This zone is only YunJae Fanfictions and this is our world

Kamis, 23 April 2015

FF/YAOI/YUNJAE/ONESHOOT/BABO BOY

Tittle: BABO BOY

Genre: YAOI

Author: Shella Rizal a.k.a Park Sooji

Cast: Yunjae and other

Length: ONESHOOT

Rating: family-romance-sweet-friendship

WARNING: BOY x BOY! Yg ga suka YAOI mending cabut aja dari sini, cos author Cinta damai~
*kibar2 kutang Jae umma*


-------


I don’t know why im in love,
I’m in love to you.

  Hello beautiful, is anybody home?
.
.
.

Dokter tampan bernama Jung Yunho itu berjalan santai memasuki pelataran rumah sakit jiwa tempatnya bekerja.
Seulas senyum ringan terpatri di bibir tebalnya ketika beberapa pasien yang berlalu-lalang di sekitarnya tampak menikmati kegiatan bebas mereka.
Ada yang duduk di atas rumput dan bermain dengan bonekanya.
Ada yang berlari-lari memutari ayunan.
Dan ada juga yang duduk bersandar di dinding koridor, menyanyikan sebuah lagu asing dengan bahagia.

Pria bermata tajam itu tidak mengacuhkan kerumunan para suster cantik yang baru saja dilewatinya.
Walaupun ia mendengar pujian-pujian yang dilontarkan untuknya, ia hanya menanggapinya dengan tenang.
Kaki jenjangnya bergerak melewati bangsal anak-anak, di mana pasien berumur delapan sampai enam belas tahun berkeliaran bebas di halaman luas yang terhampar sejauh mata memandang.

  “Anyeong” Sapa Yunho melambaikan tangannya.


Ah—dokter berwajah kekanakan yang bertugas khusus di bangsal kanak-kanak itu balas melambai.
Ia tersenyum dengan cerahnya, bahkan raut ceria dokter bernama Shim Changmin itu terlihat tak ada bedanya dengan wajah para pasien cilik yang ditanganinya.
Yunho berjalan menghampiri Changmin.
Ia menaikkan alisnya dengan kedua tangan yang berada di dalam saku celananya.

  “Apa jadwalmu hari ini, dokter Shim?”

  “Aku akan ke rumah sakit di Gwangju siang nanti, lalu sorenya kembali ke sini”

  “Bagaimana dengan tawaran dari ayahku untukmu bekerja tetap di sini? Kau tidak lelah menempuh perjalanan jauh untuk ke rumah sakit yang berbeda setiap harinya hm?”

  “Hahaha, ani, Hyung, gwenchana. Lagipula aku cukup menikmati pekerjaanku ini, bukankah semakin banyak rumah sakit yang memanggilku itu semakin bagus? Itu artinya aku profesional~”

  “Ck, jadi kau ingin mengatakan kalau aku dan Yoochun tidak pro sama sekali eh?”

  “Itu kau tahu! Hahahaha!”

Ck.
Yunho memutar bola matanya malas.
Berhadapan dengan bocah yang terjebak dalam tubuh pria dewasa seperti Shim Changmin ini terkadang sungguh menguras kesabarannya.

  “Hyung masih mengobservasi rumah sakit ya? Enak sekali, tidak perlu menjenguk pasien satu persatu” Gumam Changmin kembali mendudukkan dirinya di atas rumput.

  “Ya, dan kemudian tulang kakiku akan menyusut” Balas Yunho seraya menjitak kepala bocah jenius itu.

Changmin tertawa.
Ia mendorong kaki Yunho bermaksud menyuruh namja tampan itu untuk pergi.
Dan Yunho memutuskan untuk kembali melanjutkan pengamatannya.
Sesekali tersenyum konyol mengingat ledekan dari namja berwajah kekanakan itu.
Yah, Yunho masih mengerjakan tugas kecilnya sampai saat ini.

Bahkan sudah dua bulan berlangsung dari semenjak ia tiba ke rumah sakit ini atas panggilan ayahnya.
Pria paruh baya itu memintanya untuk menggantikan dirinya sebagai dokter utama sekaligus pemilik rumah sakit besar ini.
Jung Jinki ingin pensiun, begitu katanya.

Padahal itu hanya bualannya saja agar ia bisa bebas berkeliling dunia bersama ibunya.

Ck, Yunho sudah tahu akan hal itu.

Hn?

Pria tampan itu menaikkan alisnya ketika mata musangnya tanpa sadar menangkap sesosok pria paruh baya berpakaian resmi yang berjalan di ujung koridor.
Walau dari jarak sejauh ini Yunho masih bisa melihat kalau pria itu memegang sebuket bunga lili segar di tangan kanannya.
E-eh, pria tampan itu bersidekap sejenak, dengan dahi yang mengernyit lucu.

Mencoba mengingat-ingat pasien mana yang memiliki wali eksentrik seperti itu.

  “Huh?”

Detik berikutnya Yunho mengerjapkan mata, ia berjengit bingung.

Pria paruh baya itu sudah menghilang dari pandangannya.


-------


Dokter bermata musang itu tampak sedang berjalan pelan memasuki pelataran rumah sakit seraya mengecek daftar jenguk pasiennya hari ini.
Pria tampan itu terlalu serius dengan papan jenguknya, sampai ia tersentak kaget ketika bahunya tersenggol oleh seseorang yang berjalan di sampingnya.
Yunho menoleh, kemudian ia membulatkan mata musangnya kaget.

