PART 5.
Nami Island, 4 tahun
kemudian.
DRAP DRAP DRAP!
“Jaehooo~!
Jangan berlari seperti itu! Nanti jatuh!”
“Ummaaaa~!
Jaejae Hyung nakaaaall~!”
Choi Minki yang selalu ingin dipanggil Ren itu
terkekeh geli melihat bocah kembar yang kini saling mengejar di halaman
rumahnya.
Namja berambut blonde itu menoleh menatap Jaejoong
yang sedang menuangkan teh pada cangkirnya.
“Anakmu
benar-benar aktif, Joongie ah, aku gemas!” Ujar Ren lucu.
Jaejoong tertawa mendengarnya.
“Kau tidak
akan berkata seperti ini lagi kalau suatu saat mereka merusak bunga kebunmu”
“Mereka tidak
akan berani melakukannya Joongie ah, hehehe”
“Hmm, itu
bagus”
Namja cantik itu mengambil kue keringnya dan
melahapnya nikmat.
Resep barunya lumayan juga hm?
Mata besar Jaejoong mengedar.
Memperhatikan putra kembarnya yang sedang berkejaran
di halaman rumah Ren yang lumayan luas.
Ah.
Jaeho dan Junhon.
Mereka memang kembar, tapi memiliki sifat yang jauh
bertolak belakang.
Jaeho cenderung mirip dengan Yunho. Tapi sikap keras
kepalanya yang seperti Jaejoong benar-benar parah.
Sedangkan Junhon yang cenderung mirip dengan Jaejoong,
memiliki kebiasaan yang hampir sama dengan Yunho dalam segala hal.
Kebiasaan hm?
Satu-satunya yang Jaejoong tahu mengenai kebiasaan
namja tampan itu adalah sikapnya yang sangat suka menyiksa dirinya.
“Aku berhutang
banyak padamu Ren ah” Desah Jaejoong pendek.
Mm?
Namja berambut blonde itu menaikkan alisnya.
“Kau banyak
membantuku untuk urusan membesarkan mereka, dan terlebih lagi, kau ada di
sampingku saat operasi kelahiran keduanya”
“Ck, tidak
perlu diperhitungkan Joongie, aku melakukannya karena aku sayang padamu”
“Terima kasih”
“Hmm”
“Aku serius, Ren~!”
“Hei, kau
lebih suka yang mana? Jaeho atau Junhon?”
“Pertanyaan
apa itu huh? Tentu saja aku menyayangi keduanya”
“Tapi aku
lebih suka Jaeho, dia tampan, hehehe”
“Mesum~!”
Ren melotot menatap Jaejoong.
Namja cantik itu memutar bola matanya acuh dan kembali
melahap kue keringnya.
“Umma, Jaejae
lapar”
Eoh?
Kedua namja cantik itu menunduk menatap Jaeho yang
tampak tersengal di hadapan keduanya.
Jaejoong tersenyum geli sementara Ren sudah mengangkat
namja almond itu duduk di
pangkuannya.
“Jja, Jumma
akan mengambil nasi untukmu, Jaejae suka ayam ani?”
“Nee nee~!”
Junhon yang melihat itu mempoutkan bibir cherry-nya kesal.
Ia mendengus dan menarik-narik celana Jaejoong.
“Umma, Jaejae
Hyung mau dibawa kemana?”
“Jaejae lapar,
Hon, Minki Jumma sedang mengambil makanan untuknya”
“Umma Hon juga
lapar~!”
“Nee? Tidak
biasanya Hon mau makan, jja, Umma gendong”
Namja cherry
itu mengulurkan kedua lengannya ke atas.
Jaejoong tersenyum kecil dan segera menggendong namja
mungil itu.
Ia mencium gemas puncak kepala putranya dan menyusul Ren
masuk ke dalam.
-------
Ruangan besar itu tampak lengang.
Hanya terdengar suara mesin fax yang berdenging setelah beberapa saat digunakan.
Tampak sosok tampan yang sedang bersandar pada
kursinya.
Kedua mata musangnya yang tertutupi kacamata minus
menatap fokus layar laptopnya.
Jung Yunho benar-benar terlihat dewasa dengan jas
mahalnya yang berwarna hitam itu.
Sudah 4 tahun berlalu.
Selama itu Yunho menggantikan posisi Appanya di
perusahaan.
Ia belajar keras beradaptasi dengan kondisinya.
