This zone is only YunJae Fanfictions and this is our world

Senin, 09 Maret 2015

FF/YAOI/YUNJAE/CHAPTER/ROTTEN LOVE/PART 1



Tittle: ROTTEN LOVE

Genre: YAOI

Author: Shella Rizal a.k.a Park Sooji

Cast: Yunjae and other

Length: CHAPTER

Rating: family-romance-hurt-friendship-violence-angst-mpreg-alur sinetron

WARNING: BOY x BOY! Yg ga suka YAOI mending cabut aja dari sini, cos author Cinta damai~
*kibar2 kutang Jae umma*


-------


If I knew it was a love that would end like this,
I wouldn’t even have started it.

Why you show up in front of me?

PART 1.

London, a long years ago.

  “Hahahaha~ Tangkap Junchaaaan~~”

  “Joongie Hyung bisaa~ Chakkamaaan~~”

Suara derap langkah kaki-kaki mungil itu terdengar di sepanjang halaman belakang kediaman Kim.
Tampak dua bocah berumur empat tahunan sedang berkejaran memutari meja bundar berwarna putih di mana kedua orang tua mereka sedang duduk di sana.
Kim Heechul tertawa gemas memperhatikan kedua putranya.
Sementara suaminya, Hangeng Kim, hanya tersenyum tipis sembari membalik lembaran koran yang sedang di bacanya.

Mereka baru saja pindah ke negeri dongeng ini.
Oh-tentu saja.
Mengingat London adalah pusat perindustrian saat ini.
Perintis industri tekstil itu tidak mungkin melepaskan kesempatannya begitu saja kan?

  “Joongie, Junchan, sudah cukup sayang, makan kue dulu” Ujar Heechul lembut.

Putra sulung keluarga Kim itu menoleh, mengerjapkan mata bulatnya yang begitu lucu dan berpaling menarik jemari mungil adiknya.

  “Ayo Junchan” Ajaknya.

Kim Junsu mengangguk riang.
Ia menggoyangkan jemari mereka yang bertautan dan mengikuti langkah kakaknya.
Aih, mereka berdua terlihat seperti sepasang boneka yang sangat menggemaskan.

  “Umma, Joongie mau itu” Tunjuk Jaejoong kecil pada sebuah cupcake dengan hiasan berbentuk gajah.

Junsu terus memandangi cupcake ber-topping bebek kuning sejak tadi.
Tapi kemudian perhatiannya teralih pada Hyungnya yang sudah menjilat-jilat hiasan gajah berlumur krim itu.

  “Umma, Junchan juga mau punya Hyung” Ucap Junsu dengan suara khasnya.

  “Eeh? Junchan kan sukanya bebek kuning, Umma sendiri lho yang menghiasnya” Balas Heechul menaikkan alisnya.

Tapi Junsu sudah terlanjur mengerucutkan bibir plump-nya.
Dahinya mengerut lucu dengan pipi yang menggembung manis.
Hangeng tidak bisa lagi menahan senyum gemasnya.
Ia mengacak rambut bocah imut itu.

  “Hahaha, Junchan sangat bergantung pada Jaejoongie Hyung ne?” Tawa lelaki berperawakan Cina itu.

Jaejoong menoleh, menyodorkan cupcake miliknya yang sudah tampak berantakan karena beberapa krim kini menempel di sekitar pipi dan mulutnya yang mungil.

  “Jja, punya Hyung untuk Junchan~” Ucapnya tersenyum.

Junsu balas tersenyum.
Ia mengambil cupcake milik Jaejoong tidak peduli kue mangkuk itu tidak lagi memiliki bentuk yang sempurna.
Kemudian mereka tertawa bersama.

  “Oh, terima kasih sudah memberikanku kedua putra yang sungguh baik hati ini, sayang” Lirih Heechul mengusap lengan suaminya.

Pria berjas itu terkekeh kecil.
Ia balas mengecup pipi kekasihnya.

  “Mereka sama baik hatinya sepertimu, sayang”

Heechul mengangguk.
Kembali memperhatikan kedua bocah manisnya yang kini saling berceloteh riang entah membicarakan apa.
Ia sangat-sangat beruntung bisa memiliki Hangeng sebagai suaminya dan Jaejoong Junsu sebagai putranya.
Hidupnya sungguh sempurna.
Selama ia bisa memliki mereka dalam hidupnya, tidak ada lagi yang Heechul inginkan.
.
.
.

