This zone is only YunJae Fanfictions and this is our world

Senin, 24 Desember 2012

FF/YAOI/YUNJAE/CHAPTER/MEMORIES/PART 2

  Jika kau dihadapkan kembali dengan kenangan terburuk yang pernah hadir di dalam hidupmu, apa yang akan kau lakukan?

.
.
.

  Aku memilih untuk lari..


PART 2.


  “Umma janji akan menjemput kami ania?”

Jung Junhon mengerutkan dahinya takut.
Hmp, sepertinya namja cherry ini sangat gugup menghadapi sekolah barunya ania?

  “Tentu sayang, cha, Jae ah, jaga adikmu nee” Ucap Jaejoong seraya mengecup lembut pipi kedua putranya.

Jaeho mengacungkan jempol mungilnya dan segera menarik tangan adiknya masuk ke dalam gerbang sekolah.
Meninggalkan Jaejoong yang sudah beranjak masuk ke dalam Lambhorgini-nya.
Namja cherry itu menggenggam erat jemari mungil milik Hyung kembarnya.
Menyembunyikan wajah dari puluhan siswa siswi yang memandang ke arah mereka.

Oh well.

Tidak ada yang berwajah sama di sekolah ini selain mereka kau tahu itu hmm?

  “Anyeong haseyo, songsaenim” Sapa Jaeho menundukkan wajahnya.

Membuat yeoja berambut panjang itu menaikkan alisnya.
Omoo~

  “Jung Jaeho ania? Kalian datang tepat waktu” Ujar songsaenim itu.

Jaeho tersenyum kecil.
Ia melirik adiknya yang menyembunyikan diri di balik punggungnya.

  “Dan ini pasti si kecil Junhon~ Sekolah kalian yang lama sudah mengirimkan data mengenai kalian” Ucap yeoja itu seraya mencubit gemas pipi gembul Junhon.

Jaeho memicingkan matanya tajam.
Ia segera menarik lengan Junhon kasar dan mengerutkan dahinya menatap songsaenim itu.
Membuat yeoja berambut panjang itu tertegun sejenak.

  “Namaku Kim Eunhye, kka” Potong yeoja itu cepat.

Seolah menyembunyikan rasa kagetnya.
Oh well.
Ia tahu apa yang barusan itu.
Jaeho tidak senang adiknya disentuh.

Ck~


GREK.


Pintu geser itu terbuka tegas.
Membuat seluruh siswa siswi yang ada segera duduk di kursi masing-masing.
Mengerjapkan mata mereka menatap Jaeho dan Junhon yang berdiri di samping sang songsaenim.

  “Hari ini kelas kita kedatangan murid baru, mereka adalah siswa yang mendapatkan beasiswa musik dari Seika Gakuen di Jepang” Ujar Eunhye.

  “Whoooaa~!”

Seluruh murid mulai riuh.
Mereka menatap kagum Jaeho dan Junhon yang masih berdiri di sana.
Well, siapa yang tidak tahu beasiswa musik itu eoh?
DongBang Elementary School ter-elit ini merupakan pemasok para calon musisi hebat di Seoul.
Dan mendapatkan beasiswa khusus itu benar-benar hal yang sangat luar biasa bagi para penghuni sekolah.

  “Kka, bertemanlah yang baik nee” Ujar songsaenim berambut panjang itu.

Seluruh murid mengangguk patuh.
Mereka tersenyum manis.
Jaeho dan Junhon segera menuju kursi yang ada di bagian tengah sedikit dekat dengan dinding.
Suara pintu tertutup terdengar jelas.
Eunhye sudah keluar dari kelas mereka.


GREKK!


Para penghuni kelas segera beranjak dari kursi masing-masing.
Menyerbu dua namja berwajah sama itu.

  “Namaku Fany Fany~! Apa kalian benar-benar kembar?”

  “Aku Chansung~! Dan aku adalah ketua kelas disini”

  “Hei, bagaimana caranya kalian mendapatkan beasiswa itu secara bersamaan?”

  “Kalian dari Jepang kan? Pernah berdoa di kuil Higashi ania?”

Jaeho dan Junhon masih diam sejak tadi.
Belum menanggapi berbagai pertanyaan yang dilontarkan anak-anak sekelas.
Junhon hanya tersenyum kecil.
Sementara Jaeho mulai terkekeh geli.

Aigoo.

Ia benar-benar tidak menyangka anak-anak Korea sangat ramah.

