Tittle:
ROTTEN LOVE
Genre:
YAOI
Author:
Shella Rizal a.k.a Park Sooji
Cast:
Yunjae and other
Length:
CHAPTER
Rating:
family-romance-hurt-friendship-violence-angst-mpreg-alur
sinetron
WARNING:
BOY x BOY! Yg ga suka YAOI mending cabut aja dari sini, cos author Cinta damai~
*kibar2
kutang Jae umma*
-------
If I knew it was a love that would end like this,
I wouldn’t even have started it.
Why you show up in front of me?
PART 1.
London, a long years
ago.
“Hahahaha~ Tangkap Junchaaaan~~”
“Joongie Hyung bisaa~ Chakkamaaan~~”
Suara derap
langkah kaki-kaki mungil itu terdengar di sepanjang halaman belakang kediaman
Kim.
Tampak dua bocah
berumur empat tahunan sedang berkejaran memutari meja bundar berwarna putih di
mana kedua orang tua mereka sedang duduk di sana.
Kim Heechul
tertawa gemas memperhatikan kedua putranya.
Sementara
suaminya, Hangeng Kim, hanya tersenyum tipis sembari membalik lembaran koran
yang sedang di bacanya.
Mereka baru saja
pindah ke negeri dongeng ini.
Oh-tentu saja.
Mengingat London
adalah pusat perindustrian saat ini.
Perintis
industri tekstil itu tidak mungkin melepaskan kesempatannya begitu saja kan?
“Joongie, Junchan, sudah cukup sayang, makan
kue dulu” Ujar Heechul lembut.
Putra sulung
keluarga Kim itu menoleh, mengerjapkan mata bulatnya yang begitu lucu dan
berpaling menarik jemari mungil adiknya.
Kim Junsu
mengangguk riang.
Ia menggoyangkan
jemari mereka yang bertautan dan mengikuti langkah kakaknya.
Aih, mereka
berdua terlihat seperti sepasang boneka yang sangat menggemaskan.
“Umma, Joongie mau itu” Tunjuk Jaejoong kecil
pada sebuah cupcake dengan hiasan
berbentuk gajah.
Junsu terus
memandangi cupcake ber-topping bebek kuning sejak tadi.
Tapi kemudian
perhatiannya teralih pada Hyungnya yang sudah menjilat-jilat hiasan gajah
berlumur krim itu.
“Umma, Junchan juga mau punya Hyung” Ucap
Junsu dengan suara khasnya.
“Eeh? Junchan kan sukanya bebek kuning, Umma
sendiri lho yang menghiasnya” Balas Heechul menaikkan alisnya.
Tapi Junsu sudah
terlanjur mengerucutkan bibir plump-nya.
Dahinya mengerut
lucu dengan pipi yang menggembung manis.
Hangeng tidak
bisa lagi menahan senyum gemasnya.
Ia mengacak
rambut bocah imut itu.
“Hahaha, Junchan sangat bergantung pada
Jaejoongie Hyung ne?” Tawa lelaki berperawakan Cina itu.
Jaejoong
menoleh, menyodorkan cupcake miliknya
yang sudah tampak berantakan karena beberapa krim kini menempel di sekitar pipi
dan mulutnya yang mungil.
“Jja, punya Hyung untuk Junchan~” Ucapnya
tersenyum.
Junsu balas
tersenyum.
Ia mengambil cupcake milik Jaejoong tidak peduli kue
mangkuk itu tidak lagi memiliki bentuk yang sempurna.
Kemudian mereka
tertawa bersama.
“Oh, terima kasih sudah memberikanku kedua
putra yang sungguh baik hati ini, sayang” Lirih Heechul mengusap lengan
suaminya.
Pria berjas itu
terkekeh kecil.
Ia balas
mengecup pipi kekasihnya.
“Mereka sama baik hatinya sepertimu, sayang”
Heechul
mengangguk.
Kembali
memperhatikan kedua bocah manisnya yang kini saling berceloteh riang entah
membicarakan apa.
Ia sangat-sangat
beruntung bisa memiliki Hangeng sebagai suaminya dan Jaejoong Junsu sebagai
putranya.
Hidupnya sungguh
sempurna.
Selama ia bisa
memliki mereka dalam hidupnya, tidak ada lagi yang Heechul inginkan.
.
.
.
