PART 6.
Junsu bersandar di dinding dengan kedua tangan yang bersidekap di depan
dadanya.
Dengan sepasang mata sipitnya yang dingin ia menatap kepada Yunho.
Menelisik penuh dendam memperhatikan pria yang sedang berbicara di atas
podium.
Yah, Junsu memang dengan sengaja melancarkan segala proyek yang diajukan
namja tampan itu kepadanya.
Ia akan memberikan apapun yang diinginkan Jung Yunho, kemudian
merebutnya hingga tak bersisa ketika permainan ini berakhir.
“Acaranya meriah sekali ya”
Junsu menoleh, tersenyum tipis melirik Hyungnya dan sepupunya yang
sedang bercengkrama di meja bundar bertaplak putih itu.
“Ini kan pesta penting, Hyung.
Banyak pengusaha yang berkumpul di sini” Ujar Kyuhyun seraya membantu Changmin
menata isi piringnya.
“Junchan yang paling hebat,
hahaha” Balas Jaejoong tertawa.
“Hyung, kau kenal orang itu?”
Kyuhyun menunjuk Yunho –yang sedari tadi
terus mencuri pandang ke arah Jaejoong-
Namja cantik itu mengangguk.
Seulas senyum manis tersungging di bibir ranumnya.
Ia mengambil sepotong kue kering dan mengunyahnya.
“Ya, namanya Yunho” Sahut
Jaejoong seadanya. Kyuhyun mendengus.
“Maksudku, kenal seperti apa?
Semua orang di sini juga tahu kalau namanya Yunho”
“Dia bilang kalau dulu kami
teman dekat”
“Uh-huh?”
Jaejoong memiringkan wajahnya, tersenyum lucu menatap Kyuhyun yang
menaikkan alisnya.
“Mungkin—sedikit lebih dekat”
Bisiknya.
Changmin berdehem, ia menyentuh jemari Jaejoong yang ada di atas meja.
“Tapi sekarang kau punya aku,
Joongie” Ujarnya.
Kyuhyun tertawa, sementara Junsu tersenyum tipis.
Jaejoong mendesah pendek dan berdiam pasrah menerima kecupan manis di
pipinya dari Changmin.
Oh-dan Yunho tentu juga melihat hal itu.
Pria tampan itu mengakhiri pembicaraannya di atas podium dan segera
beranjak turun menghampiri meja yang dikelilingi pemuda tampan itu.
“Hai, boleh aku bergabung?” Sapa
Yunho basa-basi.
Changmin tersenyum tipis, ia mengangguk dan membiarkan namja tampan itu
duduk di samping Kyuhyun, tepat berhadapan dengan Jaejoong.
Sementara dirinya duduk di samping Jaejoong dan Junsu.
“Pidatomu bagus” Puji Jaejoong.
“Yang benar? Bukankah dari tadi
kau sibuk memandangiku eoh?” Celetuk Changmin jahil.
Pipi Jaejoong merona, ia memukul lengan namja berwajah kekanakan itu.
“Itu karena kau makan seperti
bayi!”
“Eoh? Aku kan memang bayimu”
Jaejoong menggertakkan giginya, merasakan seluruh wajahnya panas
sekarang.
Aish, ia lemah sekali kalau sudah berhadapan dengan Shim Changmin ini.
Satu-satunya namja yang berhasil membuatnya merasa aman di manapun ia
berada.
Namja yang suka sekali menggodanya.
“Yunho Hyung, kudengar kau teman
dekat Joongie Hyung ya?” Kyuhyun membuka suaranya.
Junsu mengeluarkan rokoknya, ia menyulut api pada ujung benda tersebut
dan menghisapnya.
Menghembuskan asap pelan dari celah bibirnya, dengan kedua mata yang
menatap tajam kepada Yunho.
Namja tampan itu mengangguk kepada Kyuhyun.
Ia tersenyum kecil.
“Ya, begitulah” Sahutnya.
Kyuhyun melirik kepada Jaejoong, ia tersenyum.
“Itu berarti kau bisa kan
menjadi best man Joongie Hyung di
hari pernikahannya nanti?”
Yunho mengepalkan jemarinya yang berada di bawah meja.
“Oh, sudah mendapatkan
tanggalnya?” Ujarnya nyaris berdesis.
