In your arms, in
this long darkness, I have fallen deeply.
Cause I’ve been
waiting for you and you’ve been waiting for me.
PART
4.
“Ju pulang!”
“Ya Tuhan! Baju jenis apa itu eoh?!”
Kyuhyun yang sedang hamil anak keduanya
dan Changmin tertawa geli mendengar teriakan kaget dari iparnya.
Ia dan Jung Ju Hee sudah mendapatkan
izin dari Yunho untuk berbelanja berdua.
Dan pria berkulit pucat itu sama sekali
tidak menyia-nyiakan kesempatan emasnya hari ini.
Butuh usaha penuh untuk dapat meluluhkan
namja tampan itu.
Yunho begitu protektif terhadap
anak-anaknya.
Terlebih kepada putri tunggalnya.
Karena ia tahu bahwa Jaejoong lagi-lagi
mengandung anak laki-laki kali ini.
Hanya saja dokter bilang bahwa ada
kemungkinan kembar.
“Sebenarnya aku mau membelikannya baju yang seperti kau minta Hyung,
tapi Ju tidak pernah berhenti memandangi baju ini” Ujar Kyuhyun santai.
Jaejoong memijat pangkal hidungnya.
Ia duduk di samping Kyuhyun dan
memandang putri kecilnya yang sedang bersemangat membongkar belanjaannya dengan
Imo.
Pria cantik itu masih memperhatikan baju
selutut yang tergeletak di atas meja.
Oh—bagaimana bisa perempuan sekecil Ju
Hee memakai baju seperti itu eoh?
Gaun putih selutut dengan robekan di
sana-sini yang sudah dilapis dengan kain tile berwarna hitam di bawah roknya.
Lalu pita besar berenda di bagian kanan
atas baju tersebut yang berwarna hitam pekat.
“Tenang saja Hyung, hanya ada satu kok” Celetuk Kyuhyun tersenyum.
Jaejoong mendelik.
“Aku pulang”
“Ne, selamat datang”
Namja cantik itu berdiri dari duduknya dan
menghampiri laki-laki kesayangannya di pintu depan.
Jung Yunjaeyun mengernyitkan dahinya.
“Umma! Kenapa Umma ke sini? Nanti kaki Umma bengkak lagi!” Pekik namja berambut
cokelat itu kaget.
“Gwenchana, tidak sakit kok” Sahut Jaejoong seraya mengusap lembut
kepala pangeran 6 tahunnya.
Ah, Yunjaeyun sudah besar.
Tidak terasa waktu berlalu dengan cepat.
“Ani, kandungan Umma sudah sangat besar, Umma harus menjaga uri
dongsaeng dengan benar” Cerocos Yunjaeyun kesal.
Namja cantik itu menghela nafas.
Ia menyentik dahi putra sulungnya pelan.
“Kau ini persis seperti Appamu”
“No need DNA test anymore
kan?”
Eoh?
Jaejoong tertawa mendengarnya.
Ia mengangguk dan berjalan kembali
memasuki ruang tengah dibantu oleh Yunjaeyun yang sudah memegang tangannya.
“Oppa! Neo wasseo?” Pekik gadis kecil berambut panjang itu tersenyum
cerah.
Yunjaeyun mengangguk.
Ia segera mendudukkan diri di samping
adik kecilnya yang masih sibuk membongkar kantung belanja miliknya dari
Kyuhyun.
Sementara Jaejoong sudah bersandar pada
sandaran sofa bersama Kyuhyun.
“Ju beli ini untuk Oppa, joa?” Tanya gadis kecil itu seraya
memperlihatkan tempat pensil bergambar robot.
Yunjaeyun mengangguk.
Ia menepuk pelan kepala adiknya.
“Ne, joa” Sahutnya lembut.
“Ju sudah tidak sabar ingin ke sekolah seperti Oppa, nanti Ju mau beli
tempat pensil juga” Celoteh Jung Ju Hee tersenyum cerah.
“Imo, Gyunnie tidak ikut?”
Kyuhyun menaikkan alisnya mendengar
pertanyaan dari keponakan tampannya.