  “Namaku Jung Jaeho, dan ini adikku, Jung Junhon” Ujar Jaeho tersenyum.

Seluruh kelas kembali heboh.
Namun suasana mendadak hening saat Jaeho memicingkan mata musangnya tajam.

  “Dan siapa pun yang berani menyentuh adikku, ia adalah orang yang paling tidak beruntung sedunia!”

  “Oh wow, ada brother complex di kelas kita ternyata~”

Jaeho menaikkan alisnya.
Mengikuti arah pandang satu kelas.
Menatap sesosok yeoja manis berambut ikal.
Ia memangku tangannya seraya tersenyum geli.

  “Kau tahu apa artinya kan, Tuan Jung?” Tanya yeoja ikal itu tersenyum remeh.

Cih.
Jaeho menggertakkan giginya.

  “Kau---”

  “Salam kenal, sepupu~ Hehehe, namaku Park Sooji”

Eoh?

Sepupu?

Yeoja ikal itu tersenyum manis.
Ia mencubit gemas pipi Junhon dan kembali memandang Jaeho.

  “Ummaku dan Ummamu bersaudara, aku baru tahu kemarin” Jelasnya.

Ah.
Jaeho mengangguk pelan.
Namun sedetik kemudian ia menggebrak meja dengan keras.

  “YAH! Bukankah sudah kuperingatkan jangan berani menyentuh adikku eoh?!”

Yeoja ikal itu tertawa geli.
Ia mengangkat bahunya dan kembali duduk di kursinya.
Mengacuhkan Jaeho yang mendengus tidak senang.

  “Hyung” Bisik Junhon pelan.

  “Hmm?” Balas Jaejo bergumam.

Namja cherry itu tersenyum manis.
Sangat manis, hingga membuat mata beningnya yang bulat menyipit lucu.

  “Nuna itu lucu sekali ne?”

Omooo~!
So cute!

  “Honchan, yeoja itu sama sekali tidak pantas kau panggil Nuna, wakatta?” Desis Jaeho seraya melirik Sooji.


-------


Kkhhh.

Namja cantik itu menghela nafasnya.
Ia mengerutkan dahi seraya memperhatikan berkas yang ada di genggamannya saat ini.
Aish.
Laporan mendadak dari café miliknya yang ada di Jepang benar-benar membuatnya pusing  saat ini.

  “Natal eoh?”

Jaejoong mendongakkan wajahnya.
Menatap langit yang terlihat berawan.
Ia lupa kalau sekarang bulan Desember.

Karyawannya di café pasti kewalahan meng-order permintaan pelanggan yang membanjir.
Itu selalu terjadi setiap menjelang Natal.

Ottokhe?

Apa aku harus kembali ke Jepang lagi?
Tapi bagaimana dengan Jaeho dan Junhon?

  “AISHH”

Namja cantik itu menggerutu kesal.
Ia melipat berkas-berkas itu dan memutuskan untuk membeli segelas coffee hangat yang ada di pinggir taman.

  “AH!”

Jaejoong terkejut.
Ia refleks memundurkan langkahnya ketika yeoja yang ada di depannya mendadak berbalik.
Membuat coffee yang dipegang yeoja itu tumpah mengenai sweater Jaejoong.

  “Omoo! Mianhae! Aku benar-benar tidak sengaja!” Jerit yeoja berbibir tipis itu panik.

Jaejoong mengibaskan tetesan coffee dari sweater-nya.
Aish, untung saja bukan sweater kesayangannya.

  “Gwenchana, aku tidak melihat jalan” Ujar Jaejoong tersenyum kecil.

  “Kausmu tidak apa-apa kan? Cha, aku akan mencuci sweater-mu sampai bersih!” Ucap yeoja itu.

Jaejoong membuka sweater-nya dan memberikannya kepada yeoja berbibir tipis itu.

  “Jeongmall, kau tidak perlu melakukannya, Nona” Ujarnya.

  “Aniya! Aku benar-benar ceroboh, aku akan bertanggung jawab” Sahutnya.

  “Well, kalau begitu aku akan mengganti coffee-mu yang tumpah”

  “Omo”

  “Kka”

Yeoja berbibir tipis itu tersenyum manis.
Ia mengangguk dan memasukkan sweater Jaejoong ke dalam kantung kertas yang ada di dalam tasnya.
Kebiasaannya sejak dulu karena ia tidak tahu kapan saja akan berbelanja.
Well, plastik itu pemicu global warming kau tahu kan?


