This zone is only YunJae Fanfictions and this is our world

Kamis, 12 September 2013

FF/YAOI/YUNJAE/CHAPTER/I SWEAR/PART 4

PART 4.

Yunho memasuki kamar rawat Appanya.
Ia menatap tajam mata bulan sabit milik Jinki yang sedang terpejam damai.
Namja tampan itu menghampiri alat-alat kedokteran yang ada di sana.
Ia mencabut inhalasi milik Jinki dan melepaskan jepitan pendetektor denyut jantung yang ada pada ibu jari namja itu.

Membuat sang Appa tersentak kaget karena kesulitan menghirup oksigen.

  “Appa”

DEG.

Jinki terkejut.
Ia menoleh menatap Yunho yang tersenyum di sampingnya.

Namja tampan itu melemparkan rapornya di atas meja.
Ia bersandar pada dinding.
Menatap nyalang namja bermata bulan sabit itu.

  “Aku punya kabar gembira untukmu hari ini” Ujarnya.


Jinki terengah.
Ia kesulitan bernafas.

  “Hari ini aku lulus, dan selama dua kali pembagian rapor bulanan saat kau koma, aku mendapatkan juara satu”

Jinki mengerutkan dahinya.
Seolah bertanya bagaimana bisa namja tampan itu melakukannya.
Sementara selama ini ia tidak pernah menang dari namja cantik itu.

Hmp.

Yunho tersenyum miring mendapati reaksi Appanya yang terlihat bingung.
Ia berjalan mendekati ranjang Jinki dan menunduk.

  “Kau penasaran, Appa? Ingin tahu bagaimana bisa aku melakukannya?” Bisik Yunho berbahaya.

Jinki tidak menyahut.
Jemarinya bergetar hebat.
Ia butuh inhalasi-nya segera.
Tapi Yunho seolah tidak memperhatikan namja bermata bulan sabit itu.

  “Aku memperkosa Kim Jaejoong” Desis Yunho tepat di telinga Jinki.

DEG.

Mata bulan sabit Jinki melebar sempurna.
Nafasnya semakin tercekat.
Menatap Yunho yang terkekeh sarkastik sekarang.

  “Aku memaksanya berkali-kali, hingga menimbulkan trauma mendalam padanya, membuatnya absen selama berbulan-bulan dan nilainya turun drastis”

Yunho menaikkan alisnya.
Melihat Appanya yang kejang.

  “Wae? Tidakkah kau senang? Aku tidak lagi namja bodoh di matamu ne Appa? Kau bisa berbangga kepada teman-temanmu kalau aku menjadi yang nomor satu dalam segala hal sekarang”

Jinki semakin tersiksa.
Bibirnya terbuka, ia hendak mengatakan sesuatu.
Tapi kondisi fisiknya begitu lemah, hingga tidak satu pun kata keluar dari mulutnya.

  “Dan aku juga merekamnya waktu itu, ah, padahal aku ingin memperlihatkannya kepadamu, tapi sayang sekali, aku sudah mengirimkan handycam-ku kepada Tuan Besar Kim. Ia pasti kaget melihat anak kesayangannya sedang bercinta bersama seorang namja ani?”

Jinki melotot.
Nafasnya menderu lemah.
Ia benar-benar terkejut dengan ucapan yang dikatakan Yunho kepadanya.

  “Ah, tunggu, sepertinya aku lupa, kalau aku memiliki cadangannya disini” Kekeh Yunho seraya mengeluarkan handycam-nya yang lain dari dalam tas.

Namja tampan itu menghidupkan benda elektronik tersebut dan memutarkan rekaman yang telah dibuatnya ketika ia memaksa Jaejoong hari itu tepat di hadapan Jinki.
Suara rintihan bercampur desahan namja cantik itu terdengar jelas.
Jinki melotot.
Ia benar-benar tidak menyangka kalau putranya sebejat ini.

Namja bermata bulan sabit itu mengerjapkan matanya.
Air matanya mengalir dalam diam.
Nafasnya semakin sesak.
Ia shock dengan perbuatan putranya.

Yunho yang melihat itu semakin menyeringai.
Ia meletakkan handycam-nya di atas dada Jinki yang naik turun tidak beraturan.
Memperhatikan betapa sekaratnya namja angkuh itu saat ini.

Yunho memastikan nafas Appanya menderu semakin lemah perdetiknya.
Seringainya semakin melebar melihat hal itu.
Ia meraih inhalasi milik Jinki dan memasangkannya kembali bersama jepitan pendetektor denyut jantung di jari Appanya.

