This zone is only YunJae Fanfictions and this is our world

Sabtu, 14 September 2013

FF/YAOI/YUNJAE/CHAPTER/I SWEAR/PART 5



PART 5.

Nami Island, 4 tahun kemudian.

DRAP DRAP DRAP!

  “Jaehooo~! Jangan berlari seperti itu! Nanti jatuh!”

  “Ummaaaa~! Jaejae Hyung nakaaaall~!”

Choi Minki yang selalu ingin dipanggil Ren itu terkekeh geli melihat bocah kembar yang kini saling mengejar di halaman rumahnya.
Namja berambut blonde itu menoleh menatap Jaejoong yang sedang menuangkan teh pada cangkirnya.

  “Anakmu benar-benar aktif, Joongie ah, aku gemas!” Ujar Ren lucu.


Jaejoong tertawa mendengarnya.

  “Kau tidak akan berkata seperti ini lagi kalau suatu saat mereka merusak bunga kebunmu”

  “Mereka tidak akan berani melakukannya Joongie ah, hehehe”

  “Hmm, itu bagus”

Namja cantik itu mengambil kue keringnya dan melahapnya nikmat.
Resep barunya lumayan juga hm?
Mata besar Jaejoong mengedar.
Memperhatikan putra kembarnya yang sedang berkejaran di halaman rumah Ren yang lumayan luas.

Ah.
Jaeho dan Junhon.
Mereka memang kembar, tapi memiliki sifat yang jauh bertolak belakang.
Jaeho cenderung mirip dengan Yunho. Tapi sikap keras kepalanya yang seperti Jaejoong benar-benar parah.
Sedangkan Junhon yang cenderung mirip dengan Jaejoong, memiliki kebiasaan yang hampir sama dengan Yunho dalam segala hal.

Kebiasaan hm?

Satu-satunya yang Jaejoong tahu mengenai kebiasaan namja tampan itu adalah sikapnya yang sangat suka menyiksa dirinya.

  “Aku berhutang banyak padamu Ren ah” Desah Jaejoong pendek.

Mm?
Namja berambut blonde itu menaikkan alisnya.

  “Kau banyak membantuku untuk urusan membesarkan mereka, dan terlebih lagi, kau ada di sampingku saat operasi kelahiran keduanya”

  “Ck, tidak perlu diperhitungkan Joongie, aku melakukannya karena aku sayang padamu”

  “Terima kasih”

  “Hmm”

  “Aku serius, Ren~!”

  “Hei, kau lebih suka yang mana? Jaeho atau Junhon?”

  “Pertanyaan apa itu huh? Tentu saja aku menyayangi keduanya”

  “Tapi aku lebih suka Jaeho, dia tampan, hehehe”

  “Mesum~!”

Ren melotot menatap Jaejoong.
Namja cantik itu memutar bola matanya acuh dan kembali melahap kue keringnya.

  “Umma, Jaejae lapar”

Eoh?

Kedua namja cantik itu menunduk menatap Jaeho yang tampak tersengal di hadapan keduanya.
Jaejoong tersenyum geli sementara Ren sudah mengangkat namja almond itu duduk di pangkuannya.

  “Jja, Jumma akan mengambil nasi untukmu, Jaejae suka ayam ani?”

  “Nee nee~!”

Junhon yang melihat itu mempoutkan bibir cherry-nya kesal.
Ia mendengus dan menarik-narik celana Jaejoong.

  “Umma, Jaejae Hyung mau dibawa kemana?”

  “Jaejae lapar, Hon, Minki Jumma sedang mengambil makanan untuknya”

  “Umma Hon juga lapar~!”

  “Nee? Tidak biasanya Hon mau makan, jja, Umma gendong”

Namja cherry itu mengulurkan kedua lengannya ke atas.
Jaejoong tersenyum kecil dan segera menggendong namja mungil itu.
Ia mencium gemas puncak kepala putranya dan menyusul Ren masuk ke dalam.


-------


Ruangan besar itu tampak lengang.
Hanya terdengar suara mesin fax yang berdenging setelah beberapa saat digunakan.
Tampak sosok tampan yang sedang bersandar pada kursinya.
Kedua mata musangnya yang tertutupi kacamata minus menatap fokus layar laptopnya.
Jung Yunho benar-benar terlihat dewasa dengan jas mahalnya yang berwarna hitam itu.

Sudah 4 tahun berlalu.

