This zone is only YunJae Fanfictions and this is our world

Selasa, 21 April 2015

FF/YAOI/YUNJAE/CHAPTER/ROTTEN LOVE/PART 7

PART 7.

Segalanya terjadi bukan tanpa alasan.
Yunho sudah lama memendam rasa kepada pria cantik itu.
Egonya saja yang terlalu tinggi.
Kekeras-kepalaannya membuat Yunho selalu bertindak di luar nalarnya.
Seperti menyiksa batin Jaejoong, misalnya.

Ia sama sekali tidak bermaksud untuk membuat namja cantik itu semakin benci kepadanya.
Ia hanya ingin Jaejoong menyerah.
Menyerah ke dalam pelukannya.
Seperti yang selalu pria cantik itu lakukan kepadanya ketika mereka masih kanak-kanak.

Tragedi yang menimpa Jaejoong memberinya keuntungan.
Keuntungan untuk mendapatkan kembali jiwa rapuh Jaejoong seutuhnya.
Dan Yunho berhasil.
Atau setidaknya seperti itu—dalam benaknya—.
Kali ini Yunho berniat untuk menyelesaikan segala permainan yang telah dimulainya.
Ia akan mengembalikan ingatan Jaejoong dengan tujuan mengawali segalanya dari awal.

Yah, sudah cukup dengan segala kebohongan ini.


Tidak ada cara yang lebih beresiko dan akurat mengingat pernikahan Jaejoong dan Changmin tinggal menghitung hari.

CKLEK.

Dahi Yunho berkedut.
Ia menoleh menatap dokter pribadinya yang dipanggilnya beberapa menit yang lalu.
Namja tampan itu berdiri, menghampiri pria berkacamata tersebut.

  “Ingatannya kembali?” Tanya Yunho menyimpan harap.

Oh, dokter berpipi chubby itu menggeleng.
Ia tersenyum kecil mencoba menghibur pria tampan yang malang itu.

  “Ia hanya stress berlebihan, belum makan siang, dan kelelahan”

  “Ya—ia memiliki riwayat penyakit maag sebelumnya”

  “Jadi kenapa tidak memesankan sesuatu untuknya? Nasi kari tidak terdengar buruk”

Yunho hanya mengangguk.
Dengan tatapan tidak fokus.

  “Baiklah, kekasihku sudah menghubungiku, jaga pria itu sebaik mungkin” Ujar sang dokter seraya menepuk bahu Yunho.

  “Kekasih?” Balas Yunho merespon.

Dokter berpipi chubby itu hanya tertawa kecil.
Kentara sekali wajahnya merona.
Ia mengangkat bahunya seraya merapikan jas putihnya.

  “Well, kau tidak lupa kalau dua tahun yang lalu aku mengambil program master di London” Sahutnya lucu.

Yunho hanya balas berdehem dengan anggukan singkat.
Ia mengantar dokter pribadinya sampai ke teras depan.

  “Sampai jumpa lagi, Yunho, dan jangan lupa, berikan ia sesuatu untuk dimakan, dan jangan membuatnya tertekan”

  “Ya, Yoochun, aku tahu”
.
.
.

Kim Jaejoong menoleh kepada Yunho ketika namja tampan itu berjalan menghampirinya.
Jaejoong bisa melihat secercah rasa cemas dan khawatir yang tersirat di dalam kedua mata musang yang tajam itu.
Pria cantik itu mendesah pelan saat Yunho duduk di pinggir ranjang, meremas jemarinya.
Dengan satu tangan yang bebas, Jaejoong mengusap dahinya sendiri dan menyibak poni almond-nya ke belakang.

  “Bagaimana keadaanmu?” Tanya Yunho.

Jaejoong tersenyum tipis.
Tidak menyahut.
Hanya kedua mata bulatnya yang bergerak pelan, seakan mengobservasi namja tampan itu.

  “Kau ingin kita pulang sekarang?”