Suara ‘tit’ panjang segera mendominasi ruang rawat itu.
Yunho mengambil handycam-nya dengan cepat dan mematikan benda tersebut.
Ia segera duduk di kursi yang ada di samping ranjang Appanya dan berpura-pura memasang wajah sedih.

Pintu kamar rawat terbuka kasar.
Beberapa dokter ahli yang merawat Jung Jinki terkejut ketika melihat sebuah garis lurus membentang di layar pendeteksi denyut jantung tersebut.
Mereka segera menghampiri Jinki dan melepaskan alat-alat kedokteran yang ada pada namja bermata bulan sabit itu.

Yunho bangkit dengan lunglai.
Ia berjalan pelan keluar dari ruangan tersebut.
Wajahnya tertunduk.
Dengan seringai puas yang tercetak jelas pada bibirnya.

Ia tidak membunuh Jung Jinki.
Namja bermata bulan sabit itu hanya terlambat memakai inhalasi-nya.


-------


Junsu baru saja kembali dari toko buku.
Ia membeli beberapa peralatan tulis baru di sana.
Namja imut itu sudah kelas tiga sekarang.
Sesekali ia tersenyum ketika bertemu dengan seniornya yang seangkatan dengan Jaejoong.

Ia baru saja akan memasuki mobil mewahnya, namun gerakannya terhenti ketika ia dihadang oleh seorang namja berwajah kekanakan yang memakai jas di hadapannya.

  “Siapa kau? Minggir!” Ujar Junsu mengerutkan dahi.

Namja berwajah kekanakan itu tidak bergeming.
Ia masih menghadang jalan Junsu dan membuka suaranya.

  “Anda harus ikut bersamaku, Tuan Muda ingin bertemu dengan anda”

  “Mwo? Memangnya siapa Tuan Mudamu huh?”

  “Tuan Jung Yunho”

DEG.

Junsu terdiam.
Ia melanjutkan langkahnya dan menabrak bahu Changmin.
Nafasnya mulai menderu kencang.
Setelah berbulan-bulan tidak mendengar kabar mengenai namja tampan itu sekarang ia harus bertemu dengannya eoh?

Cium saja tapak sepatunya!

  “Chakkaman!”

  “LEPASKAN AKU, BODOH!”

  “Mianhae, saya hanya menjalankan perintah dari Tuan Jung”

Aish.
Junsu menggerak-gerakkan tangannya kasar.
Berharap agar namja bertubuh tinggi itu akan melepaskan dirinya.
Tapi Junsu hanya bisa mendesah kesal saat Changmin membuka pintu mobilnya dan mendorong Junsu masuk ke dalam.

  “Kau tidak berubah, Junsu”

DEG.

Junsu terkejut.
Mata sipitnya membulat menatap sosok tampan yang duduk di sampingnya saat ini.
Ia memperhatikan setelan jas yang melekat di tubuh tegap namja tampan itu.
Cih.
Junsu berdecak kesal.

Emosinya kembali naik ke ubun-ubun.

  “Cepat katakan apa yang kau inginkan, Jung, aku tidak punya waktu untuk bertemu dengan wajah bajinganmu itu” Desis Junsu marah.

Yunho tersenyum kecil.

  “Aku hanya ingin tahu bagaimana kabar Hyungmu, apa ia masih trauma dengan pergulatan kami di ranjang waktu itu hm?”

  “Kau monster, Jung Yunho! Apa tujuanmu hah?!”

  “Aku hanya ingin memastikan kalau Kim Jaejoong masih menderita dan akan terus menderita seumur hidupnya, itu saja”

  “M-Mwo?”

  “Kau ingin tahu kenapa, Kim Junsu? Karena Hyungmu telah membuatku lima kali lipat lebih menderita sejak masa sekolah menengah pertama kami!”


Junsu mengepalkan kedua tangannya erat.
Mata sipitnya menatap penuh benci namja tampan itu.
Huh.
Kemudian ia balas tersenyum kecut.

  “Tidak ada yang tahu bagaimana kabar Hyungku sekarang” Ujarnya.

Hm?
Yunho menaikkan alisnya.

  “Hyungku sudah lama menghilang sejak hari kelulusannya, ia pergi menjauh dari Seoul”

Junsu menarik nafas panjang.
Ia menatap tajam mata musang Yunho.

