This zone is only YunJae Fanfictions and this is our world

Senin, 10 Desember 2012

FF/YAOI/YUNJAE/CHAPTER/MEMORIES/PART 1


Tittle: MEMORIES

Genre: YAOI

Author: Shella Rizal a.k.a Park Sooji

Cast: Yunjae and other

Length: CHAPTER

Rating: family-incest-romance-hurt-angst-friendship-keliling kawah bareng uchun


WARNING: BOY x BOY! Yg ga suka YAOI mending cabut aja dari sini, cos author Cinta damai~
*kibar2 kutang Jae umma*

CAUTION: JUNG JAEHO DAN JUNG JUNHON MILIK AUTHOR SETANGKAI!


-------


  Jika kau dihadapkan kembali dengan kenangan terburuk yang pernah hadir di dalam hidupmu, apa yang akan kau lakukan?

.
.
.

  Aku memilih untuk lari..


PART 1.

Sesosok namja cantik itu tampak sedang duduk di kursi tunggu bandara Incheon.
Mata beningnya tidak berhenti bergerak gelisah.
Memandangi orang-orang yang berlalu lalang di sekitarnya.
Jaejoong menghembuskan nafas pendek.

Jemarinya bergetar pelan mencengkram tiket pesawat menuju Jepang itu.
Kedua lututnya terlihat bergerak naik turun dalam tempo cepat.

Jaejoong sedang menunggu seseorang.

  “Yunnie ah, eodisseo?”

Jaejoong bergumam pelan.
Ia mendongakkan wajah cantiknya menatap papan pengunguman jam penerbangan di atas sana.
Sebentar lagi pesawat menuju Jepang akan take off.
Aish.


KLEP!


Jaejoong meraih ponselnya kasar.
Ia memencet sederet angka-angka yang sudah terhapal di luar kepalanya.
Jemarinya terlihat bergetar gugup.
Dan saat ia hendak menekan tombol call, sebuah telepon dari Yoochun berdering keras.
Jaejoong sampai terkejut.

  “Ne Yoochun ah? Waeyo?” Tanya Jaejoong tidak sabar.

Gosh, ia harus segera menghubungi Yunho sekarang juga.

  Jae, kau dimana?

  “Memangnya kenapa? Rumahku kosong!”

  Aku serius, Kim Jaejoong, kau dimana sekarang?

  “Aish, bukan urusanmu Chun ah, aku---”

  Kenapa kau tidak menghentikan semua ini?

  “Mwo? Apa maksudmu?”

  Aku pikir kau mencintai Yunho, Joongie ah


DEG.


Mata bening Jaejoong bergerak cepat.
Apa maksudnya?
Namja cantik itu mengerutkan dahinya.

  “Park Yoochun! Apa yang---”

  Yunho baru saja selesai mengucapkan sumpahnya, ia resmi menjadi Suami dari Kim Yorin sekarang


DEG.


Jaejoong terdiam.
Jantungnya berdegup sangat kencang.
Jemarinya bergetar pelan.


BRAKK!


Ponsel touch itu terjatuh dari genggamannya.
Bibirnya bergetar hebat.
Perlahan mata beningnya menggenangkan air mata yang memanas.
Jatuh mengalir membasahi pipinya.
Jaejoong mengerjapkan matanya tidak percaya.

Apa?

Apa?

Suami?
Menikah?
Kim Yorin?

Jaejoong berteriak lantang seakan meluapkan emosinya.
Ia berlutut di lantai seraya menutup wajah cantiknya dengan kedua telapak tangannya.
Mengacuhkan orang-orang yang melihat ke arahnya.

Tangisnya tumpah.

Ia seakan orang bodoh.
Jaejoong meringis sakit.
Perih.
Ini menghujam.

Bahkan kata brengsek tidak pantas untuk namja tampan itu.

Yunho pembohong!!

Jaejoong menggigit bibir bawahnya berusaha meredam isak tangisnya yang menyedihkan.
Mengingat bahwa seharusnya Yunho sudah menemuinya disini.
Namja tampan itu sudah berjanji kepadanya!
Bahwa mereka akan kabur diam-diam ke Jepang bersama dan menghindari acara pernikahan yang diadakan Mrs. Jung untuk putra kesayangannya!
Jaejoong bahkan sudah terlebih dahulu menjual rumah mungilnya karena ia tidak akan pernah kembali lagi ke negeri ini!!

Tapi apa?

YUNHO MEMBOHONGINYA!

Dua jam ia menunggu kehadiran namja tampan itu di sini.
Dua jam ia berharap akan kehadiran namja tampan itu di sini.
Dua jam ia gelisah untuk kehadiran namja tampan itu di sini.

