Tittle:
BABO BOY
Genre:
YAOI
Author:
Shella Rizal a.k.a Park Sooji
Cast:
Yunjae and other
Length:
ONESHOOT
Rating:
family-romance-sweet-friendship
WARNING:
BOY x BOY! Yg ga suka YAOI mending cabut aja dari sini, cos author Cinta damai~
*kibar2
kutang Jae umma*
-------
I don’t know why im in love,
I’m in love to you.
“Hello
beautiful, is anybody home?”
.
.
.
Dokter tampan bernama Jung Yunho itu berjalan santai memasuki pelataran
rumah sakit jiwa tempatnya bekerja.
Seulas senyum ringan terpatri di bibir tebalnya ketika beberapa pasien
yang berlalu-lalang di sekitarnya tampak menikmati kegiatan bebas mereka.
Ada yang duduk di atas rumput dan bermain dengan bonekanya.
Ada yang berlari-lari memutari ayunan.
Dan ada juga yang duduk bersandar di dinding koridor, menyanyikan sebuah
lagu asing dengan bahagia.
Pria bermata tajam itu tidak mengacuhkan kerumunan para suster cantik
yang baru saja dilewatinya.
Walaupun ia mendengar pujian-pujian yang dilontarkan untuknya, ia hanya
menanggapinya dengan tenang.
Kaki jenjangnya bergerak melewati bangsal anak-anak, di mana pasien
berumur delapan sampai enam belas tahun berkeliaran bebas di halaman luas yang
terhampar sejauh mata memandang.
“Anyeong” Sapa Yunho melambaikan
tangannya.
Ah—dokter berwajah kekanakan yang bertugas khusus di bangsal kanak-kanak
itu balas melambai.
Ia tersenyum dengan cerahnya, bahkan raut ceria dokter bernama Shim
Changmin itu terlihat tak ada bedanya dengan wajah para pasien cilik yang
ditanganinya.
Yunho berjalan menghampiri Changmin.
Ia menaikkan alisnya dengan kedua tangan yang berada di dalam saku
celananya.
“Apa jadwalmu hari ini, dokter
Shim?”
“Aku akan ke rumah sakit di
Gwangju siang nanti, lalu sorenya kembali ke sini”
“Bagaimana dengan tawaran dari
ayahku untukmu bekerja tetap di sini? Kau tidak lelah menempuh perjalanan jauh
untuk ke rumah sakit yang berbeda setiap harinya hm?”
“Hahaha, ani, Hyung, gwenchana.
Lagipula aku cukup menikmati pekerjaanku ini, bukankah semakin banyak rumah
sakit yang memanggilku itu semakin bagus? Itu artinya aku profesional~”
“Ck, jadi kau ingin mengatakan
kalau aku dan Yoochun tidak pro sama sekali eh?”
“Itu kau tahu! Hahahaha!”
Ck.
Yunho memutar bola matanya malas.
Berhadapan dengan bocah yang terjebak dalam tubuh pria dewasa seperti
Shim Changmin ini terkadang sungguh menguras kesabarannya.
“Hyung masih mengobservasi rumah
sakit ya? Enak sekali, tidak perlu menjenguk pasien satu persatu” Gumam
Changmin kembali mendudukkan dirinya di atas rumput.
“Ya, dan kemudian tulang kakiku
akan menyusut” Balas Yunho seraya menjitak kepala bocah jenius itu.
Changmin tertawa.
Ia mendorong kaki Yunho bermaksud menyuruh namja tampan itu untuk pergi.
Dan Yunho memutuskan untuk kembali melanjutkan pengamatannya.
Sesekali tersenyum konyol mengingat ledekan dari namja berwajah
kekanakan itu.
Yah, Yunho masih mengerjakan tugas kecilnya sampai saat ini.
Bahkan sudah dua bulan berlangsung dari semenjak ia tiba ke rumah sakit
ini atas panggilan ayahnya.
Pria paruh baya itu memintanya untuk menggantikan dirinya sebagai dokter
utama sekaligus pemilik rumah sakit besar ini.
Jung Jinki ingin pensiun, begitu katanya.
Padahal itu hanya bualannya saja agar ia bisa bebas berkeliling dunia
bersama ibunya.
Ck, Yunho sudah tahu akan hal itu.
Hn?
Pria tampan itu menaikkan alisnya ketika mata musangnya tanpa sadar
menangkap sesosok pria paruh baya berpakaian resmi yang berjalan di ujung
koridor.
Walau dari jarak sejauh ini Yunho masih bisa melihat kalau pria itu
memegang sebuket bunga lili segar di tangan kanannya.
E-eh, pria tampan itu bersidekap sejenak, dengan dahi yang mengernyit
lucu.
Mencoba mengingat-ingat pasien mana yang memiliki wali eksentrik seperti
itu.
“Huh?”
Detik berikutnya Yunho mengerjapkan mata, ia berjengit bingung.
Pria paruh baya itu sudah menghilang dari pandangannya.
-------
Dokter bermata musang itu
tampak sedang berjalan pelan memasuki pelataran rumah sakit seraya mengecek
daftar jenguk pasiennya hari ini.
Pria tampan itu terlalu
serius dengan papan jenguknya, sampai ia tersentak kaget ketika bahunya
tersenggol oleh seseorang yang berjalan di sampingnya.
Yunho menoleh, kemudian ia
membulatkan mata musangnya kaget.
“Anda---”
“Maaf, saya tidak sengaja”
“Ani, ani, bukan itu maksudku, sama sekali
tidak masalah, lagipula aku juga tidak memerhatikan jalan”
Pria paruh baya berpakaian
resmi itu tersenyum ramah kepadanya.
Kemudian ia berlalu begitu
saja.