“Kami memutuskan untuk menikah
di awal bulan karena aku tidak bisa cuti lebih lama lagi” Potong Changmin
tersenyum, menggenggam erat jemari Jaejoong di hadapan Yunho.
Jaejoong menoleh menatap tunangannya, ia tersenyum malu.
“Chwang mengajakku tinggal di
London, Umma dan Appa juga akan kembali ke sana bersama kami” Ucapnya.
Junsu melirik Kyuhyun, ia menghisap rokoknya dan memandang raut wajah
Yunho.
Pria tampan itu hanya tersenyum tipis, pintar sekali menyembunyikan
emosinya.
Namja tampan itu mengambil gelas wine
yang ada di meja dan meminumnya sedikit.
Ia menatap Changmin.
“Well, semoga semuanya berjalan dengan lancar” Ujarnya tenang.
Changmin mengangguk.
Kemudian perhatian mereka teralihkan oleh instrument musik klasik yang mengalun.
Kyuhyun berdiri dari duduknya.
“Waktunya berdansa! Chwang,
ayo!” Ajaknya semangat.
Jaejoong tertawa kecil, ia melepaskan genggaman tangan Changmin dan
membiarkan adik angkat Shim Changmin itu memonopoli tunangannya.
“Junchan, kau tidak berdansa?”
Tanya Jaejoong menaikkan alisnya.
Junsu menggeleng.
Ia menenggak wine-nya.
“Kau ingin berdansa?”
Namja cantik itu terkejut, ia menoleh dan mendapati Yunho yang sudah
mengulurkan tangannya kepadanya.
Ia mengangguk dan meraih jemari Yunho.
Tersenyum kepada Junsu yang masih betah duduk di kursi tersebut.
Junsu balas tersenyum, tapi kedua mata sipitnya terus memandangi
punggung Yunho.
“Uhm? Yunho? Lantai dansanya ada
di sana” Ujar Jaejoong bingung.
Menyadari kalau Yunho membawanya keluar gedung.
Mata besarnya menangkap beberapa pohon yang bersinar karena lampu hias
yang bergantungan di sana.
Jaejoong meringis saat namja tampan itu mendorongnya di balik satu pohon
paling ujung.
Yunho menahan kedua tangannya di sisi kiri dan kanan namja cantik itu,
memerangkapnya agar tidak kabur.
“Yunho? Ada apa?” Tanya Jaejoong
takut.
Jantungnya berdebar-debar kencang.
Jemarinya mulai bergetar pelan.
Jaejoong tidak tahu kenapa ia merasa tidak aman.
Ada sesuatu yang membuat Yunho terkadang terlihat sangat menakutkan di
matanya.
“Menikah? London? Tapi kau
mengatakan kalau kita bersama!” Seru Yunho kesal.
“Aku tidak mengatakannya seperti
itu, Yun! Aku bilang buktikan!” Balas Jaejoong bergetar.
Yunho mendengus.
Kedua mata musangnya mengunci mata bulat itu.
Jaejoong menjilat bibir bawahnya.
“Dulu mungkin kita pernah dekat,
tapi jangan pernah lupakan kalau saat ini aku sudah dimiliki oleh orang lain,
aku sudah menjadi milik Changmin” Ucap Jaejoong lirih.
“Kau milikku! Sampai kapanpun
akan tetap seperti itu!” Balas Yunho mulai marah.
“Itu hanya anggapanmu! Kenapa
mendadak kau seperti ini? Please,
Yunho”
“Kau sendiri yang jatuh kepadaku
waktu itu, kali pertama kita bertemu di apertemenmu, ingat? Kau mengatakannya
seolah-olah kau setuju untuk kembali bersamaku, Jae”
“Aku—Aku seharusnya tidak
berkata seperti itu”
“Apa maksudmu?!”
Air mata Jaejoong jatuh.
Tapi ia memberanikan diri untuk menatap langsung mata musang itu.
“Aku sendiri tidak mengerti,
Yunho…Di satu sisi aku merasa nyaman bersamamu, tapi di sisi lainnya aku takut…Aku
tidak tahu kenapa” Lirih Jaejoong terisak.
Yunho terdiam.
Mengatur nafasnya yang menderu.
