh istirahat” Ujar Yunho dingin.

Oh—wanita cantik itu menaikkan alisnya.
Ia bersidekap, membuat syal bulu putihnya merosot memperlihatkan bahu kanannya yang indah.

  “Lalu kenapa kau masih berada di sini? Biarkan ia beristirahat seperti yang kau bilang” Balas Ahra tersenyum.

  “Jangan membuatku mengulangi ucapanku, Nona Go” Desis Yunho dengan mata yang mengilat kejam.

Ahra terkesiap.
Tubuhnya bergidik ketika mata musang itu bertemu dengan mata bulatnya.
Ia tidak bodoh.
Wanita cantik itu tahu sekali apa arti tatapan itu untuknya—dan untuk semua orang.
Yunho tidak akan segan untuk menumpahkan darah jika ia mengeluarkan raut wajah sekejam itu.

  “Arasseo” Gumam Ahra bergetar.

Ia segera merapatkan syal bulunya yang berwarna putih dan berbalik meninggalkan ruangan.
Tidak mengacuhkan Yunho yang berdiri diam di posisinya.

  “Yun..”

Namja tampan itu berbalik, menatap Jaejoong yang membuka matanya.
Pria tampan itu kembali duduk di kursinya dan mengusap wajah cantik pria pujaannya.

  “Aku lelah sekali, tapi pestanya—”

  “Jangan khawatir, aku akan memberitahu mereka setelah kau tidur”

Jaejoong mengangguk.
Ia kembali memejamkan mata bulatnya dan tertidur pulas dengan cepat.
Yunho bersandar pada sandaran kursinya.
Menatap penuh minat wajah cantik tersebut.

  “Cantik sekali..” Gumamnya lirih.

Kemudian ia menyunggingkan seringai puas.

  “Kau milikku, selamanya” Desisnya tajam.


-------


  “Tidak bisakah semuanya berjalan dengan pelan saja? Kau membuatku pusing” Ketus Jaejoong tidak senang.

Menatap Yunho yang masih sibuk dengan tab-nya sedari tadi.
Mereka berdua sedang berada di dalam mobil milik namja tampan itu.
Rencananya mereka akan segera mencocokkan baju untuk acara pernikahan nanti.
Tapi Yunho terlalu terburu-buru—sepertinya.

Dan Jaejoong tidak senang.
Ia seperti tercekik oleh udara yang dihirupnya sendiri.

  “Kau harus menyesuaikan diri denganku, Jae, segalanya sudah tersusun rapi dan aku tidak suka kalau ada yang harus melenceng dari apa yang sudah teratur” Ujar Yunho tanpa melihat ke arah Jaejoong.

  “Kau gila” Desis pria cantik itu bersidekap.

Yunho tidak menyahut.
Ia masih berkonsentrasi dengan pekerjaannya.

  “Kita sudah sampai, Tuan” Ujar Choi Minho—supir pribadi Yunho.

  “Ingat, jangan jauh-jauh dariku, atau aku akan melukai siapapun yang berani menyentuhmu!” Kecam Yunho seraya memegang erat lengan Jaejoong.

Namja cantik itu mendengus.
Ia mengangguk dan Yunho segera membawanya keluar dari mobil tersebut bersama.
Ia segera memakai kacamata Gucci-nya seperti biasa untuk menghadapi kilatan lampu kamera yang segera menyoroti mereka berdua.
Oh—pasangan kekasih yang fenomenal ini akan segera menikah dalam waktu dekat!
Itu berita terpanas sepanjang tahun!

  “Selamat datang, Tuan Muda Jung dan Tuan Muda Kim, mari ikuti saya” Ujar seorang wanita cantik dengan sopan.

Yunho merangkul erat pinggang Jaejoong.
Ia berujar dengan cepat.

  “30 menit dan kami akan segera pergi dari sini”

Wanita cantik itu mengangguk.
Sementara Jaejoong mengerutkan dahinya.

Setengah jam untuk mencocokkan baju? Itu mustahil! Ketus Jaejoong dalam hatinya.
Aish, pria yang akan dinikahinya ini benar-benar gila!

Terlalu perfeksionis.

  “Dan ingat, jangan berlama-lama menyentuhnya, aku tidak suka”

Oh, good. Ia juga seorang psycho sepertinya.

