“Jika
kau dihadapkan kembali dengan kenangan terburuk yang pernah hadir di dalam
hidupmu, apa yang akan kau lakukan?”
.
.
.
“Aku
memilih untuk lari..”
PART 2.
“Umma janji akan menjemput kami ania?”
Jung Junhon mengerutkan
dahinya takut.
Hmp, sepertinya namja cherry
ini sangat gugup menghadapi sekolah barunya ania?
“Tentu sayang, cha, Jae ah, jaga adikmu nee”
Ucap Jaejoong seraya mengecup lembut pipi kedua putranya.
Jaeho mengacungkan jempol
mungilnya dan segera menarik tangan adiknya masuk ke dalam gerbang sekolah.
Meninggalkan Jaejoong yang
sudah beranjak masuk ke dalam Lambhorgini-nya.
Namja cherry itu menggenggam
erat jemari mungil milik Hyung kembarnya.
Oh well.
Tidak ada yang berwajah sama
di sekolah ini selain mereka kau tahu itu hmm?
“Anyeong haseyo, songsaenim” Sapa Jaeho
menundukkan wajahnya.
Membuat yeoja berambut
panjang itu menaikkan alisnya.
Omoo~
“Jung Jaeho ania? Kalian datang tepat waktu”
Ujar songsaenim itu.
Jaeho tersenyum kecil.
Ia melirik adiknya yang
menyembunyikan diri di balik punggungnya.
“Dan ini pasti si kecil Junhon~ Sekolah
kalian yang lama sudah mengirimkan data mengenai kalian” Ucap yeoja itu seraya
mencubit gemas pipi gembul Junhon.
Jaeho memicingkan matanya
tajam.
Ia segera menarik lengan
Junhon kasar dan mengerutkan dahinya menatap songsaenim itu.
Membuat yeoja berambut
panjang itu tertegun sejenak.
“Namaku Kim Eunhye, kka” Potong yeoja itu
cepat.
Seolah menyembunyikan rasa kagetnya.
Oh well.
Ia tahu apa yang barusan
itu.
Jaeho tidak senang adiknya
disentuh.
Ck~
GREK.
Pintu geser itu terbuka
tegas.
Membuat seluruh siswa siswi
yang ada segera duduk di kursi masing-masing.
Mengerjapkan mata mereka
menatap Jaeho dan Junhon yang berdiri di samping sang songsaenim.
“Hari ini kelas kita kedatangan murid baru,
mereka adalah siswa yang mendapatkan beasiswa musik dari Seika Gakuen di
Jepang” Ujar Eunhye.
“Whoooaa~!”
Seluruh murid mulai riuh.
Mereka menatap kagum Jaeho
dan Junhon yang masih berdiri di sana.
Well, siapa yang tidak tahu
beasiswa musik itu eoh?
DongBang Elementary School
ter-elit ini merupakan pemasok para calon musisi hebat di Seoul.
Dan mendapatkan beasiswa
khusus itu benar-benar hal yang sangat luar biasa bagi para penghuni sekolah.
“Kka, bertemanlah yang baik nee” Ujar
songsaenim berambut panjang itu.
Seluruh murid mengangguk
patuh.
Mereka tersenyum manis.
Jaeho dan Junhon segera
menuju kursi yang ada di bagian tengah sedikit dekat dengan dinding.
Suara pintu tertutup
terdengar jelas.
Eunhye sudah keluar dari
kelas mereka.
GREKK!
Para penghuni kelas segera
beranjak dari kursi masing-masing.
Menyerbu dua namja berwajah
sama itu.
“Namaku Fany Fany~! Apa kalian benar-benar
kembar?”
“Aku Chansung~! Dan aku adalah ketua kelas
disini”
“Hei, bagaimana caranya kalian mendapatkan
beasiswa itu secara bersamaan?”
“Kalian dari Jepang kan? Pernah berdoa di
kuil Higashi ania?”
Jaeho dan Junhon masih diam
sejak tadi.
Belum menanggapi berbagai
pertanyaan yang dilontarkan anak-anak sekelas.
Junhon hanya tersenyum
kecil.
Sementara Jaeho mulai
terkekeh geli.
Aigoo.
Ia benar-benar tidak
menyangka anak-anak Korea sangat ramah.
“Namaku Jung Jaeho, dan ini adikku, Jung
Junhon” Ujar Jaeho tersenyum.
