I
dont want you to go even if you’re tellin’ me
You’ve
gotten over me boy
Cause
lately I realized without you
I
can’t live another day
“Karena orang yang paling banyak
tersenyum adalah orang yang paling banyak terluka”
PART
7.
Namja cantik itu sedang berbaring di
atas tubuh Yunho saat ini.
Mereka baru saja menyelesaikan kegiatan
melampiaskan rindu yang memakan waktu hingga setengah hari.
Jaejoong merasakan tubuhnya remuk—tapi itu
pantas.
Sementara Yunho masih mengatur nafasnya
yang menderu tidak teratur seraya mengusap kepala Jaejoong yang bersandar di
dadanya.
Rasanya seperti mimpi.
Mimpi indah yang tak pernah usai.
“Apa kau tahu kalau aku menunggumu?” Bisik Jaejoong dengan suaranya yang
serak dan hampir parau.
“Dan apakah kau tahu bahwa aku hampir gila karena begitu merindukanmu?”
Balas Yunho lembut.
Jaejoong mengerjapkan mata bulatnya yang
sudah kembali terasa panas dan basah.
Ia semakin mempererat pelukannya di
tubuh telanjang Yunho seolah tidak ingin kehilangan lagi.
“Kenapa kau baru menemuiku sekarang?”
“Kau pasti tidak akan percaya. Dua tahun aku mencarimu tapi tidak
satupun Kim Jaejoong yang kutemukan. Aku akan memberikan Kim Junsu hadiah untuk
ini”
“Eoh? Junsu?”
“Ya, kemarin sore aku mendapatkan telepon dari Junsu—yang entah
bagaimana mendapatkan nomor ponselku. Dan dia memberitahuku di mana aku bisa
menemukan dirimu dan bercinta denganmu habis-habisan”
“Junchan tidak mungkin berkata seperti itu”
“Memang, aku mengarang bagian akhirnya”
Uh—Jaejoong tidak bisa menahan senyum
bahagianya mendengar hal tersebut.
“Aku tidak tahu kalau itu Junchan, awalnya aku berpikir kalau ini semua
karena Changmin”
“Mwo? Changmin? Shim Changmin?”
“Ya, setelah kepergianmu aku hanya punya mereka di dunia ini. Changmin
dan Junsu selalu membantuku dan berdiri di sampingku setiap kali aku sedih”
Shim Changmin, eh?
Namja tampan itu menaikkan alis
mendengarnya.
“Apa yang kau pikirkan?” Bisik Jaejoong seraya membalikkan tubuhnya
hingga kini ia bertelungkup di atas Yunho.
“Banyak hal” Balas Yunho menunduk—membelai lembut pelipis basah
Jaejoong.
“Apakah hal itu berkaitan denganku atau tidak?”
Namja cantik itu terkejut saat Yunho
mendadak bangkit seraya menarik serta dirinya.
Mata bulat Jaejoong menatap bingung
Yunho yang kini duduk di hadapannya.
Menerka-nerka apa yang hendak namja
tampan itu sampaikan kepadanya.
“BooJae, aku minta maaf” Ujar Yunho menatap dalam mata bulat yang selalu
dipujanya itu.
“Ani—Aniyo, jangan katakan itu! Jangan lakukan hal ini!” Seru Jaejoong
kaget dan dengan cepat mencengkram tangan Yunho.
“Tidak, kau harus mendengarkanku sampai aku selesai”
“Yun—”
Ucapan Jaejoong terhenti saat jemari
Yunho menangkup pipinya.
Perlahan namja tampan itu mendekatkan
wajah mereka dan menyatukan dahinya dengan dahi Jaejoong.
Memejamkan mata musangnya seraya
menghembuskan nafas berat.
“Aku telah membuatmu begitu menderita” Bisik Yunho parau.
“Ani—Yunnie anitji!” Seru Jaejoong bergetar.
Ia tahu Yunho salah karena terlalu lama
untuk pergi dari sisinya.
Tapi tetap saja ia tidak bisa melihat
pria yang selama ini tampak kuat di hadapannya menjadi lemah seperti ini.
