This zone is only YunJae Fanfictions and this is our world

Kamis, 23 April 2015

FF/YAOI/YUNJAE/CHAPTER/ROTTEN LOVE/PART 8 *END*

PART 8.

  “…Ho…Yunho!”

DEG!

Pria tampan itu berjengit kaget, ia refleks terduduk dari baringnya dan menatap Yoochun dengan tatapan yang tidak bisa diartikan.
Namja tampan itu mendesah panjang. Ia mengusap wajahnya dengan kedua tangan.
Sementara Yoochun duduk di pinggir ranjang dengan segelas air mineral yang ada dalam genggamannya.

  “Minumlah” Ujar Yoochun seraya menyerahkan botol minuman itu.

Yunho mengangguk.
Ia mengambil botol tersebut dan menenggak isinya.
Beberapa detik mengambil nafas, ia mengubah posisinya hingga menatap Yoochun.
Ya, ia butuh penjelasan.
Semuanya.

  “Baiklah, akan kumulai dari hubunganku dan Junsu” Ujar Yoochun berdehem.

Yunho bergeming.
Matanya berubah menjadi serius.


  “Aku sudah berhubungan dengannya hampir tiga tahun, dan selama ini yang aku tahu dari Junsu adalah kalau ia pernah kehilangan kakak laki-lakinya karena sebuah penculikan”

  “Ya”

  “Hmm, Junsu selamat, tapi tidak dengan kakaknya. Bertahun-tahun mereka mencari, dan ternyata…Yah, kau tahu…Kim Jaejoong”

  “Kau tahu kalau namanya Jaejoong?”

  “Ya, tapi itu saat Junsu meneleponku tiga hari yang lalu, ia panik karena kakaknya mengamuk, ingatannya sudah kembali dan—”

  “Apa? Ingatannya sudah kembali?”

Mata musang Yunho membuka lebar.
Yoochun mengangguk, mendesah pendek berusaha menenangkan dirinya yang terlalu tegang.

  “Dengar Yunho, aku begitu kacau saat Junsu menelepon, yang ada di kepalaku waktu itu hanya membawamu menemui Jaejoong, kita berdua tahu kalau kau harus ada di hadapannya saat ingatannya kembali dan kalian bisa segera memperbaiki segalanya, tapi—”

Ada jeda sejenak.
Dan keheningan itu mencekik Yunho.
Ia sungguh tidak sanggup untuk mendengar kabar selanjutnya.
Dari kedua mata Yoochun saja sudah terlihat jelas kalau ini adalah sesuatu yang tidak menyenangkan untuk di dengar.

  “Katakan, Park Yoochun” Perintah Yunho tidak tahan lagi.

  “Kau janji tidak akan marah? Maksudku, tidak akan melempar benda apapun ke wajahku?”

  “Geez, Yoochun”

Yoochun percaya, ya, ia percaya.
Hanya saja bergerak dari ranjang dan mundur beberapa langkah mendekati pintu kamar hotel sebagai antisipasi tidak apa kan?

  “Perjalanan kita ke sini sungguh mendadak, tanpa persiapan apapun, dan kau ­mengalami jetlag yang parah mengingat tiga jam sebelumnya kau hang-over karena tequilla” Ujar Yoochun.

  “Ya, Yoochun, ya” Desis Yunho tidak sabar.

Yoochun menahan nafasnya.

  “Semalam Junsu kembali meneleponku, Jaejoong kembali mengamuk, dan mereka sudah membawanya kembali ke Seoul” Cicitnya.

DEG.

Yunho kembali melotot.
Seolah-olah ia akan menelan namja chubby itu.

  “Yunho, kau sudah berjanji padaku” Desis Yoochun berusaha mengontrol emosi sahabatnya.

  “Kalau begitu tidak ada gunanya aku di sini!! Kenapa kau harus membawaku ke sini eoh?!” Pekik Yunho marah.

  “Aku tidak tahu kalau akan seperti ini jadinya! Sama sekali tidak terbesit di pikiranku kalau mereka akan membawa Jaejoong kembali secepat itu, Yunho!”

  “AISH!!”

