PART 4.
Junsu sedang
menyeduh kopinya di atas meja, dengan dua buah muffin cokelat yang menemani kudapan malamnya.
Namja imut itu
meletakkan buah yang dibelinya ke dalam kulkas, kemudian ia kembali duduk di
kursi dapurnya.
Tapi satu menit
kemudian ia terpaksa kembali bangkit dari duduknya ketika ponselnya yang
tergeletak di dalam kamar berdering nyaring.
Ck, itu pasti
Umma. Pikirnya.
Yah, Kim Heechul
selalu menghubunginya setiap saat, memastikan putra bungsunya masih ada
untuknya.
“Eoh?”
Junsu berdengung
ketika sederet nomor tidak dikenal berkedip-kedip di layar ponselnya.
Tanpa pikir
panjang ia segera mengangkat panggilan tersebut.
“Yeoboseyo?
Dengan Tuan Kim Junsu?”
“Ya, dengan siapa saya berbicara?”
“Oh!
Dengan bagian informasi dari rumah sakit pusat, anda pernah meminta kami untuk menghubungi anda kalau kami menemukan
hal yang berhubungan dengan nama
Jaejoong”
DEG.
Mata sipit Junsu
membulat sempurna.
Jantungnya
berdetak kencang.
Sangat kencang
hingga ia bisa mendengar suaranya sampai keluar tubuhnya.
Ia bisa
merasakan suaranya bergetar sekarang.
“Ya, apa itu?”
“Maaf
atas keterlambatan kami dalam memeriksa berkas, siang tadi kami menemukan data
mengenai seorang anak yang bernama Jaejoong, ia adalah pasien yang dilarikan ke
rumah sakit setelah mengalami kecelakaan dalam kasus penculikan berpuluh-puluh
tahun yang lalu”
Ya Tuhan, Junsu
sungguh tidak bisa bernafas sekarang.
“Ya, Ya, terus?”
“Anak
bernama Jaejoong itu hanya dirawat selama dua hari di sini, kemudian pasangan
suami istri yang bernama Jung Siwon dan Jung Kibum mengadopsinya”
Jung? Jung!
SHIT!
Pantas saja ia
tidak pernah bisa menemukan kakaknya, keluarga sialan itu mengubah marganya!
“Baiklah, terima kasih atas informasinya, itu
sungguh membantuku” Ujar Junsu terburu-buru. Ia hendak memutuskan panggilan
telepon tersebut, namun pihak rumah sakit kembali memanggil namanya dan
memintanya untuk mendengar.
“Ada
satu hal lagi yang ingin kami sampaikan kepada anda”
“Ya, apa itu? Katakan dengan cepat!”
“Sore
tadi seorang pasien menempati unit gawat darurat karena percobaan bunuh diri”
“Lalu apa hubungannya denganku?!”
“Pasien
tersebut bernama Jung Jaejoong”
SHIT!!!
Junsu memekik
dalam hatinya.
Kepalanya mulai
terasa sakit.
“Aku akan ke sana sekarang juga!” Serunya.
Junsu segera
memasukkan ponselnya ke dalam saku celananya, tidak peduli apakah telepon
tersebut masih tersambung atau tidak.
Yang ia tahu ia
menemukan kakaknya.
Ya Tuhan semoga
benar itu kakaknya!
Namja imut itu
tidak bisa berpikir jernih, ia meraih kunci mobilnya dan berlari keluar
apertemen dengan cepat, meninggalkan kopi panas dan muffin-nya begitu saja.
Adrenalin Junsu
memacu kencang.
Berkali-kali ia
harus menjilat bibirnya yang terasa kering, bahkan tubuhnya bergetar hebat
sekarang.
Bertahun-tahun
ia mencari, akhirnya!
Mobil mewah itu
berdecit nyaring di parkiran, Junsu mengeremnya dengan sangat kuat ketika mobil
tersebut melaju sungguh kencang.
Bahkan mobil
mewah itu terparkir miring karena gesekan tajam dari ban mobil.
Namja imut itu
membanting pintu mobil dan berlari memasuki rumah sakit besar itu.