Jaejoong tidak sanggup—karena Yunho
terlalu berharga untuknya.
“Aku berjanji tidak akan mengulangi kesalahan yang sama lagi, aku
berjanji kalau kau tidak akan pernah lagi menderita karenaku”
“Tidak, jangan berjanji”
“Kim Jaejoong, maukah kau kembali hidup bersamaku?”
Mata besar Jaejoong mengerjap cepat dengan
air mata yang menetes jatuh membasahi pipinya.
Ia menggigit bibirnya menahan getar.
“Maukah kau menikah denganku?”
DEG.
“A—apa?”
Yunho menjauhkan wajah mereka—menatap
mata basah Jaejoong dengan seluruh cinta yang ia punya.
“Menikah, sayang, menikah denganku” Ujar Yunho tersenyum.
Pupil gelap Jaejoong bergerak-gerak
tidak yakin balas memandang wajah Yunho.
Bibir merahnya bergetar—ingin bersuara
namun tak bisa.
Yunho yang melihat hal tersebut pun
mengusap rambut Jaejoong yang terasa basah karena keringat.
Menunggu dengan sabar apa yang ingin
diucapkan oleh Jaejoong kepada dirinya.
“Yu-Yunnie..Aku—”
“Ya, BooJae, ya?”
“Aku tidak bisa menikah denganmu—”
“Apa?”
Mata musang Yunho membesar sempurna.
Menatap bingung namja cantik itu.
Sementara Jaejoong sudah beringsut
mundur hingga punggung telanjangnya membentur kepala ranjang.
Ia merengut ketakutan.
“Aku tidak ingin menikah denganmu..Lalu..Lalu kau akan pergi
meninggalkanku seorang diri..Andwae!” Seru Jaejoong menggeleng.
“Hei, tidak ada yang akan meninggalkan di sini, aku akan selalu berada
di sisimu, Jae” Ujar Yunho cepat—mencondongkan tubuhnya mendekati kekasih
hatinya.
Hatinya seakan tercubit memandang namja
cantiknya yang kini terisak-isak seraya merenggut selimut putih yang menutupi
pinggangnya.
“Aku tidak mau Yunnie..Hiks..Tidak mau merasakan sakit lagi, tidak mau
sendirian lagi..Hiks..Aku takut..” Isak Jaejoong
“Ssh..Sini Boo..Sini” Desis Yunho seraya mengambil Jaejoong ke dalam
pelukannya.
Membiarkan air mata namja cantik itu
membasahi dada bidangnya.
Sementara tangannya sudah mengusap-usap
punggung telanjang kekasihnya dengan penuh sayang.
Mengecup puncak kepala pria cantik itu
sesekali.
“Tenang Jaejoongie, hentikan tangismu”
“Ottokhe Yunnie yah..Ottokhe.. Hiks..”
“Baiklah, kita sudahi saja pembicaraan ini oke? Ayo kembali tidur”
Jaejoong terbatuk di sela tangisnya saat
Yunho membawanya untuk berbaring seperti semula.
Namja cantik itu mengusap air matanya
dan menenggelamkan wajahnya di leher Yunho.
Tangisnya mulai mereda—mengundang kuap
yang melelapkan dirinya.
Meninggalkan Yunho yang masih terjaga
memeluk dirinya.
Menatap langit-langit kamar sempit itu
dengan dahi yang mengernyit dalam.
Kim Junsu harus membuka mulutnya setelah
ini.
Jaejoongnya jelas-jelas bermasalah.
-------
Changmin menelan salivanya.
Sial, tidak seharusnya ia merasa takut.
Tapi jantungnya tidak bisa berkhianat
ketika ibu tirinya mengatakan bahwa ayahnya sedang menerima tamu yang spesial
di ruang kerjanya.
Dari sekian banyak pengusaha kenapa
harus Jung Yunho yang menjadi rekan bisnis ayahnya?
Apakah ini hanya kebetulan atau Yunho
sengaja mendekati keluarganya?
Namja berwajah kekanakan itu bahkan
merasakan tangannya basah saat asisten ayahnya mengatakan bahwa tuan besar
meminta dirinya untuk masuk ke dalam dan menyapa Yunho.