Meninggalkan Yunho untuk
berbelok ke koridor sebelah kiri seperti yang sudah-sudah.
Dahi namja tampan itu
mengernyit.
Kemudian ia kembali fokus
dengan papan jenguknya dan menyibak brutal setiap halaman yang ada.
Hingga gerakannya terhenti
pada lembar kertas paling akhir.
“Aneh” Gumam Yunho semakin mengernyitkan
dahinya.
Bukankah nama dan data
pasien yang ada di sini seharusnya tertulis lengkap seperti pada umumnya?
Tapi…Mengapa hanya pada
lembar terakhir?
Mengapa hanya pada kamar
nomor 9095 data itu kosong?
Yunho tidak mengerti.
Apakah ada kesalahan?
Ah—tunggu.
Kamar nomor 9095 itu…Kamar
yang ada di koridor kiri, kan?
.
.
.
Dokter tampan itu menghela
nafas panjang.
Ia tidak bisa menghubungi
ayahnya sampai saat ini.
Hanya suara operator sialan
itu yang terus berbicara sejak tadi.
Ck.
Kalau begini bagaimana
caranya ia tahu?
Yunho tidak bisa menemukan
data apapun mengenai pasien 9095 itu di komputer ayahnya.
Bahkan bagian informasi pun
menutup mulut.
Ia sungguh penasaran.
Ada apa di sana.
Pasien seperti apa yang
dirawat di sana hingga ayahnya turun tangan seperti ini.
Menebak kalau itu adalah
pasien yang sedang koma sungguh tidak mungkin.
Rumah sakit ini adalah rumah
sakit jiwa.
“Yo, Yunho! Kusut sekali eh? Apa Tiffany
Hwang itu mengganggumu lagi? Ia terus memberitahu semua orang kalau kau akan
segera menikah dengannya” Ujar Dokter bernama Park Yoochun yang berjalan dari
arah berlawanan.
Yunho mendesah pendek.
Ia mengangkat bahunya.
“Dan semua orang juga tahu kalau yeoja cantik
itu hanya frustasi karena ditinggal calon suaminya” Balasnya lesu.
Yoochun menghampiri namja
tampan itu.
Ia berdiri di depan Yunho
dengan kedua tangan yang tersembunyi di balik saku jas putihnya.
Dengan senyum paling menawan
yang pernah ada, Yoochun memiringkan kepalanya.
“Ada yang mengganggumu?”
Hm.
Yunho mengangguk.
“Oke, beritahu aku”
“Aku tidak tahu kau tahu atau tidak, ck,
komputer saja kosong”
“Yunho”
“Ya ya, maafkan aku. Aku hanya bingung, Jung
Uisa itu tidak bisa dihubungi sejak pagi”
“Ada apa mencari Bujangnim? Jangan bilang kau
ingin mengundurkan diri, ayolah, bahkan belum setahun kau di sini”
Yunho menatap jengah ke arah
Yoochun.
Sementara namja berpipi
chubby itu menyengir lebar.
“Ini tentang pasien 9095. Aku tidak menemukan
data apapun yang berhubungan dengannya. Yang ada hanya keterangan tentang kamar
itu telah ditempati oleh seorang pasien yang ditangani secara langsung oleh
ayahku”
Eoh?
Mata jenaka Yoochun membesar
lucu.
Pria berpipi chubby itu
menepuk bahu Yunho.
Ia mengerutkan dahinya.
“Jadi kau tidak tahu? Oh, wajar saja
mengingat kau belum lama bekerja di sini”
“Maksudmu, kau tahu?”
“Ya, tentu saja. Kita semua tahu. Kalau
pasien 9095 itu tidak pernah sekalipun keluar dari kamarnya. Hmm, kecuali pada
hari minggu, ia akan duduk di taman belakang bersama seorang pasien wanita
lainnya. Ia sudah dirawat selama setahun, tapi segala informasi mengenai
dirinya tertutup rapat. Jung Bujangnim tidak mengatakan apapun kecuali kalau
pasien itu adalah pasien khususnya”
Oke, itu panjang. Pikir
Yunho dalam hatinya.
“Sekarang beritahu aku apa yang kau pikirkan”
Ucap Yoochun menaikkan alisnya.
Yunho mendongak, mata
musangnya mengerjap cepat.
“Aku akan mendatanginya” Sahutnya kilat.
Yoochun berdehem.
Tersenyum tipis di balik
kacamata minusnya.
“Well,
semoga beruntung” Gumamnya pelan.
.
.
.
Yunho berjalan cepat dengan
postur tidak sabar di sepanjang koridor kiri itu.
Kedua jemarinya mengepal
erat.
Dengan raut terkaku yang ia
punya.
Ia akan menggantikan ayahnya
di sini.
Dan ia sama sekali tidak
senang dengan kelakuan ayahnya yang meng-istimewakan seorang pasien.
Hei, pasien sakit jiwa itu
semuanya sama saja.
Sama-sama tidak waras.
Jadi bagian mananya yang
perlu dibeda-bedakan sampai harus diberi kamar khusus segala eoh?
TAP.
Langkah kaki Yunho berhenti
tepat di hadapan sebuah pintu berwarna abu-abu dengan ornamen daun.
Dadanya sedikit berdebar
memandang seluruh dinding hanya terdapat satu pintu di sini.
Oh, koridor yang panjangnya
memakan keringat itu hanya memiliki satu kamar rawat.
Great.
Yunho semakin penasaran
dengan pasien 9095 ini.
CKLEK.
Pria tampan itu membuka
pelan pintu berwarna abu-abu itu.
Ia membuang rasa bersalahnya
karena sudah bersikap kurang sopan di dalam hatinya.
Ah, maksudku, bukankah yang
ada di dalam sini adalah pasien sakit jiwa?