TREK.


  “Cha”

  “Gomawo”

Jaejoong tidak menyahut.
Ia hanya tersenyum.

  “Dimana aku bisa mengembalikan bajumu, ngg---”

  “Jaejoong, Kim Jaejoong”

  “Eh?”

  “Wae?”

  “A-Ani, hanya saja, aku seperti familiar dengan namamu”

  “Jeongmall?”

Yeoja berbibir tipis itu tidak menyahut.
Ia hanya tersenyum kecil dan memilih untuk segera menyesap coffee-nya.
Mengacuhkan Jaejoong yang sempat menatapnya tajam.
Ia menangkap gelagat aneh dari yeoja ini sejak tadi.

  “Ini alamat apertementku, kau bisa mengantarnya kesana nanti” Ujar Jaejoong seraya menuliskan sesuatu di atas kertas dan menyerahkannya kepada yeoja itu.

Yeoja itu mengangguk patuh.
Ia segera menyimpan kertas kecil itu dan kembali meneguk coffee-nya.

  “Ah, aku harus pergi sekarang” Ucap Jaejoong mendadak setelah melirik arlojinya.

Yeoja itu tersentak dan hendak beranjak bangun.
Namun Jaejoong segera membungkukkan tubuh di hadapannya.

  “Sampai bertemu lagi”

  “Omo, seharusnya aku yang mengucapkan itu, gomawo untuk coffee-nya Jaejoong-ssi!”

Jaejoong terkekeh kecil.
Ia segera beranjak dengan tergesa-gesa.
Aish, ia harus segera ke sekolah si kembar sekarang.

Well, Jaejoong tidak ingin melihat wajah cemberut Junhon seharian karena ia telat menjemput ania?

Namja cantik itu sudah memasuki Lambhorgini abu-abunya dan menyetir menjauhi taman.
Meninggalkan sesosok yeoja cantik dengan bibir tipis itu.
Hmp.
Ia tersenyum kecut.
Matanya menatap sendu sweater basah yang ada di dalam kantung kertas itu.

  “Kim Jaejoong eh?” Gumamnya lirih.


-------


  “Terima kasih untuk waktu anda Presdir” Ucap kepala sekolah menundukkan tubuhnya.

Namja tampan itu tersenyum kecil.
Ia mengangguk pelan.

  “Tidak apa, lagi pula hari ini jadwalku tidak sepadat biasanya”

  “Sebagai pemilik yayasan DongBang School sudah seharusnya aku meluangkan waktu ania? Lagi pula berkas beasiswa musik itu harus segera kutandatangani”

  “Ah, ne, arasseo”

  “Kalau begitu, aku permisi”

  “Hati-hati di jalan, Presdir”

Jung Yunho mengangguk.
Ia segera berjalan menuju gerbang sekolah.
Namun baru beberapa langkah ia berjalan, langkahnya berhenti di tempat.

Menaikkan alisnya memandang sepasang anak lelaki yang sedang berdiri di sana.

Bukankah ini sudah lewat satu jam dari waktu pulang sekolah?

  “Kalian belum pulang?”


DEG!


Jaeho dan Junhon tersentak kaget.
Sontak mereka berbalik ke belakang.
Menatap tajam sosok asing yang tampan itu.
Yunho tersenyum ramah.

  “Bagaimana kalau Ahjusi antar sampai ke rumah?” Tanya Yunho ramah.

Junhon mengerutkan dahinya.
Sementara Jaeho membuka mulutnya menyahut.

  “Kami tidak boleh pergi dengan orang asing” Ketusnya.

Omo.
Yunho tertawa kecil.
Ia mengangguk membenarkan.

  “Pintar, lalu, kalau begitu kenapa kalian masih disini hm?”

  “Sepertinya Umma terlambat menjemput kami”

  “Eoh? Kalau begitu Ahjusi akan menemani kalian sampai Umma kalian datang otte? Tidak baik masih berada di sekolah yang sudah sepi”

  “Bagaimana kami bisa menjamin? Kalau Ahjusi adalah orang baik-baik?”

Hmp.
Yunho tersenyum simpul.
Namja berambut almond ini benar-benar cekatan.
Ia memutar wajahnya.
Menaikkan alisnya memandang toko es krim yang ada di dekat sekolah.