  “Aku ingin menginap”

Yunho terdiam.
Tapi sedetik kemudian mulutnya kembali terbuka.

  “Kita akan mencari hote—”

  “Di sini”

  “Jae—”

  “Aku ingin tidur di sini malam ini, Yunho…Kumohon, aku tidak sanggup bergerak”

Namja tampan itu menghela nafasnya.
Kemudian ia mengangguk dan memainkan jemari Jaejoong yang berada dalam genggamannya.

  “Baiklah, aku akan memesankan sesuatu untukmu, kau ingin makan apa?”

  “Apa saja, tapi aku haus”

  “Akan kuambilkan minum”

Yunho bangkit, berjalan keluar kamar meninggalkan Jaejoong.
Pria cantik itu memijit pelipisnya seraya mengerutkan dahinya.
Tubuhnya terasa sangat lemas, entah kenapa, ia merasa tidak berdaya.
Jaejoong memutuskan untuk memejamkan matanya dan mencoba untuk merilekskan tubuhnya.

Beberapa saat kemudian hidungnya menangkap sebuah aroma yang sangat manis.
Aroma masa lalu yang terbungkus di kamar masa kecilnya.
Oh—Jaejoong tidak ambil pusing, tapi ia cukup menyukai suasana ini.

  “Jae?”

Yunho menaikkan alisnya ketika mendapati Jaejoong telah tertidur pulas di sana.
Ia tersenyum samar dan menghampiri pria cantik itu.
Mengusapkan punggung tangannya di pipi halus tersebut.
Kemudian ia mengecup lembut hidung bangirnya.
 
  “Selamat beristirahat” Bisiknya lirih.

Setelah ini ia harus mengabari Kim Heechul dan Hangeng.
.
.
.

Namja cantik itu terkejut ketika ia membuka kedua matanya dirinya telah berada dalam pelukan Yunho.
Nafasnya tercekat, seolah waktu berhenti hanya untuknya.
Sepasang kelopak mata itu mengerjap pelan, memperhatikan leher berwarna tan yang menghiasi pandangannya.
Kemudian ia menunduk, dan menemukan sepasang lengan yang balas memeluk tubuhnya.

Deru nafas Yunho masih teratur, pertanda pria tampan itu masih terlelap dengan pulas.

DEG DEG DEG.

Jaejoong merasa jantungnya akan meledak.
Sungguh, ia tidak kuat, aroma after-shave ini menusuk hidungnya.
Membuat suhu tubuhnya meningkat dengan wajah yang merona.
Dan detik selanjutnya Jaejoong teringat akan Changmin.
Ia refleks menyentak lengannya yang memeluk namja tampan itu.

Membuat Yunho membuka kedua mata musangnya dalam hening.

  “Sudah berapa lama kau terbangun?”

Pertanyaan itu tak terjawab.
Jaejoong seolah beku.
Terpesona oleh suara serak Yunho ketika namja tampan itu bangun tidur.
Raut wajah yang menyimpan lelah dengan rambut cokelatnya yang acak-acakan.
Damn it.
Pria kejam ini sungguh terlihat seksi.

CUP.

Jaejoong mengerjapkan mata bulatnya saat Yunho beralih mengecup dahinya guna mendapatkan jawaban.
Namja cantik itu kembali terkejut.
Ia mendorong dada bidang Yunho dengan kedua telapak tangannya dan beringsut menjauh.
Mencoba untuk duduk dengan dada yang berdebar-debar.

  “Aku…harus segera pulang” Bisik Jaejoong tercekat.

Tidak ingin lebih lama lagi terjebak seperti ini.
Seandainya Changmin tahu—Oh, Jaejoong tidak berani untuk membayangkan.

  “Aku akan mengantarmu” Balas Yunho setengah bergumam.

Rasa kantuknya masih sangat kentara sekali.
Ia mendekatkan tubuhnya ke sisi Jaejoong dan sekali lagi memeluk pinggang ramping itu.
Menenggelamkan wajah tampannya yang sudah kembali terpejam di sisi pinggul Jaejoong.