  “Bagaimana denganmu Yun? Kenapa kau malah duduk di sana?” Tanya Jaejoong melihat Yunho yang sudah duduk di sofa.

  “Pakaianku selalu dijahit oleh Kwon Jiyong karena ia satu-satunya perancang yang teliti untuk hasil karyanya” Sahut Yunho datar.

  “Tapi ini bukan tempatnya Tuan Kwon! Di sini tempatnya Nona Uee!” Seru Jaejoong bingung.

  “Kwon Jiyong sudah mengantarkan pakaianku ke sini dan kau sudah bisa masuk ke dalam bilik untuk mengganti pakaianmu, Jae, 25 menit lagi”

Jaejoong menghela nafas.
Ia segera masuk ke dalam bilik dan membuka pakaiannya.

  “Oh—ini sangat indah” Gumam Jaejoong ketika ia selesai memakai pakaiannya.

Wanita cantik bernama Uee itu segera membuka pintu bilik Jaejoong dan terkesima akan keindahan yang ada di hadapannya.
Ia tersenyum manis.

  “Anda sangat mempesona” Ujar wanita cantik itu tulus.

Jaejoong memandang dirinya di cermin dalam bilik.
Ia menyentuh cermin tersebut dengan tatapan mengagumi.
Oh—ini tuksedo putih terindah sepanjang masa, pikirnya.
Namja cantik itu menarik tangannya kembali dan segera beranjak keluar dari bilik.

Ia baru saja akan memanggil Yunho.
Namun suaranya tercekat ketika mata besarnya bertemu dengan sepasang mata musang yang tajam itu.
Jaejoong merasakan pipinya panas ketika matanya menjelajahi tubuh Yunho yang kini terbalut oleh setelan tuksedo hitam yang menawan.

  “Kau—sangat tampan” Gumam Jaejoong seraya menyentuh dada bidang namja tampan itu.

Membuat Yunho menyunggingkan seringai sombongnya dan mencubit pelan pipi namja cantik itu.

  “Kurasa kita harus segera ke gereja sekarang juga” Ujarnya arogan.

Pipi apel Jaejoong merona segar.
Kemudian pria cantik itu tertawa lepas.
Membuat jantung Yunho berdebar-debar tanpa sadar.
Mata musangnya mengerjap memperhatikan setiap gerakan namja cantik itu.
Tawa yang sangat indah, pikirnya.

Dan semua itu miliknya.

Yunho menyeringai tipis.


-------


  “Wow, pesta yang mengagumkan” Ujar Kyuhyun seraya menggoyangkan gelas anggurnya.

Changmin mengangguk, lalu ia tersenyum sombong.

  “Aku akan mengadakan pesta yang lebih mewah lagi daripada milik Hyung”

  “Mustahil, kau tidak pernah bisa mengalahkan Yunho Hyung”

  “Lihat saja nanti, akan ada saat di mana kau benar-benar memujaku tanpa membandingkan aku dengan Hyung”

  “Aku jadi tidak sabar”

Pria berwajah kekanakan itu tersenyum tipis.
Ia merengkuh pinggang tunangannya dan mengecup lembut pipi pucat itu.

  Dance with me?” Bisiknya sensual.

Kyuhyun mengangguk tanpa ragu.
Ia segera meletakkan gelas anggurnya di atas meja dan mengikuti langkah kaki pria berwajah kekanakan itu.

  “Sepertinya Hyungmu sangat mencintai istrinya eoh? Pestanya baru saja berlangsung tapi ia sudah membawa Jaejoong Hyung pergi dari sini” Komentar Kyuhyun seraya mengalungkan lengannya di leher Changmin.

  “Ya, Hyungku memang begitu sejak dulu. Ia tidak pernah mau berbagi” Balas Changmin tertawa kecil.

  “Padahal banyak tamu yang masih penasaran bagaimana penampilan Jaejoong Hyung hari ini”

  “Karena itu Hyung segera menyembunyikan istrinya. Ia tidak senang kalau ada yang mengusik miliknya, kau juga, sayang, kuperingatkan untuk tidak pernah berdekatan dengan Jaejoong Hyung di depan Hyungku”

  “Hmm, atau?”

  “Atau aku terpaksa harus menikahi mayatmu”

Puh.
Cho Kyuhyun melepaskan tawanya.
Ia meremas lembut tengkuk Changmin dan menggigit bibirnya nakal.