Hangeng Kim tidak pernah sedepresi ini selama hidupnya.
Ia tidak mengacuhkan air matanya yang mengalir membasahi wajahnya.
Yang ia pikirkan adalah kekasih hatinya dan juga kedua putra manisnya.
Jemari pria itu mencengkram kuat telapak tangan istrinya.

Heechul tampak kosong.
Kedua mata bulatnya hanya memandang langit-langit ruangan sejak tadi.
Wajah cantiknya tampak sembab.
Hatinya terluka.

Kedua putranya baru saja mengalami penculikan yang entah apa motifnya.
Ia hendak menemani kedua bocah itu ke supermarket tadi siang.
Tapi mendadak dua buah mobil menghadang jalan mereka dan mengambil paksa kedua buah hatinya.
Mereka dimasukkan ke dalam mobil yang berbeda, meninggalkan Heechul yang tertusuk pisau di perutnya.

Mobil yang membawa Junsu segera ditemukan setelah mobil tersebut mengalami tabrakan beruntun di lampu merah.
Bocah imut itu sedang dirawat intensif di rumah sakit saat ini.

Tapi mereka tidak pernah bisa menemukan mobil yang membawa si sulung Kim.

  “Putraku..Hiks..Jaejoongieku yang malang..” Lirih Heechul meringis.

  “Kumohon jangan seperti ini, sayang, aku berjanji akan menemukan Jaejoongie untukmu, please” Balas Hangeng seraya mengecupi dahi kekasihnya.

Heechul menggeleng.
Ia menggigit erat bibir bawahnya menahan perih.
Ya Tuhan, putranya, hartanya yang paling berharga.
Ia tidak sanggup membayangkan apa yang sedang dialami bocah kecilnya saat ini.
Tidak.

  “Seluruh negeri sedang berusaha menemukan Jaejoongie, Chullie-ah, kumohon kuatlah, uri Junchan sedang mengalami masa kritisnya saat ini” Ujar Hangeng lagi.

Tangis Heechul pecah.
Membuat Hangeng segera memeluk erat kekasihnya.

  “Kita akan menemukan Joongie secepatnya, merawat Junchan hingga ia sembuh, dan setelah itu segalanya akan kembali seperti semula, arasseo?” Bisik Hangeng lirih.

Heechul tidak menyahut.
Ia hanya mencengkram erat jas armani kekasihnya.
Menumpahkan perasaannya yang terluka.

  “Jaejoongieku..Hiks..Joongie kecilku..” Ulangnya berkali-kali.


-------


Korea, few days in a long years ago.

Bocah cantik bernama Kim Jaejoong itu mengeluh seraya membuka kedua mata bulatnya.
Dahinya mengernyit.
Di mana ini?
Jaejoong mendongakkan wajahnya.
Merasakan sakit yang amat sangat di leher putihnya.

Ia terkejut ketika meraba bagian itu dan mendapatkan perban yang mengelilingi lehernya.

Bola matanya berair dalam sekejap.
Ia melihat banyak wanita yang berbaju putih berlalu-lalang di sekitarnya.
Ada tabung oksigen di sisi ranjang miliknya saat ini.
Kemudian tirai-tirai putih bersih yang memisahkan beberapa ranjang yang dapat ia lihat di seberang sana.

  “U-Umma..” Lirih Jaejoong ketakutan.

Tubuhnya bergetar hebat.
Leher dan punggungnya terasa sangat sakit.
Dan ia ingin Ummanya.

  “Kau sudah sadar, sayang?”

DEG.

Jaejoong kecil yang sedang menangis terkejut.
Ia menoleh dan mengerjapkan mata basahnya menatap sesosok pria cantik berkulit putih yang sedang tersenyum lembut kepadanya.
Namja mungil itu mengangguk pelan dengan air mata yang masih mengalir dalam diam.
Membuat pria cantik itu mengusap lembut dahi Jaejoong.

  “Jangan menangis lagi oke? Kau aman sekarang” Bisiknya lembut.

  “Joongie..Joongie mau Umma” Bisik Jaejoong serak.