Tentu etika mengetuk pintu
sebelum masuk tidak akan berlaku untuknya kan?
Yunho mendesah pendek
setelah ia berputar dengan cepat dan kembali menutup pintu tersebut.
Dan sedetik kemudian ia
segera membalikkan tubuhnya.
DEG!
Oh—.
Kedua mata musang Yunho
melebar sempurna.
Pria itu membeku di tempat.
Nafasnya berhenti selama
beberapa detik.
Sampai kemudian hidungnya
mengerut lucu dengan nafas yang memburu karena kaget.
Lalu Yunho merasakan dadanya
berdebar-debar kencang.
Sangat kencang seolah
jantungnya akan lepas dari tempatnya.
Iris musang Yunho menangkap
sesosok pasien berseragam biru yang terduduk di atas ranjangnya.
Pasien cantik yang balas
menatapnya dengan kedua mata bulatnya yang legam.
Rambut almond-nya tampak bergoyang pelan karena tiupan angin yang masuk
melalui celah jendela kaca di samping ranjangnya.
Detik berikutnya Yunho
mengerjap ia bisa melihat dengan jelas kalau pasien cantik itu juga kaget
karena kedatangannya yang mendadak.
Hingga membuat kacamata minus
yang bertengger di hidung bangirnya menjadi sedikit melorot.
Oh—dan tidak membutuhkan
waktu yang lama untuk Yunho menyadarkan dirinya sendiri.
Kalau ia telah jatuh cinta.
-------
Yoochun dan Changmin masih
berdiam diri sejak tadi.
Mereka berdua saling melirik
tanpa mengucapkan sepatah katapun.
Oh ya, setelah mendengar
pengakuan dari Yunho kalau pria tampan itu telah terpesona pada seorang pasien
di rumah sakit ini Yoochun dan Changmin tidak tahu harus berkata apa.
Demi dewa makanan. Gumam
Changmin dalam hatinya.
Sementara Yunho masih
terduduk diam di kursi pribadinya.
Ia terus menunduk.
Dengan kedua tangan yang
saling bertaut cemas.
Desahan berat terus
berhembus dari mulutnya.
Aigoo.
“Aku baru ingat kalau pria ber-jas itu juga
ada di sana waktu itu” Ujar Yunho setelah beberapa menit ia bungkam.
Yoochun dan Changmin kembali
saling melirik.
“Hmm, itu berarti ada seseorang yang melihat
dan sadar betul akan tingkah konyolmu. Melarikan diri begitu saja setelah
bertatap muka dengan pasien yang seharusnya kau periksa” Komentar Changmin
mengangguk-anggukkan kepalanya.
Yunho menyandarkan
punggungnya pada sandaran kursi.
Ia memijat pelipisnya.
“Ya, sungguh memalukan” Sambungnya.
“Atau kau bisa kembali ke sana dan
berpura-pura seolah tidak ada hal aneh yang terjadi” Celetuk Yoochun kemudian.
Yunho mengernyit.
“Ah! Ide bagus! Katakan saja kalau kau
melupakan papan jengukmu—atau mendadak alam memanggilmu” Ujar Changmin
tersenyum lebar.
Yunho dan Yoochun saling
memandang.
Kemudian pria tampan itu
mengindikkan bahunya.
“Aku lebih suka opsi yang pertama” Ujarnya.
“Well,
kalau begitu masalah selesai! Cah, aku harus segera kembali sebelum jadwal
rumah sakit Chungnam memanggilku” Balas Changmin berdiri dari duduknya.
Yoochun ikut berdiri, ia masih
memiliki beberapa pasien untuk dijenguk dan diperiksa sampai dua jam ke depan.
Yunho hanya menghela nafas
pasrah.
.
.
.
CKLEK.
Jung Yunho tersenyum tipis
ketika ia membuka satu-satunya pintu berwarna abu-abu di sepanjang koridor kiri
rumah sakit.
Mata musangnya menangkap
sesosok pasien cantik yang duduk terkantuk-kantuk di kepala ranjangnya.
Aih, lucu sekali, gemas
Yunho dalam hatinya.
Dokter berjas putih itu
mengedarkan pandangannya, mencari seseorang yang tadinya ada di sini menemani
pasien cantik itu.
Hm, tidak ada.
Mungkin ia sudah pulang.
Yunho menutup pintu kamar,
lalu ia berjalan menghampiri sang pasien yang masih tidak mengacuhkan
kehadirannya.
Sejenak Yunho mengedarkan
pandangannya.
Sedikitnya ia terpesona pada
desain interior kamar rawat yang satu ini.
Ia cukup menyukai wallpaper berwarna hijau muda dengan
aksen bunga sakura di setiap sudut atasnya.
Lalu beberapa jendela kaca
yang membuat matahari menembus masuk menyinari sederetan tanaman kecil yang
berjejer di samping jendela.
“Anyeong” Sapa Yunho tersenyum.
Pasien cantik yang
terkantuk-kantuk itu sontak mengangkat kepalanya.
Membiarkan jantung sialan
Yunho berpacu dengan cepat untuk yang kedua kalinya.
Wajah cantik itu tampak
segar, kacamata minus itu sudah menghilang dari hidung bangirnya.
Mungkin itu milik pria tadi,
pikir Yunho.
Sepasang mata besar berwarna
hitam legam itu terbuka sempurna.
Bergerak pelan menelusuri
wajah tampan si dokter berjas putih.
Kemudian ia memiringkan
wajahnya, tampang polosnya sungguh lucu.
Membuat Yunho tidak tahan
untuk tidak mencubit pipi gembulnya.
“Aku Jung Yunho, putra dari dokter yang
selama ini merawatmu. Ia sudah pensiun, jadi mulai sekarang aku adalah
doktermu” Ujar Yunho lembut.