Yoochun berjengit, memejamkan matanya secara refleks ketika kaki Yunho menendang meja nakas yang ada di samping ranjang hingga meja tersebut jatuh dengan suara yang bising.

  “Pesan tiket ke Seoul! Sekarang, Park Yoochun!!” Teriak Yunho murka.

Dan Yoochun tidak menyia-nyiakan kesempatannya.


-------


Heechul begitu sedih saat ini.
Ia baru saja mengecap kebahagiannya beberapa waktu yang lalu.
Tapi semuanya berjalan begitu cepat.
Ia tidak sanggup mendapati putra sulungnya kini menjaga jarak darinya.
Jaejoong kecilnya terluka.

Dan ia menolak menerima pelukan dari Ummanya.

Pria cantik itu butuh waktu.
Begitu yang dikatakan Kyuhyun kepadanya.
Dan Hangeng hanya bisa menenangkan kekasihnya yang tidak berhenti menangis sampai sekarang.
Ck, seandainya ia tahu mengenai perbuatan Junsu, ia tidak akan pernah menyetujui rencana namja manis itu.

  “Sudahlah, sayang, sekarang hanya waktu yang bisa menenangkan Joongie” Bujuk Hangeng lembut.

  “Aku akan memukul Junsu” Lirih Heechul lemah, nyaris tidak terdengar.

Dan Hangeng hanya tersenyum tipis dibuatnya.

  “Junsu sedang merenungi kesalahannya, kau tidak perlu menyakitinya”

  “Tapi ia menyakitiku!”

  “Ssshh…Ssshh….Peluk aku, sayang, peluk aku”

Dan Heechul pun menurut.
Ia menghembuskan nafas panjang di balik rengkuhan suaminya itu.
Menjatuhkan kepalanya dengan pelan di atas bahu Hangeng, mencoba untuk tenang.

  “Bagaimana kalau dua minggu? Kalau setelah dua minggu Joongie tidak datang, kita berdua yang akan menemuinya, kau mau?” Tanya Hangeng seraya mengusap lembut punggung namja berambut almond itu.

Heechul terdiam.
Tapi setelah jeda sesaat itu ia memutuskan untuk mengangguk setuju.

  “Hanya dua minggu, yeobo, tidak lebih” Bisiknya.

Dan kemudian ia jatuh tertidur di dalam pelukan hangat suaminya.
.
.
.

Jaejoong tidak tahu sudah berapa lama ia mengurung diri di dalam apertemennya seperti ini sejak kembalinya ia dari London.
Apakah sudah lewat 24 jam?
Atau lebih?
Bahkan sekarang siang atau malam pun Jaejoong tidak peduli.

Ia hanya bergerak dari ranjangnya kalau perutnya berbunyi dan tenggorokannya terasa kering.

Perasaannya sungguh kacau.
Dan ia bingung harus bagaimana untuk menatanya kembali agar rapi seperti dulu.
Tapi Jaejoong cukup berterima kasih ketika ia pulang ke apertemennya ia bertemu dengan seorang Ahjumma yang selama ini mengurusi apertemennya, mengisi kulkasnya dan menjaga Jiji kecilnya.

Tidak perlu bertanya, Jaejoong tahu siapa yang berbuat sejauh ini untuknya.

Huh, namja cantik itu tersenyum tipis.
Siapalagi kalau bukan Jung Yunho eoh?

  “Meow

Mata besar Jaejoong bergerak.
Ia beringsut dari balik selimut tebalnya dan melebarkan kakinya ketika Jiji melompat ke atas ranjangnya yang tidak terlalu tinggi.
Pria cantik itu mendesah, membiarkan kucing kecil itu mengemong dalam pelukannya.
Jiji kembali mengeong, dan Jaejoong memutuskan untuk bersandar di kepala ranjang membiarkan kucing Russian Blue itu berbuat sesukanya.

  “Jiji yah, sekarang bagaimana?” Tanya Jaejoong lemah.

Jiji tidak merespon, kucing itu hanya balas mengeong dan menggesekkan ekor lembutnya di lengan Jaejoong.
Aih.