  “Anda---”

  “Maaf, saya tidak sengaja”

  “Ani, ani, bukan itu maksudku, sama sekali tidak masalah, lagipula aku juga tidak memerhatikan jalan”

Pria paruh baya berpakaian resmi itu tersenyum ramah kepadanya.
Kemudian ia berlalu begitu saja.
Meninggalkan Yunho untuk berbelok ke koridor sebelah kiri seperti yang sudah-sudah.
Dahi namja tampan itu mengernyit.

Kemudian ia kembali fokus dengan papan jenguknya dan menyibak brutal setiap halaman yang ada.
Hingga gerakannya terhenti pada lembar kertas paling akhir.

  “Aneh” Gumam Yunho semakin mengernyitkan dahinya.

Bukankah nama dan data pasien yang ada di sini seharusnya tertulis lengkap seperti pada umumnya?
Tapi…Mengapa hanya pada lembar terakhir?
Mengapa hanya pada kamar nomor 9095 data itu kosong?
Yunho tidak mengerti.
Apakah ada kesalahan?

Ah—tunggu.

Kamar nomor 9095 itu…Kamar yang ada di koridor kiri, kan?
.
.
.

Dokter tampan itu menghela nafas panjang.
Ia tidak bisa menghubungi ayahnya sampai saat ini.
Hanya suara operator sialan itu yang terus berbicara sejak tadi.
Ck.
Kalau begini bagaimana caranya ia tahu?

Yunho tidak bisa menemukan data apapun mengenai pasien 9095 itu di komputer ayahnya.
Bahkan bagian informasi pun menutup mulut.
Ia sungguh penasaran.
Ada apa di sana.
Pasien seperti apa yang dirawat di sana hingga ayahnya turun tangan seperti ini.

Menebak kalau itu adalah pasien yang sedang koma sungguh tidak mungkin.
Rumah sakit ini adalah rumah sakit jiwa.

  “Yo, Yunho! Kusut sekali eh? Apa Tiffany Hwang itu mengganggumu lagi? Ia terus memberitahu semua orang kalau kau akan segera menikah dengannya” Ujar Dokter bernama Park Yoochun yang berjalan dari arah berlawanan.

Yunho mendesah pendek.
Ia mengangkat bahunya.

  “Dan semua orang juga tahu kalau yeoja cantik itu hanya frustasi karena ditinggal calon suaminya” Balasnya lesu.

Yoochun menghampiri namja tampan itu.
Ia berdiri di depan Yunho dengan kedua tangan yang tersembunyi di balik saku jas putihnya.
Dengan senyum paling menawan yang pernah ada, Yoochun memiringkan kepalanya.

  “Ada yang mengganggumu?”

Hm.
Yunho mengangguk.

  “Oke, beritahu aku”

  “Aku tidak tahu kau tahu atau tidak, ck, komputer saja kosong”

  “Yunho”

  “Ya ya, maafkan aku. Aku hanya bingung, Jung Uisa itu tidak bisa dihubungi sejak pagi”

  “Ada apa mencari Bujangnim? Jangan bilang kau ingin mengundurkan diri, ayolah, bahkan belum setahun kau di sini”

Yunho menatap jengah ke arah Yoochun.
Sementara namja berpipi chubby itu menyengir lebar.

  “Ini tentang pasien 9095. Aku tidak menemukan data apapun yang berhubungan dengannya. Yang ada hanya keterangan tentang kamar itu telah ditempati oleh seorang pasien yang ditangani secara langsung oleh ayahku”

Eoh?

Mata jenaka Yoochun membesar lucu.
Pria berpipi chubby itu menepuk bahu Yunho.
Ia mengerutkan dahinya.

  “Jadi kau tidak tahu? Oh, wajar saja mengingat kau belum lama bekerja di sini”

  “Maksudmu, kau tahu?”

  “Ya, tentu saja. Kita semua tahu. Kalau pasien 9095 itu tidak pernah sekalipun keluar dari kamarnya. Hmm, kecuali pada hari minggu, ia akan duduk di taman belakang bersama seorang pasien wanita lainnya. Ia sudah dirawat selama setahun, tapi segala informasi mengenai dirinya tertutup rapat. Jung Bujangnim tidak mengatakan apapun kecuali kalau pasien itu adalah pasien khususnya”

Oke, itu panjang. Pikir Yunho dalam hatinya.

  “Sekarang beritahu aku apa yang kau pikirkan” Ucap Yoochun menaikkan alisnya.

Yunho mendongak, mata musangnya mengerjap cepat.

  “Aku akan mendatanginya” Sahutnya kilat.

Yoochun berdehem.
Tersenyum tipis di balik kacamata minusnya.

  “Well, semoga beruntung” Gumamnya pelan.
.
.
.

Yunho berjalan cepat dengan postur tidak sabar di sepanjang koridor kiri itu.
Kedua jemarinya mengepal erat.
Dengan raut terkaku yang ia punya.
Ia akan menggantikan ayahnya di sini.
Dan ia sama sekali tidak senang dengan kelakuan ayahnya yang meng-istimewakan seorang pasien.

Hei, pasien sakit jiwa itu semuanya sama saja.

Sama-sama tidak waras.

Jadi bagian mananya yang perlu dibeda-bedakan sampai harus diberi kamar khusus segala eoh?

TAP.

Langkah kaki Yunho berhenti tepat di hadapan sebuah pintu berwarna abu-abu dengan ornamen daun.
Dadanya sedikit berdebar memandang seluruh dinding hanya terdapat satu pintu di sini.
Oh, koridor yang panjangnya memakan keringat itu hanya memiliki satu kamar rawat.
Great.
Yunho semakin penasaran dengan pasien 9095 ini.

CKLEK.