Masih memerangkap namja cantik itu.
Oh, ia sungguh tahu kenapa, ia tahu dengan jelas alasan dari kebimbangan
Jaejoong.
Kenapa namja cantik itu takut dengannya.
Yunho tentu masih ingat dengan jelas apa yang pernah diperbuatnya di
masa lalu.
Ia sama sekali tidak menyangka kalau semua yang ia lakukan dulu membekas
di hati Jaejoong.
“Tidak bisakah kau membuka
kembali hatimu untukku? Aku tahu yang kulakukan dulu membuatmu trauma kepadaku,
aku sendiri sama sekali tidak menyangka kalau ternyata egoku lebih besar dari
perasaanku” Ucap Yunho menurunkan intonasinya.
Jaejoong tidak menyahut.
Ia hanya menangis dalam diam.
Memasrahkan dirinya saat Yunho beralih mengusap bahunya dan menarik
tubuhnya, memerangkap tubuhnya ke dalam pelukan namja tampan itu.
Dengan kedua bibir yang menyatu.
Yunho membuka matanya, memandang air mata Jaejoong yang terus
berjatuhan, membuat ciuman mereka menjadi basah.
Mata musang itu kembali tertutup saat Jaejoong memeluk lehernya.
Ciuman itu singkat, karena beberapa saat setelahnya Yunho menjauhkan
bibir mereka dan menyatukan dahi keduanya.
Merasakan hangatnya nafas Jaejoong yang membentur uap nafasnya di udara.
Namja cantik itu terpejam, pipinya basah, dan wajahnya merona.
Cantik, cantik sekali, puji Yunho dalam hatinya.
Ia mengecup lembut bibir basah Jaejoong.
Kemudian menatap langsung kedua mata besar itu saat Jaejoong membuka
matanya.
“Aku menarik kembali semua
kata-kataku yang pernah menyakitimu, Jaejoong, semuanya…Aku ingin kau tahu
kalau kau tidak pernah terlihat menjijikkan di mataku, aku menyayangimu, dan
setelah waktu berlalu rasa itu berubah menjadi cinta…”
Jaejoong mengerutkan dahinya.
Yunho mengucapkan hal-hal yang tidak ia mengerti.
“Aku mencintaimu Jaejoong” Bisik
Yunho akhirnya.
DEG.
Mata besar Jaejoong mengerjap.
Pupilnya bergerak-gerak pelan menatap Yunho.
Seluruh tubuhnya bergetar.
Hatinya terasa panas, sementara tulang belakangnya terasa sakit,
menjalar hingga naik ke kepalanya.
Lutut Jaejoong terasa lemas, ia terjatuh di hadapan Yunho, meringis
mencengkram kaki namja tampan itu.
[ “Kita tidak bisa lagi bersama, Jaejoong, mulai sekarang berhentilah
mendekatiku” ]
Yunho terkejut, ia segera meraih namja cantik itu.
“A—aarrgghh—hh” Jaejoong
merintih.
Nafasnya tersendat, dunia seolah berputar di matanya.
“Jae!” Yunho menarik bahu
Jaejoong, membawa namja cantik itu ke dalam pelukannya.
Meringis saat kuku Jaejoong mencengkram erat punggungnya.
[ “Joongie harus ingat, kalau Joongie masih punya Umma dan Appa. Kami akan
selalu mencintaimu sampai kapanpun” ]
Yunho melihat Junsu, Changmin dan Kyuhyun berlari keluar dari gedung
bersamaan.
Mereka menuju ke arahnya yang sedang menahan tubuh Jaejoong.
Pria cantik itu tidak berhenti berteriak.
Rasa sakit menghujam dirinya.
Telinganya berdenging, mendengar suara-suara yang tidak dikenalnya.
[ “Jung Kibum menitipkan beberapa pesan untukmu, kau ingin aku
membacakannya untukmu?” ]
“JAE!!”
Yunho berteriak tanpa sadar, ketika Jaejoong jatuh pingsan di
pelukannya.
Changmin mengambil alih namja cantik itu, sementara Kyuhyun sudah
berlari di depannya, menghampiri mobil mereka.
Junsu memukul wajah Yunho dengan penuh emosi.
