This zone is only YunJae Fanfictions and this is our world

Senin, 23 Februari 2015

FF/YAOI/YUNJAE/ONESHOOT/SAKURAMICHI




Tittle: SAKURAMICHI (CHERRY BLOSSOM ROAD)

Genre: YAOI

Author: Shella Rizal a.k.a Park Sooji

Cast: Yunjae and other

Length: ONESHOOT

Rating: family-romance-friendship

WARNING: BOY x BOY! Yg ga suka YAOI mending cabut aja dari sini, cos author Cinta damai~
*kibar2 kutang Jae umma*


-------


Today as well beautiful colors dances its scenery,
I close my eyes, and as I wait for you..
I tried to bring this moment which I can’t return to, along with me..

  “Laki-laki ini adalah cinta pertamaku”
.
.
.
Jam digital itu berbunyi nyaring, mengisi keheningan sebuah kamar berukuran luas dengan sepasang gorden abu-abu yang menutupi jendela kaca.
Sinar matahari merasuki celah-celah kamar, mengusik tidur lelap sesosok namja cantik yang kini masih berbaring di atas ranjang.
Dengan pinggang yang direngkuh erat oleh suaminya dari belakang.

Jaejoong membuka kedua mata bulatnya, lalu ia bergerak malas menekan tombol jam digital tersebut.
Hembusan nafasnya mengudara, ia berbalik dan mengecup manis pipi kekasihnya.

  Ohayou, anata” Bisiknya penuh cinta.

Namja cantik itu beringsut dari ranjang dan memakai piyama tidurnya yang tergeletak di atas lantai, kemudian ia berjalan memasuki kamar mandi untuk mencuci wajah cantiknya.

Pagi yang cerah, gumamnya senang.


TAP TAP TAP.

Jaejoong berjalan menuju dapur setelah menjepit poni panjangnya ke atas dengan jepitan lucu berbentuk gajah.
Ia membuka pintu kulkas dan mengeluarkan sayuran segar dari dalam sana.
Hm, pagi ini cocoknya sarapan dengan salad dan nasi kare.
Segera saja, dalam menit-menit selanjutnya ia tenggelam dalam dunia memasaknya.
Perutnya sudah berbunyi kelaparan, dan potongan buah bercampur yogurt di dalam mangkuk saladnya membuatnya menjilat bibir.

Setengah jam kemudian meja makan minimalis itu telah tertata rapi oleh makanan lezat.
Jaejoong tersenyum puas memandangi hasil kerjanya.
Namja cantik itu menoleh, ketika ia mendengar suara langkah kaki yang mendekat kepadanya.
Ah, ia cukup tahu itu siapa.

  Ohayou” Sapa Yunho seraya memeluk erat kekasihnya. Menitipkan kecupan sayangnya di dahi namja cantik itu.

Jaejoong tersenyum lebar mendapati suaminya sudah rapi dan wangi seperti ini.
Yunhonya selalu lebih tampan dengan setelan armani berwarna hitam itu.

  “Terima kasih untuk yang semalam, sayang” Bisik Yunho di telinga kekasihnya, sebelum ia melepas pelukan mautnya.

Pipi Jaejoong memunculkan semburat merah.
Ia mengangguk seraya menggigit bibirnya malu.
Yunho hanya tersenyum kecil melihat reaksi lucu dari kekasihnya.
Namja tampan itu segera mendudukkan dirinya di kursi meja makan, membiarkan Jaejoong menaruh nasi karenya dengan takaran porsi yang pas dan mendekatkan mangkuk saladnya dengan gelas.

  “Apa kegiatanmu hari ini?” Pertanyaan yang sama yang selalu terlontar dari bibir Yunho setiap paginya, dengan kedua mata yang langsung menatap wajah cantik istrinya.

Jaejoong balas tersenyum.
Jemarinya sudah sibuk mengaduk mangkuk salad miliknya.
Yum.

  “Pagi ini ada acara yang ingin kutonton, hmm, kemudian menyiapkan makan siang untukmu dan mengawasi keadaan café”

  “Lainnya?”