  “Yunho!” Pekik Jaejoong terkesiap.

  “Lima menit lagi” Dan itu adalah bisikan terakhir yang Jaejoong dengar karena setelahnya Yunho kembali tenggelam dalam tidurnya.

Meninggalkan Jaejoong yang menghela nafas panjang.
Aigoo, desahnya dalam hati.


-------


  “Sepertinya kau sangat menikmati permainan ini, Hyung”

Junsu menoleh, tersenyum tipis kepada Kyuhyun yang bersandar di dinding kamarnya.
Pria berkulit pucat itu menaikkan alisnya ketika Junsu mengindikkan bahu seraya menghembuskan asap rokoknya.
Kyuhyun berjalan, menghampiri iparnya dan duduk di atas kursi yang berhadapan langsung dengan jendela kaca besar yang terbuka itu.
Menikmati hembusan angin musim semi yang menyenangkan.

  “Jadi? Bagaimana rasanya setelah berhasil menjerumuskan kakakmu ke dalam pelukan seorang iblis?” Celetuk Kyuhyun lagi. Kali ini dengan seringai tipis andalannya.

Junsu berdecih.

  “Kau membuatku tampak buruk” Balasnya.

  “Oh ya? Tentu saja, mengingat latar belakang Jae Hyung membuatmu terlihat seperti iblis yang sesungguhnya di sini” Ujar Kyuhyun bersandar pada kursinya.

  “Kita sudah membicarakan ini, Kyu”

  “Ya, dan aku juga sudah memperingatimu kalau Jae Hyung pernah mencintai pria kejam itu”

  “Dia hilang ingatan sekarang”

  “Hilang ingatan sekalipun, hatinya tetap mengingat, Hyung. Hatinya tidak akan pernah lupa tentang Jung Yunho”

Junsu terdiam.
Memilih untuk tidak mengacuhkan ucapan kekasih sepupunya itu.

  “Apa yang akan kau lakukan? Ketika nanti Jae Hyung sadar bahwa hatinya telah dimiliki oleh seseorang?” Tanya Kyuhyun retoris.

Pria manis berwajah dingin itu masih bungkam.
Hanya kepulan asap dari hidungnya yang menjawab.
Membuat Kyuhyun tersenyum jengah dan menumpukan wajahnya di atas bingkai jendela dengan kedua lengannya.

  “Kita semua hanya ingin dia bahagia, Hyung. Sudah cukup dengan segala penderitaannya selama ini”

  “Aku tahu, aku hanya ingin Jung Yunho sialan itu merasakan apa yang dirasakan Jae Hyung”

  “Jae Hyung tidak akan tinggal diam melihat Yunhonya menderita, apa kau sudah memikirkan konsekuensinya?”

Cih.
Junsu menekan ujung rokoknya ke dalam asbak yang tergeletak di meja nakasnya.
Ia berjengit sebelum beranjak keluar dari kamarnya, meninggalkan Kyuhyun di sana.

  “Pada akhirnya semua harus mengalah demi Jaejoongie Hyung” Bisiknya lirih.

Kyuhyun tersenyum tipis.
.
.
.

Jaejoong tahu ada yang disembunyikan orang-orang darinya.
Terutama Yunho, mengingat perlakuan Yunho yang aneh beberapa hari ini.
Dan kata-kata yang pria itu ucapkan kepadanya saat pesta milik Junsu berlangsung.
Shim Changmin melirik ke arah Jaejoong yang tampak tidak fokus di sampingnya.
Ia beringsut mendekati namja cantik itu dan merangkul bahunya.

Membuat Jaejoong terkejut dan menoleh kepadanya.

  “Televisinya kumatikan saja ya?” Tanya Changmin.

  “Andwae” Sahut Jaejoong kembali menatap layar plasma yang ada di hadapan mereka.

  “Hmm? Tapi kau tidak terlihat menikmati acaranya. Mau berbagi?”

  “…”

  “Joongie?”

