This zone is only YunJae Fanfictions and this is our world

Selasa, 26 Januari 2016

FF/YAOI/YUNJAE/CHAPTER/VERTIGO/PART 4



In your arms, in this long darkness, I have fallen deeply.
Cause I’ve been waiting for you and you’ve been waiting for me.

PART 4.

  “Ju pulang!”

  “Ya Tuhan! Baju jenis apa itu eoh?!”

Kyuhyun yang sedang hamil anak keduanya dan Changmin tertawa geli mendengar teriakan kaget dari iparnya.
Ia dan Jung Ju Hee sudah mendapatkan izin dari Yunho untuk berbelanja berdua.
Dan pria berkulit pucat itu sama sekali tidak menyia-nyiakan kesempatan emasnya hari ini.
Butuh usaha penuh untuk dapat meluluhkan namja tampan itu.

Yunho begitu protektif terhadap anak-anaknya.
Terlebih kepada putri tunggalnya.
Karena ia tahu bahwa Jaejoong lagi-lagi mengandung anak laki-laki kali ini.
Hanya saja dokter bilang bahwa ada kemungkinan kembar.

  “Sebenarnya aku mau membelikannya baju yang seperti kau minta Hyung, tapi Ju tidak pernah berhenti memandangi baju ini” Ujar Kyuhyun santai.


Jaejoong memijat pangkal hidungnya.
Ia duduk di samping Kyuhyun dan memandang putri kecilnya yang sedang bersemangat membongkar belanjaannya dengan Imo.
Pria cantik itu masih memperhatikan baju selutut yang tergeletak di atas meja.

Oh—bagaimana bisa perempuan sekecil Ju Hee memakai baju seperti itu eoh?
Gaun putih selutut dengan robekan di sana-sini yang sudah dilapis dengan kain tile berwarna hitam di bawah roknya.
Lalu pita besar berenda di bagian kanan atas baju tersebut yang berwarna hitam pekat.

  “Tenang saja Hyung, hanya ada satu kok” Celetuk Kyuhyun tersenyum.

Jaejoong mendelik.

  “Aku pulang”

  “Ne, selamat datang”

Namja cantik itu berdiri dari duduknya dan menghampiri laki-laki kesayangannya di pintu depan.
Jung Yunjaeyun mengernyitkan dahinya.

  “Umma! Kenapa Umma ke sini? Nanti kaki Umma bengkak lagi!” Pekik namja berambut cokelat itu kaget.

  “Gwenchana, tidak sakit kok” Sahut Jaejoong seraya mengusap lembut kepala pangeran 6 tahunnya.

Ah, Yunjaeyun sudah besar.
Tidak terasa waktu berlalu dengan cepat.

  “Ani, kandungan Umma sudah sangat besar, Umma harus menjaga uri dongsaeng dengan benar” Cerocos Yunjaeyun kesal.

Namja cantik itu menghela nafas.
Ia menyentik dahi putra sulungnya pelan.

  “Kau ini persis seperti Appamu”

  No need DNA test anymore kan?”

Eoh?
Jaejoong tertawa mendengarnya.
Ia mengangguk dan berjalan kembali memasuki ruang tengah dibantu oleh Yunjaeyun yang sudah memegang tangannya.

  “Oppa! Neo wasseo?” Pekik gadis kecil berambut panjang itu tersenyum cerah.

Yunjaeyun mengangguk.
Ia segera mendudukkan diri di samping adik kecilnya yang masih sibuk membongkar kantung belanja miliknya dari Kyuhyun.
Sementara Jaejoong sudah bersandar pada sandaran sofa bersama Kyuhyun.

  “Ju beli ini untuk Oppa, joa?” Tanya gadis kecil itu seraya memperlihatkan tempat pensil bergambar robot.

Yunjaeyun mengangguk.
Ia menepuk pelan kepala adiknya.

  “Ne, joa” Sahutnya lembut.

  “Ju sudah tidak sabar ingin ke sekolah seperti Oppa, nanti Ju mau beli tempat pensil juga” Celoteh Jung Ju Hee tersenyum cerah.