  “Mungkin berjalan-jalan sebentar”

  “Ada tempat yang ingin kau kunjungi? Aku bisa meluangkan waktu untukmu”

  Iie, kau harus bekerja dengan benar, Yunnie yah. Lagi pula aku hanya berjalan di sekitar perumahan”

Yunho meneguk air minumnya. Ia mengangguk.

  “Terima kasih untuk sarapan super lezatnya” Ucap Yunho dengan senyuman main-mainnya.

Jaejoong tergelak.
Ia mengangguk dan menghabiskan suapan terakhir nasi karenya.
Kemudian ia beranjak dari duduknya dan membawakan tas kerja Yunho hingga ke teras depan.
Choi Minho –supir pribadi Yunho- sudah menunggu di sana dengan mobil Audynya.

  “Aku akan bertemu dengan Otousan-mu di rapat nanti, ada yang ingin kau sampaikan padanya?” Tanya Yunho seraya memeluk pinggang kekasihnya sebelum ia benar-benar pergi.

Jaejoong menggumam.
Ia menggerakkan jemarinya abstrak di dada bidang Yunho.

  “Katakan aku merindukannya”

Yunho mengangguk.
Ia membalas pejaman mata kekasihnya dengan kecupan lembut di bibir cherry itu.
Oh, tentu saja dengan dominasi lumatan seperti biasanya.
Yunho tidak pernah bosan dengan bibir ranum yang kenyal itu.

  Ittekimasu

  Itte Irasshai

Dan Audy hitam itupun melaju.
Jaejoong menghela nafas panjang dan berjalan memasuki rumahnya kembali.
Menutup pintu depan dan bergerak menuju dapur, membereskan piring kotor bekas sarapan mereka dengan lihai.
Setelah selesai ia mengeringkan kedua tangannya, lalu beranjak menaiki tangga menuju kamarnya dan Yunho.

Langkah kaki Jaejoong terhenti di tengah perjalanannya ketika mata bulatnya menangkap sebuah potret besar yang tergantung apik di dinding koridor.
Potret pernikahannya dengan Yunho.
Mereka terlihat sungguh sempurna di sana.
Jaejoong menarik senyumnya tanpa sadar.

Mengingat lancarnya rumah tangga mereka selama setahun ini.
Ia dan Yunho mungkin satu di antara sepuluh yang berhasil menjalankan peran di dalam pernikahan bisnis ini.
Saat itu Jaejoong sedang menikmati pekerjaannya sebagai pengelola café setelah menyelesaikan pendidikan akhirnya dengan baik.
Kemudian Ayahnya mengenalkannya kepada Yunho, putra tunggal dari keluarga Jung.
Jaejoong tidak bodoh, walaupun ia tidak mengikuti jejak Ayahnya memimpin perusahaan milik keluarga, ia tahu siapa lelaki bermata musang itu.

Perusahaan Jung adalah satu-satunya perusahaan Korea yang berhasil merajai industri Jepang.
Jaejoong dan Yunho dijodohkan demi kelangsungan bisnis kedua belah pihak keluarga.
Semula Jaejoong berpikir kalau hal seperti ini tidak akan pernah berjalan dengan baik sampai akhir.
Mengingat mereka tidak saling mengenal satu sama lain.

Tapi Yunho berhasil membuat pandangan Jaejoong berubah.
Pernikahan ini tidak seburuk yang namja cantik itu bayangkan.
Segalanya berjalan dengan natural, siapa sangka keduanya justru menikmati perannya masing-masing?

CKLEK

Jaejoong menutup pintu kamar dengan pelan.
Kemudian ia membuka lemari pakaian yang besar itu dan memilih baju yang akan dikenakannya hari ini.
Mata bulatnya bergerak pelan, menikmati sinar matahari yang tampak semakin terik.

Ah, Musim semi yang menyenangkan.


-------


  “Joongie-sama, ruanganmu yang baru sudah selesai pagi tadi, Ayumi dan Sera sudah memindahkan sebagian barang yang ada di ruangan lama”

Namja cantik itu mengangguk.
Ia berjalan memasuki bagian belakang dari cafenya, memandangi Matsubara Sera yang berlari mendekatinya.