  “Junsu menghubungiku berkali-kali, tapi aku masih belum siap. Kyuhyun dan Changmin sampai memohon kepadaku untuk bertemu dengan mereka. Dan aku juga membuat Umma dan Appa menangis. Ini lebih buruk daripada masa-masa saat tinggal bersama Keybum Ahjumma”

  “Meow

Ya, terus saja mengeong. Desis Jaejoong kesal.
Pria cantik itu melepaskan pelukannya pada Jiji, ia meletakkan kucing kecil itu di atas lantai sementara dirinya kembali berbaring asal di atas ranjang.
Aah, ia butuh mandi.

DDRRTT….DDDRRTT…

Jaejoong mengernyit, melirik ponselnya yang bergetar panjang di atas meja nakas.
Ia bertelungkup dan mengambil ponselnya, mengerutkan dahi melihat sederet nomor tak dikenal tertera di sana.

  “Yeoboseyo?” Sapanya ragu.

Semoga ini bukan Junsu, Changmin atau Kyuhyun.
Ah, atau parahnya lagi, Yunho.

  “Yeoboseyo, dengan Jung Jaejoong?

DEG.

Jaejoong mengerjapkan matanya.
Hatinya membuncah, lama sekali ia tidak mendengar marga itu pada dirinya.

  “Ya? Dengan siapa ini?”

  “Choi Minho, pengacara dari Jung Kibum dan Jung Siwon, kau tidak melupakanku kan?

Oh!
Mata besar Jaejoong membulat.
Ia segera duduk tegap dan mengangguk walaupun Minho tidak bisa melihatnya.

  “Beberapa waktu yang lalu aku mendatangi apertemenmu, tapi kau tidak ada di sana

  “A-ada apa, Minho-ssi?”

  “Kurasa lebih baik kita membicarakannya secara langsung, ini perihal seluruh aset milik Jung Siwon yang diturunkan kepadamu

  “Apakah Yunho menghubungimu?”

  “Ya, pagi tadi ia menelepon, dan aku harap kita bisa bertemu sore ini di apertemenmu

  “Eh…Um…Kau keberatan kalau kita bertemu di café saja? Kebetulan aku belum makan siang”

  “Baiklah, kirimkan saja alamat cafenya, aku akan menunggu di sana

  “Ya, terima kasih…”

KLIK.

Sambungan itu terputus.
Dan Jaejoong bungkam di tempat.
Bertanya-tanya kejutan apalagi yang sedang menantinya.


-------


Jantungnya berdebar begitu kencang.
Ia sudah menghabiskan dua gelas jus apel ketika mata besarnya menangkap sosok pria berpakaian formal dengan rambut brunette-nya yang ditata sedemikian rupa.
Ia tampak tampan dan mempesona.
Choi Minho melihatnya melambaikan tangan, pria bermata kodok itu mengangguk dan tersenyum tipis.

Kemudian ia duduk di hadapan Jaejoong.

  “Maaf, aku terlambat” Ujar pria bermata kodok itu membuka percakapan.

Jaejoong menggeleng, tersenyum tipis seolah menunjukkan kalau ia ingin segera membahas topik utama.
Dan Minho bukan pria bodoh.
Ia balas tersenyum.

  “Kau ingat tentang isi wasiat mendiang Jung Siwon kepadamu?” Tanya Minho.

Jaejoong berdehem, ia mengangguk setelahnya.

  “Ya, bahwa ia menjatuhkan seluruh hartanya kepadaku, tapi saat itu aku belum cukup dewasa”

  “Pamanmu mengambil alih untuk mengelola perusahaan, tapi ia memberikannya kepada putranya karena pria itu mampu”

  “Ya, kita semua tahu ia mampu”

  “Aku mendengar dari Yunho kalau kau mengalami masa sulit belakangan ini saat aku menghubunginya dan membahas mengenai pengalihan aset milik Jung Siwon”

  “Uhm…Maksudnya?”

Minho tersenyum tipis.