Membuat Yunho yang tidak siap menerima serangan, terjatuh ke belakang.
Pria imut itu berdecih dan segera berlari mengejar sepupunya.
Berharap Jaejoong baik-baik saja.
-------
Hangeng dan Heechul tidak beranjak sedikitpun dari sisi Jaejoong sejak
beberapa jam yang lalu.
Pria berperawakan cina itu menatap tajam ketiga pemuda yang duduk di
sofa, sementara Heechul masih mengusap wajah putra sulungnya dengan handuk
hangat.
Hangeng menghela nafas, ia meletakkan jemari Jaejoong yang sedari tadi
digenggamnya di atas tangan Heechul, lalu ia berdiri di hadapan ketiga pemuda
tersebut.
“Siapa yang akan menjelaskan?”
Tanya pria paruh baya itu bersidekap.
Kyuhyun melirik Changmin, Junsu mendesah pendek.
“Hyung hanya terkejut, Appa,
mungkin sesuatu yang berhubungan dengan masa lalunya kembali” Jawab namja imut
itu rancu.
Hangeng mengernyitkan dahinya.
Ia baru saja akan bersuara lagi, tapi erangan lemah dari arah ranjang
membuatnya menoleh, mendesah lega mendapati putra kesayangannya sudah sadar.
Jaejoong mengerutkan dahinya.
Ia mengerjap melihat Heechul yang sudah tersenyum manis.
“Umma” Panggil namja cantik itu.
“Ya sayang, Umma di sini,
bagaimana perasaanmu?” Sahut Heechul lembut.
Jaejoong melirik air mineral yang ada di atas meja, Junsu segera bangkit
dari duduknya dan mengambil gelas tersebut, kemudian membantu Jaejoong
meminumnya.
“Joongie baik-baik saja, Umma,
hanya kelelahan” Gumam namja cantik itu setelah mengusap bibir basahnya.
DEG.
Jaejoong tertegun.
Mengingat bibirnya yang sempat dimakan Yunho sebelum ia jatuh pingsan.
“Kau yakin? Wajahmu merah
sekali” Seru Hangeng khawatir.
Namja cantik itu segera mengangguk cepat.
Ia melirik Changmin yang sudah berdiri di sampingnya, pria berwajah
kekanakan itu mengecup lembut dahinya, sementara Kyuhyun meremas jemari
tangannya.
“Cepat sembuh” Bisik mereka
berdua kompak.
Jaejoong mengangguk.
Heechul mengisyaratkan kepada ketiga pemuda itu untuk meninggalkan
Jaejoong berdua dengannya, mereka segera menurut patuh.
Membalas senyuman lemah Jaejoong sebelum menghilang dari balik pintu.
Hangeng mengecup pipi istrinya, lalu ia ikut beranjak meninggalkan
ruangan.
“Apa yang terjadi, Joongie?”
Tanya Heechul lembut.
“Ani Umma, Joongie hanya
kelelahan” Sahut Jaejoong tersenyum.
“Umma sungguh khawatir, adik dan
sepupumu berteriak-teriak ketika mereka sampai di rumah, dan Umma melihatmu
pingsan di gendongan Changmin”
“Maaf, sudah membuat Umma sedih”
Heechul menggeleng, ia mengusap penuh sayang wajah cantik putranya.
“Jangan seperti ini lagi, oke?
Kau tahu jantung Umma sudah tidak kuat lagi”
“Umma~!”
Pria berwajah angkuh itu tertawa.
Ia mengecup pipi putra sulungnya dan beranjak keluar kamar setelah
memastikan Jaejoong berbaring dengan nyaman.
Namja cantik itu menghela nafas panjang.
Ia berbaring miring dan memandang lurus ke arah jendela yang tertutup.
Jemarinya bergerak, menyentuh dadanya yang kembali berdebar-debar.
Yunho mencintainya.
Pria itu mengatakan ia mencintainya.
Oh, tuhan. Desah Jaejoong dalam hatinya.
Namja cantik itu membalik posisinya.
Ia bertelungkup di balik selimut tebalnya.
Setelah beberapa saat ia memutar tubuhnya hingga kini ia kembali
berbaring menyamping.
Menaikkan alisnya setelah menyadari ada sesuatu yang tinggal di
kepalanya.