Untung saja ia bisa menguasai dirinya
agar ia terlihat biasa saja saat bertemu dengan mata musang yang tajam itu.
“Changmin, Yunho memberitahuku kalau kalian satu sekolah dulu” Ujar tuan
Shim tersenyum kepada putranya.
“Tapi kami tidak sedekat yang kau pikirkan, tuan Shim. Changmin lebih
dekat dengan ayahku” Ujar Yunho mengangkat gelas wine-nya.
DEG.
Mata bambi Changmin membulat sempurna.
Namja berwajah kekanakan itu menatap
Yunho yang menyeringai kepadanya.
Changmin menyumpah di dalam hati,
tangannya semakin berkeringat.
Jung Yunho sialan! Brengsek! Bagaimana
bisa ia tahu?! Seru Changmin dalam hatinya.
“Oh ya? Kenapa aku tidak tahu?” Gumam tuan Shim menatap putranya.
“Hanya masalah kecil, Appa. Lagipula tidak baik membicarakan orang yang
sudah tidak ada lagi di dunia ini” Balas Changmin dengan giginya yang rapat.
Ia gelisah—sungguh.
Changmin sama sekali tidak bisa menebak
apa yang sedang pria Jung itu pikirkan saat ini.
Apakah ia akan mati setelah pertemuan
ini selesai?
Ia cukup mengenal watak tuan muda Jung
itu sejak dulu.
Namja berwajah kekanakan itu kembali
menatap ayahnya.
Ia membungkuk.
“Appa, bisakah aku kembali ke kamar? Masih ada tugas yang harus
kuselesaikan”
“Tugasmu bisa menunggu, Changmin. Aku ingin kau menemani Yunho sejenak
karena aku harus menemui tamu lain yang baru saja tiba”
“Appa—”
“Ini perintah, Shim Changmin”
Cih.
Namja berwajah kekanakan itu mengepalkan
tangannya tanpa sadar.
Ia menggertakkan gigi dalam diam menatap
ayahnya yang sudah menghilang di balik pintu ruangan tersebut.
Meninggalkan dirinya bersama seseorang
yang paling tidak ingin ia temui lagi seumur hidupnya.
Yunho menyeringai memperhatikan Changmin
yang tampak gugup.
Ia menggoyangkan gelas wine-nya dan menyesapnya pelan.
Menatap tajam putra sulung tuan Shim
yang sudah kembali duduk di kursinya.
Kemudian ia meletakkan gelas kacanya dan
menyilangkan kakinya memulai pembicaraan.
“Shim Changmin” Panggilnya.
“Apa?” Sahut Changmin cepat—ia tidak ingin berlama-lama dengan pria
berbahaya ini.
“Aku ingin bertanya padamu, aku sungguh penasaran”
“Tanya apa? Jangan berbasa-basi!”
“Mengapa kau mengirimkan email untuk ayahku?”
DEG.
Mata bambi Changmin membesar dalam
sekejap, namun ia dengan cepat segera menguasai dirinya.
“Karena suatu hal, dan itu cukup aku saja yang tahu” Ujar Changmin
menelan salivanya.
“Oh ya? Dengarkan aku, bocah, aku memintamu untuk jujur dan ini kali
terakhir aku bertanya. Mengapa kau mengirimkan email untuk ayahku?” Gertak
Yunho tidak sabar.
Changmin terdiam.
Keringat dingin sudah membasahi
punggungnya.
Ia mengalihkan pandangannya kepada gelas
kaca Yunho yang tergeletak di atas meja.
Namja berwajah kekanakan itu
menimbang-nimbang keputusannya untuk menjawab dengan jujur atau tidak.
Yunho sudah mengetuk-ketukkan jemarinya
di atas lututnya menunggu.
Menatap tajam setiap hal yang diperbuat
oleh Changmin.
“Jika aku menjawab dengan jujur, apa yang akan kau lakukan kepadaku?”
Tanya Changmin hati-hati.
“Tergantung dari jawabanmu” Balas Yunho melebarkan seringainya.