  “Kedengarannya menarik, hm?” Bisiknya sensual.

Changmin tertawa.
.
.
.
  “Yunho, pestanya baru saja dimulai, kenapa kau malah membawaku kembali ke kamar hotel?” Tanya Jaejoong bingung.

Ia bersidekap, menatap Yunho yang sudah menutup pintu.

  “Aku akan segera kembali, sebaiknya kau segera berganti pakaian” Balas Yunho singkat.

  “Kau berencana kembali tanpaku? Yunho, ini bukan pestamu seorang! Aku juga terlibat di—AH!”

Pria cantik itu terkejut saat Yunho menjatuhkannya di atas ranjang.
Mata bulatnya membulat ngeri menatap raut wajah Yunho yang penuh kemarahan.
Ia berusaha menggerakkan tangannya yang dicengkram Yunho, namun percuma.
Lelaki tampan itu memiliki tenaga yang luar biasa.

  “Ya, tentu saja kau terlibat, Jae, hanya saja waktumu sudah cukup. Aku tidak bisa membagimu lebih dari ini” Desis Yunho kejam.

  “M-mwo?” Gumam Jaejoong mengerutkan dahinya.

  “Kau milikku seorang, sayang, mulai detik ini kau tidak boleh bertemu dengan siapapun tanpa seizinku atau aku akan mencabik siapa saja yang berani mengagumi dirimu!”

  “Tapi Yun—”

  “Aku akan menyediakan segala yang kau inginkan, kau hanya perlu menungguku di rumah dan menyambut kepulanganku setiap harinya”

  “Aku akan bosan! UH!”

Pria cantik itu berjengit kesakitan ketika Yunho semakin mencengkram kedua tangannya.
Ia meringis.
Menatap takut sepasang mata musang yang menggelap itu.
Yunho menyeringai dengan menakutkan di hadapannya.

  “Bukankah sudah kukatakan? Aku akan menyediakan segala yang kau inginkan, dan kebahagiaanmu harus berada di atas segalanya bukan? Aku sedang melakukannya dengan caraku”

Air mata Jaejoong jatuh mengenai telinganya.
Namun bibir ranumnya merapat.
Menolak untuk menyahut namja tampan itu.

  “Bebas, atau kurantai?” Bisik Yunho dingin.

  “Bebas..” Lirih Jaejoong ketakutan.

Yunho menyeringai puas.
Ia menjepit dagu Jaejoong dengan tangan kanannya dan mengecup lembut bagian tersebut.

  “Aku sudah tidak sabar untuk bercinta denganmu”

DEG.

Jaejoong tercekat.
Ia mencengkram erat seprai yang ada di bawahnya tanpa sadar.

  “Tapi—masih ada pesta”

  “Ya, kau benar. Aku akan kembali ke sana dan menyelesaikan pestanya. Dan aku ingin di saat aku kembali kau sudah telanjang untukku agar aku bisa menyetubuhimu segera”

Jaejoong menggigit bibir bawahnya.
Ia mengangguk dengan kaku.
Membuat Yunho mengecup basah bibirnya dan mengusap rambut almond-nya.

  What a good boy you are” Puji pria tampan itu puas.

Kemudian ia beranjak bangkit dan berjalan meninggalkan kamar tersebut.
Tidak mengacuhkan Jaejoong yang sudah lemas di atas ranjang.

I am trapped.
In a beast’s hands.

Jaejoong mengusap wajahnya.

TBC :D

8 komentar:

  1. Kereenn..
    Di tunggu next chap nee :D

    BalasHapus
  2. Kereenn..
    Di tunggu next chap nee :D

    BalasHapus
  3. wuuuuaaaahh,,,,yunho posesif amat,kasian dong jae nya!

    BalasHapus
  4. genre favorit saya ini :'v daebak !

    BalasHapus
  5. Yang beginian nih paporit daaaahhh xD
    Lanjuutttt

    BalasHapus
  6. Katanya ff ini ada yunjayun, juju dan si kembar, aku langsung baca!! Let's go to the next chapter! Terima kasih selalu menulis cerita-cerita yunjae yg indah ini shella! Thank you so much

    BalasHapus
  7. Hhmm. Possesive yunho sexy dan hot bgt.

    BalasHapus