Ia menggeleng.
“Chang Gyu punya jadwal bersama Appanya hari ini” Sahut pria berkulit
pucat itu.
“Kemarin saat Gyu Onnie ke rumah, Ju lihat Gyu Onnie main gitar, keren
sekali Umma~!” Pekik Ju Hee mengacungkan ibu jarinya.
Jaejoong tertawa.
“Nanti Ju mau minta Samchon ajarin Ju juga!”
Mwo?
Tawa Jaejoong sontak berhenti ketika ia
mendengar ucapan polos putri kecilnya.
Namja cantik itu segera menggeleng.
“Ani, Umma tidak mau Ju main gitar, itu bukan porsinya anak perempuan”
“Tapi Appa bilang boleh, Umma”
Dahi Jaejoong mengerut.
Yunho memberi izin? Kenapa pria itu
tidak memberitahunya eoh?
Apa ia lupa?
“Ya Umma? Umma saranghaee~!” Seru yeoja kecil itu seraya memeluk
Jaejoong dengan erat.
“Sudah Hyung, izinkan saja, tidak akan mengganggu hidupnya kok” Komentar
Kyuhyun seraya mengusap kepala Ju Hee.
Yunjaeyun sudah melepas tasnya dan
beranjak menaiki tangga untuk mengganti seragam sekolahnya dengan pakaian
rumah.
Jaejoong menghela nafas.
Ia mengusap lembut pipi Ju Hee yang
begitu gembul.
Duh, putrinya yang satu ini manis
sekali.
“Arasseo, tapi ingat, piano dan merangkai bunganya tidak boleh tinggal
ya?” Ujar Jaejoong tersenyum tipis.
Gadis kecil kesayangan Jung Yunho itu
melompat heboh dan berteriak senang.
Sementara Kyuhyun dan Jaejoong hanya
tertawa menanggapi tingkah lucunya.
“Gyu selalu payah kalau sudah waktunya merangkai bunga” Ucap Kyuhyun
tiba-tiba.
“Itu yang kutakutkan, gitar dan musik berisik yang anak-anak perempuan
ini mainkan akan merenggut sisi feminim mereka, aigoo, semoga saja Juju tidak
seperti itu” Balas Jaejoong seraya mengusap perut besarnya.
“Sepertinya tidak, Hyung, selama ini Juju selalu suka dengan warna-warna
pastel dan gaun selutut. Gadis kecilmu begitu manis”
“Ya, dan Yunho sangat protektif kepadanya”
Kyuhyun tertawa.
-------
“Appa, ini bagaimana?”
Keluarga Jung itu sedang bersantai di
ruang keluarga.
Oh—sepertinya hanya Jung Jaejoong yang
bisa dikatakan bersantai.
Pria cantik itu sedang memakan kue
kering di atas sofa sementara kedua anaknya sedang mengerjakan tugas bersama
Yunho.
Yunjaeyun tampak fokus pada tugas
rumahnya.
Dan Ju Hee, gadis kecil itu sedang
mengerjakan tugas bahasa Jepangnya dari les tengah hari yang dijadwalkan Yunho
untuknya.
“Tarik garisnya dari sini, Juju, jangan ulangi kebiasaan itu” Tegur
Yunho pada putri kecilnya yang duduk di pangkuannya.
“Appa, aku sudah selesai, periksa tugasku” Ujar Yunjaeyun seraya
mengetukkan dagunya di atas meja berkaki pendek itu.
“Masih ada soal yang salah, Yun, perbaiki” Balas Yunho setelah ia
mengintip buku tugas putranya.
Yunjaeyun menghembuskan nafas kesal.
Ia melirik televisi sesekali.
Aigoo, kalau begini ia bisa ketinggalan
episode terbaru Kuroshitsuji!
“Masih ada 5 menit lagi, Yun, anime-nya belum main kok” Ujar Jaejoong
menatap putranya yang duduk di atas hambal berbulu.
Bocah tampan itu mendongak.
Menatap Ummanya dengan senyuman cerah.
Ah—Jung Jaejoong selalu mengerti
anak-anaknya.