  “Kau tahu kenapa Hyungku pergi? Dia menjauh karena dia diusir oleh Appa, dan juga karena dia mencintaimu”

DEG.

Yunho terdiam.
Sementara Junsu berdecak.
Namja imut itu membuka pintu mobil dan segera keluar dari sana.
Meninggalkan Yunho yang kini menyandarkan punggungnya pada sandaran jok mobil.

Jaejoong menghilang?
Sejak hari kelulusannya?

Itu berarti, sejak 8 bulan yang lalu?

  “Changmin, bawa aku menuju kediaman Kim sekarang juga”

Shim Changmin mengangguk patuh.
Ia segera menghidupkan mesin mobil dan melajukannya kencang.

Sementara itu Junsu bersungut-sungut kesal.
Mood-nya rusak seketika.
Aish.
Sampai kapan namja brengsek itu akan berhenti mengganggu hidupnya dan Hyungnya?

  “Jjong Jussi, aku ingin ke rumah Yoochun dan memberikan buku ini padanya” Ujar Junsu setelah memasuki mobilnya.


-------


Pintu rumah besar itu terbuka setelah bel berbunyi dua kali.
Seorang maid menyambut kedatangannya.
Namja tampan itu segera mengikuti maid tersebut masuk ke dalam rumah.

Yunho menatap sosok namja paruh baya berperawakan Cina yang sedikit mirip dengan Junsu sedang duduk di sofa ruang tengah.
Menatap sedih bingkai foto Jaejoong yang terpajang di dinding ruangan.

  “Tuan, ada seseorang yang ingin bertemu dengan anda”

Hangeng Kim tersentak kaget.
Ia segera menoleh dan menatap Yunho yang berdiri di sana.
Namja Cina itu menaikkan alisnya.

  “Apa aku mengenalmu?”

  “Aku teman Kim Jaejoong”

Hangeng terdiam.
Mata sipitnya bergerak pelan.
Kemudian ia menyuruh Yunho untuk duduk di seberangnya.

  “Kau memiliki kabar mengenai anak itu?” Tanya Hangeng pelan.

Yunho menggeleng.
Ia tersenyum kecil.

  “Sebenarnya aku ingin bertanya mengapa Jaejoong tiba-tiba menghilang begitu saja, ia tidak memberitahuku apa yang sudah terjadi padanya”

  “Kau teman dekatnya?”

  “Sangat dekat, namaku Jung Yunho”

Ah.
Hangeng mengangguk pelan.
Ia mendesah pendek dan melepas kacamatanya.

  “Ia pergi mungkin karena aku..Ah, tidak, memang karenaku” Ujar Hangeng.

  “Ne?” Gumam Yunho menaikkan alisnya.

  “Aku sudah mengusirnya dari rumah karena perbuatannya yang memalukan”

  “Memalukan? Apakah..Ini mengenai sesuatu yang berhubungan dengan handycam?”

  “Huh, ternyata ia memberitahumu hm?”

  “Tapi, kenapa anda harus mengusirnya hanya karena masalah itu?”

  “Mwo? Apa kau bilang? Hanya karena masalah itu?”

Hangeng berdiri dari duduknya.
Emosinya tersulut dengan cepat.
Namja berperawakan Cina itu berdecak.

  “Ia bercinta dengan seorang lelaki dan mengandung anaknya! Bagaimana tidak aku mengusirnya?!” Ujar Hangeng marah.

DEG.

Yunho terkejut.
Mengandung?

  “ITU SALAH!!”

Hangeng dan Yunho serentak menoleh ke arah suara.
Junsu sudah berdiri di depan pintu ruang tengah dengan mata yang berkaca-kaca.
Namja imut itu berjalan mendekati kedua namja yang kini saling berdiri dari duduk masing-masing.

  “Joongie Hyung tidak bercinta! Ia diperkosa!!” Teriak Junsu seraya menatap tajam ke arah Yunho.

Hangeng terkejut.
Ia menatap tidak percaya putra bungsunya.
Junsu menyeka air matanya yang kini mengalir membasahi pipinya.
Ia menahan isakannya sekuat tenaga.

  “Dan ini bukan pertama kalinya ia dilecehkan, Appa!” Ujar Junsu lagi.

  “M-mwo?” Gumam Hangeng kembali kaget.