Hangeng Kim
tidak pernah sedepresi ini selama hidupnya.
Ia tidak
mengacuhkan air matanya yang mengalir membasahi wajahnya.
Yang ia pikirkan
adalah kekasih hatinya dan juga kedua putra manisnya.
Jemari pria itu mencengkram
kuat telapak tangan istrinya.
Heechul tampak
kosong.
Kedua mata
bulatnya hanya memandang langit-langit ruangan sejak tadi.
Wajah cantiknya
tampak sembab.
Hatinya terluka.
Kedua putranya
baru saja mengalami penculikan yang entah apa motifnya.
Ia hendak
menemani kedua bocah itu ke supermarket tadi siang.
Tapi mendadak
dua buah mobil menghadang jalan mereka dan mengambil paksa kedua buah hatinya.
Mereka
dimasukkan ke dalam mobil yang berbeda, meninggalkan Heechul yang tertusuk
pisau di perutnya.
Mobil yang
membawa Junsu segera ditemukan setelah mobil tersebut mengalami tabrakan
beruntun di lampu merah.
Bocah imut itu
sedang dirawat intensif di rumah sakit saat ini.
Tapi mereka
tidak pernah bisa menemukan mobil yang membawa si sulung Kim.
“Putraku..Hiks..Jaejoongieku yang malang..”
Lirih Heechul meringis.
“Kumohon jangan seperti ini, sayang, aku
berjanji akan menemukan Jaejoongie untukmu, please”
Balas Hangeng seraya mengecupi dahi kekasihnya.
Heechul
menggeleng.
Ia menggigit
erat bibir bawahnya menahan perih.
Ya Tuhan,
putranya, hartanya yang paling berharga.
Ia tidak sanggup
membayangkan apa yang sedang dialami bocah kecilnya saat ini.
Tidak.
“Seluruh negeri sedang berusaha menemukan
Jaejoongie, Chullie-ah, kumohon kuatlah, uri Junchan sedang mengalami masa
kritisnya saat ini” Ujar Hangeng lagi.
Tangis Heechul
pecah.
Membuat Hangeng
segera memeluk erat kekasihnya.
“Kita akan menemukan Joongie secepatnya,
merawat Junchan hingga ia sembuh, dan setelah itu segalanya akan kembali seperti
semula, arasseo?” Bisik Hangeng lirih.
Heechul tidak
menyahut.
Ia hanya
mencengkram erat jas armani kekasihnya.
Menumpahkan
perasaannya yang terluka.
“Jaejoongieku..Hiks..Joongie kecilku..”
Ulangnya berkali-kali.
-------
Korea, few days
in a long years ago.
Bocah cantik
bernama Kim Jaejoong itu mengeluh seraya membuka kedua mata bulatnya.
Dahinya
mengernyit.
Di mana ini?
Jaejoong
mendongakkan wajahnya.
Merasakan sakit
yang amat sangat di leher putihnya.
Ia terkejut
ketika meraba bagian itu dan mendapatkan perban yang mengelilingi lehernya.
Bola matanya
berair dalam sekejap.
Ia melihat
banyak wanita yang berbaju putih berlalu-lalang di sekitarnya.
Ada tabung
oksigen di sisi ranjang miliknya saat ini.
Kemudian
tirai-tirai putih bersih yang memisahkan beberapa ranjang yang dapat ia lihat
di seberang sana.
“U-Umma..” Lirih Jaejoong ketakutan.
Tubuhnya
bergetar hebat.
Leher dan
punggungnya terasa sangat sakit.
Dan ia ingin
Ummanya.
“Kau sudah sadar, sayang?”
DEG.
Jaejoong kecil
yang sedang menangis terkejut.
Ia menoleh dan
mengerjapkan mata basahnya menatap sesosok pria cantik berkulit putih yang
sedang tersenyum lembut kepadanya.
Namja mungil itu
mengangguk pelan dengan air mata yang masih mengalir dalam diam.
Membuat pria
cantik itu mengusap lembut dahi Jaejoong.
“Jangan menangis lagi oke? Kau aman sekarang”
Bisiknya lembut.
“Joongie..Joongie mau Umma” Bisik Jaejoong
serak.
Pria cantik itu
tersenyum sedih.
Ia mengecup pipi
gembul Jaejoong yang basah dan beranjak dari sana.
Tidak
mengacuhkan rengekan Jaejoong.