“Kalau begitu silahkan mencari jawabannya sendiri”
“Berani sekali—”
“Dengar, Jung Yunho-ssi, apa yang terjadi di masa lalu, aku minta maaf
kepadamu. Aku hanyalah seorang remaja yang menyukai tantangan waktu itu. Tapi
sekarang aku telah dewasa dan aku sadar bahwa perbuatanku di masa lalu itu
tidak benar. Maka dari itu aku mengirimkan email kepada ayahmu”
“Kau membunuhnya, kau tahu?”
Changmin terdiam.
Ia mengepalkan tangannya dan menarik
seringai tipis di bibirnya.
“Tapi kupikir kau sama sekali tidak keberatan dengan hal itu”
Yunho berdecih.
“Aku tetap ingin tahu, Shim Changmin. Apa yang kau lakukan di masa lalu
bersama ayahku sampai kau bisa mendapatkan rekamanku yang sedang bercinta
dengan Jaejoong di sekolah!” Gertaknya marah.
Namja berwajah kekanakan itu membeku.
Mata bambinya membulat sempurna.
Jantungnya mulai berdebar kencang
ketakutan.
Gosh—Yunho tahu isi email itu?!
Bagaimana bisa?! Bukankah ia sudah
mengobrak-abrik sistem email tersebut agar hanya dapat terbuka sekali saja?!
“Ayahmu membayarku untuk mengawasi kalian berdua” Gumam Changmin
bergetar.
Sial.
Ia sudah tertangkap basah—tidak mungkin
lagi untuk melarikan diri.
Changmin siap untuk mati setelah ini.
“Sudah kuduga” Desis Yunho berbahaya.
Tidak ada lagi seringai apapun di wajah
tampan itu.
Hanya mata musangnya yang berkilat-kilat
penuh amarah.
Menatap pria yang kini menundukkan wajah
di hadapannya.
Jadi semuanya karena namja sialan
ini—karena pria ini ia harus tersiksa selama bertahun-tahun dan berpisah dengan
Jaejoongnya?!
“Aku ingin sekali mencekikmu sampai kau tidak bisa lagi bernafas, Shim
Changmin” Ujar Yunho menggertakkan giginya.
Changmin mencengkram lututnya tanpa
sadar.
Pria itu meringis.
“Tapi Jaejoong tidak akan menyukainya, kau cukup beruntung” Sambung
Yunho dengan suaranya yang menggeram marah.
“J—Jaejoong?” Lirih Changmin terkejut.
“Dia memberitahuku kalau kau dan Junsu yang menemani dirinya selama aku
tidak ada. Katakan kepadaku, Changmin. Kenapa kau malah membantu Jaejoongku dan
apa saja yang telah terjadi kepadanya selama ini?”
“Aku—di hari itu—kau pergi dan aku melihatnya. Aku berjaga di lobi
apertemen semalaman karena perintah ayahmu, lalu di pagi harinya aku menemui
Jaejoong untuk memastikan kalau ia baik baik saja—tapi ia tidak baik-baik saja”
“Apa maksudmu?”
“Pagi itu Jaejoong melakukan percobaan bunuh diri untuk yang pertama
kalinya”
DEG.
Yunho terkejut.
Tubuhnya bergetar tidak percaya
mendengar setiap ucapan yang keluar dari bibir Changmin.
Pemuda jangkung itu memberanikan diri
untuk menatap mata musang Yunho.
Ia menghela nafas.
“Aku menyesal sudah melakukan hal yang buruk—secara tidak langsung aku
yang menyebabkan Jaejoong sampai seperti itu. Jadi aku memutuskan untuk
memperbaiki kesalahanku padanya”
“Lalu? Bagaimana cara kau melakukannya huh?”
“Aku menjaganya sebisaku dan aku selalu berusaha menyadarkannya bahwa ia
tidak sendirian. Tapi Jaejoong tidak pernah mau menerima bantuan materi dariku,
jadi aku hanya bisa memberikannya pekerjaan melalui temanku”
“Lalu Junsu?”