Pasien cantik itu kini
memiringkan wajahnya ke arah yang berlawanan.
Membuat kadar imutnya
meningkat seratus persen.
Aih!
Yunho menurunkan
pandangannya sejenak, meneliti sederet huruf hangul yang tercetak di dada kanan
seragam pasien cantik itu.
“Kim Jaejoong?” Gumamnya geli.
Pria cantik itu tidak
bersuara.
Ia hanya menyipitkan mata
bulatnya yang indah dengan cara yang lucu.
Kemudian ia memiringkan
kepalanya ke kiri dan kanan dengan tempo yang sedikit cepat.
Sungguh lucu dan
menggemaskan, seperti boneka yang ada di etalase toko, pikir Yunho lagi.
Pria tampan itu dengan cepat
menangkup wajah cantik Jaejoong.
Kemudian ia tertawa geli.
“Lehermu bisa pegal kalau seperti itu”
Ujarnya.
Eoo?
Pasien bernama Kim Jaejoong
itu hanya tersenyum lugu, setelah sebelumnya ia membulatkan bibirnya tanpa
suara yang keluar.
“Hm? Aku belum mendengarmu berbicara sejak
tadi, cah, katakan sesuatu” Pinta Yunho seraya menekan papan jenguknya, ia
harus menuliskan laporan mengenai kesehatan Jaejoong mulai hari ini.
Tapi pria cantik itu seolah
tidak mengerti akan maksud dari ucapan Yunho.
Ia hanya tersenyum manis
memandangi wajah tampan sang dokter.
Hingga pria tampan yang
kikuk itu harus mati-matian menahan wajahnya yang menghangat.
Yunho berdehem, ia berdiri
dari duduknya, kemudian bergerak dengan salah tingkah di sekitar tanaman yang
berjejer di jendela.
“Kau suka tanaman? Mereka cantik sekali” Puji
Yunho masih dengan senyumnya.
Pria tampan itu mendengar
suara gesekan dari atas ranjang.
Ia tahu Jaejoong telah turun
dari sana.
Dua tiga langkah, dan
Jaejoong sudah berdiri di samping Yunho.
Ia tersenyum manis dan
memutar-mutar pot bunga kecil yang ada di dekatnya.
Yunho tertawa gemas.
Oh—sudah terhipnotis huh?
Secepat itu?
“Baiklah, dilihat dari keadaanmu kau
baik-baik saja. Hanya masalah suaramu. Mungkin besok kau akan mau mengobrol
denganku” Ujar Yunho.
Jaejoong mengerjapkan
matanya.
Kembali memiringkan
kepalanya ke kiri dan kanan, hingga Yunho harus menahannya sekali lagi dan
tertawa lepas.
Ah, ia tidak butuh lagi
pasien lainnya.
Cukup dengan Kim Jaejoong
saja.
Yah, itu saja sudah cukup.
Pikir Yunho lagi.
-------
Hari berganti minggu, dan minggu berganti bulan.
Tidak terasa sudah hampir setengah tahun Yunho menikmati pekerjaannya
sebagai dokter khusus untuk pasien tanpa suara yang bernama Kim Jaejoong itu.
Yoochun dan Changmin sudah tidak ambil pusing lagi.
Mereka justru senang melihat Yunho tidak lagi mengeluh seperti yang
sudah-sudah.
Bahkan ayahnya yang sampai sekarang masih tidak ada kabar tidak
dipedulikannya lagi.
Waktu dan dunianya kini tersita untuk Kim Jaejoong seorang.
Si cantik misterius dengan seorang laki-laki paruh baya yang selalu
menjenguknya secara rutin.
Yunho tidak pernah tahu apa dan bagaimana hubungan pria tua itu dengan
pasien cantiknya.
Karena pria itu selalu tersenyum sopan kepada Yunho di dekat pintu kamar
rawat Jaejoong ketika ia datang berkunjung.
Di mana secara halusnya pria
paruh baya itu memintanya untuk meninggalkan dirinya bersama Jaejoong di dalam
sana.
Tapi setelah melalui
beberapa pengamatan dari Yoochun dan Changmin, Yunho mengambil kesimpulan kalau
tidak ada yang istimewa dari pria paruh baya itu.
Ia terlalu tua untuk menjadi
kekasih Jaejoong dan terlalu beda rupa untuk menjadi ayah Jaejoong.
Mungkin pria itu hanya
seorang kenalan yang suka menjenguknya.
Yah, siapa yang tidak akan
tersenyum kalau melihat wajah polos dari Kim Jaejoong eoh?
Terutama saat ia
menggerakkan kepalanya miring ke kiri dan ke kanan.
Lucu sekali.
“Oi, eodisseo?” Seru Yoochun melambaikan
tangannya.
Yunho yang terpanggil
membalikkan tubuhnya, tersenyum kepada rekan kerjanya.
“9095” Balasnya setengah berteriak.
Ia baru saja akan kembali
melanjutkan langkahnya kalau saja Yoochun tidak kembali melambai-lambaikan
tangannya.
“Ini hari minggu, Yunho!” Ujar pria berpipi
chubby itu.
Oh!
Yunho menepuk dahinya.
Ia lupa kalau ini hari
minggu.
Dan spesial untuk hari ini
Jaejoong selalu punya jadwal rutin untuk dilakukan.
Ia akan datang ke taman
belakang rumah sakit dan duduk di atas kursi bersandar bersama seorang wanita
paruh baya yang masih tampak cantik.
Mereka akan saling bersandar
dan Jaejoong akan tertidur di pundak wanita tersebut.
Sementara wanita tua itu
akan memanggil-manggil nama Kim Junsu tanpa lelah.
Yunho, Yoochun dan Changmin
tidak ambil pusing soal itu.