Pria cantik itu tersenyum sedih.
Ia mengecup pipi gembul Jaejoong yang basah dan beranjak dari sana.
Tidak mengacuhkan rengekan Jaejoong.

  “Wonnie” Lirih pria cantik itu setelah menemukan suaminya yang masih berbincang dengan dokter yang merawat bocah kecil itu.

Pria berlesung pipi bernama Jung Siwon itu menoleh, memandang istri cantiknya yang berkaca-kaca.
Ia segera merengkuh bahu Jung Kibum.

Sepasang suami istri yang baru saja menikah tiga bulan yang lalu ini hendak merayakan hari jadi pernikahan mereka di sebuah restoran mahal 24 jam sebelumnya.
Kibum memaksa sang suami untuk menghentikan mobil mewahnya ketika jalanan ditutup karena penangkapan buronan di ujung jalan.
Mereka berdua beranjak turun dari mobil dan menghampiri polisi yang ada di sana.

Penuh pita kuning di sekeliling jalan.

Siwon mendapat informasi kalau buronan yang ditangkap kali ini adalah beberapa penculik yang berniat menjual setiap anak yang mereka dapatkan.
Para polisi dan detektif yang ada juga sedang menyelidiki calon pembeli dari anak-anak yang diculik.
Saat itulah Kibum mendapati Jaejoong yang pingsan di dalam tandu yang di bawa oleh beberapa perawat darurat.

Ia menarik kekasihnya dan meminta pria itu untuk mengambil alih perawatan Jaejoong.
Dan siapa yang berani menolak seorang Jung eh?
Keluarga yang paling berkuasa di Korea Selatan ini.

  “Kita akan membawanya bersama kita kan?” Tanya Kibum memohon.

Jung Siwon menaikkan alisnya.
Menatap dokter yang menunggu pembicaraannya dengan Kibum selesai.
Pria berlesung pipi itu memandang langsung kedua mata bulat istrinya.

  “Kita tidak bisa melakukan itu, Kibummie sayang, bagaimana kalau orang tuanya sedang mencari anak itu hn?”

  “Asal usul anak itu tidak jelas kecuali kalung bertulisan Jaejoong di lehernya, Wonnie ah”

  “Tapi tetap saja----”

  “Aku berjanji akan membesarkannya dengan penuh cinta, Siwonnie, kau tahu kita tidak akan pernah bisa memiliki anak sampai kapanpun, dan aku ingin bocah itu, aku menginginkan Jaejoong”

  “Bummie”

  “Kau mencintaiku kan, Won ah?”

Pria berlesung pipi itu mendesah.
Ia mengusap sayang kepala istrinya.
Kemudian ia beralih kepada dokter yang masih berdiri di sampingnya sejak tadi.

  “Bagaimana menurut anda, dokter?” Tanya Siwon pelan.

Jung Kibum sudah tersenyum di balik wajah sembabnya.
Ia tahu Siwon tidak akan pernah bisa menolak permintaannya.
Apapun itu.

  “Rumah sakit akan tetap memasang nama anak itu di data pencarian, aku akan menemui anda kalau seseorang mencari anak itu” Sahut sang dokter.

Kibum mengernyit.
Tidak akan, bisiknya dalam hati.
Mata bulatnya beralih memandang ranjang rawat bocah cantik yang malang itu.
Tidak, ia sudah terlanjut jatuh cinta pada anak itu.
Pertemuan mereka sudah ditakdirkan, Jaejoong adalah putranya mulai sekarang.

Jung Jaejoong.
.
.
.

Kali kedua Jaejoong terbangun dari tidur lelapnya ia mendapatkan sebuah ruangan seluas kamarnya dan Junsu di pandangannya.
Tidak ada lagi wanita-wanita berbaju putih yang berlalu-lalang di depannya.
Tidak ada lagi tirai-tirai pemisah.
Mata bulatnya mengerjap memperhatikan sebuah lemari kaca yang berisi berbagai macam boneka dan mainan di dalam sana.

Ia menoleh, ada sebuah miniatur rumah-rumahan sebesar dirinya di sudut ruangan.
Kamar ini berdinding merah muda.
Dan perhatiannya teralihkan ketika pintu berwarna putih itu terbuka.

  “Oh, dear, kau sudah bangun ternyata” Pekik Kibum tersenyum senang.

