This zone is only YunJae Fanfictions and this is our world

Kamis, 19 Maret 2015

FF/YAOI/YUNJAE/CHAPTER/ROTTEN LOVE/PART 5

PART 5.

Yunho tidak bergeming dari tempatnya sejak tadi.
Ia hanya diam di sana.
Di hadapan kedua nisan yang bertuliskan Jung Siwon dan Jung Kibum.
Pria tampan itu menoleh, memandang Cha Mu Won yang sedang duduk di bawah pohon rindang tidak jauh dari tempatnya.

Kasihan sekali pria tua itu.
Ia sudah lama menunggu Jaejoong yang selalu menyempatkan diri untuk berbincang dengannya ketika namja cantik itu menjenguk kedua orang tuanya.
Tapi namja cantik itu tidak pernah datang.
Yunho menghela nafas.

Ia berlutut dan meletakkan karangan bunga di sana.
Kemudian ia beranjak meninggalkan pemakaman itu.

  [ “Kenalkan, ini Hyungku, Kim Jaejoong” ]

  “Hyung, eh?” Dengung Yunho setelah memasuki mobilnya.

Ia memerintahkan sang supir untuk segera melajukan mobil mewah tersebut.
Sementara dirinya menopang dagu di pinggir jendela.
Memejamkan mata musangnya menahan perasaan yang membuncah ketika bibir ranum itu tersenyum manis kepadanya.
Sudah lama sekali, dan Yunho candu akan hal itu.

  “Berhenti!”


Supir pribadi itu terkejut, ia refleks menginjak rem ketika sang Tuan Muda berteriak.
Pria tampan itu segera membuka pintu mobil dan berlari menyebrangi jalanan meninggalkan supirnya di pinggir jalan.
Ia tidak salah lihat!
Laki-laki cantik yang barusan masuk ke café itu adalah Jaejoong!

KLING KLING.

Suara bel berbunyi saat Yunho membuka pintu kaca itu.
Mata musangnya segera mengedar, mencari sesosok pria yang selalu membuat dirinya uring-uringan setiap saat.
Dan bibir tebal itu menyunggingkan seringai tipis ketika ia menemukan yang ia cari.
Jaejoong berdiri di sana.
Di antara rak perpustakaan mini yang ada di bagian dalam café.
Dan laki-laki yang waktu itu dikenalkan sebagai tunangan namja cantik itu juga ada di sana.
Melangkah menuju rak paling ujung bersama seorang laki-laki berkulit pucat.

  “Oh!”

Jaejoong memekik pelan saat seseorang menyenggol lengannya dari samping kanan.
Membuat buku yang sedang dipegangnya terjatuh.
Namja cantik itu segera menunduk dan mengambil buku tersebut, tapi kemudian ia tersentak saat jemarinya bersentuhan dengan tangan milik seseorang yang menabraknya.
Yunho menatap kedua mata bulatnya terang-terangan setelah mengambil buku tersebut.

  “Maaf, aku tidak sengaja” Ujar Yunho.

Jaejoong menggeleng, ia tersenyum.

  “Tidak apa-apa, hanya senggolan biasa” Balasnya ramah.

Dan Yunho merasa perutnya melilit sekarang.
Kenapa senyum itu tidak pernah berubah?
Kenapa suara itu terdengar begitu ringan?
Tanpa beban berat seperti biasanya?
Oh—Yunho sudah sangat lama menantikan Jaejoong yang seperti ini.

  “Eh? Uhm…Sepertinya kita pernah bertemu” Ucap Jaejoong menautkan alisnya.

Dan Yunho tersenyum, mengangguk membenarkan perkataan Jaejoong.
Dalam hati merasa kagum mengapa ia bisa tersenyum semudah ini, setelah bertahun-tahun merapatkan bibirnya.

  “Ya, di supermarket, beberapa waktu yang lalu”

  “Oh! Aku ingat! Waktu itu kau pergi bersama seorang wanita kan?”