  “Kau sudah cukup dewasa ketika paman dan bibimu melepaskanmu untuk hidup mandiri, di mana seharusnya saat itu juga perusahaan yang telah dikelola oleh paman dan sepupumu diserahkan kembali kepadamu”

  “Uhm…Ya…”

  “Saat itu aku dan Yunho sudah mengurus beberapa berkas pengembalian hakmu, tapi kau mengalami kecelakaan, itu yang tadi pagi Yunho katakan kepadaku”

Jaejoong mengangguk.
Ia meremas tangannya.

  “Jadi, intinya, sekarang kau akan mengembalikan semuanya kepadaku?”

  “Ya, Jung Jaejoong, kemarin Yunho sudah hengkang dari perusahaanmu, ia sudah kembali bekerja di bawah perintah ayahnya”

Oh.
Jaejoong mengangguk.
Ia sedikit kecewa mengetahui setelah ini ia tidak akan lagi bisa melihat wajah tampan itu.

  “Aku hanya membawa beberapa berkas pengalihan untuk kau tanda tangani, tapi satu surat penting yang mengesahkan pemindahan aset ada pada Yunho” Jelas Minho lagi.

DEG.

Jaejoong terkejut.

  “Yunho ingin menyampaikannya kepadamu secara langsung, itu permintaannya kepadaku”

Minho tidak berkata apapun lagi setelah itu.
Ia hanya memperhatikan Jaejoong yang terlihat kaget, tapi beberapa saat kemudian pria cantik itu segera menandatangani beberapa berkas yang dibawa Minho bersamanya.
Pertemuan itu cukup singkat, tidak sampai satu jam Minho sudah beranjak meninggalkannya seorang diri.

Jaejoong termenung.

KLING KLING.

Pintu café itu terbuka dengan suara lonceng yang berbunyi nyaring.
Tapi Jaejoong masih terlalu sibuk berkutat dengan pikirannya sendiri hingga ia tidak menyadari kini ketiga pemuda yang memasuki café tersebut sudah duduk di hadapannya.
Namja cantik itu berjengit kaget ketika Junsu menyentuh tangannya yang berada di atas meja.
Sepasang mata bulatnya membesar.

Ia kembali terkejut untuk yang kesekian kalinya.

  “Hyung” Panggil Junsu, Kyuhyun dan Changmin kompak.

Jaejoong tidak menyahut.
Ia hanya memandangi ketiganya bergantian.
Mendadak matanya terasa panas.
Ia benci dirinya yang lemah.
Sial.

  “Seharusnya ini mudah untukmu karena kau sudah mengingat semuanya. Tentang Yunho dan keluarganya yang terus menyakitimu selama bertahun-tahun dan keinginanmu untuk membunuh dirimu sendiri karena pria arogan itu” Ujar Junsu tanpa basa-basi.

Kyuhyun dan Changmin mendelik, hei! Bukan seperti ini pembicaraan yang mereka rencanakan! Seharusnya Junsu meminta maaf kepada Jaejoong, bukan mengungkit hal yang semakin memancing amarah pria cantik itu!

  “Ya, Junchan” Sahut Jaejoong lirih, berusaha menahan emosinya.

Junsu meremat jemari Jaejoong.

  “Kalau begitu kenapa kau marah? Aku mencoba untuk membuatnya merasakan penderitaanmu, Hyung” Sambung Junsu lagi.

  “Ia mencintaiku, Kim Junsu” Bisik Jaejoong dengan gigi yang bergemelutuk.

Ketiga pemuda itu terdiam.

  “Ya, dan ia tidak akan pernah mengaku tentang perasaannya kepadamu kalau kau tidak hilang ingatan dan tidak dengan posisi akan menikah dengan Changmin”

DEG.

Jaejoong tertohok.
Tersudutkan.
Seolah hatinya ditusuk oleh anak panah.
Perkataan Junsu sungguh menampar sisi naifnya.
Kyuhyun tercekat saat air mata Jaejoong berhasil lolos.

Tapi pria cantik itu hanya diam.
Bungkam merapatkan bibirnya.
Tidak tahu lagi apa yang harus dikatakannya untuk membantah Junsu.
Tidak, pria manis itu benar.
Seluruh perkataannya seratus persen benar.

Yunho tidak akan pernah mengaku kalau semua ini tidak terjadi.

Oh, sial.

Betapa menyedihkannya ia.