“Wonnie” Lirih pria cantik itu setelah
menemukan suaminya yang masih berbincang dengan dokter yang merawat bocah kecil
itu.
Pria berlesung
pipi bernama Jung Siwon itu menoleh, memandang istri cantiknya yang berkaca-kaca.
Ia segera
merengkuh bahu Jung Kibum.
Sepasang suami
istri yang baru saja menikah tiga bulan yang lalu ini hendak merayakan hari
jadi pernikahan mereka di sebuah restoran mahal 24 jam sebelumnya.
Kibum memaksa
sang suami untuk menghentikan mobil mewahnya ketika jalanan ditutup karena
penangkapan buronan di ujung jalan.
Mereka berdua
beranjak turun dari mobil dan menghampiri polisi yang ada di sana.
Penuh pita
kuning di sekeliling jalan.
Siwon mendapat
informasi kalau buronan yang ditangkap kali ini adalah beberapa penculik yang
berniat menjual setiap anak yang mereka dapatkan.
Para polisi dan
detektif yang ada juga sedang menyelidiki calon pembeli dari anak-anak yang
diculik.
Saat itulah
Kibum mendapati Jaejoong yang pingsan di dalam tandu yang di bawa oleh beberapa
perawat darurat.
Ia menarik
kekasihnya dan meminta pria itu untuk mengambil alih perawatan Jaejoong.
Dan siapa yang
berani menolak seorang Jung eh?
Keluarga yang
paling berkuasa di Korea Selatan ini.
“Kita akan membawanya bersama kita kan?”
Tanya Kibum memohon.
Jung Siwon
menaikkan alisnya.
Menatap dokter
yang menunggu pembicaraannya dengan Kibum selesai.
Pria berlesung
pipi itu memandang langsung kedua mata bulat istrinya.
“Kita tidak bisa melakukan itu, Kibummie
sayang, bagaimana kalau orang tuanya sedang mencari anak itu hn?”
“Asal usul anak itu tidak jelas kecuali
kalung bertulisan Jaejoong di lehernya, Wonnie ah”
“Tapi tetap saja----”
“Aku berjanji akan membesarkannya dengan
penuh cinta, Siwonnie, kau tahu kita tidak akan pernah bisa memiliki anak
sampai kapanpun, dan aku ingin bocah itu, aku menginginkan Jaejoong”
“Bummie”
“Kau mencintaiku kan, Won ah?”
Pria berlesung
pipi itu mendesah.
Ia mengusap
sayang kepala istrinya.
Kemudian ia
beralih kepada dokter yang masih berdiri di sampingnya sejak tadi.
“Bagaimana menurut anda, dokter?” Tanya Siwon
pelan.
Jung Kibum sudah
tersenyum di balik wajah sembabnya.
Ia tahu Siwon
tidak akan pernah bisa menolak permintaannya.
Apapun itu.
“Rumah sakit akan tetap memasang nama anak
itu di data pencarian, aku akan menemui anda kalau seseorang mencari anak itu”
Sahut sang dokter.
Kibum
mengernyit.
Tidak akan,
bisiknya dalam hati.
Mata bulatnya
beralih memandang ranjang rawat bocah cantik yang malang itu.
Tidak, ia sudah
terlanjut jatuh cinta pada anak itu.
Pertemuan mereka
sudah ditakdirkan, Jaejoong adalah putranya mulai sekarang.
Jung Jaejoong.
.
.
.
Kali kedua
Jaejoong terbangun dari tidur lelapnya ia mendapatkan sebuah ruangan seluas kamarnya
dan Junsu di pandangannya.
Tidak ada lagi
wanita-wanita berbaju putih yang berlalu-lalang di depannya.
Tidak ada lagi
tirai-tirai pemisah.
Mata bulatnya
mengerjap memperhatikan sebuah lemari kaca yang berisi berbagai macam boneka
dan mainan di dalam sana.
Ia menoleh, ada
sebuah miniatur rumah-rumahan sebesar dirinya di sudut ruangan.
Kamar ini
berdinding merah muda.
Dan perhatiannya
teralihkan ketika pintu berwarna putih itu terbuka.
“Oh, dear,
kau sudah bangun ternyata” Pekik Kibum tersenyum senang.
Jaejoong ingat
pria cantik itu.
Pria yang ia
temui di rumah sakit.