  “Imo, Gyunnie tidak ikut?”

Kyuhyun menaikkan alisnya mendengar pertanyaan dari keponakan tampannya.
Ia menggeleng.

  “Chang Gyu punya jadwal bersama Appanya hari ini” Sahut pria berkulit pucat itu.

  “Kemarin saat Gyu Onnie ke rumah, Ju lihat Gyu Onnie main gitar, keren sekali Umma~!” Pekik Ju Hee mengacungkan ibu jarinya.

Jaejoong tertawa.

  “Nanti Ju mau minta Samchon ajarin Ju juga!”

Mwo?
Tawa Jaejoong sontak berhenti ketika ia mendengar ucapan polos putri kecilnya.
Namja cantik itu segera menggeleng.

  “Ani, Umma tidak mau Ju main gitar, itu bukan porsinya anak perempuan”

  “Tapi Appa bilang boleh, Umma”

Dahi Jaejoong mengerut.
Yunho memberi izin? Kenapa pria itu tidak memberitahunya eoh?
Apa ia lupa?

  “Ya Umma? Umma saranghaee~!” Seru yeoja kecil itu seraya memeluk Jaejoong dengan erat.

  “Sudah Hyung, izinkan saja, tidak akan mengganggu hidupnya kok” Komentar Kyuhyun seraya mengusap kepala Ju Hee.

Yunjaeyun sudah melepas tasnya dan beranjak menaiki tangga untuk mengganti seragam sekolahnya dengan pakaian rumah.
Jaejoong menghela nafas.
Ia mengusap lembut pipi Ju Hee yang begitu gembul.
Duh, putrinya yang satu ini manis sekali.

  “Arasseo, tapi ingat, piano dan merangkai bunganya tidak boleh tinggal ya?” Ujar Jaejoong tersenyum tipis.

Gadis kecil kesayangan Jung Yunho itu melompat heboh dan berteriak senang.
Sementara Kyuhyun dan Jaejoong hanya tertawa menanggapi tingkah lucunya.

  “Gyu selalu payah kalau sudah waktunya merangkai bunga” Ucap Kyuhyun tiba-tiba.

  “Itu yang kutakutkan, gitar dan musik berisik yang anak-anak perempuan ini mainkan akan merenggut sisi feminim mereka, aigoo, semoga saja Juju tidak seperti itu” Balas Jaejoong seraya mengusap perut besarnya.

  “Sepertinya tidak, Hyung, selama ini Juju selalu suka dengan warna-warna pastel dan gaun selutut. Gadis kecilmu begitu manis”

  “Ya, dan Yunho sangat protektif kepadanya”

Kyuhyun tertawa.


-------


  “Appa, ini bagaimana?”

Keluarga Jung itu sedang bersantai di ruang keluarga.
Oh—sepertinya hanya Jung Jaejoong yang bisa dikatakan bersantai.
Pria cantik itu sedang memakan kue kering di atas sofa sementara kedua anaknya sedang mengerjakan tugas bersama Yunho.
Yunjaeyun tampak fokus pada tugas rumahnya.

Dan Ju Hee, gadis kecil itu sedang mengerjakan tugas bahasa Jepangnya dari les tengah hari yang dijadwalkan Yunho untuknya.

  “Tarik garisnya dari sini, Juju, jangan ulangi kebiasaan itu” Tegur Yunho pada putri kecilnya yang duduk di pangkuannya.

  “Appa, aku sudah selesai, periksa tugasku” Ujar Yunjaeyun seraya mengetukkan dagunya di atas meja berkaki pendek itu.

  “Masih ada soal yang salah, Yun, perbaiki” Balas Yunho setelah ia mengintip buku tugas putranya.

Yunjaeyun menghembuskan nafas kesal.
Ia melirik televisi sesekali.
Aigoo, kalau begini ia bisa ketinggalan episode terbaru Kuroshitsuji!

  “Masih ada 5 menit lagi, Yun, anime-nya belum main kok” Ujar Jaejoong menatap putranya yang duduk di atas hambal berbulu.