Jaejoong ingat pria cantik itu.
Pria yang ia temui di rumah sakit.
Pria yang sangat suka mencium pipi gembulnya.

  “Bagaimana lehermu, sayang? Masih sakit?”

  “Ne..”

  “Sebentar lagi juga sembuh, jja, kau suka bubur ayam? Umma membuatkannya khusus untukmu”

DEG.

Jaejoong mengerutkan dahinya.
Umma?
Bocah cantik itu menatap langsung kedua mata bulat milik Kibum.

  “Joongie sudah punya Umma, Joongie juga sudah punya Appa dan Junchan” Ujar Jaejoong polos.

Oh, Jung Kibum terkikik gemas.
Ia memeluk bocah cantik itu dan mengusap lembut punggungnya.

  “Kalau begitu Joongie punya dua Umma sekarang” Ujarnya.

  “Joongie mau bertemu Umma Joongie, Umma nomor satu” Balas Jaejoong.

Namja berkulit salju itu melonggarkan pelukannya.
Memandang wajah cantik Jaejoong yang mendongak padanya.

  “Ne, nanti kita akan bertemu dengan Umma Joongie arra? Tapi Joongie harus ingat, kalau mulai sekarang Umma nomor satu Joongie adalah yang ini” Sahut Kibum seraya menunjuk dirinya sendiri.

Jaejoong terdiam.
Tapi beberapa detik kemudian ia mengangguk patuh.
Membuat Kibum semakin sayang kepadanya.

  “Jja, kita sarapan sekarang, Joongie pasti sudah sangat lapar anitji?”

  “Ung, Joongie lapar”

  “Joongie suka bubur ayam kan sayang?”

  “Ne Umma, Joongie suka, Joongie juga suka Junchan, gajah, dan kue manis”

Pria berkulit salju itu menaikkan alisnya.
Ia tertawa lucu dan mengecup gemas dahi bocah cantik itu.
Ah, ia sungguh bahagia sekarang.

  “Kalau Joongie sudah sembuh kita akan pergi membeli boneka gajah yang banyak untuk Joongie”

  “Jadi Joongie harus cepat sembuh, Umma?”

  “Ne, Joongie harus rajin makan dan minum obat”

  “Joongie sudah sembuh~!”

  “Hahaha~ Aigoo~ Tapi Umma masih menganggapmu sakit, sayang. Jja, buka mulutmu, nanti siang Appa akan membawakan mainan untukmu”

  “Appa? Joongie juga punya dua Appa?”

Jung Kibum mengangguk.

  “Iya, dan mulai sekarang ia adalah Appa nomor satu Joongie” Sahutnya tersenyum.


-------


Natal tahun ini terasa berbeda bagi Jung Keybum.
Ia mendapati rumahnya kini ramai dengan seluruh keluarga yang sedang berkumpul.
Mata kucingnya melirik putra tunggalnya, Jung Yunho, yang sedang duduk di sofa ruang tengah bersama pamannya.
Kemudian ia menoleh, memandang kembaran laki-lakinya yang sedang membasuh tangan mungil putra angkatnya di dapur.

Keybum tahu tidak seharusnya ia membenci pemandangan itu.
Tapi entah mengapa ia merasa tidak senang.
Baginya darah keluarga Jung adalah mutlak.
Bagaimana bisa kakak kesayangannya itu berpikir untuk mengadopsi seorang anak?
Seorang anak yang tidak jelas asal-usulnya.
Yang tidak mengalir sedikitpun darah seorang Jung di nadinya.

Ia tahu Kibum tidak bisa memiliki anak, tapi pria cantik itu bisa menjalani program kedokteran untuk mendapatkan bayinya sendiri aniya?

  “Appa, Joongie bawa kue kesukaan Appa~!” Pekik Jaejoong setelah mengeringkan tangannya.

Ia berlari menghampiri Siwon dan tertawa lucu ketika pria berlesung pipi itu mengangkat tubuhnya dan mendudukkannya di pangkuan pria itu.

  “Appa, Hyung ini siapa?” Tanya Jaejoong ketika matanya bertemu dengan sepasang mata musang milik putra Keybum.

  “Namanya Jung Yunho, Jaejoongie sayang, ini sepupu Joongie” Sahut Siwon lembut.