Yah, pasien sakit jiwa
memang memiliki kelakuan yang unik.
Tapi hari ini ada yang
berbeda.
Jaejoong memang duduk di
samping wanita tua itu.
Namun ia tidak tertidur
seperti biasanya.
Ia hanya duduk diam
memandangi wajah cantik wanita tersebut.
Sementara wanita itu
tenggelam dalam dunianya sendiri, menggoyang-goyangkan boneka kumal yang ia
panggil Junsu.
Beberapa saat kemudian mata
bulat itu mengerjap sendu.
Bola matanya berkaca-kaca.
Ia mengusap penuh sayang
wajah cantik wanita tua tersebut.
Kemudian ia menyandarkan
kepalanya di bahu kurus itu.
Tidak mengacuhkan air
matanya yang menetes jatuh membasahi wajah sedihnya.
Bibir cherry itu membuka, dengan suara yang bergetar pria cantik itu
bernyanyi.
Ia menyanyikan lagu tentang
keluarga beruang dengan sangat lirih.
Sesekali tersendat karena tenggorokannya
yang tercekat.
Hanya untuk wanita tua itu.
Untuk ibunya dan Junsu.
.
.
.
Yunho membuka pintu kamar
rawat berwarna abu-abu itu dengan semangat.
“Hello
beautiful, is anybody home?”
Ia tersenyum melihat
Jaejoong yang melompat dari ranjang dan berlari menubruk tubuhnya.
Pasien cantik itu memeluknya
dengan sangat erat, seolah-olah ia gemas dengan Jung Yunho.
Membuat pria tampan itu
menutup pintu dengan kakinya, kemudian ia memutar tubuhnya dan tertawa lucu
melihat bagaimana menggemaskannya Jaejoong yang terseret-seret tanpa melepaskan
pelukannya.
“Kau merindukanku?”
Jaejoong mendongak, hanya
balas terkikik tanpa suara.
Kaki telanjangnya
berjinjit-jinjit dengan leher yang mendongak, berusaha meraih sesuatu yang
belakangan ini sangat disukainya.
Melihat usaha Jaejoong
membuat Yunho tidak tega.
Ia menundukkan sedikit
tubuhnya dan kembali tersenyum ketika pria cantik itu menabrakkan bibirnya
dengan bibir Yunho.
Oh—sudah sedekat itu
ternyata.
Naif sekali kau, Jung Yunho.
Memanipulasi seseorang yang tidak sadar sepenuhnya.
“Sudah ya? Kita harus menyiram tanaman hari
ini, aku akan melihat bagaimana caramu merawat tanaman-tanaman itu. Ini salah
satu tes untuk melihat kemajuan kesehatanmu” Ujar Yunho menarik tangan Jaejoong
mendekati jejeran pot bunga mini itu.
Jaejoong mengambil ceret air
yang tersedia di atas meja.
Ia berjalan dari ujung ke
ujung, menyirami tanaman-tanaman itu dengan telaten.
DEG.
Yunho terkejut.
Omo.
Apa itu?
Barusan…Yunho seperti
melihat Jaejoong bergerak dengan kesadarannya sendiri.
Dokter tampan itu
mengerjapkan mata musangnya ragu.
Ia tidak mungkin salah lihat
kan?
Ekspresi barusan itu,
Jaejoong sungguh terlihat waras.
Seolah ia sama normal
sepertinya.
TOK TOK TOK.
“Saya masuk”
CKLEK.
Oh.
Yunho dan Jaejoong menoleh,
memandang sesosok pria paruh baya dengan pakaian resmi dan bunga lilinya
seperti biasa.
Yunho tersenyum kecil ketika
pria itu menutup pintu dan menaruh buket bunga lilinya di atas ranjang.
Ia memperhatikan Jaejoong
yang sudah selesai menyiram tanaman-tanamannya.
“Baiklah, silahkan menikmati waktu
kunjunganmu, Joongie” Ujar Yunho setelah menuliskan beberapa kalimat di papan
jenguknya.
Jaejoong tersenyum manis.
Ia berjinjit dan mencuri
kecupan di dagu Yunho karena ia tidak cukup tinggi untuk meraih bibir seksi
itu.
Yunho terkejut, tapi
kemudian ia balas tersenyum manis.
Ah, sungguh kejutan,
pikirnya.
Dokter tampan itu
menundukkan kepalanya sopan kepada pria paruh baya itu.
Lalu ia beranjak keluar
kamar dan menutup pintunya.
“Anda benar-benar menikmatinya, ya?” Komentar
pria paruh baya itu tersenyum tipis.
Jaejoong tidak menyahut.
Ia hanya beringsut menaiki
ranjangnya dan merogoh bagian bawah bantal tidurnya.
Mengambil kacamata minus
kesayangannya dan segera memakainya.
Memperhatikan pria paruh
baya yang kini sedang membuka sebuah meja lipat yang tersembunyi di bawah
ranjang, kemudian membentangnya tepat di pangkuan Jaejoong.
Lalu ia menaruh tumpukan
kertas di atasnya dan sebuah pulpen berwarna hitam.
“Setengah jam, Tuan Muda” Ujar pria paruh
baya itu lembut.
Jaejoong mengangguk.
Ia menunduk dan meraih
pulpen tersebut.
-------
Changmin bilang Yunho sudah
gila.
Sementara Yoochun
berkomentar kalau Yunho dimabuk cinta.
Yah, setidaknya tidak ada
hal yang merugikan namja tampan itu, anitji?
Lagipula Yunho semakin
menikmati perannya dari hari ke hari.
Ia menyukai bagaimana rasa
dadanya berdebar manis ketika Jaejoong tersenyum kepadanya.
