Tittle:
SAKURAMICHI (CHERRY BLOSSOM ROAD)
Genre:
YAOI
Author:
Shella Rizal a.k.a Park Sooji
Cast:
Yunjae and other
Length:
ONESHOOT
Rating:
family-romance-friendship
WARNING:
BOY x BOY! Yg ga suka YAOI mending cabut aja dari sini, cos author Cinta damai~
*kibar2
kutang Jae umma*
-------
Today as well beautiful colors dances its scenery,
I close my eyes, and as I wait for you..
I tried to bring this moment which I can’t return to,
along with me..
“Laki-laki ini adalah cinta pertamaku”
.
.
.
Jam digital itu
berbunyi nyaring, mengisi keheningan sebuah kamar berukuran luas dengan
sepasang gorden abu-abu yang menutupi jendela kaca.
Sinar matahari
merasuki celah-celah kamar, mengusik tidur lelap sesosok namja cantik yang kini
masih berbaring di atas ranjang.
Dengan pinggang
yang direngkuh erat oleh suaminya dari belakang.
Jaejoong membuka
kedua mata bulatnya, lalu ia bergerak malas menekan tombol jam digital
tersebut.
Hembusan
nafasnya mengudara, ia berbalik dan mengecup manis pipi kekasihnya.
“Ohayou,
anata” Bisiknya penuh cinta.
Namja cantik itu
beringsut dari ranjang dan memakai piyama tidurnya yang tergeletak di atas
lantai, kemudian ia berjalan memasuki kamar mandi untuk mencuci wajah
cantiknya.
Pagi yang cerah,
gumamnya senang.
TAP TAP TAP.
Jaejoong
berjalan menuju dapur setelah menjepit poni panjangnya ke atas dengan jepitan
lucu berbentuk gajah.
Ia membuka pintu
kulkas dan mengeluarkan sayuran segar dari dalam sana.
Hm, pagi ini
cocoknya sarapan dengan salad dan nasi kare.
Segera saja,
dalam menit-menit selanjutnya ia tenggelam dalam dunia memasaknya.
Perutnya sudah
berbunyi kelaparan, dan potongan buah bercampur yogurt di dalam mangkuk
saladnya membuatnya menjilat bibir.
Setengah jam
kemudian meja makan minimalis itu telah tertata rapi oleh makanan lezat.
Jaejoong
tersenyum puas memandangi hasil kerjanya.
Namja cantik itu
menoleh, ketika ia mendengar suara langkah kaki yang mendekat kepadanya.
Ah, ia cukup
tahu itu siapa.
“Ohayou”
Sapa Yunho seraya memeluk erat kekasihnya. Menitipkan kecupan sayangnya di dahi
namja cantik itu.
Jaejoong
tersenyum lebar mendapati suaminya sudah rapi dan wangi seperti ini.
Yunhonya selalu
lebih tampan dengan setelan armani berwarna hitam itu.
“Terima kasih untuk yang semalam, sayang”
Bisik Yunho di telinga kekasihnya, sebelum ia melepas pelukan mautnya.
Pipi Jaejoong
memunculkan semburat merah.
Ia mengangguk
seraya menggigit bibirnya malu.
Yunho hanya
tersenyum kecil melihat reaksi lucu dari kekasihnya.
Namja tampan itu
segera mendudukkan dirinya di kursi meja makan, membiarkan Jaejoong menaruh
nasi karenya dengan takaran porsi yang pas dan mendekatkan mangkuk saladnya
dengan gelas.
“Apa kegiatanmu hari ini?” Pertanyaan yang
sama yang selalu terlontar dari bibir Yunho setiap paginya, dengan kedua mata
yang langsung menatap wajah cantik istrinya.
Jaejoong balas
tersenyum.
Jemarinya sudah
sibuk mengaduk mangkuk salad miliknya.
Yum.
“Pagi ini ada acara yang ingin kutonton, hmm,
kemudian menyiapkan makan siang untukmu dan mengawasi keadaan café”
“Lainnya?”