Selama itu Yunho menggantikan posisi Appanya di perusahaan.
Ia belajar keras beradaptasi dengan kondisinya.
Mengenyam program percepatan di Harvard selama hampir 3 tahun membuatnya disegani banyak orang.
Ratusan relasi bisnis mengejarnya untuk mendapatkan saham.

Yunho berhasil membuat perusahaan Appanya berkembang pesat dan menjadi yang paling berkuasa pada tangga perekonomian industri.
Selama ini ia hidup dengan damai.
Hanya satu yang selalu mengganggu pikirannya sampai saat ini.

Kim Jaejoong.

Ne, namja yang telah ia buat menderita itu masih menghilang sampai saat ini.
Pencarian Changmin tidak membuahkan hasil.
Padahal ia telah mencari sampai ke Eropa.
Melupakan negara sendiri hm?

  “Kkkhh”

Yunho mengerang pelan.
Ia meregangkan tubuhnya dan melepas kacamatanya.
Namja tampan itu memijit pangkal hidungnya.
Yunho merasakan ada yang kosong di hatinya selama bertahun-tahun terakhir.

Aish.

Yunho tidak sabar ingin segera bertemu dengan namja cantik itu.

TOK TOK TOK.

  “Masuk”

Gong Minzy membuka pintu kaca tersebut.
Ia berjalan masuk dengan berkas-berkas laporan yang harus ditandatangani Yunho dalam genggamannya.

  “Letakkan di sana” Ujar Yunho dingin.

Minzy mengangguk.
Ia sudah terbiasa dengan sikap angkuh atasannya selama ini.
Yunho sangat sulit untuk didekati.

  “Shim Changmin mengirimkan email pagi tadi” Ujar Minzy.

Ne?
Yunho mengangkat wajahnya.
Menahan nafas menunggu berita selanjutnya.

  “Ia tidak menemukan orang yang anda cari di Paris”

Kkhh.

Yunho menghembuskan nafas kecewa perlahan.
Raut wajahnya mengeras.
Ia mengepalkan kedua jemarinya erat.

  “Keluar”

Minzy mengangguk.
Ia segera melangkah meninggalkan ruangan Yunho.
Namja tampan itu mengusap wajahnya.
Ia melirik handycam yang tergeletak manis di sudut meja kerjanya.
Kemudian ia meraihnya dan mengusap permukaan benda itu pelan.

  “Dimana kau sebenarnya, Kim Jaejoong?” Desahnya lirih.


-------


Suara derap langkah terdengar mengisi rumah besar itu.
Junsu berjalan cepat seraya memperhatikan buku-buku yang ada dalam rengkuhannya.
Namja imut itu terlalu sibuk menjalani aktifitas kuliahnya belakangan ini karena ia akan lulus sebentar lagi.
Junsu menghela nafas panjang.

Ia mengangkat wajah dan menoleh menatap Jungsoo yang sedang membersihkan meja di ruang tengah.

  “Jungsoo Jussi, Appa otteyo?”

Ah.
Lelaki berlesung pipi itu tersenyum kecil.
Ia memiringkan wajahnya sedikit.

  “Kondisi Tuan Besar sudah lebih baik dari yang sebelumnya, ia rajin meminum obatnya”

Junsu berdehem.
Ia mengangguk dan kembali melanjutkan langkahnya.
Namja imut itu tahu sudah 4 tahun berlalu sejak Appanya mengusir Jaejoong dari rumah.
Tapi tetap saja ia tidak siap jika harus bertemu dengan Hangeng.

Namja berperawakan Cina itu jatuh sakit setelah beberapa hari kemudian ia mengetahui kebenaran tentang putra sulungnya.
Dan Junsu tidak pernah mengunjungi kamar Appanya sampai saat ini.
Hatinya terlalu sakit.
Egonya terlalu besar.

Ia tidak bisa memaafkan Hangeng yang telah memisahkan dirinya dengan Jaejoong.

DDRRTT…DDRRTTT…

Namja imut itu terkejut.
Ia merogoh sakunya dan meraih ponsel layar sentuhnya.
Tersenyum kecil mendapati kekasihnya yang menelepon.

  “Ne Chunnie, aku baru saja akan berangkat”

  Kau membawa buku yang kuminta kan Suie?