  “Hyung, aku sama sekali tidak pernah bermaksud untuk menyakitimu, Umma dan Appa. Aku hanya ingin ia merasakan pembalasan yang setimpal…Aku menyayangimu Hyung, kami semua sayang padamu” Ujar Junsu lagi.

Kali ini suaranya terdengar serak.
Dan Changmin meremat tangannya yang tersembunyi di bawah meja.

  “Maafkan aku, Hyung….”

Itu permintaan telak Junsu untuknya.
Jaejoong mengangkat wajahnya.
Balas menatap lurus sepasang mata sipit Junsu yang memerah.
Dalam hati merasa lega karena pria manis berhati dingin itu telah mengalah dengan egonya.
Jaejoong melepaskan genggaman tangan Junsu di atas tangannya.

Kemudian ia bersandar pada sandaran kursinya.
Menghela nafas panjang seraya mengusap pipinya yang basah.
Mata besarnya melirik sekilas ke arah jendela.
Berusaha menahan perasaannya yang membuncah.

Cepat atau lambat segalanya memang harus diselesaikan.
Semua ini hanya masalah waktu.
Dan Jaejoong tahu tidak baik membiarkan masalah ini berlarut-larut begitu lama.
Pria cantik itu kembali memandang ketiga dongsaengnya.

Ia bangkit dari duduknya dan mencondongkan tubuhnya, kemudian dalam sekejap mata ia memukul ketiga kepala yang ada di hadapannya.
Membuat Junsu, Kyuhyun dan Changmin mengaduh tidak siap.

  “Itu hukuman untuk kalian bertiga! Jangan berani mengulanginya lagi, mengerti?!” Desisnya kemudian.

Ketiga pemuda itu tertegun.
Masih mengusapi kepala mereka yang berdenyut-denyut.

  “Hyung…Memaafkan kami?” Tanya ketiganya kompak.

Jaejoong mendesah pendek.

  “Bagaimanapun juga kalian adalah keluargaku, bayar makananku dan tidak ada lagi perasaan kesal untuk kalian bertiga” Ujar Jaejoong telak.

Ketiganya melebarkan senyum.

  “Kami akan menjemputmu besok Hyung, Umma dan Appa sudah merindukanmu” Ujar Kyuhyun.

  “Ya, aku akan berkemas” Sahut Jaejoong lirih. Dengan senyuman tipis yang tersamarkan.

Kalau saja Junsu dan Changmin tidak peka, mereka tidak akan menyadari gerakan itu.


-------


Jalan setapak ini tidak pernah berubah.
Segalanya masih tampak sama di mata Jaejoong.
Namja cantik itu tersenyum kecil.
Heuh, memangnya dia menghilang selama bertahun-tahun?
Pria itu merasa geli sendiri dengan sikap konyolnya.

  “Jae!”

Pria cantik itu menoleh, tersenyum dan melambaikan tangannya yang memegang sebuket bunga lili yang cantik kepada pria paruh baya yang tampak duduk di bawah pohon rindang tidak jauh darinya.

  “Lama tidak bertemu, Kakek Cha!” Teriaknya.

Pria tua itu mengangguk.
Jaejoong bisa melihatnya tertawa.
Ah, ia akan menemui pria tua itu nanti.
Setelah urusannya selesai.

Jaejoong kembali melangkah, memperhatikan rumput-rumput hijau yang tampak segar menghampar di seluruh mata memandang.
Dadanya berdebar, lama tidak bertemu dengan Umma dan Appa nomor satunya.
Beberapa langkah cepat yang Jaejoong ambil kemudian menjadi pelan.

Dahinya mengernyit menyadari ada seseorang yang berdiri di sana.

Di hadapan kedua orang tuanya.

Oh—Jaejoong tidak pernah lupa dengan postur tubuh itu.
Rambut cokelatnya, dan jas hitamnya.
Jaejoong tidak pernah salah.
Itu Yunho.

Air mata Jaejoong jatuh tanpa disadari.
Pria cantik itu tidak pernah rela melihat Yunho datang mengunjungi ayah dan ibunya.
Pria kejam itu terlalu kotor untuk berhadapan dengan Siwon dan Kibum.
Jaejoong bergerak, seolah termakan oleh amarahnya ia menghampiri punggung pria tampan itu dan ter-engah di sana.