“Mungkin berjalan-jalan sebentar”
“Ada tempat yang ingin kau kunjungi? Aku bisa
meluangkan waktu untukmu”
“Iie,
kau harus bekerja dengan benar, Yunnie yah. Lagi pula aku hanya berjalan di
sekitar perumahan”
Yunho meneguk
air minumnya. Ia mengangguk.
“Terima kasih untuk sarapan super lezatnya”
Ucap Yunho dengan senyuman main-mainnya.
Jaejoong
tergelak.
Ia mengangguk
dan menghabiskan suapan terakhir nasi karenya.
Kemudian ia
beranjak dari duduknya dan membawakan tas kerja Yunho hingga ke teras depan.
Choi Minho
–supir pribadi Yunho- sudah menunggu di sana dengan mobil Audynya.
“Aku akan bertemu dengan Otousan-mu di rapat nanti, ada yang ingin kau sampaikan padanya?”
Tanya Yunho seraya memeluk pinggang kekasihnya sebelum ia benar-benar pergi.
Jaejoong
menggumam.
Ia menggerakkan
jemarinya abstrak di dada bidang Yunho.
“Katakan aku merindukannya”
Yunho
mengangguk.
Ia membalas
pejaman mata kekasihnya dengan kecupan lembut di bibir cherry itu.
Oh, tentu saja
dengan dominasi lumatan seperti biasanya.
Yunho tidak
pernah bosan dengan bibir ranum yang kenyal itu.
“Ittekimasu”
“Itte
Irasshai”
Dan Audy hitam
itupun melaju.
Jaejoong
menghela nafas panjang dan berjalan memasuki rumahnya kembali.
Menutup pintu
depan dan bergerak menuju dapur, membereskan piring kotor bekas sarapan mereka
dengan lihai.
Setelah selesai
ia mengeringkan kedua tangannya, lalu beranjak menaiki tangga menuju kamarnya
dan Yunho.
Langkah kaki
Jaejoong terhenti di tengah perjalanannya ketika mata bulatnya menangkap sebuah
potret besar yang tergantung apik di dinding koridor.
Potret
pernikahannya dengan Yunho.
Mereka terlihat
sungguh sempurna di sana.
Jaejoong menarik
senyumnya tanpa sadar.
Mengingat
lancarnya rumah tangga mereka selama setahun ini.
Ia dan Yunho
mungkin satu di antara sepuluh yang berhasil menjalankan peran di dalam
pernikahan bisnis ini.
Saat itu
Jaejoong sedang menikmati pekerjaannya sebagai pengelola café setelah
menyelesaikan pendidikan akhirnya dengan baik.
Kemudian Ayahnya
mengenalkannya kepada Yunho, putra tunggal dari keluarga Jung.
Jaejoong tidak
bodoh, walaupun ia tidak mengikuti jejak Ayahnya memimpin perusahaan milik
keluarga, ia tahu siapa lelaki bermata musang itu.
Perusahaan Jung
adalah satu-satunya perusahaan Korea yang berhasil merajai industri Jepang.
Jaejoong dan
Yunho dijodohkan demi kelangsungan bisnis kedua belah pihak keluarga.
Semula Jaejoong
berpikir kalau hal seperti ini tidak akan pernah berjalan dengan baik sampai
akhir.
Mengingat mereka
tidak saling mengenal satu sama lain.
Tapi Yunho
berhasil membuat pandangan Jaejoong berubah.
Pernikahan ini
tidak seburuk yang namja cantik itu bayangkan.
Segalanya
berjalan dengan natural, siapa sangka keduanya justru menikmati perannya
masing-masing?
CKLEK
Jaejoong menutup pintu kamar dengan pelan.
Kemudian ia
membuka lemari pakaian yang besar itu dan memilih baju yang akan dikenakannya
hari ini.
Mata bulatnya
bergerak pelan, menikmati sinar matahari yang tampak semakin terik.
Ah, Musim semi
yang menyenangkan.
-------
“Joongie-sama, ruanganmu yang baru sudah
selesai pagi tadi, Ayumi dan Sera sudah memindahkan sebagian barang yang ada di
ruangan lama”
Namja cantik itu
mengangguk.
Ia berjalan
memasuki bagian belakang dari cafenya, memandangi Matsubara Sera yang berlari mendekatinya.