  “Nee, semuanya lengkap, tenang saja”

  Jja, aku menunggumu di tempat biasa, perpustakaan akan tutup sore ini

  “Aku tahu, aku tahu”

  Ah ne, kau ada waktu luang besok sore?

  “Kau mau mengajakku kencan ke mana?”

  Kencan? Hahaha, aku hanya ingin mengajakmu duduk-duduk di taman Namsan, kemarin sore aku melihat banyak anak kecil di sana, lucu sekali Junsu ah

Fuh.
Junsu menahan senyum gelinya.
Ia mengangguk-angguk tidak jelas.

  “Arasseo, jemput aku besok sore, dan kau harus mentraktirku gulali”


-------


Namja cantik itu tampak duduk diam di kursi meja makan.
Ia menumpukan kedua lengannya di atas meja.
Matanya kosong.
Ah, Jaejoong sedang melamun hm?

Ia mendesah pendek beberapa detik kemudian.
Perlahan matanya memejam merindukan Junsu.
Sudah lama sekali tidak bertemu dengan adiknya.
Jaejoong ingat kalau ia berjanji akan menemui namja imut itu setelah Junsu lulus dari sekolah.
Tapi pada kenyataannya ia masih belum siap untuk bertatap muka dengan namja imut itu.

Jaejoong merasa malu.

Seharusnya ia sedang menyelesaikan pendidikan akhirnya saat ini bersama Junsu ani?
Tapi ia malah berada di sini, dengan kedua putranya.
Namja cantik itu juga merindukan Hangeng.
Tapi ia tidak mungkin kembali lagi ke rumah itu.
Hangeng sudah mencoretnya dari daftar keluarga Kim.

  “Hyuunngg~! Chakkamaaann~!”

Jaejoong tertegun.
Mata bulatnya bergerak pelan memandang kedua putranya yang berlari keluar rumah.
Ia tersenyum kecil.
Walaupun ia telah meninggalkan segalanya ia tidak menyesal.
Jaeho dan Junhon sudah cukup untuknya.

Cukup?

Benarkah?

  “Aku penasaran bagaimana reaksimu kalau kau mengetahui keberadaan mereka, Yunho ah” Senyum Jaejoong kecil.

Namja cantik itu menggelengkan kepalanya dan beranjak keluar menyusul Jaeho dan Junhon.

  “Hueeeee~~! Appaaaaa~~!”

Jaejoong menaikkan alisnya mendapati Junhon yang sedang menangis di teras rumah mungilnya.
Ia segera menghampiri namja cherry itu.

  “Omoo~ Uri Honchan waeyo? Kenapa menangis hm?” Ujar Jaejoong memeluk Junhon.

Namja cherry itu menggeleng kencang.
Ia mendorong Jaejoong dengan kedua tangan mungilnya.

  “Hon mau Appaaaa~! Hueeee~! Hyung nakaaaalll~!” Jerit Junhon menangis.

Jaejoong menghembuskan nafas panjang.
Ia menoleh mencari Jaeho.
Namja almond itu sedang berdiri diam di dekat pagar.

  “Jaeho” Panggil Jaejoong tegas.

Uh.
Namja almond itu mengerucutkan bibirnya.
Ia berjalan menghampiri adik kembarnya dan memeluk namja cherry itu.

  “Mianhae Hon, Hyung salah” Ucap Jaeho menepuk lembut kepala Junhon.

Tangis Junhon mereda.
Ia masih tersengguk beberapa kali.
Jaeho segera melepaskan pelukannya dan mencium lembut dahi adiknya.

  “Jaejae”

  “Ne Umma”

  “Berjanjilah pada Umma, mulai hari ini Jaejae tidak akan membuat uri Honchan menangis lagi, ne?”

  “Uh”

  “Jaejae sayang Honchan?”

  “Ne Umma, neomu joa~!”

  “Mana kelingkingnya?”

Jaeho menjulurkan tangan kanannya dan mengacungkan kelingkingnya yang mungil.
Jaejoong tersenyum kecil seraya menautkan kelingking mereka.

  “Poppo?”

Namja almond itu tersenyum manis.
Ia segera berjinjit dan mengecup lembut bibir ranum Ummanya.
Jaejoong mengacak gemas rambut Jaeho dan mengajak kedua putranya kembali masuk ke dalam rumah.

  “Umma, besok kita jalan-jalan ne?” Rajuk Junhon mengerucutkan bibir cherry-nya.

Jaejoong berdehem.
Mengangguk pelan sebagai jawaban.