“Junsu akan menjaga Jaejoong di saat aku tidak bisa berada di sana. Kami
harus selalu memastikan Jaejoong baik-baik saja, karena—karena Yunho-ssi, kau
harus tahu bahwa ketika kau pergi meninggalkan Jaejoong dan di pagi hari aku
menemukannya berdarah—itu adalah awal mula dari segalanya”
Yunho mengernyitkan dahinya.
Tapi Changmin tetap berusaha
menyampaikan apa yang ia ingin katakan dengan sangat berhati-hati.
“Tidak hanya sekali—tapi lima kali sudah Jaejoong melakukan percobaan
bunuh diri selama kau tidak ada. Dokter mengatakan kalau ia memiliki trauma dan
stres akan masa lampau, kepergianmu saat itu membawa dampak yang besar bagi
Jaejoong”
Namja berwajah kekanakan itu menatap
Yunho yang masih merapatkan bibirnya.
Ia bisa melihat namja tampan itu
mengepalkan jemarinya dan nafas yang menderu berat.
Ia pasti sangat terkejut mendengar hal
ini.
“Ia butuh terapi, Yunho-ssi” Gumam namja berwajah kekanakan itu pelan.
BRAKK!
Changmin terkejut saat Yunho mendadak
bangkit dari duduknya dan berjalan meninggalkan ruangan tanpa sepatah katapun.
Pria jangkung itu berdiri dari duduknya
dan memandang pintu dalam diam.
Semoga Yunho benar-benar serius tentang
hal untuk tidak membunuhnya setelah ini.
-------
BRAKK!
Kim Jaejoong terkejut saat pintu
rumahnya dibanting dengan kasar oleh Yunho.
Namja cantik itu beranjak dari baringnya
dan bersiku menatap sosok pria yang telah kembali padanya sedang berdiri di
hadapannya saat ini.
Ia menaikkan alisnya dan tersenyum
kepada namja tampan itu.
“Ada apa Yunnie?” Tanya Jaejoong lembut.
Yunho terkesiap—dadanya sesak saat ia
balas memandang wajah cantik itu.
Perlahan namja tampan itu melangkahkan
kakinya hingga kini ia berdiri di depan kekasihnya.
Mengulurkan tangannya menangkup wajah
Jaejoong yang menatapnya bingung.
“Yu-Yunnie? Mengapa kau menangis? A-Ada apa?” Seru Jaejoong bergetar.
“Maafkan aku BooJae..Maafkan aku yang telah membuatmu tersenyum seperti
ini..” Bisik Yunho memeluk Jaejoongnya.
“Yunnie?”
Yunho melepaskan pelukannya, kemudian ia
menunduk—memandang pergelangan tangan Jaejoong yang terdapat goresan kering di
sana.
Air matanya semakin jatuh—ia betul-betul
tidak berguna sebagai seseorang yang mencintai prianya.
“Yunnie kumohon..Jangan seperti ini..Hiks”
Air mata Jaejoong merembes membasahi
pipinya melihat Yunhonya dalam keadaan yang seperti ini.
Hatinya terasa sangat sakit, ia segera
mengulurkan tangannya mengusapi air mata Yunho.
“Aku mencintaimu Jaejoongie, seperti apapun dirimu dan keadaanmu,
cintaku tidak akan pernah berubah” Lirih Yunho memandangi wajah sembab Jaejoong
yang sibuk menyeka air matanya.
Namja cantik itu menggigit bibir
bawahnya yang merah.
Ia mengangguk.
Yunho segera merengkuh Jaejoong dan
membawa pria cantik itu masuk ke dalam pelukannya.
Mengecup pelipisnya berkali-kali.
“Mulai besok kau tinggal bersamaku, Boo” Ujar Yunho posesif.
“Yunnie” Sergah Jaejoong tidak senang.
“No, jangan membantahku,
sayang. Ini bukan penawaran, ini perintah”
“Aku tidak mau kembali ke apertemen itu”
“Tidak akan ada yang kembali ke sana, aku sudah membeli rumah untuk kita
berdua”
Mata besar Jaejoong mengerjap tidak
percaya.
Ia mendongak menatap Yunho.
“Sungguh?”
“Ya, tentu saja aku serius”
“Tapi aku tidak mau tinggal di sana..”