“Appa, Juju ingin lihat pororo, apa pororo itu benar-benar ada?” Ujar
Jung Ju Hee mendongak.
Membuat dagu Yunho membentur pelan
kepalanya.
“Hm? Tentu saja ada, Pororo tinggal di kutub utara” Sahut Yunho
tersenyum.
“Umma, kutub utara jauh tidak?” Tanya Ju Hee menatap Ummanya.
Jaejoong tertawa, ia mengangguk.
“Kalau jalan kaki bisa sampai?” Tanya gadis kecil itu lagi.
Yunjaeyun menghela nafasnya.
“Jalan kaki besok baru sampai! Harusnya kita naik mobil, ke kebun
binatang, di sana juga ada Pororo” Ujar namja kecil itu seraya menyodorkan
bukunya kepada Yunho.
Namja tampan itu mengambil buku
Yunjaeyun dan segera memeriksanya.
Kemudian ia mengangguk dan tersenyum
tipis.
Bocah kecil itu segera memanjat sofa dan
beringsut ke dalam pelukan Jaejoong yang sudah mengganti acara televisi menjadi
anime kesukaan putranya.
Masih lagu pembuka.
“Kebun binatang? Bukannya kebun itu tempat kita menanam tanaman ya Appa?
Kenapa ada binatangnya?” Tanya Ju Hee lagi.
Yunho menutup buku tugas milik putri
kecilnya.
Ia sedikit memundurkan posisi duduknya
agar gadis kecil itu bisa berselonjor kaki dengan punggung yang bersandar pada
tubuhnya.
“Kebun juga bisa diartikan tempat organisme berkumpul, kebun binatang
itu tempat di mana semua binatang berkumpul, Jung Ju Hee” Sahut Yunho seraya
mengusap rambut putri kecilnya.
Ah, ia suka sekali rambut panjang
berwarna almond ini.
“Kalau begitu Juju mau lihat Pororo! Ya Appa? Besok kita lihat Pororo
ya?”
“Besok hari sabtu, kita bisa pergi pagi-pagi, ini pertama kalinya Juju
ke kebun binatang, kan?”
“Jeongmall Appa?! Omo! Oppa! Kita lihat Pororo besok!”
Gadis kecil itu segera merengut ketika
Yunjaeyun tidak mempedulikannya.
Ia sudah terhipnotis dengan Sebastian
Michaelis yang sedang melayani majikannya di dalam televisi.
Jaejoong tertawa geli.
Ia memandang putri kecilnya dan
mengangguk.
“Ne, kita lihat Pororo besok, itu berarti Juju harus tidur cepat malam
ini” Ujar namja cantik itu.
Jung Ju Hee mengangguk.
Ia menjatuhkan tubuh kecilnya di
pangkuan Appanya dan menggoyangkan kaki kecilnya.
Menikmati bulu-bulu hambal yang
menggelitiki kakinya yang tertutup stoking.
Sementara Yunho bersandar pada kaki sofa
di dekat Jaejoong dan memainkan rambut panjang putrinya.
Pria tampan itu mendongak ketika
Jaejoong menepuk bahunya.
Mata musangnya mengerjap cepat ketika
pria cantik itu mencuri ciuman di bibirnya dan tertawa kecil.
Yunho tersenyum tipis.
Ia kembali bersandar di kaki sofa dan
ikut menonton anime kesukaan putra sulungnya.
Yah, sesekali tidak apa.
Ia juga ingin bersantai bersama
keluarganya seperti ini setelah sekian lama disibukkan dengan rutinitas yang
itu-itu saja.
-------
Jaejoong marah.
Ia tidak mau ikut ke kebun binatang hari
ini.
Namja cantik itu sudah kembali masuk ke
dalam kamarnya dan Yunho meninggalkan suami dan anak-anaknya di ruang keluarga.
Putra bungsu keluarga Kim itu kini sudah
beranjak menaiki ranjang dan menyelimuti tubuhnya.
Tidak mengacuhkan pintu kamar yang
terbuka dan kemunculan suaminya dari sana.