Seluruh kelas kembali heboh.
Namun suasana mendadak
hening saat Jaeho memicingkan mata musangnya tajam.
“Dan siapa pun yang berani menyentuh adikku,
ia adalah orang yang paling tidak beruntung sedunia!”
“Oh wow, ada brother complex di kelas kita ternyata~”
Jaeho menaikkan alisnya.
Mengikuti arah pandang satu
kelas.
Menatap sesosok yeoja manis
berambut ikal.
Ia memangku tangannya seraya
tersenyum geli.
“Kau tahu apa artinya kan, Tuan Jung?” Tanya
yeoja ikal itu tersenyum remeh.
Cih.
Jaeho menggertakkan giginya.
“Kau---”
“Salam kenal, sepupu~ Hehehe, namaku Park
Sooji”
Eoh?
Sepupu?
Yeoja ikal itu tersenyum
manis.
Ia mencubit gemas pipi
Junhon dan kembali memandang Jaeho.
“Ummaku dan Ummamu bersaudara, aku baru tahu
kemarin” Jelasnya.
Ah.
Jaeho mengangguk pelan.
Namun sedetik kemudian ia
menggebrak meja dengan keras.
“YAH! Bukankah sudah kuperingatkan jangan
berani menyentuh adikku eoh?!”
Yeoja ikal itu tertawa geli.
Ia mengangkat bahunya dan
kembali duduk di kursinya.
Mengacuhkan Jaeho yang
mendengus tidak senang.
“Hyung” Bisik Junhon pelan.
“Hmm?” Balas Jaejo bergumam.
Namja cherry itu tersenyum
manis.
Sangat manis, hingga membuat
mata beningnya yang bulat menyipit lucu.
“Nuna itu lucu sekali ne?”
Omooo~!
So cute!
“Honchan, yeoja itu sama sekali tidak pantas
kau panggil Nuna, wakatta?” Desis
Jaeho seraya melirik Sooji.
-------
Kkhhh.
Namja cantik itu menghela
nafasnya.
Ia mengerutkan dahi seraya
memperhatikan berkas yang ada di genggamannya saat ini.
Aish.
Laporan mendadak dari café
miliknya yang ada di Jepang benar-benar membuatnya pusing saat ini.
“Natal eoh?”
Jaejoong mendongakkan
wajahnya.
Menatap langit yang terlihat
berawan.
Ia lupa kalau sekarang bulan
Desember.
Karyawannya di café pasti
kewalahan meng-order permintaan pelanggan yang membanjir.
Itu selalu terjadi setiap
menjelang Natal.
Ottokhe?
Apa aku harus kembali ke Jepang lagi?
Tapi bagaimana dengan Jaeho dan Junhon?
“AISHH”
Namja cantik itu menggerutu
kesal.
Ia melipat berkas-berkas itu
dan memutuskan untuk membeli segelas coffee
hangat yang ada di pinggir taman.
“AH!”
Jaejoong terkejut.
Ia refleks memundurkan
langkahnya ketika yeoja yang ada di depannya mendadak berbalik.
Membuat coffee yang dipegang yeoja itu tumpah mengenai sweater Jaejoong.
“Omoo! Mianhae! Aku benar-benar tidak
sengaja!” Jerit yeoja berbibir tipis itu panik.
Jaejoong mengibaskan tetesan
coffee dari sweater-nya.
Aish, untung saja bukan sweater kesayangannya.
“Gwenchana, aku tidak melihat jalan” Ujar
Jaejoong tersenyum kecil.
“Kausmu tidak apa-apa kan? Cha, aku akan
mencuci sweater-mu sampai bersih!”
Ucap yeoja itu.
Jaejoong membuka sweater-nya dan memberikannya kepada
yeoja berbibir tipis itu.
“Jeongmall, kau tidak perlu melakukannya,
Nona” Ujarnya.
“Aniya! Aku benar-benar ceroboh, aku akan
bertanggung jawab” Sahutnya.
“Well, kalau begitu aku akan mengganti coffee-mu yang tumpah”
“Omo”
“Kka”
Yeoja berbibir tipis itu
tersenyum manis.
Ia mengangguk dan memasukkan
sweater Jaejoong ke dalam kantung
kertas yang ada di dalam tasnya.
Kebiasaannya sejak dulu
karena ia tidak tahu kapan saja akan berbelanja.
Well, plastik itu pemicu global warming kau tahu kan?