  “Es krim sepuasnya? Bagaimana?” Tawar Yunho.

Hum.
Jaeho dan Junhon terdiam satu sama lain.
Mereka saling memandang.
Beberapa detik kemudian mereka mengangguk setuju.

  “Kka” Ajak Yunho.

Junhon balas menggenggam tangan Yunho ketika namja tampan itu mengulurkan tangannya.
Sementara Jaeho menggenggam tangan Yunho yang satunya.
Mereka berjalan memasuki toko es krim itu.

Dua namja berwajah sama itu segera berlari menuju counter pemesanan.
Meninggalkan Yunho yang sedang mengecek ponselnya.
Kemudian ia mengangkat wajah menatap Jaeho dan Junhon yang sedang berunding memesan es krim rasa apa.

Aigoo.

Apa hanya perasaannya saja?
Wajah kedua anak itu terlihat sangat familiar di matanya.

  “Kami tidak tahu Ahjusi suka rasa apa, jadi kami pesan semuanya” Ujar Jaeho nakal.

Eoh?

Yunho tertawa geli.
Aish, ia banyak tertawa hari ini.
Sudah lama sekali ia tidak melakukannya, sejak---

Well, sejak masa lalunya yang indah terkubur rapat.

  “Ahjusi kurang suka manis” Ucapnya.

  “Eeeh? Tapi kami sudah---”

  “Gwenchana, kita bisa berikan kepada pengunjung lainnya ania?”

  “Omoo~ Ahjusi punya banyak uang!”

Jeritan Junhon membuat Yunho tersenyum geli.
Ia berjongkok di hadapan namja cherry itu dan menepuk lembut kepalanya.

Sejenak ia tertegun.
Mata itu..dan bibir cherry itu..

Gosh!
Yunho segera mengerjapkan matanya.

  “Makanya kau harus sekolah yang benar supaya bisa punya banyak uang juga ne?”

  “Ung!”

Ketiga namja itu segera duduk di kursi yang berada dekat dengan jendela, agar namja kembar itu bisa melihat Ummanya nanti.
Jaeho dan Junhon melahap tiga mangkuk es krim dengan puas.

  “Aigoo, tidak hanya wajah yang mirip, tapi juga kebiasaan makan hum?” Gumam Yunho seraya membersihkan bibir keduanya dengan tissue.

Jaeho dan Junhon terkekeh geli.
Mereka masih sibuk menghabiskan es krim yang keempat.

  “Sudahi saja otte? Nanti kalian sakit perut”

  “Jangan-jangan Ahjusi sebenarnya tidak punya uang ya?”

  “M-Mwo? Siapa bilang eoh? Ahjusi hanya khawatir kalau kalian sakit”

  “Tenang saja, kami cukup kuat”

Junhon mengangguk.

  “Cukup kuat kalau makan es krim~ Hehehe”

Jish.

Yunho mengusap sayang kepala kedua namja itu.
Ia masih sibuk membersihkan lepotan es krim di pipi dan bibir keduanya.
Jeongmall.

  “Ahhh! Kenyaang~” Jerit Junhon terkekeh.

  “Kka, kita keluar sekarang, mungkin Umma kalian sudah menjemput” Ajak Yunho.

  “Ah! Itu Umma!” Jerit Jaeho histeris.

Ia segera melompat dari kursi dan menarik tangan adiknya.

  “Gomawo untuk es krimnya ne Ahjusiii~ Semoga Ahjusi mendapatkan istri yang baik dan cantik seperti uri Ummaaa~”

Eoh?

Yunho terdiam di tempat.
Mengerjapkan matanya menatap namja kembar itu.
Kemudian ia tertawa geli.


-------


  “Ummaaaa~!”

  “Jaejae! Honchan!”

Jaejoong refleks berlutut di hadapan kedua putranya.
Ia memeluk mereka berdua dan menatap khawatir.

  Doko desuka!? Umma mencari kalian sejak tadi! Apa kalian tahu betapa khawatirnya Umma huh?!”

  “Umma terlambat menjemput kami”

  “Aigoo..Mianhae..Umma yang salah, tapi lain kali tetap tunggu Umma di sekolah ara? Tidak semua orang di Seoul baik-baik!”

Jaeho dan Junhon mengangguk patuh.
Mereka segera masuk ke dalam mobil dan memasang selfbelt masing-masing.
Jaejoong menghela nafas panjang.
Ia benar-benar khawatir tadi.