  “Dan wanita itu adalah ibuku”

  “Maafkan aku”

  “Tidak apa, seharusnya aku yang minta maaf, ibuku sedikit keterlaluan waktu itu”

Jaejoong tersenyum tipis.
Kembali menelusuri buku-buku yang berjejer rapi di hadapannya.

  “Waktu itu kau memanggil namaku, apa kita saling mengenal sebelumnya?”

Yunho mengangkat alisnya.
Sederet rencana culas berputar di kepalanya.
Namja tampan itu menarik dagu Jaejoong, membuat namja cantik itu terkejut akan sikapnya.

  “Kita bahkan lebih dari dekat” Desis Yunho tepat di hadapan wajah cantik itu.

Menyukai bagaimana kedua pipi apel itu tampak merona merah.
Dengan kedua mata besarnya yang bergerak-gerak menggemaskan.

  “M-mwo?” Bisik Jaejoong tercekat.

Yunho melepaskan tangannya.
Ia melebarkan senyumnya.

  “Aku mengerti kalau kau ingin melupakanku setelah pertengkaran menyebalkan kita waktu itu, tapi sungguh, aku sama sekali tidak bermaksud untuk menculik kucingmu” Bohong Yunho dengan lancar.

Jaejoong membesarkan kedua matanya.

  “Apa? Kucing? Tapi aku sama sekali tidak—omo! Kau tidak tahu ya? Aku kecelakaan beberapa waktu yang lalu, dan aku kehilangan ingatanku”

Yunho mengerjap.
Jemarinya membentuk kepalan yang erat.
Jadi benar dugaannya, pria cantik ini hilang ingatan.
Oh, menarik. Sungguh menarik.

Melihat Yunho yang mendadak terdiam membuat Jaejoong menggaruk tengkuknya.
Ia terlihat bingung, tapi sesaat kemudian ia memutuskan untuk kembali menatap kedua mata musang itu.
Mata cokelat yang mempesona.
Fokus, Kim Jaejoong! Pekiknya dalam hati.

  “Uhm, a-aku punya ide bagus, menurutku—bagaimana kalau kita ulang segalanya dari awal? Kau bilang kita bertengkar, dan, yah, lupakan saja semua itu” Ujar Jaejoong gugup.

  “Tidak buruk, setidaknya aku tidak perlu meminta maaf kepadamu karena hal konyol itu” Balas Yunho kembali tersenyum.

Jaejoong menjilat bibirnya yang terasa kering.

  “Baiklah, namaku Jung Yunho, dan aku adalah laki-laki terdekatmu selama kau hidup”

DEG.

Dada Jaejoong meletup.
Mata besarnya memandang tidak percaya kepada Yunho yang masih tersenyum kepadanya.

  “Kim Jaejoong, yang—yang mungkin dulunya pernah dekat denganmu” Balas Jaejoong tersenyum miring.

Yunho tertawa kecil dibuatnya.

  “Jadi, kapan kau akan mengambil kembali kucingmu?” Tanya Yunho.

  “Kucing? Kau serius ya?” Jawab Jaejoong lucu.

  “Ne, kucing Russian Blue yang kau beri nama Jiji”

  “Aigoo, pasti lucu sekali, apa kau merawatnya selama aku tidak ada?”

  “Yah, ia sangat galak padaku”

  “Hahaha, aku jadi tidak sabar bertemu dengannya”

  “Ya, aku bisa membawamu ke apertemenmu dan mengambil Jiji di sana”

  “Eh? Apertemenku? Aku tinggal sendiri?”

  “Yah, sebenarnya kita tinggal berdua, tapi kau mengusirku setelah pertengkaran itu terjadi”

Jaejoong terkejut.

  “Kita…tinggal bersama?”

  “Hm, tapi tidak lagi, setelah kau mengusirku”

  “Kita sedekat itu, ya?”