  “Jejung-kun~! Kau pasti terpesona dengan ruanganmu yang baru!” Seru gadis berambut cokelat itu.

Jaejoong tersenyum menanggapinya.
Sera adalah salah satu karyawannya yang selalu bersemangat.
Dan ia suka itu.

  “Jejung-kun, ini kardus terakhir, aku menemukannya di tumpukan barang lamamu, mau disortir dulu atau langsung dibuang?”

Namja cantik itu menoleh, menatap Hoshida Ayumi yang tampak kumal dengan sebuah kardus berukuran sedang yang berdebu.
Ia segera membuka pintu ruangannya yang baru dengan sigap.

  “Taruh di atas mejaku, Ayumi, arigatou

Ayumi mengangguk.
Ia segera melakukan apa yang dipinta Jaejoong dan menepuk lengan bajunya yang kotor.

  “Besok pagi ruangan lamamu akan direnovasi menjadi ruang tambahan untuk penyimpanan bahan makanan, ada lagi yang kau butuhkan, Jejung-kun?” Ujar Ayumi tersenyum.

Jaejoong balas tersenyum, kemudian ia menggeleng sebelum kedua gadis manis itu meninggalkannya sendirian.
Namja cantik itu segera melangkah memasuki ruangannya yang baru.
Ah, indah sekali.
Tidak menyesal ia mengikuti saran Yunho untuk merenovasi cafenya dan memperluas bagian belakang.

Namja cantik itu menduduki kursi barunya dan mendesah pendek.
Akhirnya setelah setengah tahun mengalami perbaikan ia bisa duduk lagi di sini.
Selama ini Jaejoong selalu membawa pekerjaannya ke rumah, yah, tidak mungkin ia memaksakan kondisi ruangannya kan?
Dahi Jaejoong mengernyit memandangi kotak kardus dengan debu tebal yang ada di hadapannya saat ini.

Seingatnya ia memang menumpuk beberapa barang lama di ruangannya yang dulu.
Tapi ia sama sekali tidak menyangka kalau ia akan melupakan kardus-kardus itu begitu saja mengingat dirinya cukup perfeksionis selama ini.

  “Baiklah, kita lihat apa yang ada di dalam sini” Gumam Jaejoong memakai maskernya.

Ia membersihkan kotak kotor itu dengan kemoceng dan menahan nafasnya selama beberapa saat.
Menunggu debu-debu yang berterbangan itu menghilang dari pandangannya.

SREK.

Lapisan atas kotak itu terbuka oleh Jaejoong, ia menaikkan alisnya mendapati barang-barang lamanya yang sudah lama tidak ia lihat.
Oh, ternyata ini salah satu kotak yang hilang saat Jaejoong mengurus kepindahannya beberapa tahun yang lalu.
Ia memang menaruh barang-barangnya di café sebelum memindahkannya ke apertemen sebelum menikah dengan Yunho.

Omo.

Omo.

Apakah ini buku catatan kelasnya dulu?
Dan potret sahabat-sahabatnya semasa sekolah?
Oh, dan dasi milik Shim Changmin, salah satu sahabat kentalnya dulu.
Namja berwajah kekanakan itu sudah kembali ke Korea setelah mereka lulus.

Jaejoong tidak bisa menahan senyumnya lebih lama lagi.
Ia segera merogoh ponselnya yang tersimpan di dalam saku dan menghubungi nomor kekasih tercintanya.

  Moshi-moshi?

  “Yunnie~! Kau tidak akan bisa menebak betapa bahagianya aku hari ini, sayang~!”

  Apa yang terjadi? Kau baru menyadari kalau kau sudah jatuh cinta lagi kepadaku hn?

Aish.

Jaejoong tersenyum gemas sekarang.

  “Aku menemukan barang-barangku yang hilang, Yun, semua kenangan masa sekolahku dulu”

  Baiklah, apa saja yang ada di sana?

  “Um, kau tidak sedang sibuk kan, Yun?”