“Jejung-kun~! Kau pasti terpesona dengan
ruanganmu yang baru!” Seru gadis berambut cokelat itu.
Jaejoong
tersenyum menanggapinya.
Sera adalah
salah satu karyawannya yang selalu bersemangat.
Dan ia suka itu.
“Jejung-kun, ini kardus terakhir, aku
menemukannya di tumpukan barang lamamu, mau disortir dulu atau langsung
dibuang?”
Namja cantik itu
menoleh, menatap Hoshida Ayumi yang tampak kumal dengan sebuah kardus berukuran
sedang yang berdebu.
Ia segera
membuka pintu ruangannya yang baru dengan sigap.
“Taruh di atas mejaku, Ayumi, arigatou”
Ayumi
mengangguk.
Ia segera
melakukan apa yang dipinta Jaejoong dan menepuk lengan bajunya yang kotor.
“Besok pagi ruangan lamamu akan direnovasi
menjadi ruang tambahan untuk penyimpanan bahan makanan, ada lagi yang kau
butuhkan, Jejung-kun?” Ujar Ayumi tersenyum.
Jaejoong balas
tersenyum, kemudian ia menggeleng sebelum kedua gadis manis itu meninggalkannya
sendirian.
Namja cantik itu
segera melangkah memasuki ruangannya yang baru.
Ah, indah
sekali.
Tidak menyesal
ia mengikuti saran Yunho untuk merenovasi cafenya dan memperluas bagian
belakang.
Namja cantik itu
menduduki kursi barunya dan mendesah pendek.
Akhirnya setelah
setengah tahun mengalami perbaikan ia bisa duduk lagi di sini.
Selama ini
Jaejoong selalu membawa pekerjaannya ke rumah, yah, tidak mungkin ia memaksakan
kondisi ruangannya kan?
Dahi Jaejoong
mengernyit memandangi kotak kardus dengan debu tebal yang ada di hadapannya
saat ini.
Seingatnya ia
memang menumpuk beberapa barang lama di ruangannya yang dulu.
Tapi ia sama
sekali tidak menyangka kalau ia akan melupakan kardus-kardus itu begitu saja
mengingat dirinya cukup perfeksionis selama ini.
“Baiklah, kita lihat apa yang ada di dalam
sini” Gumam Jaejoong memakai maskernya.
Ia membersihkan
kotak kotor itu dengan kemoceng dan menahan nafasnya selama beberapa saat.
Menunggu
debu-debu yang berterbangan itu menghilang dari pandangannya.
SREK.
Lapisan atas
kotak itu terbuka oleh Jaejoong, ia menaikkan alisnya mendapati barang-barang
lamanya yang sudah lama tidak ia lihat.
Oh, ternyata ini
salah satu kotak yang hilang saat Jaejoong mengurus kepindahannya beberapa
tahun yang lalu.
Ia memang menaruh
barang-barangnya di café sebelum memindahkannya ke apertemen sebelum menikah
dengan Yunho.
Omo.
Omo.
Apakah ini buku
catatan kelasnya dulu?
Dan potret
sahabat-sahabatnya semasa sekolah?
Oh, dan dasi
milik Shim Changmin, salah satu sahabat kentalnya dulu.
Namja berwajah
kekanakan itu sudah kembali ke Korea setelah mereka lulus.
Jaejoong tidak
bisa menahan senyumnya lebih lama lagi.
Ia segera
merogoh ponselnya yang tersimpan di dalam saku dan menghubungi nomor kekasih
tercintanya.
“Moshi-moshi?”
“Yunnie~! Kau tidak akan bisa menebak betapa
bahagianya aku hari ini, sayang~!”
“Apa
yang terjadi? Kau baru menyadari kalau kau sudah jatuh cinta lagi kepadaku hn?”
Aish.
Jaejoong
tersenyum gemas sekarang.
“Aku menemukan barang-barangku yang hilang,
Yun, semua kenangan masa sekolahku dulu”
“Baiklah,
apa saja yang ada di sana?”
“Um, kau tidak sedang sibuk kan, Yun?”