“Kim Junsu! Pihak informasi menghubungiku
barusan!” Seru Junsu melengking.
Perawat yang
bertugas di bagian resepsionis itu terkejut.
Ia segera
mengangguk dengan cepat dan membawa Junsu menuju ruang operasi.
“Apakah ada informasi lainnya? Bagaimana bisa
ia melakukan percobaan bunuh diri? Ada apa dengannya? Siapa yang membawanya ke
rumah sakit?” Rentet Junsu tidak sabar.
“Dokter masih melakukan operasi di dalam
sana, ia hampir tidak selamat ketika sampai, tetangga apertemennya membawanya
ke sini setelah ia menemukan pasien tidak sadarkan diri” Seru perawat itu
panik.
Junsu
mengernyitkan dahinya.
“Lalu bagaimana bisa kalian menyimpulkan
kalau kakakku bunuh diri?!”
Mereka berhenti
melangkah.
Tepat di depan
ruang operasi.
“Mulutnya penuh busa dengan kepala yang
berdarah, beberapa pil obat penenang ditemukan di sela pakaiannya”
DEG.
Lutut Junsu
melemas dalam sekejap.
Ia terduduk di
kursi yang berjejer di sepanjang koridor rumah sakit.
Apa yang terjadi
pada kakaknya?
Apa yang telah
dialaminya selama ini hingga Jaejoong memutuskan untuk bunuh diri?
“Oh my
god” Gumam Junsu seraya mengusap wajahnya yang basah akan keringat.
CKLEK.
Junsu sontak
berdiri ketika pintu ruang operasi itu terbuka.
Ia menatap
dokter yang baru saja keluar dari sana dengan raut wajah tertegang yang ia
punya.
“Apa yang terjadi?” Tanya Junsu tidak sabar.
“Anda siapanya pasien?” Balas dokter tersebut
kembali bertanya.
Junsu menggeram,
ia refleks menarik kasar kerah baju dokter sialan itu.
“Aku adiknya, dan yang baru saja kau operasi
itu kakakku, brengsek!” Desis Junsu berbahaya.
Dokter
berkacamata itu segera mengangguk.
Ia mencengkram
tangan Junsu dan bernafas lega ketika namja imut bermata dingin itu melepas cengkramannya.
“Kami berhasil menyedot keluar obat yang
dikonsumsinya dan menutup luka di kepalanya dengan beberapa jahitan, ia sempat
tidak bernafas selama beberapa detik, tapi ia berhasil melewati masa kritisnya,
anda bisa menemuinya sebentar lagi di ruang ICU”
“Bagaimana dengan DNA-nya? Apakah cocok
dengan sampel rambut yang kutinggalkan beberapa tahun yang lalu? Rumah sakit
masih menyimpannya kan? Dan kau melakukan tesnya kan?”
“Oh, jadi anda tuan Kim Junsu?”
Mata sipit Junsu
menggelap.
Berusaha menahan
emosinya untuk tidak segera mencekik mati dokter sialan ini.
“Y—ya, DNA-nya cocok, pria itu seratus persen
adalah orang yang anda cari, tuan Kim” Sambung dokter berkacamata itu takut.
DEG.
Junsu melebarkan
kedua mata sipitnya.
Waktu seolah
berhenti untuknya.
“Ka-kau, bilang apa barusan?”
“Eh-ya, DNA itu cocok, pasienku adalah Kim
Jaejoong yang anda cari selama ini”
“Kau bilang aku bisa menemuinya di ruang ICU
bukan?!”
Junsu seperti
mendapat kekuatan baru, senyumnya merekah bahagia.
Membuat dokter
dan perawat yang ada di dekatnya sejak tadi terkejut melihatnya.
Oh, tidak ada
yang pernah tersenyum semanis Junsu.
Namja imut itu
baru saja akan berlari mencari ruang ICU, tapi dokter berkacamata itu sudah
lebih dulu menghentikan gerakannya.
“Apa lagi?!” Pekik Junsu tidak sabar.
Ia bergetar
hebat sekarang.