Yunho tidak menyahut.
Ia hanya tersenyum dengan mengangkat bahunya.
Membuat kupu-kupu di perut Jaejoong berterbangan dengan bebas.
Oh, ia sungguh terpesona.

  “Joongie? Kau bicara dengan siapa?”

Jaejoong dan Yunho kompak terkejut ketika Changmin muncul dari rak sebelah, pria berwajah kekanakan itu menaikkan alisnya mendapati sepupunya sedang berhadapan dengan seseorang yang ia tahu terlarang untuk Jaejoong.

  “Dengan Yunho, Chwang” Sahut Jaejoong tersenyum.

Kyuhyun yang memperhatikan sejak tadi segera menghampiri Jaejoong dan memeluk lengan namja cantik itu.

  “Aku ingin pergi ke tempat lain, Joongie Hyung” Ujarnya manja.

Jaejoong mengangguk.
Kemudian ia menatap Yunho yang hanya diam sejak tadi.

  “Kenalkan, Kyuhyun, adik angkat Changmin” Ujar namja cantik itu.

Yunho hanya mengangguk.
Tidak berminat untuk bersikap ramah kepada namja berkulit pucat itu sedikitpun.
 
  “Ayo, Hyung” Ajak Kyuhyun sekali lagi.

Jaejoong mengangguk.
Ia menyuruh Kyuhyun untuk memesan chocolate freeze di kasir dan memberitahu pria itu kalau ia akan segera menyusul.
Tapi Changmin sungguh keras kepala.
Pria berwajah kekanakan itu tidak ingin meninggalkan Jaejoong.

Setelah Kyuhyun berteriak kepadanya barulah ia melangkahkan kaki.

  “Sepertinya kita harus berpisah sampai di sini” Ucap Yunho tiba-tiba.

  “Ya, sepertinya begitu” Sahut Jaejoong seakan tidak rela.

  “Kita bisa bertemu lagi nanti, dan mengambil Jiji yang sudah merindukanmu”

  “Ide bagus, aku akan membujuk Umma dan Junchan untuk memberi izin”

  “Junchan?”

  “Maksudku Junsu, itu nama kecilnya”

Yunho mengangguk.
Jaejoong berbalik, hendak melangkah meninggalkannya.
Tapi setelah beberapa langkah, namja cantik itu kembali memandanginya.
Dengan bibir yang bergerak pelan, ia berbisik.

  “Aku suka dengan senyumanmu”

Namja cantik itu melambai kepadanya, dan Yunho membalas dengan senyuman paling mempesona yang ia miliki.
Mata musangnya berkilat-kilat ketika pipi apel Jaejoong kembali merona merah.
Ia sungguh beruntung.
Seolah Tuhan me-reset ulang kisah hidupnya.

Tidak peduli sudah bertunangan sekalipun, ia akan membuat namja cantik itu kembali berpaling kepadanya seperti dulu.
Jaejoong ada untuknya.
Ia ada untuk menjadi miliknya.
Dan akan selalu seperti itu.

Karena cinta tidak akan pernah lupa kepada siapa ia berlabuh, seratus tahun sekalipun.

  “Bersiap-siaplah, Shim Changmin” Desis Yunho menyimpan seringai.


-------


  “Umma, Joongie bisa sendiri”

Aigoo, Hangeng Kim hanya bisa tersenyum mendengar keluhan putra sulungnya yang telah lama hilang.
Sementara Heechul tampak mengernyit sedih.
Ia mengerucutkan bibirnya seraya menjauhkan sepiring nasi yang tadinya ia suapkan untuk Jaejoong.

  “Putraku menolakku, aku sudah tidak dicintai lagi” Celetuk namja angkuh itu.

Jaejoong baru saja akan membantah perkataan Ummanya, tapi Junsu sudah lebih dulu bersuara dengan penuh minat.

  “Hyung, udangnya untukku ya?”

Aish.
Jaejoong tidak bisa menahan senyumnya.