Yunho terlihat sangat tampan hari ini
dengan celana selututnya dan kemeja putih yang ditutupi dengan sweater polo berwarna biru navy.
Laki-laki itu menutup pintu kamar dan
berjalan menghampiri istrinya.
Ia menghela nafas dan duduk di pinggir
ranjang.
“Kau ingin mengecewakan anak-anak? Juju sudah menunggu untuk ini, ia
tidak pernah pergi bersama dengan lengkap sebelumnya” Ujar Yunho menyentuh pipi
Jaejoong dan mengusapnya.
Namja cantik itu mengerutkan dahinya.
Menatap tidak senang mata musang itu.
“Aku sudah bilang pada Kyuhyun agar tidak membelikannya pakaian itu! Aku
tidak suka, Yun!” Seru Jaejoong serak.
Yunho menghela nafasnya.
Jaejoongnya memang tidak mengamuk tadi,
pria cantik itu hanya terlihat kaget ketika mendapati putri kecil mereka sudah
menunggu dengan pakaian yang dibelikan Kyuhyun kemarin pagi.
Ia tentu tahu kekasihnya terluka.
Jaejoongnya selalu bermimpi untuk
memiliki seorang putri yang feminim dan bersikap manis layaknya Kim Yorin.
“Aku—aku sudah menyiapkan pakaian untuknya hari ini, tapi—”
Ucapan Jaejoong tercekat.
Mood
swing pria
itu mengambil alih dengan cepat.
Membuat Yunho harus menghapus air mata
yang jatuh membasahi wajah cantik Jaejoongnya.
Jaejoong yang dulu ia ambil secara
paksa.
“Ia masih kecil, Joongie, lagi pula baju itu hanya ada satu kan? Kau
tidak lupa kalau Kyuhyun itu Imo kesayangannya Juju sejak mereka pertama kali
bertemu. Mungkin ia memakai pakaian itu karena sudah dibelikan Imonya” Ujar
Yunho beringsut mendekati Jaejoong.
Namja cantik itu memalingkan wajahnya.
“Kalian saja yang pergi. Aku tidak ikut” Gumam Jaejoong lirih.
“Jae—”
“Kau dengar aku, Yunnie! Aku tidak mau pergi!”
Namja tampan itu mendesah keras.
Ia menatap tidak senang mata bulat yang
basah itu.
Biasanya Jaejoong tidak pernah kuat
untuk bertahan ketika Yunho sudah memperlihatkan ekspresi marahnya.
Pria itu bisa melakukan apa saja untuk
membuatnya jera karena bertingkah.
Tapi kali ini Jaejoong tidak peduli.
Ia sungguh sakit hati.
Putri kecilnya lebih memilih Kyuhyun
dari pada dirinya.
Ia bahkan menghabiskan waktu yang cukup
lama di lemari pakaian Ju Hee hanya untuk menemukan pakaian yang cocok untuk
putrinya itu.
Tapi Ju Hee sudah muncul dengan baju
barunya yang—
PLAKK!
Pria cantik itu terkejut ketika Yunho
menamparnya.
Air matanya kembali jatuh.
Masih memalingkan wajahnya dari tatapan
tajam itu.
Yunho beranjak dari duduknya.
Deru nafasnya terdengar kacau.
“Kau akan menyesal karena sudah membuat anakku sedih, Jae” Desis Yunho
geram.
BLAM!
Jaejoong berjengit ketika pintu kamar
mereka terbanting dengan kasar.
Pria cantik itu mengusap perut besarnya
seraya bersandar di kepala ranjang.
Membiarkan tangisnya pecah dalam diam.
Yunho tidak pernah lagi menggunakan
tangannya sejak Jung Ju Hee lahir.
Tapi hari ini—
“—kkh”
Jaejoong meringis.
Perutnya terasa melilit.
Ia membuka mulutnya dan berusaha
mengatur nafasnya yang tidak beraturan.
Pipinya berdenyut-denyut sakit ketika ia
melakukan hal itu.
“Gwenchana..Gwenchana..” Desis Jaejoong masih mengusapi perutnya lembut.