Bocah tampan itu mendongak.
Menatap Ummanya dengan senyuman cerah.
Ah—Jung Jaejoong selalu mengerti anak-anaknya.

  “Appa, Juju ingin lihat pororo, apa pororo itu benar-benar ada?” Ujar Jung Ju Hee mendongak.

Membuat dagu Yunho membentur pelan kepalanya.

  “Hm? Tentu saja ada, Pororo tinggal di kutub utara” Sahut Yunho tersenyum.

  “Umma, kutub utara jauh tidak?” Tanya Ju Hee menatap Ummanya.

Jaejoong tertawa, ia mengangguk.

  “Kalau jalan kaki bisa sampai?” Tanya gadis kecil itu lagi.

Yunjaeyun menghela nafasnya.

  “Jalan kaki besok baru sampai! Harusnya kita naik mobil, ke kebun binatang, di sana juga ada Pororo” Ujar namja kecil itu seraya menyodorkan bukunya kepada Yunho.

Namja tampan itu mengambil buku Yunjaeyun dan segera memeriksanya.
Kemudian ia mengangguk dan tersenyum tipis.
Bocah kecil itu segera memanjat sofa dan beringsut ke dalam pelukan Jaejoong yang sudah mengganti acara televisi menjadi anime kesukaan putranya.
Masih lagu pembuka.

  “Kebun binatang? Bukannya kebun itu tempat kita menanam tanaman ya Appa? Kenapa ada binatangnya?” Tanya Ju Hee lagi.

Yunho menutup buku tugas milik putri kecilnya.
Ia sedikit memundurkan posisi duduknya agar gadis kecil itu bisa berselonjor kaki dengan punggung yang bersandar pada tubuhnya.

  “Kebun juga bisa diartikan tempat organisme berkumpul, kebun binatang itu tempat di mana semua binatang berkumpul, Jung Ju Hee” Sahut Yunho seraya mengusap rambut putri kecilnya.

Ah, ia suka sekali rambut panjang berwarna almond ini.

  “Kalau begitu Juju mau lihat Pororo! Ya Appa? Besok kita lihat Pororo ya?”

  “Besok hari sabtu, kita bisa pergi pagi-pagi, ini pertama kalinya Juju ke kebun binatang, kan?”

  “Jeongmall Appa?! Omo! Oppa! Kita lihat Pororo besok!”

Gadis kecil itu segera merengut ketika Yunjaeyun tidak mempedulikannya.
Ia sudah terhipnotis dengan Sebastian Michaelis yang sedang melayani majikannya di dalam televisi.
Jaejoong tertawa geli.
Ia memandang putri kecilnya dan mengangguk.

  “Ne, kita lihat Pororo besok, itu berarti Juju harus tidur cepat malam ini” Ujar namja cantik itu.

Jung Ju Hee mengangguk.
Ia menjatuhkan tubuh kecilnya di pangkuan Appanya dan menggoyangkan kaki kecilnya.
Menikmati bulu-bulu hambal yang menggelitiki kakinya yang tertutup stoking.
Sementara Yunho bersandar pada kaki sofa di dekat Jaejoong dan memainkan rambut panjang putrinya.

Pria tampan itu mendongak ketika Jaejoong menepuk bahunya.
Mata musangnya mengerjap cepat ketika pria cantik itu mencuri ciuman di bibirnya dan tertawa kecil.
Yunho tersenyum tipis.
Ia kembali bersandar di kaki sofa dan ikut menonton anime kesukaan putra sulungnya.

Yah, sesekali tidak apa.
Ia juga ingin bersantai bersama keluarganya seperti ini setelah sekian lama disibukkan dengan rutinitas yang itu-itu saja.


-------


Jaejoong marah.
Ia tidak mau ikut ke kebun binatang hari ini.
Namja cantik itu sudah kembali masuk ke dalam kamarnya dan Yunho meninggalkan suami dan anak-anaknya di ruang keluarga.
Putra bungsu keluarga Kim itu kini sudah beranjak menaiki ranjang dan menyelimuti tubuhnya.