  “Hyung~! Kita ke Seoul besok pagi~!”

Mwo?

Jaejoong terkejut.
Ia menoleh cepat menatap kedua putranya yang menjerit heboh.

  “Yah, siapa bilang kita akan ke Seoul eoh?”

  “Umma yang bilang, Hon mau jalan-jalan, Umma bilang iya~”

  “Tapi Umma tidak bilang kita akan ke Seoul~!”

  “Umma tidak tanya~! Umma tidak tanyaaa~! Hon mau ke Seoul~!”

Aish.
Jaejoong mempoutkan bibirnya kesal.
Ia membiarkan Jaeho dan Junhon memeluk kakinya sekarang.

  “Jebal Ummaaa~ Jaejae mau gulaliii~ Nee nee~” Pinta Jaeho manja.

Ck.
Namja cantik itu segera berlutut menyamakan tingginya dengan kedua putranya.
Ia menghembuskan nafas panjang dan menatap mereka berdua.

  “Janji tidak akan nakal? Janji tidak akan jauh-jauh dari Umma?” Tanya Jaejoong seraya menjulurkan kelingking kanan dan kirinya.

  “Ung!” Kedua bocah itu mengangguk sumringah. Mereka segera menautkan kelingking masing-masing di jari Jaejoong.

Fuh.
Anak Jung Yunho ini benar-benar merepotkan.


-------


Shim Changmin tidak beranjak dari tempatnya sejak tadi.
Namja berwajah kekanakan itu terus menunggu dari dalam mobil seraya memantau keadaan rumah keluarga Kim.
Yunho memerintahkannya untuk mengawasi Junsu belakangan ini.
Namja tampan itu mulai berpikir kalau Junsu sudah tahu di mana keberadaan Hyungnya.

Changmin segera menyalakan mesin mobil ketika Junsu keluar dari rumahnya.
Namja imut itu tersenyum kepada Yoochun dan segera masuk ke dalam mobil namja chubby itu.

  “Chunnie, kau bawa kamera tidak?”

  “Oppsso, wae?”

  “Uh, aku ingin berfoto di sana, cuaca hari ini indah sekali”

  “Hmm, kita bisa pakai ponsel anitji?”

  “Kalau begitu aku tidak akan repot-repot bertanya tentang kamera~!”

Yoochun terkekeh geli mendengarnya.
Ia memicingkan mata sipitnya ketika memarkir mobilnya di parkiran umum itu.
Junsu segera keluar dari mobil dan berjalan menghampiri kedai gulali.
Membuat Yoochun menghela nafas pendek karena tingkahnya.

  “Ahjussi, gulalinya satu” Ujar Junsu tersenyum.

Ahjussi penjual gulali itu mengangguk.
Ia segera memetik bungkusan gulali yang tergantung di kedainya dan memberikannya kepada Junsu.
Namja imut itu baru saja akan membayar, namun gerakannya terhenti ketika ia melihat dua namja berwajah sama sedang bertengkar di sampingnya.

  “Ani~! Hon mau yang besar!”

  “Ini punya Hyung~! Punya Honchan juga banyak~!”

  “Aniiiii~! Hon mau yang ituuuu~!”

  “Tidak boleh ditukar lagi dengan yang itu, gulali Honchan sudah dimakan ani? Nanti Ahjusinya marah”

Eoh?
Junsu dan Yoochun tersenyum geli memandangi bocah kembar itu.
Namja imut itu berjongkok di samping keduanya dan memberikan gulali miliknya kepada Junhon.

  “Jja, ambil punya Hyung saja, ini juga banyak kok” Ucap Junsu lembut.

Junhon dan Jaeho menoleh kompak menatap Junsu.
Kedua namja itu mengedipkan mata mereka bingung.

  “Gwenchana, ambil saja”

Junhon melirik Hyungnya.
Namja almond itu segera menjulurkan tangannya mengambil gulali milik Junsu.
Ia membungkukkan tubuhnya lucu.

  “Gomawo Hyung” Ucapnya.

Junsu terkekeh.
Ia mengangguk dan memandangi kedua bocah yang sudah pergi dari hadapannya.
Namja imut itu kembali berdiri dan menggenggam tangan Yoochun.

  “Aku sangat kaget, Chunnie, anak yang menangis tadi benar-benar mirip dengan Joongie Hyung” Ujar Junsu pelan.