Mengenyam program percepatan di Harvard selama hampir 3 tahun membuatnya disegani banyak orang.
Ratusan relasi bisnis mengejarnya untuk mendapatkan
saham.
Yunho berhasil membuat perusahaan Appanya berkembang
pesat dan menjadi yang paling berkuasa pada tangga perekonomian industri.
Selama ini ia hidup dengan damai.
Hanya satu yang selalu mengganggu pikirannya sampai
saat ini.
Kim Jaejoong.
Ne, namja yang telah ia buat menderita itu masih
menghilang sampai saat ini.
Pencarian Changmin tidak membuahkan hasil.
Padahal ia telah mencari sampai ke Eropa.
Melupakan negara sendiri hm?
“Kkkhh”
Yunho mengerang pelan.
Ia meregangkan tubuhnya dan melepas kacamatanya.
Namja tampan itu memijit pangkal hidungnya.
Yunho merasakan ada yang kosong di hatinya selama
bertahun-tahun terakhir.
Aish.
Yunho tidak sabar ingin segera bertemu dengan namja
cantik itu.
TOK TOK TOK.
“Masuk”
Gong Minzy membuka pintu kaca tersebut.
Ia berjalan masuk dengan berkas-berkas laporan yang harus
ditandatangani Yunho dalam genggamannya.
“Letakkan di
sana” Ujar Yunho dingin.
Minzy mengangguk.
Ia sudah terbiasa dengan sikap angkuh atasannya selama
ini.
Yunho sangat sulit untuk didekati.
“Shim Changmin
mengirimkan email pagi tadi” Ujar Minzy.
Ne?
Yunho mengangkat wajahnya.
Menahan nafas menunggu berita selanjutnya.
“Ia tidak
menemukan orang yang anda cari di Paris”
Kkhh.
Yunho menghembuskan nafas kecewa perlahan.
Raut wajahnya mengeras.
Ia mengepalkan kedua jemarinya erat.
“Keluar”
Minzy mengangguk.
Ia segera melangkah meninggalkan ruangan Yunho.
Namja tampan itu mengusap wajahnya.
Ia melirik handycam
yang tergeletak manis di sudut meja kerjanya.
Kemudian ia meraihnya dan mengusap permukaan benda itu
pelan.
“Dimana kau
sebenarnya, Kim Jaejoong?” Desahnya lirih.
-------
Suara derap langkah terdengar mengisi rumah besar itu.
Junsu berjalan cepat seraya memperhatikan buku-buku
yang ada dalam rengkuhannya.
Namja imut itu terlalu sibuk menjalani aktifitas kuliahnya
belakangan ini karena ia akan lulus sebentar lagi.
Junsu menghela nafas panjang.
Ia mengangkat wajah dan menoleh menatap Jungsoo yang
sedang membersihkan meja di ruang tengah.
“Jungsoo
Jussi, Appa otteyo?”
Ah.
Lelaki berlesung pipi itu tersenyum kecil.
Ia memiringkan wajahnya sedikit.
“Kondisi Tuan
Besar sudah lebih baik dari yang sebelumnya, ia rajin meminum obatnya”
Junsu berdehem.
Ia mengangguk dan kembali melanjutkan langkahnya.
Namja imut itu tahu sudah 4 tahun berlalu sejak
Appanya mengusir Jaejoong dari rumah.
Tapi tetap saja ia tidak siap jika harus bertemu
dengan Hangeng.
Namja berperawakan Cina itu jatuh sakit setelah
beberapa hari kemudian ia mengetahui kebenaran tentang putra sulungnya.
Dan Junsu tidak pernah mengunjungi kamar Appanya
sampai saat ini.
Hatinya terlalu sakit.
Egonya terlalu besar.
Ia tidak bisa memaafkan Hangeng yang telah memisahkan
dirinya dengan Jaejoong.
DDRRTT…DDRRTTT…
Namja imut itu terkejut.
Ia merogoh sakunya dan meraih ponsel layar sentuhnya.
Tersenyum kecil mendapati kekasihnya yang menelepon.
“Ne Chunnie,
aku baru saja akan berangkat”
“Kau membawa buku yang kuminta kan Suie?”
“Nee, semuanya
lengkap, tenang saja”
“Jja, aku menunggumu di tempat biasa,
perpustakaan akan tutup sore ini”
“Aku tahu, aku
tahu”
“Ah ne, kau ada waktu luang besok sore?”