  “Hiks..Hiks..”

Jaejoong terus terisak miris.
Tenggorokannya tercekat.
Ia tidak bisa membayangkan kekasihnya yang mengucapkan sumpah di gereja selama ia menunggu namja tampan itu dengan sia-sia.
Namja cantik itu terkekeh miris.
Ia seperti orang paling bodoh di dunia.


DDRRRTT…DDRRTTT…


Jaejoong mengangkat wajahnya.
Melirik ponselnya yang bergetar pelan di lantai berkeramik putih itu.
Walau penglihatannya masih mengabur akibat genangan air mata, ia masih bisa mengenali tulisan apa yang muncul di layar ponselnya.
Junsu menelepon.

  “N-Ne Junsu ah” Sahut Jaejoong pelan.

Ia mengusapi air matanya.
Jujur, ia sama sekali tidak ingin menjawab telepon itu sekarang.
Tapi tubuhnya tidak satu dengan pikirannya.
Jemarinya sudah lebih dulu meraih benda elektronik itu.

  Hiks..Hiks..Kau di-dimana Hyung?

Jaejoong mengerutkan dahinya.
Kenapa adik kecilnya menangis?
Ada apa?
Apakah Junsu ikut merasa sedih karena Yunho yang telah mengkhianati dirinya?
Tapi tidak ada satu pun dari mereka yang tahu tentang keberangkatannya dan Yunho hari ini!

  Hyung..Hiks..Hiks..

  “Ju-Junchan, waeyo?”

  Uri Umma..Hiks..Uri Umma sudah meninggal Hyung..Hiks..Ia terus memanggil namamu sejak tadi..Hiks..Tapi aku tidak bisa menghubungimu..Hiks..Hiks..


DEGG.


Jaejoong terdiam.
Tetes bening itu kembali jatuh.
Mengalir membasahi pipinya yang sudah basah.
Mata beningnya bergerak pelan.
Memandang kosong apa yang ada di hadapannya.

Waktu seakan berhenti.

  Miss? Kau baik-baik saja?”

Security Incheon itu mengerutkan dahinya.
Ia dan orang-orang di sekitar berhenti di tempat memandangi namja cantik itu.

Jaejoong merasakan tenggorokannya tercekat.
Sesak.
Ia lupa bagaimana caranya bernafas.

Satu-satunya yang ia ingat adalah, semuanya terasa gelap.

Jaejoong tidak tahu harus berkata apa saat itu.
Ummanya meninggal setelah berjuang melawan kanker paru-parunya.
Yunho menikahi gadis lain tanpa sepengetahuannya.

Bahkan ia belum sempat memberitahu salah satu dari mereka bahwa di saat yang bersamaan, ia telah mengandung anak dari pewaris tunggal keluarga Jung itu.


-------


Tokyo, Jepang.
7 tahun kemudian.


PIP PIP PIP PIIIPPPP----


TREK!


Kkhhh.
Namja cantik itu mendesah panjang.
Ia mematikan jam bekernya yang berbentuk hello kitty.
Jaejoong membuka mata beningnya sempurna.
Mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan.

Ah, apertement mewahnya sendiri.
Hasil kerja kerasnya selama bertahun-tahun dari sebuah café elegan miliknya.

Hmp.
Jaejoong mengulas senyum kecutnya.
Ia memijat pelipisnya yang terasa lengket dan lembab akibat keringat yang mengalir.
Oh shit.

Kenapa mimpi itu terus menghantui dirinya?
Ia tidak bisa berhenti memimpikan kejadian paling memuakkan yang pernah ada di dalam hidupnya.
Jaejoong pusing.
Ia benar-benar tidak ingin mengingat hal itu lagi.

Hari dimana hidupnya hancur.
Hari dimana perasaannya tercerai berai.
Hari dimana hatinya redup.


BRAKK!


Jaejoong tertegun.
Sontak ia mengangkat wajahnya dan menoleh ke arah pintu.
Menatap sepasang namja berwajah sama dengan pedang berwarna milik mereka.

  “Hyung lawan monsternya! Hon akan menyelamatkan uri Umma! HIYYAATT!!”

Eoh?

Jaejoong menaikkan alisnya.
Terkekeh geli melihat aksi kedua putra mungilnya.
Namja almond itu mengayunkan pedang mainannya ke udara sambil memundurkan langkahnya gesit.
Seolah memang benar bahwa ia sedang bertarung dengan monster raksasa.