  “Waktu itu Joongie Hyung masih kelas 3 menengah pertama, menjelang ujian masuk sekolah menengah atasnya, ia diperkosa oleh rekan kerja Appa yang sering berkunjung ke rumah..Hiks..Hiks..Choi Siwon Ahjussi yang melakukannya..Hiks..”

DEG.

Hangeng membulatkan kedua mata sipitnya.
Ia terduduk tidak percaya di atas sofa.
Hatinya terasa sakit.
Ia benar-benar tidak menyangka dengan apa yang telah dikatakan Junsu barusan.

Siwon? Namja yang sangat dipercayai olehnya itu?
Benarkah?

  “Hiks..Joongie Hyung mengalami trauma berat waktu itu..Ia mulai menutup dirinya dari orang-orang..Hiks..Ia tidak berani memberitahu Appa karena ia tahu Appa tidak akan percaya..Hiks..”

  “T-Tapi..”

  “Waktu itu Joongie Hyung bersyukur ia tidak hamil karena Siwon Ahjussi menggunakan pengaman..Hiks..Tapi..Tapi kali ini..Hiks..Namja bejat yang telah menodai Joongie Hyung untuk yang kedua kalinya meninggalkan benihnya..Joongie Hyung hamil..Hiks..”

Hangeng shock.
Ia bahkan tidak dapat berkata-kata lagi.
Semua penjelasan Junsu menghujam dirinya ratusan kali.
Gosh.
Jadi putranya diperkosa?
Dua kali? Dan ia hamil?

Bagaimana bisa ia tidak mengetahui hal itu?
Bagaimana bisa ia mengacuhkan keadaan putranya yang mungkin sangat tertekan saat itu?

Yunho yang sejak tadi bungkam kini memilih untuk melangkahkan kakinya meninggalkan kediaman Kim tersebut.
Benaknya berkecamuk.
Pikirannya runyam.

Ia sama sekali tidak menyangka kalau Jaejoong akan hamil.
Dan itu adalah anaknya.

Pantas saja Jaejoong menghilang selama beberapa bulan terakhir ini.

  “Changmin, aku ingin kau mencari tahu dimana keberadaan Kim Jaejoong saat ini” Ucap Yunho setelah memasuki mobilnya.

Changmin mengangguk patuh.
Ia segera menjalankan mobil tersebut.

  “Dan aku ingin kau membunuh namja bernama Choi Siwon dengan menyiksanya terlebih dahulu, ia pantas mati karena perbuatan bejatnya”

Huh.
Pantas mati? Karena perbuatan bejatnya?
Tidakkah kau bercermin, Jung Yunho?

Kau bahkan melakukan hal yang lebih buruk dari pada namja itu.
Kau membuat Jaejoong dua kali lipat lebih menderita.
Dan kau juga pantas mati karenanya.


-------


TAP TAP TAP.

Suara derap langkah kaki yang terdengar santai itu mengisi rumah sederhana tersebut.
Tampak sesosok namja cantik dengan dress hamilnya yang selutut berjalan menuju dapur seraya memeluk bungkus kertas yang berisi daftar belanjaannya untuk minggu ini.
Ia meletakkan bungkusan tersebut di atas konter dapur dan bersenandung pelan seraya membuka pintu kulkas.

Hmm.

Ia akan membuat lasagna kacang untuk Ren yang telah menyarankannya menggunakan pakaian ini selama ia hamil.
Walaupun ia sedikit risih karena ini adalah pakaian wanita, tapi tetap saja ia harus beterima kasih karena perutnya tidak terasa sesak lagi seperti ia memakai celana.

Jaejoong mengeluarkan sekotak kacang dari kulkas dan menghancurkannya menggunakan pisau.
Ia tersenyum kecut seraya melakukan aktifitasnya.
Sudah hampir setahun ia menghilang dari masa lalunya yang kelam.
Terkadang ia penasaran bagaimana adiknya sekarang ini.

Tidak lama lagi Junsunya akan lulus dan melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi anitji?
Namja imut itu bisa meneruskan cita-citanya untuk berkuliah sejak dulu.

  “Tapi bukan berarti Umma membencimu” Gumam Jaejoong seraya menepuk lembut perutnya.

Namja cantik itu masih mempertahankan benih Yunho yang hidup di dalam dirinya sampai saat ini.
Ia menjaganya dengan sangat baik.
Aish, masa-masa kehamilannya menjelang bulan muda benar-benar seakan mimpi buruk untuknya.

Ia merinding jika harus mengingat hal itu lagi.