  “Ne, ambil saja Junchan, udangnya masih banyak kok” Sahutnya seraya memindahkan beberapa udang dari piringnya ke dalam piring Junsu.

Namja imut itu tersenyum senang.

  “Yah yah! Kau sudah punya banyak udang di piringmu, Kim Junsu! Berhenti merampok Hyungmu!” Pekik Heechul melotot.

  “Aku tidak merampok, Umma” Balas Junsu mulai memasukkan sepotong besar udang ke dalam mulutnya.

  “Aish, anak-anak ini, kalian sudah besar, kenapa masih bertingkah seperti anak kecil eoh?” Omel Heechul seraya menyendokkan beberapa udang goreng dari mangkuk ke dalam piring Jaejoong.

Namja cantik itu tertawa geli dibuatnya.

  “Itu Umma tahu, kenapa masih mau menyuapi Joongie?” Sahutnya lucu.

Heechul kembali melotot.

  “Arasseo, mianhae Umma” Cicit namja cantik itu dengan senyum kecilnya.

Well, ia tidak bisa membuat Heechul bersedih lagi karenanya setelah terbangun dari tidurnya dan mendapatkan kenyataan kalau ia amnesia.
Appanya bercerita kalau ia mengalami penculikan ketika kecil dulu dan baru saja ditemukan karena Junsu.
Jaejoong tidak bisa membayangkan seperti apa perasaan seorang Kim Heechul yang berpisah dengan putranya sendiri selama bertahun-tahun.

Memikirkannya saja sudah membuat tulang punggungnya terasa dingin.

  “Oh ya, Umma, Changmin dan Kyuhyun ke mana?” Ujar Jaejoong seolah baru saja mengingat sesuatu.

  “Mereka sedang berbelanja, Umma lupa membeli beberapa hal minggu lalu” Sahut Heechul kembali menyuapi putra sulungnya.

  “Yaya, karena Umma terlalu sibuk memperhatikan Hyung” Celetuk Junsu yang bersiap meneguk air minumnya.

  “Don’t you say you were jealous, Junchan” Ucap Hangeng menaikkan alisnya.

Junsu mendengus.

  “Yah, walau bagaimanapun aku tetap yang paling kecil di sini, semua orang seharusnya memperhatikanku” Balasnya mengerutkan dahi, berpura-pura kesal.

  “Jadi kau juga lupa ingatan eh? Lupa kalau selama ini kau sendiri yang tidak pernah ingin dianggap bayi lagi oleh kedua orang tuamu?” Seru Heechul dengan aura mencekam di punggungnya.

Jaejoong sudah tertawa, sementara Junsu tersenyum dengan cengirannya yang khas.
Manis sekali.

  “Tapi sekarang sudah ada Hyung, dan aku bukan lagi anak tunggal, Umma dan Appa sudah bisa memanjakanku lagi sekarang” Balas Junsu tidak mau kalah.

  “Yah, tapi masalahnya sekarang kami sudah tidak tertarik lagi akan hal itu, Kim Junsu” Kata Hangeng yang sudah menyelesaikan makan siangnya.

Junsu mendengus.

  “Umma, apa kalian sungguh-sungguh dengan pertunangan Joongie dan Changmin?” Celetuk Jaejoong tiba-tiba.

Menghentikan segala perdebatan konyol yang baru saja mengisi suasana meja makan.
Heechul melirik Junsu, dan namja imut itu membalasnya dengan senyuman tipis.

  “Kenapa tiba-tiba membahas hal itu eoh?” Tanya Heechul menyuapi Jaejoong dengan udang.

  “Hanya penasaran, menurut Joongie Changmin sungguh terlihat cocok dengan Kyuhyun” Sahut namja cantik itu lugu.

Hangeng terbatuk.

  “Hmm, terkadang mereka terlihat seperti sepasang kekasih” Sambung Jaejoong lagi.