“Ada satu hal lagi yang harus anda ketahui,
tuan Kim” Ucap dokter itu mendesah.
Junsu
mengernyitkan dahinya.
Berharap penuh
kalau ini bukan hal buruk.
Please. Gumamnya dalam
hati.
“Benturan di kepalanya berhasil menghasilkan
kerusakan pada bagian otaknya”
DEG DEG DEG.
Jantung Junsu
bertalu-talu sekencang mungkin.
Matanya terus
menatap dokter tersebut.
“Kim Jaejoong kehilangan ingatannya, kami
masih belum memeriksa lebih lanjut apakah hal ini permanen atau tidak”
-------
Jaejoong
terbangun dengan rasa nyeri yang luar biasa pada kepala dan lambungnya.
Pandangannya
buram menit awal ia membuka mata, kemudian ia menyadari dirinya terbaring di
sebuah ruangan berbau obat yang menyengat.
Ia bisa
mendengar suara monitor pendeteksi jantung yang terhubung kepadanya.
Namja cantik itu
merasakan tenggorokannya kering dan sakit.
Mata besarnya
terasa panas, dan ia terkejut ketika pandangannya beralih dan ia sadar ada
seorang pria cantik berambut almond yang
berbaring di sampingnya saat ini, sedang memeluk erat dirinya.
Lalu seorang
laki-laki berwajah imut yang tertidur lelap di atas kursi.
Kedua lengannya
menumpu wajahnya di pinggir ranjang.
Jaejoong
menoleh, mendapati sebuah jam dinding yang bergerak pelan di dekat televisi.
Pukul empat
pagi.
Sepertinya,
mengingat keadaan cukup senyap.
CKLEK.
DEG.
Mata besar
Jaejoong melebar kaget ketika pintu terbuka.
Ia memandang
seorang lelaki bermata sipit yang terpaku di sana, balas menatapnya.
Tangannya
memegang sekaleng kopi.
Detak jantung
Jaejoong berdegup kencang karena keterkejutannya, membuat monitor pendeteksi
detak jantung itu berbunyi nyaring dengan nada yang terburu-buru.
Kim Heechul
tersentak dari tidur pulasnya, ia segera membuka kedua mata besarnya dan
tercekat melihat namja cantik itu sudah sadar, dan kini menoleh kepadanya.
“Jaejoongie!!” Pekik Heechul tidak
tertahankan.
Ia refleks
memeluk erat putra sulungnya dan memecahkan tangisnya.
Junsu yang masih
tertidur mengernyitkan dahinya ketika telinganya menangkap suara berisik.
Ia terbangun dan
ikut terkejut mendapati Jaejoong yang kini menatap bingung kepadanya.
Hangeng yang
berdiri di pintu kamar rawat segera menutup pintu itu dan memeluk Jaejoong dari
sisi yang satunya.
“Oh, putraku, malaikat tersayangku,
akhirnya..” Isak Heechul bahagia.
Junsu segera
mengambil segelas air mineral dan meminumkannya kepada Jaejoong.
Lalu ia ikut
duduk di pinggir ranjang, tersenyum manis kepada namja cantik itu.
Pipinya basah
akan air mata.
Ya Tuhan,
berpuluh-puluh tahun, akhirnya ia berhasil menemukan Jaejoong dan membawa kedua
orang tuanya untuk menemui putra mereka yang hilang.
“Ma—maaf, kalian siapa?”
Pelukan itu
terlepas ketika Jaejoong bersuara dengan serak.
Heechul menatap
suaminya, mereka sudah mengetahui segala hal mengenai kesehatan namja cantik
itu.
Pria
berperawakan cina itu mengecup lembut dahi Jaejoong.
Sementara Junsu
dan Heechul menggenggam erat tangannya yang tidak terinfus.
“Kami keluargamu, sayang, ini Umma dan
Appamu, lalu ini adikmu, Junsu” Bisik Heechul tersenyum dengan wajah sembabnya.
Namja cantik itu
mengerjapkan matanya.
“Mwo?” Dengungnya pelan.