Namja cantik itu menyusun telur di lemari kulkas sementara menunggu lasagnanya matang di dalam oven. Jaejoong tersenyum kecil.
Ia tidak menyesal sudah memutuskan untuk tinggal di Nami Island ini sendirian.
Nyatanya ia mendapatkan orang-orang baru yang ramah di lingkungannya.

Jaejoong segera mengeluarkan lasagna kacang lezatnya dari dalam oven.
Ia menaruhnya di atas piring dan menutupnya dengan penutup berjaring.
Kemudian ia beranjak keluar rumah.

  “Omo, Jaejoongie~!”

Sosok cantik yang sedang menyiram bunga di halaman rumah kecilnya terkejut mendapati Jaejoong yang berdiri di depan pintu pagar.
Namja cantik itu tersenyum manis dan menghampiri tetangganya.

  “Jja, Minki ah, ini untukmu” Ucap Jaejoong tertawa.

  “Yah, berapa kali harus kukatakan? Panggil aku Ren! Nama itu terdengar jelek!” Protes Ren kesal.

Jaejoong menaikkan alisnya.

  “Tapi bayiku menyukainya, Minki ah” Ujar Jaejoong mempoutkan bibir ranumnya.

Ren mendesah pendek seraya memutarkan bola matanya.

  “Terus saja menggunakan bayimu untuk menutupi alasan klisemu, nanti ia akan menjadi lebih pintar darimu”

  “Hyah, jangan menakutiku, Minki ah!”

  “Ren! Dan berikan lasagna kacang itu padaku!”

Jaejoong tertawa renyah.
Ia menepuk lengan namja berambut blonde itu dan membantunya menyiram bunga.

  “Sudah lama aku tidak tertawa seperti ini, kau sangat mirip dengan adikku”

  “Aku jadi ingin bertemu dengan Junsu”

  “Kalian pasti akan sangat berisik kalau hal itu terjadi”

Ren terkekeh.
Ia mencolek permukaan lasagnanya yang lembut dan mengeluh lezat ketika merasakannya di lidah.

  “Aku akan mengambil sendok dan segera melahapnya, Joongie ah, chakkaman nee~!” Ujar Ren seraya berlari memasuki rumahnya.

Meninggalkan Jaejoong yang kini menggeleng pelan.
Ia tersenyum manis seraya mengusap perutnya dengan satu tangan.

Ia tidak menyesal tidak menuruti kemauan Junsu agar menggugurkan anak ini.
Jaejoong menyayanginya.
Dan Jaejoong tahu kalau ia sanggup bertahan sampai detik ini karena anaknya.

Anak Yunho..

Uh.
Jaejoong segera menyeka air matanya yang menetes tanpa sadar.
Ia menghembuskan nafas panjang setiap kali mengingat namja tampan itu.

Yunho yang menyimpan dendam padanya.
Yunho yang berbuat kasar padanya.
Yunho yang tidak pernah bersikap manis kepadanya.

  “Namja brengsek sepertinya tidak pantas untuk ditangisi, apa lagi dirindukan”

DEG.

Jaejoong terkejut.
Ia segera menoleh dan mendapati Ren yang kini menjilati sendoknya di samping Jaejoong.
Namja berambut blonde itu meraih sebuah kursi kayu dan duduk di sana melahap lasagna kacang lezatnya.
Well, Jaejoong memang tidak menutupi apa pun dari tetangganya yang cerewet ini.
Dan hanya Ren yang tahu cerita sebenarnya tentang segala yang terjadi pada hidupnya sebelum ia pindah ke pulau ini.

  “Tapi aku---”

  “Kau mencintainya, aku tahu”

  “Dan aku----”

  “Kau membencinya disaat yang bersamaan, aku juga tahu”

  “Aish, Choi Minki! Bagaimana kau bisa tahu?”

  “Aku sudah cukup mengenalmu, Kim Jaejoong, oh ya, ngomong-ngomong, lasagna ini terasa lebih lembut dari yang sebelumnya”

  “Aku mendiamkannya dua menit lebih lama di oven”

  “Teruskan, aku suka yang seperti ini”

Jaejoong mengangguk.
Ia tersenyum kecil dan kembali menyirami bunga-bunga milik Ren.


-------


Junsu mendesah pendek seraya menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi.
Ia melepaskan pensil yang digenggamnya sejak tadi.
Bel pulang sudah berbunyi.
Kelasnya juga tampak sepi.