“Tentu
saja tidak, aku selalu punya waktu untukmu, sayang”
“Aku senang mendengarnya, hehehe~ Ah~! Lihat!
Ini gantungan ponsel yang diberikan salah satu senpai-ku dulu”
“Apa
itu gantungan berbentuk gajah yang pernah kau ceritakan padaku?”
“Ya, dan kita bisa menggantungnya di ponselmu
nanti”
Yunho tertawa.
Sementara
Jaejoong masih terus menggali kotak harta karunnya.
“Omo”
“Kau
menemukan sesuatu yang menarik, Boo?”
Namja cantik itu
tidak lagi mendengar suara kekasihnya yang ada di seberang sana.
Kedua mata
bulatnya terpaku pada selembar potret usang yang kini digenggam olehnya.
Oh.
Oh.
Jaejoong
mengerjapkan kedua mata bulatnya, merasakan tengkuknya dingin ketika dadanya
justru berdebar dengan letupan yang telah lama
hilang.
Nafasnya
tercekat, dan ia pun terjun bebas dalam genangan masa lalunya.
.
.
.
“Kim
Jaejoong! Hahahaha! Kau memang tidak pernah bisa menang dariku!”
Shim Changmin berlari kencang menelusuri koridor
sekolah mereka, tawa bebasnya menggema lantang, membuat beberapa siswa yang ada
di sana terhipnotis untuk memandangi gerak-geriknya.
“Yaaa!
Voldamin! Monster makanaaaaaan~! Aku akan menangkapmu! Kajimaa!” Pekik Jaejoong
tidak kalah lantang.
Berlari sekuat mungkin menembus angin.
Berusaha meraih punggung Changmin yang semakin
menjauh.
Aish!
Ia selalu tertinggal kalau mereka berlomba lari
seperti ini.
“Jejung-kun!
Nihongo, nihongo!” Seru salah satu guru yang mendapati kelakuan badung
siswanya.
Jaejoong melebarkan kedua mata bulatnya.
Ia melambaikan tangannya dan semakin mempercepat
larinya.
Bahaya kalau Sugimoto Sensei yang kejam itu
menangkapnya.
Aigoo~
Menyebalkan sekali Sensei yang satu itu.
Apa salahnya menggunakan bahasa Korea eoh?
Hanya karena ia kini bersekolah di Jepang tidak
mengharuskannya untuk berbicara dengan bahasa Jepang setiap saat kan?
Suara tawa melengking milik Changmin mulai sayup-sayup
terdengar.
Membuat Jaejoong mengerutkan dahinya.
Mata bulatnya tidak lagi fokus ke depan, langkah
kakinya melamban, dan ia menemukan dirinya terpesona oleh kelopak bunga sakura
yang berterbangan karena angin.
Jaejoong mendongak, terkejut karena kini dirinya telah
dihujani oleh bunga sakura dalam jumlah yang luar biasa.
Senyum manisnya terulas tanpa sadar.
Ia merentangkan kedua tangannya yang sedari tadi
memegang erat kamera polaroid yang tergantung di leher jenjangnya.
Menikmati lembutnya kelopak bunga yang berjatuhan di
atas tangannya.
Aroma yang menenangkan. Pikir namja cantik itu senang.
Jaejoong membuka mata bulatnya, ia berhenti melangkah.
Pandangannya terfokus pada sebuah pohon sakura besar
yang ada di ujung koridor.
Dengan beberapa kelopak bunga yang masih berjatuhan.
Namja cantik itu tertegun ketika matanya menangkap
sesosok pemuda tampan yang berdiri tepat di bawah pohon tersebut.
Pemuda yang tidak pernah ia lihat sebelumnya di
sekolah ini.
Apakah ia murid baru?
Jemari Jaejoong bergerak tanpa sadar, meremat kedua
sisi kamera polaroidnya.
Dengan jantung yang berdegup kencang seolah akan lepas
dari tempatnya, Jaejoong memberanikan diri untuk membidik sosok tampan itu
dengan kamera kesayangannya.
CKLIK!
SSSHH.
Kedua mata Jaejoong mengerjap cepat.
Terkejut ketika pemuda tampan itu memergoki dirinya.