Tidak mengacuhkan pintu kamar yang terbuka dan kemunculan suaminya dari sana.

Yunho terlihat sangat tampan hari ini dengan celana selututnya dan kemeja putih yang ditutupi dengan sweater polo berwarna biru navy.
Laki-laki itu menutup pintu kamar dan berjalan menghampiri istrinya.
Ia menghela nafas dan duduk di pinggir ranjang.

  “Kau ingin mengecewakan anak-anak? Juju sudah menunggu untuk ini, ia tidak pernah pergi bersama dengan lengkap sebelumnya” Ujar Yunho menyentuh pipi Jaejoong dan mengusapnya.

Namja cantik itu mengerutkan dahinya.
Menatap tidak senang mata musang itu.

  “Aku sudah bilang pada Kyuhyun agar tidak membelikannya pakaian itu! Aku tidak suka, Yun!” Seru Jaejoong serak.

Yunho menghela nafasnya.
Jaejoongnya memang tidak mengamuk tadi, pria cantik itu hanya terlihat kaget ketika mendapati putri kecil mereka sudah menunggu dengan pakaian yang dibelikan Kyuhyun kemarin pagi.
Ia tentu tahu kekasihnya terluka.
Jaejoongnya selalu bermimpi untuk memiliki seorang putri yang feminim dan bersikap manis layaknya Kim Yorin.

  “Aku—aku sudah menyiapkan pakaian untuknya hari ini, tapi—”

Ucapan Jaejoong tercekat.
Mood swing pria itu mengambil alih dengan cepat.
Membuat Yunho harus menghapus air mata yang jatuh membasahi wajah cantik Jaejoongnya.
Jaejoong yang dulu ia ambil secara paksa.

  “Ia masih kecil, Joongie, lagi pula baju itu hanya ada satu kan? Kau tidak lupa kalau Kyuhyun itu Imo kesayangannya Juju sejak mereka pertama kali bertemu. Mungkin ia memakai pakaian itu karena sudah dibelikan Imonya” Ujar Yunho beringsut mendekati Jaejoong.

Namja cantik itu memalingkan wajahnya.

  “Kalian saja yang pergi. Aku tidak ikut” Gumam Jaejoong lirih.

  “Jae—”

  “Kau dengar aku, Yunnie! Aku tidak mau pergi!”

Namja tampan itu mendesah keras.
Ia menatap tidak senang mata bulat yang basah itu.
Biasanya Jaejoong tidak pernah kuat untuk bertahan ketika Yunho sudah memperlihatkan ekspresi marahnya.
Pria itu bisa melakukan apa saja untuk membuatnya jera karena bertingkah.
Tapi kali ini Jaejoong tidak peduli.

Ia sungguh sakit hati.

Putri kecilnya lebih memilih Kyuhyun dari pada dirinya.
Ia bahkan menghabiskan waktu yang cukup lama di lemari pakaian Ju Hee hanya untuk menemukan pakaian yang cocok untuk putrinya itu.
Tapi Ju Hee sudah muncul dengan baju barunya yang—

PLAKK!

Pria cantik itu terkejut ketika Yunho menamparnya.
Air matanya kembali jatuh.
Masih memalingkan wajahnya dari tatapan tajam itu.
Yunho beranjak dari duduknya.

Deru nafasnya terdengar kacau.

  “Kau akan menyesal karena sudah membuat anakku sedih, Jae” Desis Yunho geram.

BLAM!

Jaejoong berjengit ketika pintu kamar mereka terbanting dengan kasar.
Pria cantik itu mengusap perut besarnya seraya bersandar di kepala ranjang.
Membiarkan tangisnya pecah dalam diam.
Yunho tidak pernah lagi menggunakan tangannya sejak Jung Ju Hee lahir.
Tapi hari ini—

  “—kkh”

Jaejoong meringis.
Perutnya terasa melilit.
Ia membuka mulutnya dan berusaha mengatur nafasnya yang tidak beraturan.
Pipinya berdenyut-denyut sakit ketika ia melakukan hal itu.