Pria tampan itu membuka pelan pintu berwarna abu-abu itu.
Ia membuang rasa bersalahnya karena sudah bersikap kurang sopan di dalam hatinya.
Ah, maksudku, bukankah yang ada di dalam sini adalah pasien sakit jiwa?
Tentu etika mengetuk pintu sebelum masuk tidak akan berlaku untuknya kan?
Yunho mendesah pendek setelah ia berputar dengan cepat dan kembali menutup pintu tersebut.

Dan sedetik kemudian ia segera membalikkan tubuhnya.

DEG!

Oh—.
Kedua mata musang Yunho melebar sempurna.
Pria itu membeku di tempat.
Nafasnya berhenti selama beberapa detik.
Sampai kemudian hidungnya mengerut lucu dengan nafas yang memburu karena kaget.
Lalu Yunho merasakan dadanya berdebar-debar kencang.

Sangat kencang seolah jantungnya akan lepas dari tempatnya.

Iris musang Yunho menangkap sesosok pasien berseragam biru yang terduduk di atas ranjangnya.
Pasien cantik yang balas menatapnya dengan kedua mata bulatnya yang legam.
Rambut almond-nya tampak bergoyang pelan karena tiupan angin yang masuk melalui celah jendela kaca di samping ranjangnya.

Detik berikutnya Yunho mengerjap ia bisa melihat dengan jelas kalau pasien cantik itu juga kaget karena kedatangannya yang mendadak.
Hingga membuat kacamata minus yang bertengger di hidung bangirnya menjadi sedikit melorot.
Oh—dan tidak membutuhkan waktu yang lama untuk Yunho menyadarkan dirinya sendiri.

Kalau ia telah jatuh cinta.


-------


Yoochun dan Changmin masih berdiam diri sejak tadi.
Mereka berdua saling melirik tanpa mengucapkan sepatah katapun.
Oh ya, setelah mendengar pengakuan dari Yunho kalau pria tampan itu telah terpesona pada seorang pasien di rumah sakit ini Yoochun dan Changmin tidak tahu harus berkata apa.
Demi dewa makanan. Gumam Changmin dalam hatinya.

Sementara Yunho masih terduduk diam di kursi pribadinya.
Ia terus menunduk.
Dengan kedua tangan yang saling bertaut cemas.
Desahan berat terus berhembus dari mulutnya.
Aigoo.

  “Aku baru ingat kalau pria ber-jas itu juga ada di sana waktu itu” Ujar Yunho setelah beberapa menit ia bungkam.

Yoochun dan Changmin kembali saling melirik.

  “Hmm, itu berarti ada seseorang yang melihat dan sadar betul akan tingkah konyolmu. Melarikan diri begitu saja setelah bertatap muka dengan pasien yang seharusnya kau periksa” Komentar Changmin mengangguk-anggukkan kepalanya.

Yunho menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi.

Ia memijat pelipisnya.

  “Ya, sungguh memalukan” Sambungnya.

  “Atau kau bisa kembali ke sana dan berpura-pura seolah tidak ada hal aneh yang terjadi” Celetuk Yoochun kemudian.

Yunho mengernyit.

  “Ah! Ide bagus! Katakan saja kalau kau melupakan papan jengukmu—atau mendadak alam memanggilmu” Ujar Changmin tersenyum lebar.

Yunho dan Yoochun saling memandang.
Kemudian pria tampan itu mengindikkan bahunya.

  “Aku lebih suka opsi yang pertama” Ujarnya.

  “Well, kalau begitu masalah selesai! Cah, aku harus segera kembali sebelum jadwal rumah sakit Chungnam memanggilku” Balas Changmin berdiri dari duduknya.

Yoochun ikut berdiri, ia masih memiliki beberapa pasien untuk dijenguk dan diperiksa sampai dua jam ke depan.
Yunho hanya menghela nafas pasrah.
.
.
.

CKLEK.

Jung Yunho tersenyum tipis ketika ia membuka satu-satunya pintu berwarna abu-abu di sepanjang koridor kiri rumah sakit.
Mata musangnya menangkap sesosok pasien cantik yang duduk terkantuk-kantuk di kepala ranjangnya.
Aih, lucu sekali, gemas Yunho dalam hatinya.

Dokter berjas putih itu mengedarkan pandangannya, mencari seseorang yang tadinya ada di sini menemani pasien cantik itu.
Hm, tidak ada.
Mungkin ia sudah pulang.
Yunho menutup pintu kamar, lalu ia berjalan menghampiri sang pasien yang masih tidak mengacuhkan kehadirannya.

Sejenak Yunho mengedarkan pandangannya.

Sedikitnya ia terpesona pada desain interior kamar rawat yang satu ini.
Ia cukup menyukai wallpaper berwarna hijau muda dengan aksen bunga sakura di setiap sudut atasnya.
Lalu beberapa jendela kaca yang membuat matahari menembus masuk menyinari sederetan tanaman kecil yang berjejer di samping jendela.

  “Anyeong” Sapa Yunho tersenyum.

Pasien cantik yang terkantuk-kantuk itu sontak mengangkat kepalanya.
Membiarkan jantung sialan Yunho berpacu dengan cepat untuk yang kedua kalinya.
Wajah cantik itu tampak segar, kacamata minus itu sudah menghilang dari hidung bangirnya.
Mungkin itu milik pria tadi, pikir Yunho.

Sepasang mata besar berwarna hitam legam itu terbuka sempurna.
Bergerak pelan menelusuri wajah tampan si dokter berjas putih.
Kemudian ia memiringkan wajahnya, tampang polosnya sungguh lucu.
Membuat Yunho tidak tahan untuk tidak mencubit pipi gembulnya.

  “Aku Jung Yunho, putra dari dokter yang selama ini merawatmu. Ia sudah pensiun, jadi mulai sekarang aku adalah doktermu” Ujar Yunho lembut.