Aish.
Namja cantik itu menghela nafas panjang.
Ia bersandar di dada bidang Changmin, sementara jari-jarinya bermain di sela jemari namja berwajah kekanakan itu.

  “Kau serius untuk menikahiku?” Tanya Jaejoong nyaris berbisik.

Changmin menaikkan alisnya.

  “Kenapa bertanya seperti itu? Kau tidak menginginkanku lagi?”

  “Aku hanya merasa ada yang kurang…Maksudku, ada sesuatu yang hilang”

  “Lalu?”

  “Entahlah, aku hanya tidak ingin terjerat sumpah bersamamu sementara kepalaku terisi oleh orang lain”

Eoh?
Changmin menegakkan tubuhnya.
Membuat Jaejoong beringsut malas dari dadanya dan kini berhadapan dengannya.

  “Maksudmu? Kau mencintai orang lain?”

  “Chwang, kupikir selama ini kita berdua tidak saling mencintai”

DEG.

Oh—Changmin kembali terkejut.

  “Mengapa kau berkata seperti itu?”

  “Aku sama sekali tidak berdebar-debar ketika bersamamu, tapi justru berdebar-debar ketika bersama orang lain…Dan lagi…Aku merasa selama ini kau memperlakukanku hanya sebagai seorang kakak”

  “Boleh aku tahu? Siapa orang lain itu?”

Jaejoong merapatkan bibirnya.
Bola matanya bergerak gelisah.
Dan Changmin hanya tersenyum kecut melihatnya.
Ah, jadi hatinya sudah mengingat, eh?

  “Kau benar, kita tidak saling mencintai. Tapi untuk kau tahu, Joongie, Junsu tetap akan melangsungkan pernikahan kita di London nanti, dan tidak ada seorangpun dari kita yang bisa membantahnya” Jelas Changmin kemudian.

Jaejoong mengernyitkan dahinya.
Merasa tidak nyaman dengan peringatan dari namja berwajah kekanakan itu.
Dan lagi—kenapa harus Junsu?


-------


Jung Keybum tersentak kaget saat mendengar suara barang yang dibanting dari kamar putra tunggalnya.
Ia mencengkram dada kirinya, sementara mata kucingnya melirik kepada suaminya yang tampak tidak acuh dengan korannya.

  “Yeobo” Panggil Key gelisah.

Jinki hanya bergumam.
Ia membalik halaman korannya dengan santai.
Seolah kejadian seperti ini sudah menjadi makanannya sehari-hari.

  “Lebih baik kau menyiapkan teh dan kue untuknya, sayang. Kita tahu kalau Yunho akan selalu tempramental ketika ia marah”

  “Tapi, apa yang membuatnya begitu marah? Uri Yunho sudah lama sekali tidak seperti ini”

  “Hm, bukankah ibunya yang lebih tahu?”

  “Yeobo!”

Jinki menurunkan korannya, ia menatap mata kucing yang selalu membuatnya jatuh cinta itu. Kemudian ia tersenyum tipis.

  “Ia akan keluar kalau amarahnya sudah mereda, dan saat ia lapar”

Baiklah, itu ucapan telak untuk Keybum.
Yeoja cantik itu beranjak dari duduknya dan berjalan memasuki dapur.
Menghela nafas seraya memerintahkan beberapa pelayan untuk menyiapkan seteko teh hangat dan sepiring kue yang selalu bisa membuat Yunho tenang.
Mungkin namja tampan itu akan bercerita kepadanya setelah ia menghabiskan kudapannya.

Yah, semoga. Gumam Keybum dalam hatinya.

PRANGG!

Nafas namja itu terdengar menderu hebat.
Raut wajahnya sungguh menunjukkan kemurkaannya.
Kamarnya kini kacau balau akibat pelampiasannya.
Yunho bersandar di dinding seraya mengusap wajahnya yang terasa panas.

Bagaimana bisa? Lirihnya dalam hati.