  “Gwenchana..Gwenchana..” Desis Jaejoong masih mengusapi perutnya lembut.

Pria cantik itu membaringkan tubuhnya pelan-pelan dan menarik nafas panjang.
Ia memejamkan mata bulatnya yang basah seraya menggigit bibir bawahnya erat.

Ia sudah mengecewakan anak-anaknya hari ini.
Mengecewakan Yunho.
Dan sekarang perutnya terasa berdenyut-denyut dari dalam.
Jaejoong meringis.

Ia memang bersalah karena sudah bersikap kekanakan.
Tapi tidakkah Yunho sadar?
Kelakuan Jaejoong hari ini benar-benar keluar dari karakternya.
Seorang ibu tidak mungkin menyakiti anaknya.

Ia hanya terbawa mood swing tadi.
Entah mungkin karena perasaan cemburunya terhadap Kyuhyun atau perasaan kesalnya karena Yunho terlalu sibuk bekerja hingga lupa untuk memanjakannya.

  [ “—kebahagiaanmu harus berada di atas segalanya, bukan?” ]

BUKK!

Jaejoong melempar kesal bantal milik Yunho hingga membuat standing lamp yang menjadi penghias kamar terjatuh dan pecah.
Kemudian ia memejamkan kedua matanya, berusaha untuk melupakan kesakitannya yang mencekik.
.
.
.
  “—Jae!! Jung Jaejoong ireonabwa!!”

DEG!

Jaejoong terkejut.
Mata besarnya terbuka dan dalam sekejap pusing mengambil alih kesadarannya.
Ia meringis.
Menyipitkan matanya menatap Yunho yang—berlari?

  “Kau pendarahan, Jae, Ya Tuhan—”

Ucapan Yunho yang tercekat membuat Jaejoong kembali membuka matanya lebar.
Ia mengangkat kepalanya dan membesarkan matanya melihat kakinya yang berdarah.
Dan dalam sekejap segalanya menjadi jelas.
Ia sedang berada di atas ranjang rawat yang didorong dengan cepat oleh beberapa dokter keluarga saat ini.

Entah apa yang terjadi—tapi Jaejoong masih bisa mengingat kalau Yunho memakai baju itu sebelum ia kehilangan kesadarannya.
Nafas Jaejoong menderu.
Ia mencengkram seprai dengan kuat.
Wajahnya terlihat pucat sekarang.

  “Y—Yun—Po..roro?” Desis Jaejoong meringis.

Yunho masih berlari kecil mengikuti ranjang rawat istrinya.
Ia menatap cemas pria cantik itu.

  “Kami baru saja pulang dari kebun binatang dan mendapatkan kau dalam keadaan yang—kenapa kau tidak bisa menjaga dirimu eoh?!” Pekik Yunho tidak tahan lagi.

Pipi Jaejoong kembali basah ketika ia melihat mata musang Yunho yang memerah.

  “—Mianhae—” Bisik Jaejoong nyaris tidak terdengar.

Dan Yunho terhenti di depan sepasang pintu berwarna putih.
Pintu yang tidak pernah ia suka.
Pintu yang pernah membuatnya menunggu selama berjam-jam di setiap kelahiran anak-anaknya.

  “Jaejoongie..” Panggil Yunho lirih.

Ia mengusap wajahnya penuh emosi.


-------


Jung Ju Hee hanya duduk diam di atas sofa di dalam kamar orang tuanya sejak Yunho membawa pulang Ummanya dan melanjutkan perawatan di rumah mereka.
Yeoja cantik itu mencengkram roknya yang berjaring-jaring.
Memperhatikan Jaejoong yang masih tertidur sejak kepulangannya di atas ranjang.
Yunho sedang mengurus pekerjaannya di ruang kerja saat ini.

Pria tampan itu memutuskan untuk membawa pulang pekerjaannya ke rumah sampai Jaejoong kembali seperti sedia kala.
Sementara Yunjaeyun masih di sekolah.