Pasien cantik itu kini memiringkan wajahnya ke arah yang berlawanan.
Membuat kadar imutnya meningkat seratus persen.
Aih!
Yunho menurunkan pandangannya sejenak, meneliti sederet huruf hangul yang tercetak di dada kanan seragam pasien cantik itu.

  “Kim Jaejoong?” Gumamnya geli.

Pria cantik itu tidak bersuara.
Ia hanya menyipitkan mata bulatnya yang indah dengan cara yang lucu.
Kemudian ia memiringkan kepalanya ke kiri dan kanan dengan tempo yang sedikit cepat.
Sungguh lucu dan menggemaskan, seperti boneka yang ada di etalase toko, pikir Yunho lagi.
Pria tampan itu dengan cepat menangkup wajah cantik Jaejoong.

Kemudian ia tertawa geli.

  “Lehermu bisa pegal kalau seperti itu” Ujarnya.

Eoo?
Pasien bernama Kim Jaejoong itu hanya tersenyum lugu, setelah sebelumnya ia membulatkan bibirnya tanpa suara yang keluar.

  “Hm? Aku belum mendengarmu berbicara sejak tadi, cah, katakan sesuatu” Pinta Yunho seraya menekan papan jenguknya, ia harus menuliskan laporan mengenai kesehatan Jaejoong mulai hari ini.

Tapi pria cantik itu seolah tidak mengerti akan maksud dari ucapan Yunho.
Ia hanya tersenyum manis memandangi wajah tampan sang dokter.
Hingga pria tampan yang kikuk itu harus mati-matian menahan wajahnya yang menghangat.
Yunho berdehem, ia berdiri dari duduknya, kemudian bergerak dengan salah tingkah di sekitar tanaman yang berjejer di jendela.

  “Kau suka tanaman? Mereka cantik sekali” Puji Yunho masih dengan senyumnya.

Pria tampan itu mendengar suara gesekan dari atas ranjang.
Ia tahu Jaejoong telah turun dari sana.
Dua tiga langkah, dan Jaejoong sudah berdiri di samping Yunho.
Ia tersenyum manis dan memutar-mutar pot bunga kecil yang ada di dekatnya.
Yunho tertawa gemas.

Oh—sudah terhipnotis huh? Secepat itu?

  “Baiklah, dilihat dari keadaanmu kau baik-baik saja. Hanya masalah suaramu. Mungkin besok kau akan mau mengobrol denganku” Ujar Yunho.

Jaejoong mengerjapkan matanya.
Kembali memiringkan kepalanya ke kiri dan kanan, hingga Yunho harus menahannya sekali lagi dan tertawa lepas.
Ah, ia tidak butuh lagi pasien lainnya.
Cukup dengan Kim Jaejoong saja.

Yah, itu saja sudah cukup. Pikir Yunho lagi.


-------


Hari berganti minggu, dan minggu berganti bulan.
Tidak terasa sudah hampir setengah tahun Yunho menikmati pekerjaannya sebagai dokter khusus untuk pasien tanpa suara yang bernama Kim Jaejoong itu.
Yoochun dan Changmin sudah tidak ambil pusing lagi.
Mereka justru senang melihat Yunho tidak lagi mengeluh seperti yang sudah-sudah.

Bahkan ayahnya yang sampai sekarang masih tidak ada kabar tidak dipedulikannya lagi.

Waktu dan dunianya kini tersita untuk Kim Jaejoong seorang.
Si cantik misterius dengan seorang laki-laki paruh baya yang selalu menjenguknya secara rutin.
Yunho tidak pernah tahu apa dan bagaimana hubungan pria tua itu dengan pasien cantiknya.
Karena pria itu selalu tersenyum sopan kepada Yunho di dekat pintu kamar rawat Jaejoong ketika ia datang berkunjung.
Di mana secara halusnya pria paruh baya itu memintanya untuk meninggalkan dirinya bersama Jaejoong di dalam sana.

Tapi setelah melalui beberapa pengamatan dari Yoochun dan Changmin, Yunho mengambil kesimpulan kalau tidak ada yang istimewa dari pria paruh baya itu.
Ia terlalu tua untuk menjadi kekasih Jaejoong dan terlalu beda rupa untuk menjadi ayah Jaejoong.
Mungkin pria itu hanya seorang kenalan yang suka menjenguknya.

Yah, siapa yang tidak akan tersenyum kalau melihat wajah polos dari Kim Jaejoong eoh?
Terutama saat ia menggerakkan kepalanya miring ke kiri dan ke kanan.
Lucu sekali.

  “Oi, eodisseo?” Seru Yoochun melambaikan tangannya.

Yunho yang terpanggil membalikkan tubuhnya, tersenyum kepada rekan kerjanya.

  “9095” Balasnya setengah berteriak.

Ia baru saja akan kembali melanjutkan langkahnya kalau saja Yoochun tidak kembali melambai-lambaikan tangannya.

  “Ini hari minggu, Yunho!” Ujar pria berpipi chubby itu.

Oh!
Yunho menepuk dahinya.
Ia lupa kalau ini hari minggu.
Dan spesial untuk hari ini Jaejoong selalu punya jadwal rutin untuk dilakukan.
Ia akan datang ke taman belakang rumah sakit dan duduk di atas kursi bersandar bersama seorang wanita paruh baya yang masih tampak cantik.

Mereka akan saling bersandar dan Jaejoong akan tertidur di pundak wanita tersebut.
Sementara wanita tua itu akan memanggil-manggil nama Kim Junsu tanpa lelah.
Yunho, Yoochun dan Changmin tidak ambil pusing soal itu.
Yah, pasien sakit jiwa memang memiliki kelakuan yang unik.