Dalam sekejap perut Jaejoong terasa mual, seolah ada
ratusan kupu-kupu yang berterbangan di dalam sana.
DEG.
Laki-laki tampan itu tersenyum kepadanya, sebelum ia
menghilang di balik guguran sakura.
Jaejoong masih terpaku di tempatnya.
Bibirnya terasa kering.
Ya Tuhan, ia jatuh cinta.
“YAH! Kenapa
kau berhenti eoh?!”
Jaejoong terkejut ketika Changmin berteriak di
telinganya.
Ia segera menoleh, dan mendapati raut kesal dari
sahabat baiknya.
Kemudian ia menggeleng.
Dan tersenyum kikuk.
“Aku
kehilanganmu” Ucapnya gugup.
“Pabo!”
Celetuk Changmin seraya berkacak pinggang.
Jaejoong membalasnya dengan senyuman.
Changmin sudah berjalan mendahuluinya.
Tidak mengacuhkan sahabatnya yang kini sedang
memandangi selembar potret yang berhasil ia ambil secara diam-diam beberapa
saat yang lalu.
Potret yang bergambar seorang namja tampan dengan
kedua mata musang yang mempesona.
Yang telah berhasil menyedot segala perhatiannya ke
dalam tatapan tajam itu.
.
.
.
“…ngie...Jaejoongie?!”
DEG!
Jaejoong
terkejut.
Mata bulatnya
refleks mengerjap dengan bahu yang tersentak kaget.
Ia menjatuhkan
potret usang itu secara tidak sengaja.
Kemudian ia
mengingat kalau Yunho masih berada di seberang sana.
“Ha-haik, gomenasai,
anata” Sahut Jaejoong gugup.
“Daijoubu
desuka?”
“Daijoubu,
aku hanya melamun”
“Lain
kali jangan seperti ini okay? Aku sungguh khawatir”
“Gomen,
aku tidak akan mengulanginya lagi”
“Aku harus
menemui Otousanmu setelah ini, kau jadi mengantar bekalku kan sayang?”
“Um, ya”
“Aku
mencintaimu”
“Aku juga mencintaimu”
Dan sambungan
itupun terputus.
Jaejoong
menghela nafas panjang.
Ia meletakkan
ponselnya di atas meja dan membungkuk untuk memungut potret yang ia jatuhkan
tadi.
Jemarinya
bergerak pelan, mengusap lembut kertas usang itu.
-------
CKLEK.
Pintu kaca itu
terbuka pelan, membuat Yunho mengalihkan perhatiannya dan segera tersenyum
tanpa sadar.
Mata musangnya
mengikuti gerak-gerik kekasih hatinya yang balas tersenyum manis kepadanya.
“Makan siangmu, Yunnie” Ujar Jaejoong lembut.
Yunho menutup
laptopnya.
Ia beranjak dari
kursinya dan mengikuti Jaejoong untuk duduk di sofa.
Namja cantik itu
mencuri kecupan manis di bibir Yunho sebelum ia membuka kotak makan siang untuk
suaminya.
Yunho merengkuh
erat pinggang Jaejoong.
Menyurukkan
wajah tampannya di leher namja cantik itu dan menghirup aroma manis yang
menenangkan dirinya.
Jaejoong
melenguh geli.
Ia menyampingkan
tubuhnya hingga kini ia berhadapan dengan kekasihnya.
Jemari Yunho
bergerak pelan mengusapi rahang dan pipi Jaejoongnya.
Menikmati rona
merah yang mulai mengerubungi pipi apel itu.
“Uhm”
Desahan tertahan
terdengar dari tenggorokan Jaejoong ketika Yunho beralih menciumi bibir
ranumnya.
Namja cantik itu
segera memeluk leher Yunho dengan kedua lengannya.
Membiarkan namja
tampan itu membawanya duduk ke atas pangkuannya dan meraba pinggang rampingnya.
Ciuman panas itu
berlangsung lama, hingga Jaejoong merasakan sesak di dadanya dan mendorong
Yunho dengan tangan kanannya sementara tangan yang satunya masih mencengkram
erat rambut kekasihnya.