Gadis kecil itu beranjak dari duduknya.
Ia berjalan mendekati cermin yang sangat besar di dinding tengah tepat di seberang ranjang kedua orang tuanya.
Mata bulat Ju Hee mengerjap.
Menatap pantulan dirinya di dalam sana.

Dahi gadis itu mengerut.
Apa yang salah dengan pakaiannya?
Ia suka.
Ini kali pertama ia merasakan ketertarikan tertentu setelah ia melihat banyak barang.
Yunho menawarkan puluhan mainan dan museum teddy bear di sayap kanan rumah mereka.

Tapi tidak ada yang membuatnya merasa senang seperti ia melihat baju ini.

Ju Hee sudah pernah meminta yang seperti ini pada Jaejoong setelah ia melihat-lihat majalah milik Chang Gyu.
Tapi pria cantik itu menolaknya mentah-mentah.
Katanya anak gadis tidak boleh memakai yang seperti ini.

Bibir Ju Hee mengerucut.
Ia berbalik, menatap Jaejoong yang masih tertidur pulas.
Kemudian ia menunduk, mencengkram roknya dengan erat.
Mendadak matanya terasa panas.

Mengingat raut kaget bercampur kecewa yang ditunjukkan Jaejoong kepadanya ketika mereka akan berangkat ke kebun binatang.
Ia tidak pernah ditatap seperti itu.
Yunho dan Jaejoong selalu memberinya banyak cinta selama ini.

PRANGG!

Yunho terkejut.
Pria tampan itu refleks berlari menuju kamar tidurnya dan Jaejoong ketika ia mendengar suara pecahan.
Putra sulung Jung Jinki itu membulatkan mata musangnya mendapati putri kecilnya yang berdiri tidak jauh dari cermin kamarnya yang pecah.

Dan sebuah crystal globe kesayangan Jaejoong yang sudah berserakan di bawahnya.

  “Jung Ju Hee! Ya Tuhan! Kau tidak terluka kan?!” Teriak Yunho membungkuk di hadapan putri kecilnya.

Gadis cantik berambut panjang itu menunjukkan wajahnya yang memerah.
Detik berikutnya tangisnya pecah.
Membuat Yunho refleks memeluk putri kesayangannya dan mengerutkan dahinya bingung.
Ia menatap cermin yang pecah itu dan kembali melebarkan matanya mendapatkan bayangan Jaejoong yang sedang memperhatikannya dan putri mereka.

Yunho menoleh ke belakang.
Menatap wajah Jaejoong yang pucat.

  “Jaejoongie—” Lirih Yunho tercekat.
.
.
.
Yunjaeyun masih betah berpelukan dengan Ummanya walaupun calon adik barunya menghalangi dirinya.
Namja berambut cokelat itu sedang menyuapkan potongan apel ke dalam mulutnya dan sesekali memasukkannya ke dalam mulut Jaejoong.
Sementara Ju Hee masih berdiam diri di sofa sejak tadi.

Serpihan kaca itu sudah dibersihkan oleh beberapa pelayan tepat setelah Yunjaeyun kembali dari sekolahnya.

  “Juju” Panggil Jaejoong pelan.

DEG.

Yeoja kecil itu terkejut mendengar panggilan dari Jaejoong.
Ia refleks mengangkat kepalanya dan menatap wajah Jaejoong ragu-ragu.
Mata bulatnya mengerjap ketika Jaejoong tersenyum cantik kepadanya.

  “Sini, peluk Umma” Sambung namja cantik itu mengayunkan tangannya yang bebas.

Ju Hee berdiri.
Berjalan pelan mendekati Jaejoong dan segera menaiki ranjang besar tersebut.
Menatap kakaknya yang terlihat sibuk dengan buah apelnya.
Gadis kecil itu bersandar di bahu Jaejoong yang segera melingkupinya dengan lengannya yang bebas.

Namja cantik itu menunduk, mengecup lembut puncak kepala gadisnya.

  “Mianhae” Bisik Jaejoong lirih.

Tubuh kecil Ju Hee menegang.
Ia mendongak, menatap Jaejoong yang memandang lembut kepadanya.
Gadis kecil itu menggigit bibir bawahnya erat.