Pria yang sangat
suka mencium pipi gembulnya.
“Bagaimana lehermu, sayang? Masih sakit?”
“Ne..”
“Sebentar lagi juga sembuh, jja, kau suka
bubur ayam? Umma membuatkannya khusus untukmu”
DEG.
Jaejoong
mengerutkan dahinya.
Umma?
Bocah cantik itu
menatap langsung kedua mata bulat milik Kibum.
“Joongie sudah punya Umma, Joongie juga sudah
punya Appa dan Junchan” Ujar Jaejoong polos.
Oh, Jung Kibum
terkikik gemas.
Ia memeluk bocah
cantik itu dan mengusap lembut punggungnya.
“Kalau begitu Joongie punya dua Umma
sekarang” Ujarnya.
“Joongie mau bertemu Umma Joongie, Umma nomor
satu” Balas Jaejoong.
Namja berkulit
salju itu melonggarkan pelukannya.
Memandang wajah
cantik Jaejoong yang mendongak padanya.
“Ne, nanti kita akan bertemu dengan Umma
Joongie arra? Tapi Joongie harus ingat, kalau mulai sekarang Umma nomor satu
Joongie adalah yang ini” Sahut Kibum seraya menunjuk dirinya sendiri.
Jaejoong
terdiam.
Tapi beberapa
detik kemudian ia mengangguk patuh.
Membuat Kibum
semakin sayang kepadanya.
“Jja, kita sarapan sekarang, Joongie pasti
sudah sangat lapar anitji?”
“Ung, Joongie lapar”
“Joongie suka bubur ayam kan sayang?”
“Ne Umma, Joongie suka, Joongie juga suka
Junchan, gajah, dan kue manis”
Pria berkulit
salju itu menaikkan alisnya.
Ia tertawa lucu
dan mengecup gemas dahi bocah cantik itu.
Ah, ia sungguh
bahagia sekarang.
“Kalau Joongie sudah sembuh kita akan pergi
membeli boneka gajah yang banyak untuk Joongie”
“Jadi Joongie harus cepat sembuh, Umma?”
“Ne, Joongie harus rajin makan dan minum
obat”
“Joongie sudah sembuh~!”
“Hahaha~ Aigoo~ Tapi Umma masih menganggapmu
sakit, sayang. Jja, buka mulutmu, nanti siang Appa akan membawakan mainan
untukmu”
“Appa? Joongie juga punya dua Appa?”
Jung Kibum
mengangguk.
“Iya, dan mulai sekarang ia adalah Appa nomor
satu Joongie” Sahutnya tersenyum.
-------
Natal tahun ini
terasa berbeda bagi Jung Keybum.
Ia mendapati
rumahnya kini ramai dengan seluruh keluarga yang sedang berkumpul.
Mata kucingnya
melirik putra tunggalnya, Jung Yunho, yang sedang duduk di sofa ruang tengah
bersama pamannya.
Kemudian ia
menoleh, memandang kembaran laki-lakinya yang sedang membasuh tangan mungil
putra angkatnya di dapur.
Keybum tahu
tidak seharusnya ia membenci pemandangan itu.
Tapi entah
mengapa ia merasa tidak senang.
Baginya darah
keluarga Jung adalah mutlak.
Bagaimana bisa
kakak kesayangannya itu berpikir untuk mengadopsi seorang anak?
Seorang anak
yang tidak jelas asal-usulnya.
Yang tidak
mengalir sedikitpun darah seorang Jung di nadinya.
Ia tahu Kibum
tidak bisa memiliki anak, tapi pria cantik itu bisa menjalani program
kedokteran untuk mendapatkan bayinya sendiri aniya?
“Appa, Joongie bawa kue kesukaan Appa~!” Pekik
Jaejoong setelah mengeringkan tangannya.
Ia berlari
menghampiri Siwon dan tertawa lucu ketika pria berlesung pipi itu mengangkat
tubuhnya dan mendudukkannya di pangkuan pria itu.
“Appa, Hyung ini siapa?” Tanya Jaejoong
ketika matanya bertemu dengan sepasang mata musang milik putra Keybum.
“Namanya Jung Yunho, Jaejoongie sayang, ini
sepupu Joongie” Sahut Siwon lembut.
Jaejoong
tersenyum manis kepada laki-laki berumur 6 tahun itu.