  “Hanya perasaanmu saja, Hyung, mereka memang sangat dekat” Potong Junsu.

Jaejoong melirik Appanya, dan lelaki paruh baya itu mengangguk.
Kemudian namja cantik itu menghela nafasnya.
Yah, ia sama sekali tidak tahu kalau sebenarnya namja berwajah kekanakan itu bahkan sudah menikah dengan Kyuhyun.
Junsu bersikeras meminta kedua orang tuanya untuk berpura-pura di depan Jaejoong kalau si sulung Kim dan Shim Changmin adalah sepasang kekasih.

Dan Junsu hanya berkata kalau ia ingin memberi kejutan kepada namja cantik itu nantinya.
Hangeng dan Heechul tentu saja tidak ambil pusing, permainan anak-anak, pikir mereka.

Oh! Bibir cherry-nya membulat lucu saat ia teringat akan suatu hal yang sangat penting.
Ia segera menarik tangan Heechul dan menatap sepasang mata bulatnya yang indah.

  “Umma, besok Joongie pergi sebentar ya? Ya ya ya?”

  “Ke mana, Joongie? Junchan akan sangat sibuk besok”

  “Joongie tidak pergi bersama Junchan, Umma”

  “Hee? Lalu?”

  “Kemarin lusa Joongie bertemu dengan—euh—em—teman. Ya, teman. Ia bilang kalau Joongie pernah punya kucing, jadi kami akan mengambilnya bersama, ya Umma? Jebaaal~~”

Heechul, Hangeng dan Junsu saling melirik satu sama lain, Junsu mencondongkan tubuhnya, ingin lebih merapat kepada Jaejoong.

  “Teman? Siapa, Hyung?” Tanyanya penasaran. Oh, ia punya satu nama di kepalanya, dan ia harap bukan orang itu.

  “Yunho, Jung Yunho” Sahut Jaejoong dengan senyum cerah.

Dahi Junsu mengernyit.

  “Hyung bertemu dengannya kemarin lusa? Bukankah waktu itu Hyung sedang bersama Changmin dan Kyuhyun?”

  “Yah, pertemuannya tidak sengaja, Junchan, Hyung juga sama sekali tidak menyangka”

  “Apa yang ia katakan padamu, Hyung?”

  “Uumm~ Ia bilang kami teman dekat, dan ia memberitahu kalau Hyung punya seekor kucing yang sangat lucu di apertemen”

Jaejoong beralih kepada Heechul.

  “Ya Umma? Joongie harus bertemu dengan Jiji, pokoknya harus!” Paksa Jaejoong mengerucutkan bibir ranumnya.

Oh, dan Heechul tidak pernah bisa menolak pout lucu itu.

  “Tapi tetap saja Umma tidak bisa membiarkanmu sendirian di luar sana, sayang”

  “Ummaaa~ Joongie tidak sendirian, ada Yunho di sana~”

  “Ck, walaupun begitu tetap saja, ah, Changmin akan pergi bersamamu, oke?”

Namja cantik itu terdiam.
Mata besarnya mengerjap.
Pergi bersama Changmin?
Tapi ia sudah membayangkan akan berdua saja dengan namja tampan itu.
Yunho akan bercerita banyak kepadanya dan membawanya berkeliling apertemen.
Kemudian mereka akan menghabiskan waktu berdua di meja makan dengan dirinya yang mengemong Jiji.

Aish.

  “Baiklah, melihat wajah masammu itu Umma sudah tahu”

Eh?

Jaejoong terkejut.
Ia refleks mengangkat wajahnya dan menatap mata besar Heechul.
Namja anggun itu tersenyum kepadanya.

  “Tapi kau harus berjanji untuk menjaga dirimu sendiri dan kembali ke rumah dengan selamat, arasseo?”

  “Umma gomawo!!”