Perasaannya tersakiti. Tercabik-cabik dengan kejam.

Kenapa harus seperti ini? Di saat ia sudah memutuskan untuk memperbaiki segala kesalahannya, kenapa karma harus menerjangnya secepat ini?

Yunho meringis.
Hatinya terasa perih.
Ia terduduk lemas di sana.
Mata musangnya melirik ponselnya yang sudah retak.
Kemudian ia mendongakkan wajahnya.

Tidak mengacuhkan air mata yang menetes dari mata kirinya.

  “Jadi ini akhirnya eoh?” Desisnya tidak percaya.

Ponsel mahal itu berkedip-kedip memperingati kerusakan sistem yang terjadi di dalamnya setelah Yunho membantingnya beberapa kali.
Tapi Yunho masih bisa melihat pesan yang terbuka itu.
Pesan yang membuatnya tidak siap.

Jaejoong sudah di London.
Dan ia akan menikah dengan Changmin malam ini.


-------


Hangeng dan Heechul tampak khawatir.
Tapi Junsu sudah menjanjikan kalau semuanya akan baik-baik saja.
Pria manis itu tidak memberitahu mereka kalau ia akan membeberkan permainannya kepada Jaejoong kalau Yunho tidak muncul dan menghancurkan pernikahannya dengan Changmin.
Junsu hanya mengingatkan kedua orang tuanya untuk tetap tenang karena ia dan sepupunya akan membuat Jaejoong terkejut dengan segala hal ini.
Ehm, dalam konteks bahagia tentunya.

Yang Junsu tidak ketahui sampai saat ini adalah Jaejoong Hyungnya yang duduk gelisah di dalam ruang gantinya.
Kyuhyun ada di sana.
Memperhatikan dalam diam bagaimana wajah cantik itu basah akan keringatnya sendiri.
Jemarinya bertaut cemas, mencengkram ujung kemejanya hingga kusut.

Ia bertugas untuk menjaga Jaejoong sampai Junsu menghubunginya dan membawa namja cantik itu keluar, kemudian memberitahunya kalau ini semua hanyalah permainan mereka.
Tapi sepertinya rencana namja imut itu tidak akan berjalan dengan lancar, melihat kondisi Jaejoong yang sangat pucat itu.

  “Kyu, Kyuhyunnie…” Lirih Jaejoong cemas.

Pria berkulit pucat itu beranjak menghampiri iparnya, ia berlutut di hadapan namja cantik itu.

  “Ya, Hyung?” Balasnya lembut.

Jaejoong menangis, dan itu membuat Kyuhyun terkejut.
Pria cantik itu menggenggam erat jemarinya.
Tangisnya pecah.

  “Aku tidak bisa…Aku tidak ingin menikahi Changmin” Lirihnya berulang-ulang.

  “Kenapa, Hyung? Kau tidak bisa mundur lagi” Balas Kyuhyun semakin kaget.

Dadanya berdebar-debar kini.
Jaejoong kembali menggeleng.
Ia meremas jari-jari Kyuhyun.

  “Aku tidak mencintainya” Desis Jaejoong penuh kesedihan.

Sorot mata Kyuhyun berubah iba.
Ia menelan salivanya dan mengusap keringat Jaejoong dengan punggung tangannya yang bebas.

   “Lalu siapa? Siapa yang kau cintai, Hyungie?” Bisiknya lembut.

Jaejoong tercekat.
Nafasnya tercekik karena panik.
Telinganya berdenging, bibir pucatnya bergetar, ia hendak membisikkan sebuah nama kepada Kyuhyun.
Tapi sebelum suaranya keluar, ia jatuh pingsan dalam pelukan namja berkulit pucat itu.
Kyuhyun menjerit panik.


-------


Yoochun tidak bisa menahan dirinya lebih lama lagi setelah mendengar cerita dari Junsu.
Ia berjengit geram sepanjang perjalanannya menjemput Yunho.
Sial! Sial!
Kenapa pria yang sudah menjalin hubungan dengannya selama hampir tiga tahun itu membungkam mulutnya eoh?!
Kenapa baru sekarang?!