“Kau hilang ingatan, Hyungie” Ujar Junsu
kembali tersenyum.
Ah, sepertinya
ia akan lebih sering tersenyum sekarang.
“Ne, ada kecelakaan kecil, namamu Kim
Jaejoong, bayi kecilku” Bisik Heechul.
Jemarinya
mengusap wajah pucat Jaejoong yang rupawan.
Oh, ia telah
melewatkan banyak hal, salah satunya adalah tidak mengamati pertumbuhan namja
cantik ini hari ke hari.
Heechul sulit
percaya kalau namja cantik yang ada di hadapannya saat ini adalah namja yang
dulunya adalah bocah mungil yang sangat manja, pecinta gajah dengan pipi
gembulnya yang lucu.
Lihatlah,
sekarang pipi itu tampak tirus, seakan ia memikul beban yang berat.
Mereka semua
tertegun menatap Jaejoong yang meneteskan air mata.
Khawatir akan
apa yang terlintas di benak namja cantik itu saat ini.
Heechul dan
Hangeng segera memeluknya dengan erat.
“Ada apa, sayang? Beritahu kami” Bisik
Hangeng.
Jaejoong
menggeleng, tangisnya semakin keras.
“Aku..Aku tidak tahu…Hiks..Aku tidak tahu”
Isaknya lirih.
Junsu menggigit
bibir bawahnya, seolah ikut merasa sedih, ia bahkan tidak mengacuhkan air
matanya yang kembali mengalir.
“Menangislah Hyung, tidak apa” Desisnya
lembut.
Jaejoong
memejamkan kedua matanya erat, membiarkan kedua namja yang mengaku orang tuanya
memeluk dirinya dengan sangat erat.
Ia sendiri tidak
mengerti, rasanya seolah menemukan sesuatu yang telah lama hilang.
Kerinduan akan
kasih sayang yang melimpah.
Membuatnya sedih
sampai ia tidak bisa menahan dirinya untuk tidak menangis.
-------
Pria tampan itu
menangkupkan kedua tangannya di atas meja.
Menutup mulut
dan hidungnya dengan dahi yang mengernyit.
Seminggu, ia
tidak lagi melihat namja cantik itu.
Apertemennya
kosong, dan masih tak ada kabar apapun tentangnya.
Membuat Yunho
bertanya-tanya ke mana perginya namja cantik itu.
Pria tua bernama
Cha Mu Won penjaga pemakaman itu juga mengatakan kalau ia sudah lama tidak
bertemu dengan Jaejoong.
“Sajangnim sudah tiba, Direktur Jung”
Yunho mengangkat
wajahnya ketika suara sekretaris yang ada di sudut ruangan mengalun di
telinganya.
Ia menoleh dan
mengangguk.
Merapikan jas
armaninya dan beranjak dari ruangan menuju ruang rapat.
Proyek kali ini
adalah proyek terbesar yang pernah dijalaninya.
Ia sungguh
beruntung perusahaan besar Kim yang selama ini bermukim di London itu
menghubunginya untuk menjalin kerja sama yang menguntungkan dengan anak
perusahaannya yang ada di Seoul.
CKLEK.
Pintu kaca itu
terbuka, dan Yunho mendapati sesosok namja imut bermata dingin yang duduk di
sana.
Dengan sebatang
rokok yang terselip di sela jarinya.
Dari sini saja
Yunho sudah bisa menangkap aura tidak menyenangkan dari namja imut itu.
Fuh, semoga saja
semuanya berjalan dengan lancar.
“Selamat siang, Direktur Kim” Sapa Yunho
tersenyum.
Junsu
mengangguk.
Tidak berminat
untuk membalas sapaan ramah itu.
“Aku sudah memberikan rincian proyek kepada
sekretarismu, dan aku ingin tanda tanganmu sudah tersedia di sana besok pagi”
Ujar Junsu seraya menghembuskan asap rokoknya.
Yunho menaikkan
alisnya.
“Kupikir kita akan membahas segalanya di
sini, Direktur Kim” Sahut Yunho bingung.