  Tentu saja tidak, aku selalu punya waktu untukmu, sayang

  “Aku senang mendengarnya, hehehe~ Ah~! Lihat! Ini gantungan ponsel yang diberikan salah satu senpai-ku dulu”

  Apa itu gantungan berbentuk gajah yang pernah kau ceritakan padaku?

  “Ya, dan kita bisa menggantungnya di ponselmu nanti”

Yunho tertawa.
Sementara Jaejoong masih terus menggali kotak harta karunnya.

  “Omo”

  Kau menemukan sesuatu yang menarik, Boo?

Namja cantik itu tidak lagi mendengar suara kekasihnya yang ada di seberang sana.
Kedua mata bulatnya terpaku pada selembar potret usang yang kini digenggam olehnya.

Oh.

Oh.

Jaejoong mengerjapkan kedua mata bulatnya, merasakan tengkuknya dingin ketika dadanya justru berdebar dengan letupan yang telah lama  hilang.
Nafasnya tercekat, dan ia pun terjun bebas dalam genangan masa lalunya.
.
.
.

  Kim Jaejoong! Hahahaha! Kau memang tidak pernah bisa menang dariku!

Shim Changmin berlari kencang menelusuri koridor sekolah mereka, tawa bebasnya menggema lantang, membuat beberapa siswa yang ada di sana terhipnotis untuk memandangi gerak-geriknya.

  “Yaaa! Voldamin! Monster makanaaaaaan~! Aku akan menangkapmu! Kajimaa!” Pekik Jaejoong tidak kalah lantang.

Berlari sekuat mungkin menembus angin.
Berusaha meraih punggung Changmin yang semakin menjauh.
Aish!
Ia selalu tertinggal kalau mereka berlomba lari seperti ini.

  “Jejung-kun! Nihongo, nihongo!” Seru salah satu guru yang mendapati kelakuan badung siswanya.

Jaejoong melebarkan kedua mata bulatnya.
Ia melambaikan tangannya dan semakin mempercepat larinya.
Bahaya kalau Sugimoto Sensei yang kejam itu menangkapnya.
Aigoo~
Menyebalkan sekali Sensei yang satu itu.

Apa salahnya menggunakan bahasa Korea eoh?
Hanya karena ia kini bersekolah di Jepang tidak mengharuskannya untuk berbicara dengan bahasa Jepang setiap saat kan?

Suara tawa melengking milik Changmin mulai sayup-sayup terdengar.
Membuat Jaejoong mengerutkan dahinya.
Mata bulatnya tidak lagi fokus ke depan, langkah kakinya melamban, dan ia menemukan dirinya terpesona oleh kelopak bunga sakura yang berterbangan karena angin.
Jaejoong mendongak, terkejut karena kini dirinya telah dihujani oleh bunga sakura dalam jumlah yang luar biasa.

Senyum manisnya terulas tanpa sadar.

Ia merentangkan kedua tangannya yang sedari tadi memegang erat kamera polaroid yang tergantung di leher jenjangnya.
Menikmati lembutnya kelopak bunga yang berjatuhan di atas tangannya.
Aroma yang menenangkan. Pikir namja cantik itu senang.

Jaejoong membuka mata bulatnya, ia berhenti melangkah.
Pandangannya terfokus pada sebuah pohon sakura besar yang ada di ujung koridor.
Dengan beberapa kelopak bunga yang masih berjatuhan.

Namja cantik itu tertegun ketika matanya menangkap sesosok pemuda tampan yang berdiri tepat di bawah pohon tersebut.
Pemuda yang tidak pernah ia lihat sebelumnya di sekolah ini.
Apakah ia murid baru?
Jemari Jaejoong bergerak tanpa sadar, meremat kedua sisi kamera polaroidnya.

Dengan jantung yang berdegup kencang seolah akan lepas dari tempatnya, Jaejoong memberanikan diri untuk membidik sosok tampan itu dengan kamera kesayangannya.

CKLIK!

SSSHH.