Tapi hari ini ada yang berbeda.

Jaejoong memang duduk di samping wanita tua itu.
Namun ia tidak tertidur seperti biasanya.
Ia hanya duduk diam memandangi wajah cantik wanita tersebut.
Sementara wanita itu tenggelam dalam dunianya sendiri, menggoyang-goyangkan boneka kumal yang ia panggil Junsu.

Beberapa saat kemudian mata bulat itu mengerjap sendu.
Bola matanya berkaca-kaca.
Ia mengusap penuh sayang wajah cantik wanita tua tersebut.
Kemudian ia menyandarkan kepalanya di bahu kurus itu.
Tidak mengacuhkan air matanya yang menetes jatuh membasahi wajah sedihnya.

Bibir cherry itu membuka, dengan suara yang bergetar pria cantik itu bernyanyi.
Ia menyanyikan lagu tentang keluarga beruang dengan sangat lirih.
Sesekali tersendat karena tenggorokannya yang tercekat.
Hanya untuk wanita tua itu.

Untuk ibunya dan Junsu.
.
.
.

Yunho membuka pintu kamar rawat berwarna abu-abu itu dengan semangat.

  “Hello beautiful, is anybody home?

Ia tersenyum melihat Jaejoong yang melompat dari ranjang dan berlari menubruk tubuhnya.
Pasien cantik itu memeluknya dengan sangat erat, seolah-olah ia gemas dengan Jung Yunho.
Membuat pria tampan itu menutup pintu dengan kakinya, kemudian ia memutar tubuhnya dan tertawa lucu melihat bagaimana menggemaskannya Jaejoong yang terseret-seret tanpa melepaskan pelukannya.

  “Kau merindukanku?”

Jaejoong mendongak, hanya balas terkikik tanpa suara.
Kaki telanjangnya berjinjit-jinjit dengan leher yang mendongak, berusaha meraih sesuatu yang belakangan ini sangat disukainya.
Melihat usaha Jaejoong membuat Yunho tidak tega.
Ia menundukkan sedikit tubuhnya dan kembali tersenyum ketika pria cantik itu menabrakkan bibirnya dengan bibir Yunho.

Oh—sudah sedekat itu ternyata.

Naif sekali kau, Jung Yunho. Memanipulasi seseorang yang tidak sadar sepenuhnya.

  “Sudah ya? Kita harus menyiram tanaman hari ini, aku akan melihat bagaimana caramu merawat tanaman-tanaman itu. Ini salah satu tes untuk melihat kemajuan kesehatanmu” Ujar Yunho menarik tangan Jaejoong mendekati jejeran pot bunga mini itu.

Jaejoong mengambil ceret air yang tersedia di atas meja.

Ia berjalan dari ujung ke ujung, menyirami tanaman-tanaman itu dengan telaten.

DEG.

Yunho terkejut.
Omo.
Apa itu?

Barusan…Yunho seperti melihat Jaejoong bergerak dengan kesadarannya sendiri.

Dokter tampan itu mengerjapkan mata musangnya ragu.
Ia tidak mungkin salah lihat kan?
Ekspresi barusan itu, Jaejoong sungguh terlihat waras.
Seolah ia sama normal sepertinya.

TOK TOK TOK.

  “Saya masuk”

CKLEK.

Oh.
Yunho dan Jaejoong menoleh, memandang sesosok pria paruh baya dengan pakaian resmi dan bunga lilinya seperti biasa.
Yunho tersenyum kecil ketika pria itu menutup pintu dan menaruh buket bunga lilinya di atas ranjang.
Ia memperhatikan Jaejoong yang sudah selesai menyiram tanaman-tanamannya.

  “Baiklah, silahkan menikmati waktu kunjunganmu, Joongie” Ujar Yunho setelah menuliskan beberapa kalimat di papan jenguknya.

Jaejoong tersenyum manis.
Ia berjinjit dan mencuri kecupan di dagu Yunho karena ia tidak cukup tinggi untuk meraih bibir seksi itu.
Yunho terkejut, tapi kemudian ia balas tersenyum manis.
Ah, sungguh kejutan, pikirnya.

Dokter tampan itu menundukkan kepalanya sopan kepada pria paruh baya itu.
Lalu ia beranjak keluar kamar dan menutup pintunya.

  “Anda benar-benar menikmatinya, ya?” Komentar pria paruh baya itu tersenyum tipis.

Jaejoong tidak menyahut.
Ia hanya beringsut menaiki ranjangnya dan merogoh bagian bawah bantal tidurnya.
Mengambil kacamata minus kesayangannya dan segera memakainya.
Memperhatikan pria paruh baya yang kini sedang membuka sebuah meja lipat yang tersembunyi di bawah ranjang, kemudian membentangnya tepat di pangkuan Jaejoong.

Lalu ia menaruh tumpukan kertas di atasnya dan sebuah pulpen berwarna hitam.

  “Setengah jam, Tuan Muda” Ujar pria paruh baya itu lembut.

Jaejoong mengangguk.
Ia menunduk dan meraih pulpen tersebut.


-------


Changmin bilang Yunho sudah gila.
Sementara Yoochun berkomentar kalau Yunho dimabuk cinta.
Yah, setidaknya tidak ada hal yang merugikan namja tampan itu, anitji?
Lagipula Yunho semakin menikmati perannya dari hari ke hari.
Ia menyukai bagaimana rasa dadanya berdebar manis ketika Jaejoong tersenyum kepadanya.

Atau bagaimana sekujur tubuhnya bergetar bahagia saat pria cantik itu sesekali berjinjit dan hanya mengenai bagian dagu atau rahangnya dengan bibir semerah darah itu.