  “Kalian kemana saja?” Tanya Jaejoong berbalik.

Eoh?

Jaeho dan Junhon saling menatap satu sama lain.
Mereka tersenyum kompak.

  “Makan es krim sepuasnya!” Jerit keduanya.

  “Sepuasnya? Umma tidak memberi uang saku sebanyak itu” Potong Jaejoong.

  “Hehehe, tadi ada Ahjusi tampan yang sangat baik, ia menemani kami menunggu Umma dan mentraktir kami es krim!”

  “Mwo? Ahjusi?? YA! Kenapa melanggar peringatan Umma untuk tidak pergi bersama orang asing eoh?”

  “Tapi Ahjusi itu kelihatannya baik”

Jaeho mengangguk.

  “Nee, Jaejae sempat melihatnya sedang berbincang dengan uri kouchou *kepala sekolah*”

Jaejoong terdiam.
Mata beningnya bergerak pelan.
Namun kemudian ia memutuskan untuk menghela nafas panjang dan segera mengemudikan mobil kesayangannya.

  “Tapi lain kali ingat ne? Jangan mengulangi hal yang sama lagi”

  “Ne uri Umma yeoppoooo~~”

Aish.

Jaejoong mengerutkan dahinya kesal.
Namun diam-diam ia tersenyum kecil melirik putranya yang sedang terkekeh bersama melalui cermin.

  “Hyung Hyung~” Bisik Junhon tersenyum.

  “Ne?” Gumam Jaeho pelan.

Namja cherry itu melirik jok depan, sepertinya Jaejoong tidak akan mendengar mereka.
Junhon mendekatkan bibirnya di telinga Jaeho.
Berbisik sepelan mungkin.

  “Mulai sekarang kita harus berhati-hati dengan orang yang bernama Jung Yunho ne?”

Um.

Jaeho mengangguk.
 
  “Ia sudah meninggalkan kita dan menyakiti Umma”

  “Sangat jauh berbeda dengan Ahjusi tampan tadi ania? Hehehe, Honchan menyukainya~”

  “Hyung juga, entah kenapa, rasanya Hyung sudah lama mengenal Ahjusi itu”

  “Hon juga, mungkin kita pernah bertemu dengannya di Jepang dulu?”

  “Well, mungkin saja”

Hmp.
Junhon tersenyum manis.


-------


  “Baju siapa itu?”


DEG!


Kim Yorin tersentak kaget.
Ia segera berbalik ke belakang dan menundukkan wajahnya.

  “Ah, kau sudah pulang Yunho ah”

Namja tampan itu tidak menyahut.
Ia melepas jasnya dan meletakkannya di atas sofa.
Masih menatap Yorin menunggu jawaban.

Yeoja cantik berbibir tipis itu menoleh sekilas menatap sweater yang ada di gantungan beranda.

  “Tadi aku menumpahkan coffee ke baju seseorang, dan aku mencucinya” Jelas yeoja itu.

Ah.
Yunho mengangguk pelan.
Kemudian ia melepas dasinya dan beranjak menaiki tangga menuju kamar mereka.

  “Ng—Yunho ah!”

Hm?
Namja tampan itu berhenti melangkah.
Ia menundukkan wajahnya menatap istrinya dari atas tangga.
Jung Yorin terlihat gugup.

  “Aku sudah menyiapkan makan---”

  “Aku sudah makan”

  “E-EH?”

  “Aku lelah, aku akan tidur setelah ini”

  “Yun..”

  “Ne?”

  “Apa—Apa kau tidak bisa memaafkanku?”


DEG.


Namja tampan itu tidak menyahut.
Ia hanya diam sejenak.
Kemudian memutuskan untuk kembali menaiki tangga dan memasuki kamar berpintu cokelat itu.

Meninggalkan Yorin yang tertunduk di sana.
Yeoja cantik itu menghela nafasnya.
Matanya terasa panas, menggenangkan sesuatu disana.

Kemudian ia menoleh, memandang gantungan baju yang ada di beranda.
Sweater rajut berwarna abu-abu.
Hmp.
Yeoja berbibir tipis itu tersenyum kecut.
Ia menyeka air matanya yang mengalir.

  “Seandainya kau tahu siapa pemilik sweater itu, apa yang akan kau lakukan, Yunho ah?” Desisnya lirih.


TBC.

:D

Tidak ada komentar:

Posting Komentar