“Kau mau
mengajakku kencan ke mana?”
“Kencan? Hahaha, aku hanya ingin mengajakmu
duduk-duduk di taman Namsan, kemarin sore aku melihat banyak anak kecil di
sana, lucu sekali Junsu ah”
Fuh.
Junsu menahan senyum gelinya.
Ia mengangguk-angguk tidak jelas.
“Arasseo,
jemput aku besok sore, dan kau harus mentraktirku gulali”
-------
Namja cantik itu tampak duduk diam di kursi meja
makan.
Ia menumpukan kedua lengannya di atas meja.
Matanya kosong.
Ah, Jaejoong sedang melamun hm?
Ia mendesah pendek beberapa detik kemudian.
Perlahan matanya memejam merindukan Junsu.
Sudah lama sekali tidak bertemu dengan adiknya.
Jaejoong ingat kalau ia berjanji akan menemui namja
imut itu setelah Junsu lulus dari sekolah.
Tapi pada kenyataannya ia masih belum siap untuk
bertatap muka dengan namja imut itu.
Jaejoong merasa malu.
Seharusnya ia sedang menyelesaikan pendidikan akhirnya
saat ini bersama Junsu ani?
Tapi ia malah berada di sini, dengan kedua putranya.
Namja cantik itu juga merindukan Hangeng.
Tapi ia tidak mungkin kembali lagi ke rumah itu.
Hangeng sudah mencoretnya dari daftar keluarga Kim.
“Hyuunngg~!
Chakkamaaann~!”
Jaejoong tertegun.
Mata bulatnya bergerak pelan memandang kedua putranya
yang berlari keluar rumah.
Ia tersenyum kecil.
Walaupun ia telah meninggalkan segalanya ia tidak
menyesal.
Jaeho dan Junhon sudah cukup untuknya.
Cukup?
Benarkah?
“Aku penasaran
bagaimana reaksimu kalau kau mengetahui keberadaan mereka, Yunho ah” Senyum
Jaejoong kecil.
Namja cantik itu menggelengkan kepalanya dan beranjak
keluar menyusul Jaeho dan Junhon.
“Hueeeee~~!
Appaaaaa~~!”
Jaejoong menaikkan alisnya mendapati Junhon yang
sedang menangis di teras rumah mungilnya.
Ia segera menghampiri namja cherry itu.
“Omoo~ Uri
Honchan waeyo? Kenapa menangis hm?” Ujar Jaejoong memeluk Junhon.
Namja cherry
itu menggeleng kencang.
Ia mendorong Jaejoong dengan kedua tangan mungilnya.
“Hon mau
Appaaaa~! Hueeee~! Hyung nakaaaalll~!” Jerit Junhon menangis.
Jaejoong menghembuskan nafas panjang.
Ia menoleh mencari Jaeho.
Namja almond itu
sedang berdiri diam di dekat pagar.
“Jaeho”
Panggil Jaejoong tegas.
Uh.
Namja almond itu
mengerucutkan bibirnya.
Ia berjalan menghampiri adik kembarnya dan memeluk
namja cherry itu.
“Mianhae Hon,
Hyung salah” Ucap Jaeho menepuk lembut kepala Junhon.
Tangis Junhon mereda.
Ia masih tersengguk beberapa kali.
Jaeho segera melepaskan pelukannya dan mencium lembut
dahi adiknya.
“Jaejae”
“Ne Umma”
“Berjanjilah
pada Umma, mulai hari ini Jaejae tidak akan membuat uri Honchan menangis lagi,
ne?”
“Uh”
“Jaejae sayang
Honchan?”
“Ne Umma,
neomu joa~!”
“Mana
kelingkingnya?”
Jaeho menjulurkan tangan kanannya dan mengacungkan
kelingkingnya yang mungil.
Jaejoong tersenyum kecil seraya menautkan kelingking
mereka.
“Poppo?”
Namja almond itu
tersenyum manis.
Ia segera berjinjit dan mengecup lembut bibir ranum
Ummanya.
Jaejoong mengacak gemas rambut Jaeho dan mengajak
kedua putranya kembali masuk ke dalam rumah.
“Umma, besok
kita jalan-jalan ne?” Rajuk Junhon mengerucutkan bibir cherry-nya.
Jaejoong berdehem.
Mengangguk pelan sebagai jawaban.
“Hyung~! Kita
ke Seoul besok pagi~!”