Yang dibalas
dengan senyum milik Yunho.
“Yunnie Hyung suka gajah?” Tanya Jaejoong
tiba-tiba.
Siwon terkikik
gemas dibuatnya.
“Ani” Jawab Yunho singkat.
Eoh?
Mata bulat
Jaejoong meredup sedih.
Ia menatap sendu
namja tampan itu.
“Tapi mungkin Hyung bisa suka kalau Joongie
mau memberikan kue itu untuk Hyung” Lanjutnya lagi.
Mata besar
Jaejoong segera berbinar gembira.
Ia menyodorkan
kue yang tadinya ingin diberikan kepada Appanya begitu saja.
Yunho mengambil
kue tersebut dan tersenyum tipis.
Membuat Siwon
tidak bisa menahan senyumnya.
Semoga Yunho
bisa menjaga Jaejoong saat mereka besar nanti, pikir namja berlesung pipi itu.
-------
“Joongie pulaaang~!”
Pria berkulit
salju itu menolehkan pandangannya, menangkap sosok remaja cantik yang berjalan
menghampirinya.
Ah, Jaejoongnya
sudah besar, umurnya 15 tahun sekarang.
Waktu bergulir
begitu cepat, pikir Jung Kibum.
Rasanya baru
saja ia bertemu bocah cilik itu di rumah sakit kemarin.
Mengingat hal
itu membuat Kibum menghembuskan nafas.
Diam-diam merasa
lega mengetahui Jaejoong telah melupakan masa kecilnya yang buruk.
Pria cantik itu
tidak mengingat satupun mengenai penculikan yang dialaminya.
Sepertinya kedua
pasangan Jung ini berhasil mencuci pikiran namja cantik itu eh?
Bahkan Jaejoong
dibesarkan seperti putra mereka sendiri.
Membuat namja
cantik itu berasumsi kalau ia memang putra kandung dari Umma angkatnya.
“Joongie lapar?” Tanya Kibum setelah
melonggarkan pelukan erat dari putra kesayangannya.
Jaejoong
tersenyum manis.
Ah, ia tumbuh
dengan baik.
Lihatlah wajah
yang rupawan itu, benar-benar sempurna.
“Tentu saja Joongie lapar, Yunnie Hyung hanya
mentraktir Joongie es krim tadi” Lapor namja cantik itu.
“Hee? Yunnie Hyung lagi?” Balas Kibum
menaikkan alisnya jahil.
Jaejoong mencebil.
“Umma tahu Yunnie Hyung yang paling dekat
dengan Joongie”
“Nee nee, arasseo, Yunniemu itu yang nomor
satu”
“Anii~ Umma dan Appa yang nomor satuu~”
Aih, Jung Kibum
tersenyum geli mendengarnya.
Ia mengecup
manis dahi Jaejoong dan menepuk pelan bahunya.
“Jja, Joongie ganti baju, setelah itu kita
makan, Umma sudah lapar”
“Mwo? Umma belum makan?! Umma, ini sudah jam
tiga sore! Kalau Appa tahu ia pasti marah!”
“Appa tidak akan tahu kalau Joongie tidak
berbicara”
“Ummaaaa~~ Kita semua tidak ingin Umma sakit,
lain kali kalau sudah jam makan siang Umma harus segera makan oke?”
Pria berkulit
putih itu mengangguk patuh.
Membuat Jaejoong
tersenyum puas dan segera berlari memasuki kamarnya.
Meninggalkan
Kibum yang terus memandangi punggungnya penuh sayang.
.
.
.
“Appa, ada tamu ya?”
Siwon menoleh
ketika putra tercintanya mendekati dirinya.
Remaja cantik
itu tampak menggemaskan dengan piyama hamtaronya.
“Ne, kenapa Joongie bangun? Ini sudah jam
tidurmu, sayang” Ujar Siwon tersenyum.
Jaejoong
mendengus.
Ia mendekati
Appanya dan memeluk pria berlesung pipi itu manja.
“Joongie mau minum susu, siapa yang datang,
Appa?”
“Ah, pamanmu”
“Apa Yunnie Hyung juga ikut?”
“Hmmm”
Jaejoong
mengerutkan dahinya mendapati wajah konyol Appanya.
Beberapa detik
kemudian ia membulatkan mata besarnya tidak percaya.