Pria cantik itu membaringkan tubuhnya
pelan-pelan dan menarik nafas panjang.
Ia memejamkan mata bulatnya yang basah
seraya menggigit bibir bawahnya erat.
Ia sudah mengecewakan anak-anaknya hari
ini.
Mengecewakan Yunho.
Dan sekarang perutnya terasa
berdenyut-denyut dari dalam.
Jaejoong meringis.
Ia memang bersalah karena sudah bersikap
kekanakan.
Tapi tidakkah Yunho sadar?
Kelakuan Jaejoong hari ini benar-benar
keluar dari karakternya.
Seorang ibu tidak mungkin menyakiti
anaknya.
Ia hanya terbawa mood swing tadi.
Entah mungkin karena perasaan cemburunya
terhadap Kyuhyun atau perasaan kesalnya karena Yunho terlalu sibuk bekerja
hingga lupa untuk memanjakannya.
[ “—kebahagiaanmu harus berada di
atas segalanya, bukan?” ]
BUKK!
Jaejoong melempar kesal bantal milik
Yunho hingga membuat standing lamp
yang menjadi penghias kamar terjatuh dan pecah.
Kemudian ia memejamkan kedua matanya,
berusaha untuk melupakan kesakitannya yang mencekik.
.
.
.
“—Jae!! Jung Jaejoong ireonabwa!!”
DEG!
Jaejoong terkejut.
Mata besarnya terbuka dan dalam sekejap
pusing mengambil alih kesadarannya.
Ia meringis.
Menyipitkan matanya menatap Yunho
yang—berlari?
“Kau pendarahan, Jae, Ya Tuhan—”
Ucapan Yunho yang tercekat membuat
Jaejoong kembali membuka matanya lebar.
Ia mengangkat kepalanya dan membesarkan
matanya melihat kakinya yang berdarah.
Dan dalam sekejap segalanya menjadi
jelas.
Ia sedang berada di atas ranjang rawat
yang didorong dengan cepat oleh beberapa dokter keluarga saat ini.
Entah apa yang terjadi—tapi Jaejoong
masih bisa mengingat kalau Yunho memakai baju itu sebelum ia kehilangan
kesadarannya.
Nafas Jaejoong menderu.
Ia mencengkram seprai dengan kuat.
Wajahnya terlihat pucat sekarang.
“Y—Yun—Po..roro?” Desis Jaejoong meringis.
Yunho masih berlari kecil mengikuti
ranjang rawat istrinya.
Ia menatap cemas pria cantik itu.
“Kami baru saja pulang dari kebun binatang dan mendapatkan kau dalam
keadaan yang—kenapa kau tidak bisa menjaga dirimu eoh?!” Pekik Yunho tidak
tahan lagi.
Pipi Jaejoong kembali basah ketika ia
melihat mata musang Yunho yang memerah.
“—Mianhae—” Bisik Jaejoong nyaris tidak terdengar.
Dan Yunho terhenti di depan sepasang
pintu berwarna putih.
Pintu yang tidak pernah ia suka.
Pintu yang pernah membuatnya menunggu
selama berjam-jam di setiap kelahiran anak-anaknya.
“Jaejoongie..” Panggil Yunho lirih.
Ia mengusap wajahnya penuh emosi.
-------
Jung Ju Hee hanya duduk diam di atas
sofa di dalam kamar orang tuanya sejak Yunho membawa pulang Ummanya dan
melanjutkan perawatan di rumah mereka.
Yeoja cantik itu mencengkram roknya yang
berjaring-jaring.
Memperhatikan Jaejoong yang masih
tertidur sejak kepulangannya di atas ranjang.
Yunho sedang mengurus pekerjaannya di
ruang kerja saat ini.
Pria tampan itu memutuskan untuk membawa
pulang pekerjaannya ke rumah sampai Jaejoong kembali seperti sedia kala.
Sementara Yunjaeyun masih di sekolah.
Gadis kecil itu beranjak dari duduknya.
Ia berjalan mendekati cermin yang sangat
besar di dinding tengah tepat di seberang ranjang kedua orang tuanya.