Yunho terkejut.

Telinganya mendengar suara deru nafas yang tidak teratur tepat di belakang punggungnya.
Dadanya berdebar-debar.
Sepertinya ia tahu siapa yang datang.
Bukankah ia sudah memperkirakan hal ini eh?

PLAKK!

Namja tampan itu terkejut ketika ia berbalik sebuah tamparan memukul keras pipinya.
Mata musangnya menatap tidak percaya sosok Kim-Jung-Jaejoong yang terlihat begitu dikuasai emosi di hadapan matanya.

  “Itu untuk penolakanmu terhadapku” Desis Jaejoong dengan air matanya yang berjatuhan.

PLAKK!

Hatinya terasa panas.
Tapi Yunho tidak melawan.
Seolah menerima hukuman yang diberikan Jaejoong kepadanya.

  “Itu untuk perlakuan ibumu terhadapku” Sambung namja cantik itu lirih.

PLAKK!

Lagi, dan Yunho masih bergeming.

  “Itu…Itu untuk perasaanku yang kau hancur leburkan!” Pekik Jaejoong lepas kendali.

PLAKK!

  “Dan itu untuk kebohonganmu! Semua kebohongan yang mengalir dari mulut kotormu!!” Jerit Jaejoong dengan wajahnya yang sudah sangat memerah.

Air matanya tidak terbendung lagi.
Kemudian tangisnya pecah.

Mata kiri Yunho meneteskan air mata.
Tapi bibirnya tetap bungkam.
Ia hanya memperhatikan Jaejoong yang meraung di hadapannya.
Pria tampan itu bisa merasakan pipinya berdenyut-denyut perih.
Dan sudut bibirnya yang terasa basah dan sakit.

Yunho mencengkram kedua bahu Jaejoong.
Membuat namja cantik itu terkejut akan perlakuannya.
Dan sepasang mata bulat penuh duka itu membesar saat melihat mata Yunho yang menyiratkan penyesalan, sakit, dan luka.

  “Tampar aku Jae! Pukul aku! Jangan berhenti! Kembalikan semua rasa sakit yang kuberikan kepadamu!” Seru namja tampan itu mengguncang tubuh Jaejoong.

Tenggorokan Jaejoong tercekat.
Nafasnya terasa sesak.
Yunho yang arogan dan penuh ego itu telah lenyap entah ke mana.
Yang ada di hadapannya saat ini hanyalah Yunho yang putus asa.

Dan Jaejoong tidak sanggup lagi menahan sakit hatinya.

Pria cantik itu memukul dada bidang Yunho dengan keras.
Ia memukul bahu Yunho, lengannya, dan beberapa kali memberinya tamparan.
Tapi setelah itu Jaejoong menyerah.
Menyerah ke dalam pelukan pria tampan itu.

Membiarkan tangisnya kembali pecah ketika Yunho balas memeluknya, melingkupinya dengan perasaan yang membuncah.
Seolah tidak ingin namja cantik itu menghilang dari pandangannya lagi.

  “Aku masih ingin memukulmu! Aku akan membuatmu mati kehabisan darah!!” Jerit Jaejoong teredam oleh dada bidang Yunho.

Pria tampan itu merasakan sekujur tubuhnya sakit.
Terutama bibirnya yang sobek.
Ia meringis saat darahnya menetes membasahi dagunya.
Tapi ia tidak peduli.

Yunho mendongakkan wajahnya, mencoba untuk menahan agar air matanya tidak keluar lebih dari ini.
Dan ia mengusap punggung Jaejoong yang bergetar hebat dalam pelukannya.

  “Aku mencintaimu, Kim Jaejoong…Aku mencintaimu…” Bisiknya selembut kapas, tepat di telinga namja cantik itu dan terus mengulangnya sampai getaran pada tubuh Jaejoong menghilang.

Yunho sudah akan mengira kalau Jaejoong telah pingsan di dalam pelukannya kalau saja namja cantik itu tidak menggigit bahunya dan meringis dengan suara yang teredam.