Kedua mata Jaejoong mengerjap cepat.
Terkejut ketika pemuda tampan itu memergoki dirinya.
Dalam sekejap perut Jaejoong terasa mual, seolah ada ratusan kupu-kupu yang berterbangan di dalam sana.

DEG.

Laki-laki tampan itu tersenyum kepadanya, sebelum ia menghilang di balik guguran sakura.
Jaejoong masih terpaku di tempatnya.
Bibirnya terasa kering.

Ya Tuhan, ia jatuh cinta.

  “YAH! Kenapa kau berhenti eoh?!”

Jaejoong terkejut ketika Changmin berteriak di telinganya.
Ia segera menoleh, dan mendapati raut kesal dari sahabat baiknya.
Kemudian ia menggeleng.
Dan tersenyum kikuk.

  “Aku kehilanganmu” Ucapnya gugup.

  “Pabo!” Celetuk Changmin seraya berkacak pinggang.

Jaejoong membalasnya dengan senyuman.
Changmin sudah berjalan mendahuluinya.
Tidak mengacuhkan sahabatnya yang kini sedang memandangi selembar potret yang berhasil ia ambil secara diam-diam beberapa saat yang lalu.
Potret yang bergambar seorang namja tampan dengan kedua mata musang yang mempesona.
Yang telah berhasil menyedot segala perhatiannya ke dalam tatapan tajam itu.
.
.
.
  “…ngie...Jaejoongie?!

DEG!

Jaejoong terkejut.
Mata bulatnya refleks mengerjap dengan bahu yang tersentak kaget.
Ia menjatuhkan potret usang itu secara tidak sengaja.
Kemudian ia mengingat kalau Yunho masih berada di seberang sana.

  “Ha-haik, gomenasai, anata” Sahut Jaejoong gugup.

  Daijoubu desuka?

  Daijoubu, aku hanya melamun”

  Lain kali jangan seperti ini okay? Aku sungguh khawatir

  Gomen, aku tidak akan mengulanginya lagi”

  Aku harus menemui Otousanmu setelah ini, kau jadi mengantar bekalku kan sayang?

  “Um, ya”

  Aku mencintaimu

  “Aku juga mencintaimu”

Dan sambungan itupun terputus.

Jaejoong menghela nafas panjang.
Ia meletakkan ponselnya di atas meja dan membungkuk untuk memungut potret yang ia jatuhkan tadi.
Jemarinya bergerak pelan, mengusap lembut kertas usang itu.


-------


CKLEK.

Pintu kaca itu terbuka pelan, membuat Yunho mengalihkan perhatiannya dan segera tersenyum tanpa sadar.
Mata musangnya mengikuti gerak-gerik kekasih hatinya yang balas tersenyum manis kepadanya.

  “Makan siangmu, Yunnie” Ujar Jaejoong lembut.

Yunho menutup laptopnya.
Ia beranjak dari kursinya dan mengikuti Jaejoong untuk duduk di sofa.
Namja cantik itu mencuri kecupan manis di bibir Yunho sebelum ia membuka kotak makan siang untuk suaminya.
Yunho merengkuh erat pinggang Jaejoong.
Menyurukkan wajah tampannya di leher namja cantik itu dan menghirup aroma manis yang menenangkan dirinya.

Jaejoong melenguh geli.
Ia menyampingkan tubuhnya hingga kini ia berhadapan dengan kekasihnya.
Jemari Yunho bergerak pelan mengusapi rahang dan pipi Jaejoongnya.
Menikmati rona merah yang mulai mengerubungi pipi apel itu.

  “Uhm”

Desahan tertahan terdengar dari tenggorokan Jaejoong ketika Yunho beralih menciumi bibir ranumnya.
Namja cantik itu segera memeluk leher Yunho dengan kedua lengannya.
Membiarkan namja tampan itu membawanya duduk ke atas pangkuannya dan meraba pinggang rampingnya.
Ciuman panas itu berlangsung lama, hingga Jaejoong merasakan sesak di dadanya dan mendorong Yunho dengan tangan kanannya sementara tangan yang satunya masih mencengkram erat rambut kekasihnya.