Sementara itu Junhon sudah melompat ke atas ranjang Jaejoong dan memeluk namja cantik itu erat.
Jaejoong tertawa kecil.
Kedua putranya masih memakai piyama dengan rambut yang acak-acakan.
Baru bangun tidur hm?

  “Umma  gwenchana?” Tanya Jaeho setelah menyusul adiknya ke atas ranjang.

Jaejoong masih tertawa.
Ia mengangguk dan memeluk putra tertuanya itu.
Membuat Jaeho melempar pedangnya ke lantai.

  “Umma tenang saja, monsternya sudah mati~!” Ujar Junhon tersenyum manis.

Membuat Jaejoong merasa gemas dan mencubit pipi gembul namja cherry itu.

  “Bagaimana Umma bisa tenang kalau setiap pagi monsternya kembali hidup hm?” Gumam Jaejoong lembut.

Jaeho dan Junhon tertawa kompak.
Mereka memilih untuk tidak menyahut perkataan Jaejoong.

  “Umma, uri songsaenim sudah memberitahu Umma ania? Kami berdua mendapatkan beasiswa sekolah musik di Seoul~!” Jerit Jaeho senang.

Ia tersenyum bahagia.
Membuat mata musangnya tampak menyipit lucu.
Jaejoong mengangguk.
Ia tersenyum miris diam-diam.

Shit.

Dari sekian banyak siswa di sekolah itu, kenapa harus kedua putranya yang mendapatkan beasiswa?
Jaejoong bisa saja menolak beasiswa itu.
Tapi sepertinya kedua little Jung ini sangat antusias akan negeri dimana seharusnya mereka berada.

  “Umma tidak ke café?” Tanya Junhon mengernyitkan dahinya.

Ah.

Jaejoong tersentak kaget.
Lamunannya buyar seketika.
Namja cantik itu mengangguk.
Ia mengecup kedua dahi putranya dan beranjak turun ke dapur.
Sementara kedua namja kembar itu sudah berlari menuju kamar mandi.


-------


  “UMMAAAA! AWAASS! ADA TIKUS BERSAYAP DI SANAAA!”


TAPP!


Junhon dan Jaeho melompat bersama pedang mainan mereka.
Berlari ke arah kaki Jaejoong dan menusuk-nusuk udara kosong dengan pedang.
Membuat Jaejoong kembali terkekeh geli memandang aksi kedua putranya.

Ah, suasana apertement ini terasa hidup dengan adanya ocehan dari mereka berdua.
Jaejoong terkadang merasa kagum dengan imajinasi putranya yang tidak pernah ada habisnya.

  “Kami berhasil menyelamatkan kaki Umma yang indah hari ini~ Minta sarapan!” Jerit keduanya.

Jaejoong mengangguk dengan tawanya.
Ia meletakkan dua mangkuk sereal di atas meja.
Bersama segelas susu di sampingnya.
Namja kembar itu segera menaiki kursi dan menyendok sarapan mereka.

  “Cepat habiskan nee, Umma harus segera ke café setelah ini” Ujar Jaejoong pelan.

Jaeho mengerutkan dahinya.

  “Hari ini adalah hari kebalikan, Umma!” Ujarnya.

Jaejoong kembali tersenyum.
Ia mengangguk dan mengulang perkataannya dengan kalimat yang berbeda.

  “Habiskan dengan lama nee, Umma tidak ke café hari ini”

Jaeho dan Junhon terkikik bersama.
Mereka saling melirik dan mengunyah sereal gandum rasa cokelat itu.

  “Umma, uri Appa kapan kembalinya?” Tanya dua namja itu kompak.


DEG.


Jaejoong terdiam.
Mata beningnya bergerak pelan.
Ia baru saja akan menyahut seperti biasa.
Tapi mengingat barusan Jaeho memberitahunya kalau ia harus ikut dalam permainan konyol mereka, namja cantik itu mengulas senyum kecutnya.

  “Uri Appa akan segera kembali dari tugasnya di luar negeri” Ujar Jaejoong terpaksa.

Jaeho dan Junhon ber-toss ria.
Mereka meneguk susu masing-masing dan melompat dari kursi.
Jaejoong segera mengambil mangkuk-mangkuk itu dan mencucinya dengan cepat.
Setelah itu ia meraih kunci mobilnya dan memanaskan mesin Lambhorgini berwarna abu-abu itu.


BLAM!


Jaeho dan Junhon sudah duduk di kursi belakang.
Mereka membuka buku masing-masing dan mulai menghafal apa yang mereka baca disana.
Well, Jaejoong memang menyuruh mereka melakukannya setiap pagi.
Disaat ingatan keduanya masih segar.