Atau bagaimana sekujur
tubuhnya bergetar bahagia saat pria cantik itu sesekali berjinjit dan hanya
mengenai bagian dagu atau rahangnya dengan bibir semerah darah itu.
Jadi sama sekali tidak
masalah untuk Yunho bermalam di rumah sakit ini untuk yang pertama kalinya.
Jaejoong melarangnya keluar
kamar sejak sore tadi.
Dan sepertinya Yunho
menangkap maksud pria itu dengan sangat baik.
Kalau Jaejoong ingin tidur
bersamanya malam ini.
Yunho tidak bisa berhenti
memperhatikan bagaimana Jaejoong terlihat lucu ketika ia menyikatkan gigi namja
cantik itu.
Jaejoong hanya diam dengan
mulut yang dibuka lebar, sementara Yunho mengerjakan tugasnya.
Rasanya seperti mengurus
balita, tapi itu menyenangkan.
“Cah, sudah waktunya untuk tidur” Ujar Yunho
lembut.
Jaejoong menaiki ranjang.
Ia mengulurkan tangannya
menerima uluran tangan Yunho.
Pria tampan itu menggenggam
jemarinya, merematnya dengan erat.
Menikmati suhu tubuhnya yang
menghangat karena gugup.
Sementara Jaejoong terlihat
biasa saja.
Pria cantik itu berbaring di
sebelahnya dengan tenang.
Yunho beringsut, ia memiringkan
tubuhnya dan menghadap namja cantik itu.
Jaejoong melirik Yunho,
kemudian ia ikut melakukan hal yang sama.
Kini keduanya saling
berhadapan.
Sial.
Yunho bisa melihat dengan
jelas kecantikan alami itu dari jarak yang sedekat ini.
Demi Tuhan, jarak mereka
hanya seinci lagi menunggu hidung keduanya bersentuhan.
Yunho tidak bisa lagi
menahan senyuman bahagianya.
Jadi ia memutuskan untuk
tersenyum lebar.
Dan detik berikutnya ia
tersentak kaget.
Melihat bibir ranum itu
membalas senyumannya.
DEG DEG DEG.
Jantung Yunho berdebar
dengan sangat kencang.
Ia kembali beringsut, kali
ini mendekatkan wajahnya dengan wajah cantik Jaejoong.
Sepasang mata bulat itu
tidak goyah sama sekali.
Masih balas menatapnya
dengan tenang.
Yunho melepaskan genggaman tangannya
pada jemari Jaejoong, kemudian ia membawa jemari lentik itu hinggap di dada
bidangnya.
Lalu merematnya sekali lagi.
Mencoba memberitahu namja
cantik itu betapa kencang debaran jantungnya.
CUP.
Yunho memejamkan mata
musangnya.
Ia menempelkan bibir mereka
berdua dengan sangat lembut.
Jaejoong tidak memberontak.
Ia menerima begitu saja
perlakuan dari Yunho.
Beberapa detik kemudian
bibir Yunho bergerak memakan bibir Jaejoong.
Melumatnya dengan basah
hinggal terdengar suara decakan yang menggoda.
“Hnn!—”
Yunho bisa merasakan
Jaejoong tersentak kaget karenanya.
Pria itu mengusap punggung
Jaejoong dengan tangannya yang bebas.
Lalu ia merasakan tubuh pria
cantik itu kembali tenang.
Yunho tidak berhenti, ia
terus melumat, menjilat, menggigit, dan melakukan apa yang ia bisa dengan bibir
ranum itu.
Hingga detik berikutnya
lumatan panas itu berhenti.
Dan Yunho tenggelam dalam
tidurnya.
Uh, lucu sekali, melihat
bagaimana pria tampan yang kikuk itu jatuh tertidur dengan bibir yang masih
berada di dalam celah bibir Jaejoong.
Pasien cantik itu bisa
merasakan nafas Yunho yang menderu teratur di wajahnya.
Ia menarik bibirnya menjauh.
Kemudian memperhatikan dalam
diam wajah tampan itu.
Wajah yang selalu tersenyum
penuh sayang kepadanya selama ini.
Hmp.
Jaejoong tersenyum kecil.
Ia bergerak pelan,
mencondongkan tubuhnya, dan menempelkan bibir basahnya di telinga namja tampan
itu.
Membuat Yunho sedikit
berjengit karenanya.
“Aku mencintaimu, Yunho” Bisiknya dalam
gelap.
-------
Yunho frustasi.
Ia terus berbuat kacau sejak
tadi.
Rutinitas jenguk pasien yang
biasanya berjalan lancar kini membuatnya kesal.
Ia tidak bisa
berkonsentrasi, hasil pengamatan pasien 232 tertukar dengan pasien 899.
Lalu pasien 444 tertukar
dengan pasien 101.
Dan terus begitu sampai
Yunho sadar ada yang salah dengannya hari ini.
BRAK!
Yoochun dan Changmin yang
sedang bersantai di bangsal kanak-kanak terlonjak kaget.
Yunho membanting papan
jenguk pasiennya dan duduk di antara mereka berdua dengan wajah terfrustasi
yang ia punya.
Yoochun dan Changmin saling
melirik, kemudian mereka menyikut lengan Yunho.
“Yah, ada apa? Bujangnim mengirimkan sepaket
ikan piranha untukmu?” Tanya Yoochun dengan senyuman khasnya.
“Atau kau menemukan sepasang cacing mati di
dalam kopimu?” Tanya Changmin dengan getaran gelinya.
Lalu kedua sahabat baik itu
tertawa lantang.
Sementara Yunho semakin
frustasi.
Ia berteriak kesal dan
berbaring di atas rerumputan.
Tidak mengacuhkan Yoochun
dan Changmin yang kini benar-benar memperhatikan dirinya.