Desahan nafas keduanya membentur menerpa kulit wajah mereka.
Yunho menunduk, menciumi leher jenjang Jaejoong dan menghisap dalam bahu namja cantik itu.
Meninggalkan kissmark-nya di sana.
Kemudian ia menutup kembali bahu telanjang Jaejoong dengan mengembalikan letak kaus lengan panjang itu seperti semula.

  “Aku merindukanmu” Bisik Yunho menatap dalam kedua mata bulat kekasihnya.

Jaejoong tidak bisa menahan senyum manisnya.
Ia mengacak gemas rambut Yunho dan tertawa kecil.

  “Kau selalu merindukanku, sayang” Balasnya lucu.

Yunho hanya tersenyum.
Membiarkan Jaejoong mengusap penuh cinta wajah tampannya.
Kemudian namja cantik itu tertegun memandangi kedua mata musangnya.

  Naniatemo?” Tanya Yunho.

Jaejoong menelan salivanya.
Mendadak jantungnya berdebar ringan membuka suaranya.

  “Yunnie, apa kau lulusan dari Seika Gakuen?”

Eoh?
Yunho menaikkan alisnya.
Ia tersenyum lucu.

  “Aku alumni dari asrama Kirin, Jaejoongie BooJae, kenapa mendadak membahas ini eoh?”

Mata Jaejoong meredup kecewa.
Ia mendesah pendek.

  Hontouni? Kau yakin tidak pernah bersekolah di Seika Gakuen?” Tanya Jaejoong lagi. Menyimpan sedikit harapan.

  “Hanya kau yang pernah bersekolah di sana, Jaejoong. Kita berdua tahu itu” Sahut Yunho bingung.

Ah.
Jaejoong menghela nafas pendek.
Kemudian ia tersenyum kecil.
Menghilangkan pikiran yang sempat singgah di benaknya tadi.

  “Aku akan menyuapimu” Ujar Jaejoong segera berpindah ke duduknya semula.

Yunho menyentuh lengan Jaejoong, memandang langsung wajah cantik itu.

  “Kau baik-baik saja kan, Boo?”

  “Tentu, Yunnie, tidak ada yang harus dikhawatirkan”

Yunho tersenyum kecil, membuka mulutnya menerima suapan dari Jaejoong.

  “Hm, kau jadi berjalan-jalan nanti sore?” Tanya Yunho setelah menelan beberapa suapan.

Jaejoong mengangguk.
Bersiap untuk suapan terakhir.

  “Eoh? Yunnie, apa itu kamera milikmu?”

Perhatian Jaejoong teralihkan, kepada sebuah kamera polaroid berwarna hijau di dalam lemari kaca milik kekasihnya.

  “Oh, Otousan menitipkannya untukmu, aku takut lupa mengambilnya, jadi aku menaruhnya di sana” Sahut Yunho seraya beranjak mendekati lemari tersebut, mengambil kamera polaroid itu dan memberikannya kepada Jaejoong.

  “Sudah lama sekali” Bisik Jaejoong lirih.

Yunho mengusap kepala Jaejoong lembut.

  “Jangan bilang itu juga salah satu barang lamamu, Jung Jaejoong” Ujarnya.

Jaejoong tersenyum lebar.
Ia mengangguk dan mengecup kilat bibir Yunho.

  “Aku membawa kotak harta karunku dan menitipkannya di meja sekretarismu, chotto matte

Yunho mengangguk.
Menerima kamera yang diserahkan Jaejoong kepadanya.
Namja tampan itu  mengutak-atik kamera lama milik Jaejoong.
Benda ini masih terlihat bagus, pikirnya.
Kemudian ia membidik meja kerjanya dan menekan tombol potret.

  “Kamera itu masih berfungsi dengan baik” Komentar Jaejoong kembali memasuki ruang kerja Yunho.

Suaminya mengangguk, menarik kertas photo yang keluar dari sana.
Mengibaskannya beberapa kali dan memandangi hasilnya.
Sementara Jaejoong sudah duduk di sampingnya dan membongkar kotak itu untuk yang kedua kalinya.
Mencari tali berwarna merah yang seharusnya terpasang di kamera itu.