“Aku bukan pekerja senggang sepertimu,
jadwalku sungguh padat, tuan Jung” Balas Junsu sama sekali tidak melirik wajah
tampan itu.
Jemari Yunho
mencengkram erat.
Pelipisnya
berdenyut ringan.
Sial, ia
dipermainkan.
Apa Kim Junsu
menyebalkan itu tidak tahu kalau jarak dari kantornya ke gedung ini memakan
waktu sampai satu jam eoh?!
Belum lagi
ditambah dari waktu ia menunggu direktur sialan itu ada untuk menemuinya!
“Baiklah, aku mengerti” Ujar Yunho tersenyum.
“Kalau begitu kau bisa pergi sekarang” Usir
Junsu.
Yunho menahan
nafasnya.
Ia mengangguk
dan segera berbalik beranjak keluar dari ruangan.
Meninggalkan
Junsu yang berdesis remeh di sandaran kursinya.
Mengambil satu
hisapan penuh pada rokoknya dan menghembuskan asapnya.
“Heh, jadi itu Jung Yunho”
Ia sudah
menyelidiki segala hal mengenai tuan muda Jung itu sehari sebelumnya.
Mencari
informasi apapun yang bisa ia temukan dari bibir Lee Taemin.
Dan kenyataan
mengejutkan datang menyapanya.
Jaejoongie
Hyungnya adalah putra angkat dari paman dan bibi pria tampan itu.
Setelah mereka
tewas karena kecelakaan Jaejoong diasuh oleh keluarga Yunho.
Junsu
menggertakkan giginya ketika mengingat informasi yang diberikan oleh salah satu
pelayan keluarga Yunho yang berhasil ditemukannya, pelayan itu bilang kalau
Hyungnya tidak diperlakukan dengan baik di rumah besar itu.
Belum lagi sikap
Yunho yang semena-mena dengan Jaejoong di manapun mereka bertemu.
“Kau akan membayar mahal untuk ini, Jung
Yunho” Gertak Junsu penuh amarah.
Ponsel Junsu
berdering, ia segera meraih benda tipis tersebut dan meletakkannya di telinga.
“Ya, Umma?”
“Junchan,
kau tidak lupa kan kalau hari ini kita akan pergi berbelanja bersama?”
“Oh, membeli keperluan Hyung kan? Aku ke sana
sekarang”
“Umma
sudah menyiapkan pakaian gantimu, Changmin dan Kyuhyun baru saja sampai di
rumah pagi tadi”
“Mereka benar-benar terbang dengan cepat,
baiklah Umma”
“Kemudikan
mobilmu dengan aman, jangan mengebut, kita bertemu di depan supermarket”
“Aku tahu, Umma”
.
.
.
Yunho berdengus
pelan seraya mendorong troli belanjaan milik Jung Keybum.
Aish, wanita
ini, tidak bisakah ia membiarkan Yunho berganti baju terlebih dahulu?
Bagaimana bisa
Keybum muncul secara tiba-tiba di kantornya dan memaksanya untuk menemani
dirinya berbelanja?
Baiklah, hanya
kali ini saja.
“Yun, kau ingin makan apa untuk nanti malam?”
Tanya Keybum seraya memasukkan beberapa roti ke dalam troli.
“Terserah Umm----”
“Ah, kita harus membeli beberapa kaus untukmu
dan Appa”
“Tidak perlu U----”
“Pasta gigi juga sudah habis kan?”
Aish.
Yunho menghela
nafas panjang.
Namja tampan itu
memutuskan untuk mendorong troli dengan kencang dan berniat meninggalkan
Ummanya di bagian makanan.
DUGG!
“Aww~!”
Namja tampan itu
terkejut ketika trolinya tidak sengaja menyenggol pria yang ada di depannya.
Ia terlalu sibuk
melarikan diri dari Ummanya.
Yunho baru saja
akan bertanya mengenai keadaan namja cantik itu, tapi suaranya tidak keluar
ketika mata musangnya mengerjap menatap wajah cantik yang berbalik kepadanya
itu.
“Jaejoong?” Gumamnya tidak percaya.