“Yah, ada apa? Kalau kau sudah merasa
tertular dengan Jaejoong aku bisa mencarikan bangsal yang kosong untukmu”
Celetuk Changmin tersenyum.
Yunho merengut.
“Ya, Yunho, beritahu kami, ada sesuatu yang
terjadi?” Ujar Yoochun menaikkan alisnya.
Yunho mengangguk.
“9095 tidak bisa terbuka sejak pagi tadi”
Dengungnya.
Hah?
Yoochun dan Changmin
mengerutkan dahi.
“Jaejoong ada di dalam bersama pria tua yang
biasanya itu. Tapi mereka mengunci pintu dari dalam, dan sama sekali tidak
mengizinkan aku untuk masuk” Jelas Yunho.
“Mwooo?! Yah! Hyung! Kenapa kau pasrah
sekali?! Bagaimana kalau terjadi sesuatu di dalam sana eoh?!” Pekik Changmin
panik.
Yunho mendengus.
“Ani, pria tua itu memberitahuku kalau aku
bisa menemui Jaejoong saat ia sudah pergi, dan ia sudah berjanji kalau tidak
akan melakukan hal-hal aneh kepada Jaejoong”
“Tapi tetap saja Yun, itu berbahaya”
“Ck, pintunya terkunci dari dalam, dan aku tidak
punya kunci cadangannya, Chun. Yang bisa kulakukan hanya menunggu”
“Okay”
Changmin balas melambai
kepada seorang pasien kecil yang melompat sambil melambai kepadanya.
Pria berwajah kekanakan itu
sesaat lupa dengan perbincangannya bersama kedua sahabat baiknya.
Sampai kemudian ia tersadar
ketika mata bambinya memandang sosok pria paruh baya berpakaian resmi yang
berjalan menuju gerbang rumah sakit.
“YAH! HYUNG! Pria itu sudah pergi! Aku
melihatnya barusan!” Jerit Changmin terkejut.
Yunho tersentak.
Mata musangnya melebar.
Dalam detik itu juga ia
melompat dan berlari kencang memasuki koridor kiri.
Meninggalkan Changmin dan
Yoochun yang terbengong-bengong di halaman bangsal.
CKLEK!
Yunho membuka pintu kamar
tersebut dengan kasar.
Dan tatapannya segera jatuh
kepada sosok cantik yang duduk manis di atas ranjang.
Dada Yunho berdebar kencang.
Meneliti keadaan kamar dan
Jaejoong.
Memastikan tidak ada satupun
yang salah dari matanya.
Oh—dan sepertinya semua
baik-baik saja.
Seperti yang dijanjikan pria
tua itu kepadanya.
Jaejoong melambaikan
tangannya, menggerakkannya dengan gestur memanggil.
Yunho menaikkan alisnya.
Ia menutup pintu dan
berjalan mengikuti panggilan tangan Jaejoong.
Kemudian ia berdiri tepat di
hadapan namja cantik itu.
Jaejoong tersenyum manis.
Pria itu berdiri di atas
ranjang.
Hingga kini posisinya lebih
tinggi daripada Yunho.
Dan dalam sekejap mata,
Yunho tak berdaya ketika pria cantik itu menarik tengkuknya dan menyatukan
bibir mereka.
Mata musang Yunho melebar
sempurna.
Kedua tangannya terkulai
lemah.
Ia begitu terkejut dengan
apa yang sedang terjadi.
Dan detik-detik berikutnya
ia seolah terhanyut, sepasang mata musangnya memejam dengan perlahan.
Ia terdiam saat Jaejoong
menarik dagunya dengan ibu jari, membuat mulutnya menampakkan celah, dan lidah
panas Jaejoong segera menerobos ke dalam mulutnya.
Kepala Yunho seolah kosong, ia tidak dapat berpikir jernih.
Sementara Jaejoong merajai
permainan.
Ia memiringkan kepalanya,
mendorong wajahnya sedikit lagi, hingga lidahnya melesak masuk lebih dalam.
Menyentuh apa saja yang ada
di dalam saja dengan lidah basahnya yang panas.
Sesekali ujung lidahnya
menggelitik lidah Yunho yang berdiam di rahang bawah.
Kedua lengannya memeluk erat
leher Yunho yang mendongak.
Bibir basahnya mengecup-kecup
setiap sudut bibir Yunho.
Kemudian giginya menarik
gemas bibir atas Yunho yang tipis, lalu menjepitnya dengan kedua bibirnya,
menghisap bagian itu cukup lama.
Dan ketika Jaejoong
menghentikan segalanya, kaki Yunho terasa lemas seperti jelly.
Pria cantik itu menarik
Yunho untuk duduk di atas ranjang.
Kemudian ia membaringkan
Yunho di sana.
Sementara dirinya tersenyum
penuh arti, lalu mencuri satu kecupan terakhir di bibir seksi Yunho.
Saat Yunho masih menikmati
sisa-sia euphoria-nya, detik itu juga
ia tersadar.
Bahwa Kim Jaejoong sudah
menghilang dari kamar rawat ini.
Yunho terduduk.
Mata musangnya mengedar, ia
tidak menemukan siapapun di sana.
SRAKK!
Yunho melempar selimut tebal
yang mengapit kakinya, ia melompat turun dari ranjang dan berlari seperti orang
kesetanan.
Matanya mendelik
memperhatikan pasien-pasien yang berlalu lalang di ujung simpang koridor.
“JAEJOONG!!” Teriak Yunho lantang.
Nihil.
Tidak ada satupun dari
mereka yang merepon teriakannya.
“Sial!”
Yunho berbelok, ia berlari
sekencang mungkin menuju gerbang rumah sakit.
Tapi mendadak gerakannya
berhenti hingga ia hampir saja terjungkal.
Mata musangnya kembali
membelalak melihat ayahnya telah muncul di lobi rumah sakit.