Jadi sama sekali tidak masalah untuk Yunho bermalam di rumah sakit ini untuk yang pertama kalinya.
Jaejoong melarangnya keluar kamar sejak sore tadi.
Dan sepertinya Yunho menangkap maksud pria itu dengan sangat baik.
Kalau Jaejoong ingin tidur bersamanya malam ini.

Yunho tidak bisa berhenti memperhatikan bagaimana Jaejoong terlihat lucu ketika ia menyikatkan gigi namja cantik itu.
Jaejoong hanya diam dengan mulut yang dibuka lebar, sementara Yunho mengerjakan tugasnya.
Rasanya seperti mengurus balita, tapi itu menyenangkan.

  “Cah, sudah waktunya untuk tidur” Ujar Yunho lembut.

Jaejoong menaiki ranjang.
Ia mengulurkan tangannya menerima uluran tangan Yunho.
Pria tampan itu menggenggam jemarinya, merematnya dengan erat.
Menikmati suhu tubuhnya yang menghangat karena gugup.
Sementara Jaejoong terlihat biasa saja.

Pria cantik itu berbaring di sebelahnya dengan tenang.

Yunho beringsut, ia memiringkan tubuhnya dan menghadap namja cantik itu.
Jaejoong melirik Yunho, kemudian ia ikut melakukan hal yang sama.
Kini keduanya saling berhadapan.
Sial.
Yunho bisa melihat dengan jelas kecantikan alami itu dari jarak yang sedekat ini.

Demi Tuhan, jarak mereka hanya seinci lagi menunggu hidung keduanya bersentuhan.

Yunho tidak bisa lagi menahan senyuman bahagianya.
Jadi ia memutuskan untuk tersenyum lebar.
Dan detik berikutnya ia tersentak kaget.
Melihat bibir ranum itu membalas senyumannya.

DEG DEG DEG.

Jantung Yunho berdebar dengan sangat kencang.
Ia kembali beringsut, kali ini mendekatkan wajahnya dengan wajah cantik Jaejoong.
Sepasang mata bulat itu tidak goyah sama sekali.
Masih balas menatapnya dengan tenang.

Yunho melepaskan genggaman tangannya pada jemari Jaejoong, kemudian ia membawa jemari lentik itu hinggap di dada bidangnya.
Lalu merematnya sekali lagi.
Mencoba memberitahu namja cantik itu betapa kencang debaran jantungnya.

CUP.

Yunho memejamkan mata musangnya.
Ia menempelkan bibir mereka berdua dengan sangat lembut.
Jaejoong tidak memberontak.
Ia menerima begitu saja perlakuan dari Yunho.

Beberapa detik kemudian bibir Yunho bergerak memakan bibir Jaejoong.
Melumatnya dengan basah hinggal terdengar suara decakan yang menggoda.

  “Hnn!—”

Yunho bisa merasakan Jaejoong tersentak kaget karenanya.
Pria itu mengusap punggung Jaejoong dengan tangannya yang bebas.
Lalu ia merasakan tubuh pria cantik itu kembali tenang.
Yunho tidak berhenti, ia terus melumat, menjilat, menggigit, dan melakukan apa yang ia bisa dengan bibir ranum itu.

Hingga detik berikutnya lumatan panas itu berhenti.

Dan Yunho tenggelam dalam tidurnya.
Uh, lucu sekali, melihat bagaimana pria tampan yang kikuk itu jatuh tertidur dengan bibir yang masih berada di dalam celah bibir Jaejoong.
Pasien cantik itu bisa merasakan nafas Yunho yang menderu teratur di wajahnya.
Ia menarik bibirnya menjauh.

Kemudian memperhatikan dalam diam wajah tampan itu.

Wajah yang selalu tersenyum penuh sayang kepadanya selama ini.

Hmp.

Jaejoong tersenyum kecil.
Ia bergerak pelan, mencondongkan tubuhnya, dan menempelkan bibir basahnya di telinga namja tampan itu.
Membuat Yunho sedikit berjengit karenanya.

  “Aku mencintaimu, Yunho” Bisiknya dalam gelap.


-------


Yunho frustasi.
Ia terus berbuat kacau sejak tadi.
Rutinitas jenguk pasien yang biasanya berjalan lancar kini membuatnya kesal.
Ia tidak bisa berkonsentrasi, hasil pengamatan pasien 232 tertukar dengan pasien 899.
Lalu pasien 444 tertukar dengan pasien 101.

Dan terus begitu sampai Yunho sadar ada yang salah dengannya hari ini.

BRAK!

Yoochun dan Changmin yang sedang bersantai di bangsal kanak-kanak terlonjak kaget.
Yunho membanting papan jenguk pasiennya dan duduk di antara mereka berdua dengan wajah terfrustasi yang ia punya.
Yoochun dan Changmin saling melirik, kemudian mereka menyikut lengan Yunho.

  “Yah, ada apa? Bujangnim mengirimkan sepaket ikan piranha untukmu?” Tanya Yoochun dengan senyuman khasnya.

  “Atau kau menemukan sepasang cacing mati di dalam kopimu?” Tanya Changmin dengan getaran gelinya.

Lalu kedua sahabat baik itu tertawa lantang.

Sementara Yunho semakin frustasi.
Ia berteriak kesal dan berbaring di atas rerumputan.
Tidak mengacuhkan Yoochun dan Changmin yang kini benar-benar memperhatikan dirinya.

  “Yah, ada apa? Kalau kau sudah merasa tertular dengan Jaejoong aku bisa mencarikan bangsal yang kosong untukmu” Celetuk Changmin tersenyum.