“Kenapa? Kau belum melihat rumahnya—”
“Aku tidak mau tinggal sendirian di sana..Kau akan sibuk di kantor..Lalu
tidak butuh waktu lama untuk kau pergi meninggalkanku dan—dan—”
Bibir ranum itu mengatup rapat saat
Yunho menutupnya dengan tangan pria tampan itu.
Mata musang Yunho memandang Jaejoong
dengan penuh emosi yang bergejolak.
Lalu Jaejoong menunduk dan memutuskan
untuk diam di dalam pelukan Yunho.
Namja tampan itu menghela nafas panjang.
Ia melepaskan tangannya dari mulut
kekasihnya dan mempererat pelukannya.
“Aku mencintaimu, Jaejoongie” Bisik Yunho lembut.
“Un” Gumam Jaejoong tidak jelas.
-------
Namja cantik itu mengerjapkan mata
bulatnya sebelum kedua matanya terbuka lebar dengan sempurna.
Ia mendesah menyadari dirinya berada
dalam pelukan Yunho yang masih terlelap.
Jaejoong menengadah—memperhatikan gurat
lelah yang terdapat di paras tampan kekasihnya.
Perlahan pria cantik itu mengulurkan
telunjuknya, menelusuri setiap detail wajah Yunho dengan lembut.
Dahi Yunho mengernyit merasa geli, namja
tampan itu segera membuka kedua mata musangnya mencari pengganggu tidur
pulasnya pagi ini.
Dan apa yang dilihat olehnya sungguh
membuat dadanya terasa hangat.
Pemandangan wajah cantik Jaejoong yang
menatapnya dengan penuh kekaguman mengisi paginya hari ini.
“Apa yang kau lakukan, BooJae?” Bisik Yunho serak.
“Membangunkanmu” Balas Jaejoong tersenyum.
Yunho mengusap pipi kekasihnya ketika ia
melihat senyum yang menyakitkan itu lagi.
Namja tampan itu beranjak sedikit dari
baringnya dan mencondongkan tubuhnya kepada Jaejoong—mencubit pipi yang ia
sentuh dengan gemas.
“Ada banyak hal yang harus kita lakukan untuk menebus waktu yang hilang.
Salah satunya adalah memperbaiki ini” Ujar Yunho tersenyum.
Jaejoong mengerutkan dahinya.
Ia menyentuh tangan Yunho dan menjauhkan
tangan tersebut dari pipinya.
“Kau ingin memperbaiki wajahku? Apa aku terlihat sangat jelek sampai kau
ingin aku untuk operasi plastik?” Seru Jaejoong kaget bercampur bingung.
Eoh?
Yunho tertawa lepas mendengar ucapan
kekasihnya.
Ia tertawa begitu lantang sampai
Jaejoong beranjak duduk dari baringnya dan menatap marah namja tampan itu.
“Jung Yunho hentikan tawamu karena tidak ada yang lucu di sini!” Ujar
Jaejoong kesal.
Namja tampan itu meringis.
Menatap Jaejoong yang merengut kepadanya.
Yunho segera bangkit dan duduk
berhadapan dengan pria yang selalu dipujanya seumur hidup itu.
Lelaki tampan itu menangkup wajah
merengut Jaejoong dengan kedua telapak tangannya dan tersenyum lembut.
“Bukan wajahmu, sayang, kau sempurna. Kau tahu itu kan?”
“M-mwoya?”
“Yang ingin kuperbaiki adalah senyumanmu, Jaejoongie”
“Se—Se—?”
“Kau telah melupakan caranya tersenyum, Kim-Jung-Jaejoong. Tidak ada
lagi kebahagiaan dalam setiap senyumanmu”
DEG.
Jaejoong tertegun.
Namja cantik itu merasakan dadanya sesak
mendengar ucapan Yunho.
Begitu sesak hingga kedua mata bulatnya
terasa panas.
Nafas Jaejoong tersengal saat air
matanya menetes jatuh membasahi pipinya.
“Y—Yunnie..” Lirih Jaejoong parau.
Yunho mengangguk menanggapi panggilan lirih
Jaejoong.
Ia tersenyum tipis melihat namja cantik
itu menggenggam tangannya erat.