Desahan nafas
keduanya membentur menerpa kulit wajah mereka.
Yunho menunduk,
menciumi leher jenjang Jaejoong dan menghisap dalam bahu namja cantik itu.
Meninggalkan kissmark-nya di sana.
Kemudian ia
menutup kembali bahu telanjang Jaejoong dengan mengembalikan letak kaus lengan
panjang itu seperti semula.
“Aku merindukanmu” Bisik Yunho menatap dalam
kedua mata bulat kekasihnya.
Jaejoong tidak
bisa menahan senyum manisnya.
Ia mengacak
gemas rambut Yunho dan tertawa kecil.
“Kau selalu merindukanku, sayang” Balasnya
lucu.
Yunho hanya
tersenyum.
Membiarkan
Jaejoong mengusap penuh cinta wajah tampannya.
Kemudian namja
cantik itu tertegun memandangi kedua mata musangnya.
“Naniatemo?”
Tanya Yunho.
Jaejoong menelan
salivanya.
Mendadak
jantungnya berdebar ringan membuka suaranya.
“Yunnie, apa kau lulusan dari Seika Gakuen?”
Eoh?
Yunho menaikkan
alisnya.
Ia tersenyum
lucu.
“Aku alumni dari asrama Kirin, Jaejoongie
BooJae, kenapa mendadak membahas ini eoh?”
Mata Jaejoong
meredup kecewa.
Ia mendesah
pendek.
“Hontouni?
Kau yakin tidak pernah bersekolah di Seika
Gakuen?” Tanya Jaejoong lagi. Menyimpan sedikit harapan.
“Hanya
kau yang pernah bersekolah di sana, Jaejoong. Kita berdua tahu itu” Sahut Yunho
bingung.
Ah.
Jaejoong
menghela nafas pendek.
Kemudian ia
tersenyum kecil.
Menghilangkan
pikiran yang sempat singgah di benaknya tadi.
“Aku akan menyuapimu” Ujar Jaejoong segera
berpindah ke duduknya semula.
Yunho menyentuh
lengan Jaejoong, memandang langsung wajah cantik itu.
“Kau baik-baik saja kan, Boo?”
“Tentu, Yunnie, tidak ada yang harus
dikhawatirkan”
Yunho tersenyum
kecil, membuka mulutnya menerima suapan dari Jaejoong.
“Hm, kau jadi berjalan-jalan nanti sore?”
Tanya Yunho setelah menelan beberapa suapan.
Jaejoong
mengangguk.
Bersiap untuk
suapan terakhir.
“Eoh? Yunnie, apa itu kamera milikmu?”
Perhatian
Jaejoong teralihkan, kepada sebuah kamera polaroid berwarna hijau di dalam
lemari kaca milik kekasihnya.
“Oh, Otousan
menitipkannya untukmu, aku takut lupa mengambilnya, jadi aku menaruhnya di sana”
Sahut Yunho seraya beranjak mendekati lemari tersebut, mengambil kamera
polaroid itu dan memberikannya kepada Jaejoong.
“Sudah lama sekali” Bisik Jaejoong lirih.
Yunho mengusap
kepala Jaejoong lembut.
“Jangan bilang itu juga salah satu barang
lamamu, Jung Jaejoong” Ujarnya.
Jaejoong
tersenyum lebar.
Ia mengangguk
dan mengecup kilat bibir Yunho.
“Aku membawa kotak harta karunku dan
menitipkannya di meja sekretarismu, chotto
matte”
Yunho
mengangguk.
Menerima kamera
yang diserahkan Jaejoong kepadanya.
Namja tampan
itu mengutak-atik kamera lama milik
Jaejoong.
Benda ini masih
terlihat bagus, pikirnya.
Kemudian ia
membidik meja kerjanya dan menekan tombol potret.
“Kamera itu masih berfungsi dengan baik”
Komentar Jaejoong kembali memasuki ruang kerja Yunho.
Suaminya
mengangguk, menarik kertas photo yang keluar dari sana.
Mengibaskannya
beberapa kali dan memandangi hasilnya.
Sementara
Jaejoong sudah duduk di sampingnya dan membongkar kotak itu untuk yang kedua
kalinya.