Jaejoong tersenyum manis kepada laki-laki berumur 6 tahun itu.
Yang dibalas dengan senyum milik Yunho.

  “Yunnie Hyung suka gajah?” Tanya Jaejoong tiba-tiba.

Siwon terkikik gemas dibuatnya.

  “Ani” Jawab Yunho singkat.

Eoh?
Mata bulat Jaejoong meredup sedih.
Ia menatap sendu namja tampan itu.

  “Tapi mungkin Hyung bisa suka kalau Joongie mau memberikan kue itu untuk Hyung” Lanjutnya lagi.

Mata besar Jaejoong segera berbinar gembira.
Ia menyodorkan kue yang tadinya ingin diberikan kepada Appanya begitu saja.
Yunho mengambil kue tersebut dan tersenyum tipis.
Membuat Siwon tidak bisa menahan senyumnya.

Semoga Yunho bisa menjaga Jaejoong saat mereka besar nanti, pikir namja berlesung pipi itu.


-------


  “Joongie pulaaang~!”

Pria berkulit salju itu menolehkan pandangannya, menangkap sosok remaja cantik yang berjalan menghampirinya.
Ah, Jaejoongnya sudah besar, umurnya 15 tahun sekarang.
Waktu bergulir begitu cepat, pikir Jung Kibum.
Rasanya baru saja ia bertemu bocah cilik itu di rumah sakit kemarin.

Mengingat hal itu membuat Kibum menghembuskan nafas.
Diam-diam merasa lega mengetahui Jaejoong telah melupakan masa kecilnya yang buruk.
Pria cantik itu tidak mengingat satupun mengenai penculikan yang dialaminya.
Sepertinya kedua pasangan Jung ini berhasil mencuci pikiran namja cantik itu eh?
Bahkan Jaejoong dibesarkan seperti putra mereka sendiri.

Membuat namja cantik itu berasumsi kalau ia memang putra kandung dari Umma angkatnya.

  “Joongie lapar?” Tanya Kibum setelah melonggarkan pelukan erat dari putra kesayangannya.

Jaejoong tersenyum manis.
Ah, ia tumbuh dengan baik.
Lihatlah wajah yang rupawan itu, benar-benar sempurna.

  “Tentu saja Joongie lapar, Yunnie Hyung hanya mentraktir Joongie es krim tadi” Lapor namja cantik itu.

  “Hee? Yunnie Hyung lagi?” Balas Kibum menaikkan alisnya jahil.

Jaejoong mencebil.

  “Umma tahu Yunnie Hyung yang paling dekat dengan Joongie”

  “Nee nee, arasseo, Yunniemu itu yang nomor satu”

  “Anii~ Umma dan Appa yang nomor satuu~”

Aih, Jung Kibum tersenyum geli mendengarnya.
Ia mengecup manis dahi Jaejoong dan menepuk pelan bahunya.

  “Jja, Joongie ganti baju, setelah itu kita makan, Umma sudah lapar”

  “Mwo? Umma belum makan?! Umma, ini sudah jam tiga sore! Kalau Appa tahu ia pasti marah!”

  “Appa tidak akan tahu kalau Joongie tidak berbicara”

  “Ummaaaa~~ Kita semua tidak ingin Umma sakit, lain kali kalau sudah jam makan siang Umma harus segera makan oke?”

Pria berkulit putih itu mengangguk patuh.
Membuat Jaejoong tersenyum puas dan segera berlari memasuki kamarnya.
Meninggalkan Kibum yang terus memandangi punggungnya penuh sayang.
.
.
.

  “Appa, ada tamu ya?”

Siwon menoleh ketika putra tercintanya mendekati dirinya.
Remaja cantik itu tampak menggemaskan dengan piyama hamtaronya.

  “Ne, kenapa Joongie bangun? Ini sudah jam tidurmu, sayang” Ujar Siwon tersenyum.

Jaejoong mendengus.
Ia mendekati Appanya dan memeluk pria berlesung pipi itu manja.

  “Joongie mau minum susu, siapa yang datang, Appa?”

  “Ah, pamanmu”

  “Apa Yunnie Hyung juga ikut?”

  “Hmmm”

Jaejoong mengerutkan dahinya mendapati wajah konyol Appanya.
Beberapa detik kemudian ia membulatkan mata besarnya tidak percaya.