Pria berambut almond itu tertawa geli saat Jaejoong menerjangnya dengan sebuah pelukan gemas.
Hangeng yang melihatnya ikut terkekeh.
Sementara Junsu hanya tersenyum tipis.
Oh, ia tidak pernah memberitahu Umma dan Appanya tentang Jung Yunho atau keluarga busuknya itu kepada mereka.

Junsu menyimpannya untuk dirinya sendiri.
Dan sepupunya, tentu saja.
Namja imut itu tahu apa yang akan dilakukan kedua orang tuanya kalau mereka mengetahui kejadian yang sebenarnya.
Dan ia tidak akan membiarkan Jung Yunho menderita semudah itu.

Tidak.

Ia akan memberikan pelajaran yang sesungguhnya kepada namja brengsek itu.
Ia akan membuat Yunho terjerat dengan Hyungnya dan membuat pria kejam itu menyaksikan pernikahan Jaejoong dan Changmin—yang tentu saja hanya akal-akalannya saja dengan sepupunya yang jahil itu—.
Kemudian tersenyum puas di atas penderitaan Yunho ketika mereka membawa namja cantik itu kembali ke London.

Sungguh sempurna.

Junsu jadi tidak sabar.


-------


Jaejoong mengerjap kagum ketika pintu apertemen itu terbuka.
Mata besarnya bergerak menjelajah segala sudut ruangan mewah itu.
Omo, indah sekali, pikirnya.
Ia segera melangkah masuk dan berkeliling ruangan.
Tidak mengacuhkan Yunho yang hanya berdiam diri di dekatnya setelah menutup pintu.

  “Aku menyesal tidak bisa mengingat apapun tentang tempat ini, interiornya indah sekali, Yunho!” Ujar Jaejoong semangat.

Yunho hanya tersenyum tipis.
Diam-diam menyukai segala pekikan ceria yang imut itu setiap Jaejoong menemukan sesuatu di hadapannya.
Namja tampan itu melangkah, mendekati Jaejoong yang sedang memutar-mutar sebuah daruma yang tadinya menjadi pajangan di meja ruang tamu.

  “Kau mengingatnya?” Bisik Yunho tiba-tiba.

Membuat Jaejoong terkesiap kaget saat namja tampan itu mendadak sudah berdiri di sampingnya, oh, apakah harus sedekat ini?
Bahu mereka bahkan saling menyentuh sekarang!
Jaejoong menelan salivanya gugup.

  “Tidak” Desahnya pendek.

Yunho mengangkat bahu, mengambil alih boneka tersebut dan memutar-mutarnya pelan, kemudian ia meletakkannya kembali di atas meja dan mendorongnya dengan telunjuk.
Memperhatikan bagaimana lucunya ketika boneka tersebut kembali berdiri dengan beberapa goyangan.

  “Kau memberiku boneka aneh ini sehari setelah kita bertengkar—karena aku mengacaukan dapur” Mulai Yunho dengan kebohongannya yang lain.

Jaejoong mengernyitkan dahinya.

  “Kenapa aku memberikanmu benda ini?” Tanya Jaejoong bingung.

  “Kau bilang kau ingin agar kita berdua seperti boneka ini, tetap bangkit walaupun jatuh berkali-kali” Sahut Yunho dengan lancar.

Jaejoong tertegun.
Tanpa sadar ia berlutut di depan meja, mendorong boneka tersebut dan memperhatikan bagaimana benda itu bergoyang-goyang lucu.
Kemudian ia mendongak kepada Yunho.
Menatapnya intens, seolah ingin mempercayai ucapan namja tampan itu.

  “Ayo kita ke kamar” Ajak Yunho.

Jaejoong mengangguk.
Ia bangkit dan mengikuti namja tampan itu.
Dadanya berdebar-debar ketika Yunho berkata seperti itu.
Rasanya seperti sebuah ajakan dan---oh Kim Jaejoong! Hentikan segala hal itu!

CKLEK.