  Good artinya bagus, God artinya Tuhan, Mom artinya ibu”

Senyum manis Jaejoong terulas tanpa sadar mendengar ocehan Junhon di belakang sana.
Ia melajukan mobilnya pelan.
Hari ini hari minggu.
Jadi Jaeho dan Junhon akan mengikutinya ke café sampai sore.

  Buftiful artinya cantik”

  Beautiful, Jung Jaeho, kau salah mengucapkannya sayang”

Jaeho meringis.
Ia mengangguk dan kembali menghafal.

Mata bening Jaejoong bergerak melihat tempat parkir di samping café miliknya.
Ia menghentikan mobil mewahnya dan membukakan pintu untuk namja kembar itu.
Jaeho dan Junhon segera menggenggam kedua tangan Ummanya.
Mereka berjalan bersama Jaejoong memasuki café itu.


KLING KLING~


  “Selamat datang~”

Jaejoong tersenyum kepada pelayan yang ber-name tag Lee Yunji itu.
Ia melepas genggaman pada kedua jemari mungil putranya dan beranjak menuju dapur.

  “Semuanya baik-baik saja?” Tanya Jaejoong pelan.

Para Chef muda itu mengangguk mantap.
Membuat Jaejoong tersenyum manis dan melirik interior café-nya yang terkesan santai dan elegan di saat yang bersamaan.

  “Joongie-san, kau serius akan meninggalkan La Pomme?”

Jaejoong menoleh ke belakang.
Menatap karyawannya yang sudah berkumpul di sana.

Omo.

  “Siapa bilang? Aku masih bersama café ini” Sahutnya lembut.

Lee SeoHea meringis.
Ia menatap sendu namja cantik itu.
Ah, bagi mereka Jaejoong sudah seperti Umma kedua disini.

  “Tapi kau akan pindah ke Seoul! Aku akan sangat merindukan teriakan panikmu saat Taemin menghanguskan kentang gorengnyaa! Hountouniiii~!” Jerit yeoja berkacamata itu.

  “Aku memang pindah ke Seoul, SeoHea-ah, tapi aku akan mengunjungi kalian sesekali nantinya” Ucap Jaejoong masih tersenyum.

Mereka semua mulai terisak sedih.
Membuat Jaejoong tidak sanggup menahan air matanya lagi.
Jeongmall.
Kalau bisa, ia tidak ingin menginjakkan kaki lagi di negeri ginseng itu.
Tapi ia tidak sanggup mengecewakan kedua putranya.

Jaeho dan Junhon sudah lama menantikan hari keberangkatan mereka menuju Seoul.


-------


  “Ahhhh~!”

Jaejoong merebahkan tubuhnya di atas ranjang seraya menggeram lirih.
Kedua mata beningnya terpejam puas.
Punggungnya terasa pegal setelah mengatur barang-barang pindahan mereka ke apertement ini.
Namja cantik itu memutuskan untuk tidur sekarang.


BRAKK!


Jaejoong terlonjak kaget.
Mata beningnya sontak terbuka lebar.
Ia menoleh menatap adik kecilnya yang berwajah imut itu.

  “HYUUUUNNGGGGG!!”

  “WWUUAAAA!!”

Jaejoong berteriak ngeri.
Ia segera berguling menjauh ketika Junsu melompat ke arahnya.
Namja imut itu segera bangkit dan beringsut memeluk Hyung cantiknya.

  “Kau jahat! 8 tahun kau tinggal di Jepang dan kau sama sekali tidak pernah mengunjungiku! Kau lupa padaku! Bahkan disaat keponakanmu lahir kau tidak melihatnyaaa!” Cerocos Junsu kesal.

Jaejoong tersenyum kecil.
Ia menepuk lembut kepala namja imut itu.
Junsu melepas pelukannya dan menatap dalam wajah cantik itu.

  “Kau semakin cantik, Hyung” Bisik Junsu tersenyum tulus.

Jaejoong melotot.

  “AKU TAMPAN, KIM JUNSU!” Jeritnya histeris.

  “Dan kau sama sekali tidak berubah! HAHAHAHA” Tawa namja imut itu geli.

Jaejoong menggeleng seraya menghela nafasnya.
Aigoo.
Junsu memang moodmaker.

  “Kau belum bertemu Yoochunnieku kan? Hihihi~”

  “Aish, sejak kapan kau centil seperti ini eoh?”

  “Suamiku itu sangat tampan dan chubby, awas saja kalau kau jatuh cinta padanya!”

  “Kau gila? Namja itu berdahi lebar!”

  “Hyung!”