Yunho merengut.

  “Ya, Yunho, beritahu kami, ada sesuatu yang terjadi?” Ujar Yoochun menaikkan alisnya.

Yunho mengangguk.

  “9095 tidak bisa terbuka sejak pagi tadi” Dengungnya.

Hah?
Yoochun dan Changmin mengerutkan dahi.

  “Jaejoong ada di dalam bersama pria tua yang biasanya itu. Tapi mereka mengunci pintu dari dalam, dan sama sekali tidak mengizinkan aku untuk masuk” Jelas Yunho.

  “Mwooo?! Yah! Hyung! Kenapa kau pasrah sekali?! Bagaimana kalau terjadi sesuatu di dalam sana eoh?!” Pekik Changmin panik.

Yunho mendengus.

  “Ani, pria tua itu memberitahuku kalau aku bisa menemui Jaejoong saat ia sudah pergi, dan ia sudah berjanji kalau tidak akan melakukan hal-hal aneh kepada Jaejoong”
 
  “Tapi tetap saja Yun, itu berbahaya”

  “Ck, pintunya terkunci dari dalam, dan aku tidak punya kunci cadangannya, Chun. Yang bisa kulakukan hanya menunggu”

  “Okay

Changmin balas melambai kepada seorang pasien kecil yang melompat sambil melambai kepadanya.
Pria berwajah kekanakan itu sesaat lupa dengan perbincangannya bersama kedua sahabat baiknya.
Sampai kemudian ia tersadar ketika mata bambinya memandang sosok pria paruh baya berpakaian resmi yang berjalan menuju gerbang rumah sakit.

  “YAH! HYUNG! Pria itu sudah pergi! Aku melihatnya barusan!” Jerit Changmin terkejut.

Yunho tersentak.
Mata musangnya melebar.
Dalam detik itu juga ia melompat dan berlari kencang memasuki koridor kiri.
Meninggalkan Changmin dan Yoochun yang terbengong-bengong di halaman bangsal.

CKLEK!

Yunho membuka pintu kamar tersebut dengan kasar.
Dan tatapannya segera jatuh kepada sosok cantik yang duduk manis di atas ranjang.
Dada Yunho berdebar kencang.
Meneliti keadaan kamar dan Jaejoong.
Memastikan tidak ada satupun yang salah dari matanya.

Oh—dan sepertinya semua baik-baik saja.

Seperti yang dijanjikan pria tua itu kepadanya.

Jaejoong melambaikan tangannya, menggerakkannya dengan gestur memanggil.
Yunho menaikkan alisnya.
Ia menutup pintu dan berjalan mengikuti panggilan tangan Jaejoong.
Kemudian ia berdiri tepat di hadapan namja cantik itu.

Jaejoong tersenyum manis.

Pria itu berdiri di atas ranjang.
Hingga kini posisinya lebih tinggi daripada Yunho.
Dan dalam sekejap mata, Yunho tak berdaya ketika pria cantik itu menarik tengkuknya dan menyatukan bibir mereka.

Mata musang Yunho melebar sempurna.

Kedua tangannya terkulai lemah.
Ia begitu terkejut dengan apa yang sedang terjadi.
Dan detik-detik berikutnya ia seolah terhanyut, sepasang mata musangnya memejam dengan perlahan.
Ia terdiam saat Jaejoong menarik dagunya dengan ibu jari, membuat mulutnya menampakkan celah, dan lidah panas Jaejoong segera menerobos ke dalam mulutnya.

Kepala Yunho seolah kosong, ia tidak dapat berpikir jernih.

Sementara Jaejoong merajai permainan.
Ia memiringkan kepalanya, mendorong wajahnya sedikit lagi, hingga lidahnya melesak masuk lebih dalam.
Menyentuh apa saja yang ada di dalam saja dengan lidah basahnya yang panas.
Sesekali ujung lidahnya menggelitik lidah Yunho yang berdiam di rahang bawah.

Kedua lengannya memeluk erat leher Yunho yang mendongak.
Bibir basahnya mengecup-kecup setiap sudut bibir Yunho.
Kemudian giginya menarik gemas bibir atas Yunho yang tipis, lalu menjepitnya dengan kedua bibirnya, menghisap bagian itu cukup lama.

Dan ketika Jaejoong menghentikan segalanya, kaki Yunho terasa lemas seperti jelly.
Pria cantik itu menarik Yunho untuk duduk di atas ranjang.
Kemudian ia membaringkan Yunho di sana.
Sementara dirinya tersenyum penuh arti, lalu mencuri satu kecupan terakhir di bibir seksi Yunho.

Saat Yunho masih menikmati sisa-sia euphoria-nya, detik itu juga ia tersadar.

Bahwa Kim Jaejoong sudah menghilang dari kamar rawat ini.

Yunho terduduk.
Mata musangnya mengedar, ia tidak menemukan siapapun di sana.

SRAKK!

Yunho melempar selimut tebal yang mengapit kakinya, ia melompat turun dari ranjang dan berlari seperti orang kesetanan.
Matanya mendelik memperhatikan pasien-pasien yang berlalu lalang di ujung simpang koridor.

  “JAEJOONG!!” Teriak Yunho lantang.

Nihil.

Tidak ada satupun dari mereka yang merepon teriakannya.

  “Sial!”

Yunho berbelok, ia berlari sekencang mungkin menuju gerbang rumah sakit.
Tapi mendadak gerakannya berhenti hingga ia hampir saja terjungkal.
Mata musangnya kembali membelalak melihat ayahnya telah muncul di lobi rumah sakit.
Pria paruh baya itu dengan santainya berbincang bersama para suster yang berkerumun.
Aish!
Yunho berjalan mendekat dengan penuh amarah.