“Jung Kibum? Nuguya?” Bisiknya
bingung.
-------
Namja cantik itu meremas-remas jemarinya gugup.
Sungguh, ia sama sekali belum siap untuk bertemu kembali dengan namja
tampan yang sudah merebut ciuman pertamanya itu.
Tapi rasa penasarannya tidak bisa dibendung lebih lama lagi.
Jaejoong benar-benar ingin tahu siapa itu Jung Kibum.
Dan karena marga Yunho adalah Jung, Jaejoong berpikir kalau Yunho pasti
mengetahui sesuatu.
“Maaf, aku terlambat”
Jaejoong tersentak, ia mengangkat wajahnya dan tidak bisa mengendalikan
rona merah yang menjalari pipinya.
Kenapa Yunho terlihat begitu tampan hari ini? Pekiknya dalam hati.
“Tidak apa, aku juga baru
sampai” Sahut Jaejoong tersenyum.
“Kau baik-baik saja? Maksudku,
setelah semalam kau tiba-tiba pingsan” Tanya Yunho khawatir.
“Hanya kelelahan”
Mereka berdua saling terdiam satu sama lain.
Mata bulat Jaejoong bergerak tak tentu arah, ia tidak sanggup untuk
melihat mata musang itu lebih lama lagi.
Oh, apa yang sudah terjadi pada dirinya?
“Dengar Jae, kalau ini tentang
ciuman semalam, aku sama sekali tidak berniat untuk minta maaf” Ujar Yunho
akhirnya.
Mata besar Jaejoong membulat, jantungnya mulai berdegup kencang, ia
menggeleng lucu di hadapan Yunho.
“A-Ani! Aku tidak akan membahas
tentang itu, la-lagipula—lagipula—aish”
Eoh? Yunho mengelum senyum memperhatikan betapa menggemaskannya Jaejoong
saat ini.
Pria itu tampak lucu dengan celotehan gugupnya.
“Lagipula apa?” Tanya Yunho
menaikkan alisnya.
Aih, Jaejoong menundukkan wajahnya.
“Aku…Menyukainya…” Lirih
Jaejoong sepelan angin.
Mungkin jika suasana café ini tidak seberisik biasanya Yunho tidak akan
bisa mendengar bisikan itu.
Namja tampan itu berdehem, menyilangkan kakinya dan bersandar pada
sandaran kursi.
“Kalau begitu, apa?”
“Apakah kau mengenal Jung
Kibum?”
DEG.
Yunho tertegun.
Mata musangnya berkilat tajam mendengar hal itu.
“Aku belum bertanya kepada
siapapun selain pada dirimu, instingku mengatakan kalau kau pasti tahu sesuatu
tentang seseorang yang bernama Jung Kibum” Jelas Jaejoong.
Namja tampan itu merasakan dadanya berdebar, ia menjilat bibir tebalnya
dan menyunggingkan senyum tipis pada namja cantik itu.
“Kenapa hanya Jung Kibum?
Bagaimana dengan Jung Siwon?” Balasnya balik bertanya, membuat Jaejoong
mengernyitkan dahinya.
“Jung Siwon?”
“Ya, jika kau mengucapkan nama
Jung Kibum sudah pasti tidak akan terpisahkan dari Jung Siwon”
“Uhm…Aku, tidak tahu…”
“Kau ingin tahu?”
Jaejoong mengangguk.
Mulai merasa tidak nyaman dengan senyuman Yunho yang beralih menjadi
seringai samar.
“Tapi kau harus berjanji satu
hal kepadaku” Ujar Yunho sebelum bangkit dari duduknya.
“Apa?” Balas Jaejoong
menyetujui.
“Kau harus berjanji kalau ini
akan menjadi rahasia di antara kita berdua, ingat, hanya berdua”
Dan Jaejoong pun kembali mengangguk.
.
.
.
Mata bulat Jaejoong mengerjap bingung ketika mobil mewah Yunho berhenti
di depan sebuah gerbang raksasa berwarna hitam.
Ia bergidik ketika menyadari kalau tempat ini adalah sebuah pemakaman.
Jaejoong merapatkan dirinya kepada Yunho yang disambut dengan genggaman
tangan dari namja tampan itu.
Yunho menggiringnya masuk ke dalam.