Mwo?
Jaejoong terkejut.
Ia menoleh cepat menatap kedua putranya yang menjerit
heboh.
“Yah, siapa
bilang kita akan ke Seoul eoh?”
“Umma yang
bilang, Hon mau jalan-jalan, Umma bilang iya~”
“Tapi Umma
tidak bilang kita akan ke Seoul~!”
“Umma tidak
tanya~! Umma tidak tanyaaa~! Hon mau ke Seoul~!”
Aish.
Jaejoong mempoutkan bibirnya kesal.
Ia membiarkan Jaeho dan Junhon memeluk kakinya
sekarang.
“Jebal Ummaaa~
Jaejae mau gulaliii~ Nee nee~” Pinta Jaeho manja.
Ck.
Namja cantik itu segera berlutut menyamakan tingginya
dengan kedua putranya.
Ia menghembuskan nafas panjang dan menatap mereka
berdua.
“Janji tidak
akan nakal? Janji tidak akan jauh-jauh dari Umma?” Tanya Jaejoong seraya
menjulurkan kelingking kanan dan kirinya.
“Ung!” Kedua
bocah itu mengangguk sumringah. Mereka segera menautkan kelingking
masing-masing di jari Jaejoong.
Fuh.
Anak Jung Yunho ini benar-benar merepotkan.
-------
Shim Changmin tidak beranjak dari tempatnya sejak
tadi.
Namja berwajah kekanakan itu terus menunggu dari dalam
mobil seraya memantau keadaan rumah keluarga Kim.
Yunho memerintahkannya untuk mengawasi Junsu
belakangan ini.
Namja tampan itu mulai berpikir kalau Junsu sudah tahu
di mana keberadaan Hyungnya.
Changmin segera menyalakan mesin mobil ketika Junsu
keluar dari rumahnya.
Namja imut itu tersenyum kepada Yoochun dan segera
masuk ke dalam mobil namja chubby itu.
“Chunnie, kau
bawa kamera tidak?”
“Oppsso, wae?”
“Uh, aku ingin
berfoto di sana, cuaca hari ini indah sekali”
“Hmm, kita
bisa pakai ponsel anitji?”
“Kalau begitu
aku tidak akan repot-repot bertanya tentang kamera~!”
Yoochun terkekeh geli mendengarnya.
Ia memicingkan mata sipitnya ketika memarkir mobilnya
di parkiran umum itu.
Junsu segera keluar dari mobil dan berjalan
menghampiri kedai gulali.
Membuat Yoochun menghela nafas pendek karena
tingkahnya.
“Ahjussi,
gulalinya satu” Ujar Junsu tersenyum.
Ahjussi penjual gulali itu mengangguk.
Ia segera memetik bungkusan gulali yang tergantung di
kedainya dan memberikannya kepada Junsu.
Namja imut itu baru saja akan membayar, namun
gerakannya terhenti ketika ia melihat dua namja berwajah sama sedang bertengkar
di sampingnya.
“Ani~! Hon mau
yang besar!”
“Ini punya
Hyung~! Punya Honchan juga banyak~!”
“Aniiiii~! Hon
mau yang ituuuu~!”
“Tidak boleh
ditukar lagi dengan yang itu, gulali Honchan sudah dimakan ani? Nanti Ahjusinya
marah”
Eoh?
Junsu dan Yoochun tersenyum geli memandangi bocah kembar itu.
Junsu dan Yoochun tersenyum geli memandangi bocah kembar itu.
Namja imut itu berjongkok di samping keduanya dan
memberikan gulali miliknya kepada Junhon.
“Jja, ambil
punya Hyung saja, ini juga banyak kok” Ucap Junsu lembut.
Junhon dan Jaeho menoleh kompak menatap Junsu.
Kedua namja itu mengedipkan mata mereka bingung.
“Gwenchana,
ambil saja”
Junhon melirik Hyungnya.
Namja almond itu
segera menjulurkan tangannya mengambil gulali milik Junsu.
Ia membungkukkan tubuhnya lucu.
“Gomawo Hyung”
Ucapnya.
Junsu terkekeh.
Ia mengangguk dan memandangi kedua bocah yang sudah
pergi dari hadapannya.
Namja imut itu kembali berdiri dan menggenggam tangan
Yoochun.
“Aku sangat
kaget, Chunnie, anak yang menangis tadi benar-benar mirip dengan Joongie Hyung”
Ujar Junsu pelan.