Mencari tali
berwarna merah yang seharusnya terpasang di kamera itu.
“Sini, aku pasangkan” Tawar Yunho.
Namja cantik itu
mengangguk.
Memberikan tali
gantungan panjang yang ia dapatkan kepada Yunho dan memasukkan kembali
barang-barangnya ke dalam kotak itu.
Tanpa menyadari
bahwa selembar potret usang yang penuh dengan kenangan itu terjatuh bebas di
atas hambal.
“Aku berjalan-jalan sebentar ne, kotak bekal
dan kotak milikku ini taruh saja di sini, nanti kau bisa menjemputku dan kita
akan membawa pulang kotak-kotak ini bersama” Ujar Jaejoong seraya mengambil
kameranya dan menggantungnya di leher.
Ia tersenyum
lebar setelah mendapat ciuman sayang di dahinya.
“Hati-hati, aku mencintaimu” Ucap Yunho.
Jaejoong
mengangguk.
“Aku juga mencintaimu”
-------
Sekolah itu akan
mengalami renovasi dalam waktu dekat, mengingat sebentar lagi akan memasuki
libur tengah semester.
Kedua mata bulat
Jaejoong berbinar memandangi bangunan sekolah menengahnya dulu yang tampak
usang kini.
Ia menahan
nafasnya dan melangkahkan kakinya memasuki area perkarangan sekolah dengan
jemari yang meremat erat kamera yang tergantung di lehernya.
Rasanya sudah
lama sekali, pikir namja cantik itu.
Angin sore
berhembus lembut, mengibas wajah Jaejoong diikuti kelopak sakura yang
berjatuhan.
TAP TAP TAP.
Namja cantik itu
berjalan menelusuri koridor panjang yang penuh dengan kenangan itu.
Dulu ia dan
Changmin selalu berlari mengitari sekolah melalui koridor ini.
Dan beberapa
siswa akan mengerutkan dahi tidak mengerti mendengarnya berbahasa Korea bersama
Changmin.
Jaejoong
tersenyum tanpa sadar.
SREK.
Pintu kelas itu
tergeser ke samping.
Suara langkah
kaki Jaejoong terdengar mengisi heningnya ruangan.
Ia berjalan
memasuki kelas tersebut dan mendudukkan dirinya di kursi belakang dekat
dinding.
Kursinya dan Changmin.
Jaejoong
menghidupkan kamera polaroidnya, ia menggeser meja kayu itu dan tersenyum manis
mendapati tulisan itu masih berada di sana.
‘Joongie
Gajah x Chwang Monster were been here!’
CKLIK!
SSSHH.
Jaejoong menarik
kertas photo itu dan mengibaskannya beberapa kali.
Menatap puas
hasil potretnya dan menyimpannya di dalam saku.
Kemudian ia
kembali berjalan mengitari sekolah lamanya.
Angin sore kembali
berhembus, menerbangkan bunga sakura yang berguguran memasuki celah jendela.
Ia terdiam menatapnya.
Kemudian ia
berlari kecil menuruni tangga sekolah, menelusuri lorong panjang yang berujung
itu.
Namja cantik itu
berjalan pelan menelusuri koridor sekolahnya yang tampak usang.
Potongan bunga
sakura berjatuhan terbawa angin, hingga membuat kedua sisi koridor tersebut
menjadi berwarna merah muda.
Tertutupi
kelopak bunga sakura yang menimbun.
Jemari Jaejoong
bergerak pelan, menyentuh dinding usang yang masih kokoh itu.
Darahnya
berdesir hangat memandang sebuah pohon sakura besar yang masih berdiri tegak di
ujung sana.
Sama seperti
sepuluh tahun yang lalu, indah.
Senyum Jaejoong
terulas lembut, mengingat cinta pertamanya ketika ia masih menjadi bagian dari
sekolah tua ini.
Namja cantik itu
terus berjalan, tidak mengacuhkan cahaya matahari sore yang memantul dari
berlian yang menjadi pemanis cincin perak di jarinya.
Cincin
pernikahannya.