TREK.
“Cha”
“Gomawo”
Jaejoong tidak menyahut.
Ia hanya tersenyum.
“Dimana aku bisa mengembalikan bajumu,
ngg---”
“Jaejoong, Kim Jaejoong”
“Eh?”
“Wae?”
“A-Ani, hanya saja, aku seperti familiar
dengan namamu”
“Jeongmall?”
Yeoja berbibir tipis itu
tidak menyahut.
Ia hanya tersenyum kecil dan
memilih untuk segera menyesap coffee-nya.
Mengacuhkan Jaejoong yang
sempat menatapnya tajam.
Ia menangkap gelagat aneh
dari yeoja ini sejak tadi.
“Ini alamat apertementku, kau bisa
mengantarnya kesana nanti” Ujar Jaejoong seraya menuliskan sesuatu di atas
kertas dan menyerahkannya kepada yeoja itu.
Yeoja itu mengangguk patuh.
Ia segera menyimpan kertas
kecil itu dan kembali meneguk coffee-nya.
“Ah,
aku harus pergi sekarang” Ucap Jaejoong mendadak setelah melirik arlojinya.
Yeoja itu tersentak dan
hendak beranjak bangun.
Namun Jaejoong segera
membungkukkan tubuh di hadapannya.
“Sampai bertemu lagi”
“Omo, seharusnya aku yang mengucapkan itu,
gomawo untuk coffee-nya Jaejoong-ssi!”
Jaejoong terkekeh kecil.
Ia segera beranjak dengan
tergesa-gesa.
Aish, ia harus segera ke
sekolah si kembar sekarang.
Well, Jaejoong tidak ingin
melihat wajah cemberut Junhon seharian karena ia telat menjemput ania?
Namja cantik itu sudah
memasuki Lambhorgini abu-abunya dan
menyetir menjauhi taman.
Meninggalkan sesosok yeoja
cantik dengan bibir tipis itu.
Hmp.
Ia tersenyum kecut.
Matanya menatap sendu sweater basah yang ada di dalam kantung
kertas itu.
“Kim Jaejoong eh?” Gumamnya lirih.
-------
“Terima kasih untuk waktu anda Presdir” Ucap
kepala sekolah menundukkan tubuhnya.
Namja tampan itu tersenyum
kecil.
Ia mengangguk pelan.
“Tidak apa, lagi pula hari ini jadwalku tidak
sepadat biasanya”
“Sebagai pemilik yayasan DongBang School
sudah seharusnya aku meluangkan waktu ania? Lagi pula berkas beasiswa musik itu
harus segera kutandatangani”
“Ah, ne, arasseo”
“Kalau begitu, aku permisi”
“Hati-hati di jalan, Presdir”
Jung Yunho mengangguk.
Ia segera berjalan menuju
gerbang sekolah.
Namun baru beberapa langkah
ia berjalan, langkahnya berhenti di tempat.
Menaikkan alisnya memandang
sepasang anak lelaki yang sedang berdiri di sana.
Bukankah ini sudah lewat
satu jam dari waktu pulang sekolah?
“Kalian belum pulang?”
DEG!
Jaeho dan Junhon tersentak
kaget.
Sontak mereka berbalik ke
belakang.
Menatap tajam sosok asing
yang tampan itu.
Yunho tersenyum ramah.
“Bagaimana kalau Ahjusi antar sampai ke
rumah?” Tanya Yunho ramah.
Junhon mengerutkan dahinya.
Sementara Jaeho membuka
mulutnya menyahut.
“Kami tidak boleh pergi dengan orang asing”
Ketusnya.
Omo.
Yunho tertawa kecil.
Ia mengangguk membenarkan.
“Pintar, lalu, kalau begitu kenapa kalian
masih disini hm?”
“Sepertinya Umma terlambat menjemput kami”
“Eoh? Kalau begitu Ahjusi akan menemani
kalian sampai Umma kalian datang otte? Tidak baik masih berada di sekolah yang
sudah sepi”
“Bagaimana kami bisa menjamin? Kalau Ahjusi
adalah orang baik-baik?”
Hmp.
Yunho tersenyum simpul.
Namja berambut almond ini
benar-benar cekatan.
Ia memutar wajahnya.
Menaikkan alisnya memandang
toko es krim yang ada di dekat sekolah.
“Es krim sepuasnya? Bagaimana?” Tawar Yunho.
Hum.