Yoochun hanya mengangguk membenarkan.

  “Kau ingin menyusul mereka? Kita beli gulali lagi” Tawar namja chubby itu.

Junsu mengangguk.
Ia mengambil tiga bungkus gulali dan menarik Yoochun menuju pusat taman.
Mata sipitnya mencari sosok kembar yang barusan bertemu dengannya.

  “Ah, itu mereka” Ujar Yoochun tersenyum.

Junsu tidak bergeming.
Namja imut itu hanya terdiam di samping Yoochun.
Membuat namja chubby itu mengernyit bingung.

  “Joongie Hyung..” Lirih Junsu kaget.

Mwo?

Yoochun terkejut ketika Junsu sudah lebih dulu berlari menghampiri bocah kembar itu.
Ia ikut berlari menyusul kekasihnya.

GREPP!

DEG.

  “HYUNG!!”

Jaejoong yang sedang membuka bungkus gulali milik Jaeho dan Junhon tersentak kaget.
Kedua matanya melebar ketika ia dipeluk erat oleh seseorang yang memiliki suara persis seperti adiknya.
Namja cantik itu merasakan tubuhnya bergetar.
Matanya bergerak gelisah.

  “Ju-Junsu?” Lirihnya memanggil.

Kim Junsu terisak keras di bahu Hyungnya.
Ia menangis lantang.
Mengacuhkan tatapan orang-orang kepadanya.

  “Aku merindukanmu Hyung..Hiks..Aku mencarimu selama ini..Hiks..Hiks..”

  “A-Aku juga Junsu ah..Hiks..Bogoshippo..”

Yoochun tersenyum kecil memandangi kakak beradik yang saling terisak itu.
Ia berlutut dan mengusap lembut kepala Jaeho dan Junhon.
Membiarkan Jaejoong dan Junsu terus berpelukan sampai mereka melepasnya.

  “Hyung! Kau kemana saja? Hiks..Apa kau tahu aku begitu khawatir, aku---”

Namja imut itu terdiam.
Ia baru menyadari kedua namja berwajah sama yang tadi ditemuinya kini menatapnya dengan bingung.
Jaejoong yang melihat itu tersenyum kecil.
Ia mengusap lembut kepala adiknya.

  “Ne Junsu ah, keponakanmu ada dua ternyata” Ujarnya lembut.

Tangis Junsu kembali mengalir.
Ia berlutut di hadapan bocah kembar itu.
Jaejoong menyuruh kedua anaknya untuk segera memeluk Junsu.
Mereka menurut.
Junhon tertawa geli ketika ia memeluk namja imut itu.

  “Hyung..Hiks..Maafkan aku..Aku..Aku pernah memintamu untuk menggugurkan kandunganmu waktu itu..Mianhae..” Bisik Junsu lirih.

  “Aish Kim Junsu, gwenchana, aku mengerti kau marah waktu itu..Tidak apa” Balas Jaejoong masih tersenyum.

Namja cantik itu mengusap air matanya.
Ia tertegun ketika menyadari ada sosok asing yang berdiri di samping mereka saat ini.
Junsu tersenyum manis.
Ia menggandeng tangan Yoochun.

  “Hyung, kenalkan, ini kekasihku. Park Yoochun” Ujar Junsu.

Eoh?
Jaejoong menaikkan alisnya.

  “Park Yoochun si anak baru itu huh?”

  “Kau masih ingat ternyata, hehehe”

Jaejoong mencibir pada Junsu.
Ia mengajak Junsu untuk duduk di kursi taman dan berbincang cukup lama.
Sementara Yoochun memutuskan untuk menemani Jaeho dan Junhon bermain di taman.

Shim Changmin yang sejak tadi berada tidak jauh dari sana menelan salivanya.
Ia meraih ponselnya dan segera mendial nomor atasannya.

  “Tuan Muda, aku menemukannya”


-------


Yunho merasakan tubuhnya bergetar kesenangan.
Namja tampan itu melonggarkan simpul dasinya dan memperhatikan daerah rumahan yang terbilang kecil ini.
Huh.
Jadi selama ini kau bersembunyi disini eoh?
Pulau Nami?
Kau pintar, Kim Jaejoong.

Namja tampan itu tidak bisa menahan seringai tajamnya ketika mobil mewahnya berhenti tepat di hadapan sebuah rumah mungil berwarna putih.
Jantungnya berdebar kencang.
Ia segera turun dari mobil dan melangkah cepat memasuki halaman rumah tersebut.