“A few
years went by since that day. The things that changed, and the things that
remained the same…” Bisik Jaejoong dalam keheningan.
Ia tidak pernah
bertemu kembali dengan pemuda tampan itu setelah keesokan harinya.
Cinta pertamanya
seakan lenyap ditelan bumi.
Hingga Jaejoong
berpikir kalau mungkin mereka tidak ditakdirkan untuk bersama.
Dan ia tidak
diizinkan untuk berusaha.
Kemudian
perjodohan itu datang menyapanya.
WUSSHH~
Jaejoong
mengerutkan dahinya ketika angin sore mendadak berhembus kencang, hingga
mengacaukan tumpukan bunga sakura di sekitarnya.
Membuat
pandangan Jaejoong terhalangi oleh kelopak-kelopak merah muda yang
berterbangan.
DEG.
Jantung Jaejoong
berdegup pelan.
Berdentum cepat
hingga bertalu-talu.
Membuat perutnya
menegang dengan nafas yang tercekat.
Kedua mata
bulatnya mengerjap tidak percaya, ketika retinanya menangkap sesosok pemuda
tampan yang berdiri di sana.
Tepat di bawah
pohon sakura besar itu.
Persis seperti
sepuluh tahun yang lalu.
“Yu..Yunho?” Bisik Jaejoong lirih.
Hingga nyaris
tidak terdengar.
Suaminya berdiri
di sana.
Tersenyum
kepadanya dengan tangan yang melambai.
“Apa yang kau lakukan di sini?” Tanya
Jaejoong bergetar.
Mendekatkan
langkahnya dengan namja tampan itu.
“Menjemputmu, tentu saja” Balas Yunho santai.
Dahi Jaejoong
mengernyit.
Tidak sepenuhnya
yakin dengan jawaban singkat itu.
“Sekaligus ingin tahu siapa pemuda tampan
yang ada di dalam foto ini” Sambung Yunho kemudian.
Jaejoong menahan
nafasnya.
Mengambil foto
yang ada di genggaman suaminya dan menelan salivanya.
Ia mendongak,
menatap Yunho yang menanti jawabannya dengan sabar.
“Laki-laki ini adalah cinta pertamaku”
Yunho tertegun.
Menaikkan
alisnya tidak percaya.
Sementara
Jaejoong meremat foto tersebut dengan jemarinya gugup.
“Benarkah?” Tanya Yunho.
“Ya, dan kuharap kau tidak marah, maksudku,
itu sudah lama sekali, Yun” Mohon Jaejoong sedikit meringis.
Yunho
bersidekap.
Menatap Jaejoong
yang tampak sangat menggemaskan saat ini.
Senyum mautnya
terulas sempurna.
“Okaasan
memintaku untuk menemui pamanku di sekolah ini, tidak kusangka, ternyata ada
seorang siswa nakal yang dengan beraninya mencuri foto wajahku hn?” Ucapnya
congkak.
Jaejoong
terkejut.
Kedua mata
bulatnya melebar sempurna.
You who turned back, in the time that flows by the
cherry blossoms that fell, covered us.
My heart that had stopped, again started beating..
Where will this path take me, I wonder..
This path we met and separated, may be we will one day
make our vow again here..
We were facing many things, under the cherry blossoms
on the road.
END.
-TVXQ, Sakuramichi-
hahahaha cinta pertama ga jauh2 dr suami sendiri
BalasHapuscritanya selalu oke punya, setting nya musim semi, jd pengen ke jepang liat bunga sakura deh
Hey^^ you got such an awesome writing skill there. The story is so beautifully written and i could find my heart flutter as if i'm in Jae's position. As for Yunho, he is the perfect sweetheart everyone dream of.. So yeah, i enjoy reading and totally smitten by your stories, keep writing ya!
BalasHapusyunjae always. aku selalu suka karya kamu shella
BalasHapusternyata cinta pertamanya udh jadi suaminya...emang jae ditakdirkan buat yun..yun ditakdirkan buat jae ..
BalasHapusoh yaa lanjutan my bromance ditunggu..update cepet ya???
Bacanya sambil dengerin sakuramichi..
BalasHapusYunJae always sweet ♡~~