Pria paruh baya itu dengan
santainya berbincang bersama para suster yang berkerumun.
Aish!
Yunho berjalan mendekat
dengan penuh amarah.
Ia menyingkirkan para suster
tersebut dan menarik kasar bahu ayahnya.
Matanya melotot, wajahnya
memerah dan basah karena keringat.
Tapi Jinki masih bisa
memperhatikan bagaimana merah dan basahnya bibir sang putra.
Aih, pria nakal itu
menaikkan alisnya.
“Kenapa aku tidak bisa menghubungimu selama
ini eoh?! Kenapa selalu operator sialan itu yang menjawabnya?!” Teriak Yunho
murka.
“Heem, karena aku sedang berbulan madu
bersama ibumu?” Balas Jinki dengan senyum konyolnya.
Sial!
Yunho sungguh ingin
menjebloskannya ke bangsal sakit jiwa!
“Jelaskan padaku tentang pasien 9095, mengapa
ia bisa sakit jiwa? Siapa wanita yang suka didatanginya dan siapa pria tua yang
selalu datang mengunjunginya setiap minggu?” Desis Yunho menahan emosinya.
Oh.
Pria bermata bulan sabit itu
terdiam.
Memiringkan kepalanya
sedikit, kemudian menarik Yunho ke tempat yang lebih sepi.
Kemudian ia memandang
bingung putranya sendiri.
“Yunho, sepertinya ada hal yang tidak kau
tahu, dan ini salahku karena tidak sempat mengatakannya padamu” Ujar Jinki.
Yunho mengernyit.
“Pasien 9095 tidak pernah sakit jiwa. Ia
normal. Normal seperti kau dan aku”
DEG.
M-mwo?
Yunho terkejut.
Mata musangnya membulat
sempurna.
Dan jantungnya mulai
berdebar-debar.
“Kim Jaejoong adalah putra dari menteri
kesehatan, ayahnya tewas dalam kecelakaan lalu lintas dan ia ada di sini untuk
bersembunyi dari keluarga pamannya yang mengincar harta keluarganya”
Oh—tidak.
“Pria tua yang selalu kau lihat itu adalah
kepala pelayan keluarganya, dan wanita yang kau sebut itu adalah ibunya. Jiwa
ibunya terganggu karena pamannya berhasil menculik adiknya yang bernama Kim
Junsu, dan membunuhnya seperti yang dilakukan pada ayahnya”
Oh—.
“Pagi tadi kepala pelayan itu menghubungiku,
ia mengatakan kalau sudah cukup untuk Jaejoong bersembunyi di sini, mereka
sudah berhasil menjebloskan paman Jaejoong ke penjara”
Yunho merasakan sekujur
tubuhnya lemas.
Jiwanya seolah kosong.
Ia mundur beberapa langkah
dari hadapan Jinki.
Membuat pria bermata bulan
sabit itu menatap khawatir kepadanya.
Namja tampan itu meringis.
Kemudian ia berbalik, dan
berjalan dengan lunglai.
Ia terlihat sangat kacau.
Berkali-kali pria tampan itu
mengusap wajahnya dengan kedua telapak tangannya.
Menghembuskan nafas berat
setiap kali ia mengingat tingkah namja cantik itu.
Ya, selama ini tidak ada
keanehan pada perilaku Jaejoong selama ini memantaunya.
Ceh, tentu saja.
Pria itu tidak gila.
Ia sadar.
Sadar sepenuhnya.
DEG.
Yunho tertegun.
Mata musangnya mengerjap
cepat, beberapa kali melangkah kakinya semakin bergerak cepat.
Terus hingga akhirnya ia
kembali berlari.
Berlari menelusuri koridor
kiri yang panjang itu.
BRAK!
Yunho ter-engah.
Ia mendobrak pintu abu-abu
itu dan mengatur nafasnya yang menderu.
Mata musangnya mengedar,
mencari sesuatu yang mungkin sesuai dugaannya.
Jaejoong pasti meninggalkan
jejak.
Ia tidak akan pergi begitu
saja.
Yunho yakin.
Pria tampan itu
berputar-putar di dalam ruangan tersebut.
Membolak-balikkan semua pot
bunga yang ada.
Mendesah frustasi dengan
tidak sabar.
Sampai kemudian ia putus asa
dan terduduk di atas ranjang.
Kembali mengusap wajahnya
dengan kesal.
Dan ketika Yunho hampir
beranjak dari ruangan tersebut, mata musangnya mengerjap.
Menatap secarik kertas yang
tergeletak di atas meja nakas.
DEG.
DEG DEG DEG.
Oh—Tuhan.
Yunho mendekat dengan
bergetar.
Ia menunduk, mengambil
potongan kertas tersebut dan kembali terduduk lemas di atas ranjang.
Kemudian ia tersenyum
konyol.
‘031-292-xxx
Call me,
—Kim-Jung-Jaejoong—
xoxo’
Ck, ia sungguh bodoh.
END.
-JYJ, Babo Boy-
Keren eon.udah pernah baca kaya gini tapi punya eon lebih keren!!!
BalasHapusIni luaarr biasaaa kereennn... ngga nyangka ceritanya begini 😍😍😍
BalasHapuswowowowowow.
BalasHapustinggal nunggu undangan nih :D
sayang junsu meninggal
Kyaaaa appa bodoh!!! Aihhh umma udh naro z tuh nama jd kim jung jaejoong.. Aduh itu junsu knp dpt peran mati hueee my duck butt T_T
BalasHapusCk ck ck.. hahahaha yunho babo aniya ? XD atau jj yg pinter sandiwara ? Kekeke
BalasHapusSuka banget
Gomawo nee
Eonni.. buat squel nya dong.. ya ya ya :D
BalasHapus