Perlahan namja tampan itu
menunduk—mencium setiap sudut wajah Jaejoong dengan penuh cinta.
“Keluarkan, sayang, menangislah sepuasmu. Menangis sampai tidak ada lagi
air mata dalam senyumanmu” Ujar Yunho selembut mungkin.
Tangis Jaejoong pecah.
Namja cantik itu menundukkan wajahnya
dan meraung sekuat yang ia bisa.
Yunho segera menarik pria cantik itu
masuk ke dalam pelukannya—membiarkan dada telanjangnya basah karena air mata
kekasihnya.
Ia merasa sedih mendengar tangisan
menyakitkan yang dikeluarkan oleh Jaejoongnya.
“Aku akan membahagiakanmu, Jaejoongie, aku berjanji” Bisik Yunho
memejamkan mata musangnya.
.
.
.
“Apakah rumahnya jauh dari sini, Yun?” Tanya namja cantik itu seraya
memakai pakaiannya.
Yunho yang sedang merapikan tempat tidur
milik Jaejoong menoleh, ia tersenyum dan menggeleng.
Ia menghembuskan nafas lega memandang
Jaejoongnya yang akhirnya setuju untuk pindah.
“Tapi sebelum itu kita mampir ke cafe tempatmu bekerja sebentar”
“Eh? Untuk apa? Aku tidak ada shift
hari ini”
“Aku akan memberitahu Donghae kalau kau tidak akan bekerja lagi padanya”
“Mwo? Yun—”
“Kau dengar aku, Kim-Jung-Jaejoong, mulai sekarang satu-satunya
pekerjaan yang perlu kau lakukan adalah memasakkan makanan untukku dan
menungguku pulang”
Jaejoong mencebilkan bibirnya tidak
senang.
Ia mengalihkan wajahnya dari mata musang
Yunho.
Lagi-lagi seperti ini. Lagi-lagi pria
itu yang selalu memutuskan.
Menyebalkan.
“Kita harus mengosongkan semua pekerjaanmu karena kau harus rajin
mengikuti terapi di rumah sakit dan home
schooling bersama Changmin dan Junsu”
Eoh?
Namja cantik itu membesarkan mata
bulatnya.
Ia refleks kembali menoleh menatap Yunho
yang sudah tersenyum congkak kepadanya.
“Ada sesuatu yang harus kita sembuhkan darimu, sayang. Dan untuk masalah
guru private-mu, aku tidak bisa
menemukan yang lebih pintar dari Changmin dan yang lebih baik seperti Junsu untukmu,
jadi—”
Suara Yunho tercekat saat Jaejoong
melompat untuk memeluknya dengan erat.
Membuat namja tampan itu tertawa saat
pria cantik itu berteriak-teriak senang.
Yunho mengulurkan tangannya mengusap
punggung kekasih cantiknya.
Ia tersenyum.
Semoga saja ini menjadi awal yang baik
untuknya dan Jaejoong.
Mengenai Changmin—ia akan mengurusnya
nanti.
Untuk saat ini yang terpenting adalah
Jaejoongnya.
hoooo...suka deh. sweet banget. jadi takut kena diabetes. hahhaaahaha
BalasHapusAigoo jj luluh? Mungkin yunho dihukum lewat tanggungjawab nyembuhun dan bahagiain jj kali ya? Sweet tapi masih sebal kenapa yunho pergi lama. Jangan sakiti jj lagi yun.....
BalasHapushwwaaaaaa eotteoke??? niga joah
BalasHapusKarya shella g pernah jelek :D
BalasHapusSbetulny ak dh nangkring di sini sjak 2011~~
Maafkan pembaca stiamu yang slalu gagal posting komenan.. T.T
Duuuhhh, terharu bgt sama yunjae momentnya. Aku penasaran, gmn klo yunho liat jaejoong pas kena panick attack. Update soon. Hwaiting.
BalasHapusBerharap ini awal yg baik buat YunJae ya...tapi kasian Jae bahkan sampe Yunho ada disamping nya masih aja ketakutan -trauma nya gak langsung hilang u.u
BalasHapus