  “Yunnie Hyung juga ada kan, Appa?!” Pekiknya heboh.

Siwon mengangguk pelan mendapati reaksi histeris putranya.
Namja cantik itu segera melepaskan pelukannya pada sang Appa dan berlari menuruni tangga.

  “Jaejoongie hati-hati!” Teriak Siwon panik.

Tapi Jaejoong tidak peduli.
Pria cantik itu sudah tertawa-tawa lucu meluncur dari anak tangga.
Senyumnya mengembang mendapati sosok tampan kesayangannya yang kini duduk di ruang tengah bersama Jung Jinki.

  “Yunnie Hyung!” Panggil Jaejoong riang.

Eoh?

Namja tampan itu menoleh, balas tersenyum kepada Jaejoong yang kini berdiri di hadapannya.

  “Joongie kenapa belum tidur?” Tanya Yunho menaikkan alisnya.

  “Joongie mau minum susu, Hyung kenapa ke sini? Kenapa harus malam-malam? Besok siang kan bisa sepulang sekolah” Celoteh Jaejoong lucu.

Jinki tersenyum geli dibuatnya.

  “Kajja, Hyung temani buat susunya, setelah ini Joongie tidur ya?”

  “Hyung belum jawab pertanyaan Joongie~!”

Yunho menarik tangan namja cantik itu.
Membawanya memasuki dapur, meninggalkan Appanya yang sudah ditemani oleh Siwon.

  “Urusan kantor, Jaejoongie, Ahjuma sudah tidur ya?” Tanya Yunho seraya membuka tutup kotak susu yang ada di kulkas.

Jaejoong mengangguk.
Bibir cherry-nya mengerucut imut.

  “Habiskan susunya” Titah Yunho seraya menyerahkan gelas kaca itu.

  “Tapi malam ini Yunnie Hyung menginap yah? Tidur dengan Joongie yah?” Bujuk Jaejoong membinarkan kedua mata bulatnya.

Kkh.

Yunho mengangguk pelan.
Jaejoong segera tersenyum lebar kembali dan menghabiskan susunya dalam beberapa teguk.

  “Kajja Hyung, kajja!” Pekiknya menarik tangan Yunho.

Namja tampan itu mengikuti langkah Jaejoong.
Melambaikan tangan kepada Appanya yang menoleh padanya secara tidak sengaja.
Kedua remaja itu menaiki tangga bersamaan dan memasuki kamar namja cantik itu.
Jaejoong segera merapat kepada Yunho yang berbaring di ranjangnya.
Membuat namja tampan itu tersenyum kecil dan memeluk erat namja cantik itu.
Mengecup pipi gembulnya dengan sayang.

  “Jalja, Jaejoongie” Bisik Yunho pelan.

  “Un, jalja, Yunnie Hyung” Balas Jaejoong berbisik.

Oh, dadanya sungguh berdebar-debar saat ini.


-------


Namja cantik itu mengepalkan kedua tangannya erat ketika pandangannya menangkap sosok tampan sepupunya yang sedang bercengkrama akrab bersama seorang wanita cantik berambut hitam panjang di halaman belakang sekolah.

Dahinya mengernyit, sementara bibirnya mencebil kuat.
Ia gusar.
Hatinya sakit seakan ditusuk-tusuk oleh benda tajam.
Ia tidak suka melihat tawa Hyungnya yang bebas bersama wanita itu.

Tidak peduli mereka teman akrab atau apapun itu.
Jaejoong benar-benar terbakar cemburu sekarang.

Pria cantik itu berjalan cepat menuju sepupu tampannya.
Ia menahan nafas ketika kakinya berhenti tepat di hadapan Yunho hingga membuat namja tampan itu harus mendongak menatapnya.

  “Jaejoongie?” Gumam Yunho pelan.

Tawa riang itu berhenti.
Wanita berambut panjang bernama Ahra itu ikut mendongak, menatap sosok cantik yang ia tahu adalah adik sepupunya Yunho.

  “Hyung ngapain di sini?” Tanya Jaejoong ketus.

  “Eoh? Hyung sedang mengobrol bersama Ahra, ada apa? Joongie ingin makan di kantin sekarang?” Balas Yunho santai.

Jaejoong menggertakkan giginya.
Mata bulatnya terasa panas sekarang.