Ya Tuhan, Yoochun tidak bisa menahan emosinya lagi.
Ia nyaris membentak Junsu kalau saja ia tidak sedang berada di rumah sakit.
Pria berpipi chubby itu mendesah panjang seraya memijat pelipisnya.
Mata sipitnya melirik pria tampan yang kini duduk di sampingnya dengan gelisah.
Yah, ia berhasil menyeret Yunho dua puluh empat jam yang lalu dan sekarang mereka berdua sudah berada di dalam pesawat menuju London.

Kemungkinan mereka akan sampai pagi hari nanti.

Dokter berkacamata itu memperhatikan Yunho yang tampak tidak tenang dalam tidurnya.
Yoochun tahu Yunho banyak menderita selama ini.
Hanya kepadanya namja tampan itu berkeluh kesah.
Sampai ia jengah dengan ego Yunho yang terlalu tinggi.
Dulu Yoochun pernah memukul Yunho saat ia mengetahui pria tampan itu telah membuat Kim Jaejoong hipotermia selama dua hari penuh.
Yunho sengaja tidak membawa Jaejoong kepada Yoochun waktu itu, ia sudah memperkirakan emosi Yoochun yang meledak-ledak terhadapnya.

Tapi sial, ia lupa kalau Yoochun juga bekerja di rumah sakit itu dan memergoki rekannya yang memeriksa Jaejoong saat itu.

Pria berpipi chubby itu melepas kacamatanya dan mendesah lelah untuk yang kesekian kalinya.
Junsunya telah menderita banyak selama ini, begitu juga dengan kakaknya.
Tapi tidak hanya mereka, Jung Yunho juga sama menderitanya, bahkan lebih parah.
Pria angkuh itu tenggelam oleh egonya yang tinggi.

Yoochun jadi bingung harus membela siapa di saat seperti ini.

Tapi mengingat telepon Junsu tentang pengakuan dosanya yang berisikan rencana membalas dendam kepada Yunho membuatnya kesal.
Yah, Yunho memang sangat keterlaluan sampai membuat Jaejoong bunuh diri.
Tapi setelah itu ia banyak berubah.
Dan Yoochun memperhatikan hal itu.

Seperti betapa paniknya Yunho saat Jaejoong pingsan di rumah besarnya waktu itu.

Yoochun tahu cinta Yunho tidak berkurang sedikitpun.
Pria itu hanya terlalu gengsi.
Dan lagi, Yunho sudah bertekad akan memperbaiki segalanya.

  “Semoga belum terlambat” Desisnya lirih. Entah pada siapa.


-------


Jaejoong terbangun.
Menatap langit-langit ruangan dengan nafasnya yang menderu.
Pria cantik itu kemudian beringsut untuk duduk dan bersandar di kepala ranjang.
Jantungnya berdetak dengan sangat kencang.
Seolah akan lepas dari tempatnya.

Jemarinya mencengkram erat selimut yang membalut kakinya.
Ia meringis, menggigit bibirnya menahan tangis.

Ya Tuhan, ia mengingat semuanya.

Ia mengingat Kibum dan Siwon.
Ia mengingat Taemin dan Kakek Cha.
Ia mengingat Yunho.

Jaejoong merasa dirinya begitu rapuh hingga ia akan pecah berkeping-keping.
Dan Kyuhyun beserta Changmin masuk ke dalam kamar di saat yang tepat.
Niat awalnya adalah untuk mengantarkan makanan sekaligus mengecek keadaan Jaejoong.
Tapi ternyata pria cantik itu telah sadar dan kini meringkuk pedih di atas ranjang.

  “Hyungie” Panggil Changmin dan Kyuhyun serentak.

Mereka segera memeluk Jaejoong dan mencoba untuk menenangkan namja cantik itu.
Jaejoong terlihat kacau.