  “Sini, aku pasangkan” Tawar Yunho.

Namja cantik itu mengangguk.
Memberikan tali gantungan panjang yang ia dapatkan kepada Yunho dan memasukkan kembali barang-barangnya ke dalam kotak itu.
Tanpa menyadari bahwa selembar potret usang yang penuh dengan kenangan itu terjatuh bebas di atas hambal.

  “Aku berjalan-jalan sebentar ne, kotak bekal dan kotak milikku ini taruh saja di sini, nanti kau bisa menjemputku dan kita akan membawa pulang kotak-kotak ini bersama” Ujar Jaejoong seraya mengambil kameranya dan menggantungnya di leher.

Ia tersenyum lebar setelah mendapat ciuman sayang di dahinya.

  “Hati-hati, aku mencintaimu” Ucap Yunho.

Jaejoong mengangguk.

  “Aku juga mencintaimu”


-------


Sekolah itu akan mengalami renovasi dalam waktu dekat, mengingat sebentar lagi akan memasuki libur tengah semester.
Kedua mata bulat Jaejoong berbinar memandangi bangunan sekolah menengahnya dulu yang tampak usang kini.
Ia menahan nafasnya dan melangkahkan kakinya memasuki area perkarangan sekolah dengan jemari yang meremat erat kamera yang tergantung di lehernya.

Rasanya sudah lama sekali, pikir namja cantik itu.

Angin sore berhembus lembut, mengibas wajah Jaejoong diikuti kelopak sakura yang berjatuhan.

TAP TAP TAP.

Namja cantik itu berjalan menelusuri koridor panjang yang penuh dengan kenangan itu.
Dulu ia dan Changmin selalu berlari mengitari sekolah melalui koridor ini.
Dan beberapa siswa akan mengerutkan dahi tidak mengerti mendengarnya berbahasa Korea bersama Changmin.

Jaejoong tersenyum tanpa sadar.

SREK.

Pintu kelas itu tergeser ke samping.
Suara langkah kaki Jaejoong terdengar mengisi heningnya ruangan.
Ia berjalan memasuki kelas tersebut dan mendudukkan dirinya di kursi belakang dekat dinding.
Kursinya dan Changmin.

Jaejoong menghidupkan kamera polaroidnya, ia menggeser meja kayu itu dan tersenyum manis mendapati tulisan itu masih berada di sana.

  Joongie Gajah x Chwang Monster were been here!

CKLIK!

SSSHH.

Jaejoong menarik kertas photo itu dan mengibaskannya beberapa kali.
Menatap puas hasil potretnya dan menyimpannya di dalam saku.
Kemudian ia kembali berjalan mengitari sekolah lamanya.

Angin sore kembali berhembus, menerbangkan bunga sakura yang berguguran memasuki celah jendela.

Ia terdiam menatapnya.
Kemudian ia berlari kecil menuruni tangga sekolah, menelusuri lorong panjang yang berujung itu.

Namja cantik itu berjalan pelan menelusuri koridor sekolahnya yang tampak usang.
Potongan bunga sakura berjatuhan terbawa angin, hingga membuat kedua sisi koridor tersebut menjadi berwarna merah muda.
Tertutupi kelopak bunga sakura yang menimbun.

Jemari Jaejoong bergerak pelan, menyentuh dinding usang yang masih kokoh itu.
Darahnya berdesir hangat memandang sebuah pohon sakura besar yang masih berdiri tegak di ujung sana.
Sama seperti sepuluh tahun yang lalu, indah.
Senyum Jaejoong terulas lembut, mengingat cinta pertamanya ketika ia masih menjadi bagian dari sekolah tua ini.

Namja cantik itu terus berjalan, tidak mengacuhkan cahaya matahari sore yang memantul dari berlian yang menjadi pemanis cincin perak di jarinya.
Cincin pernikahannya.

  A few years went by since that day. The things that changed, and the things that remained the same…” Bisik Jaejoong dalam keheningan.