Mata bulat Ju Hee mengerjap.
Menatap pantulan dirinya di dalam sana.
Dahi gadis itu mengerut.
Apa yang salah dengan pakaiannya?
Ia suka.
Ini kali pertama ia merasakan
ketertarikan tertentu setelah ia melihat banyak barang.
Yunho menawarkan puluhan mainan dan
museum teddy bear di sayap kanan
rumah mereka.
Tapi tidak ada yang membuatnya merasa
senang seperti ia melihat baju ini.
Ju Hee sudah pernah meminta yang seperti
ini pada Jaejoong setelah ia melihat-lihat majalah milik Chang Gyu.
Tapi pria cantik itu menolaknya mentah-mentah.
Katanya anak gadis tidak boleh memakai
yang seperti ini.
Bibir Ju Hee mengerucut.
Ia berbalik, menatap Jaejoong yang masih
tertidur pulas.
Kemudian ia menunduk, mencengkram roknya
dengan erat.
Mendadak matanya terasa panas.
Mengingat raut kaget bercampur kecewa
yang ditunjukkan Jaejoong kepadanya ketika mereka akan berangkat ke kebun
binatang.
Ia tidak pernah ditatap seperti itu.
Yunho dan Jaejoong selalu memberinya
banyak cinta selama ini.
PRANGG!
Yunho terkejut.
Pria tampan itu refleks berlari menuju
kamar tidurnya dan Jaejoong ketika ia mendengar suara pecahan.
Putra sulung Jung Jinki itu membulatkan
mata musangnya mendapati putri kecilnya yang berdiri tidak jauh dari cermin
kamarnya yang pecah.
Dan sebuah crystal globe kesayangan Jaejoong yang sudah berserakan di
bawahnya.
“Jung Ju Hee! Ya Tuhan! Kau tidak terluka kan?!” Teriak Yunho membungkuk
di hadapan putri kecilnya.
Gadis cantik berambut panjang itu menunjukkan
wajahnya yang memerah.
Detik berikutnya tangisnya pecah.
Membuat Yunho refleks memeluk putri
kesayangannya dan mengerutkan dahinya bingung.
Ia menatap cermin yang pecah itu dan
kembali melebarkan matanya mendapatkan bayangan Jaejoong yang sedang
memperhatikannya dan putri mereka.
Yunho menoleh ke belakang.
Menatap wajah Jaejoong yang pucat.
“Jaejoongie—” Lirih Yunho tercekat.
.
.
.
Yunjaeyun masih betah berpelukan dengan
Ummanya walaupun calon adik barunya menghalangi dirinya.
Namja berambut cokelat itu sedang
menyuapkan potongan apel ke dalam mulutnya dan sesekali memasukkannya ke dalam
mulut Jaejoong.
Sementara Ju Hee masih berdiam diri di
sofa sejak tadi.
Serpihan kaca itu sudah dibersihkan oleh
beberapa pelayan tepat setelah Yunjaeyun kembali dari sekolahnya.
“Juju” Panggil Jaejoong pelan.
DEG.
Yeoja kecil itu terkejut mendengar
panggilan dari Jaejoong.
Ia refleks mengangkat kepalanya dan
menatap wajah Jaejoong ragu-ragu.
Mata bulatnya mengerjap ketika Jaejoong
tersenyum cantik kepadanya.
“Sini, peluk Umma” Sambung namja cantik itu mengayunkan tangannya yang
bebas.
Ju Hee berdiri.
Berjalan pelan mendekati Jaejoong dan
segera menaiki ranjang besar tersebut.
Menatap kakaknya yang terlihat sibuk
dengan buah apelnya.
Gadis kecil itu bersandar di bahu
Jaejoong yang segera melingkupinya dengan lengannya yang bebas.
Namja cantik itu menunduk, mengecup
lembut puncak kepala gadisnya.
“Mianhae” Bisik Jaejoong lirih.
Tubuh kecil Ju Hee menegang.
Ia mendongak, menatap Jaejoong yang
memandang lembut kepadanya.