“Yunnie Hyung juga ada kan, Appa?!” Pekiknya
heboh.
Siwon mengangguk
pelan mendapati reaksi histeris putranya.
Namja cantik itu
segera melepaskan pelukannya pada sang Appa dan berlari menuruni tangga.
“Jaejoongie hati-hati!” Teriak Siwon panik.
Tapi Jaejoong
tidak peduli.
Pria cantik itu
sudah tertawa-tawa lucu meluncur dari anak tangga.
Senyumnya
mengembang mendapati sosok tampan kesayangannya yang kini duduk di ruang tengah
bersama Jung Jinki.
“Yunnie Hyung!” Panggil Jaejoong riang.
Eoh?
Namja tampan itu
menoleh, balas tersenyum kepada Jaejoong yang kini berdiri di hadapannya.
“Joongie kenapa belum tidur?” Tanya Yunho
menaikkan alisnya.
“Joongie mau minum susu, Hyung kenapa ke
sini? Kenapa harus malam-malam? Besok siang kan bisa sepulang sekolah” Celoteh
Jaejoong lucu.
Jinki tersenyum
geli dibuatnya.
“Kajja, Hyung temani buat susunya, setelah
ini Joongie tidur ya?”
“Hyung belum jawab pertanyaan Joongie~!”
Yunho menarik
tangan namja cantik itu.
Membawanya
memasuki dapur, meninggalkan Appanya yang sudah ditemani oleh Siwon.
“Urusan kantor, Jaejoongie, Ahjuma sudah
tidur ya?” Tanya Yunho seraya membuka tutup kotak susu yang ada di kulkas.
Jaejoong
mengangguk.
Bibir cherry-nya mengerucut imut.
“Habiskan susunya” Titah Yunho seraya
menyerahkan gelas kaca itu.
“Tapi malam ini Yunnie Hyung menginap yah?
Tidur dengan Joongie yah?” Bujuk Jaejoong membinarkan kedua mata bulatnya.
Kkh.
Yunho mengangguk
pelan.
Jaejoong segera
tersenyum lebar kembali dan menghabiskan susunya dalam beberapa teguk.
“Kajja Hyung, kajja!” Pekiknya menarik tangan
Yunho.
Namja tampan itu
mengikuti langkah Jaejoong.
Melambaikan
tangan kepada Appanya yang menoleh padanya secara tidak sengaja.
Kedua remaja itu
menaiki tangga bersamaan dan memasuki kamar namja cantik itu.
Jaejoong segera
merapat kepada Yunho yang berbaring di ranjangnya.
Membuat namja
tampan itu tersenyum kecil dan memeluk erat namja cantik itu.
Mengecup pipi
gembulnya dengan sayang.
“Jalja, Jaejoongie” Bisik Yunho pelan.
“Un, jalja, Yunnie Hyung” Balas Jaejoong
berbisik.
Oh, dadanya
sungguh berdebar-debar saat ini.
-------
Namja cantik itu
mengepalkan kedua tangannya erat ketika pandangannya menangkap sosok tampan
sepupunya yang sedang bercengkrama akrab bersama seorang wanita cantik berambut
hitam panjang di halaman belakang sekolah.
Dahinya
mengernyit, sementara bibirnya mencebil kuat.
Ia gusar.
Hatinya sakit
seakan ditusuk-tusuk oleh benda tajam.
Ia tidak suka
melihat tawa Hyungnya yang bebas bersama wanita itu.
Tidak peduli
mereka teman akrab atau apapun itu.
Jaejoong
benar-benar terbakar cemburu sekarang.
Pria cantik itu
berjalan cepat menuju sepupu tampannya.
Ia menahan nafas
ketika kakinya berhenti tepat di hadapan Yunho hingga membuat namja tampan itu
harus mendongak menatapnya.
“Jaejoongie?” Gumam Yunho pelan.
Tawa riang itu
berhenti.
Wanita berambut
panjang bernama Ahra itu ikut mendongak, menatap sosok cantik yang ia tahu
adalah adik sepupunya Yunho.
“Hyung ngapain di sini?” Tanya Jaejoong
ketus.
“Eoh? Hyung sedang mengobrol bersama Ahra,
ada apa? Joongie ingin makan di kantin sekarang?” Balas Yunho santai.
Jaejoong
menggertakkan giginya.
Mata bulatnya
terasa panas sekarang.