Jangan lihat Ju Hee seperti itu lagi, Umma.

Ia ingin mengatakan itu kepada pria cantiknya.
Tapi kemudian gadis kecil itu mengurungkan niatnya dan hanya bisa mengangguk.
Kemudian memejamkan mata bulatnya yang terasa panas.
Ekspresi wajah Jaejoong saat itu—tidak pernah bisa lepas dari ingatannya.
Bahkan mungkin akan selalu menghantui hari-harinya.

Sorot mata Jaejoong waktu itu seakan mengatakan secara tidak langsung bahwa ia tidak dapat menerima Ju Hee dengan sepenuhnya.
Yunjaeyun selalu mendapatkan apa yang ia inginkan tanpa mendapat tuntutan dari Jaejoong ataupun Yunho.
Kenapa?

Apa karena ia anak laki-laki?
Atau karena ia dipersiapkan untuk menjadi pewaris keluarga?

Gadis kecil itu mengerutkan dahinya dan bergerak pelan mencari posisi yang nyaman untuknya.
Wangi tubuh Jaejoong yang manis dan lembut selalu berhasil membuatnya mengantuk dengan cepat.
Dan tidak butuh waktu lama untuk kedua keturunan Jung itu terlelap pulas di pelukan Jaejoong.

CKLEK.

Namja cantik itu mendongak.
Menatap Yunho yang membuka pintu kamar dan menutupnya kembali.
Pria tampan itu melepas jas armaninya yang super mahal dan meletakkannya di gantungan baju.
Kemudian ia menggulung lengan kemejanya hingga sampai di siku dan menghampiri Yunjaeyun.
Jaejoong masih merapatkan bibirnya ketika Yunho mengambil Yunjaeyun, menggendongnya, dan membawanya ke dalam kamar penerus Jung itu.

Pria cantik itu sedikit bergeser, membiarkan Ju Hee mendapatkan jarak yang cukup untuknya melanjutkan tidur pulasnya.

Yunho kembali dalam beberapa menit, ia menggendong Ju Hee dan melakukan hal yang sama seperti yang ia lakukan kepada Yunjaeyun.
Membawa gadis kecilnya kembali ke dalam kamarnya dan memastikan Ju Hee tertidur dengan nyaman.

  “Sudah minum susumu?”

Jaejoong yang baru saja merapikan posisi bantalnya menoleh.
Ia mengangguk dan segera membaringkan tubuhnya pelan-pelan.
Melirik Yunho yang sudah menghilang di balik pintu kamar mandi.
.
.
.
Jaejoong membuka matanya ketika ia merasakan pergerakan di sampingnya.
Mata besarnya segera bertemu pandang dengan Yunho yang sudah berpiyama pada posisinya.
Namja tampan itu beringsut mendekati istrinya.
Hingga ia bersandar pada kepala ranjang dan membawa kepala Jaejoong untuk berbaring di atas dada bidangnya.

Pria cantik itu mendesah nyaman saat Yunho mengusap-usap perut besarnya dan memijatnya pelan.
Kemudian ia mengecup pipi Jaejoong.

  “Uri aegi, gwenchanika?” Bisik Jaejoong lirih.

Memandangi pergerakan tangan Yunho yang membuatnya nyaman.

  “Ne, gwenchana” Balas Yunho pelan.

  “Uisa bilang apa?” Tanya Jaejoong lagi.

Menggigit bibir bawahnya geli ketika jemari Yunho menjalar turun hingga berhenti di depan celana dalamnya.
Mengetuk-ngetuk bagian tersebut dengan jari-jarinya.

  “Stress ringan, dan itu tidak baik untuk kandunganmu”

  “—ngh—”

Mata bulat Jaejoong terpejam ketika tangan Yunho menyusup masuk ke dalam.

  “Aku—melihat Ju Hee ketika ia memecahkan cermin” Desah Jaejoong tertahan.

Yunho menggumam seraya mengecupi pelipis pria cantik itu.

  “—Kupikir selama ini—uh—Yunjaeyun adalah dirimu..hmm..Ternyata aku—aku salah—aahh..”