Ia tidak pernah bertemu kembali dengan pemuda tampan itu setelah keesokan harinya.
Cinta pertamanya seakan lenyap ditelan bumi.
Hingga Jaejoong berpikir kalau mungkin mereka tidak ditakdirkan untuk bersama.
Dan ia tidak diizinkan untuk berusaha.

Kemudian perjodohan itu datang menyapanya.

WUSSHH~

Jaejoong mengerutkan dahinya ketika angin sore mendadak berhembus kencang, hingga mengacaukan tumpukan bunga sakura di sekitarnya.
Membuat pandangan Jaejoong terhalangi oleh kelopak-kelopak merah muda yang berterbangan.

DEG.

Jantung Jaejoong berdegup pelan.
Berdentum cepat hingga bertalu-talu.
Membuat perutnya menegang dengan nafas yang tercekat.
Kedua mata bulatnya mengerjap tidak percaya, ketika retinanya menangkap sesosok pemuda tampan yang berdiri di sana.

Tepat di bawah pohon sakura besar itu.
Persis seperti sepuluh tahun yang lalu.

  “Yu..Yunho?” Bisik Jaejoong lirih.

Hingga nyaris tidak terdengar.

Suaminya berdiri di sana.
Tersenyum kepadanya dengan tangan yang melambai.

  “Apa yang kau lakukan di sini?” Tanya Jaejoong bergetar.

Mendekatkan langkahnya dengan namja tampan itu.

  “Menjemputmu, tentu saja” Balas Yunho santai.

Dahi Jaejoong mengernyit.
Tidak sepenuhnya yakin dengan jawaban singkat itu.

  “Sekaligus ingin tahu siapa pemuda tampan yang ada di dalam foto ini” Sambung Yunho kemudian.

Jaejoong menahan nafasnya.
Mengambil foto yang ada di genggaman suaminya dan menelan salivanya.
Ia mendongak, menatap Yunho yang menanti jawabannya dengan sabar.

  “Laki-laki ini adalah cinta pertamaku”

Yunho tertegun.
Menaikkan alisnya tidak percaya.
Sementara Jaejoong meremat foto tersebut dengan jemarinya gugup.

  “Benarkah?” Tanya Yunho.

  “Ya, dan kuharap kau tidak marah, maksudku, itu sudah lama sekali, Yun” Mohon Jaejoong sedikit meringis.

Yunho bersidekap.
Menatap Jaejoong yang tampak sangat menggemaskan saat ini.
Senyum mautnya terulas sempurna.

  Okaasan memintaku untuk menemui pamanku di sekolah ini, tidak kusangka, ternyata ada seorang siswa nakal yang dengan beraninya mencuri foto wajahku hn?” Ucapnya congkak.

Jaejoong terkejut.
Kedua mata bulatnya melebar sempurna.

You who turned back, in the time that flows by the cherry blossoms that fell, covered us.
My heart that had stopped, again started beating..

Where will this path take me, I wonder..
This path we met and separated, may be we will one day make our vow again here..

We were facing many things, under the cherry blossoms on the road.

END.

-TVXQ, Sakuramichi-

5 komentar:

  1. hahahaha cinta pertama ga jauh2 dr suami sendiri

    critanya selalu oke punya, setting nya musim semi, jd pengen ke jepang liat bunga sakura deh

    BalasHapus
  2. Hey^^ you got such an awesome writing skill there. The story is so beautifully written and i could find my heart flutter as if i'm in Jae's position. As for Yunho, he is the perfect sweetheart everyone dream of.. So yeah, i enjoy reading and totally smitten by your stories, keep writing ya!

    BalasHapus
  3. yunjae always. aku selalu suka karya kamu shella

    BalasHapus
  4. ternyata cinta pertamanya udh jadi suaminya...emang jae ditakdirkan buat yun..yun ditakdirkan buat jae ..

    oh yaa lanjutan my bromance ditunggu..update cepet ya???

    BalasHapus
  5. Bacanya sambil dengerin sakuramichi..
    YunJae always sweet ♡~~

    BalasHapus