“Kenapa harus dengan dia? Joongie tidak
suka!” Pekiknya.
“Jaejoongie, sopankan omonganmu” Sahut Yunho
yang kini sudah berdiri di hadapan Jaejoong.
“Tapi Joongie sungguh-sungguh, Yunnie Hyung!
Joongie tidak suka melihat Hyung bersama wanita ini!”
“Hyung dan Ahra hanya teman sekelas, Joongie,
jangan berlebihan”
Wanita berambut
panjang itu menelan salivanya tidak enak.
Ia segera
menatap Yunho dan tersenyum kecil kepadanya.
“Uhm, Yun, aku baru ingat kalau Yoonhye Sam
memintaku ke ruangannya, anyeong”
Yunho baru saja
akan menahan wanita itu, tapi Ahra sudah terlanjur meninggalkan mereka berdua.
Ia kembali
menatap sengit adik sepupunya.
Wajah Jaejoong
tampak merah sekarang.
“Lihat, ia pergi karenamu, minta maaf
padanya” Ujar Yunho.
“Tidak mau!” Seru Jaejoong mengerutkan
dahinya.
Yunho
mengernyit.
“Minta maaf, Jung Jaejoong! Kau bersalah
padanya!”
“Joongie tidak mau! Kenapa Hyung membentak
Joongie?! Joongie tidak suka melihat Hyung dekat dengannya! Dengan siapapun!”
“Ada apa denganmu, Joongie?! Kenapa Hyung
tidak boleh eoh?!”
Jaejoong semakin
kuat meremat jemarinya.
Air matanya
sudah merembes membasahi pipinya.
“Karena Joongie sayang Yunnie Hyung! Joongie
cinta Yunnie Hyung!” Pekiknya kesal.
DEG.
Yunho terkejut.
Kedua mata musangnya
membesar dalam sekejap.
Menatap tidak
percaya sosok cantik yang telah bersimbah air mata di hadapannya saat ini.
Ia mengerutkan
dahinya.
“Kau gay?”
Bisiknya tidak percaya.
Jaejoong
terkesiap.
Ia segera
menggeleng kuat.
“Ani! Joongie bukan gay! Joongie hanya suka pada Yunnie Hyung!” Jelasnya.
Berharap-harap
cemas akan kalimat yang hendak dilontarkan Yunho sekali lagi.
Dadanya berdebar
kencang.
Sangat kencang
hingga seolah akan lepas dari tempatnya.
Kedua mata
besarnya yang basah menatap takut pada Yunho ketika tatapan namja itu berubah.
Sepasang mata
musang itu menatapnya dengan tajam.
Bibir tebalnya
mendesis.
“Aku hanya menganggapmu sebagai adikku,
Jaejoong. Tidak kurang dan tidak lebih. Semua itu semata-mata karena aku adalah
anak tunggal” Ujarnya.
Hati Jaejoong
seakan tercubit mendengarnya.
Kepalan
tangannya terbuka lemah.
Ia menatap Yunho
penuh luka.
“Aku tidak tahu kalau selama ini kau salah
mengartikan rasa sayangku kepadamu”
“….”
“Kita tidak bisa lagi bersama, Jaejoong,
mulai sekarang berhentilah mendekatiku”
“H-Hyungie? Tapi—kenapa Hyung?”
Jaejoong
terlihat shock.
Mata besarnya
kembali meneteskan air mata.
Wajahnya mulai
pucat.
Tapi ia masih
bertahan menatap sepasang mata musang yang menghitam itu.
“Perasaanmu itu sungguh menjijikkan, aku
tidak suka”
DEG.
Mata besar
Jaejoong melebar dalam sekejap.
Tubuhnya seakan
beku.
Hatinya pecah
berkeping-keping.
Kelopak mata
sembab itu mengerjap pelan ketika Yunho beranjak pergi meninggalkannya seorang
diri.
Jaejoong
terduduk lemah di atas rerumputan.
Menatap kosong
punggung Yunho yang menjauh.
Mendadak
nafasnya terasa berat.
Tenggorokannya
sakit, sungguh sakit.
Air matanya
tidak berhenti mengalir.
Ia terdiam tanpa
suara.
“Joongie…menjijikkan?” Lirihnya hampa.
TBC :D
that's so rude of yunho.. :( bilang jaejoong menjijikan kasiann
BalasHapus