Yoochun hanya mengangguk membenarkan.
“Kau ingin
menyusul mereka? Kita beli gulali lagi” Tawar namja chubby itu.
Junsu mengangguk.
Ia mengambil tiga bungkus gulali dan menarik Yoochun
menuju pusat taman.
Mata sipitnya mencari sosok kembar yang barusan
bertemu dengannya.
“Ah, itu
mereka” Ujar Yoochun tersenyum.
Junsu tidak bergeming.
Namja imut itu hanya terdiam di samping Yoochun.
Membuat namja chubby itu mengernyit bingung.
“Joongie
Hyung..” Lirih Junsu kaget.
Mwo?
Yoochun terkejut ketika Junsu sudah lebih dulu berlari
menghampiri bocah kembar itu.
Ia ikut berlari menyusul kekasihnya.
GREPP!
DEG.
“HYUNG!!”
Jaejoong yang sedang membuka bungkus gulali milik
Jaeho dan Junhon tersentak kaget.
Kedua matanya melebar ketika ia dipeluk erat oleh
seseorang yang memiliki suara persis seperti adiknya.
Namja cantik itu merasakan tubuhnya bergetar.
Matanya bergerak gelisah.
“Ju-Junsu?”
Lirihnya memanggil.
Kim Junsu terisak keras di bahu Hyungnya.
Ia menangis lantang.
Mengacuhkan tatapan orang-orang kepadanya.
“Aku
merindukanmu Hyung..Hiks..Aku mencarimu selama ini..Hiks..Hiks..”
“A-Aku juga
Junsu ah..Hiks..Bogoshippo..”
Yoochun tersenyum kecil memandangi kakak beradik yang
saling terisak itu.
Ia berlutut dan mengusap lembut kepala Jaeho dan
Junhon.
Membiarkan Jaejoong dan Junsu terus berpelukan sampai
mereka melepasnya.
“Hyung! Kau
kemana saja? Hiks..Apa kau tahu aku begitu khawatir, aku---”
Namja imut itu terdiam.
Ia baru menyadari kedua namja berwajah sama yang tadi
ditemuinya kini menatapnya dengan bingung.
Jaejoong yang melihat itu tersenyum kecil.
Ia mengusap lembut kepala adiknya.
“Ne Junsu ah,
keponakanmu ada dua ternyata” Ujarnya lembut.
Tangis Junsu kembali mengalir.
Ia berlutut di hadapan bocah kembar itu.
Jaejoong menyuruh kedua anaknya untuk segera memeluk
Junsu.
Mereka menurut.
Junhon tertawa geli ketika ia memeluk namja imut itu.
“Hyung..Hiks..Maafkan aku..Aku..Aku pernah memintamu untuk menggugurkan
kandunganmu waktu itu..Mianhae..” Bisik Junsu lirih.
“Aish Kim
Junsu, gwenchana, aku mengerti kau marah waktu itu..Tidak apa” Balas Jaejoong
masih tersenyum.
Namja cantik itu mengusap air matanya.
Ia tertegun ketika menyadari ada sosok asing yang
berdiri di samping mereka saat ini.
Junsu tersenyum manis.
Ia menggandeng tangan Yoochun.
“Hyung,
kenalkan, ini kekasihku. Park Yoochun” Ujar Junsu.
Eoh?
Jaejoong menaikkan alisnya.
“Park Yoochun
si anak baru itu huh?”
“Kau masih
ingat ternyata, hehehe”
Jaejoong mencibir pada Junsu.
Ia mengajak Junsu untuk duduk di kursi taman dan
berbincang cukup lama.
Sementara Yoochun memutuskan untuk menemani Jaeho dan
Junhon bermain di taman.
Shim Changmin yang sejak tadi berada tidak jauh dari
sana menelan salivanya.
Ia meraih ponselnya dan segera mendial nomor atasannya.
“Tuan Muda,
aku menemukannya”
-------
Yunho merasakan tubuhnya bergetar kesenangan.
Namja tampan itu melonggarkan simpul dasinya dan
memperhatikan daerah rumahan yang terbilang kecil ini.
Huh.
Jadi selama ini kau bersembunyi disini eoh?
Pulau Nami?
Kau pintar, Kim Jaejoong.
Namja tampan itu tidak bisa menahan seringai tajamnya
ketika mobil mewahnya berhenti tepat di hadapan sebuah rumah mungil berwarna
putih.