  “Meow~”

Jaejoong memekik gemas ketika mata bulatnya menemukan seekor kucing Russian Blue yang sedang bergelung nyaman di atas ranjang.
Ia segera berlari menghampiri kucing kecil itu dan memeluknya.
Menyukai bagaimana ketika kucing cantik itu mengemong kepadanya.
Ia mendongak, mendapati senyum hangat Yunho yang tertuju kepadanya.

Namja tampan itu duduk di samping Jaejoong.
Ikut menjulurkan tangannya hendak mengelus punggung Jiji.
Tapi kucing kecil itu sudah lebih dulu menggeram kepadanya.

  “Kau lihat? Ia begitu galak kepadaku” Kekeh Yunho geli.

Dan Jaejoong ikut terkikik.

  “Pasti ada banyak kejadian lucu antara kau dan Jiji” Celetuknya.

  “Oh, jelas” Balas Yunho seyakin mungkin.

  “Apa kau merawatnya dengan baik saat aku tidak ada?”

  “Kau bisa lihat sendiri betapa gemuknya ia sekarang”

Jaejoong tertawa.

  “Terima kasih sudah merawatnya untukku”

  “Kau tidak perlu berterima kasih, sudah sewajarnya aku melakukan hal itu”

  “Uh-um?”

Yunho menundukkan wajahnya sedikit, menyamakan jaraknya dengan wajah cantik Jaejoong.
Jiji sudah kembali mengeong, tapi Jaejoong tidak mendengarnya.
Mata besarnya sudah terhipnotis menatap Yunho yang kini menjilat bibir tebalnya dengan lidah.
Seolah berniat menggoda namja cantik itu, Yunho berbisik dengan nada rendah.

  “Kau pernah mengatakan kalau Jiji adalah anak kita berdua selama kita bersama”

DEG DEG DEG.

Jantung Jaejoong bertalu-talu dengan sangat cepat.
Menghentak dadanya hingga tenggorokannya tercekat.
Wajah cantiknya merona.
Ia mengerjap-kerjapkan mata besarnya lucu ketika Yunho sudah berdiri dari duduknya dan tersenyum seperti biasa kepada namja cantik itu.

  “Kajja, masih ada ruangan lain untuk kau lihat” Ujarnya.

Jaejoong mengangguk kaku.
Ia melepaskan Jiji dari pelukannya dan membiarkan kucing kecil itu mengikuti setiap langkahnya dan berputar-putar di antara kedua kakinya.
Tidak menyadari Yunho yang menyunggingkan senyuman puas di depan sana.
Oh! Ia sungguh menikmati semua ini!
Menyukai bagaimana dadanya meletup-letup saat berbagai ekspresi manis namja cantik itu memenuhi pandangannya.

Menikmati bagaimana ringannya suara namja cantik itu ketika ia memanggil namanya.

Rasanya sudah lama sekali Yunho mendambakan hal ini.
Benar-benar kesempatan emas, pikirnya.

  “Di sini, tempat favorite-mu” Ujar Yunho setelah mereka sampai di dapur.

Jaejoong mengedarkan pandangannya, menikmati desain mengagumkan dari dapur cantik itu.
Ia mendekat dan mengusap pinggiran konter dapur yang berwarna hijau.

  “Dan aku selalu menemanimu seperti ini” Bisik Yunho seraya merengkuh pinggang ramping namja cantik itu. Membuatnya tersentak kaget saat ia memeluknya dengan erat.

Jantung Jaejoong berdebam tidak beraturan.
Wajahnya memerah sempurna.
Nafasnya tercekat, ia kesulitan untuk berbicara.
Sungguh, Yunho menyerangnya dengan tiba-tiba dan ia mendadak tidak berdaya.

Pria tampan itu tersenyum kecil saat Jaejoong tidak memberikan penolakan apapun terhadap perlakuannya.
Ia semakin menjadi-jadi, menempelkan pipinya di pelipis namja cantik itu dan menggesekkan kulit mereka dengan sangat lembut.
Hingga tanpa sadar sebuah desahan halus meluncur dari bibir ranum itu.