Mata musangnya sesekali melirik ke arah Jaejoong yang terlihat tidak
nyaman.
“Yunho ah, kenapa kita ke sini?”
Bisik Jaejoong takut.
“Karena orang yang kau cari itu
ada di sini” Sahut Yunho menghentikan langkahnya.
Jaejoong terkejut melihat dua buah nisan yang saling berdampingan.
Mata besarnya menelisik tulisan-tulisan yang tertera di sana.
Jung Siwon dan Jung Kibum.
Oh—Jaejoong menutup mulutnya tidak percaya.
Tubuhnya mendadak limbung, dan Yunho dengan sigap menangkapnya.
Kaki Jaejoong lemas seperti jelly.
Ia tidak tahu kenapa, hatinya terasa ngilu, kesedihan merambat dalam
sekejap pada dirinya.
Jaejoong memanggil Yunho dengan sangat lirih.
Nafasnya tercekat.
Ia mencengkram erat lengan Yunho yang kini memeluk pinggangnya,
menahannya agar ia tidak jatuh.
“Yunho, kumohon, bawa aku pergi
dari sini…Please” Mohon namja cantik
itu tidak berdaya.
“Tapi kupikir kau ingin bertemu
dengan mereka” Ujar Yunho datar.
Jaejoong menggeleng, ia semakin mencengkram lengan namja tampan itu.
Yunho menghela nafasnya, kemudian ia menuruti perkataan Jaejoong.
Merangkul tubuh lemah itu dan membawanya kembali masuk ke dalam mobil.
Namja cantik itu mengerjapkan mata bulatnya ketika ia tidak sengaja
melihat seorang pria tua yang duduk di bawah pohon besar—tidak jauh darinya—tersenyum dan melambai kepadanya.
CKLEK.
“Terima kasih” Bisik Jaejoong
setelah namja tampan itu duduk di sampingnya.
Yunho mengulurkan tangannya, mengusap lembut kepala namja cantik itu.
“Kau baik-baik saja?” Tanyanya.
Jaejoong menggeleng.
Ia menarik nafas panjang.
“Aku tidak mengerti, air mataku
rasanya ingin mengalir, ada apa Yunho?” Balas Jaejoong bingung.
Yunho tidak menjawab.
Ia sedang berdebat dengan pikirannya.
Setelah Jaejoong menyentuh tangannya ia seolah tersadar, dan meyakini
keputusan yang akan diambilnya.
“Jaejoongie, persiapkan dirimu,
kita akan mengunjungi satu tempat lagi sekarang” Ucap Yunho.
Namja cantik itu mengernyit, tapi kemudian ia mengangguk.
“Boleh aku…bersandar padamu?”
Pinta Jaejoong berbisik.
Yunho menyalakan mesin mobilnya, ia melirik Jaejoong sebentar dan
mengangguk.
Merasakan dadanya menghangat ketika pria cantik itu menjatuhkan kepalanya
di pundak Yunho.
.
.
.
Setiap langkah yang Jaejoong ambil terasa begitu berat.
Ia sungguh dejavu dengan rumah besar ini.
Yunho terus mengekor di belakangnya, tapi perhatiannya sungguh
teralihkan.
Jemari lentiknya terus menyentuh apa saja yang dapat diraihnya.
Yunho tidak mengatakan apapun, pria itu hanya diam sejak mereka sampai
di rumah mewah ini.
“Omo”
Mata besar Jaejoong mengerjap ketika ia memasuki area dapur dan disergap
perasaan rindu yang membuncah.
Ia yakin sekali tempat ini ada hubungannya dengan masa lalunya.
Yunho menarik tangan Jaejoong, membawanya menaiki tangga dan masuk ke
dalam sebuah kamar yang luas.
Jaejoong bisa melihat sebuah ranjang di sana dan sebuah lemari kaca yang
berisi boneka gajah.
Ia mendekati benda itu, membuka lemarinya dan menyentuh salah satu
boneka mahal tersebut.
Namja cantik itu menoleh ke arah Yunho.
Raut wajahnya jelas menunjukkan kalau ia sama sekali tidak mengerti,
tapi Yunho masih bungkam.