  “Kenapa harus dengan dia? Joongie tidak suka!” Pekiknya.

  “Jaejoongie, sopankan omonganmu” Sahut Yunho yang kini sudah berdiri di hadapan Jaejoong.

  “Tapi Joongie sungguh-sungguh, Yunnie Hyung! Joongie tidak suka melihat Hyung bersama wanita ini!”

  “Hyung dan Ahra hanya teman sekelas, Joongie, jangan berlebihan”

Wanita berambut panjang itu menelan salivanya tidak enak.
Ia segera menatap Yunho dan tersenyum kecil kepadanya.

  “Uhm, Yun, aku baru ingat kalau Yoonhye Sam memintaku ke ruangannya, anyeong”

Yunho baru saja akan menahan wanita itu, tapi Ahra sudah terlanjur meninggalkan mereka berdua.
Ia kembali menatap sengit adik sepupunya.
Wajah Jaejoong tampak merah sekarang.

  “Lihat, ia pergi karenamu, minta maaf padanya” Ujar Yunho.

  “Tidak mau!” Seru Jaejoong mengerutkan dahinya.

Yunho mengernyit.

  “Minta maaf, Jung Jaejoong! Kau bersalah padanya!”

  “Joongie tidak mau! Kenapa Hyung membentak Joongie?! Joongie tidak suka melihat Hyung dekat dengannya! Dengan siapapun!”

  “Ada apa denganmu, Joongie?! Kenapa Hyung tidak boleh eoh?!”

Jaejoong semakin kuat meremat jemarinya.
Air matanya sudah merembes membasahi pipinya.

  “Karena Joongie sayang Yunnie Hyung! Joongie cinta Yunnie Hyung!” Pekiknya kesal.

DEG.

Yunho terkejut.
Kedua mata musangnya membesar dalam sekejap.
Menatap tidak percaya sosok cantik yang telah bersimbah air mata di hadapannya saat ini.
Ia mengerutkan dahinya.

  “Kau gay?” Bisiknya tidak percaya.

Jaejoong terkesiap.
Ia segera menggeleng kuat.

  “Ani! Joongie bukan gay! Joongie hanya suka pada Yunnie Hyung!” Jelasnya.

Berharap-harap cemas akan kalimat yang hendak dilontarkan Yunho sekali lagi.
Dadanya berdebar kencang.
Sangat kencang hingga seolah akan lepas dari tempatnya.
Kedua mata besarnya yang basah menatap takut pada Yunho ketika tatapan namja itu berubah.

Sepasang mata musang itu menatapnya dengan tajam.
Bibir tebalnya mendesis.

  “Aku hanya menganggapmu sebagai adikku, Jaejoong. Tidak kurang dan tidak lebih. Semua itu semata-mata karena aku adalah anak tunggal” Ujarnya.

Hati Jaejoong seakan tercubit mendengarnya.
Kepalan tangannya terbuka lemah.
Ia menatap Yunho penuh luka.

  “Aku tidak tahu kalau selama ini kau salah mengartikan rasa sayangku kepadamu”

  “….”

  “Kita tidak bisa lagi bersama, Jaejoong, mulai sekarang berhentilah mendekatiku”

  “H-Hyungie? Tapi—kenapa Hyung?”

Jaejoong terlihat shock.
Mata besarnya kembali meneteskan air mata.
Wajahnya mulai pucat.
Tapi ia masih bertahan menatap sepasang mata musang yang menghitam itu.

  “Perasaanmu itu sungguh menjijikkan, aku tidak suka”

DEG.

Mata besar Jaejoong melebar dalam sekejap.
Tubuhnya seakan beku.
Hatinya pecah berkeping-keping.
Kelopak mata sembab itu mengerjap pelan ketika Yunho beranjak pergi meninggalkannya seorang diri.

Jaejoong terduduk lemah di atas rerumputan.

Menatap kosong punggung Yunho yang menjauh.
Mendadak nafasnya terasa berat.
Tenggorokannya sakit, sungguh sakit.
Air matanya tidak berhenti mengalir.

Ia terdiam tanpa suara.

  “Joongie…menjijikkan?” Lirihnya hampa.


TBC :D

1 komentar:

  1. that's so rude of yunho.. :( bilang jaejoong menjijikan kasiann

    BalasHapus