  “A—apa yang sudah terjadi, Chwang? Apa?” Lirih Jaejoong terisak.

Changmin dan Kyuhyun tahu ke mana maksud pertanyaan namja cantik itu.
Mereka saling menatap dan mengangguk.
Kemudian Kyuhyun mempererat pelukannya, mengecup dahi Jaejoong agar pria cantik itu tenang.

  “Maafkan kami Hyung, kami akan memberitahumu” Ujar Changmin berbisik.

Jaejoong meronta-ronta ketika kedua namja itu selesai bercerita.
Memberitahunya tentang rencana yang telah mereka jalani selama ini.
Dengan Junsu sebagai dalangnya.
Pria cantik itu berteriak marah.

Ia memukul Changmin dengan marah.
Tidak mengacuhkan Kyuhyun yang menjerit menahannya.

  “Kalian memisahkan aku dengan Umma dan Appaku!! Berani sekali kalian membawaku ke sini hanya untuk menyakiti Yunho!” Pekik Jaejoong murka.

Pintu kamar terbuka lebar, Heechul dan Hangeng muncul di sana.
Dan Junsu yang menerobos di antara keduanya.

Melihat adiknya membuat Jaejoong semakin beringas.
Ia menyikut Kyuhyun dan berjalan cepat menghampiri Junsu, dengan kedua mata yang memerah, pria cantik itu berhasil meninju wajah Junsu dengan sekuat tenaga.
Junsu yang tidak siap menerima serangan tersungkur, pria manis itu terkejut dan menatap Jaejoong yang kini ditahan oleh Hangeng dan Changmin.

Dan Junsu bisa melihat betapa marahnya Jaejoong melalui air matanya yang tidak berhenti mengalir.

  “BRENGSEK KAU KIM JUNSU!! AKU MEMBENCIMU!!” Teriak Jaejoong selantang mungkin.

Pipi Junsu basah.
Ia masih terkejut dengan segala yang terjadi.
Hingga Kyuhyun dan Heechul beranjak merangkulnya.

  “Apa-apaan kau eoh?! Kau memanfaatkan penyakitku untuk menyakiti aku dan Yunho! Di mana hatimu, Kim Junsu!!” Berang Jaejoong sakit.

Heechul terisak melihat keadaan Jaejoong yang begitu meledak-ledak.
Sementara Junsunya masih tidak berdaya.
Ucapan Jaejoong berhasil menyadarkannya.

Tangis Jaejoong pecah.
Ia terkulai lemah dalam pelukan Appa kandungnya.
Jemarinya mengepal erat.
Wajahnya telah memerah basah.

  “Yunho mencintaiku, Appa…Hiks…Ia mencintaiku…” Isak Jaejoong lemah.

  “Tenangkan dirimu, Joongie…” Bisik Hangeng sedih.

Jaejoong tersengguk.
Ia mencengkram erat kemeja Hangeng yang memeluknya.

  “Aku ingin Umma dan Appaku…Hiks…”

  “Kami di sini, sayang, kami di sini”

  “Aku ingin Kibum Umma dan Siwon Appa…Hiks…Aku mau Umma dan Appa nomor satuku…Hiks..Hiks…”

Tangis Heechul ikut pecah.
Hatinya tersakiti mendengar bisikan lirih putra tersayangnya.
Kyuhyun dengan sigap menahan namja cantik itu.
Sementara Junsu tertunduk dengan hati yang perih.

Ia telah menyakiti banyak pihak.
Bukan itu keinginannya.
Bukan.
Ia hanya ingin membalas Jung Yunho.

Hanya itu.

TBC :D

3 komentar:

  1. Omoooooooooo, ini makin sedih 😭😭😭😭😭


    BalasHapus
  2. Aahhh, kenapa makin sedih aja sih? Kapan jae sama yunho bahagianya kalo gitu T,T

    BalasHapus
  3. Aahhh, kenapa makin sedih aja sih? Kapan jae sama yunho bahagianya kalo gitu T,T

    BalasHapus