Jaejoong kembali melangkahkan kakinya keluar dari ruangan, menelusuri
koridor yang ada di depan kamar tersebut dan berhenti tepat di hadapan sebuah
bingkai foto ukuran raksasa dengan ornamen emas di sekelilingnya.
Nafasnya tercekat.
Jantungnya seolah berhenti berdetak.
Ia kehilangan keseimbangannya dan mendapatkan Yunho dengan sigap menahan
tubuh ringkihnya.
Boneka gajah itu terlepas dari pegangannya.
Mata bulat Jaejoong mengerjap lamban, memandangi potret sepasang suami
istri yang tersenyum bahagia di sana.
Dengan seorang bocah cantik yang berada di antara mereka.
Pandangan Jaejoong kemudian menurun, membaca sederet kalimat yang
tertulis di sudut bawah bingkai tersebut.
‘Jung Siwon, Jung Jaejoong, Jung Kibum’
DEG.
“Jung…Jaejoong?” Desis Jaejoong
tidak percaya.
Ia menggapai-gapai Yunho yang mengencangkan pelukannya dari belakang.
Nafasnya tersendat, pandangannya memburam, air matanya menetes jatuh.
“Yu-Yunho, kepalaku sakit
sekali” Rintih namja cantik itu lemah.
Jaejoong meringis, seolah merasakan hantaman kuat di kepalanya, kini ia
sepenuhnya bersandar pada Yunho.
[ “Ne, nanti kita akan bertemu dengan Umma Joongie arra? Tapi Joongie
harus ingat, kalau mulai sekarang Umma nomor satu Joongie adalah yang ini”
]
[ “Lihat Appa bawa apa? Boneka gajah! Jaa~ siapa yang mau memeluk Appa
hari ini?” ]
“Ungh…”
Jaejoong merasakan pelipisnya semakin berdenyut-denyut.
Yunho menggendongnya, membawanya masuk ke dalam kamar yang tadi mereka
kunjungi dan membaringkan dirinya di atas ranjang.
Raut wajah Yunho terlihat cemas dan khawatir.
Ia meremas erat jemari namja cantik itu.
“Jae, lihat aku, jangan lawan
rasa sakitmu, biarkan semuanya mengalir dengan rileks” Titah Yunho.
Mata besar yang basah itu mengerjap-kerjap, berusaha mendapatkan fokus
Yunho dalam pandangannya.
“Sakit, Yunho…” Lirih Jaejoong
semakin merintih.
“Kita ke rumah sakit sekarang”
Ujar Yunho.
Jaejoong menggeleng, ia balas meremat jemari Yunho yang menggenggam
tangannya.
Tubuhnya berkeringat, kepalanya serasa mau pecah.
[ “Karena Joongie sayang Yunnie Hyung! Joongie cinta Yunnie Hyung!” ]
“Ugghh!”
“Jae! Buka matamu!”
“Yunnie—”
Yunho terkejut.
Sama sekali tidak menyangka Jaejoong akan memanggilnya seperti itu lagi,
setelah sekian tahun berlalu.
Pria tampan itu mendekatkan dirinya, menunggu ucapan Jaejoong
selanjutnya.
Namja cantik itu mengerutkan dahinya, tubuhnya basah oleh keringat.
“Yunnie Hyung—Umhh”
Erangan Jaejoong terputus oleh bibir Yunho.
Namja tampan itu tidak sanggup menahannya lagi, gejolak rindu membuncah
di dadanya.
Ia semakin merapat, membawa Jaejoong ke dalam pelukannya, berharap
ciuman darinya dapat mengurangi rasa sakit namja cantik itu.
Lidah Yunho mengecap rasa asin, tanpa perlu membuka matanya ia tahu itu
adalah air mata Jaejoong.
Apakah namja cantik itu berhasil mengingat semuanya?
Apakah ingatannya sudah kembali?
Yunho bertanya-tanya dalam setiap lumatan yang ia berikan.
TBC :D
huaaaaaaaaaaaaaa daebak daebak kereeeeen
BalasHapusbagaimana bisa omo ga bisa ngungkapin dengan kata2
intinya lanjut thoooooor
Hmmmm kl jae ingatan nya kmbali lg mgkin benci x ya deket2 sm yunho?!?
BalasHapusAsap ne~ chap berikut nya :*