Sementara itu, Jaejoong sedang mengaduk adonan kue keringnya di dapur.
Tangan kirinya menahan ponselnya di telinga.
Ia tersenyum kecil mendengar ocehan Junsu.

  “Nee, jangan terburu-buru Junsu ah, kasihan Yoochun”

  Aish, aku tidak sabar lagi ingin bertemu denganmu Hyung! Pertemuan kita kemarin benar-benar singkat!

  “Kau sudah di dekat rumahku ani? Santai saja, kue keringnya juga belum matang”

  Hyung, Jaeho Junhon di rumah kan? Aku dan Yoochun membeli mainan untuk mereka, hehehe

  “Hmm, Junhon sedang tidur di ruang tengah, ia kelelahan sepertinya. Kalau Jaejae sedang di rumah Ren, tetanggaku, mereka cukup dekat”

  Arasseo Hyung, aku akan segera sampai

Jaejoong memutuskan panggilan teleponnya.
Ia tersenyum kecil dan mencuci tangannya ketika telinganya mendengar suara ketukan di pintu depan.
Namja cantik itu segera mengeringkan tangannya dan berlari menuju pintu depan.

CKLEK.

DEG.

Kedua mata Jaejoong membelalak lebar.
Tubuhnya mendadak kaku.
Nafasnya tercekat.

Gosh.

Walaupun terpisah selama 4 tahun, ia masih mengenal baik gestur wajah itu.

  “Lama tidak bertemu, Kim Jaejoong” Ujar Yunho menyeringai.

Jantung Jaejoong berdebar kencang.
Namja cantik itu  shock.
Ia baru saja memiliki inisiatif akan menutup kembali pintu tersebut.
Namun Yunho sudah lebih dulu menahannya dan menerobos masuk ke dalam.

  “Yu-Yunho?!” Jerit Jaejoong panik.

Namja tampan itu memicingkan mata musangnya ketika ia melihat sosok cherry yang sedang terlelap di ruang tengah.
Yunho membungkuk, ia menggendong namja cherry itu dan tersenyum kecil kepada Jaejoong.

  “Kau tidak memberitahuku kalau kau mengandung anakku hm?” Bisik Yunho seraya mengusap punggung Junhon yang masih terlelap.

  “A-Aku tidak perlu memberitahumu! Kau bukan siapa-siapa!” Ujar Jaejoong menahan emosinya.

Hm?
Yunho menaikkan alisnya.
Ia tersenyum berbahaya.

  “Kurasa selama ini sudah cukup untukmu bersama anak ini ani?”

  “A-Apa maksudmu, Jung Yunho?”

  “Mulai sekarang anak ini tinggal denganku, ia harus mengenal siapa Appanya”

Mata Jaejoong membelalak.
Namja cantik itu merasakan tulang punggungnya dingin.
Yunho berjalan mengacuhkan namja cantik itu. Ia membawa Junhon keluar rumah dan hendak memasuki mobilnya.
Namun gerakannya terhenti ketika ia mendengar suara jeritan Junsu yang menghampirinya.

  “JUNG YUNHO! APA-APAAN KAU EOH?!”

Huh.
Namja tampan itu tersenyum mengejek.
Ia membaringkan Junhon di jok belakang dan berbalik menatap Junsu sebelum ia meninggalkan namja imut itu disana.

  “Katakan pada Hyungmu, kalau ia menginginkan anaknya kembali, ia harus datang dan tinggal bersama denganku”

DEG.

Junsu membulatkan kedua mata sipitnya.

TBC :D

3 komentar:

  1. Gomawo buat FF nya. .


    Q dah bca semua FF yunjae km. .

    Sebernernya q ingin pos komen d setiap ff or chapternya. .

    Tp hp q gak bgtu suport. . sring gagal n ribet bgt. .

    Tp q hrap jngan pernah bosan buat berkarya n update. .

    Q janji selalu tunggu n sring cek. .


    Gomawo ne.

    BalasHapus
  2. Aigoooooo.. jeogmalll, geregetan bgt.
    Uri Appa, waeeeee? Kenapa dirimu kejam bener , eoh? :(
    Lanjut next chap.. ^-^

    BalasHapus
  3. Aku pengen bunuh Yunho *smirk* #sadis

    BalasHapus