Gadis kecil itu menggigit bibir bawahnya
erat.
Jangan
lihat Ju Hee seperti itu lagi, Umma.
Ia ingin mengatakan itu kepada pria
cantiknya.
Tapi kemudian gadis kecil itu
mengurungkan niatnya dan hanya bisa mengangguk.
Kemudian memejamkan mata bulatnya yang
terasa panas.
Ekspresi wajah Jaejoong saat itu—tidak
pernah bisa lepas dari ingatannya.
Bahkan mungkin akan selalu menghantui
hari-harinya.
Sorot mata Jaejoong waktu itu seakan
mengatakan secara tidak langsung bahwa ia tidak dapat menerima Ju Hee dengan
sepenuhnya.
Yunjaeyun selalu mendapatkan apa yang ia
inginkan tanpa mendapat tuntutan dari Jaejoong ataupun Yunho.
Kenapa?
Apa karena ia anak laki-laki?
Atau karena ia dipersiapkan untuk
menjadi pewaris keluarga?
Gadis kecil itu mengerutkan dahinya dan
bergerak pelan mencari posisi yang nyaman untuknya.
Wangi tubuh Jaejoong yang manis dan
lembut selalu berhasil membuatnya mengantuk dengan cepat.
Dan tidak butuh waktu lama untuk kedua
keturunan Jung itu terlelap pulas di pelukan Jaejoong.
CKLEK.
Namja cantik itu mendongak.
Menatap Yunho yang membuka pintu kamar
dan menutupnya kembali.
Pria tampan itu melepas jas armaninya
yang super mahal dan meletakkannya di gantungan baju.
Kemudian ia menggulung lengan kemejanya
hingga sampai di siku dan menghampiri Yunjaeyun.
Jaejoong masih merapatkan bibirnya ketika
Yunho mengambil Yunjaeyun, menggendongnya, dan membawanya ke dalam kamar
penerus Jung itu.
Pria cantik itu sedikit bergeser,
membiarkan Ju Hee mendapatkan jarak yang cukup untuknya melanjutkan tidur
pulasnya.
Yunho kembali dalam beberapa menit, ia
menggendong Ju Hee dan melakukan hal yang sama seperti yang ia lakukan kepada
Yunjaeyun.
Membawa gadis kecilnya kembali ke dalam
kamarnya dan memastikan Ju Hee tertidur dengan nyaman.
“Sudah minum susumu?”
Jaejoong yang baru saja merapikan posisi
bantalnya menoleh.
Ia mengangguk dan segera membaringkan
tubuhnya pelan-pelan.
Melirik Yunho yang sudah menghilang di
balik pintu kamar mandi.
.
.
.
Jaejoong membuka matanya ketika ia
merasakan pergerakan di sampingnya.
Mata besarnya segera bertemu pandang
dengan Yunho yang sudah berpiyama pada posisinya.
Namja tampan itu beringsut mendekati
istrinya.
Hingga ia bersandar pada kepala ranjang
dan membawa kepala Jaejoong untuk berbaring di atas dada bidangnya.
Pria cantik itu mendesah nyaman saat
Yunho mengusap-usap perut besarnya dan memijatnya pelan.
Kemudian ia mengecup pipi Jaejoong.
“Uri aegi, gwenchanika?” Bisik Jaejoong lirih.
Memandangi pergerakan tangan Yunho yang
membuatnya nyaman.
“Ne, gwenchana” Balas Yunho pelan.
“Uisa bilang apa?” Tanya Jaejoong lagi.
Menggigit bibir bawahnya geli ketika
jemari Yunho menjalar turun hingga berhenti di depan celana dalamnya.
Mengetuk-ngetuk bagian tersebut dengan
jari-jarinya.
“Stress ringan, dan itu tidak baik untuk kandunganmu”
“—ngh—”
Mata bulat Jaejoong terpejam ketika
tangan Yunho menyusup masuk ke dalam.
“Aku—melihat Ju Hee ketika ia memecahkan cermin” Desah Jaejoong
tertahan.
Yunho menggumam seraya mengecupi pelipis
pria cantik itu.