  “Kka Suie, kita pulang sekarang”

Junsu mengangkat wajahnya.
Menatap sahabat yang kini merangkap menjadi kekasihnya, Park Yoochun.

  “Ne, sebentar lagi” Gumam Junsu malas.

Eoh?

Namja chubby itu mengerutkan dahinya.
Ia mendudukkan dirinya di hadapan Junsu dan menatap wajah imut itu.

  “Waeyo? Ada masalah?”

  “Aku hanya tidak ingin bertemu dengan Appa dan mendengar ungkapan-ungkapan penyesalannya terhadap Hyungku, Chun ah”

  “Junsu”

  “Aku masih marah padanya, Chunnie, ia gagal menjadi seorang Appa!”

Yoochun tidak mendebat lagi.
Ia hanya diam seraya mengusap lembut punggung tangan kekasihnya.

  “Aku sudah meminta bantuan Jonghyun dan Jungsoo Ahjussi untuk menemukan keberadaan Hyungku..Aku tahu ia akan segera menghubungiku begitu kita lulus sekolah..Tapi aku benar-benar merindukannya saat ini” Cerocos Junsu lesu.

Yoochun mengangguk.
Ia tersenyum.

  “Lalu, kau ingin masuk Universitas mana setelah lulus nanti?”

Junsu menatap jengah namja chubby itu.
Aish.
Yoochun mengalihkan pembicaraan.

  “Nee, kurasa aku akan mendaftar di Universitas Jounant saja”

  “Bagus, aku juga berencana mengambil kelas di sana”

  “Hmm”

  “Aku serius, Junsuie, kau tidak percaya huh?”

Junsu mengindikkan bahunya.
Ia sedang malas meladeni sikap usil kekasihnya.
Namja imut itu lebih memilih kembali melamun dan membayangkan seperti apa sosok Hyungnya saat ini.

Ia sedang hamil.

Ia pasti terlihat sangat lucu dengan perutnya yang besar dan gerutuan manjanya yang menggemaskan.

  “Junsu”

  “Mmm”

  “Aku akan menemukan Joongie Hyung untukmu, I swear” Desis Yoochun lembut.

Junsu mendesah pendek sekali lagi.
Ia mengangguk dan memutuskan untuk merapikan barang-baarangnya di atas meja.
Huh.
Dalam hati bergumam.
Kalau saja kau bisa menemukannya. Ia seakan hilang ditelan bumi.

  “Apa yang akan kau lakukan setelah ini?”

  “Maksudmu?”

  “Maksudku, apa yang akan kau lakukan pada namja itu, Jung Yunho?”

  “Hah?”

  “Dia sudah tahu kalau Hyungmu mengandung anaknya, dan dia juga tahu mengenai perasaan Joongie Hyung padanya”

Aish.
Junsu merasakan tengkuknya merinding.
Ia menyipitkan matanya menatap Yoochun.

  “Entahlah, aku hanya berharap kau bisa menepati janjimu sebelum ia yang lebih dulu bertemu dengan Hyungku..”

Yoochun menaikkan alisnya.

  “Aku tahu namja brengsek itu tidak akan berhenti begitu saja sampai Hyungku benar-benar tidak berdaya lagi Chun ah..Aku tidak ingin ia kembali menyiksa Hyungku dan membuatnya semakin menderita”

Yoochun mengangguk mengerti sekarang.
Ia tersenyum kecil dan memeluk bahu Junsu seraya mengguncang pelan tubuhnya.

  “Kau tenang saja, aku pasti berhasil”

  “Hmm..Kuharap juga begitu”

  “Hei, bagaimana kalau malam ini kau menginap saja di rumahku? Kita belajar bersama, aku yakin ujian masuk Jounant University sangat sulit”

  “Mm, ide bagus”

Yoochun terkekeh.
Ia mengangguk dan menggiring Junsu menuju mobilnya di parkiran sekolah.

TBC :D

2 komentar:

  1. Akhirnya update. . gomawo ne. .


    Kmren merasa sesak. soalnya jaejong amat mendrita. . stdkny ia dah sdkit baik. .

    klo bleh request. . stlah crita ini selesai. . sesekali genre fantasy ne. .


    sekali lagi. gomawo. .

    BalasHapus
  2. Apaaaa iniiii,,hueeee.. lagi.. lagi,, lagi,,
    Kurang panjang,, T_T
    Hehe..
    Lanjut yaaaa^-^

    BalasHapus