  “Pulanglah…Aku akan menemuimu besok” Bisik Jaejoong lirih.

Yunho bergeming.
Masih mencoba untuk mendapatkan pelukan hangat dari pria cantik ini.
Tapi beberapa saat kemudian ia melepaskan pelukannya.
Jaejoong mendongak, menatapnya dengan wajah yang terlihat kacau.
Hingga pria tampan itu ingin tersenyum saat ini.
Tapi ia menahannya dengan sekuat tenaga.

Belum waktunya, pikirnya dalam hati.

Pria cantik itu seolah sedang berdebat dengan kepalanya.
Menit selanjutnya ia menghela nafas panjang.
Lalu berjinjit untuk memberikan kecupan lembut tepat di bibir seksi Yunho.
Berusaha untuk tidak merasa bersalah ketika pria tampan itu berjengit merasakan perih di bibirnya yang terluka.

Kemudian Jaejoong melewati Yunho, berlutut di depan kedua orang tuanya, setelah tersenyum kecut menyadari bunga lili yang dibawanya sedikit rusak karena terjatuh.
Jaejoong mendengar langkah kaki Yunho yang menjauh.
Dan ia berusaha menahannya.
Sebentar saja.

  “Yunho”

Yunho berhenti.
Tapi tidak menoleh.
Hanya diam menatap gerbang besar yang ada di ujung sana.

  “Aku juga mencintaimu, sejak dulu…”

Dada Yunho berdesir hangat.
Ia tidak bisa menahan perasaannya yang membuncah.
Pria tampan itu mengepalkan jemarinya dan kembali melanjutkan langkah kakinya.
Sebuah senyum tidak lepas dari wajah memarnya.

Setidaknya ini setimpal, pikirnya.

BRUKK.

Jaejoong merebahkan dirinya di antara kedua gundukan rumput hijau itu.
Ia mendesah panjang seraya menatap langit-langit yang mulai senja.
Kemudian ia berbaring miring.
Menghadap Jung Kibum.
Mengerang lirih seraya mengusapkan tangannya di atas rerumputan lembut itu.

  “Joongie rindu…” Bisiknya.

Setelah sekian tahun ia bersahabat dengan rasa sakit, akhirnya tiba juga saatnya untuk bernafas lega.
Jaejoong tahu setelah ini masih ada kemungkinan untuknya bertemu kembali dengan perasaan itu.
Mengingat Jung Keybum yang sudah pasti menentangnya dan Yunho habis-habisan.

Jaejoong terkekeh geli membayangkan hal itu.

Namja cantik itu menghembuskan nafas panjang.
Ia kembali berbaring telentang.
Dengan kedua tangan yang menyampir di sisi Siwon dan Kibum.
Berimajinasi seolah sepasang suami istri itu ada untuk menggenggam jemarinya.

Jaejoong tersenyum tipis.

Tapi kalau suatu saat nanti rasa sakit itu datang kembali menemuinya, ia tidak akan gentar.
Tidak akan lemah lagi seperti dulu.

Karena ia akan menyapanya sebagai teman lamanya.

Dan lagi, ada banyak orang yang akan melindunginya setelah ini.
Ya, Jaejoong tidak takut.

END.

­-Kim Jaejoong, Rotten Love-

3 komentar:

  1. Sequel please!!!!!


    Aku udah baca ini FF 3 kali dan sedihnya masih berasaaaa. shella kalau biki FF emang kece bgt!


    Semangat terus nulisnya yaaaa 👍🏻👍🏻👍🏻

    BalasHapus
  2. Berdarah darah hati ini baca nya (lebay bgt) aduh pengen mukulin yunho juga deh rasa nya.. yg udh nyakitin jae berlipat2.. nyatain cinta nya TELAT banget deh.. my junjun di beberapa ff shella terakhir ini karakter nya beda dr biasa nya yg imut polos dan slalu tertindas, jd ga imut lg deh lol
    Fighting shella! Di tunggu ff selanjut nya :)

    BalasHapus
  3. Hutang sequel ya author... hehe bagus banget cerita nya i like it..

    BalasHapus