  “Jae, aku…”

Jaejoong menahan nafas.
Menunggu dengan tidak sabar apa yang ingin Yunho sampaikan kepadanya.

  “Aku sungguh merindukanmu…”

DEG.

Mata besar Jaejoong mengerjap.
Ia semakin erat mencengkram konter dapur itu.
Telinganya berdenging dengan perut yang kesemutan karena kupu-kupu yang berterbangan.
Oh, perasaan apa ini?

Yunho menghela nafas pelan setelah ia mengungkapkan satu kejujuran pertamanya di atas seluruh kebohongannya selama ini.
Ia memejamkan matanya, mempererat pelukannya kepada namja cantik itu.
Pria yang dulunya adalah sepupu terdekatnya.

  “Bisakah kita memulai semuanya lagi? Dari awal?” Pinta Yunho lirih.

Bibir Jaejoong terasa kelu.
Ia tidak tahu harus menjawab seperti apa.
Beberapa saat ia hanya terdiam, menikmati aroma maskulin dari tubuh Yunho yang menguar memasuki penciumannya.
Menyiksa dirinya yang setelah ini akan tergila-gila dengan aroma tersebut.

Yunho memanggil namanya, dan seketika itu juga Jaejoong tersadar.
Ia berbalik, melepaskan pelukan Yunho di pinggangnya.
Dengan mata yang bergerak gelisah ia berujar.

  “Aku sudah bertunangan, Yunho”

Namja tampan itu menggertakkan giginya refleks setelah mendengar hal itu.
Ia menatap lurus kedua mata bulat Jaejoong, menyentuh pipi namja cantik itu dan berdesis kepadanya.

  “Aku tidak peduli, selamanya kau adalah milikku, dan Shim Changmin, bukanlah kendala besar untukku. Kau dengar itu, Jaejoong? Kau terlahir untuk bersamaku”

Jaejoong terkejut, pertama kalinya ia melihat mata yang penuh dengan luka dan ambisi.
Ia menggerakkan tangannya, menyentuh jemari Yunho yang masih menyentuh pipinya.
Perlahan ia memejamkan kedua mata besarnya.
Tidak tahu kenapa, entah apa yang sudah mereka lalui di masa lalu, di satu sisi Jaejoong merasa takut dengan laki-laki ini. Tapi di sisi lainnya ia merasa nyaman.

  “Kalau memang seperti itu, buktikan. Buktikan kepadaku kalau kita memang seharusnya bersama, Yunho” Jawab Jaejoong mencoba untuk yakin.

Dan Yunho menyeringai, di balik pejaman matanya.


TBC :D

4 komentar:

  1. YUNHO LICIIIIIIIIIK giliran jae lupa dia malah ngaku2 dasar licik
    jaejoong disini polos amat sumpah wkk pokoknya jangan mau balik sama yunho yg padahal sebetulnya mesti yunjae sih tapi sakit hati banget sama yunho yg memanfaatkan jaejoong kyk gitu, ngaku2 pernah tinggal serumah lagi WHAT gasadar apa yg penah kau pebuat ke jaejoong eoh ?
    hih kebawa emosi thor, ff nya must LANJUUUUUUUUT thor >.<

    BalasHapus
  2. Yunho juga kayaknya sebenernya baik... Sebenernya emang suka ama jj dr dlu.. Sok taukuuuu

    BalasHapus
  3. aduh appa caramu salah meski hanya kamu yang tau kekejamanmu hanya untuk mencari jati diri jaejoong yg dulu.

    . eottoge.........jaejae cepet sadar biar kamu tau sebenernya beruang darat satu itu suka sama kamu.

    BalasHapus
  4. Suka banget sama ff nya. Bisa bikin aku emosian sendiri bacanya. Bikin yunho sama ummanya semenderita mungkin donk thor jae juga balik lagi ingatannya

    BalasHapus