Ia menyingkirkan para suster tersebut dan menarik kasar bahu ayahnya.
Matanya melotot, wajahnya memerah dan basah karena keringat.
Tapi Jinki masih bisa memperhatikan bagaimana merah dan basahnya bibir sang putra.
Aih, pria nakal itu menaikkan alisnya.

  “Kenapa aku tidak bisa menghubungimu selama ini eoh?! Kenapa selalu operator sialan itu yang menjawabnya?!” Teriak Yunho murka.

  “Heem, karena aku sedang berbulan madu bersama ibumu?” Balas Jinki dengan senyum konyolnya.

Sial!
Yunho sungguh ingin menjebloskannya ke bangsal sakit jiwa!

  “Jelaskan padaku tentang pasien 9095, mengapa ia bisa sakit jiwa? Siapa wanita yang suka didatanginya dan siapa pria tua yang selalu datang mengunjunginya setiap minggu?” Desis Yunho menahan emosinya.

Oh.

Pria bermata bulan sabit itu terdiam.
Memiringkan kepalanya sedikit, kemudian menarik Yunho ke tempat yang lebih sepi.
Kemudian ia memandang bingung putranya sendiri.

  “Yunho, sepertinya ada hal yang tidak kau tahu, dan ini salahku karena tidak sempat mengatakannya padamu” Ujar Jinki.

Yunho mengernyit.

  “Pasien 9095 tidak pernah sakit jiwa. Ia normal. Normal seperti kau dan aku”

DEG.

M-mwo?

Yunho terkejut.
Mata musangnya membulat sempurna.
Dan jantungnya mulai berdebar-debar.

  “Kim Jaejoong adalah putra dari menteri kesehatan, ayahnya tewas dalam kecelakaan lalu lintas dan ia ada di sini untuk bersembunyi dari keluarga pamannya yang mengincar harta keluarganya”

Oh—tidak.

  “Pria tua yang selalu kau lihat itu adalah kepala pelayan keluarganya, dan wanita yang kau sebut itu adalah ibunya. Jiwa ibunya terganggu karena pamannya berhasil menculik adiknya yang bernama Kim Junsu, dan membunuhnya seperti yang dilakukan pada ayahnya”

Oh—.

  “Pagi tadi kepala pelayan itu menghubungiku, ia mengatakan kalau sudah cukup untuk Jaejoong bersembunyi di sini, mereka sudah berhasil menjebloskan paman Jaejoong ke penjara”

Yunho merasakan sekujur tubuhnya lemas.
Jiwanya seolah kosong.
Ia mundur beberapa langkah dari hadapan Jinki.
Membuat pria bermata bulan sabit itu menatap khawatir kepadanya.

Namja tampan itu meringis.

Kemudian ia berbalik, dan berjalan dengan lunglai.
Ia terlihat sangat kacau.

Berkali-kali pria tampan itu mengusap wajahnya dengan kedua telapak tangannya.
Menghembuskan nafas berat setiap kali ia mengingat tingkah namja cantik itu.
Ya, selama ini tidak ada keanehan pada perilaku Jaejoong selama ini memantaunya.
Ceh, tentu saja.
Pria itu tidak gila.

Ia sadar.

Sadar sepenuhnya.

DEG.

Yunho tertegun.
Mata musangnya mengerjap cepat, beberapa kali melangkah kakinya semakin bergerak cepat.
Terus hingga akhirnya ia kembali berlari.
Berlari menelusuri koridor kiri yang panjang itu.

BRAK!

Yunho ter-engah.
Ia mendobrak pintu abu-abu itu dan mengatur nafasnya yang menderu.
Mata musangnya mengedar, mencari sesuatu yang mungkin sesuai dugaannya.
Jaejoong pasti meninggalkan jejak.
Ia tidak akan pergi begitu saja.

Yunho yakin.

Pria tampan itu berputar-putar di dalam ruangan tersebut.
Membolak-balikkan semua pot bunga yang ada.
Mendesah frustasi dengan tidak sabar.
Sampai kemudian ia putus asa dan terduduk di atas ranjang.

Kembali mengusap wajahnya dengan kesal.

Dan ketika Yunho hampir beranjak dari ruangan tersebut, mata musangnya mengerjap.

Menatap secarik kertas yang tergeletak di atas meja nakas.

DEG.

DEG DEG DEG.

Oh—Tuhan.

Yunho mendekat dengan bergetar.
Ia menunduk, mengambil potongan kertas tersebut dan kembali terduduk lemas di atas ranjang.
Kemudian ia tersenyum konyol.

  ‘031-292-xxx

Call me,

—Kim-Jung-Jaejoong—

xoxo

Ck, ia sungguh bodoh.

END.

-JYJ, Babo Boy-

6 komentar:

  1. Keren eon.udah pernah baca kaya gini tapi punya eon lebih keren!!!

    BalasHapus
  2. Ini luaarr biasaaa kereennn... ngga nyangka ceritanya begini 😍😍😍

    BalasHapus
  3. wowowowowow.
    tinggal nunggu undangan nih :D

    sayang junsu meninggal

    BalasHapus
  4. Kyaaaa appa bodoh!!! Aihhh umma udh naro z tuh nama jd kim jung jaejoong.. Aduh itu junsu knp dpt peran mati hueee my duck butt T_T

    BalasHapus
  5. Ck ck ck.. hahahaha yunho babo aniya ? XD atau jj yg pinter sandiwara ? Kekeke
    Suka banget
    Gomawo nee

    BalasHapus
  6. Eonni.. buat squel nya dong.. ya ya ya :D

    BalasHapus