“—Kupikir selama ini—uh—Yunjaeyun adalah dirimu..hmm..Ternyata aku—aku
salah—aahh..”
“Oh ya?”
“Y-Ya..Ju Hee—adalah kau yang sesungguhnya..hhh..ah..”
“Benarkah? Kupikir mereka berdua memiliki porsi masing-masing dari
diriku. Sampai sekarang belum ada dari mereka yang menyamai dirimu hn?”
Wajah Jaejoong merah padam.
Pria cantik itu mencengkram leher Yunho
dengan tangan kanannya sementara tangan kirinya merenggut seprai.
“Aku penasaran, mungkin yang seperti dirimu ada di dalam sini” Bisik
Yunho sensual.
Tangannya yang satu lagi sudah memutar
di perut Jaejoong.
Pria cantik itu memekik.
Ia mendongak hingga urat lehernya
menonjol.
Detik berikutnya ia merasakan rembesan
hangat yang menggelitiki bagian bawah tubuhnya dan kakinya terasa lemas.
Jaejoong menarik nafasnya dengan rakus
dan mendongak.
Menatap Yunho dengan air mata yang
menetes membasahi pipi merahnya.
Tatapan yang menyiratkan berbagai emosi
yang selama ini tersimpan rapat.
Membuat Yunho menyerah dan membawa namja
cantik itu ke dalam ciuman panas setelah membisikkan permintaan maaf yang
Jaejoong tuntut dalam diam.
Sweet
thorns.
TBC
:D
Bener" keturunan jung dan kim.. Juju nekat kalo lgi emosi, seperti beruang (yunho).
BalasHapuscepet dilanjut kakak :3
BalasHapusWow, Juju lebih mendominasi sifat Yunho ternyata xD
BalasHapusAigoo kaget ama adegan di endingnya, udah lama... hahaha xD
Wow, Juju lebih mendominasi sifat Yunho ternyata xD
BalasHapusAigoo kaget ama adegan di endingnya, udah lama... hahaha xD
Aigoo... Juju sekecil itu udah tau arti tatapan jae aja... It's the jung! Woah.... Always luv your story sel 😉
BalasHapusKeep writing!
Omooo, juju serem kaya yun, penuntut abis, yg sabar jongie :) semangat nulis terus shella
BalasHapusAww appa galak eoh sm umma, pake nampar2 segala ~T_T~ shella mian ne karakter ju hee selalu aku gak suka, sm sprti jae, pengen nya kan ngliat ju hee imut cantik berbau pink lah hehe tp buat aku ff yunjae family shella tuh spesial bgt. feel family nya selalu dapet. Dan sprt biasa karakter si kembar (belum lahir yah) selalu jd favo aku dan skrg nambah yunjaeyun keren bgt karakter nya. Soal nya biasa nya kan karakter yunjaeyun di ceritain udh bsr dan kebanyakan shella selalu fokus dgn karakter ju hee dan si kembar.ahh pkk nya shella Jjang! Love you!
BalasHapusAww appa galak eoh sm umma, pake nampar2 segala ~T_T~ shella mian ne karakter ju hee selalu aku gak suka, sm sprti jae, pengen nya kan ngliat ju hee imut cantik berbau pink lah hehe tp buat aku ff yunjae family shella tuh spesial bgt. feel family nya selalu dapet. Dan sprt biasa karakter si kembar (belum lahir yah) selalu jd favo aku dan skrg nambah yunjaeyun keren bgt karakter nya. Soal nya biasa nya kan karakter yunjaeyun di ceritain udh bsr dan kebanyakan shella selalu fokus dgn karakter ju hee dan si kembar.ahh pkk nya shella Jjang! Love you!
BalasHapusaduh kak, keren bgt T.T
BalasHapusBagus. Aq suka dan mulai belajar menulis dari kamu...
BalasHapusNumpang baca ya....
Lanjut ker3n jjang jjang. Aku suka...
BalasHapusNumpang baca lagi lagi nanti ya shella-shi...
Waduh bang Yun, siapa yg gk stress klo kamu tampar begitu..
BalasHapus