Jaeho dan Junhon terdiam
satu sama lain.
Mereka saling memandang.
Beberapa detik kemudian
mereka mengangguk setuju.
“Kka” Ajak Yunho.
Junhon balas menggenggam
tangan Yunho ketika namja tampan itu mengulurkan tangannya.
Sementara Jaeho menggenggam
tangan Yunho yang satunya.
Mereka berjalan memasuki
toko es krim itu.
Dua namja berwajah sama itu
segera berlari menuju counter pemesanan.
Meninggalkan Yunho yang
sedang mengecek ponselnya.
Kemudian ia mengangkat wajah
menatap Jaeho dan Junhon yang sedang berunding memesan es krim rasa apa.
Aigoo.
Apa hanya perasaannya saja?
Wajah kedua anak itu
terlihat sangat familiar di matanya.
“Kami tidak tahu Ahjusi suka rasa apa, jadi
kami pesan semuanya” Ujar Jaeho nakal.
Eoh?
Yunho tertawa geli.
Aish, ia banyak tertawa hari
ini.
Sudah lama sekali ia tidak
melakukannya, sejak---
Well, sejak masa lalunya
yang indah terkubur rapat.
“Ahjusi kurang suka manis” Ucapnya.
“Eeeh? Tapi kami sudah---”
“Gwenchana, kita bisa berikan kepada
pengunjung lainnya ania?”
“Omoo~ Ahjusi punya banyak uang!”
Jeritan Junhon membuat Yunho
tersenyum geli.
Ia berjongkok di hadapan
namja cherry itu dan menepuk lembut kepalanya.
Sejenak ia tertegun.
Mata itu..dan bibir cherry
itu..
Gosh!
Yunho segera mengerjapkan
matanya.
“Makanya kau harus sekolah yang benar supaya
bisa punya banyak uang juga ne?”
“Ung!”
Ketiga namja itu segera
duduk di kursi yang berada dekat dengan jendela, agar namja kembar itu bisa
melihat Ummanya nanti.
Jaeho dan Junhon melahap
tiga mangkuk es krim dengan puas.
“Aigoo, tidak hanya wajah yang mirip, tapi
juga kebiasaan makan hum?” Gumam Yunho seraya membersihkan bibir keduanya
dengan tissue.
Jaeho dan Junhon terkekeh
geli.
Mereka masih sibuk menghabiskan
es krim yang keempat.
“Sudahi saja otte? Nanti kalian sakit perut”
“Jangan-jangan Ahjusi sebenarnya tidak punya
uang ya?”
“M-Mwo? Siapa bilang eoh? Ahjusi hanya
khawatir kalau kalian sakit”
“Tenang saja, kami cukup kuat”
Junhon mengangguk.
“Cukup kuat kalau makan es krim~ Hehehe”
Jish.
Yunho mengusap sayang kepala
kedua namja itu.
Ia masih sibuk membersihkan
lepotan es krim di pipi dan bibir keduanya.
Jeongmall.
“Ahhh! Kenyaang~” Jerit Junhon terkekeh.
“Kka, kita keluar sekarang, mungkin Umma
kalian sudah menjemput” Ajak Yunho.
“Ah! Itu Umma!” Jerit Jaeho histeris.
Ia segera melompat dari
kursi dan menarik tangan adiknya.
“Gomawo untuk es krimnya ne Ahjusiii~ Semoga
Ahjusi mendapatkan istri yang baik dan cantik seperti uri Ummaaa~”
Eoh?
Yunho terdiam di tempat.
Mengerjapkan matanya menatap
namja kembar itu.
Kemudian ia tertawa geli.
-------
“Ummaaaa~!”
“Jaejae! Honchan!”
Jaejoong refleks berlutut di
hadapan kedua putranya.
Ia memeluk mereka berdua dan
menatap khawatir.
“Doko
desuka!? Umma mencari kalian sejak tadi! Apa kalian tahu betapa khawatirnya
Umma huh?!”
“Umma terlambat menjemput kami”
“Aigoo..Mianhae..Umma yang salah, tapi lain
kali tetap tunggu Umma di sekolah ara? Tidak semua orang di Seoul baik-baik!”
Jaeho dan Junhon mengangguk
patuh.
Mereka segera masuk ke dalam
mobil dan memasang selfbelt masing-masing.
Jaejoong menghela nafas panjang.
Ia benar-benar khawatir
tadi.