Namja cantik itu
meringis mengusap pinggangnya.
Ia menatap
bingung namja tampan yang ada di hadapannya saat ini.
“Bagaimana kau bisa tahu namaku?” Balas
Jaejoong bingung.
Eoh?
Yunho
mengerutkan dahinya.
Apa-apaan itu?
“Hyung, kau baik-baik saja?”
“Yunho, ada apa?”
Junsu dan Keybum
serentak bersuara seraya menghampiri kedua namja itu.
Namja imut itu
menatap tajam menyadari namja yang berdiri di hadapannya saat ini adalah Jung
Yunho.
Sementara Keybum
mendelik kaget mendapati putra angkat mendiang kembarannya ada di hadapannya
sekarang.
“Jae, aku menemukan keripik kentangnya!”
Mereka semua
menoleh ke sumber suara.
Yunho dan Keybum
menatap sosok namja berwajah kekanakan yang cukup tampan itu secara bersamaan
dengan pandangan menilai.
Bertanya-tanya
siapa pria bertubuh tinggi ini.
“Ambil saja dua, Chwang, mungkin Appa juga
mau” Balas Jaejoong tersenyum.
Mata musang
Yunho kembali mengerjap cepat melihat Jaejoong tersenyum dengan mudahnya kepada
namja berwajah kekanakan itu.
Hei-hei!
Apa yang sedang
terjadi di sini?
Melihat raut
wajah Yunho membuat Junsu menyeringai tipis.
Ia segera beralih
kepada Yunho dan Keybum yang ada di depannya.
“Kenalkan, ini Hyungku, Kim Jaejoong”
Ujarnya.
Jaejoong yang
mendengar hal itu segera kembali memandang Yunho dan Keybum, ia tersenyum
manis.
“Salam kenal” Ucapnya.
Mwo?
Salam kenal?
Salam kenal?
Yunho dan Keybum
saling berpandangan satu sama lain.
Sementara itu
Junsu sudah menarik lengan Changmin agar pria tinggi itu berdiri di samping
kakaknya.
“Dan ini Shim Changmin, tunangan Jaejoong”
Sambung Junsu lagi.
MWO?
Jaejoong, Yunho,
dan Keybum segera menatap kaget namja imut itu.
Tapi Changmin
hanya terdiam.
Sedetik kemudian
ia ikut tersenyum samar.
Oh, ia tahu
permainan apa yang sedang dilakukan Junsu sekarang.
Mata bambinya
melirik Kyuhyun yang berdiri tidak jauh darinya.
Pria berkulit
pucat itu balas menatap kepadanya.
Sesungging
senyuman licik terulas di sana.
Changmin tahu
Kyuhyun tidak akan sebodoh itu.
“Yah, sebenarnya kami sedang mencari tanggal
pernikahan yang cocok, kau teman Jaejoong?” Ujar Changmin seraya merangkul bahu
namja cantik itu.
Jaejoong hanya
diam.
Tidak mengerti
dengan situasi yang terjadi.
“Eh, ya, bisa dibilang begitu” Ucap Yunho
terbata.
“Aku sungguh tidak menyangka kalau ternyata
kau sudah memiliki tunangan, Jaejoong, cara licik apa yang kau gunakan hingga
kau bisa mendapatkannya eoh?” Cetus Keybum menaikkan alisnya.
Jaejoong baru
saja akan membuka mulutnya, namun Changmin sudah lebih dulu bersuara.
“Tolong jaga ucapanmu, Ahjumma, kau tidak
tahu sedang berhadapan dengan siapa”
Keybum mendelik.
Ia berbalik
begitu saja dan menarik tangan putra tunggalnya.
Membuat namja
tampan itu refleks mengikuti langkah Ummanya.
Sebelum
benar-benar meninggalkan ketiga pemuda itu ia menyempatkan diri untuk menoleh,
menatap bingung wajah cantik Jaejoong yang balas memandangnya.
Apa yang sedang
terjadi di sini?
Ia harus mencari
tahu.
TBC :D
Tidak ada komentar:
Posting Komentar