  “Oh ya?”

  “Y-Ya..Ju Hee—adalah kau yang sesungguhnya..hhh..ah..”

  “Benarkah? Kupikir mereka berdua memiliki porsi masing-masing dari diriku. Sampai sekarang belum ada dari mereka yang menyamai dirimu hn?”

Wajah Jaejoong merah padam.
Pria cantik itu mencengkram leher Yunho dengan tangan kanannya sementara tangan kirinya merenggut seprai.

  “Aku penasaran, mungkin yang seperti dirimu ada di dalam sini” Bisik Yunho sensual.

Tangannya yang satu lagi sudah memutar di perut Jaejoong.
Pria cantik itu memekik.
Ia mendongak hingga urat lehernya menonjol.
Detik berikutnya ia merasakan rembesan hangat yang menggelitiki bagian bawah tubuhnya dan kakinya terasa lemas.

Jaejoong menarik nafasnya dengan rakus dan mendongak.
Menatap Yunho dengan air mata yang menetes membasahi pipi merahnya.
Tatapan yang menyiratkan berbagai emosi yang selama ini tersimpan rapat.
Membuat Yunho menyerah dan membawa namja cantik itu ke dalam ciuman panas setelah membisikkan permintaan maaf yang Jaejoong tuntut dalam diam.

Sweet thorns.

TBC :D

12 komentar:

  1. Bener" keturunan jung dan kim.. Juju nekat kalo lgi emosi, seperti beruang (yunho).

    BalasHapus
  2. Wow, Juju lebih mendominasi sifat Yunho ternyata xD
    Aigoo kaget ama adegan di endingnya, udah lama... hahaha xD

    BalasHapus
  3. Wow, Juju lebih mendominasi sifat Yunho ternyata xD
    Aigoo kaget ama adegan di endingnya, udah lama... hahaha xD

    BalasHapus
  4. Aigoo... Juju sekecil itu udah tau arti tatapan jae aja... It's the jung! Woah.... Always luv your story sel 😉
    Keep writing!

    BalasHapus
  5. Omooo, juju serem kaya yun, penuntut abis, yg sabar jongie :) semangat nulis terus shella

    BalasHapus
  6. Aww appa galak eoh sm umma, pake nampar2 segala ~T_T~ shella mian ne karakter ju hee selalu aku gak suka, sm sprti jae, pengen nya kan ngliat ju hee imut cantik berbau pink lah hehe tp buat aku ff yunjae family shella tuh spesial bgt. feel family nya selalu dapet. Dan sprt biasa karakter si kembar (belum lahir yah) selalu jd favo aku dan skrg nambah yunjaeyun keren bgt karakter nya. Soal nya biasa nya kan karakter yunjaeyun di ceritain udh bsr dan kebanyakan shella selalu fokus dgn karakter ju hee dan si kembar.ahh pkk nya shella Jjang! Love you!

    BalasHapus
  7. Aww appa galak eoh sm umma, pake nampar2 segala ~T_T~ shella mian ne karakter ju hee selalu aku gak suka, sm sprti jae, pengen nya kan ngliat ju hee imut cantik berbau pink lah hehe tp buat aku ff yunjae family shella tuh spesial bgt. feel family nya selalu dapet. Dan sprt biasa karakter si kembar (belum lahir yah) selalu jd favo aku dan skrg nambah yunjaeyun keren bgt karakter nya. Soal nya biasa nya kan karakter yunjaeyun di ceritain udh bsr dan kebanyakan shella selalu fokus dgn karakter ju hee dan si kembar.ahh pkk nya shella Jjang! Love you!

    BalasHapus
  8. Bagus. Aq suka dan mulai belajar menulis dari kamu...
    Numpang baca ya....

    BalasHapus
  9. Lanjut ker3n jjang jjang. Aku suka...
    Numpang baca lagi lagi nanti ya shella-shi...

    BalasHapus
  10. Waduh bang Yun, siapa yg gk stress klo kamu tampar begitu..

    BalasHapus