“Kalian kemana saja?” Tanya Jaejoong
berbalik.
Eoh?
Jaeho dan Junhon saling
menatap satu sama lain.
Mereka tersenyum kompak.
“Makan es krim sepuasnya!” Jerit keduanya.
“Sepuasnya? Umma tidak memberi uang saku
sebanyak itu” Potong Jaejoong.
“Hehehe, tadi ada Ahjusi tampan yang sangat
baik, ia menemani kami menunggu Umma dan mentraktir kami es krim!”
“Mwo? Ahjusi?? YA! Kenapa melanggar
peringatan Umma untuk tidak pergi bersama orang asing eoh?”
“Tapi Ahjusi itu kelihatannya baik”
Jaeho mengangguk.
“Nee, Jaejae sempat melihatnya sedang
berbincang dengan uri kouchou *kepala
sekolah*”
Jaejoong terdiam.
Mata beningnya bergerak
pelan.
Namun kemudian ia memutuskan
untuk menghela nafas panjang dan segera mengemudikan mobil kesayangannya.
“Tapi lain kali ingat ne? Jangan mengulangi
hal yang sama lagi”
“Ne uri Umma yeoppoooo~~”
Aish.
Jaejoong mengerutkan dahinya
kesal.
Namun diam-diam ia tersenyum
kecil melirik putranya yang sedang terkekeh bersama melalui cermin.
“Hyung Hyung~” Bisik Junhon tersenyum.
“Ne?” Gumam Jaeho pelan.
Namja cherry itu melirik jok
depan, sepertinya Jaejoong tidak akan mendengar mereka.
Junhon mendekatkan bibirnya
di telinga Jaeho.
Berbisik sepelan mungkin.
“Mulai sekarang kita harus berhati-hati
dengan orang yang bernama Jung Yunho ne?”
Um.
Jaeho mengangguk.
“Ia sudah meninggalkan kita dan menyakiti
Umma”
“Sangat jauh berbeda dengan Ahjusi tampan
tadi ania? Hehehe, Honchan menyukainya~”
“Hyung juga, entah kenapa, rasanya Hyung
sudah lama mengenal Ahjusi itu”
“Hon juga, mungkin kita pernah bertemu
dengannya di Jepang dulu?”
“Well, mungkin saja”
Hmp.
Junhon tersenyum manis.
-------
“Baju siapa itu?”
DEG!
Kim Yorin tersentak kaget.
Ia segera berbalik ke
belakang dan menundukkan wajahnya.
“Ah, kau sudah pulang Yunho ah”
Namja tampan itu tidak
menyahut.
Ia melepas jasnya dan
meletakkannya di atas sofa.
Masih menatap Yorin menunggu
jawaban.
Yeoja cantik berbibir tipis
itu menoleh sekilas menatap sweater
yang ada di gantungan beranda.
“Tadi aku menumpahkan coffee ke baju seseorang, dan aku mencucinya” Jelas yeoja itu.
Ah.
Yunho mengangguk pelan.
Kemudian ia melepas dasinya
dan beranjak menaiki tangga menuju kamar mereka.
“Ng—Yunho ah!”
Hm?
Namja tampan itu berhenti
melangkah.
Ia menundukkan wajahnya
menatap istrinya dari atas tangga.
Jung Yorin terlihat gugup.
“Aku sudah menyiapkan makan---”
“Aku sudah makan”
“E-EH?”
“Aku lelah, aku akan tidur setelah ini”
“Yun..”
“Ne?”
“Apa—Apa kau tidak bisa memaafkanku?”
DEG.
Namja tampan itu tidak
menyahut.
Ia hanya diam sejenak.
Kemudian memutuskan untuk
kembali menaiki tangga dan memasuki kamar berpintu cokelat itu.
Meninggalkan Yorin yang
tertunduk di sana.
Yeoja cantik itu menghela
nafasnya.
Matanya terasa panas,
menggenangkan sesuatu disana.
Kemudian ia menoleh,
memandang gantungan baju yang ada di beranda.
Sweater rajut berwarna abu-abu.
Hmp.
Yeoja berbibir tipis itu
tersenyum kecut.
Ia menyeka air matanya yang
mengalir.
“Seandainya kau tahu siapa pemilik sweater itu, apa yang akan kau lakukan,
Yunho ah?” Desisnya lirih.
TBC.
:D
Tidak ada komentar:
Posting Komentar