Jaejoong tertawa geli.
Ia mencubit gemas pipi Junsu yang menggembung.
Ah, kebiasaan mereka sama untuk yang satu ini.
Selalu menggembungkan pipi dan mengerucutkan bibir ketika kesal.

Benar-benar kontras.

  “Hyung”

  “Hmm?”

  “Apa kau masih ingat dengan Yunho?”


DEG.


Jaejoong mencengkram kedua jemarinya di seprai.
Mendadak hatinya berdenyut ketika ia mendengar nama itu.
Mata beningnya bergerak pelan menatap lantai.

  “Semua orang masih bertanya-tanya kenapa ia dan istrinya belum memiliki seorang anak pun selama 7 tahun pernikahan mereka berlangsung” Ujar Junsu pelan.

Jaejoong tidak bergeming.
Hatinya masih membekaskan rasa sakit sampai sekarang.

  “Beberapa hari yang lalu Yoochun menemui Yunho di kantornya karena mereka mengadakan rapat gabungan perusahaan..Yoochun menanyakan apa yang terjadi”

  “Hentikan, Kim Junsu”

  “Ia masih mencintaimu Hyung..Yunho mengharapkanmu kembali padanya”

  “…”

  “Hyung”

  “…”

Junsu hendak memanggil Jaejoong sekali lagi.
Namun suaranya tenggelam saat mata sipitnya memandang tetesan bening yang mengalir membasahi pipi namja cantik itu.
Junsu tertegun.
Jaejoong menoleh ke arahnya.

Menatap tajam mata sipit adiknya.

  “Ia mengkhianatiku, Junsu..Ia telah membuatku memiliki penyesalan terbesar yang pernah ada di dalam hidupku, Umma meninggal menyebut namaku dan aku tidak berada di sampingnya karena namja brengsek itu..” Desis Jaejoong tajam.

Junsu terdiam.

  “Aku menunggunya selama dua jam dengan penuh harap, tapi ia telah menikah dengan yeoja itu..”

  “…”

  “Dan apa kau tahu? Aku mengandung anaknya di hari yang bersamaan!! Apa kau tahu betapa sakitnya hatiku?! Perasaanku hancur, Kim Junsu! Yunho merusaknya!!”

Junsu merasakan matanya panas.
Memandang Jaejoong yang menumpahkan tangisannya.
Namja cantik itu benar-benar terlihat menyedihkan.
Segala dinding yang ia bangun hanya untuk menyembunyikan kerapuhannya selama ini telah runtuh.

  “Hiks..Hiks..”

  “Hyung..Maafkan aku..Hiks..”

Junsu ikut terisak.
Ia memeluk Jaejoong dengan sayang.
Mengusap punggung namja cantik itu perlahan.
Berusaha menenangkannya.

  “Junsu ah..Hiks..Berjanjilah kepadaku, bahwa kau tidak akan pernah mempertemukan namja brengsek itu dengan kedua putraku, dalam keadaan apa pun!” Bisik Jaejoong tegas.

Junsu mengerjapkan matanya.

  “Hyung..Bagaimana pun juga ia adalah Appa mereka..Hiks..”

  “Aku tidak peduli! Ia bukan Appa mereka! Jaeho dan Junhon tidak memiliki seorang Appa! Mereka hanya punya Umma, Junsu ah..Hiks..Hiks..”

  “Aku janji Hyung..”

Kedua kakak beradik itu terus menangis menumpahkan perasaan mereka.
Jaejoong terlihat begitu menyedihkan.

Mereka berdua tidak menyadari, kalau kedua namja berwajah sama itu telah mencuri dengar sejak tadi.

Jaeho dan Junhon saling bertatapan satu sama lain.


TBC.

:D

3 komentar:

  1. sukaaaa bgt eon...tp angst ny jgn berlebihan ya...suka ny kalo jae always hepi aja...sedih bgt kemaren pas baca untitled,,

    BalasHapus
  2. annyeong saeng..:D
    ketemu d blog ni..hahag
    kok ak gak pernah baca yg ff ini ya?
    apa udah lama d fb?:O
    tapi suka...
    sekali lagi liat babeh jadi namja brengsek...wkwk *anak durhaka*><
    si kembar udah tahu tuh...pasti deh gak akan tinggal diam...hmmm
    post lagi saeng..:D

    BalasHapus
  3. haloo eonnie~~
    wah angst.nya dapet banget bikin aku pengen nabok Yunho hehehe..
    lanjut ya eonnie.. konflik sih oke tapi Jaejung jangan disiksa terlalu lama ya :3
    semangaaatt!!!

    BalasHapus