Jantungnya berdebar kencang.
Ia segera turun dari mobil dan melangkah cepat memasuki
halaman rumah tersebut.
Sementara itu, Jaejoong sedang mengaduk adonan kue
keringnya di dapur.
Tangan kirinya menahan ponselnya di telinga.
Ia tersenyum kecil mendengar ocehan Junsu.
“Nee, jangan
terburu-buru Junsu ah, kasihan Yoochun”
“Aish, aku tidak sabar lagi ingin bertemu
denganmu Hyung! Pertemuan kita kemarin benar-benar singkat!”
“Kau sudah di
dekat rumahku ani? Santai saja, kue keringnya juga belum matang”
“Hyung, Jaeho Junhon di rumah kan? Aku dan
Yoochun membeli mainan untuk mereka, hehehe”
“Hmm, Junhon
sedang tidur di ruang tengah, ia kelelahan sepertinya. Kalau Jaejae sedang di
rumah Ren, tetanggaku, mereka cukup dekat”
“Arasseo Hyung, aku akan segera sampai”
Jaejoong memutuskan panggilan teleponnya.
Ia tersenyum kecil dan mencuci tangannya ketika
telinganya mendengar suara ketukan di pintu depan.
Namja cantik itu segera mengeringkan tangannya dan
berlari menuju pintu depan.
CKLEK.
DEG.
Kedua mata Jaejoong membelalak lebar.
Tubuhnya mendadak kaku.
Nafasnya tercekat.
Gosh.
Walaupun terpisah selama 4 tahun, ia masih mengenal
baik gestur wajah itu.
“Lama tidak
bertemu, Kim Jaejoong” Ujar Yunho menyeringai.
Jantung Jaejoong berdebar kencang.
Namja cantik itu
shock.
Ia baru saja memiliki inisiatif akan menutup kembali
pintu tersebut.
Namun Yunho sudah lebih dulu menahannya dan menerobos
masuk ke dalam.
“Yu-Yunho?!”
Jerit Jaejoong panik.
Namja tampan itu memicingkan mata musangnya ketika ia
melihat sosok cherry yang sedang
terlelap di ruang tengah.
Yunho membungkuk, ia menggendong namja cherry itu dan tersenyum kecil kepada
Jaejoong.
“Kau tidak
memberitahuku kalau kau mengandung anakku hm?” Bisik Yunho seraya mengusap
punggung Junhon yang masih terlelap.
“A-Aku tidak
perlu memberitahumu! Kau bukan siapa-siapa!” Ujar Jaejoong menahan emosinya.
Hm?
Yunho menaikkan alisnya.
Ia tersenyum berbahaya.
“Kurasa selama
ini sudah cukup untukmu bersama anak ini ani?”
“A-Apa
maksudmu, Jung Yunho?”
“Mulai sekarang
anak ini tinggal denganku, ia harus mengenal siapa Appanya”
Mata Jaejoong membelalak.
Namja cantik itu merasakan tulang punggungnya dingin.
Yunho berjalan mengacuhkan namja cantik itu. Ia
membawa Junhon keluar rumah dan hendak memasuki mobilnya.
Namun gerakannya terhenti ketika ia mendengar suara
jeritan Junsu yang menghampirinya.
“JUNG YUNHO!
APA-APAAN KAU EOH?!”
Huh.
Namja tampan itu tersenyum mengejek.
Ia membaringkan Junhon di jok belakang dan berbalik
menatap Junsu sebelum ia meninggalkan namja imut itu disana.
“Katakan pada
Hyungmu, kalau ia menginginkan anaknya kembali, ia harus datang dan tinggal
bersama denganku”
DEG.
Junsu membulatkan kedua mata sipitnya.
TBC :D
Gomawo buat FF nya. .
BalasHapusQ dah bca semua FF yunjae km. .
Sebernernya q ingin pos komen d setiap ff or chapternya. .
Tp hp q gak bgtu suport. . sring gagal n ribet bgt. .
Tp q hrap jngan pernah bosan buat berkarya n update. .
Q janji selalu tunggu n sring cek. .
Gomawo ne.
Aigoooooo.. jeogmalll, geregetan bgt.
BalasHapusUri Appa, waeeeee? Kenapa dirimu kejam bener , eoh? :(
Lanjut next chap.. ^-^
Aku pengen bunuh Yunho *smirk* #sadis
BalasHapus